Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas serta strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program Safe Motherhood dengan tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (MDG’s, 2010), dalam pernyataan yang diterbitkan di situs resmi WHO dijelaskan bahwa untuk mencapai target Millennium Development Goal’s, (antaranews, 2015) Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu adalah infeksi pada masa nifas dimana infeksi tersebut berawal dari ruptur perineum. Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya rupture spontan maupun episiotomi perineum yang dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat (Prawirohardjo, 2016). Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya bidan yang tidak mengetahui asuhan kebidanan dengan baik. (Hilmy, 2010) Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50 % dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu bersalin usia 32 –39 tahun sebesar 62 %. Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain terjadinya infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi perdarahan karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah. (Campion, 2016). Beberapa faktor penyebab terjadinya rupture perineum terdiri atas faktor ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti mengejan, partus yang diselesaikan dengan buru-buru, edema dan kerapuhan perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala terdorong kebelakang dan episiotomi yang sempit, dan faktor janin antara lain: bayi besar, kelainan presentasi, kelahiran bokong, distosia bahu (Oxorn, 2018) Sehubungan dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II di Puskesmas Cikuya Januari 2020.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang teah diuraikan dapat diambil perumusan masalah yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II di Puskesmas Cikuya Januari 2020.
1.3 Tujuan Khusus
a. Penyusun dapat : 1. Dapat melakasanakan pengkajian yang terdiri data subyektif dan obyektif pada ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II 2. Dapat menginterprestasikan data yang meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin pada Ny. “S” usia 22 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II. 3. Dapat menetapkan diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II. 4. Dapat menetapkan kebutuhan atau tindakan segera untuk konsultasi, kolaborasi, merujuk ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G 1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II.Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II. 5. Dapat melakukan penatalaksanaan tindakan pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II. 6. Dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II. b. Mengetahui atau menemukan kesenjangan masalah antara teori dan kasus nyata dilapangan. c. Memberikan alternatif pemecahan masalah dengan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. “S” usia 22 tahun hamil G1P0A0 40 minggu dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penyusun Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II 1.4.2 Bagi Profesi Sebagai sumbangan teoritis maupun alpikatif bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan Robekan Jalan Lahir Laserasi Grade II
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan