Anda di halaman 1dari 11

1.

Defenisi penyakit Stroke

Stroke dalah kematian beberapa sel otak secara mendadak karena kekurangan

oksigen dalam aliran darah ke otak disebabkan oleh adanya penyumbatan atau

pecahnya pembuluh dara arteri ke otak. (WHO, 2021)

Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Definisi menurut WHO, Stroke

adalah suatu keadaan dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat

berupa defisit neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung

lama selama 24 jam atau lebih dan atau dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya

penyebab lain yang jelas selain vascular. ( Kemenkes, 2018) .

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi

penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C., 2009)

2. Etiologi

Stroke terjadi apabila pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau

pecah. Akibatnya sebagian otak tidak mendapatkan  pasokan darah yang membawa

oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian sel/jaringan.( Kemenkes,

2018)

Ada beberapa penyebab dan Faktor Resiko antara lain:

a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)

b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)

c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam

jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan

sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori , bicara atau sensasi (Smeltzer C.

Suzann, 2017)
Faktor resiko pada penyakit stroke :

a. Hipertensi

b. Penyakit kardiovaskuler

c. Kolesterol tinggi

d. Obesitas

e. Peningkatan hematokrit

f. Diabetes

g. Kontrasepsi oral

h. Merokok

i. Penyalahgunaan obat 1

j. Konsumsi alkohol

3. Manifestasi klinis

Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi

(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak

adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak

yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.

a. Kehilangan motorik Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan

kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik.

b. Kehilangan komunikasi Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah

bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.

Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:

1) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit

dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab

untuk menghasilkan bicara.


2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang

terutama ekspresif atau reseptif.

3) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha

untuk menyisir rambutnya.

c. Gangguan persepsi Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.

Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam

hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.

d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik Disfungsi ini dapat ditunjukkan

dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang

menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program

rehabilitasi mereka.

e. Disfungsi kandung kemih Setelah stroke pasien mungkin mengalami

inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan

mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan

urinal/bedpan. (Smeltzer C. Suzann, 2009)

4. Deskripsi patofisiologi

Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,

perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena

gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor penting

trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku

pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan

nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral


yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan

penyakit.

cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang cerebral.

Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk jangka waktu 4-6

menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebtal

dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.

(Smeltzer C. Suzann, 2009)

5. Tahapan / grade/ tingkatan penyakit

Berdasarkan perjalanan penyakitnya, stroke dapat dibagi menjadi tiga kategori, antara

lain :

a. Serangan iskemik sepintas, yang merupakan gangguan neurolgis fokal atau saraf

pusat yang timbul secara mendadak dan menghilang beberapa menit sampai

beberapa jam. Stroke ini bersifat sementara, namun jika tidak ditanggulangi akan

berakibat pada serangan yang lebih fatal.

b. Progresif atau involution (stroke yang sedang berembang), yaitu perjalanan stroke

berlangsung perlahan meskipun akut. Stroke dimana defisit neurologisnya terus

bertambah atau gangguan pada sistem saraf pusat mengalami gangguan.

c. Stroke lengkap/completed, yaitu gangguan neurlogis maksimal sejak awal

serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke di mana fungsi sistem saraf menurun

pada saat onset atau serangan lebih berat. Stroke ini dapat menyebabkan

kelumpuhan permanen jika tidak segera ditanggulangi (Arya, 2018).

6. Pemeriksaan diasnostik

Pemeriksaan laboratorium

-   Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan

yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
- Pemeriksaan darah rutin

- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula

darah dapat mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-

angsurturun kembali

- Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri

- CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

- MRI

Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur

otak

- Angiografi

Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh

darah yang terganggu

- USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)

-   EEG

Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark

sehingga menurunkan implus listrik dalam jaringan otak. (Ariff muttaqim, 2010)

7. Pemeriksaan penunjang Rontgen / USG/ CT-Scan / MRI/ MSCT/ biospi

- CT scan kepala

Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

8. Terapi farmakologis

a. Antikoagulan

1) Warfarin

b. Antiplatelet
1) Aspirin

2) Klopidogler

3) Aspirin-dipiridamol

c. Fibrinolitik

1) r-TPA

2) streptokinase

d. obat anti hipertensi

1) catopril

2) lisinopril

3) Hidroklorotiazid

9. Concept map/ analisa data

Jawaban:

DS DO
 Ds: - klien tampak lemah,
- Keluarga klien mengatakan
ekstremitas atas bawah
semua aktifitas klien di RS
dekstra tidak bisa
dibantu oleh keluarga.
digerakkan, keadan otot
- Klien mengatakan tubuh
menurun
sebelah kanan tidak dapat
- nampak segala aktivitas
digerakkan
dibantu keluarga
- Klien mengalami stroke
- wajah klien nampak tidak
sejak 8 bulan yang lalu
simetris dan berbicara
- mulut sebelah kanan
pelo
asimetris Klien
  sulit

berkomunikasi
10. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul dan prioriatas diagnosa

a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b/d edema serebral/penyumbatan aliran

darah

b. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler

11. Rencana asuhan keperawatan

N Diagnoasa Perencanaan
Tujuan Intervensi Nic
o. berdasarkan nanda
Noc
1. Perfusi jaringan Circulation status Manajemen sensasi perifer
 Monitor adanya daerah tertentu
serebral tidak Tissue Prefusion : cerebral
yang hanya peka terhadap
efektif b/d edema
Kriteria Hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
serebral/penyumbat  Monitor adanya paretese
1. mendemonstrasikan
 Instruksikan keluarga untuk
an aliran darah status sirkulasi yang
mengobservasi kulit jika ada lsi
ditandai dengan :
atau laserasi
 Tekan
 Monitor kemampuan BAB
an systole
 Kolaborasi pemberian analgetik
dandiastole
 Diskusikan mengenai penyebab
dalam rentang
perubahan sensasi
yang diharapkan
 Tidak
ada
ortostatikhiperte
nsi
 Tidk
ada tanda tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial
(tidak lebih dari
15 mmHg)
2. mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan:
 berko
munikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 menu
njukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
 memp
roses informasi
 memb
uat keputusan
dengan benar
3. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter

2. Gangguan mobilitas Mobility Level Exercise therapy : ambulation


Kriteria Hasil :  Monitoring vital sign
fisik b/d kerusakan
sebelm/sesudah latihan dan lihat
neuromuskuler  Klien
respon pasien saat latihan
meningkat dalam
 Konsultasikan dengan terapi
aktivitas fisik
fisik tentang rencana ambulasi
 Mengerti
sesuai dengan kebutuhan
tujuan dari
 Bantu klien untuk menggunakan
peningkatan
tongkat saat berjalan dan cegah
mobilitas
terhadap cedera
 Memverbal  Kaji kemampuan pasien dalam
isasikan perasaan mobilisasi
dalam  Latih pasien dalam pemenuhan
meningkatkan kebutuhan ADLs secara mandiri
kekuatan dan sesuai kemampuan
kemampuan  Dampingi dan Bantu pasien saat
berpindah mobilisasi dan bantu penuhi
 Memperag kebutuhan ADLs ps.
akan penggunaan
alat Bantu untuk
mobilisasi (walker)
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization.2021.Bulletin of the World Health Organization.


https://www.who.int/bulletin/volumes/94/9/16-181636/en/. Di peroleh pada
tanggal 11 februari 2021

Kemenkes. 2018. Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular


Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit.
Http://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Infographic-P2ptm/Stroke/Apa-Itu-Stroke.
Diperoleh Pada Tanggal 11 Februari 2021

Nanda International. (2014). Nursing Diagnoses 2015-17: Definitions and Classification


(Nanda International). Philladelphia: Wiley Blackwell

Bulechek, G. M. & Butcher, H. K. McCloskey Dochterman, J. M. & Wagner, C. (2012).


Nursing Interventions Classification (NIC), 6e.Mosby: Elsevier Inc.

Johnson, M., Moorhead, S., Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Maas, M. L. & Swanson, S.
(2012) NOC and NIC Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions:
Supporting Critical Reasoning and Quality Care, 3rd edition.Mosby:Elsevier Inc

Smeltzer, Suzane C. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth : Edisi 8. Alih
Bahasa Agung Waluyo. (et al) ; editor edisi bahasa Indonesia Monica Ester. (et
al). Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.


Jakarta: Salemba medika

Anda mungkin juga menyukai