HALAMAN JUDUL
USULAN PENELITIAN
Alfian Nurrizal
NIM: 11000120510058
ii
Reformulasi Sanksi Pidana UU Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia Terkait Peran Kepolisian dan Debt Collector
Dalam Penarikan Objek Jaminan Fidusia Serta Berkelanjutan Tindakan
Terhadap Wanprestasi Debitur
merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil
ketersediaan modal yang menjadi salah satu sarana pengembangan unit usaha.
Modal yang tersedia digunakan oleh masyarakat sebagai dana untuk memenuhi
1
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan, Semarang: Fakultas Hukum, Universitas
Diponegoro, 2008, hal 32.
2
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. v.
1
Semua orang atau perusahaan pasti memiliki kebutuhan, kebutuhan ada
yang bersifat mendesak dan ada yang bersifat tidak mendesak. Kebutuhan yang
terlepas dari masalah biaya atau dana. Dana yang diperlukan biasanya tidak
sedikit jumlahnya, sementara dana yang tersedia acap kali tidak bisa
mencukupi. Untuk dapat mencapai dana dalam jumlah yang tergolong cukup
besar tidak mudah apalagi dengan cara menggali dana sendiri, kebanyakan
orang maupun badan usaha dalam menghadapi kekurangan dana salah satu
jalan keluar yang dapat dilakukan adalah dengan berhutang kepada pihak lain.
Dengan kata lain meminjam dana dari kreditur kemudian setelah jatuh tempo
kepada nasabah (debitur). Pemberian kredit oleh bank pada dasarnya harus
hutangnya, dan wajib dilakukan atas dasar asas pemberian kredit yang tidak
dana. Hal tersebut wajib dilaksanakan, mengingat kredit yang diberikan bank
menyangkut harta benda milik nasabah debitor atau dapat juga milik pihak
3
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, Jakarta:
Rineka Cipta, 2009, hal. 1.
2
Kredit merupakan kegiatan usaha utama yang harus dilakukan oleh bank
karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan kredit yaitu
peranan yang terkait dengan kegiatan perkreditan pada saat ini. Berbagai lembaga
dana bagi kegiatan perekonomian dengan memberikan pinjaman uang antara lain
dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran.
Bank sebagai badan usaha mendapatkan keuntungan yang besar dari usahanya.
4
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007, hal. 2.
5
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001, hal. 59.
6
Ignatius Ridwan Widyadharma, Hukum Sekitar Perjanjian Kredit, Universitas Diponegoro,
Semarang, 1997, hal. 1.
3
Unsur utama pemberian kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan
keyakinan sejauh mana konsep penilaian kredit dapat terpenuhi dengan baik.7
Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan Sewa
7
Willy Putra and Haryati Widjaja, ‘Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penyaluran Kredit
(Studi Kasus Di Bank BRI Cabang Semarang)’ (2019) 3 (1) Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu
Hukum, hal. 84
8
Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan
9
Pasal 1 angka 2
10
Pasal 1 angka 7
11
Salinan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/Pmk.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2.
4
Bank selaku lembaga pembiayaan wajib memperhatikan calon debitur
diatur dalam hukum perdata yang memiliki kedudukan penting dalam dunia
ekonomi.12
perjanjian pokok (prinsipil) yang bersifat riil, sebagai perjanjian prinsipil maka
jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Kredit yang diberikan oleh Bank
12
Ridwan Fathoni, Siti Malikhatun Badriyah dan R Suharto, ‘Efektivitas Pemberlakuan
Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik Terhadap Pembiayaan Bank Syariah (Studi
Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha Amanah Ummat Kabupaten Semarang)’
(2016) 5 (3) Diponegoro Law Journal 1, 2.
13
Lihat Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004, hal. 23.
5
Secara umum jaminan dibedakan menjadi dua macam yaitu jaminan
jaminan kebendaan, pertama-tama yang dikenal oleh KUH Perdata ialah gadai
dan hipotek dan kedua yang diperkenalkan oleh yurisprudensi ialah fidusia.14
barangnya tetap dikuasai oleh debitur, sehingga yang terjadi adalah penyerahan
14
Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013, hal. 10
15
Ibid, hal. 232
16
Oey Hoey Tiong, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985, hal. 21.
6
Secara historis lembaga fidusia dalam bentuk klasik sudah ditemukan
sejak zaman Romawi. Dalam hal ini, di Romawi terdapat apa yang disebut
sebagai jaminan hutang. Bersamaan dengan itu, di Romawi terdapat pula apa
yang disebut dengan Fidusia Cum Amico, tetapi dalam hal ini hanya
kepentingannya. Jadi tidak ada penyerahan hak milik atau jaminan hutang
pada tahun 1932 barulah terdapat petunjuk bahwa di Indonesia juga mengikuti
dikenal dengan sebutan BPM Arrest. Putusan ini merupakan suatu tonggak
adanya kepastian hukum, karena dapat saja debitur menjaminkan benda yang
telah dibebani dengan Fidusia kepada pihak lain tanpa sepengetahuan penerima
Fidusia.19
17
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung, 2000, hal. 8
18
Purwahid Patrik dan Kashadi, Hukum Jaminan Edisi Revisi dengan UUHT, Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro, Semarang, 1997, hal. 40.
