Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL        i


KATA PENGANTAR        ii
ABSTRAK        iii
LOGO KONFERENSI ASIA AFRIKA        iv
DAFTAR ISI        v

BAB I PENDAHULUAN        1


1.1    Latar Belakang Konferensi Asia Afrika        1
1.2    Tujuan        2
1.3    Rumusan Masalah        2

BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Konferensi Asia Afrika        3
B.    Konferensi Pendahuluan Sebelum Konferensi Asia Afrika        4
C.    Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika        5
D.    Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan
Afrika        8

BAB III  PENUTUP        10


A.    Kesimpulan        10
B.    Saran        10

DAFTAR PUSTAKA        11


BIOGRAFI       

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif, bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara manapun asal tanpa
ada unsur iktan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam ikut
mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas
aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling
berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok atau
Blok Kapasitas (Libera), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Tmur atau Blok Sosialis
(Komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia
memprakarsai dan menyelesaikan KAA. Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia Afrika.
Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperalisme Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di
Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka
tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Rasa setia kawan itu
dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk
menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-
bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya, maupun dunia pada umumnya.

1.2    Tujuan
1.    Agar para pembaca mengetahui sejarah terjadinya Konferensi Asia Afrika.
2.    Agar menambah wawasan dan ilmu bagi pembaca.
3.    Memberikan manfaat bagi pembaca serta bisa menelaah atau mengkaji tentang perdamaian dunia yang
selalu diharapkan.
4.    Agar terciptanya tingkat kesadaran solidaritas dalam bnerbangsa dan bernegara.
5.    Mewujudkan generasi bangsa yang selalu sadar akan pentingnya kerjasama.

1.3    Rumusan Masalah


1.    Apakah yang melatar belakangi Konferensi Asia Afrika ?
2.    Dimanakah diadakan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika ?
3.    Apakah tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika ?
4.    Sebutkan beberapa prinsip bersama yang dijalankan KAA yang mengajak setiap bangsa di dunia !
5.    Apakah dampak atau pengaruh yang timbul akibat diadakannya Konferensi Asia Afrika ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Konferensi Asia Afrika

Berakhirnya Perang Dunia I membawa pengaruh terhadap bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk
memperoleh kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Di samplng itu juga dltandai dengan
munculnya dua kekuatan ideologis, politis, dan militer termasuk pengembangan senjata nuklir. Negara
Republik Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara selalu berlandaskan
pada Pancasila dan UUD 1945. Salah satu bentuk penyetenggaraan kehidupan bernegara adalah menjalin
kerja sama dengan negara lain. Kebijakan yang menyangkut hubungan dengan negara lain terangkum dalam
kebijakan politik luar negeri. Oleh karena itu, pelaksanaan politik luar negeri Indonesia juga harus
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Indonesia mencetuskan gagasannya untuk menggalang kerja sama
dan solidaritas antarbangsa dengan menyelenggarakan KAA.

1.1.    Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas. artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah
satu blok vang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asat tanpa
ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam
menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan
terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab
setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan,
yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok
kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (kortiunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia
memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dan negara-
negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena
penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu memmbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang Dunia II
berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India,
Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak
pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa-bangsa
di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya. Mereka tetap merasa senasib dan
sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka.
Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan
sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti
penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Prakarsa untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dikemukakan pertama kali oleh Perdana Menteri Rl AU
Sastroamijoyo yang kemudian mendapat dukungan dari negara India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
1.2.    Konferensi Pendahuluan Sebelum Konferensi Asia Afrika

Sebelum Konferensi Asia Afrika dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai
persiapan. Konferensi pendahuluan tersebut, antara lain sebagai berikut.
1.    Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I).
Konferensi pendahuluan yang pertama diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal
28 April-2 Mei 1954. Konferensi dihadiri oleh lima orang perdana menteri dari negara sebagai berikut.
a)    Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Alt Jinnah
b)    Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
c)    Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
d)    Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
e)    Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru

Konferensi Kolombo membahas masalah Vietnam, sebagai persiapan untuk menghadapi Konferensi di
Jenewa. Di samping itu Konferensi Kolombo secara aklamasi memutuskan akan mengadakan Konferensi
Asia Afrika dan pemerintah Indonesia ditunjuk sebagai penyelenggaranya. Kelima negara yang wakilnva
hadir dalam Konferensi Kotombo kemudian dikenat dengan nama Pancanegara. Kelima negara itu disebut
sebagai negara sponsor. Konferensi Koiombo luga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara I.

