Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi

anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar

26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi

anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia

6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi

tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Anemia didefinisikan sebagai

penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang

berlaku untuk orang sehat. (Nelson,1999).

Pertumbuhan pada masa remaja terjadi sangat cepat (Adolescence Growth

Spurt). Kecepatan pertumbuhan yang tinggi menyebabkan remaja membutuhkan

makanan yang megandung zat-zat gizi yang cukup besar (Zong and Li, 2000).

Selain itu, masa remaja juga sangat disibukkan dengan berbagai kegiatan fisik,

baik kegiatan sekolah maupun kegiatan ekstrakulikuler di luar sekolah. Menurut

Sediaoetama (2010) remaja merupakan salah satu kelompok rentan gizi. Oleh

sebab itu, zat gizi yang dibutuhkan remaja harus terpenuhi baik dari segi

kualitasnya maupun kuantitasnya. Ketidakseimbangan antara asupan dan

kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi. Salah satu masalah

gizi yang biasanya sering dialami pada masa remaja adalah anemia. (WHO,

2013).

1
Prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi. Kemenkes RI (2013)

menunjukkan angka prevalensi anemia secara nasional pada semua kelompok

umur adalah 21,70%.4 Data Riset Kesehatan Dasar. (Riskesdas 2018).

Menunjukkan persentase anemia pada WUS di Indonesia mengalami

peningkatan dibanding data Riskesdas 2013 menjadi 48,9%. Persentase ibu hamil

yang mengalami anemia juga meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun

2013 menjadi 37,1 persen.5 Dari data tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

anemia di Sumatera Barat lebih tinggi daripada nasional. Rata-rata prevalensi

anemia di Sumatera Barat yakni 23,9%. Pencapaian presentase ibu hamil anemia

di Sumatera Barat mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, pada tahun

2015 yakni 15,92% kemudian pada tahun 2017 meningkat menjadi 18,1%.

Namun angka tersebut sudah dibawah target provinsi yang ditetapkan sebesar

22%. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, anemia pada WUS di Provinsi

Sumatera Barat sebesar 22,7%. Berbeda dengan pencapaian provinsi, pada tahun

2016 prevalensi anemia di Kota Padang mengalami penurunan yaitu sebesar

7,5%, sedangkan pada tahun 2017 menjadi 7,1%. Menurut data Dinas Kesehatan

Kota Padang menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil tahun 2017 adalah

19,8%. Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil tahun 2018 sebesar 7,2%

Jika anemia terjadi sejak masa usia subur, akan berdampak pada rendahnya

cadangan besi yang dimiliki sehingga akan menimbulkan dampak negatif pada

kehamilan kelahiran, bahkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penelitian

Simamora, Kartasurya, & Pradigdo (2018).

2
Menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang melatar belakangi penurunan

cadangan besi dalam tubuh, yang pertama adalah penyebab langsung. Penyebab

langsung dari anemia adalah kurangnya kadar zat besi dalam darah dan kondisi

tubuh yang terinfeksi penyakit.

Dan menurut pendapat kelompok kami dari penelitian di atas dapat dikatakan

bahwa kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau

iron defisiensi anemia. Penyebab umumnya adalah pola makan yang kurang tepat,

anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya

mengalami gangguan ( sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan

baik dan penyebabnya bermacam- macam ), bisa juga anemia karena yang

bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan seperti kanker, leukemia dan

lain-lain. Tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.

Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya

dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak

mungkin dikembalikan seperti semula, karena itu pada masa kritis perlu mendapat

perhatian (Kelompok IV.2021).

3
B. Tujuan

1. Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu

membuat asuhan keperawatan penyakit anemia pada anak dan untuk memenuhi

tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

2. Tujuan khusus dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:

a. Mengetahui anatomi fisiologi darah

b. Mengetahui pengertian anemia.

c. Mengetahui etiologi anemia

d. Mengetahui patofisologi anemia

e. Mengetahui manifestasi klinis anemia

f. Mengetahui macam-macam anemia

g. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang

4
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya
darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah.
(Guyton,1997). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong,2003). Anemia adalah
penurunan dibawah normal dadam jumlah eritrosit, banyaknya hemoglobin, atau
volume sel darah merah, sistem berbagai jenis penyakit dan kelainan (Dorlan, 1998).

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan


komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah (Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya
hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
(Smeltzer, 2002 : 935). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal
sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin


(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen. Anemia didefinisikan sebagai penurunan
volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk
orang sehat.  Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut
oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya.

