Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)“

GRUP D

1. ABDUL RO’UF 18031010049


2. NADIA LUTHFI PRATIWI 18031010052

Tanggal Percobaan : 23 November 2020

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA II

“KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)”

GRUP D

1. ABDUL RO’UF 18031010049


2. NADIA LUTHFI PRATIWI 18031010052

Tanggal Percobaan : 23 November 2020

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Dosen Pembimbing

(Rachmad Ramadhan Y., ST, MT)


NIP. 19890422 201903 1 013

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


i
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Kesetimbangan Uap Cair (VLE)”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 23
November 2020 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Bapak Rachmad Ramadhan Y., ST, MT selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
Kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan praktikum ini. Tentunya kami sangat berharap laporan
yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 23 November 2020

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


ii
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
INTISARI...............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................................1
I.2 Tujuan.............................................................................................................1
I.3 Manfaat...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum.................................................................................................3
II.1.1 Thermodinamika Larutan........................................................................3
II.1.2 Bubble Point dan Dew Point...................................................................5
II.1.3 Fugasitas.................................................................................................5
II.1.4 Aktifitas dan Koefisien Aktifitas............................................................6
II.1.5 Hubungan Fugasitas dan Aktifitas..........................................................7
II.1.6 Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air.........................................................7
II.1.7 Azeotrop..................................................................................................8
II.1.8 Parameter Model.....................................................................................8
II.2 Sifat Bahan...................................................................................................10
II.2.1 Acetone.................................................................................................10
II.2.2 Benzene.................................................................................................10
II.3 Hipotesa.......................................................................................................11
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan yang digunakan..............................................................................12
III.2. Alat yang digunakan..................................................................................12
III.3. Gambar Alat..............................................................................................12
III.4 Prosedur Percobaan....................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel Perhitungan.....................................................................................15

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


iii
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

IV.2 Grafik.........................................................................................................18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan..................................................................................................23
V.2 Saran............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


iv
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

INTISARI

Pada percobaan kesetimbangan uap-cair larutan acetone-benzene


didapatkan data tekanan kesetimbangan dalam kPa berturut-turut sebesar 33,428 ;
36,666 ; 43,23 ; 46,45 ; 50,647 ; 53,293 ; 57,722 ; 60,527 ; 63,38 ; 66,037 ;
67,189. Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan nilai x1 berturut-turut
sebesar 0,047 ; 0,0963 ; 0,2207 ; 0,2936 ; 0,4011 ; 0,4759 ; 0,6125 ; 0,7045 ;
0,8081 ; 0,9084 ; 0,9529. Pada percobaan didapatkan juga nilai y1 berturut-turut
sebesar 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ; 0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ;
0,8805 ; 0,9418 ; 0,9699. Dengan menggunakan grafik antara ln γ1, ln γ2, dan
GE/RT.x1.x2 didapatkan nilai parameter A12 = 0,4112 dan A21 = 0,3629. Pada
Persamaan Margules didapatkan nilai koefisien aktivitas (γ 1 ¿ berturut-turut
1,4467 ; 1,3884 ; 1,2671 ; 1,2105 ; 1,1429 ; 1,1055 ; 1,0543 ; 1,0304 ; 1,0123 ;
1,0027 ; 1,0007. Kemudian didapat pula nilai γ 2 untuk persamaan Margules
berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ; 1,0216 ; 1,0379 ; 1,0700 ; 1,0982 ;
1,1620 ; 1,2144 ; 1,2828 ; 1,3590 ; 1,3960. Pada persamaan Van Laar di dapat
nilai koefisien aktivitas (γ 1) berturut-turut 1,4460 ; 1,3873 ; 1,2657 ; 1,2093 ;
1,1421 ; 1,1050 ; 1,0542 ; 1,0305 ; 1,0124 ; 1,0027 ; 1,0007. Kemudian didapat
pula nilai γ 2 pada persamaan Van Laar berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ;
1,0216 ; 1,0379 ; 1,0699 ; 1,0978 ; 1,1612 ; 1,2132 ; 1,2815 ; 1,3580 ; 1,3954.
Tekanan dengan x1 dan y1 berbanding lurus, dimana semakin besar nilai x1 dan
y1 maka semakin besar pula tekanannya.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


v
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam proses pemisahan fasa liquid – liquid terdapat beberapa macam
yaitu distilasi, ekstraksi, dan absorpsi. Distilasi merupakan proses yang digunakan
untuk memisahkan atau memisahkan sebagian komponen dalam suatu campuran
berdasarkan titik didihnya yang diikuti dengan kondensasi. Distilasi
memanfaatkan perbedaan konsentrasi komponen dalam fase cair dan uap.
Kesetimbangan uap cair dapat ditentukan ketika terdapat variabel yang tetap
(konstan) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan uap cair, kecepatan
antara molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan
kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan kembali. Data kesetimbangan
uap cair dapat diperlukan dalam perancangan dan pengoperasian kolom-kolom
distilasi. Dalam lingkup teknik kimia, pemahaman tentang kesetimbangan uap-
cair sangat diperlukan karena banyak proses industri kimia yang memerlukan
konsep kesetimbangan uap-cair dalam pengembangannya. Berdasarkan hal-hal
tersebut, maka dilakukanlah percobaan ini untuk mempelajari kesetimbangan uap
cair untuk mendapatkan data kesetimbangan uap cair sistem biner.

