Angkatan 76
Oleh :
dr. NURUSSAMAWATI
PENATA MUDA TK.I III/b
NIP. 19931116 2019 03 2 025
NAMA :
dr. Nurussamawati
NIP :
19931116 201903 2 025
PANGKAT/GOLONGAN :
Penata Muda Tk. I / IIIb
JABATAN :
Dokter Umum Ahli Pertama
INSTANSI :
UPT Puskesmas Danau Marsabut
Kabupaten Tapanuli Selatan
GELOMBANG/ANGKATAN : Gelombang XXV/ Angkatan 76
Telah diseminarkan pada hari Kamis tanggal 20 Februari 2020 dihadapan Coach, Penguji dan
Mentor di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Sumatera Utara
Rahman Nasution, S.Sos., M. Si. Siti Fauziah, S.H., MAP. Erwina Rafni Harahap, S.KM.
NIP: 196410251985031003 NIP: 196604241998032001 NIP: 198803062011012013
Mengetahui,
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai
Dasar Pegawai Negeri Sipil Di Puskesmas Danau Marsabut Kabupaten Tapanuli Selatan ini.
Shalawat berangkaikan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan besar dalam kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Rancangan Aktualisasi ini diajukan
sebagai syarat untuk melengkapi tugas-tugas pada Latihan Dasar (Latsar) CPNS Golongan
III, Gelombang XXV, Angkatan 76 tahun 2020.
Dalam penulisan dan penyusunan Rancangan Aktualisasi ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah
berjasa kepada penulis:
1. Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) Sumatera Utara sebagai Penyelenggara Latsar CPNS Golongan III.
2. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara yang telah menyediakan
fasilitas dan sarana terbaik selama penulis menjalani Latsar on campus.
3. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memfasilitasi penulis
untuk dapat turut serta mengikuti Latsar Gelombang XXV, Angkatan 76 tahun 2020.
4. Bapak Rahman Nasution, S.Sos, M.Si sebagai coach dalam penyusunan Rancangan
Aktualisasi ini.
5. Ibu Siti Fauziah, S.H, MAP selaku penguji seminar Rancangan Aktualisasi ini.
6 . I b u Erwina Rafni Harahap, S.KM selaku mentor penulis pada seminar Rancangan
Aktualisasi ini.
7. Alm. Ayahanda, Ibunda, mertua dan keluarga penulis yang telah mendidik dan mendukung
penulis dengan tulus hati dan penuh kasih sayang.
8. Teman-teman peserta Latsar CPNS Gelombang XXV, Angkatan 76 Sumatera Utara tahun
2020 yang senantiasa memberikan semangat sekaligus dorongan untuk penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan semangat, dukungan, dan do’a yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya Rancangan Aktualisasi ini masih sangat banyak kekurangan
maka untuk itu penulis harapkan kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan
saran. Semoga Rancangan Aktualisasi ini dapat menjadi lebih baik di kemudian hari.
Penulis juga berharap penyusunan Rancangan Aktualisasi ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri dan juga bagi para pembaca. Dengan disusunnya Rancangan Aktualisasi ini
diharapkan dapat menjadi bahan belajar untuk pengembangan ilmu, serta menjadi inspirasi
untuk menciptakan karya yang lebih baik. Semoga Allah Yang Maha Kuasa dan Maha
Pengasih memberkati dan melimpahkan rahmat serta karunianya kepada kita semua. Aamiin.
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
Penutup .............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 41
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS)
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tertuang dalam pasal 3 dan 4
Undang-Undang No. 5 tahun 2014 dalam melaksanakan cita-cita bangsa
mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, perlu dibangun ASN yang
memiliki nilai dasar profesi PNS, serta memiliki integritas, profesional, netral dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
PNS di bidang kesehatan sekarang menjadi sorotan publik dikarenakan
beberapa hal yang terlihat oleh masyarakat terutama tentang kualitas pelayanan
yang kurang memuaskan. Banyaknya masalah yang timbul diakibatkan kurangnya
dan turunnya kesadaran dan kepedulian PNS dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Di era globalisasi, masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek,
termasuk terhadap mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sejalan dengan
peningkatan pengetahuan dan teknologi, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat. Baik pelayanan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, maupun rehabilitatif. Hal ini menunjukkan
bahwa pandangan masyarakat terhadap kesehatan telah semakin meningkat
terutama pada kesehatan umum masyarakat yang mana hal tersebut berdampak
pada tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
Stunting merupakan masalah gizi utama yang masih banyak terjadi di
Indonesia. Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak
1
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan
baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting
didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi
di bawah minus dua (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis)
diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh
banyak faktor, seperti ekonomi keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali.
Kondisi lingkungan, baik itu polusi udara, air bersih bisa juga mempengaruhi
stunting. Tidak jarang pula masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah
stunting, seperti masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya
pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Prevalensi se-Sumatera Utara, angka stunting sebesar 32,39 persen.
Artinya, setiap 100 balita di Sumatera Utara, ada 32 orang lebih yang stunting.
Tapanuli Selatan memiliki data 32,4 % atau 3 dari 10 anak balita mengalami
stunting, keadaan ini lebih tinggi dari Nasional (30,8%). Dari hasil Riskesdas
2013, Sumatera Utara pada urutan ke-6 dan tahun 2018 turun menjadi urutan ke-
14. Pemerintah provinsi Sumatera Utara, diwakili oleh Sekretaris Daerah
menyatakan sedang berupaya menekan angka ke level 27 persen.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai
upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap
untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
Stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil)
saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat
mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas
di usia-usia produktif. Gejala yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak
berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal
tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya, berat badan rendah untuk
anak seusianya dan pertumbuhan tulang tertunda.
Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran
dari semua sektor dan tatanan masyarakat. Pada 1000 hari pertama kehidupan
harus dijaga baik nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting.
2
Seribu hari pertama kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun
balita. Saat itulah stunting harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain.
Jika memang ada faktor yang tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di
1000 hari pertama itulah semua dapat diperbaiki.
3
atas mendasari penyusunan rancangan aktualisasi ini yang dilaksanakan di
Puskesmas Danau Marsabut.
4
1.2.1 Visi : UPT Puskesmas Danau Marsabut memiliki visi yaitu terwujudnya
Sipirok Sehat berbasis kemandirian dan berkeadilan.
1.2.2 Misi :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat.
5
(P3K) tingkat sederhana;
8. Melakukan kunjungan (visite) kepada pasien rawat inap;
9. Melakukan pemulihan mental tingkat sederhana;
10. Melakukan pemulihan mental kompleks tingkat I;
11. Melakukan pemulihan fisik tingkat sederhana;
12. Melakukan pemulihan fisik kompleks tingkat I;
13. Melakukan pemeliharaan kesehatan ibu;
14. Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi dan balita;
15. Melakukan pemeliharaan kesehatan anak;
16. Melakukan pelayanan keluarga berencana;
17. Melakukan pelayanan imunisasi;
18. Melakukan pelayanan gizi;
19. Mengumpulkan data dalam rangka pengamatan epidemiologi penyakit;
20. Melakukan penyuluhan medik;
21. Membuat catatan medik rawat jalan;
22. Membuat catatan medik rawat inap;
23. Melayani atau menerima konsultasi dari luar atau keluar;
24. Melayani atau menerima konsultasi dari dalam;
25. Menguji kesehatan individu;
26. Menjadi Tim Penguji Kesehatan;
27. Melakukan visum et repertum tingkat sederhana
28. Melakukan visum et repertum kompleks tingkat I
29. Menjadi saksi ahli;
30. Mengawasi penggalian mayat untuk pemeriksaan;
31. Melakukan otopsi dengan pemeriksaan laboratorium
32. Melakukan tugas jaga panggilan/ on call;
33. Melakukan tugas jaga di tempat/ rumah sakit;
34. Melakukan tugas jaga di tempat sepi pasien;
35.Melakukan kaderisasi masyarakat dalam bidang kesehatan tingkat
sederhana
6
Pada kegiatan aktualisasi ini saya akan mengaplikasikan salah satu
kegiatan yaitu melakukan penyuluhan medik.
1.2.4 Motto
Motto UPT Puskesmas Danau Marsabut adalah ”Kesehatan Anda,
Kebahagiaan Kami” yang berarti kita sebagai salah satu pelayan kesehatan yang
bekerja di Puskesmas Danau Marsabut Kabupaten Tapanuli Selatan harus
menjaga puskesmas selayaknya menjaga dan mencintai rumah sendiri sehingga
puskesmas akan memberikan kenyamanan bagi pasien yang datang berobat.
Apabila kenyamanan telah dirasakan oleh pasien, maka kesehatan meningkat yang
mencerminkan peningkatan mutu pelayanan.
7
NYAMAN : Nyaman adalah suasana aman dan tentram dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
AMANAH : Sikap bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kesehatanan
masyarakat
1.3 Permasalahan
Pada UPT Puskesmas Danau Marsabut terdapat masalah yang diangkat
oleh penulis untuk pelaksanaan kegiatan aktualisasi yaitu “Belum optimalnya
pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut”.
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
8
1.4.2 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam rancangan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Penulis
a. Membentuk karakter dan perilaku ASN sebagai cerminan dari nilai-nilai dasar
ASN;
Mewujudkan iklim kerja baru di unit kerja yang lebih aktif dalam
menjalankan tugas masing-masing. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan di UPT Puskesmas Danau Marsabut..
9
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH
10
pemecahan masalahnya. Penulis melakukan analisis isu menggunakan APKL dan
didapatkan hasil sesuai dengan Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Penilaian isu melalui kriteria APKL
Kriteria Isu
No ISU A P K L
Belum optimalnya pemahaman keluarga
pasien tentang stunting dan dampaknya di
1 √ √ √ √
UPT Puskesmas Danau Marsabut
Keterangan:
A : Aktual K : Kekhalayakan
P : Problematik L : Layak
11
2.3 Penetapan Isu dan Analisis Dampak
2.3.1 Penetapan Isu
Berdasarkan analisis isu menggunakan APKL, didapatkan 4 isu yang
memenuhi kriteria, yaitu:
1. Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan
dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut
2. Belum optimalnya kesadaran dan pemahaman pasien terhadap imunisasi
dasar lengkap di UPT Puskesmas Danau Marsabut
3. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau Marsabut
4. Belum optimalnya pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit tidak menular (PTM) di UPT Puskesmas Danau Marsabut
Seluruh isu yang memenuhi kriteria APKL selanjutnya dilakukan penapisan
dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) untuk menetapkan skala
prioritas pemecahan isu. Urgency menunjukkan seberapa mendesak suatu isu
harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousness menunjukkan seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth
menunjukkan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak
ditangani segera. Analisis isu dengan metode USG ditunjukkan pada tabel 2.2
Tabel 2.2. Penilaian isu menggunakan metode USG
Kriteria
No ISU Total Ranking
U S G
Belum optimalnya pemahaman
keluarga pasien tentang stunting
1 dan dampaknya di UPT 5 5 5 15 I
Puskesmas Danau Marsabut
12
tentang penyakit tidak menular
(PTM) di UPT Puskesmas Danau
Marsabut
Keterangan :
U: urgency : seberapa mendesak isu perlu dibahas terkait waktu
S: seriousness : seberapa besar isu perlu dibahas terkait akibat yang ditimbulkan
G: growth : seberapa besar isu akan berkembang jika dibiarkan
Berdasarkan analisis USG, maka isu prioritas yanng akan diangkat adalah
isu padaa nomor 1, dengan total skor 15. Kegiatan aktualisasi difokuskan pada
”Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan
dampaknya di UPT Puskesmas Danau Marsabut”.
2.3.2 Analisis Dampak
Puskesmas sebagai pemberi layanan kesehatan dituntut untuk memberikan
pelayanan kesehatan paripurna yaitu meliputi promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Sosialisasi stunting dan dampaknya merupakan salah satu pelayanan
kesehatan yang pelaksanaannya dengan penyuluhan dilakukan oleh dokter atau
tenaga medis. Penyuluhan sendiri termasuk dalam layanan promotif dan preventif
yang merupakan layanan prioritas di puskesmas.
