Anda di halaman 1dari 3

Iftitahul Lu’ayyi Li Ulinnuha

13017070

Review Paper Colorants for Thermoplastic Polymer by Bruce Muller


Reports by Iftitahul Lu’ayyi Li Ulinnuha – 13017070

Colorants merupakan suatu formulasi dari pigmen/dye dan zat


aditif yang digunakan untuk mewarnai plastik. Ada 3 kategori
warna yaitu pigmen, dye, dan special effect color. Colorants terjual
dalam bentuk serbuk seperti pada Figure 24b.1.

Bentuk-bentuk colorants diantaranya adalah dry color, liquid color,


paste dispersion, masterbatch, dan compounded color. Semuanya
mengandung dispersant dan aditif lainnya. Hanya masterbatch
yang mengandung resin/polimer di dalamnya.

A. Terminology color
• Color matching: Proses ketika ketiga kategori warna dikombinasi
untuk mencapai warna tertentu pada polimer tertentu. Biasanya
ditambah aditif. Kebanyakan aditif tidak memberi efek banyak ke
color matching karena transparan, seperti dispersant dan stabilizer.
Kecuali aditif seperti inorganic flame retardants, glass fiber, high
loadings of fillers, akan memberi efek ke color match.
• Hue: Nama warna tradisional, contohnya merah, biru, dan hijau.
Tiap hue merepresentasikan Panjang gelombang cahaya tertentu.
Color wheels seperti pada Figure 24b.2 menunjukan hue dari
spektrum dan biasa dikenal sebagai mejikuhibiniu.
• Chroma: Intensitas, saturasi, atau kemurnian dari suatu warna.
Chroma yang paling tinggi yaitu yang berada di pinggir lingkaran
color wheel.
• Value: Derajat relative dari kecerahan/kegelapan dari suatu warna. Misalnya light blue dan dark blue.
• Tint: Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan warna yang telah dicerahkan. Misalnya merah yang
dicerahkan menjadi pink. Maka pink adalah tint dari merah.
• Shade: Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan warna yang telah digelapkan. Misalnya merah yang
digelapkan menjadi maroon. Maka maroon adalah shade dari merah.
• Dispersi: Tingkatan pigmen dan aditif aglomerat dipecah dan tetap seperti itu selama proses
molding/ekstrusi. Dispersi yang buruk dapat merusak physical properties.
• Distribusi: Tingkatan colorant dan aditif tercampur seragam melalui polimer. Distribusi warna yang buruk
dapat terlihat sebagai bercak dan guratan.
• Spektrofotometer: Alat untuk mengukur warna secara numerik dibawah cahaya. Alat ini bisa menentukan
metamerism. Dengan komputer dan printer akan menghasilkan kurva dan perbedaan warna saat digunakan
untuk membandingkan 2 warna. Cara kerjanya adalah mengukur jumlah relatif cahaya dari panjang
gelombang berbeda yang diabsorbsi dan ditransmisikan oleh suatu senyawa.
• Colorimeter: Alat untuk mengukur warna secara numerik dengan menerangi sampel demgan cahaya melalui
3 filter warna primer. Alat ini tidak bisa menentukan metamerism.
• Metamerism/metameric: Fenomena 2 warna matching dibawah 1 sumber cahaya, seperti cahaya putih
(siang), tapi tidak matching di sumber cahaya lain, seperti cahaya lampu pijar (kuning)
• Thermochromism: Kemampuan warna pada suatu material untuk berubah warna ketika terdapat perubahan
temperatur
• Black light: Jenis sinar UV yang berada dibawah jangkauan visual normal. Black light sering digunakan
untuk mengidentifikasi fluorescent pigmen, dye, atau pencerah optic.

B. Kategori Warna
1. Pigmen
Pigmen tidak larut dalam resin sehingga membutuhkan shear yang tinggi untuk bisa dispersed di dalam resin.
Kualitas dispersi pigmen bergantung pada proses wetting, dispersing, dan distributing. Ada 2 jenis pigmen,
organik dan anorganik.
1. Pigmen Anorganik
Ciri-ciri pigmen anorganik adalah ukuran partikelnya besar, luas permukaannya kecil, murah, lebih
mudah terdispersi dan opacity lebih baik dari organik. Pigmen anorganik berasal dari produk tambang
Iftitahul Lu’ayyi Li Ulinnuha
13017070
padat. Contohnya adalah FeO, TiO 2 , Cd, PbCrO 4 , CrO 2 , dan logam oksida campuran. Pigmen anorganik
yang mengandung Cd, Pb, dan merkuri, tergolong logam berat, sehingga banyak regulasi pemerintahnya.
2. Pigmen Organik
Ciri-ciri pigmen organik adalah ukuran partikelnya kecil, luas permukaannya besar, biasanya
translucent, sulit untuk dispersi, lebih mahal, lebih tidak beracun daripada anorganik, tidak permanen,
kecuali carbon black. Carbon black memiliki opacity tertinggi. Contoh pigmen organik diantaranya
adalah phthalocyanine, azo condensation, perylenes, quinacridones, carbon black. Pigmen organik yang
diinjeksi ke proses high shear seperti molded/extruded PE lebih mudah luntur daripada proses low shear
seperti rotational molding.

