DISUSUN OLEH :
M. WAHID ICSANNUDIN CHANIAGO ADLAO
20186513021
A. Pengertian
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784).
Distosia adalah persalinan yang sulit. Distosia adalah kesulitan dalam jalannya
persalinan. (Rustam Mukhtar,1994)
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. (American College
Of Obstrectician and Gynaecologist).
B. Klasifikasi
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan)
Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik) dan
disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
C. Etiologi
Distosia karena kelainan His ( his hipotonik dan his hipertonik ) dapat disebabkan karena:
1. Inersia uteri hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his lemah dan frekuensinya
jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus
yang terlalu teregang misalnya akibat hidroamnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,
grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat
terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala pengeluaran.
Inertia uteri hipotonik terbagi dua, yaitu :
a. Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat
( kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan ), sehingga sering sulit untuk
memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartus atau belum.
b. Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan
selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.
2. Inersia uteri hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak
efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar. Disebut juga sebagai incoordinate
uterine action. Contoh misalnya “tetania uteri” karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien
merasa kesakitan karena his yang kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat
terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan
kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang
berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.
Kelainan his (insersia uteri) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :
a. Kematian atau jejas kelahiran
b. Bertambahnya resiko infeksi
c. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat, pernapasan
cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.
D. Patofisiologi
His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar
merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus uteri di
mana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan
menyeluruh hingga tekanan dalam ruang amnion balik ke asalnya ± 10 mmHg.
Sifat His berubah. Tonus otot uterus meningkat, juga di luar His dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan His tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan.
Disamping itu, tonus otot uterus yang menaik menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras
dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His ini juga di sebut sebagai
Incoordinate hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan
ketuban yang sudah lama pecah, kelainan His ini menyebabkan spasmus sirkuler sete
mpat, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran kontriksi. Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-
mana, tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dengan segmen bawah uterus.
Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam, kecuali kalau pembukaan
sudah lengkap sehingga tangan dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Waktu persalinan memanjang.
2. Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu yang pendek.
3. Dilatasi serviks melambat.
G. Komplikasi
1. Komplikasi maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Fistula rectovaginal
c. Simfisolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral neuropathy).
d. Robekan perineum derajat III atau IV/
e. Rupture uteri
2. Komplikasi fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen.
e. Fraktura humerus.
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion,janin besar atau gestasi multipel.
2. Tes stres kontraksi/tes nonstres : mengkaji kesejahteraan janin.
3. Ultrasound atau pelvimetri sinar X : mengevaluasi arsitektur pelvis,presentase
janin,posisi dan formasi.
4. Pengambilan sampel kulit kepala janin : mendeteksi atau mengesampingkan asidosis.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Kaji identitas klien meliputi : Nama, Umur, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Status
perkawinan, Agama, Suku, No. Catatan Medis, Tanggal Masuk Rumah Sakit.
Selain mengkaji identitas klien, Penanggung jawab klien juga perlu di data meliputi :
Nama, Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Alamat, Status Perkawinan, Agama.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya,
biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit,
biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : kelainan letak janin
(lingtang,sungsang) apa yang menjadi presentasi dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan
pre eklamsia.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
a) Kongjungtiva anemia
b) Muka pucat
c) Rambut tidak rontok
d) Kulit kepala bersih tidak ada ketombe
b. Toraks
a) Inspeksi pernapasan: frekuensi kedalaman, jenis pernapasan, apakah ada bagian paru
yang tertinggal saat pernapasan
c. Abdomen
a) Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama). Apakah menurun atau naik saat persalinan
b) Posisi letak presentasi dan sikap anak normal atau tidak
c) Raba fundus uterus: keras apa lembek
d) Apakah gemeli atau tidak. Lakukan perabaab pada simfifis, apakah penuh atau tidak
untuk mengetahui distensi usus dan kandung kemih
d. Vulva dan vagina
a) Lakukan VT: apakah ketuban sudah pecah atau belum
b) Edema pada vulva/servix
c) Apakah teraba promotorium
d) Ada tidaknya kemajuan persalinan
e) Teraba jaringan plasenta atau tidak untuk mengetahui adanya plasenta previa
e. Panggul
a) Lakukan pemeriksaan panggul luar
b) Adakah kelainan bentuk panggul
c) Kelainan tulang belakang
4. Pola Fungsional Kesehatan
a. Bernafas dengan normal
Mengkaji frekuensi pernafasan pasien, mengkaji keluhan yang dimiliki pasien terkait
sistem respirasi.
b. Kebutuhan akan nutrisi
Mengkaji bagaimana nafsu makan pasien sebelum MRS dan saat MRS, mengkaji
seberapa porsi makan klien per sekali makan, mengkaji diet pasien, mengkaji apakah pasien
merasakan mual dan mengalami muntah, mengkaji seberapa banyak pasien minum air per hari.
Dan mengkaji apakah ada riwayat alergi dan pantangan terhadap makanan.
c. Kebutuhan Eliminasi
Perawat mengkaji adanya keluhan terkait sistem eliminasi pasien saat masuk rumah sakit,
mengkaji frekuensi, waktu, warna, jumlah, konsistensi BAB dan BAK pasien baik SMRS
maupun MRS.
d. Gerak dan keseimbangan tubuh
Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengenai:
a) Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Tabel 1. Kemampuan perawatan diri
I. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan b.d. kurang terpapar informasi
d.d. menunjukan persepsi yang keliru tehadap masalah.
b. Nyeri melahirkan b.d. dilatasi serviks d.d. mengeluh nyeri, ekspresi wajah meringis.
c. Ansietas b.d. krisis situasional d.d. merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi.
J. Intervensi
a. Dx1 :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan
meningkat.
Kriteria hasil :
1) Persepi yang keliru terhadap masalah menurun.
2) Perilaku sesuai anjuran meningkat.
3) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Rasional : Mengetahui perkembangan pemikiran klien tentang penyakit yang
diderita.
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Rasional : Memberikan fasilitas pengetahuan kepada klien.
3) Berikan kesempatan untuk bertanya.
Rasional : Mengetahui seberapa pengetahuan klien terhadap penyakit yang
diderita.
4) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Rasional : Memberikan pemgetahuan kesahatan kepada klien.
b. Dx2 :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun.
Kriteria hasil :
1) Kelulahan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Perinium terasa tertekan menurun
5) Frekuensi nadi membaik
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Rasional : Mengetahui kualitas nyeri yang dirasakan Klien
2) Jelaskan penyebab nyeri.
Rasional : Memberikan pengetahuan nyeri terhadap klien.
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
Rasional : Mengajarkan klien untuk mengetahui nyeri yang dirasakan.
4) Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Rasional : Untuk mengalihkan nyeri yang dirasakan klien.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional : Untuk mengurangi nyeri
c. Dx3 :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat ansietas
menurun.
Kriteria hasil :
1) Verbalisasi kebingungan menurun.
2) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun.
3) Perilaku gelisah menurun.
Intervensi :
1) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan.
Rasional : Mengetahui perkembangan pemikiran klien tentang penyakit yang
diderita.
2) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal).
Rasional : Mengetahui perkembangan keputusan klien.
3) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan.
Rasional : Membuat klien merasa nyaman.
4) Pahami situasi yang membuat ansietas.
Rasional : Mengetahui kecemasan yang dialami klien.
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
Rasional : Memberikan perasaan percaya terhadap klien.
K. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi
L. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon lansung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif ( Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsi observasi dan analisi
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA