File 867958 1579748327606
File 867958 1579748327606
2016
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2016
PELAKSANAAN, PELAPORAN
D A N P E RTA N G G U N G JAWA B A N K E UA N G A N D E S A
Di lara ng kera s m eng ut ip, me nji pla k, ata u me ng ganda ka n seba gia n atau
sel ur uh is i m od ul i ni , s erta memp er jual beli ka n ta npa izi n tert uli s da ri
Dep ut i Bid ang P engaw asan Pe nye le ngga raa n Ke ua nga n Dae ra h - B PKP
Modul #3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
KATA PENGANTAR
i
Modul t3 : Kebijakan Pell.awalan BPKP & Regula .. P.n •• lotaan Kegangan De..
,'58".e: III "It _~ l!~. ''"' ~
Kami menyadari modul Inl maslh jauh dari sempurna dan masih terbuka peluang
untuk. tsrus mengalami penyesuaian, diantaranya karena munculnya peraturan baru
ataopun revisi peraturan. Oleh karena itu kritik dan saran kami harapkan bagi
penyempurnaan pada masa mendatang. Akhimya kaml mengucapkan terlma kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi atas terwujudnya modul ini.
II
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Kompetensi Dasar 1
C. Indikator Keberhasilan 1
D. Sistematika Modul 1
E. Metode Pembelajaran 2
iii
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Daftar Pustaka 62
Tim Penyusun 64
iv
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
DAFTAR GAMBAR
v
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
vi
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UU Nomor 6 Tahun 2014 (UU Desa) beserta peraturan pelaksanaanya telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan
dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan
keuangan dan kekayaan milik desa. Dalam APBN 2016 telah dialokasikan Dana Desa
sebesar kurang lebih 46,9 triliun rupiah kepada seluruh desa yang tersebar di
Indonesia. Jumlah desa yang ada saat ini sesuai Permendagri Nomor 56 Tahun 2015
adalah sebanyak 74.754 desa. Selain Dana Desa, sesuai UU Desa pasal 72, Desa
memiliki Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer berupa Alokasi Dana Desa;
Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi Kabupaten/Kota; dan Bantuan Keuangan dari
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Dengan jumlah dana yang besar dan semakin membesar tiap tahunnya maka
diperlukan pengelolaan keuangan desa yang akuntabel. Salah satu titik kritisnya adalah
dalam proses pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan. Aparatur desa harus mampu
memahami proses ini dengan baik, begitu juga halnya APIP yang melakukan fungsi
pembinaan berupa konsultasi. Karenanya diperlukan suatu panduan yang menjelaskan
proses tersebut secara lebih detail dengan mengacu pada ketentuan perundangan yang
berlaku.
B. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari Modul Pelaksanaan, Pelaporan
dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa ini adalah peserta diklat
diharapkan mampu menjelaskan konsepsi pelaksanaan pengelolaan keuangan desa.
C. INDIKATOR KEBERHASILAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan memiliki
pengetahuan mengenai:
1. Alur pelaksanaan APB Desa.
2. Jenis-jenis pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa.
1
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
D. SISTEMATIKA MODUL
Modul Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Desa
disajikan dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, kompetensi dasar, indikator keberhasilan,
deskripsi singkat, serta metode pembelajaran.
Bab II Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
Bab ini menjelaskan tentang secara umum tentang struktur APB Desa
meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Bab III Penatausahaan Pendapatan Desa
Bab ini menjelaskan tentang proses penerimaan pendapatan yang
meliputi pendapatan Asli Desa, Transfer,meliputi pendapatan, belanja,
dan pembiayaan, termasuk penatausahaannya.
Bab IV Penatausahaan Belanja Desa
Bab ini menjelaskan tentang jenis-jenis belanja, kode rekening belanja,
penatausahaan belanja dan hal-hal penting lain terkait penatausahaan
belanja yang meliputi RAB, SPP, metode Pembayaran, laporan kegiatan
serta kewajiban perpajakan da pengadaan barang/jasa di desa.
Bab V Penatausahaan Pembiayaan Desa
Bab ini menjelaskan tentang jenis-jenis pembiayaan, kode rekening
pembiayaan serta penatausahaan pembiayaan desa.
Bab VI pelaporan dan Pertanggungjawaban APB Desa
Bab ini menjelaskan tentang jenis-jenis laporan di desa yang meliputi
Laporan Realisasi APB Desa, Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa,
Laporan Kekayaan Milik Desa, Laporan Program Sektoral dan Program
Daerah serta Informasi Kepada Masyarakat.
E. METODE PEMBELAJARAN
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah melalui
pemaparan, tanya jawab dan diskusi, serta latihan.
2
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB II
ANGGARAN DAN PENDAPATAN DESA (APB DESA)
Anggaran dan pendapatan desa (APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan
tahunan pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program dan kegiatan
yang menjadi kewenangan desa. Struktur APB Desa terdiri dari pendapatan desa, belanja
desa, dan pembiayaan desa. Pelaksanaan APB Desa berarti pelaksanaan berbagai program
dan kegiatan yang telah ditetapkan dan disepakati di awal tahun.
Dalam pelaksanaan APB Desa, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
khususnya terkait penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja desa. Diantaranya yaitu
bahwa seluruh penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja desa dilaksanakan melalui
Rekening Kas Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di
wilayahnya, akan diatur lebih lanjut oleh pemerintah kabupaten/kota. Prinsip ini berarti
pembayaran kepada pihak ketiga secara normatif dilakukan melalui transfer ke rekening
bank pihak ketiga. Namun demikian agar operasional kegiatan berjalan lancar, pembayaran
kepada pihak ketiga dapat dilakukan secara kas tunai (uang panjar) oleh Pelaksana
Kegiatan. Pemberian panjar kepada Pelaksana Kegiatan dapat dilakukan setelah terlebih
dahulu mendapat persetujuan Kepala Desa (setelah melalui proses verifikasi oleh Sekretaris
Desa).
Prinsip lain yaitu Bendahara Desa dapat menyimpan uang dalam kas desa dalam batas
jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa. Besarnya
batasan jumlah uang tunai yang dapat disimpan dalam kas desa akan ditetapkan dengan
peraturan bupati/walikota. Selain itu dalam hal penatausahaan keuangan desa, maka semua
penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan
sah, serta ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.
A. PENDAPATAN DESA
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang
merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
desa. Pendapatan desa diklasifikasikan berdasarkan kelompok dan jenis pendapatan,
yaitu terdiri dari pendapatan asli desa (PAD), transfer, dan pendapatan lain-lain.
3
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
B. BELANJA DESA
Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh desa. Belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan
kewenangan desa, dan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang
disepakati dalam Musyawarah Desa, serta sesuai dengan prioritas pemerintah baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Belanja desa
diklasifikasikan berdasarkan kelompok, kegiatan, dan jenis belanja. Kelompok belanja
yaitu:
1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
2. Pelaksanaan Pembangunan Desa
3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa
4. Pemberdayaan Masyarakat Desa
5. Belanja Tak Terduga
Kelompok belanja tersebut terbagi dalam kegiatan-kegiatan yang terdiri dari 3 (tiga)
jenis belanja yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.
C. PEMBIAYAAN DESA
Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan diklasifikasikan menurut
kelompok dan jenis pembiayaan, yaitu terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
4
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
E. KODE REKENING
Pengelolaan keuangan yang baik memerlukan adanya suatu klasifikasi dalam sistem
yang dijabarkan dalam kode rekening atau chart of accounts. Kode Rekening tersebut
terdiri dari kumpulan akun secara lengkap yang digunakan di dalam pembuatan proses
perencanaan, pelaksanaaan, penatusahaan hingga pelaporan. Kode rekening
merupakan alat untuk mensinkronkan proses perencanaan hingga pelaporan, sehingga
kebutuhan pelaporan yang konsisten sejak mulai proses perencanaan dan
penganggaran akan dapat dapat terpenuhi.
Mengingat pentingnya peran kode rekening tersebut maka diperlukan standarisasi kode
rekening sehingga akan dicapai keseragaman dalam pemakaiannya khususnya di
wilayah suatu kabupaten/kota. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kode
rekening disusun sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif.
Dalam ketentuan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa pasal 8 telah diatur mengenai klasifikasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan
sampai ke tingkat jenis. Namun demikian Ilustrasi APB Desa (sebagaimana tercantum
dalam lampir ketentuan tersebut), untuk tingkat objek belanja (ditulis dalam tanda
strip) bersifat tidak mengikat. Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota dapat
membuat pengaturan lebih lanjut mengenai objek belanja (misalnya bisa diatur hingga
ke rincian objek belanja) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-
masing daerah. Hal ini telah sesuai dengan pasal 43 ketentuan dimaksud (bahwa untuk
kepentingan pengendalian, dapat diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati/Walikota).
Pengaturan kode rekening baru dilakukan untuk kelompok pendapatan, belanja, dan
pembiayaan; sedangkan untuk kelompok aset, kewajiban, dan ekuitas belum diatur.
5
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Kode Rekening disajikan dengan menggunakan istilah level akun. Level akun yang
dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut:
Kode rekening untuk kelompok pendapatan, belanja, dan pembiayaan akan dibahas
lebih lanjut pada bab-bab berikutnya
6
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 2.1
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa
Dengan memperhatikan Peraturan Kepala Daerah ........... No...... Tahun .... Tentang Pengelolaan Keu Desa ,
bersama ini kami sampaikan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Desa .......................... sebagai berikut:
…………………………………………….
Data saldo awal diperoleh dari saldo bulan sebelumnya; sedangkan jumlah penerimaan
dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom penerimaan pada BKU dan
Buku Bank; dan jumlah pengeluaran diperoleh dari penjumlahan kolom pengeluaran
pada BKU dan Buku Bank.
7
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB III
PENATAUSAHAAN PENDAPATAN DESA
Penatausahaan pendapatan desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara
Desa terhadap seluruh transaksi penerimaan pendapatan desa yang meliputi pendapatan
asli desa, transfer, dan pendapatan lain-lain. Pencatatan dilakukan secara sistematis dan
kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi.
Pendapatan asli desa berasal dari masyarakat dan lingkungan desa, sedangkan pendapatan
transfer berasal dari pemerintah supra desa. Pihak yang terkait dalam proses penerimaan
pendapatan desa adalah pemberi dana (pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota,
masyarakat, dan pihak ketiga), penerima dana (bendahara desa/pelaksana kegiatan/kepala
dusun) dan bank.
Pendapatan yang masuk kategori Hasil Usaha contohnya adalah pendapatan yang
berasal dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) pengelolaan pasar desa, dan
pengelolaan kawasan wisata skala desa. Pencatatan penerimaan dari BUM Desa
berupa penerimaan deviden harus disertai dengan bukti antara lain berupa bukti
transfer deviden, hasil RUPS, dan pengumuman laba BUM Desa. Sedangkan untuk
pendapatan sewa disertai dengan bukti antara lain kuitansi penerimaan sewa.
Pendapatan yang berasal dari Hasil Aset Desa antara lain tambatan perahu, pasar
desa, tempat pemandian umum dan jaringan irigasi. Pendapatan dari hasil
pemanfaatan aset tersebut umumnya adalah berupa Retribusi Desa. Retribusi Desa
yaitu pungutan atas jasa pelayanan yang diberikan pemerintah desa kepada
pengguna/penerima manfaat aset desa dimaksud. Ketentuan mengenai Retribusi
Desa harus ditetapkan dalam Peraturan Desa, dan pelaksanaan penerimaan
retribusinya dilakukan oleh Bendahara Desa atau petugas pemungut penerimaan
desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa. Seluruh pendapatan Retribusi Desa
8
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
yang diterima oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke dalam Rekening Kas Desa.
Sedangkan seluruh pendapatan yang diterima oleh Petugas Pemungut harus segera
disetorkan kepada Bendahara Desa. Prosedur penerimaan pendapatan sewa,
retribusi, dan pungutan adalah sebagai berikut.
Gambar 3.1
Prosedur Penerimaan Pendapatan Retribusi, Pungutan, dan Sewa
9
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Atas bukti penerimaan atas swadaya dari masyarakat tersebut, baik yang berupa
natura ataupun tenaga yang telah dirupiahkan, ditembuskan kepada Bendahara
Desa untuk dicatat sebagai realisasi penerimaan swadaya yang akan dilaporkan
dalam APB Desa. Prosedur penerimaan yang berasal dari swadaya masyarakat
adalah sebagai berikut:
10
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 3.2
Prosedur Penerimaan Pendapatan Swadaya Masyarakat
Lain-lain Pendapatan Asli Desa antara lain diperoleh dari hasil pungutan desa.
Pungutan yang ada di desa antara lain yaitu pungutan atas penggunaan balai desa,
pungutan atas pembuatan surat-surat keterangan, pungutan atas calon penduduk
desa, dan lain sebagainya. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai
penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam Peraturan Desa. Pelaksana
pungutan desa dilakukan oleh Bendahara Desa dibantu dengan petugas pemungut.
11
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
2. Transfer Desa
Pendapatan transfer desa terdiri dari Dana Desa; Bagian dari Hasil Pajak Daerah
Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah; Alokasi Dana Desa (ADD); Bantuan
Keuangan dari APBD Provinsi; dan Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota.
Untuk Dana Desa yang bersumber dari APBN, mekanisme penyalurannya diatur
dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 22
Tahun 2015. Dana Desa dimaksud ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk
selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya dari kabupaten/kota disalurkan
ke desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke Rekening Kas Desa.
Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada tahun anggaran berjalan
dengan ketentuan:
12
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Penyaluran Dana Desa setiap tahap dilakukan paling lambat pada minggu kedua,
yang dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah diterima di Kas Daerah.
Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD dilakukan dengan syarat:
• Peraturan Bupati/Walikota mengenai tata cara pembagian dan penetapan
besaran Dana Desa telah disampaikan kepada Menteri.
• APBD kabupaten/kota telah ditetapkan.
Sedangkan penyaluran Dana Desa dari RKUD ke Rekening Kas Desa dilakukan
dengan persyaratan setelah APB Desa ditetapkan.
Untuk tahun anggaran 2015 dan 2016, 90% Dana Desa dialokasikan secara merata
kepada setiap desa, dan 10% dialokasikan secara proporsional dengan
memperhatikan jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa,
dan tingkat kesulitan geografis desa.
Gambar 3.3
Prosedur Penerimaan Pendapatan Transfer dari Provinsi/Kabupaten/Kota
13
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
3. Pendapatan Lain-Lain
Kelompok Pendapatan Lain-Lain meliputi Hibah, Sumbangan dari Pihak Ketiga yang
tidak mengikat dan Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah. Pelaksanaan penerimaan
dari Hibah, Sumbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Desa yang Sah berupa kas
dilakukan melalui Bendahara Desa. Pendapatan yang diterima dalam bentuk kas
tunai tersebut, oleh Bendahara Desa harus segera disetorkan ke Rekening Kas
Desa. Pencatatan penerimaan dari Hibah, Sumbangan, dan Lain-Lain Pendapatan
Desa yang Sah harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah antara lain
berupa kuitansi penerimaan.