13
Kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan kronis. Anak-anak
yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara fisik. Anak yang
mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau kronis, terutama
yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan fisiknya
sehingga menjadi pendek (stunted).
Kondisi ini lebih berisiko jika masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di
dalam kandungan. Data-data secara nasional di Indonesia membuktikan bahwa
angka stunting yang tinggi beriringan dengan kejadian kurang gizi. Seperti disebut
dalam laporan Riskesdas terakhir, ada 30,8% atau 7,3 juta anak di Indonesia
mengalami stunting, dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek, dan 11,5% atau 2,6
juta anak sangat pendek.
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini, pada
umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di bawah rata-rata
dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh dengan
kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan
mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam bidang
olahraga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi kurang gizi dan
14
stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa di masa
depan dari segala sisi.
Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam
meningkatkan penyakit kronis degeneratif saat dewasa. Karena itu, Januari
merupakan momen yang tepat bagi semua pihak (para orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan parlemen) untuk ikut berperan dalam menyelesaikan
permasalahan gizi anak dan stunting tersebut. Perhatian terhadap Hari Gizi
Nasional bukan semata seremonial, tapi merupakan sebuah bentuk kewaspadaan
terhadap kondisi yang terjadi saat ini, dan kepedulian masa depan bangsa.
15
di masa akan datang. Keadaan ini menuntut puskesmas untuk meningkatkan
kesehatan dan mutu pelayanannya.
16
2.5 Role Model
Role model dapat diartikan sebagai sosok tokoh panutan yang menurut
seseorang layak menjadi contoh teladan berdasarkan materi-materi yang telah
dipelajari pada agenda nilai-nilai dasar PNS dan kedudukan dan peran PNS dalam
NKRI. Penulis memilih Ibu Erwina Rafni Harahap, SKM sebagai role model.
17
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah
seseorang ASN adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Akuntabilitas
publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk menyediakan kontrol demokratis
(peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar).
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa
indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
c. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan
dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
18
d. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta
harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.
19
3.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila
adalah pandagan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan
tanah airnya yang didasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan;
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan golongan;
menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga
sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama
manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka
(inklusif), membebaskan, dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
Nilai-nilai ketuhanan diimplementasikan dengan cara mengembangkan etika
sosial di masyarakat. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan
diharapkan dapat memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk
kemakmuran masyarakat.
b. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan kemanusiaan universal
yang disumbangkan dari berbagai interaksi peradaban dunia. Dengan
melandaskan pada prinsip kemanusiaan, berbagai tindakan dan perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai
kebijakan dan perilaku aparatur negara.
20
c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi
karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan
persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah
geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, bangsa Indonesia juga didukung oleh
semangat gotong royong. Dengan gotong royong itulah, Indonesia harus
mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan
membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari
wilayah Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang didasari gotong royong mempunyai nilai ke
dalam dan ke luar. Ke dalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman
budaya, suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia. Sedangkan
ke luar berarti memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi
persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antarumat manusia.
d. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Sila ke-4 Pancasila mengandung ciri-ciri demokrasi yang dijalankan di
Indonesia, yakni 1) kerakyatan (kedaulatan rakyat); 2) permusyawaratan
(kekeluargaan); dan 3) hikmat kebijaksanaan. Demokrasi berciri kerakyatan
berarti adanya penghormatan terhadap suara rakyat. Penghayatan terhadap
nilai-nilai permusyawaratan diharapkan memunculkan mentalitas yang
mengutamakan kepentingan umum dalam pengambilan keputusan bersama
e. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa
menyatakan bahwa negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperatif etis dari amanat Pancasila dan UUD 1945. Peran negara dalam
mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain: (a) perwujudan relasi yang adil
21
di semua tingkat sistem kemasyarakatan; (b) pengembangan struktur yang
menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses fasilitasi akses atas
informasi, layanan, dan sumber daya yang diperlukan; dan (d) dukungan atas
partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua orang.
22
3.1.4. Komitmen Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen atau pengguna. Empat indikator dasar nilai-nilai komitmen mutu yaitu:
Efektif, efisien, kreatif / inovatif dan mutu.
