Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

TUMOR OTAK

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Bedah
RST Dr.Soedjono Magelang

Diajukan Kepada :
Pembimbing : Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp.Bs

Disusun Oleh :
Anggun Ayu Ning Tyas 1710221001

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA
RST DR.SOEDJONO MAGELANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH

Referat dengan judul :

TUMOR OTAK

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Bedah
RST Dr.Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Anggun Ayu Ning Tyas 1710221001

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp. Bs ....................... .....................

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh kanker susunan saraf pusat.
Di Amerika Serikat insidensi kanker otak ganas dan jinak adalah 21.42 per 100.000
penduduk per tahun (7.25 per 100.000 penduduk untuk kanker otak ganas, 14.17 per
100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Angka insidens untuk kanker
otak ganas di seluruh dunia berdasarkan angka standar populasi dunia adalah 3.4 per
100.000 penduduk.
Tumor otak primer hanya 2 – 3% dari seluruh jumlah kanker pada orang
dewasa. Kira-kira 18.000 kasus baru pasien tumor otak dan dengan kematian 14.000.
Pada anak-anak tumor otak primer kira-kira 25% dari seluruh tumor. Tumor otak
dapat terjadi pada setiap umur, dari penelitian, tumor otak sering terdapat pada anak-
anak 3 – 12 tahun dan pada dewasa sekitar 40 – 70 tahun. Angka mortalitas adalah
4.25 per 100.000 penduduk per tahun. Mortalitas lebih tinggi pada pria.
Dari seluruh tumor primer susunan saraf pusat, astrositoma anaplastik dan
glioblastoma multiforme (GBM) meliputi sekitar 38% dari jumlah keseluruhan, dan
meningioma dan tumor mesenkim lainnya 27%. Sisanya terdiri dari tumor otak
primer yang bervariasi, meliputi tumor hipofisis, schwannoma, limfoma SSP,
oligodendroglioma, ependimoma, astrositoma derajat rendah, dan meduloblastoma.
.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Sistem Saraf Pusat


Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar dan
terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium (tengkorak), yang
secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada orang dewasa. Berat
otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron
atau dapat diibaratkan sejumlah bintang di langit. Masing-masing neuron mempunyai
1000 sampai 10.000 korteks sinaps dengan sel saraf lainnya, sehingga mungkin
jumlah keseluruhan sinaps di dalam otak dapat mencapai 100 triliun.
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang dibentuk oleh
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Jaringan otak dillindungi oleh beberapa
pelindung, mulai dari permukaan luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak,
meningens (selaput otak), dan likuor serebrospinal. Meningens terdiri dari tiga
lapisan, yaitu : Duramater (meningens cranial terluar), arakhnoid (lapisan tengah
antara duramater dan piamater), dan piamater (lapisan selaput otak yang paling
dalam). Di tempat-tempat tertentu duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium
dan membaginya menjadi tiga kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang
membagi rongga cranium menjadi supratentorial dan infratentorial, memisahkan
bagian posterior-inferior hemisfer serebri dari serebelum.
Bila kalvaria dan dura mater disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater
kranialis dan pia mater kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri.
Sulkus dan fisura korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih
kecil yang disebut lobus.

4
Gambar 1. Anatomi Otak

1. Serebrum (Otak Besar)


Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer. Hemisfer
kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer kiri
berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan. Masing-masing hemisfer
terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian
lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus tersebut masing-
masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus temporal
(CDC, 2004).

a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum. Lobus
parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang oleh
garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus
lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut
saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan
mengenali segala jenis rangsangan somatik (Ellis, 2006).
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal
(area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual (Ellis, 2006).
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital oleh
garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral. Lobus

5
temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara (Ellis, 2006).
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus ini
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu
melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata (Ellis,
2006).

2. Serebelum (Otak Kecil)


Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak. Serebelum
terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang batang otak dan di
bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas. Serebelum adalah
pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol
banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh,
mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Selain itu,
serebelum berfungsi menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis,
gerakan mengunci pintu dan sebagainya (Clark, 2005).

3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan
memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk mengontrol
tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur.
Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul berupa
muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi, kesulitan menelan,
diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).

Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:


a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum. Saraf kranial
III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal
mengontrol respon penglihatan, gerakan mata pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran (Moore & Argur, 2007).

6
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain dan
medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf Kranial (CN)
V diasosiasikan dengan pons (Moore & Argur, 2007).
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang otak yang
akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata terletak juga di
fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla,
sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla
(Moore & Argur, 2007).

II.2 Histologi

II.3 Tumor Otak


II.3.1 Definisi
Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial). Neoplasma SSP primer sedikit berbeda dengan neoplasma yang timbul di
tempat lain, dalam artian bahwa bahkan lesi yang secara hitologis jinak, dapat
menyebabkan kematian karena penekanan terhadap struktur vital. Selain itu, berbeda
dengan neoplasma yang timbul di luar SSP, bahkan tumor otak primer yang secara
histologis ganas jarang menyebar kebagian tubuh lain (Kumar et al., 2007).
Tumor otak intrakranial dapat diklasifikasikan menjadi tumor otak benigna
dan maligna. Tumor otak benigna umumnya ektra-aksial, yaitu tumbuh dari
meningen, saraf kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi ekstrinsik
pada substansi otak. Meskipun dinyatakan benigna secara histologis, tumor ini dapat
mengancam nyawa karena efek yang ditimbulkan. Tumor maligna sendiri umumnya
terjadi intra-aksial yaitu berasal dari parenkim otak. Tumor maligna dibagi menjadi
tumor maligna primer yang umumnya berasal dari sel glia dan tumor otak maligna
sekunder yang merupakan metastasis dari tumor maligna di bagian tubuh lain
(Ginsberg, 2011).
Pada pasien tumor otak yang berusia tua dengan atrofi otak, kejadian edema
otak jarang menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial, mungkin dikarenakan
ruang intrakranial yang berlebihan. Hal ini dapat menjelaskan tidak adanya
papiledema pada pasien berusia tua. Muntah lebih sering terjadi pada anak-anak
7
dibandingkan dengan dewasa dan biasanya berhubungan dengan lesi di daerah
infratentorial (Kaal & Vecht, 2004).

II.3.2 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,
yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat
dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial
yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat
untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunanbangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya
suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. 5. Substansi-
substansi Karsinogenik Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama
dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik
seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
8
II.3.3 Klasifikasi
Klasifikasi tumor otak menurut lokasi, yaitu :
1. Supratentorial, yaitu Tumor yang terletak di atas tentorium serebelli
2. Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak di bawah tentorium
serebelli dalam fossa Kranni Posterior
Klasifikasi tumor otak seluler berdasarkan histologi, yaitu :
1. Tumor Glia
Astrosit tumor
Non-infiltrat (Juvenile Pilositik, Subependimal)
Infiltratif (Well differentiated midly and moderately anaplastic astrositoma,
glioblastoma, multiforme)
Ependymal tumor
Myxopapillary and well differentiated ependimoma
Anaplastik ependimoma
Ependimoblastoma
Oligodendroglial tumor
Well differentiated oligodendroglioma
Anaplastik oligodendroglioma
Mixed tumor
Mixed astrositoma-ependimoma
Mixed astrositoma-oligodendroglioma
Mixed astrositoma-ependimoma-oligodendriglioma
Meduloblastoma

2. Non-glial tumor
Pineal parenkim tumor
Pineostioma
Pineoblastoma
Astrositoma
Germ tumor
Germinoma
Embrional karsinoma
Teratoma
Craniopharingioma
Meningioma

9
Meningioma
Maligna meningioma
Choroid plexus tumor
Choroid plexus papiloma
Anaplastik choroids plexus papilloma

Pembagian tumor menurut asal sel, yaitu :


