Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber

daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk

mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara

bersamaan dengan pembangunan ekonomi daan keluarga berencana

(KB). Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan

ekonomi dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti. (Manuaba,

dkk, Hal. 591)

Pertumbuhan penduduk yang cepat akan mempengaruhi kehidupan

bangsa Indonesia dari berbagai kehidupan meliputi pendidikan, pelayanan

kesehatan, masalah lapangan pekerjaan, kehidupan sosial, ekonomi dan

lingkungan hidup. Oleh karena itu untuk menekan laju pertumbuhan

penduduk digalangkan program keluarga berencana dengan cara

mengatur jumlah dan jarak kelahiran anak dengan memakai kontrasepsi

agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahterah untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Program KB nasional merencanakan gerakan KB

nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak

segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

1
melembagakan dan membudayakan norma keluarga kecil bahagia dan

sejahtera. (Suratum, dkk, 2013, Hal. 23)

Berdasarkan tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang

ditujukan terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dilandasi UU No. 10 Tahun 1992 tentang kependudukan dari keluaga

sejahtera. Ini berarti bahwa tahapan yang akan di laksanakan merupakan

tahapan pembinaan yang semakin teknis dalam mewujudkan keluarga

sejahtera dan berkualitas. (Suratun, dkk, 2013, Hal. 24)

Data world health organization (WHO) tahun 2014 mengatakan lebih

dari 100 juta wanita didunia 15 hingga 48 tahun yang sudah menikah

memakai metode kontrasepsi yang memiliki efektivitas dalam mecegah

kehamilan. Metode kontasepsi yang paling banyak digunakan adalah

sterilisasi wanita / Metode operasi wanita (MOW) sekian 18,9 %, intra

Uterine Device (IUD) 13,9 %, Pil 8,9 %, Kondom 8,2 %, Suntik 4,1 %,

Metode operasi pria (MOP) 2,4 %, Implant 0,5 %, oleh (Lerdika Grestasi

tahun 2014).

Bila dibandingkan dengan Negara Association Of South Easth Asian

Nation (ASEAN) lainnya, Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di

Indonesia tahun 2013 masih menempati peringkat keempat setelah

Vietnam (78 %), sementara terendah Timor Leste (22 %) dan yang

tertinggi Thailand dengan CPR (80 %) (World Health Statistics, 2013).

2
Perserta baru secara Nasional di indonesia sampai bulan agustus 2014

sebanyak 6.152.231 peserta. Apabila dilihat berdasarkan metode

kontasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 459.177peserta

IUD (7,46 %), 87.079 peserta MOW (1,42 %), 17.331 peserta MOP

(0,28%), 426.186 peserta kondom (7,51 %), 527.569 peserta implant

(8,58 %), 2.949.633 peserta suntik (47,49 %) dan 1.649.256 peserta pil

(26,81 %). Mayoritas peserta KB baru bulan agustus 2014 didominasikan

oleh peserta KB yang menggunakan non metode kontrasepsi jangka

panjang seperti IUD, MOW, MOP, dan Implant hanya sebesar 17,74 %

(Profil KKBN Nasional Tahun 2014).

Sedangkan berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Tahun 2016 Akseptor yang aktif menggunakan KB terdiri dari 4,64 %

menggunakan Implant, 6,27% menggunakan Metode Operasi Wanita

(MOW), 0,26% menggunakan Metode Operasi Pria (MOP), 8.95%

menggunakan Implant, 6,27% menggunakan kondom, 46,49%

menggunakan Suntikan, 31,65% menggunakan Pil.

Data yang diperoleh dari pencatatan dan pelaporan di Puskesmas

Maccini Sombala Makassar dari Mei tahun 2016 hingga Maret 2017

sebanyak 4052 Akseptor yaitu Akseptor Suntik sebanyak 1045 (24,07%),

Akseptor Pil 767 (17,66%), Akseptor Kondom 687 (15,82%), Akseptor

Implant 1466 (33,76%), Akseptor IUD 338 (7,78%), Metode Operasi

3
Wanita 35 (0,81%), Akseptor Metode Operasi Pria 4 (0,09%) dengan

masalah menometroragia adalah 1 akseptor (0,02%).

Persentasi keluhan yang didapat dari pencatatan dan pelapor diatas,

maka pemerintah melaksanakan dan mengelolah Program KB National

dengan pertimbangn bahwa program tersebut perlu ditingkatkan dengan

cara lebih memanfaatkan dan memperluaskan kemampuan fasilitas dan

sumber yang tersedia. Pelaksanaan program mengikutsertakan seluruh

masyarakat dan pemerintah secara maksimal serta diselenggarakan

secara terencana dan teratur, demi terwujunya tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan .(suherni 2013)

Dari keseluruhan data yang telah dipaparkan diatas, untuk

memperkecil resiko pemakaian kontrasepsi terhadap Perdarahan

Menometroragia Dan Anemia Ringan, perlu diadakan penyuluhan yang

menyeluruh kepada seluruh Akseptor KB baik yang terkait dengan

kesehatan alat reproduksi, maupun kesehatan ibu dan anak dan pola

hidup sehat.

Berdasarkan efek samping yang dialami oleh akseptor diatas maka

penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang proses Asuhan

Kebidanan pada Ny “R” Akseptor Jedena Dengan Menometroragia dan

anemia Ringan Di Puskesmas maccini Sombala Makassar tanggal 07

Juni 2017.

4
B. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan Karya Tulis Ilmiah adalah Asuhan Kebidanan

Pada Ny” R” Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Anemia

Ringan di Puskesmas Maccini Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 juni

2017 dengan menerapkan Asuhan Kebidanan sesuai kompetensi dan

kewenangan bidan.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “R” Akseptor Jedena

dengan Menometroragia dan Anemia Ringan di Puskesmas maccini

Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian dan analisa data pada Ny “R” Akseptor

Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan di

Puskesmas maccini Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni

2017.

b. Menganalisa dan menginterpretasikan data untuk menentukan

diagnosa masala kebidanan pada Ny “R” Akseptor Jedena dengan

Menometroragia dan Anemia Ringan di Puskesmas maccini

Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni 2017.

5
c. Menyusun rencana tindakan Asuhan kebidanan pada Ny “R”

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan di

Puskesmas maccini Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni

2017.

d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana Asuhan kebidan

pada Ny “R” Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan

Anemia Ringan di Puskesmas maccini Sombala Makassar 07 s.d

08 dan 11 Juni 2017.

e. Mengevaluasikan hasil tindakan Asuhan kebidanan pada Ny “R”

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan di

Puskesmas maccini Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni

2017.

f. Mendokumentasikan semua temuan – temuan dan tindakan yang

telah terlaksanakan pada Ny “R” Akseptor Jedena dengan

Menometroragia dan Anemia Ringan di Puskesmas maccini

Sombala Makassar 07 s.d 08 dan 11 Juni 2017.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan

memperkaya ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penulis

selanjutnya.

6
2. Manfaat praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijkan dan

pelaksanaan program baik Depertemen kesehatan maupun pihak dari

Puskesmas Maccini Sombala Makassar.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini

secara secara sistematis meliputi

1. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan buku – buku atau literature dan informasi

internet yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dasar teori

yang dapat digunakan dalam pembahasan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Studi Kasus

Melaksanakan studi kasus dengan menggunakan matode pendekatan

masalah dalam kebidanan yang meliputi pengkajian, merumuskan

diagnosa atau masalah kebidanan dan emergency atau kolaborasi,

menyusun rencana tindakan, melaksanakan asuhan kebidanan, dan

mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasikan kasus

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan.

7
Untuk memperoleh data atau informasi digunakan teknik

a. Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan klien, suami, serta

keluarga yang dapat memberi informasi yang dibutuhkan

b. Pemerikasaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis yaitu

1) Inspeksi (melihat)

Pemeriksaan tubuh pasien dengan cara melihat langsung

dengan mata seluruh tubuh atau hanya bagian – bagian

tertentu yang diperlukan, misalnya rambut, kulit, kuku, dan lain -

lain

2) Palpasi (meraba)

Pemeriksaan pasien dengan cara meraba dengan tangan

bagian tubuh, misalnya kulit nadi, abdomen, dan lain – lain

3. Pengkajian psikososial

Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap

kondisi yang dialami serta pola interaksi pasien terhadap keluarga,

petugas, kesehatan dan lingkungannya serta pengetahuan tentang

kesehatan khususnya KB implant jedena

4. Studi Dokumentasi

Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan pasien

kesehatan yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, maupun dari

8
sumber lain yang menunjang, yaitu hasil pemeriksaan diagnostic

lainnya

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran umum tentang Karya Tulis Ilmiah ini maka

penulis menyusun dengan sistematika

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Ruang Lingkup Pembahasan

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

2. Syarat – Syarat Kontrasepsi

3. Tujuan Kontrasepsi

4. Prinsip Kerja Kontrasepsi

5. Macam – Macam Kontrasepsi

9
B. Tinjauan Khusus Tentang Kontrasepsi Implant Jedena

1. Pengertian Kontrasepsi Implant jedena

2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implant

3. Indikasi Implant

4. Kontra Indikasi Implant

5. Keuntungan Dan Kekurangan Kontrasepsi Implant

6. Efek Samping

7. Cara Dan Waktu Penggunaan

C. Tinjauan Tentang Menometroragia

D. Tinjauan Tentang Anemia Ringan

E. Tinjauan Tentang Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

BAB III STUDI KASUS

1. Standar l : Identifikasi Dan Analisa Data Dasar

2. Standar ll : Identifikasi Diagnose/ Masalah Kebidanan Dan

Tindakan Emergency/Kolaborasi

3. Standar lll : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

4. Standar lV : Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan

5. Standar V : Evaluasi Asuhan Kebidanan

6. Dokumentasi Kebidanan

10
BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Kontrasepsi

a. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur

dengan sel sperma. (Suratun SKM, dkk, 2013, Hal. 27)

b. Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah pertemuan sel telur dan

sel sperma sehingga tidak terjadi pembuahan dan kehamilan.

