Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

FORMAT PENGKAJIAN SEKUNDER POST PARTUM


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas yang dibina
langsung oleh Lilla Maria S. Kep., Ns., M. Kep

Oleh :

Haenor Rafik (1914314201045) M. Farid Firmansyah (1914314201054)


Rafika Putri (1914314201058) Eva Nurul Fadilah (1914314201044)
Qunnatul Iqfiyyah (1914314201049) Jihan Naura Habibah (1914314201048)
Maulida Nafatin (1914314201053) Luvi Apriliana (1914314201051)
Hengki Wibowo Mutia Widya W. W. (1914314201055)
Lince Uamang Itera
Husnur Rabbani (1914314201046) Rama Putra Reynaldi (1914314201059)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terwujudnya penyusunan
makalah ini, karena tanpa ridha dari Tuhan, mungkin penyusunan makalah ini tidak akan selesai
dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Sholawat dan salam juga tak lupa kami haturkan
kepada junjungan kami nabi Muhammad SAW, karena berkat jasa beliau, kita semua bisa berada
dalam dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Keberhasilan dalam pelaksanaan intervensi keperawatan tidak lepas dari peran seorang
perawat dalam melaksanakan intervensinya. Akan tetapi sebelum melaksanakan intervensi
keperawatan yang tepat kepada pasien, perawat sangat wajib mengetahui dan mengkaji apa-apa
saja yang harus digali dari pasien, mulai dari riwayat penyakit terdahulu, keluhan sekarang,
sampai dengan gejala-gejala klinis yang terjadi pada pasien ketika berada di rumah sakit.

Keperawatan maternitas sendiri merupakan cabang keperawatan yang memiliki tindakan


atau intervensi yang sangat detail dan rumit. Karena dalam keperawatan ini, seorang perawat
dituntut untuk menjadi roll model sekaligus dan melaksanakan intervensi yang lain dengan tepat.
Hal ini berarti bahwa dalam keperawatan maternitas ini seorang perawat dituntut untuk memiliki
pengetahuan yang lebih luas terhadap ilmu ini.

Maka dari itu disini kami penyusun membuat makalah ini dengan tujuan yang sangat
mulia yakni membantu para rekan-rekan perawat diluar sana dalam nantinya mempelajari atau
mungkin mengulang kembali hal-hal yang berkaitan dengan keperawatan maternitas ini. Akhir
kata penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah banyak
berperan dalam kesuksesan makalah ini. Penyusun juga berterimakasih kepada dosen Pembina
yang sekaligus membimbing kami dalam penyusunan makalah ini dan semoga menjadi makalah
yang bisa bermanfaat untuk kedepannya bagi kita semua yang membacanya.

Malang, 6 Oktober 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………2

Daftar isi ……………………………………………………………………………………3

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………….4

1.1 Latar belakang…………………………………………………………………..4

1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………….5

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………...5

Bab II Pembahasan………………………………………………………………………….6

2.1. Konsep Teori Perdarahan Post Partum …………………………………………6


2.2. Konsep Asuhan Keperawatan ………………………………………………….11
2.3 Asuhan keperawatan…………………………………………………………….18
Bab III Penutup………………………………………………………………………………29

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………29

3.2 Saran……………………………………………………………………………..29

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….30

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah

Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bayi
baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan
persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada
keluarga
Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan, waktu sesudah
melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat–
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpenium dimulai
2 jam setelah melahirkan plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu, dalam
bahasa latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini dsebut puerperium yaitu dari
kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pertolongan pasca persalinan yang berkualitas
harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu. Dibagi menjadi
perdarahan post partum primer dan juga perdarahan post partum sekunder.perdarahan post
partum primer terjadi dalam 24 jam pertama. penyebab utama perdarahan post partum
primer adalah Antonia uteri, retensio plasenta,dan robekan jalan lahir. Perdarahan post
partum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang terjadi
setelah bayi lahir. Perdarahan primer adalah perdarahan pasca persalinan dini, terjadi dalam
24 jam pertama sedangkan perdarahan sekunder perdarahan masa nifas terjadi setelah itu.
Rentensio plasenta adalah salah satu komplikasi post partum yang dapatmenimbulkan
perdarahan, yang merupakan penyebab kematian nomor satu (40% -60%), kematian ibu
melahirkan di Indonesia. Berdasarkan data kematian ibu yang disebab kan oleh perdarahan
pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%.Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20%
kematian ibu karena retensio plasentadan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap
kelahiran.pasca persalinan di Indonesia adalah sebesar 43%.Menurut WHO dilaporkan