1. Tumor otak primer
Tumor yang berasal dari jaringan otak, diklasifikasikan berdasarkan tipe
jaringan asal, yaitu :
1) Glioma
a. Astrositoma, yaitu : Tumor otak yang berasal dari astrosit, yaitu
sel kecil seperti bintang, pada orang dewasa terdapat pada
secebrum dan pada anak-anak dapat terjadi di batang otak,
serebrum dan serebellum. Merupakan 25% dari seluruh tumor
otak.
b. Pilositik astrositoma, yaitu non-infiltrating astrositoma,
berdiferensiasi, baik, jarang berubah, mampu diangkat semua
dengan operasi. Pada anak banyak pada Cerebellum dan pada
orang dewasa banyak terdapat pada Korteks serebri.
c. Glioblastoma Multiforme, yaitu tumor otak yang tumbuh cepat,
berasal dari astrosit, astroblas, spongioblas. Banyak pada usia 45
– 55 tahun.
d. Ependimoma, berasal dari sel ependim yang ada di dinding
ventrikel, dapat juga terjadi di Medulla spinalis. Bisa terdapat
pada semua umur, terutama pada anak-anak dan dewasa
e. Oligodendroglioma, berasal dari sel yang menghasilkan myelin
untuk melindungi saraf, yang bermula dari serebrum. Tumbuh
lambat dan tidak menyebar ke jaringan otak disekeliling. Sering
terjadi pada usia pertengahan pada dewasa tetapi bisa terdapat
pada semua umur.
2) Medulloblastoma, sebelumnya diduga berasal dari sel glia, tetapi pada
penelitian disimpulkan bahwa tumor ini berasal dari sel saraf yang
primitif yang secara normal tidak ada pada tubuh setelah lahir, kadang
10
disebut Primitif Neuro Ektoderma Tumor (PNET). Sering terdapat di
Serebellum. Sering terjadi pada anak-anak terutama anak laki-laki dan
puncak berada pada 3 – 5 tahun. Cenderung metastasis relatif tinggi
3) Meningioma, berasal dari Meningen, bersifat jinak karena tumbuhnya
sangat lambat dan otak mampu untuk menerima adanya meningioma,
sering tumbuh sampai cukup besar baru memberikan gejala. Banyak
terdapat pada wanita antara 30 – 50 tahun
4) Schwannoma, tumor jinak berasal dari sel Schwan, yang menghasilkan
myelin yang melindungi saraf akustikus untuk pendengaran. Banyak pada
orang dewasa, dan ternyata 2 kali lipat lebih banyak pada wanita daripada
laki-laki
5)Craniopharingioma, tumor berasal dari kelenjar pituitary dekat
hipotalamus, karena dapat menekan atau merusak hipotalamus dan dapat
menyebabkan gangguan fungsi vital dan banyak terdapat pada anak-anak
dan dewasa.
6) Germ Cell Tumor, berasal dari sel primitif sel kelamin atau dari germ sel,
sering disebut Germinoma
7) Tumor Pineal, terjadi disekitar kelenjar pineal, yaitu suatu organ yang
kecil di dekat pusat otak. Tumbuh lambat (Pineositoma), dapat tumbuh
cepat (Pineoblastoma). Daerah pineal sulit dicapai dan sering tidak dapat
diangkat
2. Tumor otak sekunder
Tumor yang tumbuh ketika kanker menyebar dari tempat lain ke otak dan
menyebabkan tumor otak. Tumor sekunder tidak sama dengan tumor otak
primer, karena sel yang terdapat pada tumor otak sekunder mirip dengan sel
asal tumor metastasis tersebut yang abnormal. Terapi tergantung pada asal
tumor dan perluasan penyebaran tumor, umur, keadaan umum pasien,
respon terhadap pengobatan sebelumnya.

11
Pembagian stadium tumor menurut diferensiasi tumor yang tampak secara
mikroskopis :
Derajat I : Sifat kurang agresif, tumbuh lambat, gambar sel hampir
normal, bila dilakukan operasi maka merupakan terapi yang
efektif (diferensiasi 75-100%)
Derajat II : Relatif tumbuh lambat, ada sel yang abnormal di bawah
mikroskop, menginvasi jaringan normal, dapat timbul
kembali bila diangkat (diferensiasi 50-75%)
Derajat III : Cenderung tumbuh lebih cepat, menginfiltrasi dan dapat
timbul kembali bila diangkat (diferensiasi 25-50%)
Derajat IV : Tumbuh sangat cepat, bersifat agresif, gambaran bizarre
pada mikroskop (diferensiasi 0-25%)

II.3.4 Manifestasi klinis


Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung dari lokasi
dan tingkat pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah
peningkatan tekanan intrakranial (sakit kepala hebat disertai muntah proyektil), defisit
neurologis yang progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif. Pada glioma derajat
rendah gejala yang biasa ditemui adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih
sering menimbulkan gejala defisit neurologis progresif dan tekanan intrakranial
meningkat.