2.    Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II).


Konferensi pendahuluan yang kedua diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22-29 Desember 1954.
Konferensi itu dihadiri pula oleh perdana menteri negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut.
a)    Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955.
b)    Penetapan tujuan KAA dan menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi
Asia Afrika.
c)    Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika.
d)     Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.

Konferensi Bogor juga terkenal dengan nama Konferensi Pancanegara II.

1.3.    Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Sesuai dengan rencana, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.
Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh wakil-wakil dari 29 negara yang terdiri atas negara pengundang dan
negara yang diundang. Negara pengundang metiputi: Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma
(Myanmar).
Negara yang diundang 24 negara terdiri atas 6 negara Afrika dan 18 negara meliputi Asia (Filipina, Thailand,
Kampuchea, Laos, RRC, Jepang, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Nepal, Afghanistan, Iran, Irak, Saudi
Arabia, Syria (Suriah), Yordania, Lebanon, Turki, Yaman),' dan Afrika (Mesir, Sudan, Etiopia, Liberia, Libia,
dan Pantai Em as/Gold Coast).
Negara yang diundang, tetapi tidak hadir pada Konferensi Asia Afrika adalah Rhodesia/Federasi Afrika
Tengah. Ketidakhadiran itu disebabkan Federasi Afrika Tengah masih dilanda pertikaian dalam
negara/dikuasai oleh orang-orang Inggris. Semua persidangan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan di
Gedung Merdeka, Bandung.

Latar belakang dan dasar pertimbanaan diadakan KAA adalah sebagai berikut.
1.    Kenangan kejayaan masa lampau dari beberapa negara di kawasan Asia Afrika.
2.    Perasaan senasib sepenanggungan karena sama-sama merasakan masa penjajahan dan penindasan
bangsa Barat, kecuali Thailand.
3.    Meningkatnya kesadaran berbangsa yang dimotori oleh golongan elite nasional/terpelajar dan intelektual.
4.    Adanya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
5.    Memiliki pokok-pokok yang kuat dalam hal bangsa, agama, dan budaya.
6.    Secara geografis letaknya berdekatan dan sating melengkapi satu sama lain.

Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika. antara lain:


1.    Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan;
2.    Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme,
3.    Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia
dan kerja sama internasional,
4.    Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya,
5.    membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan
negara, rasionalisme, dan kolonialisme.

Konferensi Asia Afrika membicarakan hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama negara-negara di Asia
dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta masalah kolonialisme dan perdamaian
dunia.
Kerja sama ekonomi dalam lingkungan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dilakukan dengan saling memberikan
bantuan teknik dan tenaga ahli. Konferensi berpendapat bahwa negara-negara di Asia dan Afrika perlu
memperluas perdagangan dan pertukaran delegasi dagang. Dalam konferensi tersebut ditegaskan juga
pentingnya masalah perhubungan antarnegara karena kelancaran perhubungan dapat memajukan ekonomi.
Konferensi juga menyetujui penggunaan beberapa organisasi internasional yang tetah ada untuk memajukan
ekonomi.
Konferensi Asia Afrika menyokong sepenuhnya prinsip dasar hak asasi manusia yang tercantum dalam
Piagam PBB. Oleh karena itu, sangat disesalkan masih adanya rasialisme dan diskriminasi warna kulit di
beberapa negara. Konferensi mendukung usaha untuk melenyapkan rasialisme dan diskriminasi warna kulit
di mana pun di dunia ini. Konferensi juga menyatakan bahwa kolonialisme dalam segala bentuk hams diakhiri
dan setiap perjuangan kemerdekaan harus dibantu sampai berhasil. Oemi perdamaian dunia, konferensi
mendukung adanya perlucutan senjata. Juga diserukan agar percobaan senjata nuklir dihentikan dan
masalah perdamaian juga merupakan masalah yang sangat penting dalam pergaulan internasional. Oleh
karena itu, semua bangsa di dunia hendaknya menjalankan toleransi dan hidup berdampingan secara damai.
Oemi perdamaian pula, konferensi menganjurkan agar negara yang memenuhi syarat segera dapat diterima
menjadi anggota PBB.
Konferensi setelah membicarakan beberapa masalah yang menyangkut kepentingan negara-negara Asia
Afrika khususnya dan negara-negara di dunia pada umumnya, segera mengambil beberapa keputusan
penting, antara lain:
1.    Memajukan kerja sama bangsa-bangsa Asia Afrika di bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan;
2.    Menuntut kemerdekaan bagi Aljazair, Tunisia, dan Maroko;
3.    Mendukung tuntutan Indonesia atas I nan Barat dan tuntutan Yaman atas Aden;
4.    Menentang diskriminasi ras dan kolonialisme dalam segala bentuk;
5.    Aktif mengusahakan perdamaian dunia.

Selain menetapkan keputusan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di dunia untuk menjalankan
beberapa prinsip bersama, seperti:
1.    Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat daiam Piasam PBB;
2.    Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa;
3.    Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, balk bangsa besar maupun bangsa kecit;
4.    Tidak metakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain;
5.    menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan din, bark secara sendirian maupun secara
kolektif sesuai dengan Piagam PBB;
6.    a)tidak  menggunakan peraturan-peraturan  dari pertahanan  kolektif untuk  bertindak  bagi kepentingan
khusus salah satu negara besar; b)tidak melakukan tekanan terhadap negara lain;
7.    Tidak melakukan  tindakan  atau  ancaman ogres?  ataupun penggunaan  kekerasan  terhadap
integrates teritorial atas kemerdekaan politik suatu negara;
8.    Menyelesaikan sega/o perselisihan internasional secara damai sesuai dengan Piagam PBB;
9.    Memajukan kepentingan bersama dan kerja sama internasional;
10.    Menghormati hukum dan kewajiban internasionai lainnya.

Kesepuluh prinsip yang dinyatakan dalam Konferensi Asia Afhka itu dikenal dengan nama Dasa Sila
Bandung atau Bandung Deklaration.
1.4.    Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi Solidaritas dan Perjuangan Kemerdekaan Bangsa di Asia dan
Afrika

Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa
di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut.
1.    Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan
bahwa semua bangsa di dunia hams dapat hidup berdampingan secara damai.
2.    Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
3.    Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
4.    Pendorong bag! perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika
khususnya.
5.    Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
mencapai kemerdekaannya.
6.    Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB. Selain
membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi
Asia Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya.

Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut.


1.    Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat
mengurangi ketegangan/detente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
2.    Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
3.    Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai
diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk BlokTimur ataupun Blok Barat.
4.    Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB,
kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan Rl.
5.    Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya. Konferensi
Asia Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara
di Asia dan Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Berdasarkan sejarah Konferensi Asia Afrika dapat disimpulkan bahwa sejak dilaksanakan Konferensi Asia
Afrika telah mencetuskan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia,
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika
pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Konferensi Asia Afrika juga sangat berperan penting dalam hal kerja sama ekonomi dan kebudayaan, serta
masalah kolonialisme dan perdamaian dunia. Selain itu juga Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh
yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika. Konferensi Asia Afrika
dan pengaruhnya terhadap solidaritas antar bangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan
Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.

