Anda di halaman 1dari 8

Agritrop, Desember 2018 Volume 16 (2)

ISSN 1693-2877
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/
EISSN 2502-0455 index.php/AGRITROP

APLIKASI GARAM (NaCl) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI


PADI (Oryza sativa L) VARIETAS SITU BAGENDIT
DI TANAH LITOSOL BANYUWANGI

Application Of Salt (Nacl) To Increase Rice Production (Oryza sativa L) Of Situ Bagendit
Varieties In The Lithosol Soil Banyuwangi.

Bagus Handoyo, Herlinawati, Liliek Soelaksini


Program Studi Teknologi Produksi Tanaman Pangan
Politeknik Negeri Jember
e-mail : 1bagushandoyo@gmail.com, 2herlinawati@polije.ac.id,
3
liliek_dwi@polije.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi garam terhadap produksi
padi varietas Situ Bagendit. Penelitian dilaksanakan 4 bulan mulai Agustus 2017 s/d
Desember 2017 menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial
dengan faktor tunggal yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu A1 (Kontrol), A2 (Urea 100%),
A3 (Garam 100%), A4 (Urea 50% + Garam 50%) yang diulang sebanyak 6 kali mengacu
rumus (t-1)(r-1) > 15. Perlakuan A4 menjadi yang terbaik karena memberikan pengaruh
sangat nyata pada parameter tinggi tanaman 30 dan 45 HST, jumlah anakan 30 dan 42
HST, jumlah malai 110 HST, berat basah per sampel, berat basah per plot, berat kering
per sampel, dan berat kering per plot. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aplikasi
garam memberikan pengaruh yang sangat nyata, sehingga dapat dijadikan sebagai pupuk
alternatif karena terbukti mampu meningkatkan produksi padi sebesar 5,676 ton perhektar
dibandingkan rata-rata 5,5 ton perhektar produksi nasional.
Kata Kunci: Padi, Garam (NaCl).

ABSTRACT

The research to determine effect of salt application to rice production Situ


Bagendit varieties. The research have been done 4 months starting August 2017
until Decembe 2017 used the non factorial randomized block design method with
single factor 4 treatments consisted, that are A1 (Control), A2 (Urea 100%), A3
(Salt 100%), A4 (Urea 50% + Salt 50%) with 6 replications. A4 treatment is best
because it gives real effect on the plant height parameters 30 & 45 DAP, number
of tillers 30 & 42 DAP, number of panicles 110 DAP, wet weight per sample and
per plot, dry weight per sample and per plot. The conclusion of this research is
the application of salt gives a real effect, so it can be use as alternative fertilizer
because it proved able to increase rice production 5,676 tons per hectare
compare to the average of 5,5 tons per hectare of national production.
Keywords: Rice, Salt ( NaCl).