(Elisabeth S. Walyani, dkk, 2015, Hal. 181)

c. Kontrasepsi adalah suatu alat untuk mencegah terbuahinya sel

telur oleh sel sperma atau pencegahan menempelnya sel telur

yang telah dibuahi kedinding rahim. (Nina S. Mulyani, dkk, 2013,

Hal. 1)

2. Syarat – syarat kontrasepsi

a. Aman dan tidak berbahaya

b. Dapat diandalkan

c. Sederhana

d. Murah

e. Dapat di terima banyak orang

f. Pemakaian jangka lama

12
3. Tujuan kontrasepsi

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan dan anak dalam rangka

mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera dengan

mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertambahan penduduk

b. Tujuan khusus

Meningkatkan pengunaan alat kontasepsi dan kesehatan keluarga

berencana denggan cara pengaturan jarak kelahiran. (Elisabeth

siwi walyani, dkk, 2015, Hal. 182)

4. Prinsip kerja kontrasepsi

Mencegah sperma laki – laki mencapai dan membuahi sel telur wanita

sehingga terjadi fertilisasi atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi

untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim.

(Elisabeth Siwi Walyani, dkk, 2015, Hal. 182).

5. Macam – macam metode kontrasepsi

a. Metode sederhana

1) Metode sederhana tanpa alat

a) Metode kalender / pantang berkala

Metode kalender / pantang berkala adalah metode

kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami

13
istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan

seksual pada masa subur atau ovulasi. (Nina S. Mulyani)

b) Metode suhu basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktivitas

apapun, biasanya diambil pada saat bangun tidur. Suhu

basal tubuh akan meningkat setelah ovulasi. Pencatatan

suhu dilakukan setiap hari pada sebuah table atau kertas

grafik. Prinsip yang digunakan adalah 4 hari sebelum ovulasi

karena sperma dapat hidup 4-5 hari. Peningkatan suhu

sekitar 0,2C atau lebih. (Niken Meilani, dkk, 2012. Hal. 52).

c) Metode lendir serviks / metode ovulasi billings (MOB)

Dasarnya adalah perubahan kualitatif dan kuantitatif dari

lender serviks yan dipengaruhi hormon estrogen

Perubahan ini terdiri dari 5 fase yaitu

Fase 1 : Masa kering yang terjadi segera setelah

menstruasi karena kada estrogen menurun

sehingga kurang mensekresi

Fase 2 : Masa pre ovulasi dini karena kadar estrogen

mulai meningkat, dan akibatnya sekresi lendir

keruh dan liat

Fase 3 : Hari – hari basah yaitu beberapa hari sebelum

dan sesudah ovulasi. Kadar estrogen meningkat,

14
maka lendir berubah menjadi jernih, licin seperti

putih telur

Fase 4 : Masa post ovulasi yaitu kada progesteron

meningkat, sehingga lendir berkurang sekali dan

menjadi keruh dan liat

Fase 5 : Masa pre menstruasi dimana lendir kadang –

kadang menjadi jernih lagi dan sangat cair fase ini

tidak terlalu terjadi

Masa subur mulai terjadi hari 1 adanya lendir serviks pasca

haid (fase 2) yaitu 4 hari sesudah keluarnya lendir yang

jernih dan licin. (Suratun SKM, 2013, Hal. 41).

d) Metode amenorea laktasi (MAL)

Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu

Ibu (ASI) secara Eksklusif, artinya hanya diberikan ASI

tanpa makanan tambahan atau minuman apapun. MAL

dapat dipaai apabila menyusui secara penuh (full breast

feeding), lebih efektif bila pemberian > 8x sehari, belum

haid, umur bayi kurang dari 6 bulan, harus dilanjutkan

dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. (Dyah

N.S. Arum, dkk,2011, Hal. 68 & 69).

15
e) Coitus interruptus

Metode coitus interruptus atau biasa dikenal dengan metode

senggama terputus adalah teknik yang dapat mencegah

kehamilan dengan cara sebelum terjadi ejakulasi pada pria.

Cara kerja yaitu alat kelamin pria (penis) dikeluarkan

sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke vagina

dan kehamilan dapat dicegah. (Niken Meilani, dkk, 2012,

Hal. 71)

2) Metode sederhana memakai alat

a) Kondom

Kondom adalah selubung / sarung karet tipis yang dipasang

pada penis sebagai tempat penampungan air mani yang

dikeluarkan pada pria pada saat senggama sehingga tidak

tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah

pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa

mencapai saluran genetalia wanita. (Suratun, SKM, dkk,

2013, Hal. 31)

b) Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

menutup serviks dari bawah sehingga sel mani tidak

mamasuki saluran serviks, biasanya dipakai dengan

spermicidal. Cara kerja diafragma adalah menghalang fisik

16
selama berhubugan seksual, untuk mencegah sperma

mencapai serviks sehingga sperma memperoleh akses

kesaluran alat reprodusi bagian atas (uterus dan tuba

fallopi). (Suratun, SKM, dkk, 2013, Hal. 41)

c) Kontrasepsi kimiawi atau spermicida

Adalah zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan

menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa

didalam vagina. Cara kerjanya mecegah masuknya sperma

kedalam kanalis servikalis. (Suratun, SKM, dkk, 2013, Hal.

48)

b. Metode modern

1) Pil KB

a) Pil kombinasi (Combined Oral Contracception )adalah pil

yang mengandung hormone ekstrogen dan progesteon

b) Kontrasepsi pil progrestin (mini pil /progestin only pill(POP))

adalah pil yang mengandung hormone progesterone jenis

klormadinon asetat. ( Niken Meilani, dkk, 2012, Hal. 87 & 98)

2) Kontrasepsi suntik

c) Suntikan kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

medroksinprogestin Asetat dan 5 mg Ekstrogen Sipional

17
yang diberikan injeksi IM Sebulan sekali (Dyah N. S. Arum,

dkk, 2011, Hal. 116)

d) Cylofem) 50 mg Nore’tindron Enantat dan 5 mg Estrodiol

Valerat yang diberikn injeksi IM. Sebulan sekali. Cara kerja

adalah menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi

kental sehingga sehingga penetrasi sperma terganggu,

menghambat trasportasi. (Dyah N. S. Arum, dkk, 2011, Hal.

116)

e) Suntikan progestin terdiri dari 2 yaitu Depo medroksi

progesteron Asetat (depo provera), mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan tiap 3 bulan sekali dengan cara

disuntik IM didaerah bokong, dan Depo Noretisteron Enantat

yang mengandung 200 mg Noretdron Enantat, d berikan

setiap 2 bulan dengan disuntik IM. (Dyah N. S. Arum, dkk,

2011, Hal. 123)

3) Kontrasepsi implant

a) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan

panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4mm, yang diisi dengan

36 mg. levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun

18
b) Implanon

Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira –

kira 40 mm, yang diameter 2 mm, yang di isi dengan 69 mg

3- keto-esogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

c) Jedena atau indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75mg levonorgestrel

dengn lama kerja 3 tahun. (Dyah N. S. Arum, dkk, 2011, Hal.

135)

4) Kontrasepsi IUD

IUD adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang

merupakan pemakaian tidak permanen yang paling banya

digunakan

a) AKDR yang mengandung tembaga, yaitu copper T(Cut

380A) dan nova T

b) AKDR yang mengandung hormon progesteron yaitu mirena

c) Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR

yang telah dpakainya lebih dari 20 tahun akan kita dapati

bentuk lipes loop (terbuat dari plastik)

Mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%. (Niken

Meilani, dkk, 2012, Hal.117).

19
5) Metode mantap

Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan

cara pembedahan

a) Vasektomi / MOP (Medis Operasi Pria)

Merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi

keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong

saluran mani (vas deferent) sehingga sel sperma dan tidak

keluar pada saat senggama

b) Tubektomi / MOW (Medis Operasi Wanita)

Tubektomi atau kontap wanita adalah suatu kontrasepsi

permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara

tindakan meningkat dan atau memotong pada kedua saluran

tuba. (Suratun, SKM, dkk, 2013, Hal.116 ).