14
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Rincian sampai ke tingkat objek pendapatan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota. Leveling kode rekening pendapatan desa adalah sebagai berikut:
15
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 3.4
Kode Rekening Pendapatan Desa
KODE
URAIAN
REKENING
1 PENDAPATAN DESA
1 1 Pendapatan Asli Desa
1 1 1 Hasil Usaha
1 1 1 1 Hasil laba BUMDesa
…. Dst
1 2 Pendapatan Transfer
1 2 1 Dana Desa
1 2 1 1 Dana Desa
1 2 2 Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
1 2 2 1 Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah
1 2 3 Alokasi Dana Desa
1 2 3 1 Alokasi Dana Desa
1 2 4 Bantuan keuangan dari APBD Provinsi
1 2 4 1 Bantuan keuangan dari APBD Provinsi
1 2 5 Bantuan keuangan dari APBD Kabupaten
1 2 5 1 Bantuan keuangan dari APBD Kabupaten
16
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Atas penerimaan tunai yang diterimanya, Bendahara Desa harus membuat bukti
kuitansi tanda terima dan dicatat pada Buku Kas Umum. Sedangkan untuk penerimaan
transfer yang masuk ke dalam Rekening Kas Desa, Bendahara Desa akan mendapat
informasi dari bank berupa Nota Kredit. Berdasarkan nota kredit, Bendahara Desa
melakukan pencatatan ke dalam Buku Kas Umum dan Buku Bank. Penerimaan berupa
kas maupun nonkas/transfer harus disertai dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah,
serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan
pada Buku Rincian Pendapatan. Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai
pendapatan berdasarkan klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan
laporan keuangan. Berikut adalah contoh format Buku Rincian Pendapatan.
Gambar 3.5
Buku Rincian Pendapatan
17
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tidak diatur mengenai Buku Rincian
Pendapatan. Namun demikian buku pembantu ini harus dibuat karena dapat
mengklasifikasikan pendapatan menurut kelompok dan jenis pendapatan. Sehingga
memudahkan penyusunan laporan realisasi APB Desa.
18
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB IV
PENATAUSAHAAN BELANJA DESA
Penatausahaan belanja desa adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa
terhadap seluruh transaksi pengeluaran belanja desa yang meliputi semua pengeluaran dari
Rekening Kas Desa yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa digunakan untuk
melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan dalam APB
Desa, serta sesuai dengan prioritas pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota.
1. Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran penghasilan
tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa dan Perangkat Desa serta tunjangan BPD.
Belanja ini dianggarkan dalam kelompok belanja Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, dengan kegiatan berupa pembayaran penghasilan tetap dan tunjangan.
19
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
3. Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran dalam rangka
pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12
(dua belas) bulan serta digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan kewenangan
desa. Termasuk dalam belanja modal adalah upah kerja yang dikeluarkan untuk
perolehan aset.
20
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.1
Kode Rekening Belanja Desa
2 BELANJA DESA
2 1 BIDANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
2 2 BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA
2 3 BIDANG PEMBINAAN KEMASYARAKATAN
2 4 BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
2 1 Kegiatan
2 Dst…..
2 1 Belanja Pegawai
2 1 1 Penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 2 Penghasilan staf Pemerintah Desa
2 1 3 Penghasilan Tambahan Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 4 Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 5 Tunjangan akhir masa jabatan Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 6 Tunjangan BPD dan anggotanya
2 1 7 Uang Sidang BPD
2 1 8 Insentif RT/RW
2 1 9 Operasional Kepala Desa dan Perangkat Desa
2 1 10 Tunjangan pengelola aset dan keuangan desa
2 1 11 …. Dst..
21
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
2 2 10 Belanja Sewa
..... (Sewa Kendaraan, Rumah, Gudang, Meja, kursi, tenda,
soundsystem dll)
2 2 11 Belanja Makanan dan minuman
..... (Mamin Rapat, Kegiatan peninjauan dll)
2 2 12 Belanja pakaian dinas dan khusus beserta atributnya
..... (Pakaian Dinas Kades, perangkat desa, pakaian adat dll)
2 2 13 Belanja perjalanan dinas
..... (Perjalanan Dinas Dalam Daerah dan Luar Daerah)
2 2 14 Belanja bahan bakar minyak (BBM)/Gas
2 2 15 Upah tenaga kerja
2 2 16 Honorarium narasumber/ ahli
2 2 17 Pemberian barang kepada masyarakat/ kelompok masyarakat
2 2 18 Pemberian uang kepada masyarakat/ kelompok masyarakat
…. (uang penghargaan, santunan, beasiswa dll)
2 2 19 Belanja Barang dan Jasa Lainnya …… dst
2 3 Belanja Modal
2 3 1 Belanja Modal Tanah
… (Pengadaan tanah pertanian, kuburan, kolam ikan dll)
22
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
23
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.2
Format Buku Kas Umum
24
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BKU tersebut digunakan hanya untuk mencatat transaksi yang bersifat TUNAI, dan
dilakukan secara kronologis. Jadi belanja kegiatan yang bersifat tunai yang dilakukan
oleh Bendahara Desa akan dicatat dalam BKU, setelah sebelumnya dibuatkan bukti
kuitansi pengeluaran. Sedangkan untuk belanja kegiatan yang bersifat transfer
langsung kepada pihak ketiga, maka pencatatannya dilakukan hanya pada Buku Bank
(tidak dicatat di BKU karena BKU untuk transaksi tunai).
Gambar 4.3
Format Buku Bank
25
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Berbeda dengan BKU, Buku Bank digunakan hanya untuk transaksi yang berkaitan dan
mempengaruhi saldo pada BANK. Pencatatan dalam Buku Bank juga dilakukan secara
kronologis. Tidak ada Kode Rekening dalam Buku Bank sebagaimana BKU. Bukti agar
diisi dengan pemberian nomor secara intern yang diatur secara sistematis sehingga
mudah untuk ditelusuri. Khusus untuk pengisian “Bunga Bank”, “Pajak”, dan “Biaya
Administrasi”, jumlah nilainya berasal dari rekening koran bank yang bersangkutan.
