SISTEM IMUN
Oleh
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES GORONTALO
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon
imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk
proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau
bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari,
dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk
mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh,
sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system
pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini
adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh? Dan bagaimana system imun
dibentuk saat bayi baru lahir?
2. Apa sajakah fungi imun ?
3. Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh?
5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh pada
bayi yang baru lahir?
6. Bagaimana rumusan asuhan keperawatan yang dapat diangkat pada gangguan system
kekebalan tubuh terutama pada bayi yang baru lahir?
5
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun/kekebalan tubuh Dan bagaimana system imun
dibentuk saat bayi baru lahir.
2. Mengetahui fungsi sistem imun
3. Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
4. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh.
5. Untuk mengetuhui upaya apa yang dapat dilakukan untuk memprtahankan system imun
bayi yang bru lahir
6. Mengetahui bagaimana rumusan asuhan keperawatan yang dapat diangkat pada
gangguan system kekebalan tubuh terutama pada bayi yang baru lahir
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. SISTEM IMUN
A. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
7
Infeksi ascendens, yang disebabkan oleh bakteri misalnya, Escherichia coli,
Streptococcus B, adalah penyebab tersering mortalitas perinatal akibat infeksi.
(Cunningham, 2013)
a. Imunitas Alami
Sel-sel tubuh memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir guna
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel yang berfungsi
dalam fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme yang menyerang tubuh
ketiga sel darah ini adalah:
1) Neutrofil polimorfonuklear
2) Monosit
3) Makrofag
Sedangkan sel-sel lain yang disebut sel pembunuh alami (natural killer).
Akhirnya neutrofil polimorfonuklear akan menjadi fagosit primer dalam pertahanan
penjamu (host), tetapi pada neonatus neutrofil polimorfonuklear ini mengalami
gangguan baik pada kemampuan untuk bergerak pada arah yang benar dan dalam
kemampuannya untuk melekat pada tempat-tempat peradangan. Kerkurangan fungsi
ini menyebabkan suatu kelemahan utama system imunitas neonatus yang tidak
mempunyai kemampuan mencari dan membatasi lokasi infeksi.
b. Imunitas Didapat
Neonatus dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal dari
ibunya, janin mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas melalui
transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Oleh karena itu, pencegahan terhadap infeksi mikroba seperti praktik
persalinan yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi dini terhadap peyakit
infeksi perlu dilakukan.
8
Fungsi Perbedaan selama masa bayi Implikasi
Imunitas non spesifik Fagosit tidak dapat bermigrasi Respon terhadap infeksi lambat
ke spesifik tempat infeksi
walaupun aktivitas
bakterisidalnya normal
Produksi sitokin Produksi sitokin lebih rendah, Respon populasi sel lain yang bergantung
oleh sel T pada sitokin tersebut oleh sel T
terganggu, misalnya sel natural killer.
Sel natural killer (NK) Belum terbentuk secara Respon terhadap infeksi virus tidak ada
sempurna. ini disebabkan
produksi sitokin imatur efisien.
dari sel T dan monosit.
Imunitas spesifik (sel Perkembangan pada usia Sel S dan sel T yang relative naïf tersebut
kehamilan awal. mengindikasikan respon imun terhadap
B dan sel T)
infeksi bakteri atau virus relatif inefisial
Sel T dan sel B pertama kali
pada bayi baru lahir,khususnya bayi
muncul pada organ-organ
premature
berikut :
- Timus (8 minggu)
- Limpa (8 minggu)
9
Produksi sempurna. meningokokus dan pnemulukus
imunoglobuli sampai usia 2 tahun
Kadar IgM,IgA,dan IgE
n serum masih rendah
1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
10
b) Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
c) Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
d) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit
dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen
ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun
rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
c. Pertahanan Kimiawi
d. Pertahanan Biologis
11
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak
berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
memperoleh nutrisi.
3. Fagositosis
12
fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah
protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan
cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.
Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam
dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.
13
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap
patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
a) Bersifat selektif
b) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
c) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
d) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
e) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
a). Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
1. Limfosit B (Sel B)
b) Limfosit T (Sel T)
Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T
lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
14
Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan
cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh.
Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
4) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat
spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari
berbagai kuman penyakit.
Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik
1. Kekebalan Humoral
15
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama
kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B
plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag
akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel
B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut
respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
2. Kekebalan Seluler
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
16
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat
infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi
kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak
tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
17
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi
dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan
ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi
1. Alergi
18
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
2. Autoimunitas
a. Diabetes mellitus
b. Myasthenia gravis
c. Addison’s disease
d. Lupus
19
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi
dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
4. AIDS
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein
pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm 3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm 3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dantampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif
yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
20
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS
umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
21
E. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH TERUTAMA
PADA BAYI YANG BARU LAHIR
Bayi sangat perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi diantaranya :
3) Pakaian
pakaiannya tidak tergantung dengan waktu.Bayi perlu mendapatkan pakaian yang bersih
dan nyaman dipakai dan hendaknya pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah
menyerap keringat (Nursalam, 2008).
Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat tertidur rata-rata selama 16 jam sehari.
Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan
suhu kamar yang hangat dan selimuti bayi (Suririnah, 2009).
22
Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini
dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi selain itu juga meminimalkan resiko terjadinya
infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain:
b) Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervarias pada minggu pertama. Feses
transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dalam 3 hari
pertama frekuensi defekasi sebaanyak 1x/hari. Untuk membersihkannya gunakan air
hangat dan sabun (Dwienda, 2014).
c) Berkemih (BAK)
Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-10x/hari dengan warna urine
yang pucat. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus segera diganti
popoknya (Dwienda, 2014).Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan tersendiri seperti
pakaian berupa popok, kain bedong dan baju bayi. Bayi perlu banyak pakaian cadangan
karena bayi perlu mengganti
Pemeriksaan bayi baru lahir menurut wagiyo dan putrono, 2016 dilakukan secara
bertahap sebagai berikut :
1) Penilaian skor
Apgar Prosedur
1)Kaji warna kulit
2)Hitung frekuensi jantung
3)Kaji kemampuan refleks
4)Kaji tonus otot
5)Kaji kemampuan bernafas
6)Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian
7)Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu : Adaptasi baik
skor 7-10, asfiksia ringan-sedang skor 4-6, asfiksia berat skor 0-3. Penilaian
dapat dilakukan pada menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.
2) Postur :
Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam Rahim selama beberapa
hari, tanyakan atau periksa status bayi dan pelajari riwayat persalinan. Tekanan saat
23
dalam Rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidak simetrisan
wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas akstens
Inspeksi bayi baru lahir akan memperlihatkan posisi didalam Rahim selama
beberapa hari, tanyakan atau periksa status bayi dan pelajari riwayat persalinan.
Tekanan saat dalam Rahim pada anggota gerak atau bahu dapat menyebabkan ketidak
simetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas akstensi.
3) Tanda-tanda Vital
Suhu aksila 36,5-37 C, suhu stabil setelah 8-10 jam kelahiran, frekuensi
jantung 120-140 denyut/menit, bias tidak teratur untuk periode singkat, terutama setelah
menangis, pernafasan bayi baru lahir rata-rata 30-60 kali/menit dengan tekanan darah
78/42 mmHg pada waktu lahir, sistolik 60-80 mmHg dan diastolic 40-50mmHg,
setelah 10 hari, sistolik 95-100 mmHg dan diastolic sedikit meningkat. Tekanan darah
bayi baru lahir bervariasi seiring perubahan tingkat aktivitas ( terjaga, menangis atau
tidur.