B. Tinjauan Khusus tentang kontrasepsi Jedena

1. Pengertian

a. Kontrasepsi implant atau susuk adalah kontrasepsi yang berbentuk

batang dengan panjang sekitar 4 cm yang didalamnya terdapat

hormon progesteron, implant ini kemudian dimasukan kedalam

kulit lengan atas. Hormon tersebut kemudian dilepaskan secara

perlahan dan dapat efektif sebagai alat kontrasepsi. Implant terbagi

atas 3 yaitu :

20
1) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang

3,4 cm, dengan diameter 2,4mm, yang diisi dengan 36 mg.

levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun

2) Implanon

Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira

40 mm, yang diameter 2 mm, yang di isi dengan 69 mg 3- keto-

esogestrel dan lama kerjanya 3 tahun

3) Jedena atau indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75mg levonorgestrel

dengn lama kerja 3 tahun. (Dyah N. S. Arum, dkk, 2011, Hal.

135)

2. Mekanisme kerja kontrasepsi implant jedena

a. Menekan ovulasi

b. Menurunkan mortilitas tuba

c. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

a. Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi

sperma. (Niken Meilani, dkk, 2012, Hal. 132)

21
3. Indikasi Kontrasepsi Implant Jedena

a. Wanita usia reproduksi

b. Telah memiliki anak atau pun belum

c. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang

d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

e. Pasca persalinan dan tidak menyusui

f. Pasca keguguran

g. Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi

h. Riwayat kehamilan ektopik

i. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan

darah, anemia bulan sabit (sickle cell)

j. Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung

estrogen

k. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil. (Niken Meilani, dkk,

2012, Hal. 134)

4. Kontra indikasi Kontrasepsi Implant Jedena

a. Hamil atau diduga hamil

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara

d. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

e. Mioma uterus dan kanker payudara

22
f. Gangguan toleransi glukosa. (Niken Meilani, dkk, 2012, Hal. 134).

5. Keuntungan dan kekurangan Implant Jedena

a. Keuntungan

1) Tidak menekan produksi ASI

2) Praktis dan efektif

3) Tidak ada factor lupa

4) Masa pakai jangka panjang (5 tahun)

5) Membantu mencegah anemia

6) Khasiat kontrasepsi susuk terakhir segera setelah

pengangkatan implant

b. Kekurangan

1) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan

terlatih

2) Implant sering mengubah pola haid

3) Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri

4) Beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang

belum dikenalnya

5) Susuk mungkin dapat terlihat dibawah kulit. (Suratun, SKM,

dkk, 2013, Hal. 81).

23
6. Efek samping

a. Gangguan haid (amenorhea dan methrorhagie)

b. Depresi

c. Spotting

d. Keputihan

e. Sakit kepala, pusing

f. Jerawat

g. Perubahan libido

h. Perubahan BB

i. Hematoma

j. Infeksi. (Suratun, SKM, dkk, 2013, Hal. 86)

7. Cara dan Waktu penggunaan

a. Cara pemasangan implant jedena

1) Persiapan alat dan bahan

a) Tempat tidur

b) Penyangga lengan

c) Duk lubang steril 1 buah

d) Kain bersih dan kering 1 buah

e) Kapsul implant dalam kemasan

f) Kapas dan kasa steril

g) Antiseptik

h) Kasa steril dengan plester

24
i) Tempat sampah basah, kering dan tajam

j) Larutan klorin 0,5 %

2) Persiapan ruangan

Ruangan bersih, cukup penerangan, nyaman dan menjaga

privasi klien

3) Persiapan klien

a) Penapisan awal harus dilakukan dengan teliti dan hati – hati

b) KIE pra pemasangan harus dilakukan dengan tepat

c) Persetujuan tindakan medis (informed consent) harus

dilakukan sebelum pemasangan dan ditanda tangani suami

istri

4) Tutup tempat tidur klien atau penyangga lengan (meja samping

bila ada) dengan kain bersih

5) Meminta klien untuk mencuci tangan dan kemudian berbaring

dengan lengan diletakan lurus atau sedikit bengkokkan keatas

(diregangkan) disangga dengan baik.

6) Tentukan tempat pemasangan yang optimal (6-8 cm diatas

lipatan siku sebelah dalam), gunakan pola dan spidol untuk

menandai tempat insisi yang akan dibuat.

7) Buka dengan hati – hati kemasan steril implant dengan menarik

kedua lapisannya dan jatuhkan kapsul ke baskom steril.

25
8) Buka dengan hati – hati pembungkus spoit untuk anastesi tanpa

menyentuh spoit dan jatuhkan pada tempat yang steril

9) Patahkan ampul obat anastesi.

10)Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan

kain bersih dan kering.

11)Pakai sarung tangan steril pada tangan yang dominan

12)Isi spuit dengan 3 ml obat anastesi 1%

13)Pakai sarung tangan yang lain

14)Usap tempat pemasangan dengan kapas alkohol 8-13 cm

melingkar dari dalam keluar.

15)Pasang duk lubang steril

16)Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anastesi,

masukan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi kemudian

lakukan aspirasi untuk memastikan jatrum tidak masuk kedalam

pembuluh darah. Suntikan untuk untuk membuat gelembung

dibawah kulit. Kemudian tanpa memindakan jarum, masukan

dibawah kulit (subdermis) sekitar 4 cm di antara kapsul 1 dan 2,

kemudia tarik jarum pelan – pelan sambil menyuntik obat

anstesi

17)Sebelum membuat insisi,sentu tempat insisi dengan scapel

pada sisi yang tumpul untuk memastikan obat telah bekerja.

26
18)Pegang scapel dengan sudut 45 derajat buat insisi dangkal

untuk sekedar menembus kulit (sekitar 0,4 cm)

19)Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong

di dalamnya, masukkan ujung trokar melalui lika insisi dengan

sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti huruf V,

gerakan trokar ke depan sampai ujung tajam seluruhnya berada

di bawah kulit (2-3 mm dari akhir ujung tajam)

20)Angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat, masukkan trokar

perlahan – lahan dan lembut ke arah tanda 1 (dekat pangkal).

Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar

dengan jari.

21)Saat trokar masuk sampai tanda 1 cabut pendorong

22)Masukkan kapsul pertama,ke dalam trokar dengan ibu jari dan

telunjuk atau dengan klem dengan satu tangan yang lain

dibawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.

Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk ke dalam trokar dan

masukkan kembali pendorong. Bila kapsul diambil dengan

tangan pastikan sarung tangan terbebas dari bedak dan partikel

lain.

23)Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul kearah ujung

trokar sampai terasa ada tahanan,tapi jangan mendorong

dengan paksa.

27
24)Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu

tangan. Tarik trokar ke arah luka insisi sampai tanda 2 muncul

ditepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan

pendorong. Jaga pendorong agar tetap di tempatnya dan tidak

mendorong kapsul ke jaringan (teknik withdrawl).

25)Setelah mengecek keberadaan kapsul pertama,tampa

mengeluarkan seluruh trokar, geser sekitar 15 derajat,

mengikuti pola seperti huruf V yang terdapat pada lengan.

Fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukan

kembali trokar sepanjang sisi jari telunjuk tersebut. Hal ini untuk

memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah

trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya.

26)Pada pemasangan kapsul berikutnya,untuk mengurangi resiko

infeksi atau ekspulsi,pastikan bawah ujung kapsul terdekat tidak

kurang dari 5 mm dari tepi luka insisi.

27)Setelah memasang kapsul terakhir,cabut trokar dan pendorong.

Raba kapsul untuk memastikan semua kapsul telah terpasang.

28)Periksa apakah jarak ujung kapsul ke luka insisi sudah cukup

(sekitar 5 mm). (bila sebuah kapsul ke luar atau terlalu dekat

dari luka insisi,kapsul harus dicabut dengan hati – hati dan

dipasang kembali di tempat yang tepat).

28
29)Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan

menggunakan band aid atau plester dengan kasa steril untuk

menutup luka insisi. Luka insisi tidak perluh di jahit karena

dapat menimbulkan jaringan parut. Periksa adanya perdarahan.

30)Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostatis

dan mengurangi memar (perdarahan subkutan).

31)Sebelum melepaskan sarung tangan,masukkan alat – alat ke

tempat berisi larutan clorin 0,5% untuk dekontaminasi. Sebelum

mencelupkan jarum dan alat suntik,isi dengan larutan

clorin.Pisahkan pendorong dan trokar dan rendam. Rendam

semua alat selama 10 menit.

Dengan masih memakai sarung tangan, buang barang-barang

yang terkontaminasi dalam tempat sampah basah. Jika

menggunakan sarung tangan sekali pakai, setelah membuang

bahan-bahan tersebut. Lepas sarung tangan dengan hati-hati

dengan cara terbalik dan buang ke tempat sampah basah

tersebut.

Jika sarung tangan akan digunakan kembali, sebelum

melepaskan sarung tangan, celupkan serung tangan ke dalam

larutan klorin dan rendam dalam keadaan terbalik.

32)Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

29
33)Amati klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan

perdarahan dari luka insisi atau efek lain sebelum

memulangkan klien.

Dan segera tulis di catatan medic tempat pemasangan kapsul

dan hal-hal penting yang terjadi selama pemasangan.Kalau

bisa gambarkan secara sederhana tempat pemasangan kapsul

tersebut.

34)Lakukan konseling akhir :

a) Jaga luka insisi tetap bersih dan kering selama minimal 48

jam;

b) Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah

luka insisi selama beberapa hari. Hal ini adalah normal

c) Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari

bantuan,luka, menambah tekanan pada tempat insisi dan

mengangkat beban yang berat

d) Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan

biarkan band aid di tempatnya sampai luka insisi sembuh

(umumnya 3-5 hari)

e) Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat di sentuh

dan dibersihkan dengan air (Niken Meilani, dkk, 2012, Hal.