Tekanan Tinggi Intrakranial


Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah:
nyeri kepala, muntah proyekil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala disini
cenderung bersifat intermittent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat
terutama di pagi hari karena selama tidur malam PCO2 serebral meningkat
sehingga mengakibatkan peningkatan CBF (Cerebral Blood Flow) dan dengan
demikian mempertinggi tekanan intrakranial. Juga lonjakan sejenak seperti
karena batuk, mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri
dirasa berlokasi di sekitar daerah frontal atau oksipital. Penderita sering kali
disertai muntah yang “menyemprot” (proyektil) dan tidak didahului oleh mual.
Hal ini terjadi oleh karena tekanan Intrakranial yang menjadi lebih tinggi
selama tidur malam, akibat PCO2 serebral meningkat. Tumor otak pada bayi
yang menyumbat aliran likuor serebrospinal sering kali ditampilkan dengan

12
pembesaran lingkar kepala yang progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol;
sedangkan pada anak-anak yang lebih besar di mana suturanya relative sudah
merapat, biasanya gejala papiledema terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat
timbul pada tekanan intrakranial yang meninggi atau akibat penekanan pada
nervus optikus oleh tumor secara langsung. Papiledema memperlihatkan
kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang berwarna merah tua dan
perdarahan-perdarahan di sekitarnya.

Teori mekanisme peninggian tekanan intrakranial, pada tumor otak:


1. Karena adanya obstruksi pada system ventrikel sehingga menghalangi
liquor cerebrospinalis,
2. Adanya massa tumor yang membesar, padahal kapasitas tengkorak
terbatas untuk otak dan liquor saja,
3. Tenaga penyerapan terhadap liquor cerebrospinal terganggu,
4. Karena adanya obstruksi pada system vena, sehingga aliran darah yang
kembali ke vena terhalang,
5. Karena tumor sendiri merupakan stimulasi produksi liquor
cerebrospinalis, sehingga terjadi produksi yang berlebihan, seperti pada
“papiloma plexus”.

Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Kejang dapat merupakan
gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan menetap untuk beberapa
lama sampai gejala lainnya timbul.

Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:

 Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun


 Mengalami post iktal paralisis
 Mengalami status epilepsi
 Resisten terhadap obat-obat epilepsi
 Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain

13
 Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.

Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan perdarahan
intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral.

Gejala Disfungsi Umum


Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari gangguan
fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai dengan koma. Penyebab umum dari
disfungsi serebral ini adalah tekanan intrakranial yang meninggi dan pergeseran otak
akibat gumpalan tumor dan edema perifokal di sekitarnya atau hidrosefalus sekunder
yang terjadi.

Gejala Neurologis Fokal


Perubahan personalitas atau gangguan mental biasanya menyertai tumor-
tumor yang terletak di daerah frontal, temporal, dan hipotalamus, sehingga sering kali
penderiita-penderita tersebut diduga sebagai penyakit nonorganik atau fungsionil.
Gejala afasia agak jarang dijumpai, terutama pada tumor yang berada di hemisfer kiri
(dominan). Tumor-tumor daerah supraselar, nervus optikus dan hpotalamus dapat
mengganggu akuitas visus. Kelumpuhan saraf okulomotorius merupakan tampilan
khas dari tumor-tumor paraselar, dan dengan adanya tekanan intracranial yang
meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens. Nistagmus biasanya
timbul pada tumor-tumor fosa posterior; sedangkan tumor-tumor supraselar atau
paraselar kadang (jarang sekali) menyebabkan gejalapatognomonik berupa nistagmus
‘gergaji’ (seesaw nystagmus); gerakan mata diskonjugat, ventrikal dan rotasional di
mana masing-masing mata geraknya saling berlawanan. Kelemahan wajah dan
hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan sensorik serta kadang ada efek visual
merupakan refleksi kerusakan yang melibatkan kapsula interna atau korteks yang
terkait. Ataksia trukal adalah pertanda suatu tumor fosa posterior yang terletak di
garis tengah. Gangguan endokrin menunjukkan adanya kelainan pada hipotalamus-
hipofise.

