Anda di halaman 1dari 11

Al MAKKY dan AL MADANYY

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Ulumul Quran
Pengampu Hj. Nadhifah,S.Th., M.S.I.

Disusun oleh :
Siska Ayu Novianti 1908046009
Ayu Faizah 1908046010

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembahasan ini tidak bermaksud mengklasifikasi ayat dan surat menurut al-makky
dan al-madany, karena untuk mengetahui ini dibutuhkan pembahasan yang sangat luas.
Pengaplikasian ini telah dilakukan oleh Jalaluddin asy-Syuyuthi. Adapun yang akan
dibahas di sini ialah pendefinisian al-makky dan al-madany, tanda – tanda, macam –
macam dan tanda penetapannya, serta kegunaan untuk mengetahuinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi al-makky dan al-madany?
2. Bagaimana tanda – tanda surat makkiyah dan madaniyah?
3. Apa saja macam – macam surat makkiyah dan madaniyah serta dasar – dasar
penetapannya?
4. Apa kegunaan mempelajari al-makky dan al-madany?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi al-makky dan al-madany
2. Mengerti tanda – tanda surat makkiyah dan madaniyah
3. Mengetahui macam – macam surat makkiyah dan madaniyah serta dasar – dasar
penetapannya
4. Mengetahui kegunaan mempelajari al-makky dan al-madany
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Definisi Al-Makky dan Al-Madany


Makkiyah secara kebahasaan adalah kata Makkah yang dilekatkan huruf ya’ yang
berfungsi sebagai al-nisbah, sehingga kata Makkah yang awalnya menjadi nama sebuah
tempat berubah menjadi sesuatu yang berhubungan dengan kota Makkah. Singkatnya,
makkiyah dalam Al Quran berarti ayat yang diturunkan di Mekkah. Begitu juga dengan
Madaniyah. Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi
menjadi tiga mazhab.
Pertama, menentukannya berdasarkan tempat turun ayat. Bila ayat turuun di
Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafat, dan Hudaibiyah, sekalipun turun setelah
hijrah dinamakan ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun di Madinah dan sekitarnya
seperti Uhud dan Sila’ maka ia disebut ayat madaniyah. Pendapat pertama ini memiliki
kelemahan antara lain tidak bisa menampung ayat–ayat yang diturunkan ketika Nabi
Muhammad SAW. melakukan perjalanan keluar wilayah Makkah dan Madinah.
Berdasarkan definisi ini, maka ayat–ayat yang diturunkan diluar daerah Makkah dan
Madinah tidak bisa dikategorikan sebagai ayat makkiyah ataupun madaniyah.
Kedua, mementukan berdasarkan khitab ( objek penerima ) ayat. Bila ayat turun
ditujukan kepada penduduk Makkah, baik turun di Makkah atau di Madinah, baik sebelum
dan sesudah hijrah, ia disebut ayat makkiyah sebaliknya, jika ayat tersebut ditujukan
kepada penduduk Madinah, baik turun di Makkah atau Madinah, baik sebelum atau
sesudah hijrah, ia tetap disebut ayat madaniyah.
Ketiga, menentukannya berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah. Jika ayat
turun sebelum hijrah, maka disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun sesudah
hijrah, maka disebut ayat madaniyah.1

1
Dr.H.Anshori,LAL.MA,Ulumul Quran kaidah-kaidah memahami firman tuhan (Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2013), hal.117
2. Tanda–Tanda Surat Makkiyah dan Madaniyah
A. Tanda-tanda al-makky (tersurat)
Pertama, setiap lafaz kalla ia merupakan al-makky. Lafaz ini disebutkan dalam Al
Quran sebanyak 33 kali, 25 kali berada pada penggalan kedua dari Al Quran yang
merupakan letak paling dominan bagi al-makky. Hikmahnya –wallahu ‘a’lam- bahwa
penduduk Mekkah lugas dan tegas maka sangat sesuai dengan lafaz yang mengandung
ancaman ini. Berbeda dengan penduduk Madinah yang di dalamnya terdapat kaum Yahudi
mengingat betapa hina dan rendahnya mereka.
Kedua, seluruh surat yang di dalamnya ditemukan ayat sajadah maka ia adalah al-
makky. Dalam Al Quran terdapat 15 ayat sajadah dalam 14 surat semuanya al-makky,
kecuali surat Ar-Ra’ad dan Al-Hajj yang ulama berselisih di dalamnya.
Ketiga, seluruh surat yang dimulai dengan huruf muqattaah seperti Shad, Hamim
maka ia adalah al-makky kecuali surat Al-Baqarah [2] dan Ali 'Imran [3], sedangkan posisi
surat Ar-Ra’ad ulama berbeda pendapat sebagaimana di sebutkan di atas.
Keempat, setiap surat yang di dalamnya berisikan tentang kisah Adam dan Iblis
adalah al-makky kecuali Al-Baqarah [2] yang telah membahas kisah Adam tapi ia bagian
dari surat al-Madany.
Kelima, setiap surat yang membahas tentang kisah para Nabi dan masyarakat
dahulu maka ia adalah al-makky, kecuali Al-Baqarah [2] dan Ali 'Imran [3] yang
mengisahkan para Nabi serta umat terdahulu tapi keduanya al-madany.

