GRUP D
LEMBAR PENGESAHAN
GRUP D
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Kesetimbangan Uap Cair (VLE)”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 23
November 2020 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Bapak Rachmad Ramadhan Y., ST, MT selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
Kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan praktikum ini. Tentunya kami sangat berharap laporan
yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
INTISARI...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Tujuan.............................................................................................................1
I.3 Manfaat...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum.................................................................................................3
II.1.1 Thermodinamika Larutan........................................................................3
II.1.2 Bubble Point dan Dew Point...................................................................5
II.1.3 Fugasitas.................................................................................................5
II.1.4 Aktifitas dan Koefisien Aktifitas............................................................6
II.1.5 Hubungan Fugasitas dan Aktifitas..........................................................7
II.1.6 Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air.........................................................7
II.1.7 Azeotrop..................................................................................................8
II.1.8 Parameter Model.....................................................................................8
II.2 Sifat Bahan...................................................................................................10
II.2.1 Acetone.................................................................................................10
II.2.2 Benzene.................................................................................................10
II.3 Hipotesa.......................................................................................................11
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan yang digunakan..............................................................................12
III.2. Alat yang digunakan..................................................................................12
III.3. Gambar Alat..............................................................................................12
III.4 Prosedur Percobaan....................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel Perhitungan.....................................................................................15
IV.2 Grafik.........................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan..................................................................................................23
V.2 Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk mendapatkan data kesetimbangan uap cair sistem biner pada
kondisi isobarik.
2. Untuk menggambar kurva T-xy dan membandingkannya dengan
literatur.
3. Untuk mendapatkan parameter persamaan koefisien aktivitas pada fasa
cair yakni parameter Margules, Van Laar, dan Wilson berdasarkan
korelasi data kesetimbangan uap cair sistem biner.
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami konsep kesetimbangan uap cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rendah hinga sedang. Untuk yang kedua menyatakan bahwa ia dapat memiliki
validitas hanya ketika spesies yang menggunakan system serupa secara
kimiawi. Hanya gas ideal yang berfungsi sebagai standar yang dapat
dijadikan perilaku solusi dibandingkan. Jadi campuran isomer seperti ortho,
metha, dan para-xylene.
II.1.3 Fugasitas
Fugasitas adalah kecenderungan untuk berubah yang dapat diukur dengan
kuantitas. Pada keadaan setimbang property-properti yang teramati tidak boleh
berubah terhadap waktu. Sehingga property-properti intensif atau potensial
termodinamikanya (suhu, tekanan, potensial kimia) sama dalam suatu system.
Untuk fluida nyata, persaman analog yang mendefinisikan f i
G i=⎾ i (T ) + RT ln f i…………………………… (4)
Dengan f i adalah fugasitas zat murni i. jika persamaan fugasitas untuk zat murni i
dalam keadaan garis ideal dikurangi persamaan analog untuk fluida nyata
menghasilkan persamaan
ig fi
G i−G i =RT ln
P
Persamaan G i−Gigi adalah energy Gibbs residual, G iR maka
GiR=RT ln ∅ i
fi
Dimana rasio merupakan property baru yang disebut koefisien fugasitas dengan
P
symbol ∅
fi
∅ i= ……………………………………… (5)
P
Untuk persamaan dibawah ini dapat langsung digunakan untuk menghitung
koefisien fugasitas zat murni I dengan menggunakan persamaan dalam bentuk
volume explicit
p
dp
ln ∅i=∫ ( z i −1 ) (T konstan)
o p
Contoh persamaan keadaan dalam bentuk volume explicit adalah persamaan viral
dua suku
Bi P
z i−1=
RT
Karena Bi hanya tergantung dari temperature, maka
Bi p
ln ∅i= ∫ dp(T konstan)
RT o
Bi p
ln ∅i= ∫ dp
RT o
Untuk persamaan keadaan kubik yang merupakan persamaan yang berbentuk P
eksplisit menggunakan rumus
ln ∅i=Z i−1−ln ( Z i−Bi ) −qi Li
fi
( )
ai =
f 0i
…………………………………(16)
Sedangkan koefisien aktifitas adalah bilangan tak berdimensi yang bias mewakili
aktifitas pada P dan T tertentu
ai f
Y i= = i 0 …………………………………(17)
xi xi f i
(Smith, 2005)
II.1.5 Hubungan Fugasitas dan Aktifitas
Fugasitas di fase uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difase uap dan tekanan parsial
komponen. Sedangkan fugasitas difasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk
koefisien aktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difasa
cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam perhitungan-
perhitungan koefisien aktivitas adalah kondisi cairan murni.
