Refrerat Plexus Brachialis (Inas)
Refrerat Plexus Brachialis (Inas)
TUMOR OTAK
Diajukan Kepada :
Pembimbing : Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.Bs
Disusun Oleh :
Anggun Ayu Ning Tyas 1710221001
TUMOR OTAK
Disusun Oleh:
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf pusat.
Di Amerika Serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak adalah 21.42 per 100.000
penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk kanker otak ganas, 14.17 per
100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Angka insidens untuk kanker
otak ganas di seluruh dunia berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3.4 per
100.000 penduduk.
Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000.
Pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor. Tumor otak
dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat pada anak-
anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70 tahun. Angka mortalitas adalah
4.25 per 100.000 penduduk per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria.
Dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat, astrositoma anaplastik dan
glioblastoma multiforme (GBM) meliputi sekitar 38% dari jumlah keseluruhan, dan
meningioma dan tumor mesenkim lainnya 27%. Sisanya terdiri dari tumor otak
primer yang bervariasi, meliputi tumor hipofisis, schwannoma, limfoma SSP,
oligodendroglioma, ependimoma, astrositoma derajat rendah, dan meduloblastoma.
.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 1. Anatomi Otak
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus
parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh
garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus
lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut
saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan
mengenali segala jenis rangsangan somatik (Ellis, 2006).
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal
(area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual (Ellis, 2006).
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital oleh
garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus
5
temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara (Ellis, 2006).
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus ini
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata (Ellis,
2006).
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan
memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk mengontrol
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur.
Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa
muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan,
diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
6
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial (CN)
V diasosiasikan dengan pons (Moore & Argur, 2007).
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak yang
akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga di
fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla,
sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla
(Moore & Argur, 2007).
II.2 Histologi
II.3.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunanbangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-
substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama
dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
8
II.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :
1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah tentorium
serebelli dalam fossa Kranni Posterior
Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi, yaitu :
1. Tumor Glia
Astrosit tumor
Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)
Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic astrositoma,
glioblastoma, multiforme)
Ependymal tumor
Myxopapillary and well differentiated ependimoma
Anaplastik ependimoma
Ependimoblastoma
Oligodendroglial tumor
Well differentiated oligodendroglioma
Anaplastik oligodendroglioma
Mixed tumor
Mixed astrositoma-ependimoma
Mixed astrositoma-oligodendroglioma
Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
Meduloblastoma
2. Non-glial tumor
Pineal parenkim tumor
Pineostioma
Pineoblastoma
Astrositoma
Germ tumor
Germinoma
Embrional karsinoma
Teratoma
Craniopharingioma
Meningioma
9
Meningioma
Maligna meningioma
Choroid plexus tumor
Choroid plexus papiloma
Anaplastik choroids plexus papilloma
11
Pembagian stadium tumor menurut diferensiasi tumor yang tampak secara
mikroskopis :
Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir
normal, bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang
efektif (diferensiasi 75-100%)
Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah
mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul
kembali bila diangkat (diferensiasi 50-75%)
Derajat III : Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat
timbul kembali bila diangkat (diferensiasi 25-50%)
Derajat IV : Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre
pada mikroskop (diferensiasi 0-25%)
12
pembesaran lingkar kepala yang progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol;
sedangkan pada anak-anak yang lebih besar di mana suturanya relative sudah
merapat, biasanya gejala papiledema terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat
timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau akibat penekanan pada
nervus optikus oleh tumor secara langsung. Papiledema memperlihatkan
kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang berwarna merah tua dan
perdarahan-perdarahan di sekitarnya.
Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Kejang dapat merupakan
gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan menetap untuk beberapa
lama sampai gejala lainnya timbul.
13
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan perdarahan
intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral.
14
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti perubahan
perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang konsentrasi. Selain itu,
gejala hipertensi intrakranial seperti sakit kepala, mual, vertigo. Serangan epilepsi juga
sering dijumpai pada pasien tumor otak. (Rohkamm, 2004)
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,
kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan
inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Déjà
vu juga dapat timbul.
Lesi pada lopus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
3. Lobus parietalis
Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang
kontralateral.
Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia. •
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia
dan dressing apraxia.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
5. Tumor di cerebello pontin angle
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma. • Dapat
dibedakan karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran.
6. Glioma batang otak
Biasanya menimbulkan neuropati cranial dengan gejala-gejala
seperti diplopia, facial weakness dan dysarthria.
15
7. Tumor di cerebelum
Didapati gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang
tinggi seperti mual, muntah dan nyeri kepala. Hal ini juga
disebabkan oleh odem yang terbentuk.
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar ke leher dan
spasme dari otot-otot servikal.
16
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil.
Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.
Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat
lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian
zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
Tanda proses desak ruang:
Pendorongan struktur garis tengah otak
Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
Kelainan densitas pada lesi:
Hipodens
Hiperdens atau kombinasi
Kalsifikasi, perdarahan
Edema perifokal
17
metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang terlambat, psikosis,
miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi.
Terapi operatif
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi
internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan
secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik
operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan penting dalam
menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap tumor otak.
Terapi konservatif
o Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.
Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh
beberapa faktor:
18
sebagainya. Potensi kemoterapi pada susunan saraf di samping
didasarkan oleh farmakologi sendiri juga perlu dipertimbangkan aspek
farmakokinetiknya (transportasi obat mencapai target) mengingat
adanya sawar darah otak. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan
melalui intra-arterial (infuse, perfusi), melalui
intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna, via
pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral.
o Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa
tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi
sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan tumor.
19
20