“Saldo” menggambarkan akumulasi yang dipengaruhi penerimaan dan pengeluaran
melalui bank. Saldo ini harus dilakukan perbandingan/rekonsiliasi dengan rekening
koran yang diterima dari bank tempat menyimpan rekening kas desa. Setiap akhir bulan
Buku Bank ini ditutup secara tertib dan ditandatangani oleh Bendahara Desa dan Kepala
Desa, dengan sebelumnya harus diperiksa dan diparaf oleh Sekretaris Desa.
Gambar 4.4
Format Buku Pembantu Pajak
Buku Pembantu Pajak digunakan untuk mencatat pemotongan dan penyetoran pajak
yang dilakukan oleh Bendahara Desa. Pemotongan dan penyetoran pajak ini dicatat
pada Buku Kas Umum, dan juga Buku Pajak.
Selain Bendahara Desa, Pelaksana Kegiatan juga melakukan pencatatan atas transaksi
pengeluaran belanja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, baik berupa belanja
barang dan jasa maupun belanja modal. Pencatatan oleh Pelaksana Kegiatan dilakukan
dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan dan dicatat sesuai dengan SPP yang telah disetujui
26
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
serta didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti yang harus dibuat oleh
Pelaksana Kegiatan mencakup bukti penerimaan maupun bukti pengeluaran, contoh
bukti penerimaan yaitu tanda terima swadaya mayarakat (atas penerimaan barang) dan
daftar hadir (atas penerimaan tenaga gotong royong). Jika masih terdapat sisa saldo di
pelaksana kegiatan, maka atas sisa saldo/panjar tersebut dilakukan penyetoran kepada
Bendahara Desa. Contoh format Buku Kas Pembantu Kegiatan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5
Format Buku Kas Pembantu Kegiatan
27
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
1. Penyusunan RAB
Pihak yang paling berperan dalam pelaksanaan kegiatan adalah Pelaksana Kegiatan
yang diperankan oleh Kepala Seksi. Langkah awal yang harus dilakukan oleh
pelaksana kegiatan setelah APB Desa ditetapkan adalah mengajukan pendanaan
untuk melaksanakan kegiatan. Pengajuan tersebut harus disertai dengan dokumen
antara lain yaitu RAB. RAB sebelum dilaksanakan harus diverifikasi terlebih dahulu
oleh Sekretaris Desa untuk kemudian disahkan oleh Kepala Desa. RAB kegiatan ini
menjadi dasar bagi pelaksana kegiatan untuk melakukan tindakan pengeluaran atas
beban anggaran belanja kegiatan. Alur Persetujuan RAB beserta formulir RAB
disajikan sebagai berikut:
Gambar 4.6
Alur Persetujuan RAB
28
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.7
Formulir Rencana Anggaran Biaya
Berdasarkan RAB Kegiatan yang telah disetujui oleh kepala desa, pelaksana
kegiatan melakukan proses kegiatan sesuai RAB tersebut misalnya berupa
pengadaan barang dan jasa (PBJ) yang dilakukan melalui swakelola dan atau
melalui penyedia barang dan jasa.
29
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.8
Formulir Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
30
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
SPP berfungsi sebagai dasar dalam pembayaran atau pengesahan belanja Oleh
Bendahara Desa. Bagi Sekretaris Desa, SPP berfungsi sebagai alat kontrol untuk
menguji kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana (verifikasi), sedangkan bagi
Pelaksana Kegiatan SPP berfungsi sebagai dasar pencatatan dalam Buku Kas
Pembantu Kegiatan.
Seluruh SPP akan dikompilasi pada akhir periode sebagai dasar penyusunan
Laporan Realisasi APB Desa oleh Bendahara Desa. Oleh karena itu Bendahara Desa
harus membuat Register SPP. Walaupun Register SPP tidak diatur dalam
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, pencatatan ini sangat diperlukan untuk
memudahkan penyusunan laporan keuangan. Format Register SPP yang dikelola
oleh Bendahara Desa adalah sebagai berikut:
Gambar 4.9
Format Register SPP
Pengajuan SPP oleh Pelaksana Kegiatan harus dilampiri dengan Surat Pernyataan
Tanggun Jawab Belanja (SPTB). SPTB merupakan rekapitulasi SPJ yang telah
dilakukan oleh pelaksana kegiatan. Dalam SPTB ini ditambahkan kolom “Nama” dan
“Nomor Rekening Pihak Ketiga” untuk memfasilitasi pembayaran yang dilakukan
melalui transfer bank. Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja disajikan
sebagai berikut:
31
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.10
Format Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
Selain SPTB, pengajuan SPP juga harus dilampiri dengan bukti transaksi. Bukti
transaksi adalah dokumen pendukung yang berisi data transaksi yang dibuat
setelah adanya transaksi yang digunakan sebagai dasar pencatatan. Bukti transaksi
minimal memuat data pihak yang mengeluarkan atau yang membuat. Bukti
transaksi yang baik adalah di dalamnya tertulis nama beserta jabatan dari pihak
yang membuat, nama beserta jabatan yang memverifikasi, nama dan jabatan yang
menyetujui, dan nama dari pihak yang menerima. Contoh bukti transaksi antara
lain yaitu berupa kuitansi, faktur, surat perjanjian, surat penerimaan barang, nota
kontan (nota), nota debet, nota kredit, dan memo internal.