5
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri ( disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar(underlying disease). Pada dasarnya
anemia disebabkan oleh karena : 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum
tulang ; 2. Kehilangan darah keluar tubuh ( perdarahan ); 3. Proses penghancuran
eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolysis). Gambaran lebih rinci tentang
etiologi anemia menurut sebagai berikut:
Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1. Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi vitamin B12
2. Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
3. Kerusakan sumsum tulang
- Anemia aplastik
- Anemia mieloptisik
-Anemia pada keganasan hematologi
- Anemia disentropoietik
-Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritropoietin : anemia pada gagal ginjal kronik
b. Anemia akibat hemoragi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1. Anemia hemolitik intrakorpuskular

6
 Gangguan membrane eritrosit (membranopati)
 Gangguan enzim eritrosit ( enzimimipati): anemia akibat defisiensi
G6PD
 Gangguan hemoglobin( hemoglobinopati)
- Thalassemia
- Hemoglobinopati struktul : HbS,HbE,dll
2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroangiopatik
- lain-lain
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan pathogenesis yang komplek
klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV< 80 fl dan MCH<27 pg
- Anemia defisiensi besi
- Thalassemia major
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
2. Anemia normokronik normositer, bila MCV 80 -95 fl dan MCH 27-34pg
- Anemia paska perdarahan akut
- Anemia aplastic
- Anemia hemolitik didapat
- Anemia akibat panyakit kronik
-Anemia pada gagal ginjal kronik
-Anemia pada sindrom mielodisplastik
- Anemia pada keganasan hematologic
3. Anemia makrositer, bila MCV> 95 fl
 Bentuk megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat

7
- Anemia defisiensi B12,termasuk anemia pernisiosa
 Bentuk non- megaloblastik
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroidisme
- Anemia pada sindrom mielodisplastik

C. Patofisiologi

Pendarahan saluran cerna, Overaktif RES, produksi


uterus, hidung, luka Defisiensi besi, vit B 12, SDM abnormal
As. Folat, Depresi susmsum
tulang eritropoetin Penghancuran SDM
Kehilangan SDM (sel darah
merah)
Produksi SDM

Pertahanan sekunder tidak Resiko Infeksi


adekuat

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek GI

Gangguan penyerapan
Kompensasi jantung Kompensasi paru nutrisi & defisiensi folat

Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi Glositis berat ( lidah


jantung meningkat napas meradang ), diare,
kehilangan nafsu makan

Takikardia, angina ( nyeri Dyspnea ( kesulitan Intake nutrisi turun


dada ), iskemia miokardium bernapas ) (anoreksia )
, beban kerja jantung

8
Ketidakefektifan perfusi Penurunan transport O2 Ketidak seimbangan
jaringan perifer nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nyeri akut

Hipoksia

Peningkatan kontraktilitas Lemah lesu, Parestesia, Ketidakefektifan pola


mati rasa, ataksia, gangguan napas
koordinasi, bingung
Palpitasi

Penebalan dinding ventrikel Defisit perawatan diri


Intoleransi aktivitas

Kardiomegali

D. Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis yang sering muncul
a. Pusing
b. Mudah berkunang-kunang
c. Lesu
d. Aktivitas kurang
e. Rasa mengantuk
f. Susah konsentrasi
g. Cepat lelah
h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia:
a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi.

9
b. Icterus, urin bewarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit
pada anemia hemolitik.
c. Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karna keganasan
3. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,
pembesaran jantung.
b. Manifestasi khusus pada anemia:
 Defiensi besi: spoon nail, glositis
 Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
 Hemolitik: ikterus, splenomegaly
 Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
E. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1.      Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2.      Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paSien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3.      Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4.      Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi

10
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat   ferosus.
5.      Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

F. Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi pooling sel
darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga hematokrit mendadak
menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif.
Komplikasi lain berupa infark tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis,
serangan-serangan priapismus dan dapat berakhir dengan impotensi karena
kemampuan ereksi. Kelainan ginjal berupa nekrosis papilla karena sickling dan
infaris menyebabkan hematuria yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal
tidak dapat mengkonsentrasi urine. Kasus-kasus Hb S trait juga dapat mengalami
hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 1999, hal : 536).

11
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,1999:572) :

1. Jumlah eritrosit:menurun(AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpus

kularrerata) dan MCH (hemoglobin korpus kularrerata) menurun dan mikrositik

dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia(aplastik).

Nilai normal eritrosit (juta/mikrolt): 3,9juta permikroliter pada wanita dan4,1-6

juta permikroliter pada pria.

2. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

3. Jumlah retikulosit: bervariasi, misal:menurun (AP), meningkat (respons

sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolysis).

4. Pewarna sel darahmerah: mendeteksi perubahan warna dan bentuk(dapat

Mengindikasikan tipe khusus anemia).

5. LED:Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal: peningkatan

kerusakan sel darah merah: atau penyakit malignasi.

6. Masa hidup sel darah merah: berguna dalam membedakan diagnose anemia,

misal: pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih

pendek.

7. Tes kerapuhan eritrosit: menurun(DB). SDP: jumlah sel total sama dengan sel

darah merah (diferensial) mungkin meningkat

(hemolitik) atau menurun(aplastik). Nilai normal Leokosit (permikrolt):6000–

10.000 permokroliter.

12
8. Jumlah trombosit: menurun caplastik; meningkat(DB); normal atau tinggi

(hemolitik) Nilai normal Trombosit (permikrolt): 200.000–400.000

permikroliter darah.