4
bahwa 15-20% kematian ibu karena retensio plasentadan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk
setiap kelahiran.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini , rumusan masalah yang kami kelompok angkat yaitu :

1. Bagaimana proses pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan


keperawatan pendarahan postpartum.
2. Bagaimana cara menegakkan diagnose keperawatan pada kasus keperawatan
pendarahan postpartum.
3. Bagaimana cara merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah asuhan keprawatan pendarahan postpartum.
4. Bagaimana cara melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
asuhan keprawatan pendarahan postpartum.
5. Bagaimana cara melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
asuhan keprawatan pendarahan post partum.

1.3 Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan keperawatan
perdarahan postpartum .
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan proses pengkajian keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan
keprawatan pendarahan postpartum.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan
keprawatan pendarahan postpartum.
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan
keprawatan pendarahan postpartum.
4. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan
keprawatan pendarahan postpartum.
5. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah asuhan
keprawatan pendarahan post partum.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Teori Perdarahan Post Partum
2.1.1. Pengertian perdarahan post partum
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melaluai vagina kedunia luar. Persalinan imatur adalah persalinan sat
kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antra 500-1.000 gr. persalinan premature
adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat janin antara 1.000
-2.5000 gr.
Persalinan labour adalah rangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi dari dalam
uterus melaluai jalan lahir. persalinan adalah persalinan alami ,namun apabila tidak di
periksa atau diberi perawatan dengan benar banyak klien merasa cemas dan takut atau
mengalami komplikasi saat melahirkan, Kecemasan umumnya disebabkan oleh faktor-
faktor resiko atau ketidaktahuan klien dan komplikasi yang dapatterjadi disebabkan
oleh faktor-faktor resiko atau ketidaktahuan klien dengan komplikasi yang terjadi
disebabkan oleh faktor dari dalam atau dari luar tubuh.
Perdarahan pasca persalinana adalah kehilangan darah melebihi 500 ml yang
terjadi setelah bayi lahir. perdarahan primer ( perdarahan pasca persalinan dini ) terjadi
dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder ( perdarahan masa nifas ).
Perdarahan postpartum (PPP) didefinisikan sebagai kehilangan 500 ml atau lebih
darah setelah persalinan pervaginam.

2.1.2. Etiologi Perdarahan Postpartum


Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya miometrium untuk
berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan postpartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serat-serat miometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta
.Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat menyebabkan
perdarahan yang cepat dan parah serta syok 9 hipovolemik. Kontraksi miometrium

6
yang lemah dapat diakibatkan oleh kelelahan karena persalinan lama atau
persalinan yang terlalu cepat, terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan
seperti obat anti-inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik,
dan nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah rahim,
korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada solusio plasenta, dan
hipotermia karena resusitasi masif (Rueda et al., 2013). Atonia uteri merupakan
penyebab paling banyak PPP, hingga sekitar 70% kasus. Atonia dapat terjadi
setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun persalinan abdominal.
Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi pada persalinan
abdominal dibandingkan vaginal.
2. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma.
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan
robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin persalinan pada saat
pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi,
robekan spontan perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi. (Ummah and Ulfiana 2018)
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu:
a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b. Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot perineum
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum,
dan otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Retensio plasenta
merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan postpartum (20% - 30%
kasus).

7
Kejadian ini harus didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan
dengan atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan
diagnosis. Pada retensio 11 plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali lipat pada
persalinan normal.
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain :
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

2.1.3. Patofisiologi Perdarahan Post Partum


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah, didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum,
sehingga sinus-sinus maternalis, ditempat insersinya plasenta terbuka(Postpartum 2019)
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan demikian
menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan yang luas akan
menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
2.1.4. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu :
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam
24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan postpartum primer adalah

8
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio
uteri(Time and Belakang 2019)
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13 sekunder
disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik, atau sisa plasenta
yang tertinggal(Faura Dea Ayu Pinasti 2019)
2.1.5. Faktor Risiko
Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan saat. Faktor
risiko selama kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat perdarahan postpartum,
kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia, dan penggunaan antibiotik. Sedangkan
untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta previa mayor,
peningkatan suhu tubuh >37⁰C, korioamnionitis, dan retensio plasenta. Meningkatnya usia
ibu merupakan faktor independen terjadinya PPP. Pada usia lebih tua jumlah perdarahan
lebih besar pada persalinan sesar dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk
mengalami PPP.
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko perdarahan akan
meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada wanita dengan indeks massa
tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2% dengan persalinan normal.

2.1.6 Gejala Klinik Perdarahan Postpartum


Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil, derajat
hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat persalinan. Gambaran PPP
yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami
perubahan besar sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah, denyut
nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.
2.1.7 Diagnosis Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan banyak yang terjadi terus-menerus setelah bayi lahir
2. Pada perdarahan melebihi 20% volume total timbul gejala penurunan tekanan darah
nadi cepat , pucat, ekstremitas dingin, sampai terjadi syok.

9
3. Perdarahan sebelum plasenta lahir biasanya disebabkan retensio plasenta atau laserasi
jalan lahir. bila karena retensio plasenta, perdarahan berhenti setelah plasenta lahir.
4. Pada perdarahan setelah plasenta lahir perlu dibedakan sebanya antara atonia uteri, sisa
plasenta, atau trauma jalan lahir. pada pemeriksaan obsterti , mungkin kontraksi uterus
lembek dan membesar jika ada atonia uteri. bila kontraksi uterus baik, eksprolasi untuk
mengetahui adanya sisa plasenta atau atau trauma lahir.
5. Riwayat partus lama, partus presipitatus, perdarahan antepartum atau etiologi lain

2.1.8. Komplikasi Perdarahan Post Partum


Syok, KID, Sindrom Sheesan ( nekrosis hipofisis pars anterior )
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : kadar hemoglobin, hematokrit, masa perdarahan, masa pembekuan.
2. USG : bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.
2.1.10. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum
1. Pencegahan : obati anemia dalam kehamilan. pada pasien dengan riwayat perdarahan
pasca persalinan sebelumya, persalinan harus bersalangsung di rumah sakit. jangan
memijat dan mendorong uterus kebawah sebelum plasenta lepas. berikan 10 unit
oksitosinim setelah anak lahir dan 0,2 mg ergometrin im setelah plasenta lahir.
2. Penanganan : Tentukan apakah terdapat syok, bila ada segera berikan transfuse cairan,
atau darah, kontrol perdarahan dan berikan oksigen. bila ada keadaan umum telah
membaik , lakukan pemeriksaan untuk menentukan etiolagi.
Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan
plasenta dengan plasenta manual. bila terdapat plasenta akreta, segera hentikan
plasenta manual dan lakukan histerektomi.
a. bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan digital/ kuratase,
sementara infus oksitosin diteruskan.
b. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi.
c. Pada atonia uteri, lakukan masase dan penyuntikan 0,2 ml ergometrin intravena
dan prostaglandin parenteral. jika tidak berhasil lakukan kompresi bimanual pada
uterus dengan cara memasukan tangan kiri kedalam vagina dan dalam posisi
mengepal diletakan diforniks anterior, tangan kanan diletakan didinding perut
memegang fundus uterui. bila tetap gagal dapat dipasang tampon uterovaginal

10
dengan cara mengisi kavum uteri dengan kasa sampai padat selama 24 jam, atau
dipasang kateter folley. bila tindakan tersebut tidak dapat menghentikan perdarahan
juga, terapi defenitif yang diberikan adalah histeroktom atau ligasi uterine
d. Bila disebabkan ganguan pembekuan darah, berikan transfusi plasma segara Pada
perdarahan pasca persalinan sekunder :
kompresi bimanual sedikitnya selama 30 menit antibiotik sprektum luas oksitosin
10 U intramuscular tiap 4 jam atau 10-20 U/IV dengan tetesan lambat 15 smetil
PGF 0,25 mg IM tiap 2 jam atau ergot alkalaoid tiap 6 jam sedikitnya selama 2
hari.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar
dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi, dari
tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan
informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan
pemeriksaan fisik.
Pengkajian terhadap klien post partum meliputi :
1. Identitas pasien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain lain
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Yang meliputi alasan klien masuk rumah sakit, keluhan yang dirasakan saat ini
yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat,
lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah,
ekstremitas dingin , mual.

11
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat menstruasi meliputi:Menarche,lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT
e. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil, Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
f. Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta, Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir, Riwayat nifas meliputi:
Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu
saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
g. Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda, Hamil tua, keluhan selama hamil tua,
peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan
tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
h. Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat
3. Pola aktifitas sehari-hari
a. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum
dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b. Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna,konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi.BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar,
1995).
c. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.

12
d. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas,
baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.

2.2.2. Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif
akibat perdarahan.
2. Ganguan rasa aman nyaman : nyeri berhubungan dengan proses penyakit
(penekanan/kerusakan jaringan , infiltrasi)
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan
tubuh, penurunan Hb,
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan proses penyakit.

2.2.3. Intervensi keperawatan


1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume secara aktif akibat
perdarahan Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan volume
cairan selama dalam perawatan Kriteria hasil :
a. Turgor kulit baik (elastis)
b. Intake dan output dalam rentang normal
c. TTV dalam rentang normal

Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran, ukur volume darah yang keluar melalui perdarahan.
R/untuk membantu perkiraan keseimbangan cairan pasien.
b. Hindari trauma dan pemberian tekanan berlebihan pada daerah yang mengalami
perdarahan.
R / untuk menghindari perdarahan yang berlebihan.
c. Pantau TTV
R / agar dapat mengindikasikan devisit volume cairan.
d. Evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler, kaji turgor kulit dan kelembaban
membran mukosa.
13
R / untuk mengetahui tanda dehidrasi
e. perhatikan keluhan haus pada pasien
R / untuk mengetahui perubahan status cairan atau elektrolit.
f. Kolaborasi berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan trombosit sesuai indikasi.
R / untuk mengembalikan kehilangan darah
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agens cidera fisik Tujuan :
Dalam perawatan 1 x 24 jam, nyeri klien dapat berkurang atau hilang Kriteria
hasil :
a. Klien tidak meringis kesakitan
b. Klien menyatakan nyerinya berkurang
c. Ekspresi muka dan tubuh rileks Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri
R / untuk mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas nyeri
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
R / untuk mengetahui reaksi non verbal pasien
c. Ajarkan teknik non farmakologi : napas dalam, distraksi dan kompres hangat
R / untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi pemberian obat analgetik sesuai indikasi
R / untuk mengurangi nyeri
e. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
R / untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan tidak adekuatnya pertahanan tubuh/sistem imun.
Tujuan yang akan dicapai yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a.Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam pencegahan infeksi.
b.Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal.
Intervensi:
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan untuk
melakukan hal yang sama.

14
R/ untuk mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Jaga personal hygine klien dengan baik.
R / untuk menurunkan atau mengurangi adanya organisme hidup.
c. Monitor temperatur atau suhu tubuh pasien
R/ untuk meningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d. Kaji semua system tubuh untuk melihat tanda-tanda infeksi.
R / untuk mencegah/mengurangi terjadinya resiko infeksi,
e. Kolaborasi pemberian antibiotik bila diindikasikan
R/ untuk adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotic yang dapat diberikan dapat
mengatasi organisme penyebab infeksi.
4. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan agens cidera fisik Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
pasiendapat meningkatkan kemampuan mobilisasi fisik,sesuai kemampuan.
Kriteria hasil yaitu:
a. Klien dapat melakukan aktifitas ditempat tidur
b. Klien mengerti tujuan dan peningkatan mobilisasi fisik.
c. Klien mampu mengungkapkan perasaan dalam meningkatkan kemampuan
berpindah.
Intervensi :
a. Kaji TTV dan derajat mobilisasi pasien.
R / mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b. Bantu klien mulai latihan gerak dari posisi duduk.
R / untuk meningkatkan mobilisasi pasien secara bertahap.
c. Anjurkan klien untuk tidur kembali jika saat duduk terasa nyeri.
R/ mencegah terjadinya redressing.
d. Anjurkan klien untuk merubah posisi 2 jam sekali.
R / agar luka pasien tidak terinfeksi dan mencegah terjadinya komplikasi.