138)

30
b. Waktu pengunaan

1) Setiap saat selama siklus haid hari ke- 2 sampai ke- 7. Bila

insersi setelah hari ke - 7 klien jangan berhubungan seks aatau

gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi

2) Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil

3) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal

tidak di yakin hamil

4) Bila menyusui antara 6 mingggu sampai 6 bulan pasca

persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat

5) Bila klie menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti

implant, insersi dapat dilakukan pada setiap saat tapi diyakin

hamil dan menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan baik

6) Bila kontrasepsi yenga terdahulu adalah suntik, implant dapat

diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik tersebut

7) Pasca keguguran implant dapat segera di insersi. (Niken

Meilani, dkk, 2012, Hal. 134)

C. Tinjauan Umum Tentang Menometroragia /Metroragia

1. Pengertian

a. Menometroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan di

luar siklus haid. Pendarahan tampak terpisah dan dapat dibedakan

dari haid, atau dua jenis perdarahan ini menjadi satu, yang pertama

31
dinamakan metroragia yang kedua metromenoragia. Metroragia

adalah suatu kondisi dimana terjadi perdarahan diluar siklus haid.

Penyebab bisa karena luka yang tidak kunjung sembuh (kanker

ganas, pada organ genetalia), peradangan atau bahkan oleh

gangguan hormonal. Metroragia juga bisa dibagi menjadi

gangguan oleh kelainan anatomi (tumor, kelainan organ genetalia)

dan perdarahan disfusional yang tidak ada hubungan dengan

tumor. (Elisabeth S. Wilyani, dkk, 2015, Hal. 66)

2. Etiologi

a. Metroragia atau metromenoragia dapat disebabkkan oleh kelainan

organic pada alat genetal atau kelainan fungsional, serta penyebab

lain

1) Penyebab organic perdarahan bukan haid antara lain

a) Vagina : varises pecah, matastase-korio karsindma,

keganasan vagina

b) Serviks : karsioma portio

c) Rahim : polip endometrium, karsinoma, korpus uteri,

submukosa mioma uteri

d) Tuba pallopi : karsionoma tuba, hamil ektopik tuba

e) Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium

32
2) Penyebab perdarahan disfungsional

Pendarahan disfungsional adalah perdarahan tanpa disebabkan

oleh kelainan organic pada alat genetalia, tetapi gangguan mata

rantai hormonal hipotalamus- hipofisis dan ovarium.

Perdarahan disfungsional terdiri

a) Perdarahan disfungsional dengan ovulasi, disebabkan :

1. korpus luteum persistens yang menyebabkan pelepasan

endometrium tidak teratur.

2. Insufisiensi korpus luteum karena gangguan LH

(kurangnya produksi progesteron).

3. Pecahnya pembuluh darah dalam uterus.

4. Gangguan dalam mekanisme pembekuan darah

b) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi, disebabkan karena

penurunan kadar ekstrogen yang menyebabkan

terlambatnya pembentukan endometrioum dan

menimbulkan perdarahan yang tidak teratur sama sekali.

(Elisabeth S. Wilyani, dkk, 2015, Hal. 67)

c) Penyebab lain stres psikologi serta komplikasi dari pemakai

alat kontrasepsi

Penanganan

33
1. jika pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional

sangat banyak, penderita harus istirahat baring dan

diberi transfusi darah.

2. pemberian estrogen dosis tinggi =dopropiontas estradicol

2,5 mg IM.

3. pemberian progesteron untuk mengimbangi pengaruh

estrogen terhadap endomentrium yaitu hidroksin

progerteron 125 mg IM atau provera 1 Omg, peroral

tetapi ini berguna pada wanita masa pubertas.

4. Jika pemberian ekstrogen saja atau progesteron saja

kurang bemanfaat, maka diberikan kombinasi ekstrogen

dan progesterone yaitu pin kontrasepsi

3. Penatalaksanaan Menometroragia

a. Jika ringan tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi obat

b. Jika cukup mengganggu dapat diberikan pil KB dosis rendah 3x1

tablet per hari selama 7 hari

c. Hemorrhagia (perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari

biasanya)

d. Cukup diberi tablet sulfas ferosus 3x1 tablet ( 5-7 hari) sampai

keadaan membaik. (Koes Irianto, 2012, Hal. 45)

34
D. Tinjauan Khusus Tentang Anemia Ringan

1. Pengertian

a. Anemia adalah kondisi dimana kurangnya sel darah merah

(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga

tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen

keseluruh jaringan (Tarwoto, Ns, dkk, 2013, Hal. 30).

b. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah

merah atau hemoglobin kurang dari normal (Atikah Proverawati,

2011, Hal. 1).

2. Etiologi

Penyebab anemia adalah

a. Genetic

1) Hemoglobinopati

2) Thalasemia

3) Abnormal enzim glikolitik

4) Fannconi amenia

b. Nutrisi

1) Definsiensi besi, defisiensi asam folat

2) Defisiensi obat / vitamin B12

3) Alkoholis, kekurangann nutrisi/malnutrisi

c. Perdarahan

d. Immunolgi

35
e. Infeksi

1) Hepatitis

2) Cytomegalovirus

3) Parvoovirus

4) Clostridia

5) Sepsis gram negatif

6) Malaria

7) Toksoplasmosis

f. Obat – Obat dan Zat Kimia

1) Agen Chemoterapi

2) Anticonvulsant

3) Antimetabolis

4) Kontrasepsi

5) Zat Kimia Toksik

g. Efek Fisik

1) Trauma

2) Luka Bakar

3) Gigitan Ular

h. Penyakit Kronis

1) Penyakit Ginjal, Hati

2) Infeksi Kronis

3) Neoplasma (Tarwoto, Ns, dkk, 2013, Hal. 35).

36
3. Klasifikasi Anemia

a. Menurut WHO yang dikutip dalam buku handayani W, dan

Haribowo A.S, 2008 derajat anemia sebagai berikut

1) Ringan sekali : 10 g% – batas normal

2) Ringan : 8 gr% – 9,90 gr%

3) Sedang : 6 gr% - 7,90 gr%

4) Berat : < 6,00 gr%

b. Klasifikasi anemia menurut Depkes RI 2013 sebagai berikut

1) Tidak anemia : 11 – 16 gr%

2) Anemia Ringan : 9 – 10 gr%

3) Anemia sedang : 7 – 8 gr%

4) Anemia berat : < 7 gr%

4. Tanda dan Gejala Anemia Ringan

a. Kelelahan

b. Penurunan energy

c. Kelemahan

d. Sesak napas

e. Tampak anemia

37
5. Diagnosa

a. Anemnesis

Dalam anamnesis, petugas kesehatan harus mampu mengkaji

keluhan yang dialami pasien. Dalam anemia ringan dapat

dikemukakan bahwa pasien merasa pusing, lelah, dan lemah

b. Pemeriksaan fisik

Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap dokter atau bidan

dapat fokus pada penampilan umum (tanda – tanda kelelahan,

pucat), sakit kuning (kulit dan mata kuning), pucat dari tempat tidur

kuku, limfe membesar (splenomegali) atau hati (hepatomegal),

jantung suara dan kelenjar getah bening

c. Tes laboratorium yaitu dilakukan dengan pemeriksaan kadar

hemoglobin. (Atikah Proverawati, 2011, Hal. 25 - 31)

6. Pengobatan

Pengobatan harus ditujukan pada penyebab anemia dan jika menjurus

ke anemia sedang sampai berat maka dilakukan :

a. Transfusi darah

b. Kortikosteroid atau obat – obatan lainnya yang menekan sistem

kekebalan tubuh

c. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel

– sel darah.

38
d. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan

mineral lainnya. (Atikah Proverawati, 2011, Hal. 34 - 35 )

7. Pencegahan

a. Beberapa bentuk umum dari anemia yang paling mudah dicegah

dengan makan – makanan yang sehat dan membatasi

penggunaan alkohol. Semua jenis anemia sebaiknya dihindari

dengan memeriksa diri ke tenaga kesehatan secara teratur.

(Atikah Proverawati, 2011, Hal. 37)

E. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen asuhan kebidanan

a. Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode proses berfikir

logis sistematis dalam memberi asuhan kebidanan, agar

menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi

asuhan. (Marmi, dkk, 2014, Hal. 232)

b. Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah

yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,

keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. (Marmi,

dkk, 2014, Hal. 232)

39
2. Tahapan / proses dalam manajemen asuhan kebidanan

a. Standar l : Identifikasi dan analisa data dasar

Bila seorang pasien atau klien datang meminta bantuan pada

bidan, maka langka awal dari kegiatan yang dilakukan adalah

indentifikasi masalah kemudian menganalisa masalah tersebut dan

menggali data subjektif dan objektif dari pasien atau klien

b. Standar ll : identifikasi diagnosa

Didalam diagnosa unsur – unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :

keadaan pasien, masalah utama dan penyebabnya, masalah

potensial, prognosis.

c. Standar lll : Rencana tindakan asuhan kebidanan

Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun

rencana tindakan yang harus dilakukan kepada pasien. Rencana

tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan

langkah – langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi. Tujuan di

dalam rencana tindakan kegiatan menunjukan perbaikan –

perbaikan yang diharapkan. Rencana evaluasi dibuat untuk

mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan

d. Standar IV: Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang

telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur

yang lazim diikuti atau dilakukan. Dalam tahap ini bidan melakukan

40
observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan.

