Anda di halaman 1dari 50

Gelombang XXV

Angkatan 76

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI NILAI DASAR


PEGAWAI NEGERI SIPIL DI UPT PUSKESMAS DANAU
MARSABUT KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Oleh :
dr. NURUSSAMAWATI
PENATA MUDA TK.I III/b
NIP. 19931116 2019 03 2 025

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR PNS
DI UPT PUSKESMAS DANAU MARSABUT
KABUPATEN TAPANULI SELATAN

NAMA :
dr. Nurussamawati
NIP :
19931116 201903 2 025
PANGKAT/GOLONGAN :
Penata Muda Tk. I / IIIb
JABATAN :
Dokter Umum Ahli Pertama
INSTANSI :
UPT Puskesmas Danau Marsabut
Kabupaten Tapanuli Selatan
GELOMBANG/ANGKATAN : Gelombang XXV/ Angkatan 76

Telah diseminarkan pada hari Kamis tanggal 20 Februari 2020 dihadapan Coach, Penguji dan
Mentor di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera Utara

Medan, 20 Februari 2020

Coach, Penguji Mentor

Rahman Nasution, S.Sos., M. Si. Siti Fauziah, S.H., MAP. Erwina Rafni Harahap, S.KM.
NIP: 196410251985031003 NIP: 196604241998032001 NIP: 198803062011012013

Mengetahui,

An, KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PROVINSI


SUMATERA UTARA Plh. KEPALA BIDANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI
MANAJERIAL

Gadis Melani Rusli, S.H.


NIP: 196711061990032003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai
Dasar Pegawai Negeri Sipil Di Puskesmas Danau Marsabut Kabupaten Tapanuli Selatan ini.
Shalawat berangkaikan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar dalam kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Rancangan Aktualisasi ini diajukan
sebagai syarat untuk melengkapi tugas-tugas pada Latihan Dasar (Latsar) CPNS Golongan
III, Gelombang XXV, Angkatan 76 tahun 2020.
Dalam penulisan dan penyusunan Rancangan Aktualisasi ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah
berjasa kepada penulis:
1. Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) Sumatera Utara sebagai Penyelenggara Latsar CPNS Golongan III.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara yang telah menyediakan
fasilitas dan sarana terbaik selama penulis menjalani Latsar on campus.
3. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memfasilitasi penulis
untuk dapat turut serta mengikuti Latsar Gelombang XXV, Angkatan 76 tahun 2020.
4. Bapak Rahman Nasution, S.Sos, M.Si sebagai coach dalam penyusunan Rancangan
Aktualisasi ini.
5. Ibu Siti Fauziah, S.H, MAP selaku penguji seminar Rancangan Aktualisasi ini.
6 . I b u Erwina Rafni Harahap, S.KM selaku mentor penulis pada seminar Rancangan
Aktualisasi ini.
7. Alm. Ayahanda, Ibunda, mertua dan keluarga penulis yang telah mendidik dan mendukung
penulis dengan tulus hati dan penuh kasih sayang.
8. Teman-teman peserta Latsar CPNS Gelombang XXV, Angkatan 76 Sumatera Utara tahun
2020 yang senantiasa memberikan semangat sekaligus dorongan untuk penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan semangat, dukungan, dan do’a yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya Rancangan Aktualisasi ini masih sangat banyak kekurangan
maka untuk itu penulis harapkan kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan
saran. Semoga Rancangan Aktualisasi ini dapat menjadi lebih baik di kemudian hari.
Penulis juga berharap penyusunan Rancangan Aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya Rancangan Aktualisasi ini
diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu, serta menjadi inspirasi
untuk menciptakan karya yang lebih baik. Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha
Pengasih memberkati dan melimpahkan rahmat serta karunianya kepada kita semua. Aamiin.

Medan, 20 Februari 2020


Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Visi, Misi dan Tupoksi Organisasi............................................... 4

1.3 Permasalahan ............................................................................... 8

1.4 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 8

BAB II IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH


2.1. Identifikasi Isu ............................................................................ 10

2.2. Analisis Isu ................................................................................ 10

2.3. Penetapan Isu dan Analisis Dampak........................................... 12

2.4 Penetapan Gagasan Kegiatan ………………………………....... 16

2.5 Role Model …………………………………………………….. 16

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Nilai – Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara .................................. 18

3.2. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI ................................... 25

3.3. Rancangan Aktualisasi ……………………………………….. . 30

3.4 Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan ………………………..... 39

BAB IV PENUTUP

Penutup .............................................................................................. 40

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 41
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Wilayah Kecematan Sipirok.................................................... 4

Gambar 2. Role Model...................................................................................... 17


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Penilaian Isu Melalui Kriteria APKL................................................. 11

Tabel 2.2. Penilaian Isu menggunakan Kriteria USG........................................ 12

Tabel 2.3. Skala Nilai......................................................................................... 13

Tabel 2.4. Gagasan Pemecahan Isu dan Kegiatan Kreatif.................................. 16

Tabel 3.1. Rancangan Aktualisasi...................................................................... 31

Tabel 3.2. Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan............................................... 40


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tertuang dalam pasal 3 dan 4
Undang-Undang No. 5 tahun 2014 dalam melaksanakan cita-cita bangsa
mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, perlu dibangun ASN yang
memiliki nilai dasar profesi PNS, serta memiliki integritas, profesional, netral dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
PNS di bidang kesehatan sekarang menjadi sorotan publik dikarenakan
beberapa hal yang terlihat oleh masyarakat terutama tentang kualitas pelayanan
yang kurang memuaskan. Banyaknya masalah yang timbul diakibatkan kurangnya
dan turunnya kesadaran dan kepedulian PNS dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Di era globalisasi, masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek,
termasuk terhadap mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sejalan dengan
peningkatan pengetahuan dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat. Baik pelayanan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. Hal ini menunjukkan
bahwa pandangan masyarakat terhadap kesehatan telah semakin meningkat
terutama pada kesehatan umum masyarakat yang mana hal tersebut berdampak
pada tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
Stunting merupakan masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di
Indonesia. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak

1
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan
baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting
didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi
di bawah minus dua (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis)
diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh
banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali.
Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi
stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah
stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya
pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Prevalensi se-Sumatera Utara, angka stunting sebesar 32,39 persen.
Artinya, setiap 100 balita di Sumatera Utara, ada 32 orang lebih yang stunting.
Tapanuli Selatan memiliki data 32,4 % atau 3 dari 10 anak balita mengalami
stunting, keadaan ini lebih tinggi dari Nasional (30,8%). Dari hasil Riskesdas
2013, Sumatera Utara pada urutan ke-6 dan tahun 2018 turun menjadi urutan ke-
14. Pemerintah provinsi Sumatera Utara, diwakili oleh Sekretaris Daerah
menyatakan sedang berupaya menekan angka ke level 27 persen.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai
upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap
untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil)
saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas
di usia-usia produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak
berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal
tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk
anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran
dari semua sektor dan tatanan masyarakat. Pada 1000 hari pertama kehidupan
harus dijaga baik nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting.