2. Dye
Dye merupakan warna sintetis yang larut dalam resin plastik. Ciri-cirinya mudah terdispersi, warnanya kuat,
cerah, transparan, dan translucent. Dye biasanya bagus digunakan untuk thermoplastics. Contohnya adalah
anthraquinone, pyrazolones, quinophthalones, quinolines. Aplikasi dye banyak dipakai untuk akrilik, PC,
nylon, ABS, styrene. Biasa juga dipakai untuk tail light lenses, reflector, dan papan tanda. Dye bisa luntur
jika dengan polyolefin. Optical brightener digunakan sebagai pemutih di detergen. Bisa juga digunakan di
plastik tapi mahal dan mudah luntur jika terkena cahaya. Optical brightener juga sering dikombinasikan
dengan pigmen dan didispersi ke dalam polimer untuk membuat pigmen fluorescent. Teknik seperti ini dapat
mengurangi kelunturan dalam polyolefin.

3. Special Effect Colorants


Contohnya adalah pearlescents, phosphorescents, metallics, jenis
coloran seperti Saran dan beberapa ground thermoset. Saran dan
ground thermoset digunakan untuk efek colorant granit untuk proses
high shear seperti injection molding. Untuk efek granit juga bisa
didapatkan pada proses low shear seperti rotational mold process,
dengan pigmen konvensional di dalam PE. Pearlescent dan metallic
pigmen memiliki range warna dan ukuran partikel yang luas. Ukuran
partikel yang besar biasanya memproduksi warna yang lebih cerah
dan opacitynya rendah. Sedangkan yang lebih kecil sebaliknya.
Aditif adalah bahan tak berwarna yang ditambahkan ke formula
colorant dengan tujuan tertentu. Jenis-jenis aditif diantaranya ada surfaktan, antioksidan dan UV stabilizer,
antistast, blowing agent, impact modifier, glass fiber, internal mold releases, antiblock, slip, dlame reterdants,
smoke suppressants, laser makers, fillers, dan nanotube. Surfaktan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan resin untuk membasahi pigmen sehingga dapat mencapai dispersi yang baik, contohnya ada zinc
stearate, metallic stearate, dan waxes. Antioksidan dan UV stabilizer digunakan untuk meningkatkan
stabilitas terhadap panas dan cahaya.

C. Colorant Forms
1. Dry color
Dry color berbentuk powder dan terkadang granul. Dry powder diproduksi dengan mendispersi bahan yang
diformulasikan dalam pengaduk dengan intensitas tinggi (high intensity mixer). Kelebihannya diantaranya
biayanya murah, dapat ditimbang/disatukan oleh pabrik, tempat menyimpannya kecil, pengiriman cepat,
penggunaannya rendah (low use level). Kekurangannya adalah membutuhkan pengadukan dengan intensitas
tinggi, berdebu, peralatannya sulit untuk dibersihkan, sulit untuk merubah warnanya, dan sulit untuk
ditransportasi dan diautomatisasi. Sulit ditransportasi karena bisa membentuk aglomerat kembali dan
menyerap kelembapan udara sekitar selama shipping dan penyimpanan. Namun, dry color yang berbentuk
granul bisa diautomatisasi lebih baik dan lebih mudah dibersihkan karena tidak terlalu berdebu. Biasanya dry
color digunakan sekitar 0,1-0,5% pada produk akhir. Dry color cocok untuk semua proses, kecuali system
resin cair seperti plastisol, cast and blown film, dan proses otomatis yang membutuhkan kecepatan tinggi
seperti blow molding. Untuk mewarnai PP dan PE bisa memakai dry color yang sama untuk menghasilkan
warna yang sama pula.