Dalam melaksanakan tindakan bidan dapat melakukan asuhan

secara mandiri untuk kasus – kasus yang didalam batas

kewenanganya. Bila bidan menemukan kasus diluar batas

kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien atau

klien tersebut dirujuk kerumah sakit

e. Standar : Evaluasi asuhan kebidanan

Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan didalam perencanaan kegiatan. Tujuan evaluasi adalah

untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan.

Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang

di tetapkan didalam kriteria evaluasi. Hasil evaluasi dapat

digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila di perlukan atau

sebagai bahan peninjauan terhadap langkah – langkah di dalam

proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang

dilakukan kurang berhasil. (Marmi, dkk, 2014, Hal. 252 – 256)

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasia mengenai

asuhan telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, ddalamnya

tersirat proses berfikir bidan yang sistemasis dan dalam menghadapi

seorang pasien sesuai langkah- langkah manajemen kebidanan.

41
Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat ditetap

dengan metode SOAP

a. Data Subketif

Dalam data subjektif (S) merupakan pendokumentasian

manajemen kebidanan menurut Helen varney langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui

anamensis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari

sudut pandang pasien.

b. Data Objektif

Data objektif (O) merupakan pendookumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data),

terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik lain.

c. Analisa

Merupakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat

bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi dalam

data subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data

menjadi sangat dinamis

d. Penatalaksanaan

Planning / pelaksanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini

42
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil

analisa dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

akan mempertahankan kesejahteraannya

c. Gambaran Keterkaitan Manajemen Kebidanan Sebagai Pola Pikir

Dengan Pendokumentasian Sebagai Catatan Dalam Penerapan

Asuhan Kebidanan. (Marmi, dkk, 2014, Hal. 263)

7 Langkah 5 Langkah SOAP

Manajemen Kompotensi Subjektif

Kebidanan Bidan Objektif


Masalah/ Assesment/
Assessment
Diagnosa Diagnosa
Planning
Antisipasi Masalah
Konsultasi
Potensial
Tes Dignostik
Menetapkan Laboratorium

Rujukan
Kebutuhan Segera
Pendidikan
Untuk Konsultasi
Konseling
Kolaborasi
Intervensi Intervensi Follow Up
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi

BAB III

43
STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”R” AKSEPTOR JEDENA DENGAN

MENOMETRORAGIA DAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS

MACCINI SOMBALA MAKASSAR

TANGGAL 07 JUNI 2017

No Register : 138

Tanggal kunjungan : 07 Juni 2017, Jam 13. 00 WITA

Tanggal Pengkajian : 07 Juni 2017, Jam 13. 10 WITA

Nama Pengkaji : Maria Yustina Ita

STANDAR I IDENTIFIKASI DATA DASAR

A. Identitas istri / suami

Nama : Ny “R” / Tn”A”

Umur : 40 thn / 41 thn

Nikah / lamanya : 1x / ± 18 thn

Suku : Makassar / Makassar

Agama : Islam / Islam

Pendidikan : SMP / SMA

Pekerjaan : IRT / Buruh Harian

Alamat : Jln. Depasawi Dalam RW 03 / RT 06

B. Data biologis

44
1. Keluhan utama

Ibu mengeluh haidnya 2 kali dalam sebulan dalam waktu yang lama

dan banyak sejak menjadi akseptor jadena

2. Riwayat keluhan utama

a. Keluhan dirasakan sejak menjadi akseptor jedena

b. Darah haid yang keluar berwarna merah kecoklatan dan sifatnya

banyak

c. Ibu menjadi akseptor jedena sejak 15 - 09 - 2016 sampai sekarang

d. Keluhan lain ibu mengeluh pusing

3. Riwayat kesehatan yang lalu

a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, DM,

hepatitis

b. Tidak ada riwayat alergi dan ketergantungan obat – obatan

4. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak ada yang mengalami penyakit menular dan penyakit

keturunan lainnya seperti : DM, hipertensi, asma, dan jantung

5. Riwayat ginekologi

Ibu tidak menderita penyakit menular, infeksi genetalia, dan tumor

pada sistem reproduksi

6. Riwayat KB

45
Ibu pernah menjadi akseptor DMPA 150mg sejak tahun 2000 setelah

melahirkan anak pertama sampai dengan tahun 2003 dan berhenti

pada tahun 2003. Hamil lagi anak kedua pada tahun 2003 dan

melahirkan anak kedua pada tahun 2004, pada tahun 2004 ibu

kembali menjadi akseptor DMPA sampai dengan tahun 2009 Pada

tahun 2010 hamil lagi anak ketiga dan melahirkan pada tahun 2011,

dan ibu kembali menjadi akseptor DMPA 2011 sampai dengan

agustus 2016 dan beralih menggunakan jedena pada bulan

September 2016 sampai sekarang

7. Riwayat obstetric

a. Riwayat haid

Menarche : 12 tahun

Siklus haid : 28 - 30 hari

Lamanya : 5 - 7 hari

Dismenore : Tidak ada

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas Yang Lalu

46
KEHAMILAN PERSALINAN NIFAS
No THN ATRM KO PNLG JNS TMP BB/PB JK KO L. HALIKW
MP T MP MNYSU AL
1 1999 Aterm _ Bidan Normal PKM 3100/ ♀ _ ± 2THN HDP
50
2 2003 Aterm _ Bidan Normal RS 2900/ ♀ _ ±2 THN HDP
50
3 2010 Aterm _ Bidan Normal PKM 3000/ ♂ _ ± 2 THN HDP
49

C. Data Psikososial, Ekonomi dan Spiritual

a. Ibu cemas dengan keadaannya selama menjadi akseptor jedena

b. Hubungan ibu, keluarga dan tetangga baik

c. Ibu dan suami mengambil keputusan untuk berKB bersama - sama

d. Ibu belum ada rencana untuk hamil lagi

e. Ibu tinggal dengan suami dan anak - anaknya

f. Pengambilan keputusan adalah suami

g. Ibu mengerjakan pekerjaan rumah

h. Biaya hidup di tanggung oleh suami

i. Ibu berkeyakinan dan tidak ada larangan dalam agama untuk

berKB

D. Riwayat kebutuhan sehari – hari

47
N Kebutuhan Sebelum menjadi akseptor Selama menjadi akseptor
o dasar jedena jedena
1 Nutrisi
Pola makan Teratur, porsi satu piring Tidak teratur, porsi satu
sekali makan piring kadang tidak
Frekuensi 3x sehari dihabiskan
Jenis Nasi, lauk dan sayur 3x sehari
makanan Baik Nasi, lauk, dan sayur
Nafsu makan 7 gelas perhari Kurang baik
Minum 7 gelas perhari
2 Eliminasi
BAB
Frekuensi 1 – 2x sehari Tidak ada perubahan
Konsistensi Lunak
Warna Kuning
Bau Khas
BAK
Frekuensi 4 – 6x sehari
Warna Kuning jernih
Bau Amoniak
3 Istirahat / tidur
Tidur siang ± 1 – 2 jam Tidak ada perubahan
Tidur malam ± 7 – 8 jam
4 Personal
Hygiene 2x sehari menggunakan Tidak ada perubahan
Mandi sabun
Gosok gigi 3x sehari menggunakan
Keramas pasta gigi
Ganti pakaian 3x seminggu menggunakan
samphoo
Setiap habis mandi dan
basah
5 Kebutuhan Baik Terganggu
seksual

E. Pemeriksaan fisik

48
1. Keadaan Umum Ibu Baik

2. Kesadaran Komposmentis

3. Berat Badan

Sebelum memakai jedena : 53 kg

Selama memakai jedena : 49 kg

Tinggi badan : 153 cm

4. Tanda – Tanda Vital

TD : 100 / 70 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

5. Ekspresi wajah ibu cemas

6. pemeriksaan fisik

a. Kepala dan rambut

Inspeksi : Rambut bersih tidak rontok, kulit kepala bersih dan tidak

ada ketombe

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba benjolan

b. Wajah

Inpeksi : Bersih tidak cloasma

Palpasi : Tidak ada oedema, dan nyeri tekan

c. Mata

49
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, sclera putih, konjungtiva

nampak pucat

d. Telinga

Inspeksi : Tampak bersih dan tidak ada serumen

e. Hidung

Inspeksi : Bersih dan tidak ada polip

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

f. Mulut dan Gigi

Inspeksi : Bibir lembab, mulut dan gigi tampak bersih, tidak ada

karies pada giggi, gusi dan lidah bersih

g. Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada kalenjar tiroid

Palpasi : Tidak teraba adanya pembasaran pada kelenjar tiroid,

limfe dan vena jugularis

h. Payudara

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih, dan putting susu

menonjol

Palpasi : Tidak teraba masa dan tidak nyeri tekan

i. Abdomen

Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daerah abdomen

j. Genetalia

50
Inspeksi : Tidak ada varises, tampak pengeluaran darah seperti

bercak

k. Ekstermitas atas

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, kuku bersih, jari – jari lengkap