2.2.4. Implementasi Keperawatan

15
Implementasi adalah kategori dan perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang di perkiran dari asuhan keprawatan
dilakukan dan disesuaikan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a) Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawatan yang
diusulkan masih sesuai.
b) Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai keperawatan Perawat menelah rencana asuhan keperawatan, dan
membandingkannya dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan
yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah
dan dignosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi yaitu :
a. Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai rencana
yang telah ditetapkan. selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri
dan kolaboratif. selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan monitor
kemajuan kesehatan klien agar kebutuhan cairan dapat terpenuhi.
b. Melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah ditetapkan untuk
membebaskan klien dari nyeri.
c. Melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah ditetapkan untuk
mengurangi resiko infeksi.
d. Melakukan tindakan keperwatan sesuai rencana yang telah ditetapkan agar
pasien dapat melakukan aktifitas tanpa bantuan.

2.2.5. Evaluasi keperawatan


Evaluasi keperawatan yaitu membandingkan data subyektif dan obyektif yang
dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk meningkatkan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan ditetapkan selama perencanaan.
Langkah-langkah evaluasi dari proses perawatan mengukur respon pasien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan asuhan

16
keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan pertahankan status sehat.Evaluasi
terhadap asuhan menentukan apakah tujuan ini telah dilaksanakan. Aspek dalam dari
evaluasi mencakup pencukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam
lingkungan perawatan kesehatan.

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SEKUNDER


2.3.1 STUDI KASUS
1. INDENTITAS

No. Register : 51xxxx


Tanggal MRS : 01 September 2017 Jam 23:30 WITA
Tanggal Partus : 02 September 2017 Jam 02:20 WITA
A. Identitas istri/suami
Nama : Ny.F/Tn.R
Umur : 28 tahun/30 tahun
Nikah : 1 kali/± 4 tahun
Suku : Makassar/Makassar
Agama : Islam/Islam
Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : IRT/Wiraswasta
Alamat : Jln Mangka Dg Bombong

A. Data Subjektif.
1. Ibu melahirkan tanggal 02 September 2017 Jam 02.20 WTA.
2. Ibu merasakan banyak darah keluar dari jalan lahir sekitar Jam 04.30 WITA (± 3 jam)
setelah ibu dipindahkan ke ruang perawatan nifas.
3. Ibu merasa pusing dan lemah.
4. Riwayat persalinan yang lalu.

tahu Tempat Diagnosa Penolon Data Bayi Nifas

17
n persalina keperawatan g BB Panjan Sex APGAR
n g Score
Badan
2014 Rumah  Spontan Bidan 2700 49 cm Laki Nilai Tidak ada
Sakit  Presenta Gra -laki APGAR keluhan
Syekh se m Score perdarahan,
Yusuf belakang tidak riwayat
kepala diketahu penyembuha
 Hidup i, naumn n baik
 Tunggal menurut
 Sesuai ibu
masa bayinya
kehamila menangi
n s kuat.
 Bayi
cukup
bulan

5. Data ibu merasa cemas dengan keadaanya


6. Ibu dan keluarga senang dengan kelahiran bayi
7. Keluarga mengharapkan agar ibu cepat sehat dan pulang kerumah
8. Ibu selalu berdoa kepada Allah SWT, agar diberikan kesehatan bagi dirinya, bayinya
dan seluruh keluarganya
9. Penghasilan suami cukup untuk biaya sehari-hari
10. Ibu melakukan pekerjaan rumah dibantu oleh suaminya
11. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang menurun
12. Ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang serius
13. Ibu tidak sedang menderita penyakit apapun
14. Ibu tidak memiliki alergi terhadap obat dan juga makanan
15. Riwayat kehamilan sekarang
1) G2P1A0
2) HPHT :28-11-2016

18
3) HTP :04-09-2017
4) Usia kehamilan 39 minggu 5 hari
5) Menurut ibu kehamilannya ± 9 bulan
Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dirasakan pada perut sebelah kanan
dan dirasakan sampai sekarang
6) Ibu memeriksakan kehamilan sebanyak 6 kali di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Trimester I : 2x
Trimester II : 2x
Trimester III : 2x
7) Ibu telah mendapat suntikan imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
TT 1 : 14-01-2017
TT 2 : 14-02-2017