4) Pengukuran Umum
Berat badan lahir 2500-4000gr, panjang badan dari kepala sampai tumit 48-52
cm, lingkar kepala diukur pada bagian yang terbesar yaitu oksipito-frontalis 33-35cm,
lingkar dada mengukur pada garis buah dada, sekitar 30-38 cm, lingkar abdomen
mengukur di bawah umbilikus, ukuran sama dengan lingkaran dada.
5) Integumen
Warna kulit biasanya merah muda, ikterik fisiologis dialami oleh 50% bayi
cukup bulan dan hiperpigmentasi pada areola,genetalia, dan linia nigra. Perubahan
warna normal seperti akrosianosis-sianosis tangan dan kaki dan kurtis marmorata-
motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah. Kondisi hari kedua sampai
ketiga, mengelupas, kering, tidak terdapat edema kulit, beberapa pembuluh darah terlihat
jelas di abdomen.
Vernik kaseosa, putih seperti keju, tidak berbau dengan jumlah dan tempat yang
bervariasi, lanugo di daerah bahu, telinga dan dahi dengan jumlah yang bervariasi,
turgor kulit dengan mencubit kulit baik saat kulit segera kembali ke keadaan semula
setelah cubitan dilepas. Indikator terbaik untuk dehidrasi adalah kehilangan berat badan
pada bayi baru lahir kehilangan 10% BB setelah lahir adalah normal.
6) Kepala
a) Ukur lingkar kepala
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan dengan lingkar dada, jika
diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus
dan jika diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi tersebut mengalami
mikrosefalus
c) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di daerah bahu dan punggung
d) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada
saat lahir, apakah asimetri atau tidak
24
e) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma
f) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh vena yang menghubungkan
jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga
7) Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri, perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindromsown atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat trauma
lahir seperti laserasi, paresi N. fasialis.
8) Mata
Goyangkanlah kepala bayi secara perelahan-lahan supaya mata terbuka, lakukan
inspeksi daerah mata, periksa jumlah, posisi atau letak mata, periksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, periksa adanya glaukoma
kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea, katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih.
Pupil harus tampak bulat, terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasi adanya defek retina, periksa adanya trauma seperti
palpebral, perdarahan konjungtiva atau retina, periksa adanya secret pada mata,
konjungtivitas oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan dan apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom
down
9) Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidungh, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari
2,5 cm. Bayi harus bernapas denganhidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral,fraktur tulang
hidungh atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya secret yang
mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital
dan periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
10) Mulut
Lakukan inspeksi apakah ada kista yang ada pada mukosa mulut, perhatikan
mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris, ketidaksimetrisan bibir menunjukkan
adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia. Periksa adanya bibir
sumbing, adanya gigi atau ranula (Kista lunak yang berasal dari dasar mulut), periksa
keutuhan llangitlangit, terutama pada persambungan antara palatum yang biasanya
terjadi akibat Epistein’s pearl atau gigi dan periksa lidah apakah membesar atau sering
bergerak. Bayi dengan edema otak atau tekanan intraknial meninggi seringkali
lidahnya keluar masuk (tanda foote).
11) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk, dan posisinya. Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan
25
yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telingan yang letaknya
rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre –
Robin). Perhatikan adanya kulit tambahan hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
12) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom, periksa kesimetrisannya. Pergerakannya
harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang
leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada
fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengindentifikasi adanya pembengkakan.
Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit
yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomy 21.
13) Dada, Paru, dan Jantung
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas, apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis, diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapdibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telingan yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu
(Pierre – Robin). Perhatikan adanya kulit tambahan hal ini dapat berhubungan dengan
abnormalitas ginjal.
14) Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada
saat bernapas, kaji adanya pembengkakan, lakukan pemeriksaan pada tali
pusat bertujuan untuk menilain ada tidaknya kelainan pada tali pusat seperti, ada
tidaknya vena dan arteri, tali simpul pada tali pusat dan lain-lain. Jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika dan abdomen yang
membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya.
