Anda di halaman 1dari 33

RESUME

ASI DAN MENYUSUI

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi


salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian
Kedokteran Keluarga RS Islam Jemursari Surabaya

Oleh:

Aufar rahman 6120019041


Mutiara aswar eka putri 6120019042
Nadia Nisaussholihah 6120019043
Ardita Faradhika Hidayati 6120019044
Yunyastiti Dwidya Palupi 6120019045
Cici Dita Virlliana 6120019046
Ferren Oktavena Faisal 6120019047
Fitria Dita Savira 6120019048
Khoirun Nanik Agustina T. 6120019049
Hidayatul Ulya 6120019050
Achmad Hilman Fahmy 6120019051

Pembimbing:

M. Nasir, dr., Sp.OG(K)

DEPARTEMEN / SMF KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
DAFTAR ISI

1
Contents
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
A. DEFINISI ASI DAN MENYUSUI........................................................................6
B. KANDUNGAN/KOMPOSISI ASI........................................................................6
C. PROSES TERBENTUKNYA ASI.........................................................................8
D. MANFAAT ASI...................................................................................................10
E. MANFAAT MENYUSUI (BAGI ANAK DAN IBU).........................................11
F. FAKTOR YG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI..........................................16
G. MASALAH DALAM MENYUSUI.....................................................................17
H. LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR..........................................................27
I. ASI DAN MENYUSUI DALAM PANDANGAN ISLAM.................................28
BAB 3..............................................................................................................................29
BAB 4..............................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................31

2
PENDAHULUAN

Menyusui merupakan proses fisiologis, tidak ada hal yang lebih bernilai
dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak
awal kehidupan. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) merupakan nutrisi ideal untuk
menunjang kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Salah
satu upaya untuk meningkatkan status gizi bayi adalah dengan memberikan ASI
secara eksklusif.

ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi selama enam
bulan pertama kehidupan bayi tanpa memberikan makanan atau cairan lain,
kecuali vitamin, mineral, dan obat yang telah diizinkan (WHO, 2018). World
Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif
sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan dengan
makanan pendamping sampai usia 2 tahun rekomendasi serupa juga didukung
oleh American Academy of Pediatrics (AAP), Academy of Breasfeeding Medicine
demikian pula oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi et al, 2010)

Di indonesia sendiri kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai


manfaat ASI dan Menyusui serta banyaknya mitos mengenai menyusui dapat
menyebabkan suatu hambatan bagi bayi untuk mendapatkan ASI secara ekslusif.
Ada beberapa mitos atau anggapan yang salah di kalangan masyarakat seperti : (1)
“Ibu menyusui harus membersihkan putingnya dulu setiap akan menyusui”,
faktanya membersihkan puting justru dapat menghilangkan minyak alami yang
melindungi puting dari resiko lecet atau luka karena kering, (2) “menyusui
membuat payudara kendur”, faktanya hormon saat kehamilanlah yang dapat
membuat payudara kendur, bukan menyusuinya. (3) “payudara kecil tidak bisa
menghasilkan ASI yang cukup”, faktanya produksi ASI tidak tergantung dari
besar kecilnya payudara. Selama sering dikeluarkan (disusui atau diperah),
produksi ASI akan terus berjalan.

Di dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010,


sasaran program yang ingin dicapai adalah meningkatkan sekurang-kurangnya

3
80% dari ibu menyusui dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Meskipun Departemen Kesehatan menganjurkan agar bayi menerima ASI saja
selama 6 bulan pertama kehidupanya, hanya 18% dari bayi yang menerima ASI
saja pada umur 4-5 bulan. Secara keseluruhan 32% dari bayi dibawah 6 bulan
menerima ASI eksklusif (Hermina & Afriansyah, 2010).

Dampak bayi yang tidak diberikan ASI secara penuh sampai pada usia 6
bulan pertama kehidupan memiliki resiko diare yang parah dan fatal. Resiko
tersebut 30 kali lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh. Dan bayi
tidak diberikan ASI eksklusif, memiliki risiko kematian lebih besar karena
terjadinya malnutrisi (Kemenkes, 2010). Hasil riset WHO (2005) menyebutkan
bahwa 42 % penyebab kematian bayi di dunia yang terbesar adalah malnutrisi
(58%). Data dari Dinas Kesehatan tahun 2015 yakni balita berumur 6-24 bulan
yang mengalami gizi buruk terbanyak terdapat di puskesmas guguk panjang yakni
0,16 % dan balita gizi kurang 13,5%.

Sebuah penelitian yang dilakukan Demsa (2006) tentang kelangsungan


hidup bayi di perkotaan dan pedesaan Indonesia menemukan hasil bahwa faktor
dominan yang berhubungan dengan kelangsungan hidup bayi adalah faktor waktu
pemberian ASI. Pada penelitian ini juga disebutkan bahwa bayi yang tidak
mendapatkan ASI mempunyai risiko kematian sebesar 26.19 kali dibandingkan
bayi yang segera mendapatkan ASI. Penelitian lain menunjukkan bahwa durasi
pemberian ASI sangat mempengaruhi ketahanan hidup bayi di Indonesia. Pada
studi tersebut terbukti bahwa bayi yang mendapatkan ASI selama 6 bulan,
memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi
ASI dengan durasi 4-5 bulan saja. Sementara lain bayi yang mendapatkan ASI
dengan durasi 4-5 bulan mempunyai ketahanan hidup 2.6 kali (1/0.38) lebih tinggi
dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI dengan durasi kurang dari 4 bulan
(Yuli, 2013).