B.    Saran

Jika Anda ingin mengetahui atau mengkaji lebih dalam tentang Konferensi Asia Afrika, sebaiknya banyak-
banyaklah membaca buku tentang sejarah dunia. Serta bergemarlah dalam menuntut ilmu yang berkaitan
dengan sejarah dunia.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN     
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat.............................................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah serta penggagas awal dari KAA............................................................ 3
2.1.1 Sejarah Konferensi Asia Afrika...................................................................... 3
2.1.2 Penggagas Awal Konferensi Asia Afrika....................................................... 4
2.2 Arti penting KAA bagi bangsa Indonesia pada waktu itu................................ 5
2.3 Relevansi KAA bagi bangsa Indonesia saat ditengah arus globalisasi dunia.... 6
BAB III. PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................................................................ 7
3.2 Saran.................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi
permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di
beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah
baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat perang terbuka,
seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara. Masalah-masalah tersebut
sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun
kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok
Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar
menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana
permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan
tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
            Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini,
terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia dan
Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sejak tahun 1945, banyak
daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan
negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di
Indo Cina; dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih
banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian Barat, India
dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina
terpaksa mengungsi, karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu
oleh Amerika Serikat.
            Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda
kekhawatiran akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat
manusia. Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi
konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik devide et impera) dan
perang dingin antar blok dunia tersebut. Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani masalah¬masalah dunia, namun
nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat
yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika.
Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.

1.2 Rumusan Masalah


         Bagaimanakah sejarah diadakannya Konferensi Asia-Afrika dan siapakah penggagas awal dari
pertemuan tersebut? Jelaskan!
         Seberapa pentingkah KAA bagi bangsa Indonesia sehingga harus diadakan pertemuan pada waktu itu?
Jelaskan!
         Apakah relevansinya KAA bagi bangsa Indonesia saat ditengah arus globalisasi dunia? Jelaskan!

1.3 Tujuan
         Mengetahui sejarah diadakannya KAA serta penggagas awal pertemuan tersebut
         Mengetahui seberapa penting KAA bagi bangsa Indonesia sehingga harus diadakan pertemuan pada waktu itu
         Mengetahui relevansi KAA bagi bangsa Indonesia saat ditengah arus globalisasi dunia

1.4  Manfaat
         Dapat mengetahui sejarah diadakannya KAA serta penggagas awal pertemuan tersebut
         Dapat mengetahui seberapa penting KAA bagi bangsa Indonesia sehingga harus diadakan pertemuan pada waktu
itu
         Dapat mengetahui relevansi KAA bagi bangsa Indonesia saat ditengah arus globalisasi dunia

 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah serta penggagas awal dari KAA


2.1.1 Sejarah Konferensi Asia Afrika
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas. artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada
salah satu blok vang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun
asat tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara
sendiri dalam menanggapi masalah internasional. Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut
mengusahakan terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya
bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru
yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memelopori
berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal), sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok
Timur atau blok sosialis (kortiunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia
memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Usaha ini mendapat dukungan dan
negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita
karena penindasan imperialis Barat. Persamaan nasib itu memmbulkan rasa setia kawan. Setelah Perang
Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya
adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia.
Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai
kemerdekaan. Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya.
Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di
Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika.
Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada
khususnya maupun dunia pada umumnya.
  Konferensi-konferensi pendahuluan
Sebelum KAA dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan konferensi pendahuluan sebagai persiapan. antara lain:
1.                  Perdana mentri India Sri pandhit jawahalal menggelar Konferensi hubungan antar Asia (Inter Asia relation
conference) di New Delhi. Dan menghasilkan arti penting yaitu pernyataan-pernyataan Negara-negara Asia untuk
menentang Belanda yang berusaha menjajah kembali.
2.      Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara I)
Diselenggarakan di Kolombo, ibu kota negara Sri Lanka pada tanggal 28 April-2 Mei 1954. Konferensi dihadiri
oleh lima orang perdana menteri diantaranya:
a)    Perdana Menteri Pakistan : Muhammad Alt Jinnah
b)    Perdana Menteri Sri Lanka : Sir John Kotelawala
c)    Perdana Menteri Burma (Myanmar) : U Nu
d)    Perdana Menteri Indonesia : Ali Sastroamijoyo
e)    Perdana Menteri India : Jawaharlal Nehru
Konferensi tersebut diadakan untuk menyikapi masalah Vietnam sebagai bekal dalam menghadapi konferensi
Genewa 1954 dan menghasilkan keputusan untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dan pemerintah Indonesia
ditunjuk sebagai penyelenggaranya.
3.      Konferensi Bogor (Konferensi Panca Negara II)
Diselenggarakan di Bogor pada tanggal 22-29 Desember 1954. Konferensi itu dihadiri pula oleh 5 perdana menteri
negara-negara peserta Konferensi Kolombo.
Konferensi Bogor memutuskan hal-hal sebagai berikut:
         Konferensi Asia Afrika akan diselenggarakan di Bandung pada bulan 18-24 April 1955. 
         Penetapan tujuan KAA
         menetapkan negara-negara yang akan diundang sebagai peserta Konferensi Asia Afrika. 
         Hal-hal yang akan dibicarakan dalam Konferensi Asia Afrika. 
         Pemberian dukungan terhadap tuntutan Indonesia mengenai Irian Barat.
  Tujuan diadakannya Konferensi Asia Afrika. antara lain:
1.   Memajukan kerja sama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam bidang  sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
2.   Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme.
3.   Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia dan
kerja sama internasional.
4.   Bekerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
5.   Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama seperti kedaulatan negara,
rasionalisme, dan kolonialisme.