Palpasi : Teraba 2 batang implant pada lengan atas kiri ibu,

Tidak ada nyeri tekan

l. Ekstermitas bawah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada varises, kuku bersih,

jari – jari lenggkap

Palpasi : Tidak ada oedema

Perkusi : Reflex patella kiri dan kanan (+)

m. Pemeriksaan laboratorium

Tangggal 07 Juni 2017, jam 13. 20 WITA

HB : 10, 0 gr%

STANDAR II IDENTIFIKASI DIGNOSA / MASALAH AKTUAL

51
Diagnosa / Masalah Aktual :

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan

DS :

1. Ibu mengeluh haidnya 2 kali dalam sebulan dalam waktu yang lama

dan banyak sejak menggunakan akseptor jedena

2. Ibu mengatakan menjadi akseptor jedena sejak 15 September 2016

sampai sekarang

DO :

1. Pada pemeriksaan fisik ekstrermitas atas teraba 2 batang jedena

2. Tanda – tanda vital

TD : 90 / 60 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

Analisa dan Interpretasi data

a. Kontrasepsi implant jedena atau susuk adalah adalah kontrasepsi yang

berbentuk batang dengan panjang sekitar 4cm terdiri 2 batang yang di isi

dengan 75 mg levonogestrel, dan dapat efektif sebagai alat kontrasepsi

selama 3 tahun. (Elisabeth S. Walyani, dkk, 2015, Hal. 203)

b. Menmetroragia atau Metroragia adalah suatu kondisi dimana terjadi

perdarahan diluar siklus haid dalam waktu yang lama perjadi perdarahan

52
yang banyak yang disebabkan oleh tetapi gangguan mata rantai hormon –

hipofisis dan ovarium (Elisabeth S. Walyani, dkk, 2015, Hal. 67)

c. Anemia Ringan

Data subjektif

Ibu mengeluh pusing

Data objektif

1) Pada pemeriksaan fisik konjungtiva tampak pucat

2) Dan pemeriksaan laboratorium tanggal 07 juni 2017

3) HB : 10,0 gr/% (N : 11 – 16 gr%)

Analisa dan interpretasi data

Anemia adalah suatu keadaann dimana kadar hemoglobin (HB) dalam

darah kurang dari normal. Dilihat pada pemeriksaan laboratorium kadar

hemoglobin10,0 gr% (N : 11 – 16 gr%). ( Atikah Proverawati, 2011, Hal. 1)

STANDAR III RENCANA TINDAKAN / INTERVENSI

A. Tujuan

53
1. Ibu tetap menjadi akseptor Jedena

2. Masalah menometroragia teratasi

3. Masalah Anemia teratasi

B. Kriteria

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital

TD : (90 / 60 mmHg – 130 / 80 mmHg)

N : (60 – 100x/i)

S : (36,5 – 37,5˚c)

P : (16 – 24x/i)

3. Kadar hemoglobin ibu dalam batas normal (12 – 14 gr/dl)

4. Ibu masih menjadi akseptor implant jedena

5. Ibu mengerti bahwa haid 2x sebulan tersebut adalah efek samping

dari kontrasepsi yang digunakan

RENCANA TINDAKAN

Tanggal 07 Juni 2017, Jam 13.20 WITA

1. Beritahu ibu setiap kali melakukan tindakan yang diberikan pada ibu

Rasional : Agar ibu dapat menerima dan mau menuruti setiap tindakan

yang dilakukan

2. Observasi TTV ibu

54
Rasional : Untuk mengetahui keadaan ibu agar dapat memudahkan

dalam mengambil tindakan selanjutnya.

3. Beri tahu ibu untuk mengomsumsi makanan yang bergizi khusunya yang

mengandung protein dan sayuran yang mengandung zat besi

Rasional : dengan mengomsumsi makanan yang bergizi dapat

membentuk energy, menaikan kadar haemoglbin, mempertahankan

kesehatan.

4. Jelaskan Health Education Tentang Tablet Fe

Rasional : Agar ibu mengerti tentang Fe, aturan minum, efek samping

dari pemberian tablet fe Beri tablet Fe

5. Jelaskan pada ibu tentang perdarahan yang dialaminya

Rasional : Menncegah kekhawatiran ibu terhadap efek samping dari

kontrasepsi tersebut

6. Beritahu ibu untuk kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu Tanggal 15

September 2019 untuk pencabutan implant jedena

Rasional : Agar kebutuhan ibu terpenuhi dalam kesenambungan

pelayanan KB

STANDAR IV IMPLEMENTASI

Tanggal 07 Juni 2017,Jam 13.45 Wita

55
1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan kepadanya, Ibu bersedia

2. Mengobservasi TTV :

TD : 90 / 60 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

3. Memberitahu pada ibu untuk mengomsumsi makanan yang bergizi,

khususnya yang mengandung protein dan sayuran yang mengandung zat

besi, ibu bersedia melakukan

4. Menjelaskan health education tentang tablet Fe

Bahwa tablet Fe adalah zat besi yang dapat meningkatkan hemoglobin

(sel darah merah) cara minumnya 1 x 1 setiap pagi sesudah makan

sesuai dengan resep dokter dan efek samping yang biasa timbul adalah

BAB berwarna hitam dan mual, ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan

5. Memberikan penjelasan tentang pendarahan yang dialami oleh ibu,

bahwa pendarahan yang dialami ibu merupakan efek samping dari

kontrasepsi jedena yang digunakan dan biasanya terjadi pada tahun

pertama dan akan berhenti, Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

6. Mengingatkan pada ibu untuk kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu

Tanggal 15 September 2019 untuk pencabutan implant jedena, Ibu

mengerti dan bersedia datang kembali sesuai jadwal pencabutan.

56
STANDAR V EVALUASI

Tanggal 07 Juni 2017, Jam 14.15 Wita

1. Keadaan umum ibu baik dan ditandai dengan

2. TTV dalam batas normal

TD : 90 / 60 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

3. Masalah anemia belum teratasi di tandai dengan

HB : 10,0 gr% (N : 11 – 16 gr%)

4. Ibu tetap menjadi akseptor jedena

5. Ibu mengerti kalau menometroragia merupakan efek samping dari jedena

6. Masalah menometroragia belum teratasi ditandai dengan : Ibu masih

mengeluh ada pendarahan sedikit – dikit yang keluar dari jalan lahir

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ R “

TANGGAL 07 JUNI 2017

SOAP I

57
Data Subyektif

1. Ibu mengeluh haidnya 2 kali dalam sebulan dalam waktu yang lama dan

banyak sejak menjadi akseptor jadena

2. Ibu menjadi akseptor Jedena sejak tanggal 15 september 2016 dan

jadwal pencabutan pada 15 september 2019

3. Ibu pernah menjadi akseptor DMPA 150mg sejak tahun 2000 setelah

melahirkan anak pertama sampai dengan tahun 2003 dan berhenti pada

tahun 2003. Hamil lagi anak kedua pada tahun 2003 dan melahirkan

anak kedua pada tahun 2004, pada tahun 2004 ibu kembali menjadi

akseptor DMPA sampai dengan tahun 2009 Pada tahun 2010 hamil lagi

anak ketiga dan melahirkan pada tahun 2011, dan ibu kembali menjadi

akseptor DMPA 2011 sampai dengan agustus 2016 dan beralih

menggunakan jedena pada bulan September 2016 sampai sekarang

4. Ibu dan suaminya bersama – sama dalam mengambil keputusan untuk

berKB

Data objektif

1. Keadaan umum ibu baik

2. Tanda – tanda vital

58
TD : 90 / 60 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

3. Palpasi ekstremitas atas, Teraba 2 batang implant pada lengan atas kiri

ibu, Tidak ada nyeri tekan

4. Hb : 10, gr%

Analisa :

Diagnosa : Akseptor Jedena Dengan Menometroragia dan Anemia Ringan

Penatalaksanaan

Tanggal 07 Juni 2017,Jam 13.45 Wita

1. Memberitahu ibu tindakan yang akan dilakukan kepadanya, Ibu bersedia

2. Mengobservasi TTV :

TD : 90 / 60 mmHG

N : 80x/i

P : 22x/i

S : 36,5˚c

3. Memberitahu pada ibu untuk mengomsumsi makanan yang bergizi,

khususnya yang mengandung protein dan sayuran yang mengandung zat

besi, ibu bersedia melakukan

59
4. Menjelaskan health education tentang tablet Fe

Bahwa tablet Fe adalah zat besi yang dapat meningkatkan hemoglobin

(sel darah merah ) , cara minumnya 1 x 1 setiap pagi sesudah makan

sesuai dengan resep dokter dan efek samping yang biasa timbul adalah

BAB berwarna hitam dan mual, ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan

5. Memberikan penjelasan tentang pendarahan yang dialami oleh ibu,

bahwa pendarahan yang dialami ibu merupakan efek samping dari

kontrasepsi jedena yang digunakan dan biasanya terjadi pada tahun

pertama dan akan berhenti, Ibu mengerti dengan penjelasan yang

diberikan.

6. Mengingatkan pada ibu untuk kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu

Tanggal 15 September 2019 untuk pencabutan implant jedena, Ibu

mengerti dan bersedia datang kembali sesuai jadwal pencabutan implant

jedena.