19
Kashadi, Hukum Jaminan, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, 2000, hal.
59.
7
Lembaga Jaminan Fidusia telah diakui eksistensinva dengan adanya
jaminan fidusia dan biaya pembuatan akta jaminan fidusia diatur dalam PP
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud dan tidak
berwujud, terdaftar maupun tidak terdaftar dan juga bergerak maupun tidak
bergerak dengan syarat bahwa benda tersebut tidak dibebani dengan hak
tentang hak tanggungan atau hipotek sebagaimana dimaksud pada Pasal 314
20
Sri Soedewi Masjoen Sofyan, Hukum dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberty, 1995,
hal. 40.
8
Fidusia juga dapat disimpulkan sbagai perjanjian dimana salah satu pihak
mengikatkan diri untuk menyerahkan hak milik atas benda bergerak sebagai
jaminan fidusia itu bertujuan sebagai tindakan antisipasi bagi kreditor apabila
(zakelijk).21
barangnya.22 Jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitor dan atau
perikatan.23
21
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan Penjelasannya,
Bandung: Alumni, 1993, hal. 92
22
Salim H.S., Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004, hal. 21.
23
HR. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005, hal.
208.
9
Pada prinsipnya tidak semua jaminan dapat dijaminkan kepada lembaga
perbankan atau lembaga keuangan non bank, namun benda-benda yang dapat
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya;
kredit.
lembaga Hipotek atas tanah dan credietverhand. Di samping itu, hak jaminan
lainnya yang banyak digunakan dewasa ini adalah Gadai, Hipotek selain tanah,
24
Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak Tanggungan) Menurut
Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 73.
10
Jaminan fidusia sudah dipakai di Indonesia sejak jaman penjajahan
Belanda sebagai bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi yang dikenal
Pada awalnya, benda yang menjadi obyek fidusia terbatas pada kekayaan
berwujud, maupun benda tak bergerak. Jaminan dalam fidusia itu mengambil
wujud “penyerahan hak milik secara kepercayaan (fides)” atau lazim disebut
bertimbal balik oleh satu pihak kepada pihak lain, bahwa apa yang “keluar
“jaminan” saja untuk suatu hutang, kepercayaan debitor kepada kreditor bahwa
25
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Jaminan Khususnva
Fidusia di dalam Praktek dan Perkembangannya di Indonesia, Yogyakarta: Fakultas Hukum
UGM, 1977, hal. 74
26
Subekti, Op.Cit., hal. 66.
11
Jaminan fidusia tidak dapat dilepaskan dengan masalah perkreditan.4
pembiayaan non bank, fidusia sangat digemari dan populer karena dapat
empiris bahwa fidusia memiliki arti penting dalam hal menampung keinginan
Jaminan yang diminta bank atau lembaga keuangan non bank dapat
berupa jaminan pokok dan jaminan tambahan. Jaminan pokok berupa barang,
proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit tersebut, sedangkan jaminan
tambahan adalah harta kekayaan nasabah debitur. Harta kekayaan dapat berupa
sehubungan dengan asas yang tercantum dalam Pasal 1977 KUH Perdata.28
27
Lihat Sri Soedewi Mascjhun Sofwan, Beberapa Masalah Pelaksanaan Lembaga Jaminan
Khususnya Fiducia di dalam Praktek dan Pelaksanaannya di Indonesia, Yogyakarta:
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1977, hal. 75.
28
Asas hukum dalam Pasal 1977 KUH Perdata adalah setiap orang yang menguasai barang
bergerak dianggap sebagai pemilik (Bezit geldt als volkomen titel)
12
Pada Pasal 5 ayat (1) UndangUndang Nomor 42 Tahun 1999 tentang
termaktub pada kepala sertifikat jaminan fidusia. Dengan title tersebut, kreditur
Jaminan Fidusia.31 Pasal ini dikaitkan dengan penarikan unit kendaraan oleh
29
Vide Pasal 1 angka 7 Perpres Lembaga Pembiayaan.
30
Vide Pasal 1 angka 1 Perpres Lembaga Pembiayaan.
31
Abednego Isa Latuihamallo, Dilema Dunia Multifinance, Sebuah Analisis Ilmiah Terhadap
Fidusia dan Permasalahannya Dalam Dunia Multifinance, Cet. pertama, Jakarta: Grasindo
2014, hal. 2.
13
Berdasarkan Pasal 11 tersebut jaminan fidusia dianggap baru lahir setelah
jaminan fidusia tersebut, dapat berupa benda bergerak yang berwujud maupun
tak berwujud, dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani hak
kreditor lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia. Jaminan
fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia
dalam Buku Daftar Fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia tidak hanya dilakukan
14
Tata cara pendaftaran jamina fidusia dimulai dengan pembuatan akta
1) Akta notaris;
hukum. Jaminan fidusia yang telah terdaftar dalam buku daftar fidusia
dibuktikan dengan sertifikat jaminan fidusia yang dapat diunduh secara online.
32
Pasal 6 UU Jaminan Fidusia
15
maka kreditur berhak untuk mengeksekusi atau menjual objek jaminan fidusia
bukan hanya akta yang didaftarkan melainkan bendanya pun harus turut
didaftar. Fakta yuridisnya, apabila dianalisa dari klausul akta jaminan fidusia
yang dibuat notaris, ditemukan bahwa yang didaftarkan adalah akta jaminan
kewajibannya atau cidera janji yang berupa lalainya pemberi fidusia (debitor)
ditagih, maka dalam peristiwa seperti itu, penerima fidusia (kreditor) bisa
33
Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Cet. pertama,
Bandung: Alumni, 2014, hal. 213.
34
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991, hal.
319.
16
Pada umumnya eksekusi bidang hukum perdata dilakukan melalui
lembaga pengadilan baik karena suatu putusan hakim yang berkekuatan hukum
tetap ataupun dokumen lain yang memiliki kekuatan eksekutorial yang dapat
dilakukan eksekusi melalui fiat ketua pengadilan negeri seperti pada sertifikat
yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara.
negeri tanpa harus melalui proses gugatan.36 UU Jaminan Fidusia juga telah
bantuan alat negara. Atas adanya titel eksekutorial tersebut pemegang jaminan
35
M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Cet. ke-3,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1988, hal. 1.
36
DY Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek
Perikatan, Pendaftaran, Dan Eksekusi), Cet. pertama, Bandung: Mandar Maju 2015,
hal.229
17
Sesuai dengan ketentuan Pasal 196 ayat (3) HIR, kreditur harus
(pelelangan) atau dengan cara yang dianggap patut oleh ketua pengadilan.37
fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia pada
menjadi objek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak
lanjut berkaitan dengan pihak yang berwenang untuk dimintai bantuan dalam
eksekusi jaminan fidusia. Oleh karena itu, POLRI sebagai alat negara yang
37
Khifni Kafa Rufaida, “Keotentikan Akta Jaminan Fidusia yang Tidak Ditandatangani di
Hadapan Notaris Setelah Berlakunya Sistim Pendaftaran Fidusia Secara Online”, Tesis,
Universitas Diponegoro, 2014, hal. 64.
18
Eksekusi Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan hukum mengikat yang
governance).38
pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Jika penerima
praja dan pamong desa/kelurahan dimana benda objek jaminan fidusia berada.
38
Sadjijono, 2008, Seri hukum Kepolisian, Polri dan Good Governance, Laksbang
Mediatama, Surabaya, hal. 22.
19
B. Fokus Studi dan Permasalahan
Kepolisian dan Debt Collector Dalam Penarikan Objek Jaminan Fidusia Serta
dari perbedaan pendapat hukum dipicu karena adanya pro dan kontra atas
membuat dan tunduk pada hukum perjanjian.39 Asas pacta sunt servanda yang
dan pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik juga berlaku dalam perjanjian
39
Vide Pasal 1338 Ayat (1) dan (2) jo Pasal 1320 KUH Perdata
40
Willy Putra and Haryati Widjaja, Op. Cit, hal. 86
20
Permasalahan yang berkaitan dengan pendaftaran jaminan fidusia antara
lain mengenai cara debt collector dalam penarikan objek jaminan fidusia
terhadap nasabah yang lalai tanpa sertifikat merupakan suatu perbuatan yang
mendasarkan pada norma atau teori hukum yang tepat bahwa dalam kegiatan
41
21
C. Kerangka Pemikiran
Studi ini bertitik tolak dari Lembaga Jaminan Fidusia yang telah diakui
tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Undang-undang ini pada Pasal 40
proses pengalihan hak kepemilikan dan jaminan fidusia adalah jaminan yang
42
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000, hal. 130.
22
Fidusia sering disebut jaminan hak milik secara kepercayaan, merupakan
suatu bentuk jaminan atas benda-benda bergerak. Pada fidusia yang diserahkan
sebagai jaminan kepada kreditur adalah hak milik sedang barangnya tetap
kreditur dan debitur bersepakat untuk tidak perlu menyerahkan barang jaminan,
pada dasarnya para pihak bebas menjanjikan apa yang mereka kehendaki.44
kekuasaannya tetap berada di tangan pemilik benda (debitur) dalam hal ini
43
Oey Hoey Tiong, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1985, hal. 21.
44
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti,
1991, hal. 170.