2
Seribu hari pertama kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun
balita. Saat itulah stunting harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain.
Jika memang ada faktor yang tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di
1000 hari pertama itulah semua dapat diperbaiki.

Tatalaksana penanganan kasus stunting menitikberatkan pada


pencegahannya bukan lagi proses pengobatan. Orang tua berperan untuk
mengontrol tumbuh kembang anaknya masing-masing dengan memperhatikan
status gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik
dan apabila ada masalah harus segera dikonsultasikan ke dokter atau ahli gizi.
Upaya pencegahan lebih baik dilakukan semenjak dini demi masa depan sang
buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dengan sehat.

Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat merupakan fasilitas pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang
rutin dilakukan, oleh sebab itu kita wajib memberikan informasi masalah
kesehatan kepada masyarakat, dari beberapa program wajib Puskesmas seperti
kesehatan ibu dan anak serta KB, peningkatan gizi keluarga, manfaat imunisasi
pada bayi dan balita, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
meningkatkan kesehatan lingkungan termasuk gerakan 3M kepada masyarakat.
sehingga masyarakat sadar dan mengetahui serta diharapkan dapat mengubah
perilaku yang buruk menjadi baik menurut standar kesehatan walaupun memakan
waktu yang panjang dan lama.
Berdasarkan hal di atas, Puskesmas perlu menerapkan pelayanan
kesehatan yang tepat, cepat, dan akurat di Puskesmas dengan berdasarkan nilai-
nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi (ANEKA). PNS juga diharapkan memahami pentingnya pelayanan
publik yang optimal, managemen ASN dan Whole of Government. Penjelasan di

3
atas mendasari penyusunan rancangan aktualisasi ini yang dilaksanakan di
Puskesmas Danau Marsabut.

1.2 Visi, Misi, dan Tupoksi Organisasi


Kecamatan Sipirok terletak antara 01030’28” – 01043’42” Lintang Utara dan
99009’49” – 99028’05” Bujur Timur dengan luas wilayah 577,18 Km 2, dengan
topografi berbukit dan bergunung. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Sipirok adalah sebagai berikut :
- Utara : Kec. Arse dan Kab. Tapanuli Utara
- Timur : Kab. Padang Lawas Utara
- Selatan : Kec. Marancar, Kec. Angkola Timur dan
Kab. Padang Lawas Utara
- Barat : Kec. Marancar dan Kec. Batang Toru
Kecamatan Sipirok memiliki luas wilayah 577,18 Km 2 yang terdiri dari 34
Desa dan 6 Kelurahan, serta 100 Dusun. Penduduk kecamatan Sipirok pada tahun
2018 berjumlah 31.530 jiwa dengan Kepala Keluaraga sebanyak 7380 rumah
tangga, dimana tingkat kepadatan penduduk sebesar 58,17 jiwa per km2 . dengan
rata-rata sebanyak 4 s/d 5 jiwa di setiap rumah tangga.

Gambar 1. Peta wilayah.

4
1.2.1 Visi : UPT Puskesmas Danau Marsabut memiliki visi yaitu terwujudnya
Sipirok Sehat berbasis kemandirian dan berkeadilan.
1.2.2 Misi :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat.

2. Melaksanankan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM).

3. Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan

4. Mendorong seluruh masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan


Nasional.

1.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi


1.2.3.1 Tugas dan Fungsi Puskesmas Danau Marsabut
Berdasarkan Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
1.2.3.2 Tugas dan Fungsi Dokter Ahli Pratama
Tugas Pokok dan Fungsi Dokter Ahli Pertama sesuai rumpun jabatan
dokter umum tercantum dalam KepMenPAN No 139/KEP/MPAN/11/2003
sebagai berikut:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama;
2. Melakukan pelayanan spesialistik rawat jalan tingkat pertama;
3. Melakukan tindakan khusus tingkat sederhana oleh Dokter Umum;
4. Melakukan tindakan khusus tingkat sedang oleh Dokter Umum;
5. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sederhana;
6. Melakukan tindakan spesialistik tingkat sedang;
7. Melakukan tindakan darurat medik/ pertolongan pertama pada kecelakaan

5
(P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat I
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium
32. Melakukan tugas jaga panggilan/ on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat/ rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35.Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat
sederhana

6
Pada kegiatan aktualisasi ini saya akan mengaplikasikan salah satu
kegiatan yaitu melakukan penyuluhan medik.

1.2.4 Motto
Motto UPT Puskesmas Danau Marsabut adalah ”Kesehatan Anda,
Kebahagiaan Kami” yang berarti kita sebagai salah satu pelayan kesehatan yang
bekerja di Puskesmas Danau Marsabut Kabupaten Tapanuli Selatan harus
menjaga puskesmas selayaknya menjaga dan mencintai rumah sendiri sehingga
puskesmas akan memberikan kenyamanan bagi pasien yang datang berobat.
Apabila kenyamanan telah dirasakan oleh pasien, maka kesehatan meningkat yang
mencerminkan peningkatan mutu pelayanan.