Walaupun kampanye tentang pentingnya ASI sudah sering dilakukan oleh


pemerintah maupun pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak
di bidang kesehatan, namun masih banyak ibu-ibu di Indonesia belum
memberikan ASI kepada bayinya secara optimal. Keberhasilan pemberian ASI

4
Eksklusif tidak lepas dari faktor psikologis ibu yaitu keinginan dan keyakinan ibu
untuk memberikan ASI yang disebut dengan istilah efikasi diri dalam menyusui
dan beberapa faktor yang juga berhubungan langsung diantaranya adalah peran
suami, pekerjaan, dan sosial ekonomi. (Utami, 2013).

Berdasarkan studi literatur diatas maka kami akan mengulas mengenai


pentingnya ASI dan Menyusui guna menjadi bahan bacaan dan pengetahuan
tambahan untuk pembaca.

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

5
A. DEFINISI ASI DAN MENYUSUI

ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi (Mufdlilah et al., 2017). ASI juga
didefinisikan sebagai makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi
khususnya bayi 0-6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Wiji,
2013).
ASI Eksklusif merupakan pemberian air susu ibu sedini mungkin pada
bayi, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh,
air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan
tim, selama 6 bulan (Mufdlilah et al., 2017). Pemberian ASI eksklusif dapat
diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian ASI secara
langsung yaitu dengan cara menyusui, sedangkan pemberian ASI tidak
langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI,
menyimpannya, untuk kemudian diberikan kepada bayi (Suryoprajogo,
2009).
Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi,
dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan
kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami (Roesli, 2000).

B. KANDUNGAN/KOMPOSISI ASI

Kandungan Zat Gizi ASI


1. Karbohidrat
Karbohidrat pada ASI berbentuk laktosa (gula susu) yang sangat
tinggi dibandingkan dengan susu formula. Jumlah laktosa yang lebih
banyak terkandung dalam ASI membuat rasa ASI menjadi lebih manis
dibandingkan dengan susu formula. Laktosa akan difermentasikan

6
menjadi asam laktat dalam pencernaan bayi, suasana asam memberi
beberapa keuntungan bagi pencernaan bayi, antara lain:
a. Menghambat pertumbuhan bakteri patologis.
b. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam
organik dan mensitesis protein.
c. Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
d. Memudahkan absorbsi dari mineral seperti kalsium, fosfor, dan
magnesium (Rukiyah Aiyeyeh dkk,2011).
2. Protein
ASI mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan
susu formula, namun protein ASI yang diebut “whey” ini bersifat lebih
lembut sehingga mudah dicerna oleh pencernaan bayi. Protein dalam ASI
mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
laktoglobulin dan bovibe serum albumin yang lebih sering menyebabkan
alergi pada bayi (Rukiyah Aiyeyeh dkk,2011).
3. Lemak
Kadar lemak antara ASI dengan susu formula relatif sama, namun
lemak dalam ASI mempunyai beberapa keistimewaan antara lain
(Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011):
a. Bentuk emulsi lemak lebih sempurna karena ASI mengandung
enzim lipase yang memecah trigliserida menjadi digliserida
kemudian menjadi monogliserida sehingga lemak dalam ASI lebih
mudah dicerna dalam pencernaan bayi.
b. ASI mengandung asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, omega-6,
dan DHA yang dibutuhkan oleh bayi untuk membentuk jaringan
otak.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi sampai berusia 6 bulan. Kandungan mineral
dalam ASI adalah konstans, tetapi ada beberapa mineral spesifik yang
kadarnya dipengaruhi oleh diit ibu. Kandungan zat besi dan kalsium
paling stabil dan tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Mineral lain adalah

7
kalium, natrium, tembaga, mangan, dan fosfor (Rukiyah Aiyeyeh dkk,
2011).
5. Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap, vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik
kurang. Vitamin lain yang tidak tekandung dalam ASI bergantung pada
diit ibu (Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011).
6. Air
ASI terdiri dari 88% air, air berguna untuk melarutkan zat-zat yang
terkandung dalam ASI. Kandungan air dalam ASI yang cukup besar juga
bisa meredakan rasa haus pada bayi (Rukiyah Aiyeyeh dkk, 2011).

C. PROSES TERBENTUKNYA ASI

Gambar 2.1 Proses Pembentukan ASI

Proses pembentukan ASI menurut Marliandiani (2015) meliputi proses


produksi ASI dan proses pengeluaran ASI.

1. Produksi ASI (prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan


berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormone

8
ekstrogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sementara hormon
prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari
placenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormon ekstrogen
yang masih tinggi. Kadar ekstrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari
kedua atau ketiga pascapersalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses
laktasi terdapat dua refleks yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi
(Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015).

a. Refleks Prolaktin

Refleks prolaktin merupakan stimulasi produksi ASI yang membutuhkan


impuls saraf dari puting susu, hipotalamus, hipofise anterior, prolaktin,
alveolus,dan ASI. Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh
ekstrogen dan progesteron yang masih tinggi. Faktor pencetus sekresi prolaktin
akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga bulan setelah melahirkan
sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan
prolaktin walau ada isapan bayi, namun mengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2-3. Sementara pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam
keadaan seperti stres atau pengaruh psikis, anestesi, operasi, dan rangsangan
puting susu (Marlindiani, 2015)

b. Refleks Aliran (Let Down Refleks)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan


yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofsis)
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju
uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus ke mulut bayi (Marlindiani, 2015).

9
faktor -faktor yang meningkatkan let down refleks adalah sebagai berikut :

1) Ibu dalam keadaan tenang.

2) Dengan melihat, mengamati bayi

3) Mendengarkan suara/ tangisan bayi.

4) Mencium dan mendekap bayi.

5) Memikirkan untuk menyusui bayi.

Kondisi yang dapat menghambat let down refleks adalah ibu dalam keadaan stress
takut, cemas, khawatir/bingung, ragu terhadap kemampuannya merawat bayi
(Marlindiani, 2015).

2. Pengeluaran ASI (oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan
rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitari posterior, sehingga keluar
hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan
berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula. Pengeluaran
oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak
pada duktus. Apabila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis (Marliandiani Yefi & Ningrum Nyna, 2015).

D. MANFAAT ASI

Manfaat ASI (Roesli, 2008):


1. Sebagai nutrisi lengkap.
2. Meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Meningkatkan kecerdasan mental dan emosional yang stabil serta
spiritual yang matang diikuti perkembangan sosial yang baik.
4. Mudah dicerna dan diserap.
5. Gigi, langit-langit dan rahang tumbuh secara sempurna.
6. Memiliki komposisi lemak, karbohidrat, kalori, protein dan Vitamin.
7. Perlindungan penyakit infeksi melipiti otitis media akut, daire dan
saluran pernafasan.

10
8. Perlindungan alergi karena dalam ASI mengandung antibodi.
9. Memberikan rangsang intelegensi dan saraf.
10. Meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal.

E. MANFAAT MENYUSUI (BAGI ANAK DAN IBU)

a. Manfaat ASI bagi bayi


Bayi mendapatkan manfaat yang besar dari ASI. Selain mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan bayi, ASI juga berperan penting dalam
melindungi dan meningkatkan kesehatan bayi. UNICEF mengatakan
bahwa ASI menyelamatkan jiwa bayi terutama di negara-negara
berkembang. Keadaan ekonomi yang sulit, kondisi sanitasi yang buruk,
serta air bersih yang sulit didapat menyebabkan pemberian susu formula
sebagai penyumbang resiko terbesar terhadap kondisi malnutrisi dan
munculnya berbagai mavam penyakit sepeti diare akibat penyiapan dan
pemberian susu formula yang tidak higienis. Laporan WHO juga
menyebutkan bahwa hampir 90% kematian balita terjadi di negara
berkembang dan lebih dari 40% kematian tersebut disebabkan diare dan
infeksi saluran pernafasan akut yang dapat dicegah dengan pemberian
ASI eksklusif (Monika, 2016 ) Berikut ini beberapa fakta peran ASI
dalam meningkatkan kesehatan bayi :
1) Bayi yang diberi ASI 17 kali lebih jarang menderita pneumonia/radang
paru.
2) Bayi yang diberi ASI lebih terlindungi dari penyakit sepsis/infeksi
dalam darah yang menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh hingga
kematian. Selain itu, para dokter sepakat bahwa ASI dapat mengurangi
resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi.
3) ASI yang didapat bayi selama proses menyusui akan memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi sehingga dapat menunjang perkembangan otak
bayi. Berdasarkan suatu penelitian anak yang mendapatkan ASI pada
masa bayi mempunyai IQ yang lebih tinggi dibandingkan anak yang
tidak mendapatkan ASI

11
4) Mengisap ASI membuat bayi mudah mengkoordinasi saraf menelan ,
mengisap dan bernafas menjadi lebih sempurna dan bayi menjadi lebih
aktif dan ceria
5) Waktu menyusui yang panjang dapat melindungi bayi dan anak dari
penyakit asma atau mengurangi terjadinya serangan asma pada anak
kecil. Resiko menderita asma meningkat apabila pemberian ASI
eksklusif dihentikan sebelum 4 bulan
6) Menyusui dengan waktu yang lebih panjang (lebih dari 6 bulan) dapat
melindungi bayi adan anak dari penyakit rhinitis
7) Bayi yang diberi ASI eksklusif lebih terlindungi dari infeksi telinga
tengah.
8) Bayi prematur yang memiliki berat badan lahir sangat rendah yang
diberi ASI eksklusif dapat terhindar dari ROP (Retimopathy of
Prematurnity)
9) Pemberian ASI eksklusif selama 3-5 bulan mengurangi resiko obesitas
sebasar 35% di masa yang akan datang
10) Pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi resiko bayi kekurangan
gizi. ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi dengan
komposisi nutrisi yang sesuai untuk perkembangan bayi.
11) Pemberian ASI ekslusif mengurangi resiko terkena penyakit jantung
dan pembuluh darah. Bayi yang menerima susu formula memiliki
konsentrasi LDL (kolestrol jahat) yang lebih tinggi daripada HDL
(kolestrol baik) yang lebih rendah. LDL merupakan salah satu pemicu
penyakit jantung dan pembuluh darah.
12) Bayi prematur menerima ASI memiliki tekanan darah yang lebih
rendah (13 -16 tahun) kemudian dibandingkan dengan bayi yang
menerima susu formula. Bayi prematur akan cepat tumbuh apabila
mereka diberikan ASI eksklusif. Komposisi ASI akan teradaptasi
sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk manaikkan
berat badan dan menumbuhkan sel otak pada bayi prematur
13) Penyakit Necrotizing Enterecolitis / NEC ( infeksi dan peradangan
menyebabkan kerusakan usus atau bagian dari usus) yang umum di

12
derita oleh bayi prematur dan sering menyebabkan kematian dapat
dicegah dengan pemberian ASI
14) ASI mencegah kerusakan gigi, misalnya gigi keropos dan
maloklusi/kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang
berhubungan dengan bentuk rongga mulut/rahang. Karies gigi pada
bayi yang diberi ASI eksklusif tidak akan terjadi karena ASI
mengandung mineral selenium
15) ASI selalu tersedia dalam keadaan bersih dari payudara ibu. Selalu
tersedia kapanpun dengan suhu yang tepat. ASI selalu tersedia setiap
saat bayi menginginkannya dalam keadan steril dan suhu yang pas
16) ASI mudah dicerna dan diserap oleh pencernaan bayi yang belum
sempurna. Begitupula saat bayi sakit, ASI adalah makanan yang
terbaik untuk diberikan karena kemudahan dalam dicerna akan
membuat bayi cepat sembuh.
17) Dapat membantu perkembangan gigi dan rahang bayi karena bayi
mengisap ASI dari payudara. Mengisap ASI dari payudara membuat
rahang dan gigi menjadi lebih baik dibandingkan dengan mengisap
susu formula dengan menggunakan dot
18) Mendapatkan ASI dengan mengisap dari payudara membuat kualitas
hubungan psikologis ibu dan bayi menjadi semakin dekat. Kontak kulit
ibu dengan bayi saat menyusui menciptakan kedekatan/ikatan serta
perkembangan psikomotorik dan sosial yang lebih baik. Bayi merasa
aman, nyaman dan terlindungi dan ini mempengaruhi kemampanan
emosi si anak di masa depan (Monika, 2016; Novianti, 2009).
b. Manfaat ASI Bagi Ibu
Berbagai penelitian mendukung bukti bahwa ASI bermanfaat bagi ibu,
baik secara fisik maupun emosional. Sebagian ibu tidak mengetahui
manfaat bagi diri sendiri sehingga kurang menikmati menyusui dan
terpaksa menyusui atau memberikan ASI agar hanya bayi sehat.
Menyusui dapat memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan psikologis ibu,
baik jangka pendek maupun panjang sebagai berikut :

13
1) Memberikan ASI segera setelah melahirkan akan meningkatkan
kontraksi rahim, yang berarti mengurangi resiko pendarahan.
Mengurangi pendarahan pasca persalinan ibu yang segera menyusui
(melakukan IMD) setelah bersalin akan lebih mudah pulih
dibandingkan ibu yang tidak segera menyusui.
2) Mempercepat bentuk rahim kembali ke keadaan sebelum hamil oleh
Holdcroft. Isapan bayi saat menyusu membuat ibu melepaskan
hormon oksitosin yang kemudian menstimulasi rahim sehingga
mengembalikan bentuk rahim ibu pada saat kondisi sebelum hamil.
3) Wanita menyusui memiliki angka insidensi terkena kanker payudara,
kanker indung telur (ovarium), dan kanker endometri lebih rendah.
Menyusui dapat menekan produksi hormon estrogen berlebih yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan kanker payudara, kanker
indung telur, dan kanker endometrium.
4) Mengurangi resiko terkena penyakit diabetes tipe 2. Penelitian
yang dilakukan oleh Lie, Jorm dan Banks mengemukakan bahwa
resiko terkena penyakit diabetes tipe 2 meningkat 50% pada ibu
yang tidak menyusui
5) Mengurangi resiko terkena rheumatoid arthritis. Rheumathoid
arthritis merupakan kelainan autoimun, penelitian yang melibatkan
lebih dari 7000 ibu di China menemjukan bahwa menyusui dalam
jangka panjang mengurangi resiko terkena rheumatoid arthitis
hingga 50%.
6) Mengurangi resiko kropos tulang / osteoporosis oleh chantry
rheumatoid arthitis Bukti penelitian ini adalah wanita menyusui
beresiko rendah menderita kropos tulang.
7) Menjadi metode kontrasepsi yang paling aman dan efektif oleh
vekemans yaitu sebesar 98% ibu menyusui eksklusif selama 6
bulan belum mendapatkan menstruasi yang pertamakali setelah
nifas.
8) Mengurangi resiko obesitas dan lebih cepat mengembalikan berat
badan sepert sebelum hamil oleh Baker. Menyusui eksklusif

14
dapat menghabiskan 500 kalori per hari (setara dengan berenang
30 putaran atau bersepeda menanjak selama satu jam). Apalagi
jika seorang ibu menyusui eksklusif selama 1 tahun. Lemak
disekitar panggul dan pinggang yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali.
9) Mengurangi stres dan kegelisahan. Penelitian medis menunjukkan
bahwa perempuan yang menyusui bayinya mendapatkan manfaat
fisik dan manfaat emosional. Saat bayi mengisap dan kulitnya
bersentuhan dengan kulit ibu, hormon prolaktin dilepaskan dari
tubuh ibu dan membuat tenang juga rileks
10) Mengurangi ibu menderita depresi pasca persalinan (post partum
depression) oleh kendal. Hormon oksitosin yang dilepaskan saat
menysui menciptakan kuatnya ikatan kasih sayang, kedekatan
dengan bayi, dan ketenangan.
11) Mengurangi resiko hipertensi pada masa datang (American journal
of epidemology 2011). Penelitian yang dilakukan di Amerika
Serikat dengan sampel lebih dari 50.000 ibu menemukan bahwa
ibu yang menyusui eksklusif selama 6 bulan memiliki resiko
hipertensi yang lebih kecil pada masa yang akan dating.
12) Mengurangi resiko anemia oleh Dermer. Jumlah zat besi yang
digunakan ibu untuk memproduksi ASI lebih sedikit dibandingkan
dengan zat besi yang hilang dari tubuh ibu akibat pendarahan (nifas
maupun menstruasi).
13) Memudahkan hidup ibu, dengan menyusui ibu tidak perlu repot
menyiapkan botol, membeli susu formula, menyiapkan susu
formula, dan lain-lain (Monika, 2016; Novianti, 2009).
c. Manfaat ASI bagi Keluarga dan Masyarakat (lingkungan)
Menyusui juga tidak hanya memberikan keuntungan bagi ibu dan bayi
saja namun juga bagi keluarga dan lingkungan disekitar ibu dan bayi.
Berikut keuntungan ASI bagi keluarga dan lingkungan diantaranya :

15
1) Mengurangi kemiskinan dan kelaparan karena ASI sangat ekonomis
tidak seperti susu formula yang membutuhkan biaya tinggi untuk
membelinya. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol
susu, minyak atau merebus air, susu ataupun peralatan.
2) Mengurangi anggaran biaya perawatan baik anggaran rumah tangga
atau anggaran perusahaan tempat ibu / ayah bekerja. Menghemat
waktu keluarga apabila bayi selalu sehat.
3) Lebih praktis bila berpergian tidak perlu membawa botol, susu, air
panas, dan lain-lain.
4) Mengurangi penggunaan energi yang diperlukan untuk memproduksi
susu formula di pabrik dan tidak membahayakan lingkungan (tidak
adasampah kemasan plastik) (Monika, 2016; Novianti, 2009).

F. FAKTOR YG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI

Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti,


frekuensi pemberian ASI, Berat bayi saat lahir usia kehamilan saat bayi lahir,
usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, Inisiasi Menyusu Dini,
keberadaan perokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, penggunaan alat
kontrasepsi danstatus gizi. Ketersediaan ASI yang lancar pada ibu
menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI Eksklusif selama 6
bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
sesuai rekomendasi dari WHO (Ferial, 2013).
Adapula hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kelancaran produksi ASI seperti:

1. Ada hubungan antara ketenangan jiwa terhadap kelancaran produksi ASI


pada ibu menyusui
2. Ada hubungan antara nutrisi terhadap kelancaran produksi ASI pada ibu
menyusui
3. Ada hubungan antara istirahat terhadap kelancaran produksi ASI poada
ibu menyusui
4. Ada hubungan antara isapan bayi terhadap kelancaran produksi ASI

16
5. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi terhadap kelancaran
produksi ASI
6. Ada hubungan antara perawatan payudara terhadap kelancaran produksi
ASI
7. Ada hubungan antara pemberian nutrisi pada kelancaran pemberian ASI
Cara Meningkatkan Produksi ASI:
1. Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwal, paling sedikit 8 kali dalam
24 jam masing masing payudara 10-15 menit, susui bayi dengan satu
payudara hingga payudara terasa kosong.
2. Susui bayi seseringb mungkin atau setiap 2 jam sekali, jika bayi tertidur
angkat dan susi bayi tanpa membangunkannya.
3. Tiap menyusui menggunakan 2 payudara secara bergantian
4. Bayi hanya menyusui pada ibu tidak dianjurkan menggunakan susu
botol/empeng, atau makanan lain termasuk suplemen dan susu formula
5. Menghindarin kelelahan atau kecemasan pada ibu
6. Meningkatkan asupan nutrisi sayur, buah, ikan, daging, susu, dan kacang-
kacangan minimal (500 kalori) per porsi atau lebih banyak lebih baik
7. Tidak merokok dan menggunakan obat-obatan
8. Banyak minum minimal 12-16 gelas/ hari (Riksani, 2012)
G. MASALAH DALAM MENYUSUI

Masalah-masalah dalam menyusui:

a. Masalah Menyusui Masa Antenatal


Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah:
kurang/salah informasi puting susu terbenam (retracted) atau putting susu
datar (Roesli, 2012).