45
Rilla Rininta Eka Satriya, “Pengalihan Objek Jaminan Fidusia oleh Debitur tanpa
Persetujuan Kreditur dalam Perjanjian Kredit Bank”, Tesis, Fakultas Hukum Universitas
Narotama Surabaya, (2015), hal. 2.
23
Perkembangan hukum nasional, dalam hal ini kaitannya dengan
aspek yuridis yang dapat menjamin adanya kepastian bahwa hukum berfungsi
hukum, terbangun asas yang utama agar tercipta suatu kejelasan terhadap
peraturan hukum, asas tersebut ialah kepastian hukum. Gagasan mengenai asas
menuliskan bahwa di dalam hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni: (1)
46
Marulak Pardede, dkk, Laporan Akhir Penelitian Hukum Laporan Akhir Penelitian Hukum
Tentang Implementasi Jaminan Fidusia Implementasi Jaminan Fidusia Dalam Pemberian
Kredit Dalam Pemberian Kredit Di Indonesia, Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan
HAM RI, 2006, hal. 28
47
Asikin zainal, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Rajawali Press, 2012, hal. 35
48
dalam bukunya yang berjudul “einführung in die rechtswissenschaften” sebagaimana dikutip
oleh Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung, 2012, hal. 19
24
Kepastian hukum dimaknai sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya
hukum karena adanya kekuatan yang konkret bagi hukum yang bersangkutan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Van Apeldoorn
bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu dapat ditentukannya hukum
dalam hal yang konkret dan keamanan hukum. Pihak yang mencari keadilan
ingin mengetahui apa yang menjadi hukum dalam suatu hal tertentu sebelum ia
Tanpa adanya kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus
49
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung,
1993, hal. 2
50
Lord Lloyd dalam Mirza Satria Buana, “Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian
Hukum (Legal Certainpi) Dengan Asas Keadilan (Substantial Justice) Dalam Putusan-
Putusan Mahkamah Konstltusi”, Yogyakarta: Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas
Islam Indonesia, 2010, hal. 34
51
R. Tony Prayogo, “Penerapan Asas Kepastian Hukum Dalam Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Hak Uji Materiil Dan Dalam Peraturan Mahkamah
25
Bentuk awal dari fiducia yang kita kenal sekarang ini ialah fiducia cum
creditore. Penyerahan hak milik pada fiducia cum kreditor ini terjadi secara
yang sempurna. Sebagai pemilik tentu saja ia bebas berbuat apa pun terhadap
mengembalikan hak milik atas barang tadi kepada debitur pemberi fiducia,
apabila pihak yang belakangan ini telah melunasi utangnya kepada kreditur.
Tidak ada pembatasan lain dalam hubungan fiducia cum kreditur. Hak milik di
sini bersifat sempurna yang terbatas, karena digantungkan pada syarat tertentu.
terjadi. Meskipun demikian tidak ada bedanya dengan akibat dari jualbeli
dengan hak membeli kembali, di mana kalau penjual (debitur) tidak membeli
kembali barangnya maka pembeli (kreditur menjadi pemilik barang yang telah
dijual tadi. Lagi pula pendapat tersebut bertentangan dengan system hukum
jaminan (kreditur) menjadi pemilik dari barang jaminan, bahkan setelah debitur
26
Setelah debitur wanprestasi, kreditur hanya berhak menjual secara umum
hutangnya. Pasal 1155 dan 1156 KUHPer mengenai pelaksanaan hak kreditur
undang No. 42 Tahun 1999 dan harus dibuat dengan suatu akta notaris yang
disebut sebagai akta Jaminan Fidusia. Akan tetapi ada sebagian ahli hokum
berpendapat bahwa penyerahan hak milik secara fidusia tidak memiliki sifat
accesoir dan berdiri sendiri. Akibatnya ialah bahwa lahir dan berakhirnya
fidusia tidak tergantung pada perikatan yang lain (pokok). Jika penyerahan hak
milik secara fidusia akan diakhiri, maka harus diadakan perbuatan hokum
sendiri, yang menyatakan bahwa penyerahan hak milik secara fidusia itu telah
53
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai Dan Fiducia, cet.5,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991, hal. 96.
27
Sifat jaminan fidusia yang diatur didalam Undang-undang Fidusia
1. Sifat Accesoir
pokoknya.
berada. Hal ini berarti bahwa dalam keadaan debitor lalai maka
fidusia tersebut dalam hal debitor cedera janji atau lalai membayar
utangnya.
4. Jaminan fidusia untuk menjamin utang yang telah ada atau akan ada
54
Agustinus Edy Kristianto, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta 2009, hal, 174-180
28
Maksudnya utang yang dijamin pelunasannya dengan fidusia harus
yaitu:
29
mencantumkan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
tetap.
janji dan bukan untuk dimiliki oleh kreditor. Ketentuan ini bertujuan
janji bahwa benda yang menjadi objek fidusia akan menjadi milik
kreditor jika debitor cedera janji maka janji semacam itu batal demi
30
Kaidah hukum perjanjian yang termaktub dalam Pasal 1320 KUH
dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena
dengan itikad baik. Hukum jaminan terdiri atas beberapa asas. Badrulzaman
timbulnya pengikatan ganda atas objek jaminan fidusia yang sama, kantor
sebaliknya.