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas
rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
23
untuk mengukur capaian hasil kerja. Target utama kinerja aparatur yang berbasis
komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima
layanan.
24
3.2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI
Dalam menjalankan kedudukannya pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan
pemersatu bangsa. Pembahasan mengenai Kedudukan dan Peran ASN dalam
NKRI pada intinya mencakup 3 (tiga) hal, yakni Manajemen ASN, Whole of
Government (WoG), dan Pelayanan Publik. Adapun penjelasan singkat mengenai
ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut:
25
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber
daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi.
d. Koalisi sosial, yakni bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor
atau lembaga,tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.
26
sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan
penginformasian kepada masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam
pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad
performers mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari
organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.
Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Sedangkan Manajemen PPPK meliputi
penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara
nasional dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan
dan akurasi data dalam Sistem Informasi ASN, setiap Instansi Pemerintah wajib
memutakhirkan data secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.
27
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
28
Beberapa perilaku pelayanan prima yang perlu dibudayakan dalam
organisasi antara lain:
2. Ramah
29
3.3. Rancangan Aktualisasi
RANCANGAN AKTUALISASI
Isu yang diangkat : Belum optimalnya pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut
Gagasan Pemecahan Isu : Mengoptimalkan pemahaman keluarga pasien tentang stunting dan dampaknya di UPT Puskesmas
Danau Marsabut
30
Tabel 3.1. Rancangan Aktualisasi
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Membuat bundel Tersedianya 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
grafik WHO untuk 1. Meminta izin kepada bundelan grafik kepada pimpinan, saya kegiatan pembuatan kegiatan pembuatan
mempermudah pimpinan WHO yang dapat melakukan dengan sikap sopan bundel grafik WHO bundel grafik WHO
screening dan mempermudah dan santun, contohnya “Izin akan berkontribusi akan berkontribusi
diagnosis stunting 2. Menyiapkan materi dokter dalam Bu, saya mohon izin Ibu untuk terhadap misi no 3 terhadapnilai-nilai
grafik WHO untuk melakukan melakukan pembuatan bundel organisasi, yaitu organisasi no 1 dan 2
anak usia 0-2 tahun screening dan grafik WHO sebagai salah satu “meningkatkan yaitu tanggap dan
untuk laki-laki dan diagnosis aktualisasi dalam Latsar. sumber daya energik.
perempuan stunting. Etika Publik kesehatan”.
2. Dalam menyiapkan materi
3. Mencetak materi grafik WHO, saya berusaha
yang telah disiapkan dengan kreatif dan inovatif
seperti menggunakan gambar
4. Menggabungkan
dan keterangan yang jelas
semua grafik dalam
kemudian dilaminating.
bentuk bundel
Komitmen mutu
5. Menggunakan 3. Pencetakan materi tidak
bundelan grafik WHO memungut biaya dari pihak
dalam pelayanan medis manapun.
Anti Korupsi
4. Penggabungan bundel grafik
WHO akan mempermudah
pelaksanaan pelayanan yang
profesional.
31
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Akuntabilitas
5. Saya mengizinkan bundelan
grafik WHO yang telah dibuat
menjadi milik puskesmas dan
dapat digunakan oleh teman
sejawat atau paramedis
lainnya.
Nasionalisme
Dampak kegiatan dilaksanakan : Adanya bundel grafik WHO yang mempermudah screening dan diagnosis stunting.
Kerugian tidak dilaksanakan : Tidak adanya tolak ukur dalam screening dan diagnosis stunting, yang dapat membuat underdiagnosis dari stunting.