8) Keluhan-keluhan :
Trimester I : mual muntah di pagi hari
Trimester II : tidak ada keluhan
Trimester III : sering kencing dan nyeri perut bagian bawah
9) Penyuluhan
Ibu belum pernah mendapat penyuluhan selama kehamilannya
16. Riwayat persalinan sekarang
1) Tahapan kala I ibu sebagai berikut :
a. Ibu merasakan sakit perut tembus belakang, tanggal 01 September 2017 Jam
08:00 WITA
b. Masuk rumah sakit tanggal 01 September 2017 Jam 23:30 WITA
c. Hasil VT I Jam 23:30 WITA tanggal 01 September 2017
Vulva dan Vagina : tidak ada kelainan
Portio : lunak sedang
Pembukaan : 7cm
Ketuban : utuh
Presentasi : ubun-ubun kecil kanan lintang
Penurunan : hodge III

19
Penumbungan :0
Molase : tidak ada
Kesan panggul : normal
Pelepasan : lendir dan darah
d. Hasil pemeriksaan dalam Jam 02:05 WITA
Vulva dan Vagina : tidak ada kelainan
Portio : melesap
Pembukaan : 10cm
Ketuban : jernih
Presentasi : uuk kanan lintang
Penurunan : hodge IV
Penumbungan :0
Molase : tidak ada
Kesan panggul : normal
Pelepasan : lendir dan darah dan air
e. Lamanya kala I ± 7 jam
f. Ketuban masih utuh
2) Tahapan kala Iiibu sebagai berikut :
a. Melahirkan tanggal 02 September 2017 Jam 02:20 WITA
b. Jenis persalinan normal, presentasi belakang kepala, spontan, dan sesuai masa
kelahiran BB lhair : 3100 gram, panjang badan 49cm
c. Hasil VT II Jam 02:05 WITA
Vulva dan vagina : tidak ada kelainan
Portio : melesap
Pembukaan : 10cm
Ketuban : jernih
Persentasi : uuk kanan lintang
Penurunan : hodge IV
Molase :0
Penumbungan : tidak ada
Kesan panggul : normal

20
Pelepasan : lendir dan darah dan air
d. Lamanya kala II ± 15 menit
3) Adapun tahapan kala III ibu sebagai berikut :
a. Plasenta lahir kesan tidak lengkap 02:25 WOTA karena kerika dilakukan
pemeriksaan pada kotiledon didapatkan jumlah kotiledon sebanyak 15 kurang
dari jumlah normal (16-18)
b. Terdapat pengeluaran darah yang menggumpal kerika dilakukan eksplorasi
c. Perdarahn ± 250cc
d. TFU STP, kontraksi uterus kurang baik, teraba lembek
e. Terjadi ruptur pada perineum tingkat II dan telah dilakukan penjahitan dengan
teknik jelujur oleh bidan menggunakan benang cutgut
4) Adapun proses kala IV ibu berlangusng normal yaitu sebagai berikut :

Ja Waktu Tekana Nadi Suhu TF Kontraks Kandung Perdaraha


m (WITA n Darah (x/i) (℃) U i Uterus Kemih n
) (mmHg
)
I 02:40 110/70 88 36,8 STP Baik Kosong ± 100cc
teratu axile
r r
02:55 110/70 85 STP Baik Kosong ± 50cc
teratu
r
03:10 110/70 84 STP Baik Ibu ± 50cc
teratu berkemi
r h dengan
kateter
nelaton
sebanya
k 150cc
03:25 110/70 82 STP Baik Kosong ± 50cc
teratu
r

21
II 03:55 110/70 80 37 STP Baik Kosong ± 30cc
teratu
r
04:25 110/70 80 STP Baik Ibu ± 20cc
teratu berkemi
r h dengan
keteter
nelaton
sebanya
k 150cc

B. Data objektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaran composmentis
3. Ekspresi wajah nampak lesu
4. TFU 1 jari di atas pusat, kontraksi uterus kurang baik teraba lembek dan lunak
5. Terdapat pengeluaran darah yang cukup banyak dari jam 04:40 sebanyak ± 500cc
6. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/m teratur
Pernafasan : 24x/m teratur
Suhu : 37℃ axila
a. Mata
Inspeksi : konjungtiva pucat, tidak ada oedema
b. Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah cemas, pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Palpasi : tidak ada oedema
c. Payudara
Inspeksi : puting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi areola mammae
Palpasi : tidak ada nyeri tekan massa dan benjolan serta pada saat puting susu dipencet
terdapat pengeluaran ASI
d. Abdomen

