Oleh:
Pembimbing:
1
Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
A. DEFINISI ASI DAN MENYUSUI........................................................................6
B. KANDUNGAN/KOMPOSISI ASI........................................................................6
C. PROSES TERBENTUKNYA ASI.........................................................................8
D. MANFAAT ASI...................................................................................................10
E. MANFAAT MENYUSUI (BAGI ANAK DAN IBU).........................................11
F. FAKTOR YG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI..........................................16
G. MASALAH DALAM MENYUSUI.....................................................................17
H. LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR..........................................................27
I. ASI DAN MENYUSUI DALAM PANDANGAN ISLAM.................................28
BAB 3..............................................................................................................................29
BAB 4..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31
2
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan proses fisiologis, tidak ada hal yang lebih bernilai
dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak
awal kehidupan. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi ideal untuk
menunjang kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Salah
satu upaya untuk meningkatkan status gizi bayi adalah dengan memberikan ASI
secara eksklusif.
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam
bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain,
kecuali vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2018). World
Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan
makanan pendamping sampai usia 2 tahun rekomendasi serupa juga didukung
oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breasfeeding Medicine
demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi et al, 2010)
3
80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Meskipun Departemen Kesehatan menganjurkan agar bayi menerima ASI saja
selama 6 bulan pertama kehidupanya, hanya 18% dari bayi yang menerima ASI
saja pada umur 4-5 bulan. Secara keseluruhan 32% dari bayi dibawah 6 bulan
menerima ASI eksklusif (Hermina & Afriansyah, 2010).
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai pada usia 6
bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan fatal. Resiko
tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh. Dan bayi
tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki risiko kematian lebih besar karena
terjadinya malnutrisi (Kemenkes, 2010). Hasil riset WHO (2005) menyebutkan
bahwa 42 % penyebab kematian bayi di dunia yang terbesar adalah malnutrisi
(58%). Data dari Dinas Kesehatan tahun 2015 yakni balita berumur 6-24 bulan
yang mengalami gizi buruk terbanyak terdapat di puskesmas guguk panjang yakni
0,16 % dan balita gizi kurang 13,5%.
4
Eksklusif tidak lepas dari faktor psikologis ibu yaitu keinginan dan keyakinan ibu
untuk memberikan ASI yang disebut dengan istilah efikasi diri dalam menyusui
dan beberapa faktor yang juga berhubungan langsung diantaranya adalah peran
suami, pekerjaan, dan sosial ekonomi. (Utami, 2013).
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. DEFINISI ASI DAN MENYUSUI
ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Mufdlilah et al., 2017). ASI juga
didefinisikan sebagai makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi
khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Wiji,
2013).
ASI Eksklusif merupakan pemberian air susu ibu sedini mungkin pada
bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh,
air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim, selama 6 bulan (Mufdlilah et al., 2017). Pemberian ASI eksklusif dapat
diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara
langsung yaitu dengan cara menyusui, sedangkan pemberian ASI tidak
langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI,
menyimpannya, untuk kemudian diberikan kepada bayi (Suryoprajogo,
2009).
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan
kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami (Roesli, 2000).
B. KANDUNGAN/KOMPOSISI ASI
6
menjadi asam laktat dalam pencernaan bayi, suasana asam memberi
beberapa keuntungan bagi pencernaan bayi, antara lain:
a. Menghambat pertumbuhan bakteri patologis.
b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam
organik dan mensitesis protein.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
d. Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan
magnesium (Rukiyah Aiyeyeh dkk,2011).
2. Protein
ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan
susu formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih
lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Protein dalam ASI
mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
laktoglobulin dan bovibe serum albumin yang lebih sering menyebabkan
alergi pada bayi (Rukiyah Aiyeyeh dkk,2011).
3. Lemak
Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun
lemak dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara lain
(Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011):
a. Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung
enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida
kemudian menjadi monogliserida sehingga lemak dalam ASI lebih
mudah dicerna dalam pencernaan bayi.
b. ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6,
dan DHA yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan
otak.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral
dalam ASI adalah konstans, tetapi ada beberapa mineral spesifik yang
kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat besi dan kalsium
paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Mineral lain adalah
7
kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor (Rukiyah Aiyeyeh dkk,
2011).
5. Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik
kurang. Vitamin lain yang tidak tekandung dalam ASI bergantung pada
diit ibu (Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011).
6. Air
ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga
bisa meredakan rasa haus pada bayi (Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011).
8
ekstrogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sementara hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari
placenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon ekstrogen
yang masih tinggi. Kadar ekstrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari
kedua atau ketiga pascapersalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi
(Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015).
a. Refleks Prolaktin
9
faktor -faktor yang meningkatkan let down refleks adalah sebagai berikut :
Kondisi yang dapat menghambat let down refleks adalah ibu dalam keadaan stress
takut, cemas, khawatir/bingung, ragu terhadap kemampuannya merawat bayi
(Marlindiani, 2015).
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitari posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Apabila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis (Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015).
D. MANFAAT ASI
10
8. Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
9. Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
10. Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal.
11
4) Mengisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf menelan ,
mengisap dan bernafas menjadi lebih sempurna dan bayi menjadi lebih
aktif dan ceria
5) Waktu menyusui yang panjang dapat melindungi bayi dan anak dari
penyakit asma atau mengurangi terjadinya serangan asma pada anak
kecil. Resiko menderita asma meningkat apabila pemberian ASI
eksklusif dihentikan sebelum 4 bulan
6) Menyusui dengan waktu yang lebih panjang (lebih dari 6 bulan) dapat
melindungi bayi adan anak dari penyakit rhinitis
7) Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih terlindungi dari infeksi telinga
tengah.
8) Bayi prematur yang memiliki berat badan lahir sangat rendah yang
diberi ASI eksklusif dapat terhindar dari ROP (Retimopathy of
Prematurnity)
9) Pemberian ASI eksklusif selama 3-5 bulan mengurangi resiko obesitas
sebasar 35% di masa yang akan datang
10) Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi resiko bayi kekurangan
gizi. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.
11) Pemberian ASI ekslusif mengurangi resiko terkena penyakit jantung
dan pembuluh darah. Bayi yang menerima susu formula memiliki
konsentrasi LDL (kolestrol jahat) yang lebih tinggi daripada HDL
(kolestrol baik) yang lebih rendah. LDL merupakan salah satu pemicu
penyakit jantung dan pembuluh darah.
12) Bayi prematur menerima ASI memiliki tekanan darah yang lebih
rendah (13 -16 tahun) kemudian dibandingkan dengan bayi yang
menerima susu formula. Bayi prematur akan cepat tumbuh apabila
mereka diberikan ASI eksklusif. Komposisi ASI akan teradaptasi
sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk manaikkan
berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur
13) Penyakit Necrotizing Enterecolitis / NEC ( infeksi dan peradangan
menyebabkan kerusakan usus atau bagian dari usus) yang umum di
12
derita oleh bayi prematur dan sering menyebabkan kematian dapat
dicegah dengan pemberian ASI
14) ASI mencegah kerusakan gigi, misalnya gigi keropos dan
maloklusi/kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang
berhubungan dengan bentuk rongga mulut/rahang. Karies gigi pada
bayi yang diberi ASI eksklusif tidak akan terjadi karena ASI
mengandung mineral selenium
15) ASI selalu tersedia dalam keadaan bersih dari payudara ibu. Selalu
tersedia kapanpun dengan suhu yang tepat. ASI selalu tersedia setiap
saat bayi menginginkannya dalam keadan steril dan suhu yang pas
16) ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi yang belum
sempurna. Begitupula saat bayi sakit, ASI adalah makanan yang
terbaik untuk diberikan karena kemudahan dalam dicerna akan
membuat bayi cepat sembuh.
