Oleh
PROGRAM PASCASARJANA
KUPANG
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
(IKM)
Jl. Adisucipto-Kupang 85001, Telp (0380)881947, 881580
Faks (0380) 21674, 831001; Email: pascaundana@hotmail.com
1. Upaya penyediaan pangan dapat dilakukan melalui produksi pangan sendiri, mengimpor
pangan, dan meramu bahan pangan lokal dengan bahan pangan impor.
B. Mengimpor pangan
Impor adalah upaya terakhir yang dilakukan pemerintah dalam upaya pemenuhan
kebutuhan pangan nasional guna mencapai ketahanan pangan, peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan petani, kepentingan konsumen serta menciptakan stabilitas ekonomi
nasional.
Contoh
Indonesia Mengimpor beras dari Vietnam dan Thailand untuk ketahanan pangan
2. Secara teoritis ada lima strategi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah pangan
dan gizi.Strategi tersebut adalah:
c. Pendidikan
3. Sistem agribisnis merupakan suatu sistem produksi pangan yang berkaitan satu sama lain dari
titik hulu sampai titik hilir. Jelaskan keempat subsistem dalam sistem agribisnis
(subsistemsarana produksi, subsistemproduksi/budidaya, subsistemindustri dan pemasaran,
dan subsistemkelembagaan terkait)
Agribisnis merupakan cara baru melihat pertanian dalam arti cara pandang yang dahulu
dilaksanakan secara sektoral sekarang secara intersektoral atau apabila dulu dilaksanakan
secara subsistem sekarang secara sistem (Saragih, 2001).
Tanaman Sayuran
Rata-rata pendapatan usahatani sayuran petani responden per tahunnya per usahatani
yaitu Rp. 21.673.293,87 /Tahun. Sedangkan pendapatan usahatani petani di Kota Jambi
yang sebagian besar merupakan petani sayuran rata-rata yaitu Rp. 14.186.663,7 3 /tahun
(Danil Ramdani, 2014). Rata-rata pendapatan usahatani di daerah penelitian per bulannya
masih lebih tinggi dibandingkan pendapatan usahatani sayuran di Kota Jambi.Hal ini
dikarenakan usaha tani sayuran merupakan mata pencaharian utama dan sebagian besar
merupakan mata pencaharian tunggal petani.Sehingga petani lebih fokus dalam
menjalankan usahataninya
b) Subsistem Budidaya
Tanaman budidaya tumbuh meliputi daerah yang luas mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi tergantung jenis dan sifat tanaman tersebut. Pengembangan agribisnis
usahatani terutama untuk komoditas-komoditas potensial dan mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi, produktivitas dan kualitas hasilnya sangat ditentukan oleh agroklimat, kondisi
tanah, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya, pengolahan pasca panen, dan
pengemasan serta pemasaran. Dalam pengembangan usaha agribisnis usahatani sangat
ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam perencanaan sistem agribisnis
dari proses penentuan lokasi dan jenis yang akan dikembangkan, sarana produksi,
teknologi budidaya, pengelolaan pasca panen, peningkatan nilai tambah dan pemasaran.
Menurut Rahardi (2005) agroklimat merupakan pertimbangan yang sangat penting dan
merupakan faktor sukses dan tidaknya kegiatan agribisnis dibandingkan dengan faktor
lainnya. Faktor agroklimat sulit untuk direkayasa dengan faktor penentu seperti sinar
matahari, hujan, angin, kelembaban dan suhu udara. Sementara itu tanah yang tidak subur
dapat dirubah menjadi subur.
Contoh :
Tanaman Pangan
Produk usahatani merupakan komoditas yang mudah rusak dan masih mengalami proses
hidup (proses fisiologis). Dalam batas-batas tertentu proses fisiologis ini akan
mengakibatkan perubahan-perubahan yang mengarah pada kerusakan-kerusakan atau
kehilangan hasil. Kerusakan dan kehilangan hasil produk akan terjadi dan dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas yang terjadi pada tahap setelah panen sampai dengan
tahap produk siap dikonsumsi, terutama untuk produk–produk hortikultura rata-rata
kehilangan/kerusakan hasil produk ini kira-kira berkisar 25–40 persen. Kehilangan dapat
diartikan sebagai akibat dari perubahan dalam hal ketersediaan, jumlah yang dapat
dimakan yang akhirnya dapat berakibat produk tersebut tidak layak untuk dikonsumsi
(Deptan, 2008).