I.2 Tujuan
1. Untuk mendapatkan data kesetimbangan uap cair sistem biner pada
kondisi isobarik.
2. Untuk menggambar kurva T-xy dan membandingkannya dengan
literatur.
3. Untuk mendapatkan parameter persamaan koefisien aktivitas pada fasa
cair yakni parameter Margules, Van Laar, dan Wilson berdasarkan
korelasi data kesetimbangan uap cair sistem biner.

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami konsep kesetimbangan uap cair

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


1
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


kesetimbangan uap cair
3. Agar praktikan dapat mengaplikasikan kesetimbangan uap cair pada
bidang industri kimia

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


2
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Kesetimbangan adalah kondisi statis dimana tidak terjadi perubahan sifat
makroskopis suatu sistem seiring dengan waktu. Ini menyiratkan keseimbangan
semua potensi yang dapat menyebabkan perubahan. Dalam praktik perekayasaan,
asumsi kesetimbangan dibenarkan jika mengarah pada hasil akurasi yang
memuaskan. Misalnya, dalam reboiler untuk kolom distilasi, kesetimbangan
antara fasa uap dan cair umumnya diasumsikan. Untuk laju penguapan hingga ini
adalah perkiraan, tetapi tidak menyebabkan kesalahan yang signifikan ke dalam
perhitungan teknik. Sistem terisolasi yang terdiri dari fase cair dan uap dalam
kontak yang intim akhirnya mencapai keadaan akhir di mana tidak ada
kecenderungan untuk terjadi perubahan dalam sistem. Komposisi suhu, tekanan,
dan fasa mencapai nilai akhir yang selanjutnya tetap. Sistem berada dalam kondisi
Kesetimbangan.
II.1.1 Thermodinamika Larutan
Larutan merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih. Suatu
larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Kelarutan
didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan
jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature konstan. Kelarutan suatu zat
bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperature, dan tekanan.
A. Hukum Raoult
Bunyi dari hokum Raoult adalah “tekanan uap larutan ideal dipengaruhi oleh
tekanan uap pelarut dan fraksi mol zat terlarut yang terkandung dalam larutan
tersebut”. Hukum Raoult sangat penting mempelajari sifat dan karakteristik
fisik dari larutan seperti menghitung jumlah molekul dan memprediksi massa
molar suatu zat (Mr). terdapat dua buah asumsi yang diperlukan untuk
mengurangi perhitungan VLE menjadi hokum Roult adalah fasa uap yang
ideal. Fase cair merupakan solusi yang ideal. Asumsi yang pertama
menyatakan bahwa hokum Raoult hanya dapat diaplikasikan untuk tekanan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


3
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

rendah hinga sedang. Untuk yang kedua menyatakan bahwa ia dapat memiliki
validitas hanya ketika spesies yang menggunakan system serupa secara
kimiawi. Hanya gas ideal yang berfungsi sebagai standar yang dapat
dijadikan perilaku solusi dibandingkan. Jadi campuran isomer seperti ortho,
metha, dan para-xylene.

Ekspresi matematika yang mencerminkan dua asumsi yang tercampur dan


yang di dalamnya memberikan ekspresi kuantitatif pada hokum Raoult adalah
y i P=x i Pisat (i=1,2,………N) ………………………………(1)
Keterangan :
x i=mol fase cair
y i=mol fase uap
P=tekanan sebagian spesies
psat =tekananuap spesies murni i pada temperatur dari system
B. Hukum Henry
Bunyi hukum Henry “Air membutuhkan, gas terkondensasi, dengan satu, dua,
atau lebih tambahan atmosfer, suatu kuantitas dimana, biasanya dikompresi,
akan sebanding dengan dua kali, tiga kali lipat, volume yang diserap di bawah
tekanan umum atmosfer”. Dengan kata lain, jumlah gas yang terlarut sebanding
dengan tekanan parsial dalam fase gas. Faktor kesebandingannya disebut
sebagai konstanta hukum Henry. Hukum Henry, diterapkan disini untuk
tekanan yang cukup rendah dimana fase uap dapat diasumsikan sebagai gas
ideal. Untuk spesies hadir sebagai zat terlarut yang sangat encer dalam fase
cair, Hukum Henry kemudian menyatakan bahwa tekanan parsial spesies
dalam fase vapor adalah berbanding lurus dengan fraksi mol fase cairnya.
Demikian
y i P=x i H i……………………………………….. (2)
Keterangan
Hi = konstanta henry

