Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam
pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta
strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai
kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat
penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’s, 2010),
dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa
untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, (antaranews, 2015)
Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada
masa nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum. Ruptur
Perineum dapat terjadi karena adanya rupture spontan maupun episiotomi
perineum yang dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku,
persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik
forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas
indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas,
maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah
perineum yang lebih berat (Prawirohardjo, 2016).
Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050,
seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan
kebidanan dengan baik. (Hilmy, 2010)
Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak
dalam masyarakat, 50 % dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di
Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia
pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32
–39 tahun sebesar 62 %.
Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain terjadinya
infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat
terjadi perdarahan karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup
sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi
yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum
mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah. (Campion, 2016).
Beberapa faktor penyebab terjadinya rupture perineum terdiri atas faktor
ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti
mengejan, partus yang diselesaikan dengan buru-buru, edema dan kerapuhan
perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala terdorong
kebelakang dan episiotomi yang sempit, dan faktor janin antara lain: bayi
besar, kelainan presentasi, kelahiran bokong, distosia bahu (Oxorn, 2018)
Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul Asuhan kebidanan ibu bersalin pada
Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir
Laserasi Grade II di Puskesmas Cikuya Januari 2020.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang teah diuraikan dapat diambil perumusan
masalah yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu bersalin pada Ny. “S” usia
22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi
Grade II di Puskesmas Cikuya Januari 2020.

1.3 Tujuan Khusus


a. Penyusun dapat :
1. Dapat melakasanakan pengkajian yang terdiri data subyektif dan
obyektif pada ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40
minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II
2. Dapat menginterprestasikan data yang meliputi diagnosa, masalah dan
kebutuhan pada ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil
40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II.
3. Dapat menetapkan diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. “S” usia
22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir
Laserasi Grade II.
4. Dapat menetapkan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi,
kolaborasi, merujuk ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G 1P0A0
40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II.Dapat
merencanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22
tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi
Grade II.
5. Dapat melakukan penatalaksanaan tindakan pada ibu bersalin Ny. “S”
usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir
Laserasi Grade II.
6. Dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny.
“S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan
Lahir Laserasi Grade II.
b. Mengetahui atau menemukan kesenjangan masalah antara teori dan kasus
nyata dilapangan.
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah dengan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan
Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Penyusun
Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam
memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Robekan
Jalan Lahir Laserasi Grade II
1.4.2 Bagi Profesi
Sebagai sumbangan teoritis maupun alpikatif bagi profesi bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan
Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan

Anda mungkin juga menyukai