B. Tanda-tanda al-madany
Pertama, setiap surat yang membahas tentang hudud (penetapan batasan hukum)
atau faraid warisan adalah al-madany.
Kedua, setiap surat yang berisikan perizinan untuk jihad dan tata caranya adalah al-
madany.
Ketiga, setiap surat yang membahas tentang kaum munafik dan kondisi mereka
adalah al-madany kecuali Al-‘Ankabût yang merupakan al-makky.2

2
Dr. Zainal Arifin, MA, Pengantar Ulumul Quran (Medan, Duta Azhar, 2018), hal.58
3. Macam–Macam Makkiyah dan Madaniyah Serta Penetapannya.
1. Surat makkiyah murni. Yang termasuk kategori surat makkiyah murni adalah surat
yang berisi ayat-ayat yang seluruhnya berstatus makkiyah secara ijma’ dan tidak ada
perbedaan tentang status tersebut. Jumlah surat-surat ini adalah 58 surat, yang berisi
2.074 ayat.
2. Surat madaniyah murni. Yang termasuk kategori surat madaniyah murni adalah surat
yang berisi ayat-ayat yang seluruhnya berstatus madaniyah secara ijma’ dan tidak ada
perbedaan tentang status tersebut. Jumlah surat-surat ini berjumlah 18 surat, yang berisi
737 ayat.
3. Surat makkiyah yang berisi ayat madaniyyah. Yang termsuk kategori surah makkiyah
yang berisi ayat madaniyah adalah surah yang memuat ayat-ayat yang kebanyakan
berstatus makkiyah, akan tetapi didalamnya juga memuat ayat-ayat adaniyah atau ada
perbedaan tentang status tersebut. Jumlah surat-surat ini adalah 32 surat, yang berisi
2699 ayat.
4. Surat madaniyah yang berisi ayat-ayat makkiyah. Yang termsuk kategori surat
madaniyah yang berisi ayat makkiyah adalah surat yang memuat ayat-ayat yang
kebanyakan berstatus madaniyah, akan tetapi didalamnya juga memuat ayat-ayat
makiyyah atau ada perbedaan tentang status tersebut. Jumlah surat-surat ini adalah 6
surat, yang berisi 726 ayat.

Adapun dasar penetapannya Makkiyah dan Madaniyah. Ada dua cara untuk mengenali
ayat yang termasuk kategori Makkiyah dan Madaniyyah.

1. Cara Sima' adalah riwayat yang di nukil dari Nabi Muhammad SAW. dan sahabat yang
melihat proses penurunan Al Quran. Cara seperti ini menjadi perhatian cukup serius
dari generasi sahabat dan tabi’in. Buktinya, banyak riwayat sahabat yang menyebutkan
proses penurunan ayat atau surah.
2. Cara Qiyas adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyyah berdasarkan
kriterianya yang menonjol, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan lain sebagainya.
Dalam menentukan kategori Makkiyah dan Madaniyyah menurut cara Qiyas ada dua
dasar yaitu:
1. Dasar Aghlabiyah (umum).
Terdapat ciri yang dapat kita pergunakan untuk membedakan surat–surat makkiyah
dan madaniyah.
A. Ciri-ciri makkiyah yang aghlabiyah adalah :
a. Ayat-ayatnya pendek, surat-suratnya pendek, Nada perkataannya keras,
dan agak bersajak.
b. Mengandung seruan pokok–pokok iman kepada allah, hari akhir dan
menggambarkan keadaan surga dan neraka.
c. Menyeru manusia berperangai mulia dan berjalan lempeng diatas jalan
kebajikan .
d. Mendebat orang–orang musyrik dan menerangkan kesalahan–kesalahan
pendirian mereka.
e. Banyak terdapat lafal sumpah.
B. Ciri–ciri madaniyah yang aghlabiyah adalah:
a. Suratnya panjang–panjang, sebagian ayatnya pun panjang–panjang serta
jelas menerangkan hokum dan mempergunakan uslub yang terang.
b. Menjelaskan tentang keterangan–keterangan dan dalil–dalil yang
menunjukkan kepada hakikat–hakikat keagamaan.