197
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

PENDAHULUAN
Padi merupakan tanaman serealia yang paling penting dalam peradaban manusia di
dunia. Tanaman padi menghasilkan beras yang menjadi bahan konsumsi utama mayoritas
masyarakat khususnya di Indonesia. Oleh karena nya beragam cara dan teknik budidaya
dilakukan untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan yang sebanding dengan populasi
masyarakat yang ada.
Dengan jumlah penduduk yang ada ternyata produksi padi yang dihasilkan tidak
sebanding atau dengan kata lain produksinya kurang. Dari fakta itu lah beragam usaha
dilakukan agar jumlah produksi padi meningkat sehingga kebutuhan masyarakat akan
bahan pangan tetap terpenuhi.
Di dalam suatu teknik budidaya salah satu cara yang dapat diupayakan adalah
dengan melakukan pemupukan. Dikarenakan secara kimiawi tanaman membutuhkan
unsur hara makro seperti Nitrogen, Kalium dan Phospat (Nurtika dkk., 2009). Dari unsur
tersebut lahir produk pupuk kimia yang saat ini sudah dikenal dan banyak beredar di
pasaran seperti Urea, KCl, dan TSP. Ada juga ketiga pupuk tersebut digabung menjadi
satu yang dikenal sebagai pupuk majemuk dengan beragam komposisi sesuai kebutuhan.
Selain unsur makro tanaman juga membutuhkan unsur mikro seperti Ca, Mg, S.
Keberadaan pupuk mulai langka di beberapa tempat yang berdampak pada
tingginya harga sehingga kegiatan pemupukan menjadi terkendala. Sedangkan petani
yang diharuskan menghasilkan produksi tinggi wajib untuk tetap memupuk tanaman yang
mereka budidayakan. Oleh karena itu petani mencoba mencari alternatif lain untuk
memenuhi unsur hara tanaman sebagai solusi salah satunya dengan garam (NaCl).
Memang di lapangan tidak semua petani memakai garam (NaCl). Namun faktanya
penggunaan garam (NaCl) dilakukan secara diam-diam dan sudah menjadi kebiasaan.
Dari fakta itu lah tidak sedikit petani yang beranggapan bahwa cara kerja garam (NaCl)
yang diberikan mampu mempengaruhi kebutuhan akan unsur hara tanaman baik makro
maupun mikro.
Dikaitkan dengan hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan kuda yang bagus
pertumbuhannya dan kuat apabila makanannya diberi garam (NaCl), Timbul keyakinan
bahwa cara kerja yang dihasilkan dari kandungan garam mampu memicu mikroorganisme
dalam tanah penghasil unsur hara makro dan mikro lebih berkembang sehingga unsur-
unsur yang dihasilkan terus meningkat dan akibatnya tanah menjadi subur dan tanaman
juga bagus pertumbuhannya.
Kajian akademis mengenai pemanfaatan garam sebagai pupuk telah diangkat ke
dunia pertanian oleh Dr. Maynard Murray dalam risetnya yang berjudul Sea Energy
Agriculture, yang harapannya pertanian dunia khususnya Indonesia semakin berkembang
dengan lebih kompetitif mengingat banyaknya kendala yang muncul utamanya harga
pupuk yang menjadi hambatan saat ini. Dari fakta tersebut di atas muncul beberapa
permasalahan yang menjadi gagasan mendasar untuk mengetahui bagaimana pengaruh
garam terhadap tanaman padi. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menjawab
gagasan yang telah diambil petani serta diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya
petani padi.

198
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Dusun Tlogosari, Desa Jambewangi,


Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dengan ketinggian
tempat ±300 mdpl, suhu rata-rata 180C-290C.
Bahan yang digunakan adalah benih padi varietas Situ Bagendit, Urea, Garam dan
Pestisida.
Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial
dengan faktor tunggal yang terdiri dari 4 level yaitu :
A1 : Tanpa Urea + Tanpa Garam (Kontrol)
A2 : Urea 100% (100 kg/ha)
A3 : Garam 100% (25 kg/ha)
A4 : Urea 50% + Garam 50% (62,5 kg/ha)
Terdapat 6 blok atau ulangan dengan masing-masing blok terdiri atas 4 plot
sehingga diperoleh 24 plot atau petak dengan berpedoman pada rumus Rancangan Acak
Kelompok (RAK) yaitu: (t-1) (r-1) > 15.
Semua data yang diperoleh dianalisa menggunakan Analysis of variance (ANOVA)
dan juga Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5% pada data dengan hasil yang
berbeda nyata atau signifikan sebagai tahap uji lanjut.
Teknik Penanaman
Pengolahan tanah dilakukan dua kali dengan sekaligus pembuatan petak perlakuan
menggunakan ukuran 3 m x 2 m sebanyak 24 plot, sehingga luas per plot adalah 6 m 2 dan
1 m jarak antar blok.
Penanaman dilakukan dengan bibit padi yang sudah siap tanam pada lahan tanah
yang sudah terolah. Penanaman padi pada penelitian ini menggunakan sistem jajar
legowo 2:1 dengan kedalaman tanam 3 cm serta bibit yang ditanam adalah dua bibit per
lubang tanam.
Aplikasi Perlakuan
Pada penelitian ini pemupukan dilakukan pada 3 fase yaitu fase awal pengolahan
tanah, fase kedua vegetatif dan fase generatif. Fase pengolahan tanah pengaplikasian
perlakuan dimaksudkan sebagai pupuk dasar, fase vegetatif sebagai pemacu pertumbuhan
dan fase generatif untuk memacu proses reproduksi tanaman. Tabel 1 di bawah adalah
waktu pengaplikasian pupuk yang dilakukan, yaitu:

Tabel 1. Waktu Aplikasi Perlakuan


Fase Umur Tanaman Perlakuan
A1: Kontrol
A2: Urea (10 kg/ha)
Pengolahan Tanah 7 Hari Sebelum Tanam
A3: Garam (3 kg/ha)
A4: Urea+Garam (6,5 kg/ha)
A1: Kontrol
A2: Urea (20 kg/ha)
Vegetatif 7 HST
A3: Garam (5 kg/ha)
A4: Urea+Garam (12,5 kg/ha)
A1: Kontrol
Vegetatif 21 HST
A2: Urea (30 kg/ha)

199
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

A3: Garam (7 kg/ha)


A4: Urea+Garam (18,5 kg/ha)
A1: Kontrol
A2: Urea (40 kg/ha)
Generatif 35 HST
A3: Garam (10 kg/ha)
A4: Urea+Garam (25 kg/ha)

Panen dan Pasca Panen

Penentuan waktu panen dilakukan saat tanaman sudah memenuhi syarat untuk
panen. Syarat tersebut umumnya dapat dilihat dari umur tanaman padi khususnya varietas
Situ Bagendit adalah 120 HST. Hal lain yang jadi pertimbangan waktu panen adalah
kenampakan fisiologis tanaman yang sudah menguning 80-90%.
Pemanenan diawali dengan memotong rumpun sampel per plot. Setelah itu
dilanjutkan pemotongan rumpun per plot secara keseluruhan. Hasil pemotongan sampel
dan plot secara keseluruhan dipisah, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar hasil
panen antara sampel dan plot secara keseluruhan tidak tercampur serta memudahkan
proses pengolahan data.
Proses pasca panen dilakukan dengan cara perontokan langsung di sawah
kemudian menimbang berat basah, melakukan penjemuran dan penimbangan berat kering
untuk mengetahui jumlah produksinya.
Adapun parameter penelitian ini meliputi Berat Basah Per Sampel (g) dan Berat
Basah Per Plot (g).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Basah Per Sampel


Data hasil pengamatan Berat Basah Per Sampel terlihat bahwa perlakuan A4
menunjukkan hasil tertinggi dengan rata-rata 30,70 gr. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perlakuan Urea 50% + Garam 50% (62,5 kg/ha) memberikan pengaruh sangat nyata
terhadap Berat Basah Per Sampel.
Tabel 2. Berat Basah Padi Per Sampel
Perlakuan Rata-rata (g)
A3 : Garam 100% (25 kg/ha) 15,69 a
A1 : Kontrol 17,27 a
A2 : Urea 100% (100 kg/ha) 28,82 b
A4 : Urea 50% + Garam 50% (62,5 kg/ha) 30,70 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama menunjukkan hasil berbeda
tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%
Produksi Per Plot

Parameter Berat Basah Per plot merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui
produksi yang dihasilkan keseluruhan tanaman dalam satu plot (Abidin, Samrin, &
Raharjo, 2016). Dari data hasil pengamatan Berat Basah Per Plot terlihat bahwa
perlakuan A4 menunjukkan hasil tertinggi dengan rata-rata 3405 gr. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perlakuan Urea 50% + Garam 50% (62,5 kg/ha) memberikan
pengaruh sangat nyata terhadap Berat Basah Per Plot.

200
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

Tabel 3. Berat Basah Padi Per Plot

Perlakuan Rata-rata (g)