2. Memberikan Terlaksananya 1. Dalam melakukan informed Dengan memberikan Dengan memberikan
pelayanan medis 1. Saya akan meminta pelayanan medis consent kepada keluarga pasien, pelayanan medis pelayanan medis
terhadap pasien izin (informed consent) terhadap pasien. saya bersikap sopan dan santun, terhadap pasien terhadap pasien akan
pada keluarga pasien contohnya “Izin Pak/Bu, saya akan berkontribusi berkontribusi
untuk melakukan mohon izin melakukan terhadap misi terhadapnilai-nilai
anamnesa dan pemeriksaan terhadap anak organisasi no 1, organisasi no 5, 8 dan
pemeriksaan fisik. Bapak/Ibu, apakah bersedia?” yaitu 9, yaitu empati,
2. Saya akan melakukan Etika Publik “meningkatkan nyaman, dan
anamnesa dan 2. Melakukan anamnesa dan pelayanan amanah.
pemeriksaan fisik sesuai pemeriksan fisik dengan kesehatan yang
dengan SOP. profesional. komperhensif
3. Saya melakukan Komitmen mutu (promotif,
edukasi diakhir 3. Pada saat melakukan edukasi preventif, kuratif,
pemeriksan. sesuai penyakit, saya dan rehabilitatif)
32
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
menyampaikan secara transparan, dan bermutu bagi
contohnya “Mohon maaf Pak/Bu, semua lapisan
setelah saya melakukan masyarakat”.
pemeriksaan anak Bapak/Ibu
mengalami kekurangan gizi yang
berdampak kepada kualitas hidup
kedepannya. Saya harap
Bapak/Ibu dapat bekerjasama
untuk penatalaksaannya”.
Akuntabilitas
Dampak kegiatan dilaksankan: Terlaksananya pelayanan medis sesuai SOP yang dapat menjadi media dalam pencegahan dan mendiagnosis stunting.
Kerugian tidak dilaksanakan: Tidak adanya pelayanan medis maka dapat menurunkan mutu dan kualitas kesehatan.
3. Edukasi gizi pada 1. Meminta izin kepada Remaja putri dan 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
masa prenatal pimpinan ibu hamil kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
(remaja putri dan ibu 2. Menyiapkan absensi teredukasi gizi melakukan dengan sikap sopan mengedukasi gizi gizi pada masa
hamil) 3. Menyiapkan materi pada masa dan santun, contohnya “Izin pada masa prenatal prenatal (remaja putri
dan melakukan prenatal. Bu, saya mohon izin Ibu untuk (remaja putri dan ibu dan ibu hamil) akan
penyuluhan tentang melakukan edukasi gizi pada hamil) akan berkontribusi terhadap
“Gerakan 1000 Hari masa prenatal (remaja putri berkontribusi nilai-nilai organisasi
Kehidupan dan dan ibu hamil) sebagai salah terhadap misi no no 2,3,6, dan 9,
kontribusinya terhadap satu aktualisasi dalam Latsar. organisasi no 1 dan yaitu energik, ramah
kejadian stunting” Etika Publik 2, yaitu sopan, dan amanah.
dengan media visual 2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan
dengan gambar dan untuk transparansi kehadiran pelayanan
33
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
presentasi pada remaja peserta atau pasien. kesehatan yang
putri dan ibu hamil. Akuntabilitas konprehensif
4. Pemberian 3. Dalam mempersiapkan materi (promotif,
suplementasi besi folat berupa gambar dan presentasi, preventif, kuratif,
minimal 90 tablet pada saya membuat dengan kreatif dan dan rehabilitatif)
ibu hamil. inovatif seperti menggunakan dan bermutu bagi
5. Mendorong ibu hamil design dengan warna dan bentuk semua masyarakat
untuk melakukan menarik. dan meningkatkan
antenatal care minimal Komitmen mutu upaya kesehatan
4 kali. 4. Saya melakukan penyuluhan berbasis
6. Pemberian imunisasi dengan baik dan tanpa membeda- masyarakat
tetanus toksoid (TT) bedakan peserta atau pasien, (UKBM)”.
pada ibu hamil. contohnya “Bapak/Ibu yang tidak
7. Pemberian makanan paham silahkan bertanya” atau
tambahan pada ibu “Adik-adik remaja putri, ada yang
hamil dengan kenaikan punya pendapat tentang apa itu
berat badan tidak tablet tambah darah?”
optimal. Nasionalisme
8. Pemberian tablet 5. Pemberian suplementasi besi-
tambah darah (TTD) folat, imunisasi TT, makanan
pada remaja putri. tambahan dan edukasi antenatal
9. Evaluasi penyuluhan care pada ibu hamil serta
dengan testimoni pemberian TTD pada remaja putri
tidak dipungut biaya.