CATATAN PERKEMBANGAN

60
Tanggal Catatan perkembangan SOAP II Paraf
/ Jam
08 Juni Data subjektif
2017, 1. Ibu sudah mengerti tentang efek samping dari kontrasepsi
10.00 jedena
wita 2. Ibu sudah meminum tablet Fe
3. Ibu masih menjadi akseptor jadena
4. Ibu mengatakan rasa pusingnya sedikit berkurang
5. Kecemasan ibu mulai berkurang

Data objektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. TTV
TD : 100 / 70 mmHG
N : 80 x/i
P : 22 x/i
S : 36,5˚c

Analisa
Akseptor Jedena Dengan Menometroragia Dan Anemia
Ringan

Penatalaksaan
1. Memberitahu ibu tujuan dari kunjungan yang dilakukan
bahwa untuk mengetahui keadaan ibu, ibu mengerti
2. Mengobservasi TTV ibu,
TD : 100 / 70 mmHG
N : 80x/i
P : 22x/i
S : 36,5˚c
3. Mengevaluasikan kadar hemoglobin
4. Memotivasi ibu untuk tetap menjadi aksetor jedena
5. Menjelaskan kembali pada ibu efek samping yang
digunakan, ibu mengerti

CATATAN PERKEMBANGAN

61
Tanggal/ jam Catatan perkembangan Paraf
11 Juni 2017, Data subjektif
09.00 wita 1. Ibu mengatakan masih ada darah yang keluar
dari jalan lahirnya seperti bercak - bercak
2. Ibu masih ingin menjadi akseptor implant jedena
3. Ibu mengatakan sudah meminum tablet Fe
4. Ibu mengatakan tidak lagi merasa pusing
5. Ibu sudah tidak cemas dengan keadaannya

Data objektik
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran komposmentis
3. TTV
TD : 100 / 70 mmHG
N : 80x/i
P : 22x/i
S : 36,5˚c

Analisa
Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan
Anemia Ringan

Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu tujuan dari kunjungan yan
dilakukan bahwa untuk mengetahui keadaan ibu,
ibu mengerti
2. Mengobservasi TTV
TD : 100 / 70 mmHG
N : 80x/i
P : 22x/i
S : 36,5˚c
3. Memotivasi ibu untuk tetap memakai kontrasepsi
implant jedena, ibu ingin tetap menjadi akseptor
jedena
4. Mengingatkan pada ibu untuk kembali pada
jadwal yang telah yang di tentukan, ibu bersedia
untuk datang kembali sesuai dengan jadwal yang
di tentukan.

BAB IV

62
PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas tentang adanya kesenjangan antara tinjauan

pustaka dengan tinjauan kasus pada Ny“R” Akseptor Jedena dengan

Menometroragia dan Anemia Ringan di Puskesmas Maccini Sombala

Makassar tanggal 07 s.d tanggal 08 dan tanggal 11 Juni 2017

Untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis akan membahas

berdasarkan pendekatan Asuhan Kebidanan yang terdiri dari 5 standar yaitu :

A. Standar l : Identifikasi Dan Analisa Data Dasar

Dalam teori ditemukan bahwa langkah awal dari kegiatan yang

dilakukan adalah identifikasi masalah kemudian menganalisa masalah

dan menggali data subkektif dan data objektif dari pasien atau klien

Pada kasus Ny “R” ditemukan ibu dengan keluhan haid 2x sebulan

dalam waktu yang lama dan banyak sejak menjadi akseptor implant

jedena. Dengan demikian ada kesamaan antara teori dan studi kasus

pada Ny”R” .

B. Standar ll Merumuskan Dignosa / Masalah Kebidanan

Dalam teori ditemukan bahwa dalam menegakan suatu diagnosa

kebidanan atau masalah kebidanan berdasarkan asuhan kebidanan

didukung oleh beberapa data subjektif maupun objektif yang diperoleh

dari hasil pengkajian yang telah dilaksanakan. Pada tinjauan pustaka di

63
jelaskan bahwa efek samping dari akseptor jedena salah satunya adalah

menometroragia

Pada kasus Ny “R” ditegahkan diagnosa akseptor jedena dengan

Menometroragia yang timbul karena kurang pahamnya ibu mengenai

mekanisme kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan. Dalam hal ini

terdapat kesamaan antara teori dan studi kasus pada Ny “R”

C. Standar lll : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Dalam teori ditemukan bahwa sandar lll disusun rencana asuhan

berdasarkan tinjauan pustaka dan berfokus pada keluhan pasien.

Berdasarkan teori pemberian konseling yang tepat pada klien mengenai

keluhannya maka keluhan dapat teratasi

Pada kasus Ny “R” disusun rencana asuhan yaitu observasi TTV, beri

tahu pada ibu untuk mengomsumsi makanan yang bergizi, beritahu ibu

untuk mengomsumsi makanan yang mengandung zat besi khususnya

yang mengandung protein dan sayuran yang menggandung zat besi,

Jelaskan Health Education tentang tablet Fe, beri penjelasan tentang

perdarahan yang dialami oleh ibu, beritahu pada ibu untuk kembali pada

jadwal yang ditentukan yaitu Tanggal 15 September 2019 untuk

pencabutan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus

pada Ny “R”

64
D. Standar lV Implementasi

Dalam teori standar IV asuhan yang diberikan harus berorientasi pada

rencana asuhan yang telah dibuat pada studi kasus Ny “R”

Pada kasus pada Ny”R” semua rencana asuhan yang disusun telah di

implementasikan pada tanggal 07 s.d tanggal 08 dan tanggal 11 Juni

2017, mengobservadi TTV, TD : 90/60 mmHg, N : 80x/I, P : 22x/I, S :

36,5˚c, memberitahu pada ibu untuk mengomsumsi makanan yang

bergizi khususnya yang mengandung protein dan sayuran yang

mengandung zat besi, Menjelaskan Health Education tentang tablet Fe,

Bahwa tablet Fe adalah zat besi yang dapat meningkat kadar hemoglobin

(sel darah merah), cara minumnya 1 x 1 setiap pagi sesudah makan

sesuai dengan resep dokter dan efek samping yang biasa timbul adalah

BAB berwarna hitam dan mual, ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan,

menjelaskan pada ibu tentang perdarahan yang dialami, mengingatkan

pada untuk kembali pada jadwal yang ditentukan. Dengan demikian tidak

ada kesenjangan antara teori dan studi kasus pada Ny “R”

E. Standar V Evaluasi

Pada standar v dilakukan evaluasi mengenai keadaan ibu, setiap masalah

dilakukan observasi langsung data subjektif dan data objektif yang

didapatkan dari akseptor. Hasil evaluasi diperoleh yaitu keadaan ibu baik,

TTV : TD : 90 / 60 mmHG, N : 80x/I, P : 22x/I, S : 36,5˚c, kadar

hemoglobin : 10,0 gr%, ibu tetap menjadi akseptor implant jedena, ibu

65
mengerti menometroragia merupakan efek samping dari implant jedena

dan masalah menometroragia belum teratasi. Dalam hal ini ada

kesamaan antara teori dan studi kasus pada Ny”R”

F. Pendokumentasian

Pendokumentasian yaitu tindakan mengenai asuhan yang telah dan

akan dilakukan pada klien. Pendokumentasian diterapkan dengan metode

SOAP. Pada kasus Ny “R” pendokumentasian pada hari terakhir

ditemukan

1. Data subjektif Ibu mengeluh haidnya 2 kali dalam sebulan dalam

waktu yang lama dan banyak sejak menjadi akseptor jadena

2. Data objektif keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas normal,

kesadaran komposmentiis, HB : 10,0 gr%, teraba 2 batang implant di

lengan kiri ibu.

3. Analisa data ditemukan ibu Akseptor Jedena dengan Menometroragia

dan Anemia Ringan.

4. Penatalaksanaan ,mengobservadi TTV, TD : 90/60 mmHg, N : 80x/I, P

: 22x/I, S: 36,5˚c, memberitahu pada ibu untuk mengomsumsi

makanan yang bergizi khususnya yang mengandung protein dan

sayuran yang mengandung zat besi, Menjelaskan health education

tentang tablet Fe Bahwa tablet Fe adalah zat besi yang dapat

meningkatkan kadar hemoglobin (sel darah merah )cara minumnya

1x1 setiap pagi sesudah makan sesuai dengan resep dokter dan efek

66
samping yang biasa timbul adalah BAB berwarna hitam dan mual, ibu

mengerti dengan apa yang dijelaskan, menjelaskan pada ibu tentang

perdarahan yang dialami, mengingatkan pada untuk kembali pada

jadwal yang ditentukan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus pada Ny”R”.

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari teori, konsep dan prinsip-prinsip asuhan dan

pengalaman langsung dari lahan praktek kasus pada Ny”R” Akseptor

Jedena dengan Menometroragia dan Anemia Ringan di Puskesmas

Maccini Sombala Makassar maka dapat ditarik kesimpulan dan saran

sebagai berikut

1. Dari data subjektif dan objektif pada Ny”R” di temukan ibu dengan

keluhan haid 2 kali sebulan dalam waktu yang lama dan banyak sejak

menggunakan kontrasepsi implant jedena.

2. Dari pengumpulan data dasar yang didapatkan pada Standar l maka

standar ll masalah kebidanan yang ditemukan pada Ny”R” adalah

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan anemia Ringan

3. Pada standar lll rencana asuhan yang disusun adalah observasi TTV,

beri tahu pada ibu untuk mengomsumsi makanan yang bergizi,

beritahu ibu untuk mengomsumsi makanan yang mengandung zat besi

khususnya yang mengandung protein dan sayuran yang

menggandung zat besi, Jelaskan health education tentang tablet Fe,

beri tablet Fe, beri penjelasan tentang perdarahan yang dialami oleh

68
ibu, beritahu pada ibu untuk kembali pada jadwal yang ditentukan yaitu

Tanggal 15 September 2019 untuk pencabutan

4. Pada standar IV, semua rencana asuhan yang disusun pada standar lll

telah diimplementasikan pada Ny”R” tanggal 07 s.d tanggal 08 dan

tanggal 11 Juni 2017, mengobservadi TTV, TD : 90/60 mmHg, N :

80x/I, P : 22x/I, S : 36,5˚c, memberitahu pada ibu untuk

mengomsumsi makanan yang bergizi khususnya yang mengandung

protein dan sayuran yang mengandung zat, Menjelaskan health

education tentang tablet Fe Bahwa tablet Fe adalah zat besi besi yang

dapat meningkatkan kadar hemoglobin (sel darah merah), cara

minumnya 1 x 1 setiap pagi sesudah makan sesuai dengan resep

dokter dan efek samping yang biasa timbul adalah BAB berwarna

hitam dan mual, ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan, pemberian

tablet Fe, menjelaskan pada ibu tentang perdarahan yang dialami,

mengingatkan pada untuk kembali pada jadwal yang ditentukan.

5. Pada standar V, Hasil evaluasi diperoleh yaitu keadaan ibu baik, TTV :

TD : 100 / 70 mmHG, N : 80x/I, P : 22x/I, S : 36,5˚c, kadar

hemoglobin 10,0gr, ibu tetap menjadi akseptor implant jedena, ibu

mengerti menometroragia merupakan efek samping dari implant

jedena dan masalah menometroragia belum teratasi

69
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan

beberapa saran :

1. Penulis selanjjutnya

Agar dapat mengkaji tentang efek samping dari pemakaian alat

kontrasepsi khususnya kontrasepsi jedena

2. Untuk Bidan

Bagi petugas kesehatan di puskesmas khususnya bidan diharapkan

dalaam memberi konseling kepada akseptor lebih diarahkan kepada

mekanisme kerja dan efek samping yang di timbulkan oleh alat

kontrasepsi implant serta cara penanganannya dan lebih

meningkatkan kemampuan dalam penerapan kasus keluarga

berencana.

3. Untuk institusi

Agar dapat menambah jumlah buku sumber khususnya materi

kontrasepsi dan efek sampingnya untuk melengkapi referensi, bahan

penelitian dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

Akseptor Jedena dengan Menometroragia dan Amenia Ringan

DAFTAR PUSTAKA

70
1. Arum, Setya Dyah N, dkk, 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB

Terkini. Yogyakart : Nuha Offset

2. Irianto Koes, 2013. Keluarga Berencana, Bandung : YRAMA WIDYA

3. Marmi, dkk, 2014, Konsep Kebidanan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

4. Meilani Niken, dkk, 2012. Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta :

Fitramaya

5. Muliani S. Nina, 2013, Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi,

Yogyakarta : Nuha Medika

6. Profil Puskesmas Macini Sombala Makassar tahun 2016

7. Proverawati Atikah, 2011, Anemia dan Anemia Kehamilan, Yogyakarta

: Nuha Medika

8. Seratun, dkk, 2013. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan

Kontrasepsi : transinfo media Jakarta

9. Setiyaningrum Erna, 2016, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta :

Pustaka Nasional : Katalog Dalam Terbitan

10. Tarwoto. Ns, dkk, 2013, Buku Baku Anemia Pada Ibu Hamil, DKI

Jakrta : Perpustakaan Nasional

11. Walyani S. Elisabeth, dkk, 2014, Panduan Materi Kesehatan

Reproduksi & Keluarga Berencana , Yogyakarta, huda medika

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

71
1. Topik : Keluarga Berencana

2. Sub topic : Kontrasepsi Implant Jedena

3. Sasaran : Ny “R”

4. Metode : Ceramah dan diskusi

5. Waktu : 8 juni 2017, jam 11.00 wita

6. Tempat : Rumah Ny”R”

7. Pembimbing : Ferawati Taherong S,ST. M.Keb

8. Alat : leaflet

9. Tujuan

a. Tujuan umum

Setelah penyuluhan, ibu dapat memahami tentang efek samping

dari kontrasepsi implant dan menerapkannya dalam kehidupan

sehari – hari

b. Tujuan khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, ibu dapat :

1) Mengetahui apa itu kontrasepsi implant

2) Mengetahui mekanisme kerja kontrasepsi implant

3) Mengetahui indikasi dan kontra indikasi kontrasepsi impant

4) Keuntungan dan kerugian

5) Mengetahui efek samping implant

6) Mengatahui cara dan waktu penggunaan

72
10. Kegiatan pembelajaran

Tahapan Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


kegiatan
Pembukaan 1. Memberi salam dan 1. Menjawab salam
perkenalan 2. Mendengar
2. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan
penyuluhan
3. Membuat Kontrak
waku
Materi 1. Pengertian kontrasepsi 1. Menyimak dan
implant jedena memperhatikan
2. Mekanisme kerja 2. Menjawab
kontrasepsi implant pertanyaan
3. Indikasi dan kontra
indikasi kontrasepsi
impant
4. Keuntungan dan
kerugian
5. Efek samping implant
Penutup 1. Memberi salam Menjawab salam
2. Mengucap terimaksih
3. Menutup kegiatan

11. Evaluasi

Lisan

73
Pertanyaan

1. Apa pengertian kontrasepsi implant jedena

2. Bagaimana Mekanisme kerja kontrasepsi implant

3. Apa saja Indikasi dan kontra indikasi kontrasepsi impant

4. Keuntungan dan kerugian

5. Apa saja Efek samping implant

12. Daftar pustaka

a. Arum , Setya Dyah N, dkk, 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB


Terkini. Yogyakarta : Nuha Offset
b. Irianto koes, 2013. Keluarga Berencana, Bandung, YRAMA WIDYA

c. Meilani Niken, dkk, 2012. Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta,


Fitramaya

A. Tinjauan Khusus Tentang Kontrasepsi Implant Jadena

1. Pengertian

74
a. Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak

permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara 3 –

5 tahun. (Biran Affandi, dkk, 2013, hal 53)

b. Implant adalah metode kontasepsi hormonal yang efektif 5

tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk jedena, indoplant atau

implanon yang dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia

reproduksi

2. Mekanisme kerja

a. Menekan ovulasi

b. Menurunkan morbilitas tuba

c. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit

terjadi implantasi

d. Mengentalkan lender serviks sehingga mengganggu

transportasi sperma (Niken Meilani, dkk, 2012, hal. 132)

3. Indikasi

a. Usia reproduksi

b. Telah memiliki anak ataupun belum

c. Wanita yang menginginkan kontrasepsi yang memiliki efektifitas

tinggi dan panjang tapi tidak bisa menggunakan AKDR dan

kontap

d. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi

e. Riwayat kehamilan Ektopik

75
f. Pasca keguguran

g. Pasca persalinan dan tidak menyusui

h. Menyusui dan membutukan kontrasepsi

i. Tidak bioleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang

mengandung ekstrogen

j. TD <180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah, atau

anemia bulan sabit (sickle cell)

k. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil (Niken Meilani, dkk,

2012, hal.134)

4. Kontra indikasi

a. Hamil atau diduga hamil

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c. Mioma uterus dan kanker payudara

d. Gangguan toleransi gukosa

e. Riwayat kehamlan Ektopik (Niken Meilani, dkk, 2012, hal.134)

5. Keuntungan dan kerugian

a. Keuntungan

1) Daya guna tinggi

2) Cepat berkerja 24 jam setelah pemasangan

3) Perlindungi jangka panjang (bisa 5 tahun untuk jenis

norplant)

76
4) Pengemblian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan

5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

6) Bebes dari pengaruh hormone ekstrogen

7) Tidak mengganggu proses senggama

8) Tidak mempengaruhi ASI

9) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

10)Dapat dicabut setiap saat sesuiai kebutuhan(Niken Meilani,

dkk, 2012, hal.133)

b. Kerugian

Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola

haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau

meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea.

Timbulnya keluhan-keluhan, seperti :

1) Nyeri kepala

2) Peningkatan / penurunan berat badan

3) Perasaan mual

4) Jerawat

5) Perubahan perasaan(mood) atau kegelisahan

(nervousness)

6) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan.

77
7) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular

seksual termasuk AIDS.

8) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian

kontrasepsi.

9) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat

tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan

barbiturat).

10)Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi. (Dyah N.S.

Arum. 2011, hal. 138)

6. Efek samping

k. Gangguan haid (amenorhea dan methrorhagie)

l. Depresi

m. Spotting

n. Keputihan

o. Sakit kepala, pusing

p. Jerawat

q. Perubahan libido

r. Perubahan BB

s. Hematoma

t. Infeksi. (Suratun, SKM, dkk, 2013, Hal. 86)

78

Anda mungkin juga menyukai