A1 : Kontrol 1879,17 a
A3 : Garam 100% (25 kg/ha) 1883,83 a
A2 : Urea 100% (100 kg/ha) 3388,33 b
A4 : Urea 50% + Garam 50% (62,5 kg/ha) 3405,50 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf kecil yang sama menunjukkan
hasil berbeda tidak nyata pada uji DMRT taraf 5%
Pembahasan
Hasil penelitian yang terdiri atas beberapa parameter seperti tinggi tanaman,
jumlah anakan, jumlah anakan produktif (malai), berat basah dan berat kering
menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata. Hal itu dapat diartikan bahwa perlakuan
yang diberikan dalam hal ini (Urea + Garam) memberi pengaruh yang sangat nyata
terhadap produksi tanaman padi (Oryza sativa L).
Hasil tersebut tentunya tidak terlepas dari beberapa faktor penunjang produksi yang
ikut berperan dan berpengaruh terhadap tanaman padi. Beberapa faktor tersebut
diantaranya ialah unsur hara, air, kondisi lingkungan, kondisi tanah dan peran NaCl itu
sendiri.
Faktor utama yang menjadi alasan berpengaruhnya produksi ialah unsur hara.
Tanaman umumnya memerlukan unsur hara dalam jumlah banyak (makro), dan dalam
jumlah sedikit (mikro). Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman padi ialah N, P, dan K.
N berfungsi sebagai pembentuk sel yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan (Untari & Puspitaningtyas, 2006). Hal tersebut terbukti dengan parameter
tinggi tanaman dan jumlah anakan yang menunjukkan hasil berbeda sangat nyata. Tidak
kalah penting dari N, unsur P juga berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan akar dan
pembentukan bunga pada tanaman saat memasuki masa generatif (Ali, 2015). Selain
kedua unsur tersebut juga ada unsur K yang memiliki banyak manfaat salah satunya ialah
membantu proses fotosintesis tanaman. Mengingat unsur P dan K yang tidak diberikan
langsung melalui pupuk maka yang menjadi fokus adalah adanya Natrium. Dalam deret
volta Natrium berada dalam posisi kiri yang mana sifatnya mudah bereaksi dengan air.
Oleh karenanya semakin banyak jumlah natrium yang diberikan maka akan memperbesar
peluang pertukaran kation berbagai unsur hara dalam tanah (Setyorini & Abdulrachman,
2008). Melihat data anakan produktif (malai), berat basah, dan berat kering yang
menunjukkan hasil berbeda sangat nyata dapat dikatakan bahwa P dan K yang sudah ada
dan tersedia dalam tanah dapat bekerja beriringan dalam menunjang produksi tanaman
padi. Jadi intinya unsur N, P, dan K yang menjadi salah satu faktor penunjang produksi
tanaman padi dapat terpenuhi.
Faktor kedua yang menjadi bahasan ialah mengenai tanah sebagai media tanam.
Tanah mempunyai sifat fisik, kimia dan biologis yang dapat menjadi manfaat juga
hambatan dalam budidaya (Utami & Handayani, 2003). Dari sekian banyak sifat fisik
tanah beberapa yang dapat berpengaruh besar adalah tekstur tanah, karena di situlah
nantinya akar akan bekerja dalam menyerap unsur hara. Dalam penelitian ini secara fisik
tanah yang digunakan sebagai media penanaman memiliki tekstur tanah bergeluh dan
berlempung sehingga dalam kondisi kering akan membentuk bongkahan-bongkahan
dengan ukuran segumpal tangan. Dalam kondisi basah tanah ini tidak mudah hancur dan