Anti Korupsi
34
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Dampak kegiatan dilaksankan: Dapat menurunkan angka kejadian stunting di kemudian hari dengan teredukasinya remaja putri dan ibu hamil tentang gizi
masa prenatal.
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat karena pemahaman gizi masa prenatal tidak optimal.
4. Edukasi tentang 1. Meminta izin Keluarga pasien 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pentingnya ASI pimpinan teredukasi tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
eksklusif pada bayi 2. Membuat absensi pentingnya ASI melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
0-6 bulan untuk 3. Menyiapkan materi eksklusif pada dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya ASI eksklusif pada
tercapainya gizi dan melakukan bayi 0-6 bulan Bu, saya mohon izin Ibu untuk ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan untuk
optimal penyuluhan tentang untuk tercapainya melakukan edukasi tentang bayi 0-6 bulan untuk tercapainya gizi
“Peran ASI Eksklusif gizi optimal. pentingnya ASI eksklusif pada tercapainya gizi optimal akan
dalam menurunkan bayi 0-6 bulan untuk optimal akan berkontribusi terhadap
kejadian stunting dan tercapainya gizi optimal berkontribusi nilai-nilai organisasi
dampaknya” dengan sebagai salah satu aktualisasi terhadap misi no 2, 3, 4, 8, dan 9
media poster dan leaflet. dalam Latsar”. organisasi no 2 dan yaitu ramah,
4. Mendorong Etika Publik 3 yaitu energik,
paramedis untuk 2. Saat melakukan penyuluhan, “meningkatkan peduli,nyaman, dan
melakukan inisiasi saya bersikap profesional dan upaya kesehatan amanah.
menyusui dini (IMD) menggunakan bahasa yang dapat berbasis
pada saat persalinan dipahami oleh keluarga pasien, masyarakat
5. Mendorong ibu untuk contohnya “Bapak/Ibu, ASI (UKBM) dan
memenuhi imunisasi eksklusif merupakan pemberian meningkatkan
dasar dan pantau air susu ibu selama 6 bulan penuh, sumber daya
tumbuh kembang secara tanpa tambahan makanan atau kesehatan”
rutin tiap bulan. minuman apapun termasuk air
6. Evaluasi penyuluhan putih”.
35
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
dengan testimoni Komitmen mutu
3. Saat melakukan motivasi
kepada paramedis untuk
melakukan IMD saat persalinan,
saya tidak membeda-bedakan,
contohnya “Ibu-ibu bidan yang
menolong persalinan mohon
melakukan IMD kepada semua
pasien”.
Nasionalisme
4. Dalam kegiatan mendorong ibu
untuk memenuhi imunisasi dasar
dan pantau tumbuh kembang
secara rutin tiap bulan dilakukan
secara transparan, contohnya
“Bapak/Ibu, bulan ini berat badan
dan tinggi anak normal dengan
kesimpulan gizi baik, untuk bulan
depan kita akan melakukan
imunisasi DPT dan diharapkan
Bapak/Ibu datang kembali
sekaligus kita pantau
pertumbuhan dan perkembangan
anak tiap bulan”.
Akuntabilitas
36
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
5. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Status gizi anak usia 0-6 bulan optimal sehingga angka kejadian stunting menurun.
Kerugian tidak dilaksanakan: Status gizi anak kurang sampai dengan stunting karena belum optimalnya pemahaman keluarga tentang pentingnya ASI
ekslusif.
5. Edukasi pentingnya 1. Meminta izin Keluarga pasien 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pemberian MPASI pimpinan teredukasi tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
pada anak usia 7-24 2. Membuat absensi pentingnya melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
bulan dalam 3. Menyiapkan materi pemberian dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya pemberian MPASI
pencegahan stunting dan melakukan MPASI pada anak Bu, saya mohon izin Ibu untuk pemberian MPASI pada anak usia 7-24
penyuluhan tentang, usia 7-24 bulan melakukan edukasi tentang pada anak usia 7-24 bulan dalam
“Konsep Isi Piringku dalam pentingnya pemberian MPASI bulan dalam pencegahan stunting
dalam MPASI tepat, pencegahan pada anak usia 7-24 bulan pencegahan stunting akan berkontribusi
jurus ampuh mencegah stunting dalam pencegahan stunting akan berkontribusi terhadap nilai-nilai
stunting” dengan sebagai salah satu aktualisasi terhadap misi organisasi no 1, 3, 5,