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


4
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

II.1.2 Bubble Point dan Dew Point


Bubble point adalah temperature dimana gelembung uap pertama kali
terbentuk didalam cairan pada saat dipanaskan sesuai dengan tekanan yang
diberikan. Atau dapat dinyatakan sebagai temperatur dimana cairan mulai
membentuk gelembung uap sesuai dengan tekanan yang diberikan. Atau dapat
dinyatakan sebagai suhu dimana uap atau gas mulai mengembun sesuai dengan
tekanan yang diberikan. Pada VLE dengan kombinasi variable lainnya
dimungkinkan, pada perhitungan titik embun dan bubble point perhitungannya
terdapat empat kelas dalam hal ini yakni, BUBLP, DEW P, BUBL T, dan DEW
T.
Dalam setiap kasusnya nama menunjukkan jumlah yang akan dihitung
baik BUBL point dan DEW point pada P atau T. Dengan demikian kita harus
menentukan fase cair atau komposisi fase uap dan P atau T, dengan demikian
menetapkan 1+( N −1) atau aturan fasa N variable, tepatnya jumlah derajat
kebebasan F yang dibutuhkan oleh aturan fasa. Prosedur umum untuk solusi
masalah VLE menjadi jelas melalui perhitungan kesederhanaan relative. Karena
difokuskan pada penerapan hukum Roult dikarenakan yakni ∑ i yi =1 yang
selanjutnya dapat dirumuskan
P=∑ xi Psat
i ……………………………………… (3)
i

II.1.3 Fugasitas
Fugasitas adalah kecenderungan untuk berubah yang dapat diukur dengan
kuantitas. Pada keadaan setimbang property-properti yang teramati tidak boleh
berubah terhadap waktu. Sehingga property-properti intensif atau potensial
termodinamikanya (suhu, tekanan, potensial kimia) sama dalam suatu system.
Untuk fluida nyata, persaman analog yang mendefinisikan f i
G i=⎾ i (T ) + RT ln f i…………………………… (4)
Dengan f i adalah fugasitas zat murni i. jika persamaan fugasitas untuk zat murni i
dalam keadaan garis ideal dikurangi persamaan analog untuk fluida nyata
menghasilkan persamaan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


5
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

ig fi
G i−G i =RT ln
P
Persamaan G i−Gigi adalah energy Gibbs residual, G iR maka
GiR=RT ln ∅ i
fi
Dimana rasio merupakan property baru yang disebut koefisien fugasitas dengan
P
symbol ∅
fi
∅ i= ……………………………………… (5)
P
Untuk persamaan dibawah ini dapat langsung digunakan untuk menghitung
koefisien fugasitas zat murni I dengan menggunakan persamaan dalam bentuk
volume explicit
p
dp
ln ∅i=∫ ( z i −1 ) (T konstan)
o p
Contoh persamaan keadaan dalam bentuk volume explicit adalah persamaan viral
dua suku
Bi P
z i−1=
RT
Karena Bi hanya tergantung dari temperature, maka
Bi p
ln ∅i= ∫ dp(T konstan)
RT o
Bi p
ln ∅i= ∫ dp
RT o
Untuk persamaan keadaan kubik yang merupakan persamaan yang berbentuk P
eksplisit menggunakan rumus
ln ∅i=Z i−1−ln ( Z i−Bi ) −qi Li

II.1.4 Aktifitas dan Koefisien Aktifitas


Aktifitas adalah perbandingan antara fugasitas komponen i pada keadaan
system terhadap fugasitas komponen i pada keadaan standard

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


6
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

fi
( )
ai =
f 0i
…………………………………(16)

Sedangkan koefisien aktifitas adalah bilangan tak berdimensi yang bias mewakili
aktifitas pada P dan T tertentu
ai f
Y i= = i 0 …………………………………(17)
xi xi f i
(Smith, 2005)
II.1.5 Hubungan Fugasitas dan Aktifitas
Fugasitas di fase uap dinyatakan dalam bentuk koefisien fugasitas yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difase uap dan tekanan parsial
komponen. Sedangkan fugasitas difasa cair umumnya dinyatakan dalam bentuk
koefisien aktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan antara fugasitas difasa
cair dan fugasitas komponen pada keadaan standar dalam perhitungan-
perhitungan koefisien aktivitas adalah kondisi cairan murni.
Jika fasa uap dan cairan berada dalam kesetimbangan maka :
T v =T l
Pv =P l
f vi =f li
Fugasitas komponen i dalam keadaan uap
f vi = y i ∅ i P……………………………….. (18)
Fugasitas komponen i dalam keadaan cair
f li=x i y i f l ………………………….…….(19)
Kesetimbangan system biner menggambarkan distribusi suatu komponen
diantara fase uap dan fase cair sehingga diperlukan persamaan yang
menghubungkan fraksi mol fasa cair “x” dan fraksi mol fasa uap “y”. Dan hal
tersebut koefisien-koefisien aktifitas dapat ditulis
yi P
Y i= …………………………………(20)
x i Pisat
(Rasmito, 2016)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