201
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

terbawa air sehingga unsur hara tidak akan mudah lepas tercuci oleh air. Contoh lain yang
dapat menunjukkan tekstur tanah tersebut ialah saat dilakukan pencangkulan mudah
sekali lengket dalam kondisi basah ataupun kapasitas lapang. Melihat kondisi kering yang
berbentuk bongkahan dan tidak mudah pecah dapat dikatakan tanah di lokasi penelitian
ini memiliki konsistensi yang tinggi. Melihat kondisi tersebut tanah yang digunakan
dalam penelitian bukanlah tanah porous yang dapat dengan mudah mengalirkan air
disebabkan karena pori-pori yang ada tidak sebesar tanah yang berpasir.
Selain sifat fisik tanah juga memiliki sifat kimia yang terdiri atas beberapa hal
seperti kandungan bahan organik, kandungan unsur hara, dan derajat keasaman tanah
yang biasa disebut pH (Abdurachman dkk, 2008). Melihat sejarah lahan sebelum dibuat
penelitian tanaman padi adalah tanaman cabai yang sudah diberi pupuk kimia dan organik
dengan sistem budidaya memadukan pertanian tradisional yang mementingkan
keberlanjutan kualitas tanah dapat dikatakan lahan penelitian ini masih tersedia
kandungan unsur hara dan bahan organik yang cukup. Hal lain dari sifat kimia tanah
adalah derajat keasaaman (pH). Sebelum dilakukan penelitian tanah yang dijadikan
sebagai media tanam tersebut memiliki kandungan pH 6,0. Hal tersebut diketahui dari
pengukuran menggunakan kertas pH meter saat pengolahan tanah. Selain dari kedua sifat
fisik dan kimia tersebut tanah juga memiliki sifat biologis yang di buktikan dengan
adanya makhluk hidup seperti cacing yang ditemukan pada saat pengolahan tanah. Hal ini
menandakan tanah tersebut masih memiliki kualitas yang baik disamping peranan cacing
yang memiliki banyak manfaat dalam menjaga kesuburan tanah yang berkelanjutan
(Nasahi, 2010).
Faktor ketiga yang dapat menunjang produksi ialah air dan kondisi lingkungan. Air
berfungsi sebagai pelarut unsur hara yang diberikan kedalam tanah (Notohadiprawiro,
1998). Ketersediaan air di lahan penelitian dikategorikan cukup karena selama musim
kemarau pun tetap mudah didapat sehingga proses pengairan tidak menghambat
pertumbuhan. Hal tersebut dibuktikan dengan data tinggi tanaman dan jumlah anakan
yang berbeda sangat nyata, dengan arti lain pertumbuhan di masa vegetatif tetap berjalan
lancar tanpa kekurangan air.
Kondisi lingkungan juga berpengaruh terutama dalam hal hama dan penyakit
(Prayogo, 2006). Lokasi lahan penelitian yang ada di ketinggian ±300 mdpl dengan suhu
rata-rata 180C-290C menjadi syarat tumbuh ideal bagi tanaman padi yang memang
menghendaki dataran medium. Melihat kondisi lingkungan dan tanaman sekitar,
munculnya serangan hama dan penyakit menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
produksi, oleh karena itu pengendalian menggunakan pestisida juga menjadi kewajiban
untuk menjaga tanaman padi tetap dalam kondisi baik. Hal tersebut juga sangat
berpengaruh terhadap parameter berat basah dan berat kering dari sampel yang
menunjukkan hasil berbeda nyata.
Faktor lain selain unsur hara, air, kondisi lingkungan, dan tanah yang menjadi
penunjang produksi dalam hal ini adalah peran dari NaCl. Dari beberapa parameter yang
menunjukkan hasil berbeda nyata memunculkan kemungkinan indikasi peranan NaCl
adalah sebagai pengganti kation dan pelunak tanah. Garam memiliki pH netral 7,0 karena
terbentuk dari reaksi asam dan basa. Selain itu garam juga kumpulan dari unsur hara
mikro Na (Natrium), Cl (Klorin), Ca (Kalsium), Mg (Magnesium), Br (Bromin), S
(Sulfur), K (Kalium), dan C (Karbon). Diantara beberapa unsur hara tersebut garam
memiliki kandungan Na (Natrium) yang merupakan unsur penting dalam proses

202
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

pertukaran kation dalam tanah bersama dengan Ca (Kalsium), Mg (Magnesium) dan P


(Phospat) yang ada dalam unsur hara makro. Kapasitas tukar kation adalah cerminan akan
kesuburan tanah yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, semakin liat suatu tanah maka
semakin tinggi pertukaran kationnya, dengan demikian tanah akan semakin subur dan
akar akan mudah bergerak. 3 dari 4 unsur penting pertukaran kation ada pada garam
khususnya Na (Natrium) dalam jumlah banyak akan mengganti kation dalam
tanah(Ristiana, Astuti, & Kurniawan, 2009).
Selain sebagai pengganti kation NaCl juga memungkinkan sebagai pelunak tanah.
Graham (1861), menemukan bahwa Natrium Klorida mudah berdifusi sedangkan kanji,
gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Ostwald (1907)
berpendapat bahwa istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam media
dispersi. Maksud dari pendapat tersebut bahwa analoginya didalam larutan fase
terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium atau media pendispersi adalah zat
pelarut. Sistem koloid merupakan heterogen yang tercampur dari dua zat atau lebih yang
partikel tersebut berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain
(medium terdispersi).
Dari kedua teori di atas dapat ditarik pengertian bahwa sistem koloid termasuk
sistem dispersi yang memiliki ukuran partikel sangat kecil sehingga saat tercampur tidak
dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Dalam kaitannya garam
melunakkan tanah adalah suatu gambaran bahwa garam merupakan zat yang mudah larut
dalam air, kemudian diberikan terhadap tanah yang bertekstur liat dengan keasaman
tinggi maka tanah akan sulit untuk melekat atau bahkan terbentuk bongkahan, tanah akan
cenderung memecah bahkan hancur akibat terkena pH yang bersifat basa. Fakta lain
membuktikan bahwa tanah yang bersifat asam dan umumnya mengandung liat jika akan
digunakan untuk menanam maka diberi kapur dolomit yang tujuannya untuk menaikkan
dan menetralkan pH sedangkan dolomit sendiri adalah zat dengan kandungan basa yang
tinggi. Lebih sederhananya tanah asam yang sudah memiliki kandungan asam tinggi akan
memudahkan perakaran tanaman untuk bergerak menyerap unsur hara setelah diberi zat
yang mengandung basa tinggi karena pH nya akan cenderung naik bahkan netral.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian Aplikasi Garam (NaCl) Untuk Meningkatkan