22
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, kontraksi uterus kurang baik, uterus tidak teraba bundar
dan keras, TFU 1 jrpst, kandung kemih kosong
e. Genetalia
Inspeksi ; tidak ada varices, tampak pengeluaran darah segar dan abnormal, tampak
jahitan pada perineum ruptur tingkat II (jumlah jaitan 6) dan masih basah
Palpasi : tidak ada oedema, ada nyeri tekan pada perineum
f. Ekstremitas
Inspeksi : tidak ada varices, jari-jari ektremitas atas dan bawah lengkap
Palpasi :tidak ada oedema
g. Pemeriksaan laboratorium
Praeksplorasi tanggal 02 September 2017, Hb 11 gram%
h. Hasil pemeriksaan USG
Oleh Dokter Obygn : dr. R.A
Tanggal 02 September 2017 jam 07:15 WITA
Hasil : tmpak sisa jaringan plasenta

II. ANALISIS DATA

No DATA ETIOLOGI DIAGNOSIS


1. DS : Nyeri akut Nyeri akut
1. Ibu mengatakan ↓ (domain 12,
melahirkan tanggal 02 Agen cedera fisik kelas 1)
september 2017 pukul ↓
02.20 WITA Laporan tentang perilaku
2. Ibu mengatakan nyeri nyeri
perut bagian bawah
DO :
1. Tinggi fundus uteri
setinggi pusat
2. Kontraksi uterus

23
kurang baik,teraba
lunak
3. terdapat luka jahitan
pada perineum dan
masih tampak basah
pengeluaran lochia
rubra
2. DS : Risiko pendarahan Resiko
1. Ibu merasakan banyak ↓ pendarahan
darah keluar dari jalan Komplikasi pascapartum (domain 11,
lahir sekitar jam 04.30 kelas 2)
WITA
2. Ibu merasa pusing dan
lelah
DO :
1. Tampak pengeluaran
darah dari jalan lahir ±
500 cc
2. Plasenta lahir kesan
tidak lengkap
3. TFU meningkat dari
STP menjadi setinggi
pusat 1 Jari atas pusat
4. Kontraksi uterus teraba
lunak dan tidak teraba
bundar berubah semula
dari teraba bundar dan
keras
5. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah :
110/70 mmHg

24
- Nadi : 80x/menit
Teratur
- Pernafasan :
24x/menit Teratur
- Suhu : 37ºc Axiller
3. DS : Ansietas Ansietas
1. Ibu merasa cemas ↓ (domain 9,
2. Ibu merasa pusing dan Ancaman pada status kelas 2)
lelah terkini
DO : ↓
1. Kesadaran compos Pusing , keletihan
mentis
2. Ekspresi wajah tampak
lesu
3. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah :
110/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
Teratur
- Pernafasan :
24x/menit Teratur
- Suhu : 37ºc Axiller

III. INTERVENSI
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
Kep
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui daerah
keperawatan selama 3x24 jam secara komperensif nyeri, kulalitas
diharapkan gangguan rasa 2. Monitor nyeri menggunakan nyeri, kapan nyeri

25
nyaman yang dialami pasien alat pengukur yang valid dan dirasakan dan berat
akan teratasi dengan kriteria reliable sesuai usia dan ringannnya nyeri
hasil : kemampuan berkomunikasi 2. Untuk mengetahui
1. Mampu mengontrol 3. berikan analgesik sekitar 24- skala nyeri
nyeri 28 jam setelah pembedahan , 3. Untuk mengurangi
2. Menyatakan rasa trauma atau cedera kecuali rasa nyeri
nyaman setelah nyeri kija status sedasi atau 4. Untuk memberikan
berkurang pernapasan menunjukkan penanganan lebih
kebalikannya lanjut terhadap
4. beritahu dokter jika kontrol nyeri
nyeri tidak berhasil
Tingkat pemahaman yang 1. Kaji riwayat obsetrik dan
disampaikan tentang catatan persalinan terkait
kesehatan ibu pada periode dengan faktor risiko
setelah kelahiran bayi, dengan perdarahan postpartum
kriteria hasil: 2. Evaluasi adanya distensi
1. Sensasi fisik normal kandung kemih
setelah persalinan 3. Observasi karakteristik
2. Cairan vagina normal lochia
3. Strategi untuk (misalnya:warna,bekuan, dan
menyeimbangkan jumlah)
aktivitas dan istirahat 4. Monitor tanda-tanda vital
maternal setiap 15 menit
atau lebih sering, jika
diperlukan
3 Setelah dilakukan tindakan 1. gunakan pendekatan 1. Membantu pasien
keperawatan selama 3x24 jam yang tenang dan untuk mengatasi
diharapkan kondisi pasien meyakinkan masalah
membaik dan berkurangan 2. berada di sisi klien untuk 2. dukungan yang
kecemasan dan keletihan menigkatkan rasa aman terus menerus
dan mengurangi membantu pasien
ketakutan mengurangi anseitas