55
Fatma Pararang, ‘Implementasi Jaminan Fidusia Dalam Pemberian Kredit di Indonesia’
(2014) 1 (2) Jurnal LPPM Bidang Ekososbudkum, hal. 56
31
Ditinjau dari teori hukum jaminan yang merupakan keseluruhan aturan
hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan
kredit. Jaminan menurut objeknya meliputi benda bergerak dan benda tidak
bergerak. Benda-benda yang tidak bergerak yaitu melalui gadai dan Fidusia.
atas barang objek fidusia biasanya tidak full sesuai dengan nilai barang. Atau,
dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak
sebagian milik debitor dan sebagian milik kreditor. Apalagi jika eksekusi
tersebut tidak melalui badan penilai harga yang resmi atau badan pelelangan
Hukum (PMH) sesuai diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
56
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta : Penerbit Sinar Grafika, 2009, hal.
199.
32
Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek fidusia di bawah tangan
masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditor melakukan
siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun
paling lama sembilan bulan. b) Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan
keempat berlaku bagi kejahatan ini. Situasi ini dapat terjadi jika kreditor dalam
diketahui dalam barang tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain.
Walaupun juga diketahui bahwa sebagian dari barang tersebut adalah milik
dimana-mana eksekusi merupakan bukan hal yang mudah, untuk itu butuh
jaminan hukum dan dukungan aparat hukum secara legal. Inilah urgensi
dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU No. 42 Tahun
1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak syah atau legalnya perjanjian
jaminan fidusia yang dibuat. Mungkin saja debitor yang mengalihkan barang
57
Grace, P, Nugroho, Eksekusi Terhadap Objek PerJanjian Fidusia Dengan Akta Dibawah
Tangan, 2009, Diakses dari http://www. Hukum Online 10 Nopember 2020
33
objek jaminan fidusia di laporkan atas tuduhan penggelapan sesuai Pasal 372
orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Oleh kreditor, tetapi
ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan karena sebagian dari
barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditor dan debitor, dibutuhkan
masing-masing pemilik barang tersebut untuk kedua belah pihak. Jika hal ini
ditempuh maka akan terjadi proses hukum yang panjang, melelahkan dan
yang bersifat aktif atau melakukan suatu yang sebenarnya dilarang oleh
hukum. Juga perbuatan yang bersifat pasif yaitu tidak berbuat sesuatu yang
adalah perbuatan melakukan dan tidak melakukan sesuatu yang oleh yang oleh
58
Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 50.
34
masyarakat sehingga dapat dapat diancam pidana.59 Menurut Wirjono
dikenakan hukuman pidana, dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan subjek
tindak pidana.60 Para pakar asing hukum pidana menggunakan istilah tindak
pidana atau perbuatan pidana atau peristiwa pidana, dengan istilah sebagai
berikut:
kriminal.
perbuatan yang dapat dipidana. Sedangkan delik dalam bahasa asing disebut
delict yang artinya suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukuman
definisi mengenai delik, yakni delik adalah suatu perbuatan atau tindakan yang
Menurut Hans Kelsen, delik adalah suatu kondisi dimana sanksi diberikan
59
Abdussalam, 2006, Sinerama Hukum Pidana, Liberty: Yogyakarta, hal. 6.
60
Wirjono Prodjodikoro, 2003, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama:
Bandung, hal 1.
61
Jimly Asshidiqie, Ali Safa’at M, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Konpres,
2012, hal.46.
35
Lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia
sebenarnya rugi sendiri karena tidak punya hak eksekutorial yang legal.
Problem bisnis yang membutuhkan kecepatan dan customer service yang prima
selalu tidak sejalan dengan logika hukum yang ada. Mungkin karena
dalam waktu yang relatif cepat. Saat ini banyak lembaga pembiayaan
melakukan eksekusi pada objek barang yang dibebani jaminan fidusia yang
tidak didaftarkan. Bisa bernama remedial, rof coll, atau remove. Selama ini
Menurut penulis, hal ini terjadi karena masih lemahnya daya tawar nasabah
Dalam proses eksekusi kita mengetahi Bahwa asas perjanjian “pacta sun
dan menjadi asas utama dalam hukum perjanjian. Tetapi terhadap perjanjian
perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga
36
turunnya putusan pengadilan. Inilah pilihan yang prosedural hukum formil agar
dikandungnya. Proses ini hampir pasti memakan waktu panjang, kalau para
pihak menggunakan semua upaya hukum yang tersedia. Biaya yang musti
dikeluarkan pun tidak sedikit. Tentu saja, ini sebuah pilihan dilematis. Dalih
pihak. Masyarakat yang umumnya menjadi nasabah juga harus lebih kritis dan
POLRI sebagai alat negara yang bertugas dan berperan untuk memelihara
dari Polri. Oleh karena itu dibentuklah Peraturan Kepala Kepolisian Negara
Jaminan Fidusia.