Produksi Padi (Oryza sativa L.) Varietas Situ Bagendit adalah:
1) Berdasarkan Parameter Berat Basah Per Plot perlakuan Urea 100% (A2) dan Urea
50% + Garam 50% (A4) lebih baik dibandingkan perlakuan Garam (A3) dan
Kontrol (A1).
2) Aplikasi Urea dan Garam (A4) terbukti mampu meningkatkan produksi padi
sebesar 5,676 ton perhektar dibandingkan rata-rata 5,5 ton perhektar produksi
nasional.
3) Secara bersamaan Urea dan Garam dapat dijadikan sebagai pupuk untuk
meningkatkan produksi padi.

203
Agritrop, Vol. 16 (2): 197 - 204

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., Dariah, A., & Mulyani, A. (2008). Strategi dan Teknologi
Pengelolaan Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional.
Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), 43–49.
Abidin, Z., Samrin, & Raharjo, D. (2016). Efektivitas Penggunaan Teknologi
Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi Pada Tanaman Padi Di Lahan Sawah
Irigasi Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian Dan Pengembangan
Teknologi Pertanian, 19(3), 227–241.
Ali, M. (2015). Pengaruh Dosis Pemupukan NPK Terhadap Produksi dan
Kandungan Capsaicin Pada Buah Tanaman Cabe Rawit (Capsicum
frutescens L.). Jurnal Agrosains, 2(2), 171–178.
Graham, T. (1861). Liquid Diffusion Applied to Analysis. Philosophical
Transactions of the Royal Society of London, 151, 183–224.
https://doi.org/10.1098/rstl.1861.0011
Nasahi, H. C. (2010). Peran Mikroba dalam Pertanian Organik (Skripsi).
Universitas Padjadjaran. Universitas Padjadjaran.
Notohadiprawiro, T. (1998). Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Vol. 237).
Jakarta.
Ostwald, W. (1907). Process of Manufacturing Nitric Acid. Leipzig: Google
Patents.
Prayogo, Y. (2006). Upaya Mempertahankan Keefektifan Cendawan
Entomopatogen Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Pangan. Jurnal
Litbang Pertanian, 25(2), 47–54.
Ristiana, N., Astuti, D., & Kurniawan, T. P. (2009). Keefektifan Ketebalan
Kombinasi Zeolit dengan Arang Aktif dalam Menurunkan Kadar
Kesadahan Air Sumur di Karangtengah Weru Kabupaten Sukoharjo.
Jurnal Kesehatan, 2(1), 91–102.
Setyorini, D., & Abdulrachman, S. (2008). Pengelolaan hara mineral tanaman
padi. Retrieved June 2, 2018, from http://www.litbang.pertanian.go.id/
special/padi/bbpadi_2009_itkp_05.pdf
Subhan, N. Nurtika, & Gunadi, N. (2009). Respons tanaman tomat terhadap
penggunaan pupuk majemuk NPK 15-15-15 pada tanah Latosol pada
musim kemarau. Jurnal Hortikultura, 19(1), 40–48.
Untari, R., & Puspitaningtyas, D. M. (2006). Pengaruh Bahan Organik dan NAA
terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.)
dalam Kultur In Vitro. Biodiversitas, 7(3), 344–348.
Utami, S. N. H., & Handayani, S. (2003). Sifat Kimia Entisol pada Sistem
Pertanian Organik Chemical Properties In Organic and Conventional
Farming System. Ilmu Pertanian, 10(2), 63–69.

204

Anda mungkin juga menyukai