Jika fasa uap dan cairan berada dalam kesetimbangan maka :
T v =T l
Pv =P l
f vi =f li
Fugasitas komponen i dalam keadaan uap
f vi = y i ∅ i P……………………………….. (18)
Fugasitas komponen i dalam keadaan cair
f li=x i y i f l ………………………….…….(19)
Kesetimbangan system biner menggambarkan distribusi suatu komponen
diantara fase uap dan fase cair sehingga diperlukan persamaan yang
menghubungkan fraksi mol fasa cair “x” dan fraksi mol fasa uap “y”. Dan hal
tersebut koefisien-koefisien aktifitas dapat ditulis
yi P
Y i= …………………………………(20)
x i Pisat
(Rasmito, 2016)
Gambar 2. Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih cairan sedemikian rupa
sehingga komponen yang tidak dapat dipisah dengan distilasi sederhana. Pada
industry petrokimia, banyak sekali dijumpai campuran-campuran azeotrope,
dimana distilasi konvensial tidak dapat dipakai untuk memisahkan campuran
tersebut menjadi senyawa-senyawa murni penyusunnya (Sutijan, 2004).
II.1.8 Parameter Model
Perhitungan nilai koefisien aktivitas dapat dilakukan dengan beberapa persamaan :
' A '12 x 1 −2
ln γ 1= A [1+ '
12 ] ……………………...(23)
A 12 x 2
A 12 A 21
ln γ 2=−ln ( x2 + A 21 x1 ) + x 1 ( + )
x 1+ A 12 x 2 x 1 + A21 x 2
…....(26)
II.2.2 Benzene
A. Sifat Fisika
1. Specific gravity : 0,879
2. Titik Didih : 80,1 0C
3. Fase : Cair
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : C6H6
2. Berat Molekul : 78,11 gr/mol
(Perry, 2008 “Benzene”)
II.3 Hipotesa
Diperoleh data kesetimbangan sistem biner uap – cair acetone-benzene pada
distilat dan di bottom menggunakan Glass Othmer Still. Diperoleh tekanan sistem
biner uap – cair acetone-benzene di distilat dan dibottom menggunakan alat Glass
Othmer Still.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Rangkaian Alat
H B
C3
C2
C1
Keterangan :
A = Boiling still
B = Condenser
C = Chock
D = Kondensat
H = Heater
T = Termocouple
Mulai
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel Perhitungan
Suhu : 45oC
Data Aseton A : 14,3145 (Appendix B.2) Data Benzen A : 13,7819 (Appendix B.2)
B : 2756,22 B : 2726,81
C : 228,06 C : 217,572
Persamaan Margules :
ln γ 1=x 22 ( A12 +2 ( A 21−A 12 ) x 1 ) ln γ 2=x 21 ( A21 +2 ( A 12− A21 ) x 2 )
Pada Tabel 2. Perhitungan koefisien aktivitas berdasarkan persamaan Margules, nilai error dari GE/RT X1 X2 perhitungan dan GE/RT X1 X2
eksperimen didapat nilai sebesar 0.05674 dimana nilai GE/RT X1 X2 cukup konsisten dengan perbedaan yang kecil
Pada Tabel 3. Perhitungan koefisien aktivitas berdasarkan persamaan Van Laar, nilai error dari GE/RT X1 X2 perhitungan dan GE/RT X1 X2
eksperimen didapat nilai sebesar 0,05789 dimana nilai GE/RT X1 X2 tidak konsisten cukup konsisten dengan perbedaan yang kecil
IV.2 Grafik
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi acetone dalam liquid (x1)
Grafik 1. Hubungan Antara Kadar Aseton dalam Liquid (x) VS Kadar Aseton dalam Vapor (y)
Berdasarkan grafik 1, diperoleh kurva kesetimbangan acetone-benzene. Dimana kadar acetone dalam liquid (x) secara berturut-turut sebesar
0,047 ; 0,0963 ; 0,2201 ; 0,2936 ; 0,4011 ; 0,4759 ; 0,6125 ; 0,7045 ; 0,8081 ; 0,9084 ; 0,9529. Untuk kadar aseton dalam vapor (y) secara berturut-urut
sebesar 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ; 0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ; 0,9699. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori
yang ada dimana kadar acetone dalam liquid berbanding lurus dengan kadar acetone dalam vapor. Karena semakin besar nilai fraksi acetone maka nilai
kadar acetone dalam liquid maupun vapor juga semakin besar.