1.2.5 Nilai-nilai Organisasi


Agar dapat menjalankan misi dengan baik demi tercapainya visi yang
diharapkan, diperlukan penerapan nilai-nilai UPT Puskesmas Danau Marsabut
yaitu TERPESONA, sebagai berikut:
TANGGAP : Tanggap adalah sikap respon cepat terhadap informasi tentang
situasi dan kondisi kesehatan masyarakat
ENERGIK : Energik adalah kemampuan untuk melakukan setiap pekerjaan
sesuai tugas dan tanggungjawab
RAMAH : Ramah adalah sikap, tutur kata yang baik, sopan dan bersahabat
dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
PEDULI : Peduli adalah sikap perhatian dan rasa tanggung jawab terhadap
kondisi kesehatan masyarakat
EMPATI : Empati adalah sikap turut merasakan masalah/kondisi
kesehatan yang di hadapi oleh masyarakat
SOPAN : Adalah sikap yang baik, hormat dan saling menghargai dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
OPTIMIS : Optimis adalah sikap percaya diri dan pantang menyerah dalam
memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat

7
NYAMAN : Nyaman adalah suasana aman dan tentram dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
AMANAH : Sikap bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kesehatanan
masyarakat

1.3 Permasalahan
Pada UPT Puskesmas Danau Marsabut terdapat masalah yang diangkat
oleh penulis untuk pelaksanaan kegiatan aktualisasi yaitu “Belum optimalnya
pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut”.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan

Adapun tujuan Aktualisasi Nilai-nilai Dasar profesi PNS di UPT Puskesmas


Danau Marsabut adalah:

1. Mampu menerapkan nilai Akuntabilitas sehingga memiliki tanggung-


jawab dan integritas terhadap apa yang dikerjakan.
2. Mampu menerapkan nilai Nasionalisme sehingga bekerja dengan
menjiwai semangat nilai-nilai Pancasila.
3. Mampu menerapkan nilai Etika Publik untuk menciptakan lingkungan
pelayanan masyarakat yang baik.
4. Mampu menerapkan Komitmen Mutu sehingga mewujudkan
pelayanan yang prima bagi masyarakat.
5. Mampu menerapkan nilai Anti Korupsi sehingga dapat mewujudkan
sikap disiplin dalam melaksanakan tugas.
6. Mampu menerapkan nilai-nilai kedudukan dan peran ASN dalam
melaksanakan tugas dan fungsi di UPT Puskesmas Danau Marsabut.
7. Membentuk PNS sebagai pelayan publik yang profesional,
berkarakter, dan berdaya saing global berdasarkan pemahaman terkait
inovasi pada bidang teknologi, informasi, dan komunikasi.

8
1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam rancangan adalah sebagai
berikut:

1. Bagi Penulis
a. Membentuk karakter dan perilaku ASN sebagai cerminan dari nilai-nilai dasar
ASN;

b. Mewujudkan peran dan kedudukan ASN dalam NKRI.

2. Bagi Unit Kerja

Mewujudkan iklim kerja baru di unit kerja yang lebih aktif dalam
menjalankan tugas masing-masing. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan di UPT Puskesmas Danau Marsabut..

9
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH

2.1. Identifikasi Isu


Pada bab ini dijelaskan beberapa isu yang ditemukan oleh penulis di unit
kerja. Isu ini penulis rumuskan berdasarkan observasi langsung selama bekerja di
UPT Puskesmas Danau Marsabut. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
isu merupakan masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi atau kabar yang
tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenaarannya; kabar angin; desas-
desus.
Penulis menemukan beberapa isu yang berhubungan dengan pelaksanaan
pelayanan di UPT Puskesmas Danau Marsabut yaitu:
1. Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan
dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut
2. Belum optimalnya kesadaran dan pemahaman pasien terhadap imunisasi
dasar lengkap di UPT Puskesmas Danau Marsabut
3. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau Marsabut
4. Belum optimalnya pemahaman pasien tentang jenis-jenis penyakit yang
dapat ditangani di Fasilitas Kesehatan Tingkat I
5. Belum optimalnya pemahaman pasien tentang Etika Batuk di lingkungan
UPT Puskesmas Danau Marsabut

2.2 Analisis Isu


Masalah-masalah yang ditemukan selanjutnya dilakukan analisis untuk
menilai kualitas isu. Alat bantu penapisan isu yang digunakan adalah metode
APKL (Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Layak). Aktual artinya benar-benar
terjadi dan sedang hangat dibicarakan. Problematik artinya isu yang memiliki
dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya.
Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Kelayakan
artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif

10
pemecahan masalahnya. Penulis melakukan analisis isu menggunakan APKL dan
didapatkan hasil sesuai dengan Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penilaian isu melalui kriteria APKL
Kriteria Isu
No ISU A P K L
Belum optimalnya pemahaman keluarga
pasien tentang stunting dan dampaknya di
1 √ √ √ √
UPT Puskesmas Danau Marsabut

Belum optimalnya kesadaran dan


pemahaman pasien terhadap imunisasi dasar
2 √ √ √ √
lengkap di UPT Puskesmas Danau Marsabut

Belum optimalnya pemahaman pasien dan


keluarga pasien tentang penyakit tidak
3 menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau √ √ √ √
Marsabut

Belum optimalnya pemahaman pasien


tentang jenis-jenis penyakit yang dapat
4 √ √ √ X
ditangani di Fasilitas Kesehatan Tingkat I

Belum optimalnya pemahaman pasien


5 tentang Etika Batuk di lingkungan UPT √ √ √ √
Puskesmas Danau Marsabut

Keterangan:
A : Aktual K : Kekhalayakan
P : Problematik L : Layak

Berdasarkan analisis APKL pada tabel 2.1, penulis berkesimpulan bahwa


isu nomor 1,2,3, dan 5 memenuhi seluruh kriteria aktual, problematik,
kekhalayakan dan layak.

11
2.3 Penetapan Isu dan Analisis Dampak
2.3.1 Penetapan Isu
Berdasarkan analisis isu menggunakan APKL, didapatkan 4 isu yang
memenuhi kriteria, yaitu:
1. Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan
dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut
2. Belum optimalnya kesadaran dan pemahaman pasien terhadap imunisasi
dasar lengkap di UPT Puskesmas Danau Marsabut
3. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau Marsabut
4. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau Marsabut
Seluruh isu yang memenuhi kriteria APKL selanjutnya dilakukan penapisan
dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk menetapkan skala
prioritas pemecahan isu. Urgency menunjukkan seberapa mendesak suatu isu
harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousness menunjukkan seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth
menunjukkan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera. Analisis isu dengan metode USG ditunjukkan pada tabel 2.2
Tabel 2.2. Penilaian isu menggunakan metode USG
Kriteria
No ISU Total Ranking
U S G
Belum optimalnya pemahaman
keluarga pasien tentang stunting
1 dan dampaknya di UPT 5 5 5 15 I
Puskesmas Danau Marsabut

Belum optimalnya kesadaran dan


pemahaman pasien terhadap
2 imunisasi dasar lengkap di UPT 4 4 5 13 III
Puskesmas Danau Marsabut