17) Dapat membantu perkembangan gigi dan rahang bayi karena bayi
mengisap ASI dari payudara. Mengisap ASI dari payudara membuat
rahang dan gigi menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisap
susu formula dengan menggunakan dot
18) Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat kualitas
hubungan psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat. Kontak kulit
ibu dengan bayi saat menyusui menciptakan kedekatan/ikatan serta
perkembangan psikomotorik dan sosial yang lebih baik. Bayi merasa
aman, nyaman dan terlindungi dan ini mempengaruhi kemampanan
emosi si anak di masa depan (Monika, 2016; Novianti, 2009).
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
Berbagai penelitian mendukung bukti bahwa ASI bermanfaat bagi ibu,
baik secara fisik maupun emosional. Sebagian ibu tidak mengetahui
manfaat bagi diri sendiri sehingga kurang menikmati menyusui dan
terpaksa menyusui atau memberikan ASI agar hanya bayi sehat.
Menyusui dapat memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan psikologis ibu,
baik jangka pendek maupun panjang sebagai berikut :
13
1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan
kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko pendarahan.
Mengurangi pendarahan pasca persalinan ibu yang segera menyusui
(melakukan IMD) setelah bersalin akan lebih mudah pulih
dibandingkan ibu yang tidak segera menyusui.
2) Mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum hamil oleh
Holdcroft. Isapan bayi saat menyusu membuat ibu melepaskan
hormon oksitosin yang kemudian menstimulasi rahim sehingga
mengembalikan bentuk rahim ibu pada saat kondisi sebelum hamil.
3) Wanita menyusui memiliki angka insidensi terkena kanker payudara,
kanker indung telur (ovarium), dan kanker endometri lebih rendah.
Menyusui dapat menekan produksi hormon estrogen berlebih yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan kanker payudara, kanker
indung telur, dan kanker endometrium.
4) Mengurangi resiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Penelitian
yang dilakukan oleh Lie, Jorm dan Banks mengemukakan bahwa
resiko terkena penyakit diabetes tipe 2 meningkat 50% pada ibu
yang tidak menyusui
5) Mengurangi resiko terkena rheumatoid arthritis. Rheumathoid
arthritis merupakan kelainan autoimun, penelitian yang melibatkan
lebih dari 7000 ibu di China menemjukan bahwa menyusui dalam
jangka panjang mengurangi resiko terkena rheumatoid arthitis
hingga 50%.
6) Mengurangi resiko kropos tulang / osteoporosis oleh chantry
rheumatoid arthitis Bukti penelitian ini adalah wanita menyusui
beresiko rendah menderita kropos tulang.
7) Menjadi metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif oleh
vekemans yaitu sebesar 98% ibu menyusui eksklusif selama 6
bulan belum mendapatkan menstruasi yang pertamakali setelah
nifas.
8) Mengurangi resiko obesitas dan lebih cepat mengembalikan berat
badan sepert sebelum hamil oleh Baker. Menyusui eksklusif
14
dapat menghabiskan 500 kalori per hari (setara dengan berenang
30 putaran atau bersepeda menanjak selama satu jam). Apalagi
jika seorang ibu menyusui eksklusif selama 1 tahun. Lemak
disekitar panggul dan pinggang yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali.
9) Mengurangi stres dan kegelisahan. Penelitian medis menunjukkan
bahwa perempuan yang menyusui bayinya mendapatkan manfaat
fisik dan manfaat emosional. Saat bayi mengisap dan kulitnya
bersentuhan dengan kulit ibu, hormon prolaktin dilepaskan dari
tubuh ibu dan membuat tenang juga rileks
10) Mengurangi ibu menderita depresi pasca persalinan (post partum
depression) oleh kendal. Hormon oksitosin yang dilepaskan saat
menysui menciptakan kuatnya ikatan kasih sayang, kedekatan
dengan bayi, dan ketenangan.
11) Mengurangi resiko hipertensi pada masa datang (American journal
of epidemology 2011). Penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat dengan sampel lebih dari 50.000 ibu menemukan bahwa
ibu yang menyusui eksklusif selama 6 bulan memiliki resiko
hipertensi yang lebih kecil pada masa yang akan dating.
12) Mengurangi resiko anemia oleh Dermer. Jumlah zat besi yang
digunakan ibu untuk memproduksi ASI lebih sedikit dibandingkan
dengan zat besi yang hilang dari tubuh ibu akibat pendarahan (nifas
maupun menstruasi).
13) Memudahkan hidup ibu, dengan menyusui ibu tidak perlu repot
menyiapkan botol, membeli susu formula, menyiapkan susu
formula, dan lain-lain (Monika, 2016; Novianti, 2009).
c. Manfaat ASI bagi Keluarga dan Masyarakat (lingkungan)
Menyusui juga tidak hanya memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi
saja namun juga bagi keluarga dan lingkungan disekitar ibu dan bayi.
Berikut keuntungan ASI bagi keluarga dan lingkungan diantaranya :
15
1) Mengurangi kemiskinan dan kelaparan karena ASI sangat ekonomis
tidak seperti susu formula yang membutuhkan biaya tinggi untuk
membelinya. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol
susu, minyak atau merebus air, susu ataupun peralatan.
2) Mengurangi anggaran biaya perawatan baik anggaran rumah tangga
atau anggaran perusahaan tempat ibu / ayah bekerja. Menghemat
waktu keluarga apabila bayi selalu sehat.
3) Lebih praktis bila berpergian tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dan lain-lain.
4) Mengurangi penggunaan energi yang diperlukan untuk memproduksi
susu formula di pabrik dan tidak membahayakan lingkungan (tidak
adasampah kemasan plastik) (Monika, 2016; Novianti, 2009).
16
5. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap kelancaran
produksi ASI
6. Ada hubungan antara perawatan payudara terhadap kelancaran produksi
ASI
7. Ada hubungan antara pemberian nutrisi pada kelancaran pemberian ASI
Cara Meningkatkan Produksi ASI:
1. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam
24 jam masing masing payudara 10-15 menit, susui bayi dengan satu
payudara hingga payudara terasa kosong.
2. Susui bayi seseringb mungkin atau setiap 2 jam sekali, jika bayi tertidur
angkat dan susi bayi tanpa membangunkannya.
3. Tiap menyusui menggunakan 2 payudara secara bergantian
4. Bayi hanya menyusui pada ibu tidak dianjurkan menggunakan susu
botol/empeng, atau makanan lain termasuk suplemen dan susu formula
5. Menghindarin kelelahan atau kecemasan pada ibu
6. Meningkatkan asupan nutrisi sayur, buah, ikan, daging, susu, dan kacang-
kacangan minimal (500 kalori) per porsi atau lebih banyak lebih baik
7. Tidak merokok dan menggunakan obat-obatan
8. Banyak minum minimal 12-16 gelas/ hari (Riksani, 2012)
G. MASALAH DALAM MENYUSUI
17
atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu/petugas
kesehatan yang tidak mengetahui bahwa (Roesli, 2012):
Fisiologi laktasi
18
2. Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak
selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui
bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah,
misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik puting,
ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien
untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang
kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai
bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan (Roesli, 2012):
19
2013):
20
Untuk mencegah maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan
yang baik (3) menyusui “on demand”/ Bayi harus lebih sering disusui.
Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Dan untuk merangsang
reflex Oxytocin maka dilakukan (Cunningham, 2013):
Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
Ibu harus rileks
Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah
tengah)
Stimulasi payudara dan putting
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi
udem. Pakailah BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan
obat analgetik.
3. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI
yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah
payudara yang menggantung. (Cunningham, 2013).
Ada dua jenis Mastitis; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah
NonInfective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: iInfective
Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat
mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
(Cunningham, 2013):
Kompres hangat/panas dan pemijatan
21
Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu
stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10
hari.
Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah
22
urin pekat, bau dan warna kuning.
23
disusui, dang anti jadwal menyusuinya sehingga
banyak menyusui di malah hari
Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal
menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu
bulan sebelum kembali bekerja
Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup
selama bekerja dan selama menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI:
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cangkir atau
tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2
cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai
menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk
pemberian 2 kali A 100 ml.
Penyimpanan ASI:
24
Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk
makan lebih banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI
berkurang, kontraksi uterus.
Masalah Pada Bayi
1. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis
terlalu lama, puaskan menyusu.
5. Bayi premature
Susui dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh
langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat
menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi:
i. Bayi umur kehamilan < 30 mgg: BBL < 1250 gr. Biasanya
25
diberi cairan infus selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI
menggunakan pipa nasogastrik
6. Bayi kuning
Pencegahan: segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau
susui sesering mungkin.
Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan,
yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin
dikeluarkan melalui feses, jadi kolustrum berfungsi mencegah dan
menghilangkan bayi kuning.
7. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup, susui dengan football position, susui
pada payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan
menghisap mungkin berbeda.
8. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi
tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk
rehidrasi.
Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua
makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibu
26
sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.
9. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan
berikan posisi yang sesuai, untuk sumbing pallatum molle (langit-
langit lunak), dan pallatum durum (langit-langit keras) Manfaat
menyusui bagi bayi sumbing: melatih kekuatan otot rahang dan lidah
memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya
otitis media. Untuk bayi dengan palatoskisis (celah pada langit-langit):
Menyusui dengan posisi duduk, putting dan areola pegang saat
menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai penyumbat lubang, kalau
mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok, pipet, dot
panjang (Roesli, 2012).
27
3. Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah
menyusui dari payudara yang terakhir belum dikosongkan
4. Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari lainnya
menopang bagian payudara.
5. Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi
(bisa menggunakan kelingking).
6. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian
masukkan puting dan areola ke mulut bayi.
7. Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi
dengan menekan dagu ke bawah atau jari kelingking ibu ditempelkan
ke mulut bayi. Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan.
8. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya,
kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan dilap).
9. Sendawakan bayi.
10. Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui.
Posisi Menyusui
1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan
bahunya saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4. Badan bayi dekat dengan ibunya
Artinya:
28
“Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
BAB 3
KERANGKA KONSEP
29
ASI & MENYUSUI
PANDANGAN ISLAM
MANFAAT
ASI & MENYUSUI
MASALAH DALAM
MENYUSUI
LANGKAH
MENYUSUI YANG
BENAR
BAB 4
KESIMPULAN
30
ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana
bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
ASI dan menyusui memiliki berbagai manfaat yang baik bagi ibu dan bayi,
oleh karena itu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI, masalah dalam menyusui dan langkah-langkah menyusui
yang benar adalah kunci keberhasilan mengatasi masalah dalam menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
31
Ai Yeyeh, Rukiyah. (2011). Asuhan Kebidanan I. CV. Trans Info Media:
Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Keputusan
Menteri Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014
Marliandiani & Ningrum. (2015). Buku ajar asuhan kebidanan pada masa
nifas dan menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Yuli A., Vitri Y. 2013. Gambaran pengetahuan ibu tentang menyusui dan
dampaknya terhadap pemberian asi eksklusif (Mothers Knowledge about
Breastfeeding and Its Impact on Exclusive Breastfeeding). Jakarta : Jurnal
Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 52 – 61.
32
Monika FB. 2016. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Noura Books
Nirwana Ade Benih. 2014. ASI & Susu Formula, Kandungan dan Manfaat
ASI Dan Susu Formula. Nuha Medika: Yogyakarta.
Roesli, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
33