Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
2017
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
Disusun Oleh:
Fraktur subtrokhanter merupakan fraktur yang terjadi antara bawah trokhanter dan 5 cm
ke distal dari fraktur intertrokhanter (Kulkarni, 2006), yang ditemukan sekitar 10-30% dari
semua fraktur tulang panggul. Fraktur subtrokhanter dapat terjadi pada usia berapapun, dan
paling sering ditemukan pada dua kelompok populasi, yaitu pasien tua dengan gangguan
osteopenik (osteoporosis atau osteomalasia) yang disebabkan oleh trauma dengan energi rendah;
serta pasien yang lebih muda yang biasanya disebabkan oleh trauma energi tinggi (Ekström et
Hingga saat ini, menurut Boy dan griffin (dalam kurkarni, 2006) fraktur subtrokhanter
adalah jenis fraktur yang paling sulit ditangani dari semua jenis fraktur trokhanter. Hal ini terkait
dengan banyaknya komplikasi akibat fraktur femur subtrokhanter jika tidak ditangani
(Rockwood et al., 2010), yaitu kehilangan darah yang lebih besar dibandingkan pada fraktur
collum femur atau trokhanter (Kulkarni, 2006). Hasil dari manajemen penanganannya pun masih
belum memuaskan (Nieves et al., 2009) karena penyembuhan fraktur yang berjalan lambat
(Archdeacon et al., 2009), dan jika menggunakan plat bersudut, implant dapat gagal sebelum
fraktur menyatu (Apley et al, 1995) atau terjadi malunion atau nonunion fraktur Chapman et
Menurut Watson, campbell, dan wade (dalam kulkarni, 2006) pada 100 orang yang
mengalami fraktur subtrokhanter, mortalitas mencapai hingga 19%, kemudian 19% sisanya
mengalami nonunion atau delayed union. Masalah yang banyak ditemukan pada fraktur ini
adalah malunion, delayed union, atau non union (Hasenboehler et al., 2007). Malunion akan
tampak sebagai pemendekan tulang femur, adanya deformitas angular, dan ketidaksegarisan
rotasional yang banyak ditemukan padda fraktur subtrokhanter femur (Vaidya et al., 2003).
Penyebab utama terjadinya malunion pada area fraktur ini adalah karena kebanyakan kerusakan
terjadi pada bagian tulang kortikal dan sering berupa fraktur kominutif. Sedangkan faktor lainnya
adalah biomekanika stress yang terjadi pada region subtrokhanter yang menghasilan kegagalan
pada implantasi fiksasi (8-25%.) sebelum terjadi penyatuan tulang (union) [Kulkarni, 2006]
Meskipun terdapat modalitas penanganan fiksasi implant yang lebih baru untuk
mengatasi ketidaksatabilan pada trauma, namun angka kegagalan implant masih cukup tinggi
(Saarenpää et al., 2007). Kegagalan teknik seperti gagal reduksi, non-union (Massoud, 2009),
dan kegagalan implantasi (penetrasi implant ke sendi) [Egol, 2005] dikarenakan kebanyakan
fraktur daerah ini adalah kominutif (Jiang et al., 2007), merupakan hal yang penting untuk terus
dikembangkan sebagai perencanaan penanganan dan prediksi outcome nya (Kulkarni, 2006).
BAB II
STATUS PASIEN
II.2 ANAMNESA
1. Keluhan utama : Nyeri pada paha kiri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono dalam keadaan sadar diantar oleh
keluarga. Pasien mengeluhkan nyeri pada paha kiri. Pasien mengaku jam 11.00 WIB
jatuh tersandung pintu dengan paha kiri tertimpa tubuhnya.
Sebelum kecelakaan, pasien dapat berjalan dengan normal namun setelah
kecelakaan pasien tidak dapat berjalan maupun berdiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri
bila menggerakkan kaki kanan. Pasien juga merasakan demam dan sumer sumer setelah
kejadian. Mual-muntah dan pusing disangkal.
4. Riwayat pengobatan
Post kecelakaan pasien belum sempat diobati sebelumnya.