1. Kurang / salah informasi


Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya
atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula
bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak
yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan

17
atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu/petugas
kesehatan yang tidak mengetahui bahwa (Roesli, 2012):

 Bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering,


sehingga dikatakan bayi menderta diare dan sering kali petugas
kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat
defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian
karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
 ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu
diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan
dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat
mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari.
Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan
memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan
malas menyusu.
 Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan
ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi
ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya
lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama
banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap
mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik
dan benar.
Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara
lain meliputi:

 Fisiologi laktasi

 Keuntungan pemberian ASI

 Keuntungan rawat gabung

 Cara menyusui yang baik dan benar

 Kerugian pemberian susu formula

 Menunda pemberian makanan lainnya paling kurang setelah 6


bulan.

18
2. Putting susu datar atau terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak
selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui
bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah,
misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik puting,
ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien
untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang
kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai
bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan (Roesli, 2012):

 Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin

 Biarkan bayi “mencari” putting kemudian mengisapnya, dan bila


perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling
menguntungkan. Rangsang putting biar dapat “keluar” sebelum
bayi “mengambil” nya.
 Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik”
dengan pompa puting susu (nipple puller), atau yang paling
sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
 Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui
dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari
sehingga terbentuk dot ketika memasukkan putting susu ke dalam
mulut bayi.
 Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan dengan
sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila
perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu.
b. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini
Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu
datar, atau terbenam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu
tersumbat dan mastitis atau abses (Cunningham, 2013).
1. Puting Susu Lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui
karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah (Cunningham,

19
2013):

 Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi


 Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat).
Kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang
menetap, dan kulit kering bersisik (flaky)
Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak
atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini
(Cunningham, 2013):

 Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak


begitu sakit.

 Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan


sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan
lain-lain.
 Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara
waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh
sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
 Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya SAI tetap
dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri.
 Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun.
2. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan
payudara bengkak. Pada payudara penuh; rasa berat pada payudara,
panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Pada
payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang, kulit
mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar.
Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain
produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang
baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada
pembatasan waktu menyusui (Cunningham, 2013).

20
Untuk mencegah maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan
yang baik (3) menyusui “on demand”/ Bayi harus lebih sering disusui.
Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI
dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Dan untuk merangsang
reflex Oxytocin maka dilakukan (Cunningham, 2013):
Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit.
 Ibu harus rileks
 Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
 Pijat ringat pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan kea rah
tengah)
 Stimulasi payudara dan putting
 Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi
udem. Pakailah BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan
obat analgetik.
3. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit
menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan
payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI
yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah
payudara yang menggantung. (Cunningham, 2013).
Ada dua jenis Mastitis; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah
NonInfective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri: iInfective
Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat
mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
(Cunningham, 2013):
 Kompres hangat/panas dan pemijatan

21
 Rangsang Oxtocin; dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu
stimulasi putting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
 Pemberian antibiotik; Flucloxacilin atau Erythromycin selama 7-10
hari.
 Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa
nyeri.
 Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh
disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah

c. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Lanjut


Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom
ASI kurang, ibu bekerja.
1. Sindrom ASI Kurang
Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda
yang “mungkin saja” ASI benar kurang antara lain:

 Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu,


menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga
terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya
berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
 Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

 Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau

 Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang


jarang), atau ASI tidak “dating”, pasca lahir.

Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-


tanda tersebut dapat dipercaya.

Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain:

 BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500


gram per bulan

 BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali


 Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan

22
urin pekat, bau dan warna kuning.

Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari


pada ke 4 kelompok factor penyebab:

1. Faktor tehnik menyusui, keadaan ini yang paling sering


dijumpai, a.I. masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan
dot/botol dan lain-lain
2. Faktor psikologis, juga sering terjadi

3. Faktor fisik ibu (jarang); a.I. KB, kontrasepsi, diuretic, hamil,


merokok, kurang gizi, dll

4. Sangat jarang, adalah factor kondisi bayi, misal: penyakit,


abnormalitas dan lain-lain.
Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat
dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan
tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu
upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila perlu dapat
dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa
nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting
untuk diisap bati dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau
formula (Roesli, 2012).
2. Ibu yang bekerja
Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti
menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada
ibu menyusui yang bekerja (Roesli, 2012):
 Susuilah bayi sebelum ibu bekerja

 ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat


kerja

 Pangosongan payudara di tempay kerja, setiap 3-4 jam

 ASI dapat disimpan dilemari pendingin dan dapat


diberikan pada bayi saat ibu bekerja dengan cangkir
 Pada saat ibu dirumah, sesering mungkin bayi

23
disusui, dang anti jadwal menyusuinya sehingga
banyak menyusui di malah hari
 Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal
menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu
bulan sebelum kembali bekerja
 Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup
selama bekerja dan selama menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI:
Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cangkir atau
tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2
cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai
menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk
pemberian 2 kali A 100 ml.
Penyimpanan ASI:

 6-8 jam di temperature ruangan (19o-25 o C), bila masih


kolostrum (susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam

 1-2 hari di lemari es (4 oC)

 Bertahun dalam “deep freezer” (-18 oC)

ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 o C. ASI


kemudian tidak boleh dimasakkan, hanya dihangatkan dengan
merendam cangkir dalam air hangat.

3. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus

a. Ibu melahirkan dengan bedah Caesar


Segera rawat gabung, jika kondisi ibu dan bayi membaik dan
menyusui segera.
b. Ibu sakit
Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS, tidak diperkenankan
untuk menyusui, namun pada masyarakat yang tidak dapat
membeli PASI, ASI tetap dianjurkan.
c. Ibu hamil

24
Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk
makan lebih banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI
berkurang, kontraksi uterus.
Masalah Pada Bayi
1. Bayi sering menangis
Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis
terlalu lama, puaskan menyusu.

Sebab bayi menangis:


a. Bayi merasa tidak aman
b. Bayi merasa sakit
c. Bayi Basah
d. Bayi kurang gizi
Tindakan ibu: ibu tidak perlu cemas, karena akan mengganggu
proses laktasi, perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah
basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama.

4. Bayi bingung putting


Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi
mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu
pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda
dengan botol.
Tanda-tanda: mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap
terputus-putus dan sebentar, bayi menolak menyusu.
Tindakan: jangan mudah memberi PASI, jika terpaksa berikan
dengan sendok atau pipet.

5. Bayi premature
Susui dengan sering, walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh
langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat
menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi:
i. Bayi umur kehamilan < 30 mgg: BBL < 1250 gr. Biasanya

25
diberi cairan infus selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI
menggunakan pipa nasogastrik

ii. Usia 30-32 mgg: BBL 1250 – 1500 gram.

Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari, namun masih


menerima makanan lewat pipa, namun lama kelamaan makanan pipa
makin berkurang dan ASI ditingkatkan.

b. Usia 32-34 mgg: BBL 1500-1800 gram.

Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu


sabar.

c. Usia > 34 mgg: BBL > 1800 gram.


Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara.

6. Bayi kuning
Pencegahan: segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau
susui sesering mungkin.
Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan,
yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin
dikeluarkan melalui feses, jadi kolustrum berfungsi mencegah dan
menghilangkan bayi kuning.

7. Bayi kembar
Ibu optimis ASI nya cukup, susui dengan football position, susui
pada payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan
menghisap mungkin berbeda.

8. Bayi sakit
Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi
tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk
rehidrasi.
Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua
makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibu

26
sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.
9. Bayi sumbing
Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan
berikan posisi yang sesuai, untuk sumbing pallatum molle (langit-
langit lunak), dan pallatum durum (langit-langit keras) Manfaat
menyusui bagi bayi sumbing: melatih kekuatan otot rahang dan lidah
memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya
otitis media. Untuk bayi dengan palatoskisis (celah pada langit-langit):
Menyusui dengan posisi duduk, putting dan areola pegang saat
menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai penyumbat lubang, kalau
mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok, pipet, dot
panjang (Roesli, 2012).

10. Bayi dengan lidah pendek (Lingual Frenulum)


Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat
penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk
menangkap puting. Cara menyusui: Ibu membantu dengan menahan
kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap puting dan areola
dengan benar (Roesli, 2012).

11. Bayi yang memerlukan perawatan


Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya
tidak memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam
dan disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar
kerumah sakit. Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung,
sehingga dapat diberikan sesuai jam nya (Roesli, 2012).

H. LANGKAH MENYUSUI YANG BENAR

Langkah-langkah Menyusui yang benar

1. Cuci tangan dengan sabun menggunakan air bersih yang mengalir.


2. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya.

27
3. Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah
menyusui dari payudara yang terakhir belum dikosongkan
4. Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari lainnya
menopang bagian payudara.
5. Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi
(bisa menggunakan kelingking).
6. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian
masukkan puting dan areola ke mulut bayi.
7. Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi
dengan menekan dagu ke bawah atau jari kelingking ibu ditempelkan
ke mulut bayi. Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan.
8. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya,
kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan dilap).
9. Sendawakan bayi.
10. Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui.

Posisi Menyusui

1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan hanya leher dan
bahunya saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap ke dada ibunya
4. Badan bayi dekat dengan ibunya

I. ASI DAN MENYUSUI DALAM PANDANGAN ISLAM

ASI dan Menyusui dalam Pandangan Islam


Tertulis dalam Surat Al-Baqarah ayat 233 bahwa menyusui selama dua
tahun akan menyempurnakan masa penyusuan.

Artinya:

28
“Dan bagi para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan…., (QS. Al-

Baqarah [2]: 233)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

29
ASI & MENYUSUI

PANDANGAN ISLAM

MANFAAT
ASI & MENYUSUI

KOMPONEN ASI FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI
PRODUKSI ASI

MASALAH DALAM
MENYUSUI

LANGKAH
MENYUSUI YANG
BENAR

BAB 4

KESIMPULAN

30
 ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang dihasilkan oleh ibu dan
mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan bayi
 Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana
bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
 ASI dan menyusui memiliki berbagai manfaat yang baik bagi ibu dan bayi,
oleh karena itu pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ASI, masalah dalam menyusui dan langkah-langkah menyusui
yang benar adalah kunci keberhasilan mengatasi masalah dalam menyusui.

DAFTAR PUSTAKA

31
Ai Yeyeh, Rukiyah. (2011). Asuhan Kebidanan I. CV. Trans Info Media:
Jakarta.

American Academy of pediatrics. (2012). Breastfeeding and the Use of


Human Milk. Pediatrics. 129: e827- e841.