2. Dasar Khusus
Terdapat ciri yang dapat kita pergunakan untuk membedakan surat–surat
makkiyah dan madaniyah.
A. Ciri–ciri khusus surat makkiyah
a. Mengandung ayat sajdah.
b. Terdapat lafal kalla.
c. Terdapat seruan dengan ya ayyuhannasu dan tidak terdapat ya
ayyuhalladzina amanu, terkecuali surat Al-Hajj yang di akhirnya terdapat
ya ayyuhalladzina amanu irka'u wasjudu. (QS. Al-Haj [22]: 77).
Kebanyakan ulama mengatakan bahwa surat itu Makkiyah. Maka dalam
menghadapi dhabith ini, kita menetapkan bahwa dhabith ini adalah
mengingat kebanyakan surat bukan keseluruhannya. Tetapi jika lebih
dahulu kita kecualikan beberapa surat maka dhabith ini pun dapat kita
katakan suatu dhabith yang qath'y. Surat-surat yang dikecualikan ialah
surat Al-Baqarah (ayat 21 diawali dengan ya ayyuhannas dan demikian
pula ayat 168) dan surat An-Nisa' (ayat pertamanya diawali dengan ya
ayyuhannas, demikian pula ayat 133).
d. Mengandung kisah Nabi-nabi dan umat-umat yang telah lalu, kecuali
surat Al-Baqarah.
e. Terdapat kisah Adam dan Idris, kecuali surat Al-Baqarah.
f. Surat-suratnya dimulai dengan huruf at-tahajji, kecuali surat Al-Baqarah
dan Ali Imran. Mengenai surat Ar-Ra'd ada dua pendapat, jika dilihat dari
segi uslub dan temanya maka dia lebih tepat kita katakan surat Makkiyah
dan sebagian ulama lain mengatakan surat Madaniyah.
B. Ciri–ciri khusus surat madaniyah
a. Di dalamnya ada izin berperang atau ada penerangan tentang hal perang
dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
b. Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana,
fara'id, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut
dengan bidang keperdataan, kemasyarakatan dan kenegaraan.
c. Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat Al-
Ankabut yang diturunkan di Makkah. Di dalamnya terdapat sebelas ayat
yang pertama adalah ayat-ayat Madaniyah. Di dalam ayat-ayat itu disebut
tentang orang- orang munafik.
d. Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak berlebih-
lebihan dalam beragama, seperti tedapat dalam surat Al-Baqarah, An-
Nisa', Ali Imran, At-Taubah dan lain-lain.3