7
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

II.1.6 Kurva Kesetimbangan Ethanol-Air

Gambar 1. Diagram Kesetimbangan Uap-Cair Etanol-Air


Dengan diagram kesetimbangan ini menggambarkan hubungan
kesetimbangan antara fraksi mol komponen volatile yang terdapat di dalam fasa
cair (x) dengan fraksi mol komponen yang terdapat pada fasa gas (y) (Perry,
2008).
II.1.7 Azeotrop

Gambar 2. Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih cairan sedemikian rupa
sehingga komponen yang tidak dapat dipisah dengan distilasi sederhana. Pada
industry petrokimia, banyak sekali dijumpai campuran-campuran azeotrope,
dimana distilasi konvensial tidak dapat dipakai untuk memisahkan campuran
tersebut menjadi senyawa-senyawa murni penyusunnya (Sutijan, 2004).
II.1.8 Parameter Model
Perhitungan nilai koefisien aktivitas dapat dilakukan dengan beberapa persamaan :

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


8
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

1. Persamaan Marguless untuk Campuran Biner


ln γ 1=x 22 ( A12 +2 ( A 21−A 12 ) x 1 ) ...………………(21)

ln γ 2=x 21 ( A21 +2 ( A 12− A21 ) x 2 )…………………(22)


2. Persamaan Van Laas untuk Campuran Biner
Ketika x 1=0 dan lnγ 1= A112

' A '12 x 1 −2
ln γ 1= A [1+ '
12 ] ……………………...(23)
A 12 x 2

Ketika x 2=0 dan lnγ 2= A121


A '21 x 1 −2
ln γ 2= A '21[1+ '
] ……………………...(24)
A 21 x 2
3. Persamaan Wilson untuk Campuran Biner dengan Efek Temperatur
A 12 A 21
ln γ 1=−ln ( x1 + A12 x2 ) + x 2 ( + )
x 1+ A 12 x 2 x 1 + A21 x 2
……(25)

A 12 A 21
ln γ 2=−ln ( x2 + A 21 x1 ) + x 1 ( + )
x 1+ A 12 x 2 x 1 + A21 x 2
…....(26)

A12 dan A21harus selalu angka yang positif


Keterangan :
γ 1 γ 2 = koefisien aktivitas x 1 x 2 = fraksi mol

A'12 = relative volatility komponen 1 terhadap 2


Persamaan NRTL yang mengandung tiga parameter untuk system biner
adalah
2
G 12 τ 12 2 2
G21 G21 G12 τ 12 2
( (
ln γ 1=x 22 τ 21
x 1+ x 2 G21) +
x 2+ x 1 G12 ) ( (
ln γ 2=x 21 τ 21
x 1+ x 2 G21
+ )
x 2+ x 1 G 12 )
G12=exp ⁡(−∝ τ 12); G21=exp ⁡(−∝ τ 21)
Untuk pengenceran tak terbatas, persamaan ini menjadi :
b12 b
τ 12= ; τ 21= 21
RT RT
Dimana a1, b2, dan b21 parameter spesifik untuk pasangan spesies tertentu,
tidak tergantung pada komposisi dan suhu. Nilai pengenceran tak terbatas dari
koefisien aktifitas diberikan oleh percobaan (Smith, 2005).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


9
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

II.2 Sifat Bahan


II.2.1 Acetone
A. Sifat Fisika
1. Specific gravity : 0,792
2. Titik Didih : 56,5 0C
3. Fase : Cair
B. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : C3H6O
2. Berat molekul : 58,08 gr/mol
(Perry, 2008 “Acetone”)
C. Fungsi : Sebagai bahan yang diamati dalam percobaan

II.2.2 Benzene
A. Sifat Fisika
1. Specific gravity : 0,879
2. Titik Didih : 80,1 0C
3. Fase : Cair
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : C6H6
2. Berat Molekul : 78,11 gr/mol
(Perry, 2008 “Benzene”)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


10
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

C. Fungsi : Sebagai pelarut

II.3 Hipotesa
Diperoleh data kesetimbangan sistem biner uap – cair acetone-benzene pada
distilat dan di bottom menggunakan Glass Othmer Still. Diperoleh tekanan sistem
biner uap – cair acetone-benzene di distilat dan dibottom menggunakan alat Glass
Othmer Still.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