3 Belum optimalnya pemahaman 4 4 3 11 IV


pasien dan keluarga pasien

12
tentang penyakit tidak menular
(PTM) di UPT Puskesmas Danau
Marsabut

Belum optimalnya pemahaman


pasien dan keluarga pasien
4 tentang penyakit tidak menular 5 4 5 14 II
(PTM) di UPT Puskesmas Danau
Marsabut

Keterangan :
U: urgency : seberapa mendesak isu perlu dibahas terkait waktu
S: seriousness : seberapa besar isu perlu dibahas terkait akibat yang ditimbulkan
G: growth : seberapa besar isu akan berkembang jika dibiarkan

Tabel 2.3 Skala Nilai


NILAI KETERANGAN
5 Sangat Urgent/Serius/Mendesak
4 Urgent/Serius/Mendesak
3 Cukup Urgent/Serius/Mendesak
2 Kurang Urgent/Serius/Mendesak
1 Tidak Urgent/Serius/Mendesak

Berdasarkan analisis USG, maka isu prioritas yanng akan diangkat adalah
isu padaa nomor 1, dengan total skor 15. Kegiatan aktualisasi difokuskan pada
”Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan
dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut”.
2.3.2 Analisis Dampak
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan paripurna yaitu meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Sosialisasi stunting dan dampaknya merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya dengan penyuluhan dilakukan oleh dokter atau
tenaga medis. Penyuluhan sendiri termasuk dalam layanan promotif dan preventif
yang merupakan layanan prioritas di puskesmas.

13
Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis. Anak-anak
yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik. Anak yang
mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, terutama
yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya
sehingga menjadi pendek (stunted).
Kondisi ini lebih berisiko jika masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di
dalam kandungan. Data-data secara nasional di Indonesia membuktikan bahwa
angka stunting yang tinggi beriringan dengan kejadian kurang gizi. Seperti disebut
dalam laporan Riskesdas terakhir, ada 30,8% atau 7,3 juta anak di Indonesia
mengalami stunting, dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek, dan 11,5% atau 2,6
juta anak sangat pendek.

Adapun dampak gizi buruk, baik langsung maupun tidak langsung,


terhadap anak dan ketahanan negara Indonesia sebagai berikut:

1. Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat

Bukti menunjukkan anak yang tumbuh dengan stunting mengalami


masalah perkembangan kognitif dan psikomotor. Jika proporsi anak yang
mengalami kurang gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam suatu negara, maka
akan berdampak pula pada proporsi kualitas sumber daya manusia yang akan
dihasilkan. Artinya, besarnya masalah stunting pada anak hari ini akan berdampak
pada kualitas bangsa masa depan.

2. Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga

Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini, pada
umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di bawah rata-rata
dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh dengan
kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan
mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam bidang
olahraga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi kurang gizi dan

14
stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa di masa
depan dari segala sisi.

3. Lebih mudah terkena penyakit degeneratif

Kondisi stunting tidak hanya berdampak langsung terhadap kualitas


intelektual bangsa, tapi juga menjadi faktor tidak langsung terhadap penyakit
degeneratif (penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia).

Berbagai studi membuktikan bahwa anak-anak yang kurang gizi pada


waktu balita, kemudian mengalami stunting, maka pada usia dewasa akan lebih
mudah mengalami obesitas dan terserang diabetes melitus. Seseorang yang dalam
masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami kekurangan gizi dapat
mengalami masalah pada perkembangan sistem hormonal insulin dan glukagon
pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa. Sehingga,
pada saat usia dewasa jika terjadi kelebihan intake kalori, keseimbangan gula
darah lebih cepat terganggu, dan pembentukan jaringan lemak tubuh (lipogenesis)
juga lebih mudah. Dengan demikian, kondisi stunting juga berperan dalam
meningkatkan beban gizi ganda terhadap peningkatan penyakit kronis di masa
depan.

4. Sumber daya manusia berkualitas rendah

Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam
meningkatkan penyakit kronis degeneratif saat dewasa. Karena itu, Januari
merupakan momen yang tepat bagi semua pihak (para orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan parlemen) untuk ikut berperan dalam menyelesaikan
permasalahan gizi anak dan stunting tersebut. Perhatian terhadap Hari Gizi
Nasional bukan semata seremonial, tapi merupakan sebuah bentuk kewaspadaan
terhadap kondisi yang terjadi saat ini, dan kepedulian masa depan bangsa.

Penyelenggaraan penyuluhan diharapkan meningkatan pemahaman


keluarga pasien tentang stunting dampaknya. Jika pemahaman pasien tentang
stunting sudah optimal, diharapkan mampu meningkatkan kualitas generasi muda

15
di masa akan datang. Keadaan ini menuntut puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan dan mutu pelayanannya.

2.4 Penetapan Gagasan Kegiatan


Berdasarkan analisa isu yang dilakukan menggunakan metode APKL dan
USG, maka isu terpilih adalah “Belum optimalnya pemahaman keluarga
pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut”
untu k s ege ra di at as i . Sesuai dengan tugas pokok dan tugas-tugas
inisiatif/tambahan yang diberikan kepada penulis, maka penulis menetapkan
gagasan dan kegiatan pemecahan isu sebagaimana tersebut pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Gagasan Pemecahan Isu dan Kegiatan Kreatif
No. Isu/Masalah Gagasan Kreatif Gagasan Kegiatan
1. Belum Mengoptimalkan 1. Membuat bundel grafik WHO untuk
optimalnya pemahaman
m e m p e r m u d a h screening dan
pemahaman keluarga pasien
keluarga tentang stunting diagnosis stunting
pasien tentang dan dampaknya di
2. Memberikan pelayanan medis
stunting d a n UPT Puskesmas
dampaknya di Danau Marsabut terhadap pasien
UPT
3. Edukasi gizi pada masa prenatal
Puskesmas
Danau (remaja putri dan ibu hamil)
Marsabut
4. Edukasi tentang pentingnya ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk
tercapainya gizi optimal
5. E d u k a s i t e n t a n g p e n t i n g n y a
pemberian MPASI pada anak usia
7-24 bulan dalam pencegahan
stunting
6. Edukasi tentang pentingnya pantau
tumbang anak guna mencegah
stunting di posyandu

16
2.5 Role Model
Role model dapat diartikan sebagai sosok tokoh panutan yang menurut
seseorang layak menjadi contoh teladan berdasarkan materi-materi yang telah
dipelajari pada agenda nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan dan peran PNS dalam
NKRI. Penulis memilih Ibu Erwina Rafni Harahap, SKM sebagai role model.