Kurva P-xy
80
70
60
50
P (kPa)
40
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
x, y
Grafik 2. Hubungan Antara Kadar Aseton dalam Distilat dan Residu (x,y) Vs Temperatur (ToC )
Dari grafik 2. dapat dismpulkan bahwa hubungan antara kadar acetone dalam residu (x1) dan kadar acetone dalam distilat (y1) vs tekanan (kPa)
adalah berbanding lurus. Untuk kadar distilat dalam residu (x1) vs tekanan (kPa) diperoleh nilai fraksi aceton secara berturut-urut sebesar 0,047 ;
0,0963 ; 0,2201 ; 0,2936 ; 0,4011 ; 0,4759 ; 0,6125 ; 0,7045 ; 0,8081 ; 0,9084 ; 0,9529. Untuk kadar acetone dalam distilat (y1) vs tekanan (kPa)
diperoleh nilai fraksi acetone secara berturut-urut sebesar 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ; 0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ;
0,9699. Untuk tekanan (kPa) yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan secara berturut-urut sebesar 33,428 ; 36,666 ; 43,23 ; 46,45 ; 50,647 ;
53,293 ; 57,722 ; 60,527 ; 63,38 ; 66,037 ; 67,189. Semakin besar fraksi acetone maka tekanan saat kesetimbangan juga semakin besar. Hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada yaitu dimana nilai kadar acetone dalam distilat dan residu berbanding lurus dengan tekanan.
Persamaan Margules
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
ln γ1 ln γ2
GE/RTx1x2 ln γ1 percobaan
ln γ2 percobaan GE/RTx1x2 percobaan
Grafik 3. Perbandingan lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT percobaan dengan metode Margules
Pada grafik tersebut dapat diamati nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan margules dan percobaan dengan rincian sebagai berikut. Nilai ln
γ 1 dari persamaan Margules adalah 0,36930; 0,32819; 0,23675; 0,19102; 0,13358; 0,10031; 0,05285; 0,02996; 0,01227; 0,00271; 0,00071. Nilai lnγ 2
dari persamaan Margules adalah 0,00100; 0,00417; 0,02134; 0,03716; 0,06768; 0,09365; 0,15017; 0,19426; 0,24906; 0,30673; 0,33362. . Nilai
GE/x1x2RT dari persamaan Margules adalah 0,40889; 0,40651; 0,40050; 0,39698; 0,39179; 0,38817; 0,38158; 0,37713; 0,37213; 0,36728; 0,36514.
Sedangkan nilai lnγ 1 dari percobaan 0,4112; 0,3643; 0,2397; 0,1901; 0,1298; 0,0968; 0,0526; 0,0344; 0,0143 ;0,0056; 0,0045. Pada nilai ln γ 2 adalah
0,0047; 0,0086; 0,0361; 0,0542; 0,0890; 0,1172; 0,1738; 0,2099; 0,2786; 0,3398; 0,3629. Nilai GE/x1x2T yaitu 0,5310; 0,4926; 0,4713; 0,4538; 0,4386;
0,4309; 0,4194; 0,4142; 0,4191; 0,4357; 0,4767. Hasil yang nampak pada grafik menujukkan bahwa nilai dari percobaan dan margules saling
berdekatan, sehingga perhitungan kesetimbangan uap cair dari larutan aceton-benzen dapat menggunakan persamaan Margules
ln γ1 ln γ2
GE/RTx1x2 ln γ1 percobaan
ln γ2 percobaan GE/RTx1x2 percobaan
Grafik 4. Perbandingan lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT percobaan dengan metode Van Laar
Dari Grafik 4 dapat diamati nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan margules dan percobaan dengan rincian sebagai berikut. Nilai lnγ 1 dari
persamaan Van Laar adalah 0,36879; 0,32734; 0,23565; 0,19003; 0,13291; 0,09988; 0,05278; 0,03001; 0,01234; 0,00275; 0,00072. Nilai lnγ 2 dari
persamaan Van Laar adalah 0,00102; 0,00421; 0,02142; 0,03720; 0,06755; 0,09332; 0,14942; 0,19328; 0,24801; 0,30598; 0,33316. Nilai GE/x1x2RT
dari persamaan Van Laar adalah 0,40860; 0,40596; 0,39943; 0,39570; 0,39032; 0,38667; 0,38017; 0,37591; 0,37123; 0,36681; 0,36488. Sedangkan nilai
dari percobaan untuk lnγ 1 adalah 0,4112; 0,3643; 0,2397; 0,1901; 0,1298; 0,0968; 0,0526; 0,0344; 0,0143 ;0,0056; 0,0045. Pada nilai ln γ 2 adalah 0,0047;
0,0086; 0,0361; 0,0542; 0,0890; 0,1172; 0,1738; 0,2099; 0,2786; 0,3398; 0,3629. Nilai GE/x1x2T yaitu 0,5310; 0,4926; 0,4713; 0,4538; 0,4386; 0,4309;
0,4194; 0,4142; 0,4191; 0,4357; 0,4767.