11
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1. Bahan yang digunakan


1. Acetone
2. Benzene
III.2. Alat yang digunakan
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Corong kaca
4. Gelas ukur
5. Pipet
6. Piknometer
7. Neraca analitik
8. Labu ukur
9. Kaca arloji
III.3. Gambar Alat

Labu ukur Gelas ukur Beaker glass Neraca analitik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


12
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Piknometer Corong Pipet Kaca arloji Erlenmeyer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


13
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Rangkaian Alat

H B

C3
C2
C1

Keterangan :
A = Boiling still
B = Condenser
C = Chock
D = Kondensat
H = Heater
T = Termocouple

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


14
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

III.4 Prosedur Percobaan

Mulai

Pembuatan kurva kalibrasi

Persiapan peralatan glass othmer


still

Membuat Masukkan umpan, nyalakan heater.


larutan umpan Alirkan air pendingin

Pengolahan data dan penentuan


Data Vapor Liquid Equilibrium
parameter persamaan Vapor Liquid
Literatur
Equilibrium

Selesai

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


15
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Tabel Perhitungan
Suhu : 45oC
Data Aseton A : 14,3145 (Appendix B.2) Data Benzen A : 13,7819 (Appendix B.2)
B : 2756,22 B : 2726,81
C : 228,06 C : 217,572

Tabel IV.1.1. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Percobaan

T (°C) P (kPa) x1 (mol/mol) x2 (mol/mol) y1 (mol/mol) y2 (mol/mol) P1sat P2sat γ1 γ2 ln γ1 ln γ2


45 33,428 0,047 0,953 0,1444 0,8556 68,0794 29,8714 1,5086 1,0047 0,4112 0,0047
45 36,666 0,0963 0,9037 0,2574 0,7426 68,0794 29,8714 1,4396 1,0086 0,3643 0,0086
45 43,23 0,2207 0,7793 0,4417 0,5583 68,0794 29,8714 1,2709 1,0368 0,2397 0,0361
45 46,45 0,2936 0,7064 0,5204 0,4796 68,0794 29,8714 1,2093 1,0557 0,1901 0,0542
45 50,647 0,4011 0,5989 0,6139 0,3861 68,0794 29,8714 1,1386 1,0931 0,1298 0,0890
45 53,293 0,4759 0,5241 0,6697 0,3303 68,0794 29,8714 1,1016 1,1244 0,0968 0,1172
45 57,722 0,6125 0,3875 0,7614 0,2386 68,0794 29,8714 1,0540 1,1898 0,0526 0,1738
45 60,527 0,7045 0,2955 0,8201 0,1799 68,0794 29,8714 1,0349 1,2336 0,0344 0,2099
45 63,38 0,8081 0,1919 0,8805 0,1195 68,0794 29,8714 1,0144 1,3213 0,0143 0,2786
45 66,037 0,9084 0,0916 0,9418 0,0582 68,0794 29,8714 1,0057 1,4046 0,0056 0,3398
45 67,189 0,9529 0,0471 0,9699 0,0301 68,0794 29,8714 1,0045 1,4374 0,0045 0,3629

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


15
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Tabel 2. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Persamaan Margules

Persamaan Margules :
ln γ 1=x 22 ( A12 +2 ( A 21−A 12 ) x 1 ) ln γ 2=x 21 ( A21 +2 ( A 12− A21 ) x 2 )

Parameter Persamaan Margules GE/RTx1x2 Error


GE/RTx1x2
A12 A21 ln γ 1 ln γ 2 γ1 γ2
0,5310 0,40889 0,00100 1,44671 1,00101 0,40889 0,01492
0,4926 0,40651 0,00417 1,38845 1,00418 0,40651 0,00741
0,4713 0,40050 0,02134 1,26713 1,02157 0,40050 0,00501
0,4538 0,39698 0,03716 1,21048 1,03786 0,39698 0,00323
0,4386 0,39179 0,06768 1,14291 1,07003 0,39179 0,00219
0,41116 0,36286 0,4309 0,38817 0,09365 1,10551 1,09817 0,38817 0,00183
0,4194 0,38158 0,15017 1,05428 1,16203 0,38158 0,00143
0,4142 0,37713 0,19426 1,03041 1,21441 0,37713 0,00138
0,4191 0,37213 0,24906 1,01234 1,28282 0,37213 0,00221
0,4357 0,36728 0,30673 1,00272 1,35898 0,36728 0,00468
0,4767 0,36514 0,33362 1,00071 1,39601 0,36514 0,01245
Σ 0,05674

Pada Tabel 2. Perhitungan koefisien aktivitas berdasarkan persamaan Margules, nilai error dari GE/RT X1 X2 perhitungan dan GE/RT X1 X2
eksperimen didapat nilai sebesar 0.05674 dimana nilai GE/RT X1 X2 cukup konsisten dengan perbedaan yang kecil

