OLEH:
MUHAMMAD UBAIDILLAH SULTHONI
NIM. P27820820032
2. Etiologi
Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormon pada
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (Setyorini, 2014). Salah satu pemicu kista
ovarium adalah faktor hormonal. Penyebab lain timbulnya kista adalah
ovarium adalah adanya penyumbatan pada saluran yang berisi cairan karena
adanya bakteri dan virus, adanya zat dioksin dan asap pabrik dan pembakaran
gas bermotor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia yang akan
membantu tumbuhnya kista, faktor makan makanan yang berlemak yang
mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah dalam proses metabolisme
sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya kista (Mumpuni dan Andang,
2013) Arif,dkk (2016) mengatakan faktor resiko pembentukan kista ovarium
terdiri dari:
A. Usia
Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi, keganasan
kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45
tahun (Manuaba, 2010). Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat
kanker) pada wanita kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat
ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause
(usia 50-70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
B. Faktor Hormonal
Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-obatan yang
merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon gonadotropin
atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin yang berlebihan. Hormon
gonadotropin termasuk FSH (Folikel Stimulating) dan HCG (Human
Chorionik Gonadotropin). Individu yang mengalami kelebihan hormon
estrogen atau progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista
(Kurniawati, dkk. 2009).
C. Status Menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi
tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.
D. Pengobatan Infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan
dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat
kesuburan). Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat
menyebabkan kista berkembang.
E. Faktor Genetik
Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah
seseorang wanita memiliki risiko terkena kista ovarium. Resiko wanita
terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%. Apabila wanita tersebut
memiliki seorang anggota keluarga yang mengindap kista, risikonya akan
meningkat menjadi 4% sampai 5% (Rasjidi, 2009). Dalam tubuh kista ada
terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu protoonkogen.
Karena faktor pemicu seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen
bisa berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu timbulnya sel
kanker.
3. Jenis-Jenis Kista Ovarium
Menurut Wiknjosastro (2008), kista ovarium terbagi duayaitu:
A. Kista ovarium neoplastik
I. Kistadenoma ovarii serosum
Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50%
kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista
berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata
ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan.
II. Kistadenoma ovarii musinosum
Kistadenoma ovarii musinosum mencakup 16-30% dari total tumor
jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada
umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum
tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.
Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan
inti sel bewarna sel gelap terletak di bagian basal. Dinding
kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktul
epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon
di mana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel
goblet.
III. Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor
ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita
oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
IV. Kista ovarii simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna
kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik.
Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjad putaran tungkai
dengan gejala-gejala mendadak.
V. Kista endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada
dinding dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
5. Manifestasi Klinik
1. Gejala Kista Secara Umum
Menurut Yatim Faisal, (2005) gejala kista secara umum, antara lain :
a. Rasa nyeri di rongga panggul disertai rasa gatal.
b. Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak.
c. Rasa nyeri saat siklus menstruasi selesai, pendarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, lebih pendek atau tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak
teratur.
d. Perut membesar.
6. Komplikasi
Menurut Yatim (2008), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium adalah :
a. Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya.
Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan
menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi.
Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi pecah.
Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang
sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan
pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.
b. Infeksi kista ovarium
Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan
menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu
badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang,diperlukan
pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetahui adanya
infeksi pada kista.
c. Ruptura kapsul kista
Ruptur kapsul kista terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak,
infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan
tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.
d. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
0 7. Pemeriksaan Penunjang
Kista ovarium dapat dilakukan pemeriksan lanjut yang dapat dilaksanakan
dengan :
1. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui
apakah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan
batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau
kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat
dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
3. Foto rontgen : pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Universitas Sumatera Utara 24
4. CA-125 : memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-
125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap pemeriksaan CA-125
biasanya dilakukan pada perempuan yang berisiko terjadi proses
keganasan, kadar normal CA-125 (0-35 u/ml).
5. Parasentensis pungsi asites : berguna untuk menentukan sebab asites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk
(Wiknjosastro,2008)
1 8. Penatalaksanaan
Beberapa pilihan pengobatan yang mungkin disarankan :
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal
suku bangsa, tempat lahir, nama orang tua, pekerjaan orang tua. keganasan
kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum menarche dan usia di atas 45 tahun
(Manuaba, 2010).
2. Keluhan Utama
Biasanya mengalami perdarahan yang abnormal atau menorrhagia pada wanita
usia subur atau wanita diatas usia 50 tahunatau menopause untuk stadium awal.
Pada stadium lanjutakan mengalami pembesaran massa yang disertai asites
(Reeder,dkk. 2013).
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis, kesulitan makan atau merasa
cepat kenyang, dan gejala perkemihan kemungkinan menetap Pada stadium
lanjut, sering berkemih, konstipasi, ketidaknyamanan pelvis, distensi abdomen,
penurunan berat badan, dan nyeri pada abdomen.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu pernah memiliki kanker kolon, kanker payudara, dan
kanker endometrium (Reeder, dkk. 2013)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengalami kanker payudara dan
kanker ovarium yang beresiko 50% (Reeder, dkk. 2013)
6. Pengkajian Fase Pre Operatif
1) Pengkajian Psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan
emosi pasien
2) Pengkajian Fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
3) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit
kulit di area badan.
4) Sistem Kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitem cardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan minum obat jantung
sebelum operasi, Kebiasaan merokok, minum alkohol, Oedema, Irama dan
frekuensi jantung.
5) Sistem pernafasan, Apakah pasien bernafas teratur dan batu secara tiba-
tiba di kamar operasi.
6) Sistem gastrointestinal, apakah pasien diare?
7) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi?
8) Sistem saraf, bagaimana kesadaran?
9) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement
10) Kapter, perhiasan, Make up, pakaian pasien perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alaergi terhadap obat?
8. Data khusus
Data khusus pada pengkajian asuhan keperawatan meliputi : Riwayat
haid, riwayat obstetri, data psikologis, data aktivitas atau istirahat, data makanan
atau cairan, data nyeri atau kenyamanan, pemeriksaan fisik (kesadaran, kepala dan
rambut, telinga, wajah, leher, abdomen, dan genetalia), pemeriksaan penunajang
(pemeriksaan laboratorium : Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi
gen yang abnormal. Penanda atau memastikan tumor menunjukkan antigen
karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG menunjukkan abnormal
atau meningkat yang mengarah ke komplikasi).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa (SDKI, 2017) yang sering muncul pada pre operasi adalah:
a) Ansietas b.d Krisis Situasional
b) Nyeri akut b.d Agen pencidera fisiologi
c) Defisit pengetahuan b.d Kurang terpaparnya informasi
d) Risiko perdarahan b.d Tindakan pembedahan
e) Risiko hipotermi b.d Suhu lingkungan rendah
Diagnosa yang sering muncul pada post operasi adalah:
a) Nyeri akut b.d Agen pencidera fisik
b) Risiko hipotermi perioperatif b.d Terpapar suhu lingkunga rendah
c) Risiko Jatuh b.d Efek agen farmakologis
C. Rencana Intervensi
Standart
Standart Luaran
Diagnosa
No. Keperawatan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan
Indonesia
Indonesia
Penimbunan Folikel
Pre op Post op
Deficit nutrisi
DAFTAR PUSTAKA