Cunningham et al. 2013. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Keputusan
Menteri Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014

Hermina dan Afriansyah N. 2010. Hubungan Praktik Pemberian ASI


Eksklusif dengan Karakteristik Sosial, Demografi dan Faktor Informasi Tentang
ASI eksklusif dan MP-ASI. Buletin penelitian sistem kesehatan. Vol.13, No.4,
Oktober 2010 : 353-360

Kemenkes RI. Peningkatan Pemberian Air Susu Selama Waktu Kerja di


Tempat Kerja. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Kerja; 2010.

Marliandiani & Ningrum. (2015). Buku ajar asuhan kebidanan pada masa
nifas dan menyusui. Jakarta: Salemba Medika.

Teka, B. (2014). Prevelence and determinant factors of exclusive


breastfeeding practices among mother in Enderta woreda. Tigray, North Ethiopia :
a cross-sectional study. International Breastfeeding Journal hal 50-54

Utami R. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2013

Wiji, R.N. (2013). ASI dan Pedoman Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Yuli A., Vitri Y. 2013. Gambaran pengetahuan ibu tentang menyusui dan
dampaknya terhadap pemberian asi eksklusif (Mothers Knowledge about
Breastfeeding and Its Impact on Exclusive Breastfeeding). Jakarta : Jurnal
Kesehatan Reproduksi Vol. 3 No 1, April 2013 : 52 – 61.

Mufdhilah, Subijanto, Endang sutisna, M. Akhyar.2017. Buku Pedoman


Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program Asi Eksklusif. Yogyakarta: Unisya

32
Monika FB. 2016. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Noura Books

Nirwana Ade Benih. 2014. ASI & Susu Formula, Kandungan dan Manfaat
ASI Dan Susu Formula. Nuha Medika: Yogyakarta.

Novianti, Ratih. 2009. Menyusui itu Indah. Yogyakarta: Octopus.

Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Niaga Swadaya.

Roesli, 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.

Roesli, Utami. 2012. Panduan praktis menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda


Group Puspa Swara.

Suradi, R dan Hegar. (2010). Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI

Suryoprajogo, M. 2009.Keajaiban Menyusui.Yogyakarta: Keyword

World Health Organization (WHO). 2018. Exclusife Breastfeeding

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Traffic Maccidine
    Traffic Maccidine
    Dokumen19 halaman
    Traffic Maccidine
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Referat Otitis Media Kronik
    Referat Otitis Media Kronik
    Dokumen19 halaman
    Referat Otitis Media Kronik
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Abestosis
    Abestosis
    Dokumen22 halaman
    Abestosis
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Makalah Asbstosis Dan Silikosis
    Makalah Asbstosis Dan Silikosis
    Dokumen43 halaman
    Makalah Asbstosis Dan Silikosis
    Adam Ardiansyah
    Belum ada peringkat
  • Referat Presbikusis
    Referat Presbikusis
    Dokumen18 halaman
    Referat Presbikusis
    Glorya Benthamy Siamiloy
    Belum ada peringkat
  • Mata Kalazion
     Mata Kalazion
    Dokumen29 halaman
    Mata Kalazion
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen22 halaman
    Jurnal Reading
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Fotosintesis Dan Gerak Tumbuhan
    Fotosintesis Dan Gerak Tumbuhan
    Dokumen4 halaman
    Fotosintesis Dan Gerak Tumbuhan
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Keseimbangan Asam Basa
    Keseimbangan Asam Basa
    Dokumen29 halaman
    Keseimbangan Asam Basa
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Disfonia
    Disfonia
    Dokumen15 halaman
    Disfonia
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Referat Polip Hidung Wahyu Firmansyah
    Referat Polip Hidung Wahyu Firmansyah
    Dokumen13 halaman
    Referat Polip Hidung Wahyu Firmansyah
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Low Back Pain
    Low Back Pain
    Dokumen27 halaman
    Low Back Pain
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Difficult Airway
    Difficult Airway
    Dokumen12 halaman
    Difficult Airway
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Referat Presbikusis
    Referat Presbikusis
    Dokumen20 halaman
    Referat Presbikusis
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Atopik
    Dermatitis Atopik
    Dokumen17 halaman
    Dermatitis Atopik
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Anamnesa Pada Ibu Bersalin
    Anamnesa Pada Ibu Bersalin
    Dokumen43 halaman
    Anamnesa Pada Ibu Bersalin
    Putri Adirani
    Belum ada peringkat
  • Blunt Trauma
    Blunt Trauma
    Dokumen19 halaman
    Blunt Trauma
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen23 halaman
    Jurnal
    Fina NA
    Belum ada peringkat
  • Referat Uveitis Posterior
    Referat Uveitis Posterior
    Dokumen43 halaman
    Referat Uveitis Posterior
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Perawatan Masa Nifas
    Perawatan Masa Nifas
    Dokumen3 halaman
    Perawatan Masa Nifas
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat
  • Referat Uveitis Posterior
    Referat Uveitis Posterior
    Dokumen29 halaman
    Referat Uveitis Posterior
    6130015040 KHOIRUN NANIK AGUSTINA THOHA
    Belum ada peringkat