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnose Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
27
1. Resiko Hipotermia Setelah dilakukan O :
Dibuktikan dengan tindakan keperawatan - Monitor suhu bayi sampai stabil
Bayi baru Lahir diharapkan - Monitor warna dan suhu kulit
termoregulasi membaik - Monitor dan catat tanda-tanda
Dengan hasil : gejala hipotermia dan
1. menggigil menurun hipertermia
2. kejang menurun T:
3. pucat menurun Pasang alat pemantau suhu
4. hipoksia menurun kontinu
5. suhu tubuh membaik Bedong bayi segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan
panas
Masukan bayi BBLR kedala
plastic segera setelah lahir
Gunakan topi bayi untuk
mencegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir.
Tempatkan bayi baru lahir
dibawah radiant warner
Pertahankan kelembaban suhu
incubator
Atur suhu incubator
E:
Jelaskan cara
pencegahanhipotermi karena
terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan
metode kanguru untuk bayi
K:
Kolaborasi pemberian antipiretik,
jika perlu.
28
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Manajemen imunisasi/vaksinasi
dibuktikan dengan tindakan keperawatan O :
ketidakadekuatan diharapkan Tingkat identifikasi kontraindikasi
pertahanan tubuh Infeksi Menurun pemberian imunisasi
sekunder Dengan hasil : identifikasi statusimunisasi setiap
1. Demam menurun kunjungan kepelayanan
2. Kemerahan kesehatan
menurun T:
3. Periode menggil dokumentasikan informasi
menurun vaksinisasi
4. Kultur are luka jadwalkan imunisasi pada interval
membaik waktu yang tepat
E:
jelaskan tujuan, manfaat reaksi
yang terjadi, jadal, efeksamping
informasikan imunisasi yang
diwajibkan pmerintah
imnformasikan imunisasi yang
melindungi terhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
imunisasi kembali
informasikan penyedia layanan
pecan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
29
5. Gelisa menurun kebutuhan bayi
6. Kemampuan
menyusu
membaik
4. Resiko Konstipasi Setelah dilakukan Pencegahan konstipasi
dibuktikan dengan tindakan keperawatan O:
ketidakcukupan diharapkan eliminasi Identifikasi factor resiko
asupan Fekal membaik. konstipasi
Dengan hasil : Monitor tanda dan gejala
1. Control konstipasi
pengeluaran Identifikasi status kognitif untuk
feses mengkomunikasikan kebutuhan
2. Distensi Identiikasi penggunaan obat-
abdomen obatan yang menyebabkan
menurun konstipasi
3. Teraba massa T:
pada rectal Jadwalkan rutinitas BAK
urgency Lakukan masase abdomen
menurun
Berikan terapi akut resur
4. Konsistensi feses
E:
membaik
Jelaskan factor dan penyebab
5. Frekuensi
konstipasi pada ibu
defekasi
K:
membaik
Kolaborasi dengan ahli gizi , jika perlu
6. Perestaltik usus
membaik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanismepadaorganismeyang
melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan
30
membunuhpatogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikanindividu kebal.
terhadap suatu penyakit.Imunisasi terbagi 2,yaitu:
a. Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuatantibody sendiri.
b. Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody darisuatu
individu ke individu lainnya.
Beberapafaktor yang mempengaruhisistemimuntubuhadalahFaktorKeturunan,
FaktorStres, FaktorUsia, Faktor Hormone, FaktorNutrisi dan
PenyalahgunaanAntibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
31
3. Di ambil pada 19 November 2017 darihttp//coc.uc.edu/cater/web
resources/assessment.htm
4. Di ambil pada 19 November 2017
darihttp://heldaupik.blogspot.co.id/2013/11/askep-sistem-hematologi.html
5. Di ambil pada 19 November 2017
darihttp://wijayanti200495.blogspot.co.id/2016/10/makalah-gangguan-sistem-
hematologi.html
6. Di ambil pada 19 November 2017
darihttp://ibnunajib6969.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/sites/438/2016/05/makalah-hematologi..pdf
32