Gambar 2. Role Model


Alasan saya menjadikan beliau role model adalah saya melihat beliau
adalah sosok yang bertanggung jawab sebagai seseorang pemimpin, beliau juga
memiliki rasa nasionalisme yaitu dengan mementingkan kepentingan umum dan
melayani pasien dari kalangan manapun tidak membedakan status sosial, agama
maupun suku. Sosok role model ini juga menjaga komitmen mutu dengan
mengikuti pelatihan yang mendukung tugasnya.
Beliau memiliki karakter disiplin yang sangat baik, tegas dan sigap dalam
menghadapi permasalahan, dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya.
Hal-hal tersebut yang selalu memotivasi saya untuk dapat menjadi pelayan publik
yang amanah dan kompeten.

17
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1. Nilai-Nilai Dasar Profesi ASN


ASN yang profesional adalah ASN yang karakternya dibentuk oleh nilai –
nilai dasar profesi ASN sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya
secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai – nilai dasar yang harus
ditanamkan oleh seluruh ASN, meliputi Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA). Berikut nilai-nilai dasar
profesi ASN:

3.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seseorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Akuntabilitas
publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis
(peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

18
d. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.

Selain itu, akuntabilitas juga memiliki aspek-aspek yang mencangkup beberapa


hal antara lain:

a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a


relationship)
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results
oriented)
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting)
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences)
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance)

19
3.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
adalah pandagan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang didasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan;
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga
sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka
(inklusif), membebaskan, dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
Nilai-nilai ketuhanan diimplementasikan dengan cara mengembangkan etika
sosial di masyarakat. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan
diharapkan dapat memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk
kemakmuran masyarakat.
b. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan kemanusiaan universal
yang disumbangkan dari berbagai interaksi peradaban dunia. Dengan
melandaskan pada prinsip kemanusiaan, berbagai tindakan dan perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai
kebijakan dan perilaku aparatur negara.

20
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi
karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah
geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, bangsa Indonesia juga didukung oleh
semangat gotong royong. Dengan gotong royong itulah, Indonesia harus
mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan
membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari
wilayah Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang didasari gotong royong mempunyai nilai ke
dalam dan ke luar. Ke dalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman
budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia. Sedangkan
ke luar berarti memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi
persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antarumat manusia.
d. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Sila ke-4 Pancasila mengandung ciri-ciri demokrasi yang dijalankan di
Indonesia, yakni 1) kerakyatan (kedaulatan rakyat); 2) permusyawaratan
(kekeluargaan); dan 3) hikmat kebijaksanaan. Demokrasi berciri kerakyatan
berarti adanya penghormatan terhadap suara rakyat. Penghayatan terhadap
nilai-nilai permusyawaratan diharapkan memunculkan mentalitas yang
mengutamakan kepentingan umum dalam pengambilan keputusan bersama
e. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa
menyatakan bahwa negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperatif etis dari amanat Pancasila dan UUD 1945. Peran negara dalam
mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain: (a) perwujudan relasi yang adil

21
di semua tingkat sistem kemasyarakatan; (b) pengembangan struktur yang
menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses fasilitasi akses atas
informasi, layanan, dan sumber daya yang diperlukan; dan (d) dukungan atas
partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua orang.

3.1.3. Etika Publik


Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar atau salah
yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan public. Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis..
Nilai-nilai dasar etika publik antara lain :
1. Memegang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila.
2. Setia dan mempertahankan UUD NKRI 1945.
3. Profesional.
4. Tidak berpihak.
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
6. Non diskriminatif.
7. Beretika luhur.
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
9. Memberikan pelayanan dengan jujur, tanggap, cepat, tepat dan akurat.
10. Berdaya guna dan berhasil guna.
11. Santun dalam berkomunikasi, berkonsultasi dan bekerjasama.
12. Transparan.
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.

22
3.1.4. Komitmen Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen atau pengguna. Empat indikator dasar nilai-nilai komitmen mutu yaitu:
Efektif, efisien, kreatif / inovatif dan mutu.
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas
rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar

23
untuk mengukur capaian hasil kerja. Target utama kinerja aparatur yang berbasis
komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima
layanan.

3.1.5. Anti Korupsi


Korupsi adalah tindakan melanggar hukum dengan tujuan untuk
memperkaya diri sendiri maupun golongan. Kata korupsi berasal dari bahasa latin
yaitu Corruptio yang artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi
sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa, karena dampaknya yang luar biasa,
menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat
dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya terjadi dalam kurun waktu
yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
f. Jujur f. Kerja Keras
g. Peduli g. Sederhana
c. Mandiri h. Berani
d. Disiplin i. Adil
e. Tanggung Jawab
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan
selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu
ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus
dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi.
Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan
mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki
semangat untuk melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil
terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.

24
3.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
Dalam menjalankan kedudukannya pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan
pemersatu bangsa. Pembahasan mengenai Kedudukan dan Peran ASN dalam
NKRI pada intinya mencakup 3 (tiga) hal, yakni Manajemen ASN, Whole of
Government (WoG), dan Pelayanan Publik. Adapun penjelasan singkat mengenai
ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:

3.2.1. Whole of government (WOG)


WOG merupakan suatu upaya dalam sistem pemerintahan yang bersatu
dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. WOG juga memiliki
pemahaman yakni suatu pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang
menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup yang lebih luas di pemerintahan.Terdapat beberapa cara pendekatan
WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun
informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara, termasuk
Indonesia dalam level-level tertentu, yakni:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga yang dapat dilakukan jika jumlah
lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional akan
sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga
yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi.
Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan
lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus yang bertugas dalam
mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah salah satu cara
melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan
yang dikoordinasikan.
c. Membangun gugus tugas, yakni bentuk pelembagaan koordinasi yang
dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.

25
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber
daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi.
d. Koalisi sosial, yakni bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor
atau lembaga,tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.

Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan


seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik
yang dikenali dapat didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang
menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga
(KTP, SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain).
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa
yang dibutuhkan warga masyarakat (pendidikan, kesehatan, ketenagkerjaan,
perhubungan dan lain-lain).
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang
dibutuhkan warga masyarakat (jalan, jembatan, perumahan, jaringan
telepon, listrik, air bersih, dan lain-lain).