2.1.2 Penggagas Awal Konferensi Asia Afrika


            Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr.
Ali Sastroamidjojo (penggagas awal KAA), di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja
sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa
kerja sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian
dunia yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan aturan-aturan
dalam PBB yang menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara¬negara itu pada
umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi
mempunyai dasar sama (commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah
Indonesia untuk mempererat kerja sama di antara Negara-negara afrika. kemudian mendapat dukungan dari negara
India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar) dalam Konferensi Colombo.
           
            KAA di laksanakan tanggal 18-24 April 1955 di gedung Merdeka Bandung. KAA di laksanakan oleh
29 negara yang terdiri 23 Negara Asia dan 6 Negara Afrika. Indonesia adalah pelopor dan penyelenggara
pelaksanaan Konferensi Asia Afrika I yang dibuka oleh Presiden Soekarno pada tanggal 8 April 1955 di
Bandung. Dalam KAA di Bandung, secara aklamasi peserta konferensi memilih Mr. Ali Sastroamidjoyo
sebagai Ketua Sidang dan Roeslan Abdulgani sebagai Sekertaris Sidang.

2.2 Arti penting KAA bagi bangsa Indonesia pada waktu itu
Konferensi Asia Afrika membawa pengaruh yang besar bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan
bangsa di Asia dan Afrika. Pengaruh Konferensi Asia Afrika bagi dunia adalah sebagai berikut.
1.      Perintis dalam membina solidaritas bangsa-bangsa dan merupakan titik tolak untuk mengakui kenyataan bahwa
semua bangsa di dunia harus dapat hidup berdampingan secara damai. 
2.      Cetusan rasa setia kawan dan kebangsaan bangsa-bangsa Asia Afrika untuk menggalang persatuan.
3.      Penjelmaan kebangkitan kembali bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.
4.      Pendorong bagi perjuangan kemerdekaan bangsa di dunia pada umumnya serta di Asia dan Afrika khususnya.
5.      Memberikan pengaruh yang besar terhadap perjuangan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam mencapai
kemerdekaannya.
6.      Banyak negara-negara Asia-Afrika yang merdeka kemudian masuk menjadi anggota PBB. Selain membawa
pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia Afrika juga
menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia pada umumnya. 
7.      Konferensi Asia Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi
ketegangan/detente akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
8.      Gagasan Konferensi Asia Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
9.      Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar), dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh
negara-negara yang tidak bersedia masuk BlokTimur ataupun Blok Barat.
10.  Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapuskan diskriminasi ras di negaranya. Konferensi Asia
Afrika dan pengaruhnya terhadap solidaritas antarbangsa tidak hanya berdampak pada negara-negara di Asia dan
Afrika, tetapi juga bergema ke seluruh dunia.
11.   Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok
tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan Rl.