5. Riwayat Keluarga
- Keluhan seperti ini disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
Status Generalis
1. Kulit :
Kulit sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).
2. Kepala :
Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-), nodula (-).
3. Mata :
Mata tidak cowong, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek
kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat kehitaman).
4. Hidung :
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-),
hiperpigmentasi (-/-).
5. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemi
(-), gusi berdarah (-), sariawan (-).
6. Telinga :
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping telinga dalam
batas normal.
7. Tenggorokan :
Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-/-)
8. Leher :
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
9. Toraks :
Normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-), spidernevi (-), pulsasi
intrasternalis (-), sela iga melebar (-)
Thoraks
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra (kesan jantung
tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas noral, regular, tidak didapatkan bising jantung
- Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-), luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
10. Abdomen :
Inspeksi :Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-), jaringan
parut/bekas luka (-), tumor/benjolan (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), meteorismus (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : timpani
11. Ekstremitas
- Tidak ada edema
- Tidak terdapat akral yang dingin
- Tidak terdapat sianosis
II.4 RESUME
Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan nyeri pada paha kiri setelah
jatuh tersandung pintu di rumah dengan kaki kiri tertimpa tubuhnya.
Dari pemeriksaan lokalis pada regio Hip Joint Sinistra didapatkan deformitas (+) berupa
pembengkakan dan pemendekan bila dibandingkan regio Hip Joint Dextra, didapatkan adanya
nyeri tekan setempat, teraba hangat. Range of Movement terbatas.
II.5 ASSESMENT
- Fraktur Tertutup Femur Sinistra
II.6 PLANNING
1. Planning Diagnostik
- Laboratorium darah : Darah lengkap, CT/BT, HbsAg
- Pemeriksaan radiologi : Rotgen femur sinistra tampak pelvis
- EKG
2. Planning Terapi
- Farmakologi (Konsul dr. Basuki, Sp.OT)
- Oksigen 3 lpm canule
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac 1A IV
- Non Farmakologi
- Imobiliasasi (Bidai ekstremitas bawah)
- Operatif
- Pro operasi ORIF
3. Planning Monitoring
- Keadaan umum
- Vital sign (Tekanan darah, nadi, suhu, Frekuensi pernapasan)
- Pola makan
- Hasil pemeriksaan penunjang
4. Planning Edukasi
- Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya
- Minum obat teratur, makan tinggi protein, menjaga kebersihan luka
- Cukup istirahat dan membatasi pengunjung agar pasien dapat istirahat dengan
baik
BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1 After Care Pasien
After Care Patien (ACP) adalah pelayanan yang terintergritas dengan meninjau pada lingkungan
demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada pada pasien dan
mengidentifikasi fungsi dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai gaya
hidup sehat.
III.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya after care patient adalah untuk melihat perkembangan kesembuhan
pasien, kontrol pengobatan pasien dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya.
a. Fungsi biologis
Pasien berusia 65 tahun dengan riwatay fraktur subtrokanter femur sinistra (post ORIF
subtrokanter 2,5 bulan yang lalu)
b. Fungsi psikologis
d. Faktor perilaku
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, pasien berobat ke sarana kesehatan terdekat.
e. Faktor non-perilaku
Kamar
Kamar tidur MUSHOLLA
mandi
Ruang TV
Dapur
Kamar tidur
Kamar tidur
(ibu wakinah )
Ruang tamu
S : Pasien sesekali merasa sakit pada bagian paha kiri saat mencoba untuk duduk ataupun berdiri, luka
post operasi sudah kering, pasien belum kuat untuk menompang tubuhnya saat berdiri atau berjalan. Mual
(-), Muntah (-), pusing (-), BAK dan BAB dalam batas normal.
Tanda Vital :
TD : 180/110mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Status Lokalis :
Regio Femur Sinistra
Look : Bekas luka operasi pada bagian lateral paha sinistra
Feel : Nyeri (-)
Move : ROM sedikit terbatas, fleksi hip (+) tetapi kurang maksimal jika dibandingkan dengan
femur dekstra, adduksi dan abduksi (+)