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


16
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Tabel 3. Perhitungan Koefisien Aktivitas Berdasarkan Persamaan Van Laar


Persamaan Van Laar :
−2 −2
A 12 x 1 A 21 x 2
[
ln γ 1= A 12 1+
A 21 x 2 ] [
ln γ 2= A 21 1+
A 12 x 1 ]
Parameter Persamaan Margules GE/RTx1x2 Error
GE/RTx1x2
A12 A21 ln γ 1 ln γ 2 γ1 γ2
0,40860 0,36879 0,00102 1,44598 1,00102 0,40860 0,01499
0,40596 0,32734 0,00421 1,38727 1,00422 0,40596 0,00750
0,39943 0,23565 0,02142 1,26573 1,02165 0,39943 0,00516
0,39570 0,19003 0,03720 1,20928 1,03790 0,39570 0,00338
0,39032 0,13291 0,06755 1,14214 1,06988 0,39032 0,00233
0,41116 0,36286 0,38667 0,09988 0,09332 1,10504 1,09781 0,38667 0,00196
0,38017 0,05278 0,14942 1,05420 1,16116 0,38017 0,00154
0,37591 0,03001 0,19328 1,03047 1,21322 0,37591 0,00147
0,37123 0,01234 0,24801 1,01242 1,28148 0,37123 0,00230
0,36681 0,00275 0,30598 1,00275 1,35795 0,36681 0,00475
0,36488 0,00072 0,33316 1,00072 1,39537 0,36488 0,01251
Σ 0,05789

Pada Tabel 3. Perhitungan koefisien aktivitas berdasarkan persamaan Van Laar, nilai error dari GE/RT X1 X2 perhitungan dan GE/RT X1 X2
eksperimen didapat nilai sebesar 0,05789 dimana nilai GE/RT X1 X2 tidak konsisten cukup konsisten dengan perbedaan yang kecil

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


17
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

IV.2 Grafik

Kurva Kesetimbangan Acetone-Benzene


1
0.9
Fraksi acetone dalam uap (y1)

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi acetone dalam liquid (x1)

Grafik 1. Hubungan Antara Kadar Aseton dalam Liquid (x) VS Kadar Aseton dalam Vapor (y)
Berdasarkan grafik 1, diperoleh kurva kesetimbangan acetone-benzene. Dimana kadar acetone dalam liquid (x) secara berturut-turut sebesar
0,047 ; 0,0963 ; 0,2201 ; 0,2936 ; 0,4011 ; 0,4759 ; 0,6125 ; 0,7045 ; 0,8081 ; 0,9084 ; 0,9529. Untuk kadar aseton dalam vapor (y) secara berturut-urut
sebesar 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ; 0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ; 0,9699. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


18
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

yang ada dimana kadar acetone dalam liquid berbanding lurus dengan kadar acetone dalam vapor. Karena semakin besar nilai fraksi acetone maka nilai
kadar acetone dalam liquid maupun vapor juga semakin besar.

Kurva P-xy
80
70
60
50
P (kPa)
40
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
x, y

Grafik 2. Hubungan Antara Kadar Aseton dalam Distilat dan Residu (x,y) Vs Temperatur (ToC )

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


19
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Dari grafik 2. dapat dismpulkan bahwa hubungan antara kadar acetone dalam residu (x1) dan kadar acetone dalam distilat (y1) vs tekanan (kPa)
adalah berbanding lurus. Untuk kadar distilat dalam residu (x1) vs tekanan (kPa) diperoleh nilai fraksi aceton secara berturut-urut sebesar 0,047 ;
0,0963 ; 0,2201 ; 0,2936 ; 0,4011 ; 0,4759 ; 0,6125 ; 0,7045 ; 0,8081 ; 0,9084 ; 0,9529. Untuk kadar acetone dalam distilat (y1) vs tekanan (kPa)
diperoleh nilai fraksi acetone secara berturut-urut sebesar 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ; 0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ;
0,9699. Untuk tekanan (kPa) yang diperoleh berdasarkan hasil pengamatan secara berturut-urut sebesar 33,428 ; 36,666 ; 43,23 ; 46,45 ; 50,647 ;
53,293 ; 57,722 ; 60,527 ; 63,38 ; 66,037 ; 67,189. Semakin besar fraksi acetone maka tekanan saat kesetimbangan juga semakin besar. Hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada yaitu dimana nilai kadar acetone dalam distilat dan residu berbanding lurus dengan tekanan.