14
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti perubahan
perilaku contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang konsentrasi. Selain itu,
gejala hipertensi intrakranial seperti sakit kepala, mual, vertigo. Serangan epilepsi juga
sering dijumpai pada pasien tumor otak. (Rohkamm, 2004)
1. Lobus frontal
 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
 Menimbulkan masalah psychiatric.
 Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral,
kejang fokal dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan
pada stadium lanjut
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan
inkontinentia.
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2. Lobus temporal
 Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
 Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Déjà
vu juga dapat timbul.
 Lesi pada lopus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
3. Lobus parietalis
 Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang
kontralateral.
 Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
 Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia. •
 Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia
dan dressing apraxia.
4. Lobus oksipital
 Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
 Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
5. Tumor di cerebello pontin angle
 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma. • Dapat
dibedakan karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran.
6. Glioma batang otak
 Biasanya menimbulkan neuropati cranial dengan gejala-gejala
seperti diplopia, facial weakness dan dysarthria.

15
7. Tumor di cerebelum
 Didapati gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang
tinggi seperti mual, muntah dan nyeri kepala. Hal ini juga
disebabkan oleh odem yang terbentuk.
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar ke leher dan
spasme dari otot-otot servikal.

II.3.5 Diagnosis Tumor Otak


Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak
adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya,
batasnya, hubungannya dengan sistem ventrikel, dan hubungannya dengan
struktur vital otak misalnya; sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu, juga
diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non invasive.
Pemeriksaan non invasive mencakup CT-Scan dan MRI bila perlu diberikan
kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasif seperti
angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran sistem pendarahan
tumor, dan hubungannya dengan sistem pembuluh darah sirkulus willisi.
-Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor
otak yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
yang mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas.
Misalnya; ada tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui
pemeriksaan fisik neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema
papil dan deficit lapangan pandang.
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang
spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
 Elektroensefalografi (EEG)
 Foto polos kepala
 Arteriografi
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
 Computerized Tomografi (CT Scan)
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi

16
tumor yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil.
Gambaran CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal
berupa massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.
Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan
sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat
lebih nyata bila pada waktu  pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian
zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
Tanda proses desak ruang:
 Pendorongan struktur garis tengah otak
 Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
 Kelainan densitas pada lesi:
 Hipodens
 Hiperdens atau kombinasi
 Kalsifikasi, perdarahan
 Edema perifokal

II.3.5 Penanganan Tumor Otak


Pemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita tumor
otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :

 Kondisi umum penderita


 Tersedianya alat yang lengkap
 Pengertian penderita dan keluarga
 Luasnya metastasis
Adapun terapi dan modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:
 Terapi Kortikosteroid
Biasanya deksametason diberikan 4 – 20 mg intravena setiap 6 jam untuk
mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK.
Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek samping
yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid lama seperti:
penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia, hipokalemia, alkalosis

17
metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang terlambat, psikosis,
miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi.

 Terapi operatif
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan dekompresi
internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak dapat diberikan
secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan pembiusan, teknik
operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan penting dalam
menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap tumor otak.

 Terapi konservatif
o Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.
Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh
beberapa faktor:

1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya


2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal
3. Tipe sel yang disinar
4. Metastasis yang ada
5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan
6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval antarfraksi
radiasi.
o Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum
mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang
menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumor-tumor
otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan astrositoma
anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat kemoterapi untuk
tumor ganas otak yang saat ini beredar di kalangan medis yaitu: HU
(hidroksiurea), 5-FU (5-Fluorourasil), PCV (prokarbazin, CCNU,
Vincristine), Nitrous Urea (PCNU, BCNU/Karmustin,
CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG (dianhidrogalaktitol) dan

18
sebagainya. Potensi kemoterapi pada susunan saraf di samping
didasarkan oleh farmakologi sendiri juga perlu dipertimbangkan aspek
farmakokinetiknya (transportasi obat mencapai target) mengingat
adanya sawar darah otak. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan
melalui intra-arterial (infuse, perfusi), melalui
intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna, via
pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral.

o Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa
tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan restorasi
sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan tumor.

2.1 Prognosis Tumor Otak


Prognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-negara
maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan
dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival)
berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years survival) berkisar
30-40%.

19
20

Anda mungkin juga menyukai