2. Master batch
Bentuknya pellet (strand cut/silindrical and underwater cut/spherical/flat pancake shape), granul, diced
(square cubes/pentagonal). Ukurannya untuk underwater cut (0,014-0,024 in. micro pellet – 0,025-0,078 in.
mini pellet), strand cut 0,08 in – 0,25 in dan diced cube 1/4x1/4 in. master batch diproduksi menggunakan
extruders, batch mixers (ex. Banbury), two roll mills, specialty mixer (combine continues n batch mixing
processes, ex. FCM). Untuk memproduksi bentuk granul dan diced cube biasanya digunakan Banbury atau
two roll mill. Untuk memproduksi pellet biasanya digunakan single/twin screw extruder. Use level
masterbatch sekitar 1-5%. Kecuali pada produk yang tipis seperti film, membutuhkan use level yang lebih
Iftitahul Lu’ayyi Li Ulinnuha
13017070
tinggi untuk meningkatkan opacity. Konsentrasi pigmen dan aditifnya bervariasi dari 15-80%, biasanya yang
dijual 40-65%. Kelebihan masterbatch diantaranya dispersinya lebih baik dari dry color, tidak berdebu,
mudah untuk ditransportasikan, diumpankan, serta diotomatisasi. Kekurangannya diantaranya membutuhkan
space yang lebih besar dari dry color dan liquid color, membutuhkan waktu proses yang lebih lama daripada
dry color, dan biasanya resin yang digunakan untuk membuat masterbatch berbeda dengan resin utama yang
akan diberi warna. Perbedaan resin tersebut dapat merubah karakteristik proses atau physical properties.
Masterbatch cocok untuk kebanyakan proses kecuali rotational molding dan system resin cair seperti plastisol
dan silicon.

3. Liquid Color
Pigmen dan aditif terdispersi di bahan-bahan liquid yang digunakan dalam polimer termoplastik dan
thermoset non vinyl (non-PVC). Liquid color bersifat universal, yakni bisa digunakan di berbagai jenis resin
dengan liquid color yang sama, misalnya pada PE dan styrene. Dispersinya lebih bagus daripada masterbatch,
dan jauh lebih bagus lagi dibandingkan dengan dry color. Diproduksi di sand mills, ball mills, dan high shear
mixer seperti Cowles. Muatan pigmennya antara 12-70%, digunakan hanya 0,25-1,5%. Viskositasnya diatur
dan dijaga pada viskositas yang cukup rendah untuk memudahkan dipompa dan diukur, namun pada waktu
yang sama, viskositasnya juga dibuat cukup tinggi untuk mencegah pengendapan pigmen. Biasanya
viskositasnya sekitar 6000-8000 cps. Kelebihannya diantaranya biayanya sangat murah, disperse pigmennya
unggul, penyimpanan kompak, sangat mudah dan tidak mahal untuk diotomatisasi. Kekurangannya bisa
mengendap dalam waktu yang lama sehingga butuh diaduk kembali sebelum digunakan, dan masih sedikit
pabriknya dibandingkan dry color dan masterbatch. Liquid color tidak boleh disimpan di lingkungan yang
beku. Pompa yang biasa digunakan adalah peristaltic metering pump. Biayanya murah, tidak butuh untuk
dibersihkan, portable, dan mudah dipasang.

4. Paste dispersion
Pigmen dan aditif terdispersi dalam liquid plastisizer untuk mewarnai PVC/senyawa vinyl lainnya. Paste
dispersion termasuk metode yang sudah lama digunakan untuk mewarnai PVC, terutama plastisol yang mana
merupakan PVC dalam bentuk liquid. Metode dan peralatan untuk memproduksi paste dispersion sama
dengan yang digunakan dalam pembuatan liquid color. Viskositasnya lebih tinggi dari liquid color karena
dispersi pigmennya lebih kuat dan lebih terkonsentrasi. Muatan pigmen yang lebih tinggi dapat mengurangi
biaya penggunaan dan menghilangkan pengendapan pigmen.

5. Compounded color
Dispersi pigmen dan senyawa aditif ke dalam resin. Kebanyakan
proses produksinya melalui extruder, dan dijual dalam bentuk pellet.
Extrudernya bisa single screw atau double screw. Muatannya jauh
lebih rendah dibanding masterbatch. Biasanya resinnya
mengandung 0,25-2% pigmen dan aditif. Compounded color
tersedia untuk polimer dalam bentuk padat maupun cair. Colorant
ini merupakan metode paling mahal karena semua resinnya (100%)
dikirim ke compounder, diekstrusi, dikemas ulang, dan dikirim lagi.
Jika dibandingkan dengan masterbatch yang hanya 1-5% dari
produk akhir yang digunakan. Kelebihannya diantaranya adalah
dispersinya baik, tidak membutuhkan mixing di dalam pabrik sehingga dapat mengurangi kemungkinan error
dari mixing dan weighing, bekerja secara efisien di semua proses, dan biasanya digunakan untuk mewarnai
termoplastik. Selain itu, bentuknya yang berupa pellet juga memudahkan untuk dimasukkan ke alat
pemrosesan. Kekurangannya adalah sangat mahal, butuh storage area paling besar, biaya shipping and
packagingnya tinggi karena resinnya dua kali di shipping (ke compounder dan ke alat pemrosesan), dan dua
kali di packaging sehingga biayanya dua kali lipat.

Anda mungkin juga menyukai