Selain itu bukti transaksi juga harus diberi nomor dan diarsipkan sehingga dapat
dengan mudah ditelusuri jika diperlukan. Bukti transaksi (termasuk dokumen
pencatatan/BKU/buku pembantu) adalah dokumen resmi milik Pemerintah Desa,
dan berfungsi sebagai sumber data dalam kegiatan audit, serta bisa menjadi
barang bukti dalam proses hukum (misalnya dalam kasus dugaan penyelewengan
keuangan dan atau tindak pidana lain terkait keuangan desa). Oleh karena itu,
tindakan secara sengaja menghilangkan, merusak, mengubah, baik seluruh atau
32
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
sebagian dari bukti transaksi adalah termasuk tindakan melawan hukum. Berikut
adalah contoh bukti kuitansi.
Gambar 4.11
Contoh Kuitansi Pengeluaran
3. Metode Pembayaran
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bahwa pembayaran oleh Bendahara
Desa atas pelaksanaan kegiatan bisa dilakukan melalui panjar ataupun tanpa
panjar. Terkait hal itu perlu dipahami beberapa istilah berikut ini.
Uang Muka yaitu pemberian uang dalam rangka pembayaran sebagian atas PBJ
kepada pihak ketiga.
Uang Panjar adalah uang yang diberikan kepada Pelaksana Kegiatan dalam
rangka pelaksanaan kegiatan.
Uang Persediaan adalah uang yang diberikan khusus kepada Bendahara
Pengeluaran Pembantu. Namun demikian khusus untuk desa istilah ini tidak
digunakan dikarenakan tidak ada Bendahara Pembantu di desa.
33
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Dalam pengeluaran belanja desa, terdapat dua cara pembayaran yang dapat
dilakukan oleh Bendahara Desa. Cara pertama yaitu Bendahara Desa melakukan
pembayaran tanpa melalui panjar; dan kedua yaitu dengan melalui panjar kepada
Pelaksana Kegiatan. Ketentuan mengenai pemberian panjar akan diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Bupati/Walikota. Dalam ketentuan tersebut antara lain diatur
mengenai prosedur pengajuan panjar, batasan pembayaran secara kas, dan
batasan uang panjar yang dapat diberikan kepada pelaksana kegiatan, serta
lamanya waktu proses pertanggungjawaban panjar oleh pelaksana kegiatan.
34
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.12
Alur Pembayaran Langsung dari Bendahara Desa
35
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.13
Surat Pengajuan Panjar Kegiatan
36
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.14
Alur Pemberian Panjar Kegiatan
37
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.15
Alur Pelaksanaan Pembayaran Melalui Panjar
38
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 4.16
Contoh Ilustrasi Pengaturan Mengenai Pemberian Panjar
39
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
4. Laporan Kegiatan
Setelah proses persetujuan/pengesahan belanja dilakukan oleh kepala desa melalui
dokumen SPP maka sebagai langkah selanjutnya pelaksana kegiatan membuat
laporan kegiatan. Laporan kegiatan ini dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang
telah selesai dilaksanakan yang menggambarkan realisasi fisik dan keuangan serta
output yang ada. Format Laporan dari pelaksanaan kegiatan adalah sebagai
berikut:
Gambar 4.17
Format Laporan Kegiatan
40
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Laporan ini dibuat ketika kegiatan telah selesai dilaksanakan sebagai media
pemberitahuan tambahan aset (jika ada). Dalam laporan kegiatan diuraikan
hasil/keluaran kegiatan beserta biaya yang telah dikeluarkan. Jika keluaran berupa
aset yang merupakan bagian kekayaan milik desa maka harus dicatat dalam buku
inventaris desa dan dilaporkan dalam Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan
kegiatan ini didukung oleh lampiran berupa Berita Acara Serah Terima Barang dari
penyedia/pihak ketiga kepada pelaksana kegiatan/kepala desa.
Transaksi keuangan yang dikenakan pajak antara lain yaitu pembayaran gaji, upah,
honorarium, sewa, pengadaaan barang dengan nilai batas yang ditentukan, dan
lain sebagainya. Jenis-jenis pajak yang dipungut oleh Bendahara Desa yaitu PPh 21,
PPh 23, PPh 22, dan PPN. PPh 21 dikenakan atas pembayaran gaji, upah, dan
honorarium, sedangkan PPh PPh 23 dikenakan atas pembayaran sewa. PPh 22
dikenakan atas pengadaaan barang dan jasa dengan nilai transaksi minimal
Rp2.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 1,5% di luar PPN. PPN dikenakan atas
pengadaan barang dan jasa dengan nilai transaksi minimal diatas Rp1.000.000,00,
dengan tarif 10%.
Bendahara Desa kemudian mencatat pemotongan dan penyetoran pajak pada BKU
dan Buku Pajak. Jumlah nilai yang dicatat adalah sebesar jumlah pajak yang
dpungutnya yang dihitung dari nilai transaksi. Untuk penyetoran pajak ke Kas
Negara dicatat sebesar nilai Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuatnya.