26
3. bantu klien 3. mengurangi rasa
mengidentifikasi situasi cemas pasien
yang memicu kecemasan
4. kontrol stimulus unutk
kebutuhan klien secara
tepat

III. IMPLEMENTASI
N DIAGNOSIS IMPLEMENTASI
O
1 Nyeri akut b.d agen cedera fisik 1. Melakukan pengkajian nyeri secara
komperensif meliputi karakter, lokasi,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas serta
apa yang mengurangi nyeri dan faktor yang
memicu
2. Memonitor nyeri menggunakan alat
pengukur yang valid dan reliable sesuai usia
dan kemampuan berkomunikasi
3. Memberikan analgesik sekitar 24-28 jam
setelah pembedahan trauma atau cedera
kecuali kija status sedasi atau pernapasan
menunjukkan kebalikannya
4. Memberitahu dokter jika kontrol nyeri tidak
berhasil
2 Resiko pendarahan 1. Mengkaji riwayat obsetrik dan catatan
persalinan terkait dengan faktor risiko
perdarahan postpartum
2. Mengevaluasi adanya distensi kandung
kemih
3. Mengbservasi karakteristik lochia
(misalnya:warna,bekuan, dan jumlah)

27
4. Memonitor tanda-tanda vital maternal setiap
15 menit atau lebih sering, jika diperlukan

3 Anseitas 1. Menggunakan pendekatan yang tenang


dan meyakinkan
2. berada di sisi klien untuk menigkatkan
rasa aman dan mengurangi ketakutan
3. membantu klien mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
4. Mengontrol stimulus unutk kebutuhan
klien secara tepat

BAB III

28
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat


hidup dari dalam uterus melaluai vagina kedunia luar. Post partum disini
merupakan masa nifas yang dimulai sejak bayu dilahirkan hingga keadaan
kandungan kembali seperti saat sebelum hamil, yang mana masa ini pada
umumnya terjadi sekitar 6 minggu. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu
perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan
postpartum 13 sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
Dalam ilmu keperawatan, perawat juga mempunyai peran penting dalam
membantu ibu menghadapi situasi keperawatan post partum ini. Selain memiliki
tugas dalam melaksanakan edukasi, perawat juga berperan dalam proses asuhan
keperawatan dalam masa ini, maka dari itu dibutuhkan keterampilan dan
pemahaman yang benar-benar menyeluruh dalam mempelajari kasus maupun hal
lain yang berhubungan dengan keperawatan postpartum.
3.2 SARAN

Dengan disusunnya makalah ini, maka saran dari penyusun yaitu seorang
perawat harus mengetahui dan memahami secara benar-benar dalam kasus
keperawatan post partum sekunder ini, agar nantinya bisa melaksanakan
intervensi keperawatan dengan tepat. Begitu juga untuk pembaca, penyusun juga
mengharapkan saran untuk kemajuan dan pembuatan makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

29
Faura Dea Ayu Pinasti. 2019. “Wellness and Healthy Magazine.” Wellness and Healthy
Magazine 2(February):187–92.
Postpartum, Perdarahan. 2019. “Healthy Tadulako Journal ( A . Fahira Nur , Abd . Rahman ,
Herman Kurniawan : 26-31 ) PENDAHULUAN Kesehatan Ibu Adalah Masalah
Pembangunan Global . Di Beberapa Negara , Khususnya Negara Berkembang Dan Negara
Belum Berkembang , Para Ibu Masih Memiliki Resi.” 5(1):26–31.
Time, Stmik, and Latar Belakang. 2019. “Studi Literatur : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Berbagi Pengetahuan.” III(1):11–15.
Ummah, Nurul, and Elisa Ulfiana. 2018. “Risk Factors for Postpartum Bleeding.” Jurnal
Kebidanan 7(15).

30

Anda mungkin juga menyukai