37
aman, tertib, lancar, dan dapat dipertanggungjawabkan serta terlindunginya
b. Dilihat dari watak debitur lalai, apabila debitur lalai memiliki watak
62
Safira Angela Islami, “Hambatan Pelaksanaan Peranan Polisi Dalam Pengamanan Eksekusi
Objek Jaminan Fidusia Di Polres Malang Kota”, Artikel Hukum, Universitas Brawijaya
Fakultas Hukum, Malang, 2013, hal. 9
38
Contohnya ketika debitur lalai memiliki watak keras, maka akan
perdebatan akan segera usai namun apabila kreditur juga ikut emosi,
Berkaitan dengan hal itu kerangka teori yang dijadikan sebagai analisis
dalam disertasi ini dapat dilihat dalam bentuk diagram dibawah ini:
39
Reformulasi Sanksi Pidana UU Republik Indonesia Nomor 42 Tahun1999
Tentang Jaminan Fidusia Terkait Peran Kepolisian dan Debt Collector
Dalam Penarikan Objek Jaminan Fidusia Serta Berkelanjutan Tindakan
Terhadap Wanprestasi Debitur
Prioritas Kebijakan
Refromulasi Kebijakan
40
D. Tujuan dan Kontribusi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Jaminan Fidusia
2. Kontribusi Penelitian
sebagai berikut:
41
Jaminan Fidusia Serta Berkelanjutan Tindakan Terhadap Wanprestasi
pihak lainnya.
Fidusia
42
E. Metode Penelitian
pemecahan atas isu hukum yang muncul, sehingga dapat dilakukan bahwa
suatu penelitian hukum pada dasarnya tidak dapat terlepas dari penggunaan
jalannya penelitian ini, atau dengan kata lain sebagai jalan atau cara dalam
rangka usaha mencari data yang akan digunakan untuk memecahkan suatu
1. Jenis Penelitian
63
Sabian Utsman, Metodologi Penelitian Hukum Progresif, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2014,
hal. 1.
64
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2005, hal. 41.
65
Arianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004, hal. 61.
43
menggunakan pendekatan peraturan hukum atau peraturan perundang-
dengan ilmu hukum positif yang dimaksud disini adalah hukum yang
berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu, yaitu suatu aturan dan norma
anggota masyarakat.67 Hal ini karena data yang diambil bersumber dari
2. Pendekatan Penelitian
ini untuk lebih menjelaskan dan mencapai maksud serta tujuan penelitian.
dituju.
66
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004,
hal. 134.
67
Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2008), hal. 81.
68
Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 23.
44
Disertasi ini menggunakan pendekatan hukum normatif, sesuai
hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
undangan dan regulasi yang berhubungan dengan isu hukum yang sedang
diangkat.
mental atas dua unit atau lebih yang diisolasikan menurut ciri khas dan
69
Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Publishing: Malang, hal. 300
70
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Adiya Bakti:
Bandung, hal. 113.
71
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hal. 13-14.
72
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008,
hal. 95.
45
3. Sumber Data Penelitian
doktrin para ahli hukum yang terkait dengan obyek penelitian. Adapun
1945;
46
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
47
b. Bahan Hukum Sekunder
mengenai ilmu ekonomi, ilmu politik, dan disiplin ilmu lainya sepanjang
dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan bahan
penulisan disertasi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi
73
Zainuddin, Metode Penelitian Ilmu Hukum, hal. 58.
48
pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan
yaitu cara berfikir yang bertolak dari pengertian bahwa sesuatu yang
74
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum: Normatif dan
Empiris, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2010, hal 110
49
F. Orisinalitas Penelitian
collector.
42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia terkait peran kepolisian dan debt
50
Lebih lanjut orisinalitas penelitian disertasi ini dapat dilihat
berikut ini:
51
Serta jaminan fidusia?
Berkelanjutan
Tindakan Terhadap
Wanprestasi
Debitur
berdasarkan UU
Nomor 42 Tahun
1999 Tentang
Jaminan Fidusia?
3. Bagaimanakah
Reformulasi
Kebijakan dalam
Penarikan Objek
Jaminan Fidusia
Serta
Berkelanjutan
Tindakan Terhadap
Wanprestasi
Debitur
berdasarkan UU
Nomor 42 Tahun
1999 Tentang
Jaminan Fidusia?