Persamaan Margules
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

ln γ1 ln γ2
GE/RTx1x2 ln γ1 percobaan
ln γ2 percobaan GE/RTx1x2 percobaan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


20
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Grafik 3. Perbandingan lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT percobaan dengan metode Margules

Pada grafik tersebut dapat diamati nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan margules dan percobaan dengan rincian sebagai berikut. Nilai ln
γ 1 dari persamaan Margules adalah 0,36930; 0,32819; 0,23675; 0,19102; 0,13358; 0,10031; 0,05285; 0,02996; 0,01227; 0,00271; 0,00071. Nilai lnγ 2
dari persamaan Margules adalah 0,00100; 0,00417; 0,02134; 0,03716; 0,06768; 0,09365; 0,15017; 0,19426; 0,24906; 0,30673; 0,33362. . Nilai
GE/x1x2RT dari persamaan Margules adalah 0,40889; 0,40651; 0,40050; 0,39698; 0,39179; 0,38817; 0,38158; 0,37713; 0,37213; 0,36728; 0,36514.
Sedangkan nilai lnγ 1 dari percobaan 0,4112; 0,3643; 0,2397; 0,1901; 0,1298; 0,0968; 0,0526; 0,0344; 0,0143 ;0,0056; 0,0045. Pada nilai ln γ 2 adalah
0,0047; 0,0086; 0,0361; 0,0542; 0,0890; 0,1172; 0,1738; 0,2099; 0,2786; 0,3398; 0,3629. Nilai GE/x1x2T yaitu 0,5310; 0,4926; 0,4713; 0,4538; 0,4386;
0,4309; 0,4194; 0,4142; 0,4191; 0,4357; 0,4767. Hasil yang nampak pada grafik menujukkan bahwa nilai dari percobaan dan margules saling
berdekatan, sehingga perhitungan kesetimbangan uap cair dari larutan aceton-benzen dapat menggunakan persamaan Margules

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


21
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

Persamaan Van Laar


0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1

ln γ1 ln γ2
GE/RTx1x2 ln γ1 percobaan
ln γ2 percobaan GE/RTx1x2 percobaan

Grafik 4. Perbandingan lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT percobaan dengan metode Van Laar

Dari Grafik 4 dapat diamati nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan margules dan percobaan dengan rincian sebagai berikut. Nilai lnγ 1 dari
persamaan Van Laar adalah 0,36879; 0,32734; 0,23565; 0,19003; 0,13291; 0,09988; 0,05278; 0,03001; 0,01234; 0,00275; 0,00072. Nilai lnγ 2 dari
persamaan Van Laar adalah 0,00102; 0,00421; 0,02142; 0,03720; 0,06755; 0,09332; 0,14942; 0,19328; 0,24801; 0,30598; 0,33316. Nilai GE/x1x2RT
dari persamaan Van Laar adalah 0,40860; 0,40596; 0,39943; 0,39570; 0,39032; 0,38667; 0,38017; 0,37591; 0,37123; 0,36681; 0,36488. Sedangkan nilai
dari percobaan untuk lnγ 1 adalah 0,4112; 0,3643; 0,2397; 0,1901; 0,1298; 0,0968; 0,0526; 0,0344; 0,0143 ;0,0056; 0,0045. Pada nilai ln γ 2 adalah 0,0047;

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


22
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

0,0086; 0,0361; 0,0542; 0,0890; 0,1172; 0,1738; 0,2099; 0,2786; 0,3398; 0,3629. Nilai GE/x1x2T yaitu 0,5310; 0,4926; 0,4713; 0,4538; 0,4386; 0,4309;
0,4194; 0,4142; 0,4191; 0,4357; 0,4767.
Hasil yang nampak pada grafik menujukkan bahwa nilai dari percobaan dan margules saling berdekatan, sehingga perhitungan kesetimbangan
uap cair dari larutan aceton-benzen dapat menggunakan persamaan Van Laar. Kedua persamaan menujukkan grafik yang berdekatan dengan hasil
percobaan sehingga alam sistem Aceton Benzen dapat digunakan kedua persamaan tersebu