3
Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Prof.Dr, Ilmu Ilmu Al-Quran (‘’ulumul al-Quran),
(Semarang, PT Pustaka Rizki Putra, 2017), hal.72
4. Kegunaan Mempelajari Al Makky dan Al Madany
1. Ilmu al-makki al-madani sangat dibutuhkan dan bermanfaat bagi klasifikasi berbagai
periwayatan, pembenaran teks-teks (an-nushush) dan pembelaan terhadap pelurusan
kebenaran sejarah. Itulah sebabnya mengapa dalam banyak atau bahkan hampir dalam
keseluruhannya ilmu al-makki al-madani lebih dibutuhkan daripada ilmu asbabun
nuzul yang pernah dijelaskan sebelum ini.
2. Dengan ilmu al-makki al-madani, seorang mufassir dan atau yang lainnya dapat
mengenali dan sekaligus menelusuri jejak (napak tilas) rangkaian fase-fase dakwah
Islamiyah dari awal hingga akhir dan sekaligus akan memperoleh inspirasi dalam
memunculkan cara-cara yang prima dalam membangun sistem berpikir keislaman
sepanjang zaman dan dalam seantero keadaan.
3. Dengan mengenali ilmu al-makki al-madani, seseorang mampu menghayati proses
turunnya Al Quran surat demi surat dan ayat demi ayat, dari satu tempat ke tempat lain
dan dari waktu ke waktu serta dari kelompok sosial yang satu kepada kelompok sosial
yang lain. Ilmu al-makki al-madani laksana cuplikan miniatur dan lorong-lorong potret
Al Quran yang proses turunnya seakan-akan baru saja kita saksikan.
4. Dengan ilmu al-makki al-madani, kita dapat mengetahui pensyariatan hukum Islam
(tasyri'ul-islami) dan perkembangannya yang sangat bijaksana serta bersifat umum.
Dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan akan penyebaran Islam
termasuk hukum yang ada di dalamnya yang demikian bijaksana dalam mendidik umat
manusia baik secara perorangan maupun kolektif Gerakan sosialisasi rancangan
undang-undang (RUU) yang dilakukan masyarakat sekarang, sudah diperkenalkan Al
Quran lebih dari 14 abad yang silam melalui dialaog terbuka antara Nabi Muhammad
SAW. dengan masyarakat dunia khususnya masyarakat Madinah (Madani). Perhatikan
misalnya ayat-ayat hukum tentang pengharaman khamar (minuman keras) dan maisir
(perjudian).
5. Dengan ilmu al-makki al-madani, seseorang dapat mengetahui sejarah perjalanan Nabi
Muhammad SAW. dari celah-celah ayat-ayat Al Quran. Turunnya Al Quran yang
demikian rapi, teratur dan dilakukan secara bertahap namun juga tuntas dapat dijadikan
landasan dalam menapak tilas sejauh perjalanan dan sepak terjang perjuangan Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Betapa indah menelusuri Al Quran dengan
melalui pendekatan ilmu al-makki al-madani.
6. Dengan ilmu al-makki al-madani, umat Islam dapat meningkatkan keyakinan akan
kebenaran, kebesaran, kesucian dan kemurnian (originalitas) Al Quran, mengingat
betapa besar perhatian umat Islam terhadap Al Quran sejak di masa-masa awal
penurunannya sampai perkembangan berikutnya, dan sejak dari masalah-masalah besar
sampai dengan masalah-masalah yang sekecil-kecilnya. Pendeknya, apa pun yang
berhubungan dengan Al Quran, mereka bahas dengan tidak henti- hentinya. Semakin
Al Quran dibahas, semakin luas yang perlu diwawas dan semakin dalam Al Quran
digali semakin berderang dapat diuji.
7. Bagi para ulama yang menerima konsep nasikh-mansukh dalam Al Quran, ilmu al-
makki al-madani dianggap memiliki peran penting dalam menafsirkan Al Quran.
Hanya saja teori tentang keberadaan nasikh-mansukh dalam Al Quran ada juga ulama
yang mengingkarinya.
8. Ilmu al-makki al-madani dapat menghindarkan atau sekurang-kurangnya memperkecil
(meminimalis) seseorang dari kemungkinan salah dalam menafsirkan Al Quran. Ilmu
makki al-madani, ibarat GPS (Global Positioning System) yang selalu mengarahkan
sang sopir (mufassir) menuju suatu tempat (penafsiran) yang dituju.4

4
Amin Suma, Muhammad, Prof.Dr.H, Ulumul Quran (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada,
2013), hal.286
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Makkiyah berarti yang diturunkan di Makkah dan madaniyah yang diturunkan di
Madinah. Menurut para ahli al-makky dan al-madany dibagi menjadi tiga. Ada dua tanda-
tanda surat al-makkiy dan al-madany yaitu menurut tempat diturunkannya, memurut waktu
turunnya, dan menurut tujuan surat. Ada dua cara untuk mengenali ayat dan surah yang
termasuk dalam kategori makkiyah dan madaniyah; yaitu cara sima’iy dan qiyasiy. Dan
dalam menentukan suatu surah masuk dalam kategori Makkiyah dan Madaniyah menurut
cara qiyasiy ada dua yaitu dasar aghlabiyah (umum) dan dasar khusus. Ada empat macam
kategori surah dalam Al Qur’an menurut perspektif Makkiyah dan Madaniyah, yaitu surah
makkiyah murni, surah madaniyah murni, surah makkiyah yang berisi ayat madaniyah dan
surat madaniyah yang berisi ayat makkiyah. Kegunaan mempelajari al-makky dan al-
madany sangat banyak.

B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, kami mengharapkan masukan yang membangun.
Semoga bermanfaat dan senantiasa menjadi manusia yang selalu menjaga atau memelihara
Al Quran dengan baik. Sebagai bahan kajian yang baik maka perlu untuk mengkaji setiap
apa yang disajikan di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma, Muhammad, Prof.Dr.H,2013,Ulumul Quran,Jakarta,PT RajaGrafindo Persada

Dr.H.Anshori,LAL.MA,2017,Ulumul Quran kaidah-kaidah memahami firman tuhan,Jakarta,PT


RajaGrafindo Persada

Dr. Zainal Arifin, MA,2018,Pengantar Ulumul Quran,Medan, Duta Azhar


Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Prof.Dr,2017,Ilmu Ilmu Al-Quran (‘’ulumul al-
Quran),Semarang, PT Pustaka Rizki Putra

Anda mungkin juga menyukai