Anda di halaman 1dari 4

Hipertiroid merupakan penyakit

metabolik yang menempati urutan kedua

terbesar setelah diabetes melitus. Struma

diffusa toksik (Graves disease) merupakan

penyebab hipertiroid terbanyak pertama

kemudian disusul oleh Plummer’s disease,

dengan perbandingan 60% karena Graves

disease dan 40% karena Plummer’s disease.

Penyakit Graves adalah hipertiroidisme

dengan penyebabnya peristiwa imunologi

dimana terbentuknya IgG yang mengikat dan

mengaktifkan reseptor tirotropin disebut

thyroid-stimulating antibody (TSAb) yang

menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia

folikuler yang berakibat membesarnya

kelenjar dan meningkatnya produksi hormon

tiroid.2,3,4

Peyakit Graves terjadi pada 0.5%

populasi dan sebagian besar diderita oleh

wanita. Jika dibandingkan dengan penyebab

hipertiroid lainnya, penyakit Graves

merupakan penyebab tersering dari

hipertiroidisme, yaitu 70-80% dari kasus

hipertiroidisme.5

Gejala klinis dari hipertiroid

dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk

umur penderita, lamanya menderita

hipertiroid dan kepekaan organ terhadap

kelebihan kadar hormon tiroid. Manifestasi

klinis paling sering dirasakan adalah


penurunan berat badan padahal nafsu makan

baik, kelelahan atau kelemahan otot, tremor,

gugup, berdebar-debar, keringat berlebihan,

tidak tahan panas, palpitasi dan pembesaran

tiroid dan payah jantung. Gejala ini dapat

berlangsung beberapa hari sampai beberapa

tahun. Bahkan,kadang-kadang penderita juga

tidak menyadari penyakitnya.6

Tanda yang paling mudah untuk

mengenali pasien dengan penyakit Graves

adalah dengan adanya ophtalmopathy Graves.

Diagnosis penyakit Graves kadang dapat

ditegakkan berdasar pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pembesaran tiroid difus

serta tanda-tanda tirotoksikosis terutamaberupa ophtamopathy dan


dermopathy

biasanya cukup untuk menegakkan

diagnosis.7,8,9

Penatalaksanaan penyakit Graves

mencakup beberapa metode. Pasien dapat

diterapi dengan obat-obatan antitiroid seperti

methimazole atau propylthyouracil. Pasien

juga dapat menjalani subtotal thyroidectomy,

biasanya diindikasikan pada pasien dengan

kelenjar tiroid yang sangat besar atau

multinodular. Obat-obatan penyekat beta

misalnya propranolol juga efektif digunakan

sebagai terapi tambahan pada manajemen

tirotoksikosis, dimana banyak gejala

tirotoksikosis menyerupai tanda stimulasi

saraf simpatis. Terapi utama lainnya adalah


dengan menggunakan sodium iodida-131

sebagai agen RAI. Kelebihan terapi ini adalah

cara pemberian yang sederhana, efektif,

murahdan tidak menimbulkan rasa nyeri.9,10,11

1. Jasalim U. Struma difusa toksik.

Samarinda. [refarat]: Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman; 2011. hlm. 36-

9.

2. Marina Y. Peran propiltiourasil sebagai

terapi inisial terhadap T3, T4, TSH dan IL-

4 pada penyakit graves. [tesis] Padang:

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas;

2011.

3. Djokomoeljanto. Tirotoksikosis. Dalam:

Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro;

2007. hlm. 217-73.

4. Suastika K. Manifestasi klinik penyakit

graves dalam naskah lengkap simposium

nasional V penyakit kelenjar tiroid.

Semarang: Badan Penerbit Universitas;

2010. hlm. 51-6.

5. Ghada A, Eddin I, Elmugadam A. Anti-

TRA-Ab, anti-TPO-Ab, and FT3 as a

biochemical panel for differential

diagnosis of graves' disease.India: Indian

J of Applied Research. 2014;4(5):408-10.

6. Yunitawati D. Konseling psikologi dan

kecemasan pada penderita hipertiroid di


klinik Litbang Gaki Magelang. Magelang:

MGMI. 2014; 6(1):53-62.

7. Weetman AP. Graves disease. Dalam:

Medical Progress. The New England J of

Medicine. 2010; 343(17):1236-48.

8. Jameson JL, Weetman AP. The Disorders

of thyroid gland. Dalam: Braunwald E,

Fauci A, Kasper D, Hoster S, Longo D,

Jameson J, Editor. Harrison’s Principle of

InternalMedicine. Edisi ke-16. New York:

McGraw Hill; 2010. hlm. 2113-7.

9. Noor WH, Saraswati MR. Terapi penyakit

graves dengan sodium iodida-131.

Denpasar: E-jurnal Medika Udayana;

2013.

10. Greenspan FS. The thyroid gland. Dalam:

Greenspan FS, Gardner DG, Editor. Basic

& Clinical Endocrinology. Edisi ke-8. New

York: McGraw-Hill; 2005. hlm. 248-58.

11. Weetman AP. Graves disease.Dalam:

Medical Progress. The New England J of

Medicine.2011; 343(17):1236-48.

Anda mungkin juga menyukai