3.2.2. Manajemen ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu
tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman.
Salah satu bentuk manajemen ASN adalah penerapan sistem merit dalam
pengelolaan ASN untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi dan
memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerapkan sistem ini baik dari

26
sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan
penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam
pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Sedangkan Manajemen PPPK meliputi
penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara
nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan
dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN, setiap Instansi Pemerintah wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.

3.2.3. Pelayanan publik


Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif

27
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan

Budaya pelayanan akan sangat menentukan kualitas pemberian layanan


kepada masyarakat. Budaya pelayanan akan berjalan dengan baik apabila
terbangun kerja tim di dalam internal organisasi. Pelayanan prima adalah
memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan pengguna layanan.
Pemberian budaya pelayanan prima menjadi modal utama dalam memberikan
kepuasan pelanggan, dimana kepuasan pelanggan merupakan salah satu kewajiban
dan tanggung jawab organisasi penyedia pelayanan. Penilaian positif dari
pelanggan semakin penting mengingat pelanggan turut menjadi penilai utama
organisasi penyedia pelayanan publik. Survei kepuasan pelanggan menjadi salah
satu indikator keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi yang diperkuat dalam
PERMENPANRB No. 16 Tahun 2014 tentang Survei Kepuasan Masyarakat
(SKM).

Prinsip-prinsip pelayan prima antara lain:


a. Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan.

b. Membangun visi dan misi pelayanan.

c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai dasar


pemberian pelayanan.

d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana


memberikan pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi
organisasi.

e. Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas


pelayanannya dengan baik.

28
Beberapa perilaku pelayanan prima yang perlu dibudayakan dalam
organisasi antara lain:

1. Menyapa dan memberi salam

2. Ramah

3. Cepat dan tepat waktu

4. Mendengar dengan sabar dan aktif

5. Penampilan yang menarik

6. Jangan lupa mengucapkan terima kasih

7. Mengingat nama pelanggan

8. Perlakukan pelanggan dengan baik.

Budaya pelayanan merupakan cerminan dari praktek komunikasi yang


dibangun antara pemberi dan penerima layanan. Budaya pelayanan dibentuk oleh
sikap karyawannya serta manajemen organisasi pemberi pelayanan. Sikap
pelayanan dapat digambarkan melalui 7P yaitu :

1. Passionate (Semangat, antusias)

2. Progressive (Memakai cara yang terbaik)

3. Proactive (Antisipasif, tidak menunggu)

4. Prompt (Positif, tanpa curiga dan kekhawatiran)

5. Patience (Penuh rasa kesabaran)

6. Proporsional (Tidak mengada-ada)

7. Punctional (Tepat waktu)

29
3.3. Rancangan Aktualisasi

RANCANGAN AKTUALISASI

Unit Kerja : UPT Puskesmas Danau Marsabut Kabupaten Tapanuli Selatan


Identifikasi Isu :
1. Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut
2. Belum optimalnya kesadaran dan pemahaman pasien terhadap imunisasi dasar lengkap di UPT Puskesmas Danau Marsabut
3. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau
Marsabut
4. Belum optimalnya pemahaman pasien tentang jenis-jenis penyakit yang dapat ditangani di Fasilitas Kesehatan Tingkat I
5. Belum optimalnya pemahaman pasien tentang Etika Batuk di lingkungan UPT Puskesmas Danau Marsabut

Isu yang diangkat : Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut
Gagasan Pemecahan Isu : Mengoptimalkan pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut

30
Tabel 3.1. Rancangan Aktualisasi
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Membuat bundel Tersedianya 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
grafik WHO untuk 1. Meminta izin kepada bundelan grafik kepada pimpinan, saya kegiatan pembuatan kegiatan pembuatan
mempermudah pimpinan WHO yang dapat melakukan dengan sikap sopan bundel grafik WHO bundel grafik WHO
screening dan mempermudah dan santun, contohnya “Izin akan berkontribusi akan berkontribusi
diagnosis stunting 2. Menyiapkan materi dokter dalam Bu, saya mohon izin Ibu untuk terhadap misi no 3 terhadapnilai-nilai
grafik WHO untuk melakukan melakukan pembuatan bundel organisasi, yaitu organisasi no 1 dan 2
anak usia 0-2 tahun screening dan grafik WHO sebagai salah satu “meningkatkan yaitu tanggap dan
untuk laki-laki dan diagnosis aktualisasi dalam Latsar. sumber daya energik.
perempuan stunting. Etika Publik kesehatan”.
2. Dalam menyiapkan materi
3. Mencetak materi grafik WHO, saya berusaha
yang telah disiapkan dengan kreatif dan inovatif
seperti menggunakan gambar
4. Menggabungkan
dan keterangan yang jelas
semua grafik dalam
kemudian dilaminating.
bentuk bundel
Komitmen mutu
5. Menggunakan 3. Pencetakan materi tidak
bundelan grafik WHO memungut biaya dari pihak
dalam pelayanan medis manapun.
Anti Korupsi
4. Penggabungan bundel grafik
WHO akan mempermudah
pelaksanaan pelayanan yang
profesional.

31
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Akuntabilitas
5. Saya mengizinkan bundelan
grafik WHO yang telah dibuat
menjadi milik puskesmas dan
dapat digunakan oleh teman
sejawat atau paramedis
lainnya.
Nasionalisme

Dampak kegiatan dilaksanakan : Adanya bundel grafik WHO yang mempermudah screening dan diagnosis stunting.
Kerugian tidak dilaksanakan : Tidak adanya tolak ukur dalam screening dan diagnosis stunting, yang dapat membuat underdiagnosis dari stunting.
2. Memberikan Terlaksananya 1. Dalam melakukan informed Dengan memberikan Dengan memberikan
pelayanan medis 1. Saya akan meminta pelayanan medis consent kepada keluarga pasien, pelayanan medis pelayanan medis
terhadap pasien izin (informed consent) terhadap pasien. saya bersikap sopan dan santun, terhadap pasien terhadap pasien akan
pada keluarga pasien contohnya “Izin Pak/Bu, saya akan berkontribusi berkontribusi
untuk melakukan mohon izin melakukan terhadap misi terhadapnilai-nilai
anamnesa dan pemeriksaan terhadap anak organisasi no 1, organisasi no 5, 8 dan
pemeriksaan fisik. Bapak/Ibu, apakah bersedia?” yaitu 9, yaitu empati,
2. Saya akan melakukan Etika Publik “meningkatkan nyaman, dan
anamnesa dan 2. Melakukan anamnesa dan pelayanan amanah.
pemeriksaan fisik sesuai pemeriksan fisik dengan kesehatan yang
dengan SOP. profesional. komperhensif
3. Saya melakukan Komitmen mutu (promotif,
edukasi diakhir 3. Pada saat melakukan edukasi preventif, kuratif,
pemeriksan. sesuai penyakit, saya dan rehabilitatif)