9. Hemoglobin elektroforesis: mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Nilai

Normal Hb (gr/dl): Bili rubin serum (takterkonjugasi): meningkat

(AP,hemolitik).

Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi Besiserum: takada (DB);tinggi (hemolitik)

TBC serum: meningkat (DB) Feritin serum: meningkat (DB) Masa perdarahan.

13
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh . Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 2012) meliputi :
a. Aktivitas / stirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak
tegak. Bahu  menurun, postur  lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain
yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat , angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan).pucat (aplastik) atau kuning lemon terang. Sklera : biru atau putih
seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke
kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk
seperti sendok (koilonikia). Rambut : kering, mudah putus, menipis,tumbuh
uban secara premature.

14
c. Integrias ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfuse darah.
Tanda : depresi.
d. Liminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi
(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare ataukonstipasi.
Penurunan haluara nurine.
Tanda : distensi abdomen.
e.  Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan
menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya
penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap
es, kotoran ,tepung jagung,dan sebagainya.
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada
mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki
(AP) ; klaudikasi.Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

15
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,
paralysis.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri kepala
h. Pernapasanan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas : pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : takipnea , ortopnea dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, riwayat terpajan
pada radiasi ; baik terhadap pengobatan atau kecelakaan. Riwayat kanker,
terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas . transfusi darah
sebelumnya . gangguan pengelihatan, penyembuhan luka buruk, sering
infeksi
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore .
hilang libidp (priadan wanita ). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa keperawatan
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

16
C. Intervensi Keperawatan
Susunan rencana keperawatan pada pasien dengan Anemia berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, yaitu
Dx 1
Perfusi jaringan tidak efektif b.d  perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perfusi jarngan
efektif. Kriteria Hasil :
1. Membran mukosa merah
2. Konjungtiva tidak anemis
3. Akral hangat
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :

1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap


panas/dingin/tajam/tumpul
2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau
laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Monitor adanya tromboplebitis
9. Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi

17
10. Monitor TTV pasien
11. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat

Dx 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat
intake makanan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutria terpenuhi. Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4.  Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5.  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6.  Tidak terjadi penurunan berat badan
7. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
8. Membran konjungtiva dan mukos tidak pucat
Intervensi :
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
3. Monitor interaksi anak selama makan
4. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
7. Monitor mual dan muntah
8. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
9. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
10. Monitor kalori dan intake nutrisi

18
11. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papilla lidah dan
cavitas oral
12. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
13. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c

Dx 3
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan dapat
melakukan aktivitas. Kriteria Hasil :
1. Peningkatan toleransi aktivitas
2. Mampu melakukan aktivtas sehari-hari (ADLs)
3. Mampu melakukan aktivitas tanpa alat bantu
4. Tidak ada hambatan dalam melakukan aktivitas
Intervensi :
1. Tentukan penyebab intoleransi aktivitas dan menentukan apakah
penyebab dari fisik, psikis/motivasi
2. Observasi adanya pembatasan klien dalam beraktifitas.
3. Kaji kesesuaian aktivitas dan istirahat klien sehari-hari
4. Aktivitas secara bertahap, biarkan klien berpartisipasi dapat perubahan
posisi, berpindah & perawatan diri
5. Monitor gejala intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan

19
D. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci
keberhasilan dalam menggunakan proses perawatan. Hasil evaluasi yang
diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia adalah sebagai
berikut :
1. Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan
individu dengan kriteria
2. Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan
aktivitas.
3. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria
4.      Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.
5.   Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.
Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi
dengan kriteria
6.   Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.
7.   Menyukai diri sebagai orang yang berguna.
8.   Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria
9.   Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran
seimbang.
10. Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /
mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :Menunjukkan

20
peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
B. Saran
1. Bagi Kaprodi
Makalah ini dapat bermanfaat menambah keluasan ilmu pengetahuan dalam
bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien anak dengan anemia sebagai acuan literature dalam melakukan
penelitian asuhan keperawatan.
2. Bagi Dosen Pembimbing
Makalah ini dapat bermanfaat dengan adanya asuhan keperawatan anak
dengan anemia sebagai acuan dalam penelitian dan ilmu perkembangan dalam
keperawatan banyaknya kekurangan dalam pembuatan makalah ini semoga
pembimbing dapat memberikan masukan untuk kedepannya dalam melakukan
asuhan keperawatan.

21
3. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan dan dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan,

EGC, Jakarta.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3,

EGC : Jakarta.

Price A. S, Wilson M. Lorraine, (1995), Patofisiologi, vol. 2, EGC : Jakarta

Hall and Guyton, (1997), Fisiologi Kedokteran, EGC : Jakarta.

Https://labmandat.litbang.kemkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-

riskesnas/menu-riskesdas/426-rkd-2018 di akses pada tanggal 21.02.20201pada

pukul 22.09 wib.

22

Anda mungkin juga menyukai