41
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Salah satu ketentuan yang mengatur pengadaan barang dan jasa di desa adalah
Peraturan Kepala LKPP Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata Cara
Pengadaan Barang/Jasa di Desa. Dalam Perka tersebut dinyatakan bahwa
pengadaan barang/jasa yang bersumber dari APB Desa adalah di luar ruang lingkup
pengaturan pasal 2 Perpres Nomor 54 Tahun 2010 juncto Perpres Nomor 70 Tahun
2012. Menurut Perka LKPP tersebut, tata cara pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah desa yang sumber pembiayaannya berasal dari APB Desa akan
ditetapkan oleh kepala daerah dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan
Kepala LKPP dan kondisi masyarakat setempat.
PBJ Desa pada prinsipnya dilakukan dengan cara swakelola yaitu memaksimalkan
penggunaan material/bahan dari wilayah setempat. Apabila tidak dapat dilakukan
dengan cara swakelola baik sebagian maupun seluruhnya, maka dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa yang dianggap mampu untuk
melaksanakan pekerjaan.
Setiap desa wajib membentuk Tim Pengelola Kegiatan (TPK) melalui Surat
Keputusan Kepala Desa yang terdiri dari unsur pemerintah desa dan unsur lembaga
kemasyarakatan desa untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa. Kedudukan
TPK terkait pengadaan barang/jasa harus sinkron dengan proses pembayaran
sebagaimana telah dibahas di atas.
42
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB V
PENATAUSAHAAN PEMBIAYAAN DESA
Pembiayaan desa meliputi meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Penatausahaan pembiayaan desa adalah
proses pencatatan yang dilakukan oleh Bendahara Desa terhadap seluruh transaksi
pembiayaan desa yang meliputi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.
Pencairan Dana Cadangan merupakan kegiatan pencairan dana dari rekening dana
cadangan ke rekening desa yang dilakukan sesuai Peraturan Desa yang mengatur
hal tersebut.
43
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
2. Pengeluaran pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan meliputi pembentukan dana cadangan; dan penyertaan
modal desa. Pembentukan dana cadangan dilakukan setelah adanya penetapan
persetujuan melalui peraturan desa. Pembentukan dana cadangan ditempatkan
pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak melebihi tahun akhir masa
jabatan Kepala Desa. Begitu juga halnya dengan penyertaan modal desa,
pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Badan
Permusyawaratan Desa (BPD).
Rincian sampai ke tingkat objek pembiayaan akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
bupati/walikota. Leveling kode rekening belanja desa adalah sebagai berikut:
44
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 5.1
Kode Rekening Pembiayaan Desa
3 PEMBIAYAAN
3 1 Penerimaan Pembiayaan
3 1 1 SILPA
3 1 1 1 SILPA
3 1 2 Pencairan Dana Cadangan
3 1 2 1 Pencairan Dana Cadangan
3 1 3 Hasil Kekayaan Desa Yang di pisahkan
3 1 3 1 Hasil Kekayaan Desa Yang di pisahkan
…. Dst
3 2 Pengeluaran Pembiayaan
3 2 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 1 1 Pembentukan Dana Cadangan
3 2 2 Penyertaan Modal Desa
3 2 2 1 Penyertaan Modal Desa
…. Dst
45
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 5.2
Buku Rincian Pembiayaan
Selain pencatatan pada Buku Kas Umum dan Buku Bank, juga dilakukan pencatatan
pada Buku Rincian Pembiayaan walaupun frekuensi transaksi pembiayaan relatif sedikit.
Tujuannya adalah agar diperoleh informasi mengenai pembiayaan berdasarkan
klasifikasinya yang nanti akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Berikut
adalah contoh format Buku Rincian Pembiayaan.
46
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
BAB VI
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
(APB DESA)
Untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka Kepala Desa wajib untuk
menyusun dan menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugas, kewenangan, hak, dan
kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa. Laporan tersebut bersifat periodic yaitu
semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke Bupati/Walikota dan ke Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Laporan dimaksud terdiri dari:
47
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 6.1
Alur Penyusunan Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa Semesteran
Format Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa baik Semester pertama maupun
semester akhir tahun sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 adalah sebagai
berikut:
48
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 6.2
Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa
2 BELANJA DESA
49
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Kegiatan ....
50
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Kegiatan ....
Kegiatan ....dst
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SILPA
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang
3.1.3 Dipisahkan
JUMLAH (Rp)
51
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
52
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 6.3
Alur Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
53
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 6.4
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI PELAKSANAAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
PEMERINTAH DESA…………..
TAHUN ANGGARAN………….
2 BELANJA DESA
54
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Kegiatan ....
Kegiatan ....
55
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
JUMLAH BELANJA
SURPLUS / DEFISIT
3 PEMBIAYAAN
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 SILPA
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang
3.1.3 Dipisahkan
JUMLAH (Rp)
Berdasarkan laporan Dana Desa dari desa-desa yang ada di wilayah kabupaten/kota,
Bupati/Walikota menyampaikan Laporan Realisasi Penyaluran dan Konsolidasi
56
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Penggunaan Dana Desa kepada Menteri Keuangan dengan tembusan kepada menteri
yang menangani desa, menteri teknis/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian
terkait, dan gubernur paling lambat minggu keempat bulan Maret tahun anggaran
berikutnya.
Sampai dengan saat ini, belum ada ketentuan yang mengatur tentang format laporan
Dana Desa yang harus disusun oleh pemerintah desa, begitu juga dengan laporan
kompilasi yang harus disusun oleh pemerintah kabupaten/kota. Untuk Tahun 2015,
aturan yang bisa dijadikan acuan dalam pengelolaan dana desa adalah Peraturan
Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2015 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2015.