Faktor–faktor yang mempengaruhi kerusakan produk setelah panen akibat dari faktor
biologi, faktor lingkungan (suhu, kelembaban dan komposisi atmosfir). Oleh karena itu
agar proses pasca panen tidak menurunkan kualitas perlu ada penganan pasca panen yang
baik seperti saat pemanenan yang baik dan tepat yaitu dengan panen hati-hati agar tidak
terjadi kerusakan fisik, panen saat masak yang tepat, dengan analisa kimia mengukur
kandungan zat padat dan zat asam atau zat pati. Selain itu proses pemanenan dari panen,
pengumpulan, pembersihan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dan transpotasi
dengan metode dan teknik yang benar. Mutu produk tidak dapat ditingkatkan tapi
dipertahankan (Muctadi et al, 1995).
Contoh
Tomat
Tomat termasuk sayuran buah yang sangat digemari. Banyak sekali penggunaan
buah tomat, antara lain sebagai bumbu sayur, lalap, makanan yang diawetkan (saus
tomat), buah segar, atau minuman (juice). Selain itu, buah tomat banyak mengandung
vitamin A, Vitamin C, dan sedikit vitamin B.
Tomat maupun produk pertanian lainnya merupakan hasil produksi petani yang
dalam pemasarannya tidak dapat di tentukan oleh produsen (petani). Hingga saat ini
harga produk pertanian selalu di tentukan atas kepandaian negosiasi pedagang dan
konsumen, selalu terjadi tawar menawar. Sangat berbeda dengan produk pabrikan dimana
pabrik yang menentukan harga setelah memperhitungkan jumlah biaya dan berapa
keuntungan yang dinginkan. Tomat pada saat panen raya akan terjadi membludaknya
produk di pasar, sedangkan konsumen jika tidak karena keperluan tertentu cenderung
belanja stabil (biasa-biasa saja) sehingga harga tomat akan jatuh, maka saat itulah petani
perlu mengambil langkah agar tidak merugi seperti melakukan agribisnis tomat pada
subsistem pengolahan dengan mengolah tomat menjadi berbagai jenis bahan makanan
yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti saus tomat, manisan dan selai.
d) Subsistem Pemasaran
Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis usahatani salah satunya adalah bagaimana
mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan masalah
pemasaran komoditas pertanian. Kelancaran distribusi komoditas pertanian ini sangat
perlu mengingat hal ini akan berpengaruh terhadap tersedianya pasokan dan terciptanya
harga yang wajar. Disamping itu keamanan distribusi di era globalisasi menuntut
terciptanya suatu sistem distribusi yang lebih efektif dan efisien serta harus
mengutamakan selera kepuasan pasar atau konsumen domestik maupun global dengan
demikian sayuran tersebut mempunyai nilai daya saing yang tinggi.
Menurut Antara (2004) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara agraris, tetapi daya
saing produk usahatani di Indonesia masih rendah. Daya saing rendah karena pembinaan
pada petani hanya difokuskan pada bercocok tanam, masalah mutu yang diharapkan pasar
baik pasar domestik maupun ekspor terabaikan, sehingga kurang kompetitif apalagi pada
era globalisasi ini. Untuk itu peningkatan SDM dan fasilitas pemerintah dalam teknologi
budidaya, pasca panen, dan peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat
diperlukan terutamanya kegiatan pendampingan.
Keluarga merupakan satuan kecil dari suatu masyarakat. Kebiasaan makan seseorang
sangat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, untuk itu pemerintah berusaha
meningkatkan status gizi masyarakat dengan meningkatkan status gizi keluarga
b. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui
mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2003:128).
c. Tingkat Pendidikan
Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan tentang gizi,
Pertimbangan kebutuhan fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan
kepuasan psikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara kebutuhan psikis dan
kebutuhan fisiologis tubuh, sehingga terdapat komposisi hidangan yang memenuhi
kebutuhan kepuasan psikis maupun kebutuhan fisiologis tubuh. Maka hidangan akan
mempunyai sifat lezat disamping memiliki nilai gizi yang tinggi (Achmad Djaeni S,
2000:3)
d. Tingkat Pendapatan
Keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi
pangan, bila kebutuhan-kebutuhan akan gizi tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
masalah-masalah gizi (Yayuk Farida Baliwati, 2004:70).
e. Pengeluaran pangan rumah tangga
Pengeluaran pangan rumah tangga merupakan salah satu indikator ketahanan pangan
rumah tangga. Pengeluaran total rumah tangga juga dapat dipandang sebagai pendekatan
pendapatan rumah tangga, oleh karena itu pemahaman pola pengeluaran (pangan dan non
pangan) dapat dijadikan salah satu indikator ketahanan rumah tangga (Suhardjo,
1996:77)