Hasil yang nampak pada grafik menujukkan bahwa nilai dari percobaan dan margules saling berdekatan, sehingga perhitungan kesetimbangan
uap cair dari larutan aceton-benzen dapat menggunakan persamaan Van Laar. Kedua persamaan menujukkan grafik yang berdekatan dengan hasil
percobaan sehingga alam sistem Aceton Benzen dapat digunakan kedua persamaan tersebu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Adapun hasil yang telah diperoleh setelah melakukan percobaan sebagai
berikut :
1. Diperoleh tekanan saat terjadi kesetimbangan berdasarkan percobaan
dengan fraksi acetone secara berturut-turut 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ;
0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ; 0,9699.
2. Nilai parameter A12 dan A21 yang diperoleh adalah 0,4112 dan 0,3629.
3. Didapat nilai γ 1 pada persamaan Margules berturut-turut 1,4467 ; 1,3884 ;
1,2671 ; 1,2105 ; 1,1429 ; 1,1055 ; 1,0543 ; 1,0304 ; 1,0123 ; 1,0027 ;
1,0007. Kemudian didapat pula nilai γ 2 untuk persamaan Margules
berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ; 1,0216 ; 1,0379 ; 1,0700 ; 1,0982 ;
1,1620 ; 1,2144 ; 1,2828 ; 1,3590 ; 1,3960.
4. Pada persamaan Van Laar di dapat nilai γ 1 berturut-turut 1,4460 ; 1,3873 ;
1,2657 ; 1,2093 ; 1,1421 ; 1,1050 ; 1,0542 ; 1,0305 ; 1,0124 ; 1,0027 ;
1,0007. Kemudian didapat pula nilai γ 2 untuk persamaan Van Laar
berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ; 1,0216 ; 1,0379 ; 1,0698 ; 1,0978 ;
1,1611 ; 1,2132 ; 1,2815 ; 1,3580 ; 1,3954.
5. Pada pengolahan data dari hasil percobaan menggunakan persamaan
Margules dan persamaan Van Laar didapatkan hasil bahwa kedua
persamaan cocok untuk digunakan karena pada grafik 4 dan 5 terlihat
bahwa nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari percobaan terletak dekat
dengan nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan Margules dan
persamaan Van Laar.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih tepat dalam pembacaan alat kompresor agar
mendapat hasil pada residu dan distilat yang tepat.
1.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Tabel Pengamatan
2. Perhitungan
1. Perhitungan Psat
Psat dari Acetone 45 oC
B
Ln Psat = A−
T +C
2756,22
= 14,3145 –
45+228,06
= 4,22067
Psat = Exp(4,22067)
= 68,0794 kPa
0,1444 x 33,428
=
0,047 x 68,0794
= 1,5086
ln γ1 = x22[A12+2(A21-A12)x1]
= 0,9532[0,4112+2(0,3629-0,4112)0,047]
= 0,3693
ln γ2 = x12[A21+2(A12-A21)x2]
= 0,0472[0,3629+2(0,4112-0,3629)0,953]
= 0,0010
4. Perhitungan GE/x1x2RT dengan persamaan Margules
¿ =( A 21 x 1+ A 12 x 2 ) x 1 x 2
x 1 x 2 RT
= (0,3629 x 0.047 + 0,4112 x 0,953)
= 0,4089
5. Perhitungan ln γ1 dan ln γ2 dengan persamaan Van Laar
A 12 x 1 −2
ln γ1 = A21 (1 + )
A 21 x 2
0,4112 x 0,047 −2
= 0,4112 (1 + )
0,3629 x 0,953
= 0,3688
A 21 x 1 −2
ln γ2 = A21 (1 + )
A 12 x 2
0,3629 x 0,047 −2
= 0,3629 (1 + )
0,4112 x 0,953
= 0,0010
= 0,4086