Hal lain yang perlu diperhatikan terkait penggunaan Dana Desa adalah SiLPA Dana
Desa. Atas SiLPA yang tidak wajar (± 30%), bupati/walikota akan memberikan sanksi
administrasi berupa pengurangan Dana Desa. Hal ini dikarenakan SiLPA yang tidak
wajar tersebut mengindikasikan adanya penggunaan yang tidak sesuai dengan prioritas,
dan atau terdapat penyimpanan uang dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan.
Laporan KMD merupakan hal yang baru bagi desa karena belum pernah diatur
sebelumnya dalam ketentuan mengenai desa sebelum terbitnya UU Desa. Oleh karena
itu sebagai langkah awal penyusunan Laporan KMD maka harus dilakukan inventarisasi.
UU Desa pasal 116 ayat 4 mengamanatkan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
melakukan inventarisasi aset desa paling lambat 2 (dua) tahun sejak UU Desa berlaku.
Inventarisasi perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah kekayaan milik desa. Modul ini
belum membahasan mengenai tata cara inventarisasi kekayaan milik desa (yang
dilakukan bersama antara pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa) karena
belum ada ketentuan yang mengatur kekayaan milik desa.
57
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Gambar 6.5
Format Laporan Kekayaan Milik Desa
58
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Untuk keperluan penyusunan Laporan KMD tahun berjalan, cara memperoleh saldo
masing-masing akunnya adalah sebagai berikut:
a. Akun Uang Kas di Bendahara Desa, saldonya diambil dari BKU di akhir tahun
setelah ditutup, sedangkan Akun Rekening Kas Desa diambil dari Buku Bank setelah
sebelumnya dilakukan rekonsiliasi dengan rekening koran.
b. Akun Piutang, pengisiannya dengan melakukan inventarisasi atas hak Desa yang
belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan. Hak Desa diketahui misalnya
dari dokumen perjanjian sewa, dimana pihak ketiga sudah menikmati
jasa/pelayanan yang diberikan desa, namun belum membayar kewajibannya.
Contoh lainnya terkait pendapatan transfer misalnya terdapat pendapatan berupa
dana transfer yang telah ditetapkan dalam surat keputusan (Dana Desa, ADD, dll)
sehingga sudah menjadi hak, namun hingga akhir tahun belum diterima.
c. Persediaan, dilakukan dengan cara menghitung sisa persediaan yang masih ada per
tanggal laporan, dengan menggunakan nilai pembelian terakhir. Contohnya yaitu
materai, alat tulis kantor, kertas segel.
d. Penyertaan Modal adalah Akumulasi jumlah uang yang diberikan kepada BUMDesa
dengan mengacu Peraturan Desa.
e. Aset Tetap berupa Tanah; Bangunan dan Gedung; Peralatan dan Mesin; Jalan,
Jaringan dan Irigasi; diambil dari hasil rekonsiliasi antara Buku Inventaris Pengurus
Barang dan Laporan Progres Kegiatan dari Pelaksana Kegiatan.
f. Dana Cadangan, dilakukan inventarisasi atas rekening bank yang menampung Dana
Cadangan yang dimiliki oleh pemerintah desa.
h. Kekayaan Bersih merupakan selisih antara Nilai Aset Desa dengan Kewajiban
Jangka Pendek.
59
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang masuk ke desa adalah informasi
atas program/kegiatan yang dilaksanasakan di wilayah desa yang pelaksanaannya tidak
diserahkan ke desa. Atas program yang masuk ke desa ini diinformasikan kepada
pemerintah desa oleh pelaksana kegiatan dari pemerintah supra desa yang
bersangkutan. Format Laporan Program Sektoral dan Program Daerah yang Masuk ke
Desa disajikan sebagai berikut:
Gambar 6.6
Format Laporan Program Sektoral Dan Program Daerah Yang Masuk Ke Desa
Tanggal :…………
Desa :…………
Kecamatan :…………
Kabupaten :…………
........., tanggal...................
Kepala Desa
(.............................)
60
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
61
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
DAFTAR PUSTAKA
62
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2
Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 3
Tahun 2015 tentang Pendampingan Desa;
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa;
16. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5
Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.07/2014 tentang Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.07/2014 tentang Pengalokasian Transfer
ke Daerah dan Dana Desa;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 263/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.07/2015 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana Desa.
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 257/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Penundaan
dan/atau Pemotongan Dana Perimbangan Terhadap Daerah yang Tidak Memenuhi
Alokasi Dana Desa.
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi
Desa;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Kekayaan Desa;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata
Cara Pelaporan dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
25. Sudarno Sumarto, Asep Suryahad, dan Alex Arifianto, 2004. Tata Kelola Pemerintahan
Dan Penanggulangan Kemiskinan: Bukti-Bukti Awal Desentralisasi Di Indonesia.
SMERU Research Institute, Jakarta. Maret 2004.
26. http://pmd.kemendagri.go.id
27. http://www.kemendesa.go.id
28. http://www.djpk.depkeu.go.id
63
Modul 3 : Pelaksanaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
TIM PENYUSUN
Pengarah
Penanggung Jawab
Penyusun
Syukri
Adrian Puspawijaya
Akhmad Basori
Usulan perbaikan atas modul ini sangat kami harapkan, usulan dapat dikirimkan via email:
satgas.desa@gmail.com dan adrian.poespa@gmail.com
64