Objek Reformulasi Sanksi Kebutuhan modal Isu hukum dalam
Penelitian Pidana UU Republik dari para pengusaha disertasi ini adanya
Indonesia Nomor 42 untuk digunakan konflik norma antara
Tahun 1999 Tentang meningkatkan norma yang bersifat
Jaminan Fidusia kesejahteraan hidup, regulatif dengan
Terkait Peran di samping usahanya yang bersifat
Kepolisian dan Debt tetap berjalan. fasilitatif, Pasal 2
Collector Dalam Undang-Undang dengan Pasal 37 dan
Penarikan Objek Republik Indonesia Pasal 38 tentang
Jaminan Fidusia Serta Nomor 42 Tahun keberlakuan jaminan
Berkelanjutan 1999 Tentang fidusia dan FEO.
Tindakan Terhadap Jaminan Fidusia,
Wanprestasi Debitur dinyatakan terdapat
perpindahan hak
milik yaitu dari
debitor (pemberi
fidusia) ke kreditor
(penerima fidusia),
padahal kedudukan
benda jaminan, tetap
berada di tangan
debitor.
52
Metodologi Tipe penelitian Metode penelitian studi normatif
penelitian hukum yang digunakan dengan pendekatan
Yuridis normative. merupakan konsep, pendekatan
Pendekatan yang penelitian hukum historis, dan
digunakan adalah normatif, dengan pendekatan
pendekatan menggunakan perbandingan,
perundang-undangan analisis dari berbagai pendekatan
(statuta approach), bahan hukum. perundang-
pendekatan konseptual undangan.
(conceptual Pendekatan yang
approach). analisis
digunakan adalah
data dengan deskriptif pendekatan
analisis dan preskriptif
peraturan
analisis perundang-undangan
(statute approach),
pendekatan
konseptual
(conseptual
approach),
pendekatan historis
(historical
approach), dan
pendekatan filsafat
(philosophical
approach).
Teori Teori Kepastian teori pembentukan teori kepastian
Hukum peraturan hukum,
Teori Keadilan perundang- teori perlindungan
Teori Hierarki undangan, hukum (grand
Perundang-undangan. teori tujuan hukum, theory)
Teori hukum teori keadilan, teori perundang-
perikatan teori kepastian undangan (middle
teori hukum jaminan hukum, theory)
Teori kemanfaatan teori kemanfaatan teori hermeneutika
dan teori sistem
(applied theory)
Hasil Pertama, dasar Hasil penelitian yang
Penelitian filosofis eksistensi diperoleh (1) hukum
lembaga jaminan jaminan fidusia tidak
fidusia, digunakan memberikan
untuk menampung kepastian hukum
kebutuhan dalam sistem
masyarakat akan jaminan kebendaan
pentingnya faktor penyebabnya
tambahan modal adalah pada
berupa dana dalam perkembangan
53
melakukan kegiatan hukum jaminan
usaha di bidang fidusia; faktor
ekonomi dengan jaminan fidusia tidak
tetap menguasai didaftarkan, faktor
benda modalnya itu penormaan; (2) asas-
digunakan dalam asas dalam hukum
mempertahankan jaminan fidusia
kegiatan usaha, sebagai subsistem
sebagai hukum jaminan
agunan/jaminan kebendaan belum
memperoleh bantuan terintegrasi dengan
dana. Mengingat asas-asas hukum
kedua lembaga jaminan kebendaan
jaminan yang ada yang lain dalam
dalam KUHPerdata sistem jaminan
yaitu gadai dan kebendaan, yang
hipotek, tidak seharusnya saling
memberikan ruang komplementer,
dan tempat bagi terpadu dan
masyarakat yang konsisten. Oleh
mengembangkan karenanya
usaha dengan dibutuhkan politik
perolehan dana dari hukum sistemik
lembaga keuangan. sebagai solusi
Kedua, keberadaan permasalahan dari
Undangundang hukum jaminan
jaminan fidusia kebendaan ( ius
apabila diteliti dan constituendum ).
dicermati ternyata Politik hukum
tidak mengandung memiliki peran
kepastian hukum sangat penting,
(rechtszekerheid). paling tidak untuk
Berdasarkan teori dua hal. Pertama,
kepastian hukum sebagai alasan
dari Lon Fuller, mengapa diperlukan
UUJF dalam pembentukan suatu
rumusan pasal- peraturan
pasalnya terdapat perundang-
tumpang tindih, undangan. Kedua,
menjadikan tidak untuk menentukan
terwujudnya apa yang hendak
kepastian hukum diterjemahkan ke
yang berakibat dalam kalimat
adanya pemahaman hukum dan menjadi
norma yang berbeda perumusan pasal
dalam perlu dilakukan
54
pelaksanaanya. pembaharuan norma
Ketiga, hakikat dengan melakukan
kedudukan hukum harmonisasi
debitor dalam sehingga asas-asas
menguasai benda hukum jaminan
jaminan fidusia fidusia terintegrasi
menurut undang- dengan asas jaminan
undang jaminan kebendaan dalam
fidusia, sangat sistem jaminan
dipahami adanya kebendaan.
