Debat Agama
Debat Agama
Debat Agama
1. Pembukaan
Yg kita u mengenai LGBTQ+ adalah komunitas yang dimana mereka memiliki sexual preference/ pilihan
sendiri mengenai orientasi seksualitas mereka.
-Kami dari team pro ingin berargumen bahwa kaum LGBTQ+ bukanlah sebuah penyakit mental maupun
kelainan jiwa. Kita harus mengubah cara pandang kita bahwa kaum komunitas LGBTQ+ tetaplah sama
seperti kita, manusia yang masih bisa berpikir logis, dan masih hidup dan menjalankan mereka aktivitas
seperti orang-orang pada umumnya. Lalu, kita juga tidak seharusnya menghakimi dan membenci
mereka berdasarkan orientasi seksual mereka. Karena kita tidak sepantasnya bagi kita untuk menilai
siapa yang mereka cintai, dan dengan siapa mereka menjalin hubungan.
Contoh: Pasangan gay Bernama Michael dan Kai korok mengadopsi seorang anak dan dalam
studi laporan sejumlah peneliti mengatakan bahwa tidak terjadi perbedaan antara anak yang
dibesarkan dengan orang tua heterosex maupun homosexual dan orang tua tunggal.
"Kami tahu betapa pentingnya merawat anak dan kita tahu bahwa Lesbian, Gay, Biseksual dan
Transgender (LGBT) sering datang ke tempat adopsi untuk membina keluarga. Mereka datang
membawa cinta, antusiasme yang nyata, "kata Helen Donohoe, Director of Public Policy at
Action for Children, LGBT Adoption, dilansir dari yourtango.
> Kesimpulan
Orientasi seksual seseorang bukan lah permasalahan kita, dan itu adalah sebuah pilihan, bukan
keharusan. Negara kita juga memiliki semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’, yaitu berbeda-beda tetapi tetap
satu. Dengan adanya perbedaan ini, kita boleh berpendapat dan boleh tidak setuju, tetapi Kita harus
tetap menghormati pilihan mereka, mengasihi mereka selayaknya kita mengasihi saudara kita seperti
yang lain nya dan tidak perlu menebarkan kebencian kepada mereka yang tidak pernah berbuat salah
dengan kita.