Arti penting KAA untuk bangsa indonesia sendiri pada waktu itu yaitu:
         Perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Indonesia mendapat dukungan dari negaranegara Asia-
Afrika.
         Politik luar negeri bebas aktif yang dijalankan Indonesia mulai diikuti negara-negara yang tidak masuk Blok Barat
dan Blok Timur.
         Persahabatan dengan negara tetangga khususnya di Asia Afrika makin erat.
         indonesia lebih disegani dan diakui oleh bangsa lain

2.3 Relevansi KAA bagi bangsa Indonesia saat ditengah arus globalisasi dunia
Pelaksanaan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi mendorong
setiap negara saling berhubungan. Oleh sebab itu, politik bebas aktif yang dianut bangsa
Indonesia mengharuskan Indonesia terus aktif dalam pergaulan dunia guna mewujudkan
perdamaian dunia yang abadi.
Pelaksanaan politik bebas aktif yang dianut Indonesia di wujudkan dalam berbagai
macam kegiatan internasional. Selain itu Indonesia juga aktif dalam dalam berbagai
peristiwa penting dunia seperti penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi , perjanjian
kerja sama, perundingan antarnegara, dan kegiatan internasional lainnya.
jadi dengan Indonesia menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika maka indonesia
mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena dengan adanya konferensi tersebut
hubungan persahabatan dengan negara tetangga khususnya di Asia dan afrika akan lebih
dekat dan hal itu juga dapat mendukung bagi bangsa indonesia bekerja sama dalam
berbagai bidang yang dapat memberi manfaat bagi negara dalam arus globalisasi saat ini.
   

BAB III
PENUTUP

5.1 Simpulan
Latar belakang dan dasar pertimbanaan diadakan KAA adalah sebagai berikut:
         Benua Asia dan Afrika mempunyai banyak kesamaan baik letak, sejarah maupun nasib.
         Perdamaian Negara-negara didunia terancam akibat adanya pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur karena
ada beberapa bangsa dikawasan Asia-Afrika yang belum merdeka sepenuhnya.
         Negara-negara dikawasan Asia-Afrika yang sudah merdeka perlu menjalin kerjasama untuk mengatasi masalah-
masalah pembangunan, ekonomi, sosial, pendidikan & budaya.
         Kesadaran akan diperlukannya kerja sama negara-negara Asia - Afrika dalam mengatasi masalah ekonomi, sosial,
pendidikan, dan kebudayaan.

5.2 Saran
Jika Anda ingin mengetahui atau mengkaji lebih dalam tentang Konferensi Asia Afrika, sebaiknya
banyak-banyaklah membaca buku tentang sejarah dunia. Serta bergemarlah dalam menuntut ilmu yang
berkaitan dengan sejarah dunia. 
  

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Sejarah Konferensi Asia Afrika. http://www.bandung.eu/. Diakses pada tanggal 25 april 2015,
pukul 16.00 wib
______. 2013. Makalah Konfersi Asia Afrika. http://yuliastutiksponz.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
16 april 2015, pukul 11.00 wib
______. 2013. Makalah Pkn Tentang Konfrensi Asia. http://blogmerko.blogspot.com/. Diakses pada tanggal
16 april 2015, pukul 11.30 wib

Sejarah Konferensi Asia Afrika


KONDISI DUNIA INTERNASIONAL SEBELUM KONFERENSI ASIA AFRIKA
Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di

dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru.

Penjajahan yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15.

Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemerdekaannya, seperti : Indonesia (17

Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India

(15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949),

namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di

wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa
penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden, dan Palestina. Selain itu konflik antarkelompok masyarakat di dalam

negeri pun masih berkecamuk akibat politik devide et impera.

Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat

(kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis), semakin memanaskan situasi dunia. Perang Dingin

berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan pengembangan senjata nuklir

meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya Perang Dunia.

Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani

masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut, sementara akibat yang

ditimbulkan oleh masalah-masalah ini sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika.

LAHIRNYA IDE PELAKSANAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA


Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu),

India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu

pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada

kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk

menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan

bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia

Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan penjajahan.

Sebagai persiapan, maka Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para Kepala Perwakilan Indonesia

di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat pada 9 – 22 Maret 1954, untuk membahas

rumusan yang akan dibawa oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Kolombo, sebagai dasar usulan

Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika.

Pada 28 April – 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi

kepentingan bersama.

Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya diadakan pertemuan lain

yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia karena masalah-masalah krusial yang dibicarakan itu tidak hanya terjadi

di Negara-negara Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut tetapi juga dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia

lainnya.

Usul ini diterima oleh semua peserta konferensi walaupun masih dalam suasana skeptis. Konferensi memberikan kesempatan

kepada Indonesia untuk menjajaki kemungkinannya dan keputusan ini dimuat di bagian akhir Komunike Konferensi Kolombo.
USAHA-USAHA PERSIAPAN KONFERENSI 
Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik, melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika, untuk mengetahui

sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Ternyata pada umumnya

mereka  menyambut baik ide ini dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi tersebut, walaupun mengenai waktu

penyelenggaraan dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.

Pada 18 Agustus 1954, melalui suratnya, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India mengingatkan Perdana Menteri

Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk

mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih disertai keraguan akan

berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada 25 September 1954,

beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi tersebut, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir

kunjungan Perdana Menteri Indonesia :

“Para perdana menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili Negara-negara Asia

dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya perdamaian sekaligus

pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin“.

Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma, U Nu, pada 28 September 1954.

Pada 28 – 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo

(Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor, untuk membicarakan persiapan Konferensi

Asia Afrika.

Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang  agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada

Konferensi Asia  Afrika.

Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah

pada konferensi tersebut, yang ditetapkan akan berlangsung pada akhir minggu April tahun 1955. Presiden Indonesia,

Soekarno, menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.

MENJELANG KONFERENSI ASIA AFRIKA 


Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibentuk Sekretariat Bersama yang diwakili oleh lima negara

penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang juga menjadi

ketua badan itu, dan 4 negara lainnya diwakili oleh kepala-kepala perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu Kuasa

Usaha U Mya Sein (Birma), Duta Besar M. Saravanamuttu (Ceylon), Duta Besar B.F.H.B. Tyabji (India), dan Duta Besar

Choudhri Khaliquzzaman (Pakistan).


Pemerintah Indonesia sendiri membentuk Panitia Interdepartemental pada 11 Januari 1955 yang diketuai oleh Sekretaris

Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen guna membantu

persiapan-persiapan konferensi tersebut.

Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuklah Panitia Setempat pada 3 Januari 1955, dengan ketuanya Sanusi

Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani hal-hal yang bertalian dengan

akomodasi, logistik, transportasi, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.

Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel Homann, Hotel

Preanger, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di sepanjang Jalan Cipaganti, Lembang, dan Ciumbuleuit dipersiapkan

sebagai tempat menginap para peserta yang berjumlah lebih kurang 1.500 orang. Selain itu, disediakan juga fasilitas akomodasi

untuk lebih kurang 500 wartawan dalam dan luar negeri.

Keperluan transportasi dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari

serta cadangan 175 ton bensin.

Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan  terakhir di Bandung pada 7 April 1955, Presiden Indonesia Soekarno

meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana Pensiunmenjadi Gedung

Dwiwarna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk

lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang sesuai dengan tujuannya.

Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintah dari 25 Negara Asia dan

Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah,

karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya, sedangkan 24 negara lainnya menerima baik

undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu.

Negara-negara Peserta Konperensi Asia-Afrika :


1.
ASIA AFRIKA BERGEMA DARI BANDUNG
Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan

Konferensi Asia  Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel Preanger

sampai dengan kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai negara.

Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas mereka untuk menjaga

keamanan dan ketertiban.

Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju

Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka
memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet

di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel

Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama “Langkah Bersejarah” (The Bandung Walks). Kira-kira pukul

09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.

Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di depan

Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik “merdeka”. Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka

kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.

Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : “Indonesia Raya”, Presiden Indonesia, Soekarno,

mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born” (Mari Kita Lahirkan Asia Baru

dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari

kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun

berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan

yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau

mengatakan :

“Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, mengerti

bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa

persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan

menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya

berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru

dan Afrika Baru telah lahir!”

Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana Menteri

India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada presiden atas pidato

pembukaannya.

Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka kembali. Secara

aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama, Roeslan

Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi.

Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para pimpinan

delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955. Pertemuan tersebut

menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang dipandang
perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi ditempuh dengan sesederhana mungkin

dan dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah  dan  mufakat  (sistem konsensus).

Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Dibentuk tiga

komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui

oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

 Ketua Konferensi    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


 Ketua Komite Politik    : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
 Ketua Komite Ekonomi    : Roosseno, Menteri Perekonomian  Indonesia
 Ketua Komite Kebudayaan   : Muhammad Yamin, Menteri  Pendidikan,  Pengajaran,  dan Kebudayaan Indonesia
 Sekretaris Jenderal
 Konferensi    : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama

terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang dihadapi antara Negara-

negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta

konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari

yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia  Afrika dibuka. Dalam Sidang Umum itu

dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia (komite) sebagai hasil konferensi.

Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua

delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika

ditutup.

Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :

1. Kerja sama ekonomi;


2. Kerja sama kebudayaan;
3. Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
4. Masalah rakyat jajahan;
5. Masalah-masalah lain;
6. Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.

Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu suatu

pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Dasasila Bandung :
1. Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.
3. Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
4. Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan Piagam
PBB.
6. (a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau
kemerdekaan politik negara mana pun.
8. Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan, konsiliasi,
arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak yang bersangkutan
sesuai dengan Piagam PBB.
9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10. Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.
DAMPAK KONFERENSI ASIA AFRIKA
Konferensi Asia Afrika di Bandung telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa

Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga kemudian lahirlah

sejumlah negara merdeka di kawasan Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasasila Bandung

semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.

Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika, baik

dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Beberapa konferensi antarorganisasi dari negara-negara tersebut

diselenggarakan, seperti Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia Afrika, Konferensi

Wartawan Asia Afrika, dan Konferensi Islam Afrika Asia.

Jiwa Bandung dengan Dasasilanya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah

melahirkan faham Dunia Ketiga atau “Non-Aligned” terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua Moscow. Jiwa

Bandung telah mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB tidak lagi menjadi forum eksklusif

Barat atau Timur saja.

Anda mungkin juga menyukai

  • Modul Pembelajaran
    Modul Pembelajaran
    Dokumen53 halaman
    Modul Pembelajaran
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Kisi Kisi Uts
    Kisi Kisi Uts
    Dokumen15 halaman
    Kisi Kisi Uts
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Ande-Ande Lumut
    Ande-Ande Lumut
    Dokumen2 halaman
    Ande-Ande Lumut
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Humas Campus Expo
    Humas Campus Expo
    Dokumen1 halaman
    Humas Campus Expo
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Pergerakan Nasional
    Pergerakan Nasional
    Dokumen52 halaman
    Pergerakan Nasional
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • PAI
    PAI
    Dokumen4 halaman
    PAI
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Senbud
    Presentasi Senbud
    Dokumen19 halaman
    Presentasi Senbud
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Lyric Mars Forkompi
    Lyric Mars Forkompi
    Dokumen1 halaman
    Lyric Mars Forkompi
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat
  • Kelompok
    Kelompok
    Dokumen15 halaman
    Kelompok
    Septiana Suharyanti
    Belum ada peringkat