media standing banner dalam Latsar”. organisasi no 2, dan 7 yaitu tanggap,
dan leaflet. Etika Publik yaitu energik, ramah, dan
4. Pemberian makanan 2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan optimal.
tambahan pada balita dengan transparan dan tanpa upaya kesehatan
gizi kurang. diskriminatif. berbasis
5. Evaluasi penyuluhan Nasionalisme masyarakat
dengan testimoni 3. Dalam menyiapkan materi (UKBM)”.
standing banner dan leaflet,
37
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
saya berusaha membuat dengan
kreatif dan inovatif seperti
menggunakan gambar, grafik,
dan warna-warna menarik.
Komitmen mutu
4. Pemberian makanan
tambahan, saya lakukan kepada
anak-anak yang memang
membutuhkan (sesuai
indikasi).
Akuntabilitas
5. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Tercapainya generasi berkualitas di kemudian hari karena pencegahan stunting secara optimal dilakukan.
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat dan sumber daya manusia di kemudian hari menurun.
6 Edukasi tentang 1. Meminta izin Teredukasinya 1. Ketika saya meminta izin Dengan melakukan Dengan melakukan
pentingnya pantau pimpinan keluarga tentang kepada pimpinan, saya kegiatan kegiatan mengedukasi
tumbuh kembang 2. Membuat absensi pentingnya melakukan dengan sikap sopan mengedukasi tentang pentingnya
anak guna 3. Menyiapkan materi pantau tumbuh dan santun, contohnya “Izin tentang pentingnya pantau tumbuh
pencegahan stunting dan melakukan kembang anak Bu, saya mohon izin Ibu untuk pantau tumbuh kembang anak guna
di posyandu penyuluhan tentang, guna pencegahan melakukan edukasi tentang kembang anak guna pencegahan stunting
“Pantau tumbang, cegah stunting di pentingnya pantau tumbuh pencegahan stunting di posyandu akan
stunting” dengan media posyandu kembang anak guna di posyandu akan berkontribusi terhadap
38
Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Terhadap Visi-Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
leaflet. pencegahan stunting di berkontribusi nilai-nilai organisasi
4. Evaluasi penyuluhan posyandu sebagai salah satu terhadap misi no 1, 3, 5, dan 7 yaitu
dengan testimoni aktualisasi dalam Latsar”. organisasi no 2, tanggap, energik,
Etika Publik yaitu ramah, dan optimal.
2. Saya menyiapkan absensi “meningkatkan
dengan transparan dan tanpa upaya kesehatan
diskriminatif. berbasis
Nasionalisme masyarakat
3. Dalam menyiapkan materi (UKBM)”.
leaflet, saya berusaha membuat
dengan kreatif dan inovatif
seperti menggunakan gambar
dan warna-warna menarik.
Komitmen mutu
4. Melakukan evaluasi dengan
testimoni tanpa pungutan biaya
dari pihak manapun.
Anti Korupsi
Dampak kegiatan dilaksankan: Meningkatnya kualitas kesehatan dan sumber daya manusia Indonesia
Kerugian tidak dilaksanakan: Kejadian stunting meningkat dan sumber daya manusia di kemudian hari menurun.
39
3.4. Rencana Jadwal Aktualisasi Kegiatan
Minggu ke
No Kegiatan
I II III IV V
1. Membuat bundel grafik WHO untuk mempermudah screening
dan diagnosis stunting
2. Memberikan pelayanan medis terhadap pasien
3. Edukasi gizi pada masa prenatal (remaja putri dan ibu hamil)
4. Edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
untuk tercapainya gizi optimal
5. Edukasi pentingnya pemberian MPASI pada anak usia 7-24
bulan dalam pencegahan stunting
40
BAB IV
PENUTUP
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil. Indonesia: Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 63.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Indonesia:
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1800.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Indonesia: Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Indonesia:
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112
Undang-Undang Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
43