32
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
menyampaikan secara transparan, dan bermutu bagi
contohnya “Mohon maaf Pak/Bu, semua lapisan
setelah saya melakukan masyarakat”.
pemeriksaan anak Bapak/Ibu
mengalami kekurangan gizi yang
berdampak kepada kualitas hidup
kedepannya. Saya harap
Bapak/Ibu dapat bekerjasama
untuk penatalaksaannya”.
Akuntabilitas

Dampak kegiatan dilaksankan: Terlaksananya pelayanan medis sesuai SOP yang dapat menjadi media dalam pencegahan dan mendiagnosis stunting.
Kerugian tidak dilaksanakan: Tidak adanya pelayanan medis maka dapat menurunkan mutu dan kualitas kesehatan.
3. Edukasi gizi pada 1. Meminta izin kepada Remaja putri dan 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
masa prenatal pimpinan ibu hamil kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
(remaja putri dan ibu 2. Menyiapkan absensi teredukasi gizi melakukan dengan sikap sopan mengedukasi gizi gizi pada masa
hamil) 3. Menyiapkan materi pada masa dan santun, contohnya “Izin pada masa prenatal prenatal (remaja putri
dan melakukan prenatal. Bu, saya mohon izin Ibu untuk (remaja putri dan ibu dan ibu hamil) akan
penyuluhan tentang melakukan edukasi gizi pada hamil) akan berkontribusi terhadap
“Gerakan 1000 Hari masa prenatal (remaja putri berkontribusi nilai-nilai organisasi
Kehidupan dan dan ibu hamil) sebagai salah terhadap misi no no 2,3,6, dan 9,
kontribusinya terhadap satu aktualisasi dalam Latsar. organisasi no 1 dan yaitu energik, ramah
kejadian stunting” Etika Publik 2, yaitu sopan, dan amanah.
dengan media visual 2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan
dengan gambar dan untuk transparansi kehadiran pelayanan

33
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
presentasi pada remaja peserta atau pasien. kesehatan yang
putri dan ibu hamil. Akuntabilitas konprehensif
4. Pemberian 3. Dalam mempersiapkan materi (promotif,
suplementasi besi folat berupa gambar dan presentasi, preventif, kuratif,
minimal 90 tablet pada saya membuat dengan kreatif dan dan rehabilitatif)
ibu hamil. inovatif seperti menggunakan dan bermutu bagi
5. Mendorong ibu hamil design dengan warna dan bentuk semua masyarakat
untuk melakukan menarik. dan meningkatkan
antenatal care minimal Komitmen mutu upaya kesehatan
4 kali. 4. Saya melakukan penyuluhan berbasis
6. Pemberian imunisasi dengan baik dan tanpa membeda- masyarakat
tetanus toksoid (TT) bedakan peserta atau pasien, (UKBM)”.
pada ibu hamil. contohnya “Bapak/Ibu yang tidak
7. Pemberian makanan paham silahkan bertanya” atau
tambahan pada ibu “Adik-adik remaja putri, ada yang
hamil dengan kenaikan punya pendapat tentang apa itu
berat badan tidak tablet tambah darah?”
optimal. Nasionalisme
8. Pemberian tablet 5. Pemberian suplementasi besi-
tambah darah (TTD) folat, imunisasi TT, makanan
pada remaja putri. tambahan dan edukasi antenatal
9. Evaluasi penyuluhan care pada ibu hamil serta
dengan testimoni pemberian TTD pada remaja putri
tidak dipungut biaya.
Anti Korupsi

34
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Dampak kegiatan dilaksankan: Dapat menurunkan angka kejadian stunting di kemudian hari dengan teredukasinya remaja putri dan ibu hamil tentang gizi
masa prenatal.
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat karena pemahaman gizi masa prenatal tidak optimal.
4. Edukasi tentang 1. Meminta izin Keluarga pasien 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pentingnya ASI pimpinan teredukasi tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
eksklusif pada bayi 2. Membuat absensi pentingnya ASI melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
0-6 bulan untuk 3. Menyiapkan materi eksklusif pada dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya ASI eksklusif pada
tercapainya gizi dan melakukan bayi 0-6 bulan Bu, saya mohon izin Ibu untuk ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk
optimal penyuluhan tentang untuk tercapainya melakukan edukasi tentang bayi 0-6 bulan untuk tercapainya gizi
“Peran ASI Eksklusif gizi optimal. pentingnya ASI eksklusif pada tercapainya gizi optimal akan
dalam menurunkan bayi 0-6 bulan untuk optimal akan berkontribusi terhadap
kejadian stunting dan tercapainya gizi optimal berkontribusi nilai-nilai organisasi
dampaknya” dengan sebagai salah satu aktualisasi terhadap misi no 2, 3, 4, 8, dan 9
media poster dan leaflet. dalam Latsar”. organisasi no 2 dan yaitu ramah,
4. Mendorong Etika Publik 3 yaitu energik,
paramedis untuk 2. Saat melakukan penyuluhan, “meningkatkan peduli,nyaman, dan
melakukan inisiasi saya bersikap profesional dan upaya kesehatan amanah.
menyusui dini (IMD) menggunakan bahasa yang dapat berbasis
pada saat persalinan dipahami oleh keluarga pasien, masyarakat
5. Mendorong ibu untuk contohnya “Bapak/Ibu, ASI (UKBM) dan
memenuhi imunisasi eksklusif merupakan pemberian meningkatkan
dasar dan pantau air susu ibu selama 6 bulan penuh, sumber daya
tumbuh kembang secara tanpa tambahan makanan atau kesehatan”
rutin tiap bulan. minuman apapun termasuk air
6. Evaluasi penyuluhan putih”.