prinsip bahwa Keberadaan
selama benda peraturan
dijadikan objek perundang-undangan
jaminan, hak milik dan perumusan pasal
benda yang merupakan
bersangkutan, diakui `jembatan` antara
tetap ada pada politik hukum yang
debitor dan debitor ditetapkan dengan
selaku peminjam pelaksanaan dari
pakai benda. politik hukum
Sedangkan atas xvi tersebut dalam tahap
agunan yang implementasi
bersangkutan, peraturan
kreditor hanya perundang-undangan
sekedar mempunyai yang terpadu. Hal ini
hak jaminan mengingat antara
kebendaan dan pelaksanaan
bukan hak peraturan
kepemilikan. perundang-undangan
harus ada konsistensi
dan korelasi yang
erat dengan apa yang
ditetapkan sebagai
politik hukum.
G. Sistematika Penulisan
sebagai berikut:
55
Bab I memuat pendahuluan yang didalamnya menguraikan latar belakang
disertasi.
jaminan fidusia di Indonesia berdasarkan dasar historis, dasar filosofis, dan dasar
yuridis.
Bab III memuat jawaban atas rumusan masalah pertama dan kedua dalam
penelitian ini yaitu Peran Kepolisian dalam Penarikan Objek Jaminan Fidusia
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dan Peran Debt Collector dalam
Fidusia.
ini yaitu Reformulasi Kebijakan dalam Penarikan Objek Jaminan Fidusia Serta
Bab V memuat simpulan dan rekomendasi dari hasil analisis dan evaluasi
Tentang Jaminan Fidusia Terkait Peran Kepolisian dan Debt Collector Dalam
56
Penarikan Objek Jaminan Fidusia Serta Berkelanjutan Tindakan Terhadap
saran terkait dengan substansi hukum, struktur hukum, ataupun budaya hukum,
sedangkan rekomendasi khusus berisi saran normatif, yang didasarkan pada hasil
analisis.
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT Citra
Adiya Bakti.
Arianto Adi, 2004, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.
Asikin Zainal, 2012, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Rajawali Press
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000, Seri Hukum Bisnis: Jaminan Fidusia,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
HR. Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung: Citra Aditya
Bakti
58
Jhony Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Bayumedia Publishing: Malang.
Jimly Asshidiqie, Ali Safa’at M, 2012, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Konpres.
Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju.
Mariam Darus Badrulzaman, 1993, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan
Penjelasannya, Bandung: Alumni.
Marulak Pardede, dkk, 2006, Laporan Akhir Penelitian Hukum Laporan Akhir
Penelitian Hukum Tentang Implementasi Jaminan Fidusia Implementasi
Jaminan Fidusia Dalam Pemberian Kredit Dalam Pemberian Kredit Di
Indonesia, Jakarta: BPHN Departemen Hukum dan HAM RI.
Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian
Hukum: Normatif dan Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Munir Fuady, 2000, Jaminan Fidusia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
59
Oey Hoey Tiong, 1985, Fidusia sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan,
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sadjijono, 2008, Seri hukum Kepolisian, Polri dan Good Governance, Surabaya:
Laksbang Mediatama.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2009, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
60
Sri Soedewi Masjoen Sofwan, 1997, Beberapa Masalah Pelaksanaan Jaminan
Khususnva Fidusia di dalam Praktek dan Perkembangannya di Indonesia,
Yogyakarta: Fakultas Hukum UGM.
Tan Kamelo, 2014, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan,
Cet. pertama, Bandung: Alumni.
Teguh Prasetyo, 2012, Hukum Pidana, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Artikel/Jurnal/Penelitian
Fatma Pararang, (2014), “Implementasi Jaminan Fidusia Dalam Pemberian Kredit
di Indonesia” Jurnal LPPM Bidang Ekososbudkum Vol 1 (2)
Khifni Kafa Rufaida, (2014), “Keotentikan Akta Jaminan Fidusia yang Tidak
Ditandatangani di Hadapan Notaris Setelah Berlakunya Sistim Pendaftaran
Fidusia Secara Online”, Tesis, Universitas Diponegoro.
61
Mirza Satria Buana, (2010), “Hubungan Tarik-Menarik Antara Asas Kepastian
Hukum (Legal Certainpi) Dengan Asas Keadilan (Substantial Justice)
Dalam Putusan-Putusan Mahkamah Konstltusi”, Yogyakarta: Tesis
Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia.
Rilla Rininta Eka Satriya, (2015), “Pengalihan Objek Jaminan Fidusia oleh
Debitur tanpa Persetujuan Kreditur dalam Perjanjian Kredit Bank”, Tesis,
Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya
62
Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 80;
63
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan;
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 9/14/PBI/2007 Tentang Sistem
Informasi Debitor; Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan
Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia;
64