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


23
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Adapun hasil yang telah diperoleh setelah melakukan percobaan sebagai
berikut :
1. Diperoleh tekanan saat terjadi kesetimbangan berdasarkan percobaan
dengan fraksi acetone secara berturut-turut 0,1444 ; 0,2574 ; 0,4417 ;
0,5204 ; 0,6139 ; 0,6697 ; 0,7614 ; 0,8201 ; 0,8805 ; 0,9418 ; 0,9699.
2. Nilai parameter A12 dan A21 yang diperoleh adalah 0,4112 dan 0,3629.
3. Didapat nilai γ 1 pada persamaan Margules berturut-turut 1,4467 ; 1,3884 ;
1,2671 ; 1,2105 ; 1,1429 ; 1,1055 ; 1,0543 ; 1,0304 ; 1,0123 ; 1,0027 ;
1,0007. Kemudian didapat pula nilai γ 2 untuk persamaan Margules
berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ; 1,0216 ; 1,0379 ; 1,0700 ; 1,0982 ;
1,1620 ; 1,2144 ; 1,2828 ; 1,3590 ; 1,3960.
4. Pada persamaan Van Laar di dapat nilai γ 1 berturut-turut 1,4460 ; 1,3873 ;
1,2657 ; 1,2093 ; 1,1421 ; 1,1050 ; 1,0542 ; 1,0305 ; 1,0124 ; 1,0027 ;
1,0007. Kemudian didapat pula nilai γ 2 untuk persamaan Van Laar
berturut-turut sebesar 1,0010 ; 1,0042 ; 1,0216 ; 1,0379 ; 1,0698 ; 1,0978 ;
1,1611 ; 1,2132 ; 1,2815 ; 1,3580 ; 1,3954.
5. Pada pengolahan data dari hasil percobaan menggunakan persamaan
Margules dan persamaan Van Laar didapatkan hasil bahwa kedua
persamaan cocok untuk digunakan karena pada grafik 4 dan 5 terlihat
bahwa nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari percobaan terletak dekat
dengan nilai lnγ 1, lnγ 2, dan GE/x1x2RT dari persamaan Margules dan
persamaan Van Laar.

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih tepat dalam pembacaan alat kompresor agar
mendapat hasil pada residu dan distilat yang tepat.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


24
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

2. Sebaiknya praktikan melakukan pengecekan alat percobaan agar tidak


terjadi kebocoran sehingga dapat mempengaruhi hasil percobaan VLE.
3. Sebaiknya praktikan mengenakan Alat Pelindung Diri sebelum
melaksanakan percobaan agar terlindungi dari resiko-resiko kecelakaan.

1.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


25
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

DAFTAR PUSTAKA

Rasmito, A 2016, ‘The Use of Willson Equation, NTRL, and Uniquac in


Predicting VLE of Ternary Systems’, Chemical Engineering Journal ,vol.
4, no.2, hh.304-305
Smith, J 2005, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, Mc Graw
Hill, New York
Sutijan 2004, ‘Kesetimbangan Uap dan Cair’, Jurnal Media Teknik, vol. 3, no.1,
hh.44
Perry 2008, Perry’s Chemical Engineering Handbook, EGC, Jakarta

LAMPIRAN

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


26
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

1. Tabel Pengamatan

P (kPa) x1 (mol/mol) y1 (mol/mol)


33,428 0,047 0,1444
36,666 0,0963 0,2574
43,23 0,2207 0,4417
46,45 0,2936 0,5204
50,647 0,4011 0,6139
53,293 0,4759 0,6697
57,722 0,6125 0,7614
60,527 0,7045 0,8201
63,38 0,8081 0,8805
66,037 0,9084 0,9418
67,189 0,9529 0,9699

2. Perhitungan
1. Perhitungan Psat
Psat dari Acetone 45 oC
B
Ln Psat = A−
T +C
2756,22
= 14,3145 –
45+228,06
= 4,22067

Psat = Exp(4,22067)

= 68,0794 kPa

2.Perhitungan Koefisien Aktivitas (γ)


Pada tekanan 33,428 kPa
y1 P
γ1 =
x1 Psat
1

0,1444 x 33,428
=
0,047 x 68,0794

= 1,5086

3. Perhitungan ln γ1 dan ln γ2 dengan persamaan Margules

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


27
KESETIMBANGAN UAP CAIR (VLE)

ln γ1 = x22[A12+2(A21-A12)x1]
= 0,9532[0,4112+2(0,3629-0,4112)0,047]
= 0,3693
ln γ2 = x12[A21+2(A12-A21)x2]
= 0,0472[0,3629+2(0,4112-0,3629)0,953]
= 0,0010
4. Perhitungan GE/x1x2RT dengan persamaan Margules
¿ =( A 21 x 1+ A 12 x 2 ) x 1 x 2
x 1 x 2 RT
= (0,3629 x 0.047 + 0,4112 x 0,953)
= 0,4089
5. Perhitungan ln γ1 dan ln γ2 dengan persamaan Van Laar
A 12 x 1 −2
ln γ1 = A21 (1 + )
A 21 x 2
0,4112 x 0,047 −2
= 0,4112 (1 + )
0,3629 x 0,953
= 0,3688

A 21 x 1 −2
ln γ2 = A21 (1 + )
A 12 x 2

0,3629 x 0,047 −2
= 0,3629 (1 + )
0,4112 x 0,953

= 0,0010

6. Perhitungan GE/x1x2RT dengan persamaan Van Laar


¿ A 12 A 21
=
x 1 x 2 RT A 12 x 1+ A 21 x 2
0,4112 x 0,3629
= 0,4112 ×0.047+ 0,3629× 0,953

= 0,4086

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


28

Anda mungkin juga menyukai