35
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
dengan testimoni Komitmen mutu
3. Saat melakukan motivasi
kepada paramedis untuk
melakukan IMD saat persalinan,
saya tidak membeda-bedakan,
contohnya “Ibu-ibu bidan yang
menolong persalinan mohon
melakukan IMD kepada semua
pasien”.
Nasionalisme
4. Dalam kegiatan mendorong ibu
untuk memenuhi imunisasi dasar
dan pantau tumbuh kembang
secara rutin tiap bulan dilakukan
secara transparan, contohnya
“Bapak/Ibu, bulan ini berat badan
dan tinggi anak normal dengan
kesimpulan gizi baik, untuk bulan
depan kita akan melakukan
imunisasi DPT dan diharapkan
Bapak/Ibu datang kembali
sekaligus kita pantau
pertumbuhan dan perkembangan
anak tiap bulan”.
Akuntabilitas

36
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
5. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Status gizi anak usia 0-6 bulan optimal sehingga angka kejadian stunting menurun.
Kerugian tidak dilaksanakan: Status gizi anak kurang sampai dengan stunting karena belum optimalnya pemahaman keluarga tentang pentingnya ASI
ekslusif.
5. Edukasi pentingnya 1. Meminta izin Keluarga pasien 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pemberian MPASI pimpinan teredukasi tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
pada anak usia 7-24 2. Membuat absensi pentingnya melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
bulan dalam 3. Menyiapkan materi pemberian dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya pemberian MPASI
pencegahan stunting dan melakukan MPASI pada anak Bu, saya mohon izin Ibu untuk pemberian MPASI pada anak usia 7-24
penyuluhan tentang, usia 7-24 bulan melakukan edukasi tentang pada anak usia 7-24 bulan dalam
“Konsep Isi Piringku dalam pentingnya pemberian MPASI bulan dalam pencegahan stunting
dalam MPASI tepat, pencegahan pada anak usia 7-24 bulan pencegahan stunting akan berkontribusi
jurus ampuh mencegah stunting dalam pencegahan stunting akan berkontribusi terhadap nilai-nilai
stunting” dengan sebagai salah satu aktualisasi terhadap misi organisasi no 1, 3, 5,
media standing banner dalam Latsar”. organisasi no 2, dan 7 yaitu tanggap,
dan leaflet. Etika Publik yaitu energik, ramah, dan
4. Pemberian makanan 2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan optimal.
tambahan pada balita dengan transparan dan tanpa upaya kesehatan
gizi kurang. diskriminatif. berbasis
5. Evaluasi penyuluhan Nasionalisme masyarakat
dengan testimoni 3. Dalam menyiapkan materi (UKBM)”.
standing banner dan leaflet,

37
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
saya berusaha membuat dengan
kreatif dan inovatif seperti
menggunakan gambar, grafik,
dan warna-warna menarik.
Komitmen mutu
4. Pemberian makanan
tambahan, saya lakukan kepada
anak-anak yang memang
membutuhkan (sesuai
indikasi).
Akuntabilitas
5. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Tercapainya generasi berkualitas di kemudian hari karena pencegahan stunting secara optimal dilakukan.
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat dan sumber daya manusia di kemudian hari menurun.
6 Edukasi tentang 1. Meminta izin Teredukasinya 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pentingnya pantau pimpinan keluarga tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
tumbuh kembang 2. Membuat absensi pentingnya melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
anak guna 3. Menyiapkan materi pantau tumbuh dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya pantau tumbuh
pencegahan stunting dan melakukan kembang anak Bu, saya mohon izin Ibu untuk pantau tumbuh kembang anak guna
di posyandu penyuluhan tentang, guna pencegahan melakukan edukasi tentang kembang anak guna pencegahan stunting
“Pantau tumbang, cegah stunting di pentingnya pantau tumbuh pencegahan stunting di posyandu akan
stunting” dengan media posyandu kembang anak guna di posyandu akan berkontribusi terhadap

38
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
leaflet. pencegahan stunting di berkontribusi nilai-nilai organisasi
4. Evaluasi penyuluhan posyandu sebagai salah satu terhadap misi no 1, 3, 5, dan 7 yaitu
dengan testimoni aktualisasi dalam Latsar”. organisasi no 2, tanggap, energik,
Etika Publik yaitu ramah, dan optimal.
2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan
dengan transparan dan tanpa upaya kesehatan
diskriminatif. berbasis
Nasionalisme masyarakat
3. Dalam menyiapkan materi (UKBM)”.
leaflet, saya berusaha membuat
dengan kreatif dan inovatif
seperti menggunakan gambar
dan warna-warna menarik.
Komitmen mutu
4. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Meningkatnya kualitas kesehatan dan sumber daya manusia Indonesia
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat dan sumber daya manusia di kemudian hari menurun.

39
3.4. Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan

Tabel 3.2 Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan

Minggu ke
No Kegiatan
I II III IV V
1. Membuat bundel grafik WHO untuk mempermudah screening
dan diagnosis stunting
2. Memberikan pelayanan medis terhadap pasien
3. Edukasi gizi pada masa prenatal (remaja putri dan ibu hamil)
4. Edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
untuk tercapainya gizi optimal
5. Edukasi pentingnya pemberian MPASI pada anak usia 7-24
bulan dalam pencegahan stunting

40
BAB IV
PENUTUP

Demikian rancangan aktualisasi saya buat. Seluruh kegiatan pada


Rancangan Aktualisasi ini akan dilaksanakan di UPT Puskesmas Danau Marsabut,
pada tanggal 22 Februari 2020 hingga 28 Maret 2020. Terdapat 6 kegiatan yang
akan dilaksanakan di dalamnya terkandung agenda habituasi nilai-nilai dasar
Pegawai Negeri Sipil yaitu, Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA). Saya mengharapkan kritik, saran, dan
bimbingan yang membangun untuk terwujudnya kelancaran dan perbaikan
rancangan aktualisasi ini yang akan dilaksanakan dalam agenda habituasi agar
rancangan aktualisasi ini dapat lebih baik di kemudian hari.

41
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:


139/Kep/M.Pan/11/2003 Tentang Jabatan Fungsional Dokter dan
Angka Kreditnya. Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Aktualisasi. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul Penyelenggaraan
Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil
Prajabatan Golongan III Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
.Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik. Modul Pelatihan Dasar
Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
.Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Government.. Modul Pelatihan
Dasar Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
.Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN. Modul Pelatihan Dasar
Kader PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003,
Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

42
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Indonesia: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 63.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Indonesia:
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1800.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Indonesia: Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Indonesia:
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112
Undang-Undang Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.

43

Anda mungkin juga menyukai