Anda di halaman 1dari 17

AFTER CARE PATIENT

FRAKTUR SUBTROKANTER FEMUR SINISTRA

Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Departemen Ilmu Bedah
RST Dr.Soedjono Magelang

Diajukan Kepada :

Pembimbing : Letkol CKM dr. Basuki Widodo Sp.OT

Disusun Oleh :

Anggun Ayu Ning Tyas 1710221001

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN ”VETERAN” JAKARTA

RST DR.SOEDJONO MAGELANG

2017
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH

Aftercare Patient dengan judul :

FRAKTUR SUBTROKANTER FEMUR SINISTRA


Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Departemen Ilmu Bedah
RST Dr.Soedjono Magelang

Disusun Oleh:

Anggun Ayu Ning Tyas 1710221001

Telah disetujui oleh Pembimbing:

Nama pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Letkol CKM dr. Basuki Widodo Sp.OT ....................... .............................


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Fraktur subtrokhanter merupakan fraktur yang terjadi antara bawah trokhanter dan 5 cm

ke distal dari fraktur intertrokhanter (Kulkarni, 2006), yang ditemukan sekitar 10-30% dari

semua fraktur tulang panggul. Fraktur subtrokhanter dapat terjadi pada usia berapapun, dan

paling sering ditemukan pada dua kelompok populasi, yaitu pasien tua dengan gangguan

osteopenik (osteoporosis atau osteomalasia) yang disebabkan oleh trauma dengan energi rendah;

serta pasien yang lebih muda yang biasanya disebabkan oleh trauma energi tinggi (Ekström et

al., 2009; Nieves et al., 2009).

Hingga saat ini, menurut Boy dan griffin (dalam kurkarni, 2006) fraktur subtrokhanter

adalah jenis fraktur yang paling sulit ditangani dari semua jenis fraktur trokhanter. Hal ini terkait

dengan banyaknya komplikasi akibat fraktur femur subtrokhanter jika tidak ditangani

(Rockwood et al., 2010), yaitu kehilangan darah yang lebih besar dibandingkan pada fraktur

collum femur atau trokhanter (Kulkarni, 2006). Hasil dari manajemen penanganannya pun masih

belum memuaskan (Nieves et al., 2009) karena penyembuhan fraktur yang berjalan lambat

(Archdeacon et al., 2009), dan jika menggunakan plat bersudut, implant dapat gagal sebelum

fraktur menyatu (Apley et al, 1995) atau terjadi malunion atau nonunion fraktur Chapman et

al.,2001; Rockwood et al., 2001).

Menurut Watson, campbell, dan wade (dalam kulkarni, 2006) pada 100 orang yang

mengalami fraktur subtrokhanter, mortalitas mencapai hingga 19%, kemudian 19% sisanya

mengalami nonunion atau delayed union. Masalah yang banyak ditemukan pada fraktur ini

adalah malunion, delayed union, atau non union (Hasenboehler et al., 2007). Malunion akan
tampak sebagai pemendekan tulang femur, adanya deformitas angular, dan ketidaksegarisan

rotasional yang banyak ditemukan padda fraktur subtrokhanter femur (Vaidya et al., 2003).

Penyebab utama terjadinya malunion pada area fraktur ini adalah karena kebanyakan kerusakan

terjadi pada bagian tulang kortikal dan sering berupa fraktur kominutif. Sedangkan faktor lainnya

adalah biomekanika stress yang terjadi pada region subtrokhanter yang menghasilan kegagalan

pada implantasi fiksasi (8-25%.) sebelum terjadi penyatuan tulang (union) [Kulkarni, 2006]

Meskipun terdapat modalitas penanganan fiksasi implant yang lebih baru untuk

mengatasi ketidaksatabilan pada trauma, namun angka kegagalan implant masih cukup tinggi

(Saarenpää et al., 2007). Kegagalan teknik seperti gagal reduksi, non-union (Massoud, 2009),

dan kegagalan implantasi (penetrasi implant ke sendi) [Egol, 2005] dikarenakan kebanyakan

fraktur daerah ini adalah kominutif (Jiang et al., 2007), merupakan hal yang penting untuk terus

dikembangkan sebagai perencanaan penanganan dan prediksi outcome nya (Kulkarni, 2006).
BAB II
STATUS PASIEN

II.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. W
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Sorogenen, Muntilan
Tanggal MRS : Selasa, 15 Oktober 2017
Ruang Rawat : Bangsal Edelweis
No. Reg : 159116

II.2 ANAMNESA
1. Keluhan utama : Nyeri pada paha kiri.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono dalam keadaan sadar diantar oleh
keluarga. Pasien mengeluhkan nyeri pada paha kiri. Pasien mengaku jam 11.00 WIB
jatuh tersandung pintu dengan paha kiri tertimpa tubuhnya.
Sebelum kecelakaan, pasien dapat berjalan dengan normal namun setelah
kecelakaan pasien tidak dapat berjalan maupun berdiri. Pasien juga mengeluhkan nyeri
bila menggerakkan kaki kanan. Pasien juga merasakan demam dan sumer sumer setelah
kejadian. Mual-muntah dan pusing disangkal.

3. Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat Trauma sebelumnya : disangkal
- Riwayar Operasi : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

4. Riwayat pengobatan
 Post kecelakaan pasien belum sempat diobati sebelumnya.

5. Riwayat Keluarga
- Keluhan seperti ini disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal

II.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Tampak Sakit Sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
2. Status Gizi
BB : 55 kg
TB : 148 m
3. Tanda Vital
Tensi : 180/100 mmHg
Nadi : 96x / menit, reguler, isi cukup
Pernafasan : 19x /menit, regular
Suhu : 36,1 oC
Sp.O2/Oxy Hb Saturation : 97 %

Status Generalis
1. Kulit :
Kulit sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-),
venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-).
2. Kepala :
Luka (-), rambut tidak mudah di cabut, keriput (-), makula (-), papula (-), nodula (-).
3. Mata :
Mata tidak cowong, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek
kornea (+/+), radang (-/-), warna kelopak mata (coklat kehitaman).
4. Hidung :
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-),
hiperpigmentasi (-/-).
5. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemi
(-), gusi berdarah (-), sariawan (-).
6. Telinga :
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping telinga dalam
batas normal.
7. Tenggorokan :
Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-/-)
8. Leher :
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
9. Toraks :
Normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-), spidernevi (-), pulsasi
intrasternalis (-), sela iga melebar (-)

Thoraks
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra (kesan jantung
tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas noral, regular, tidak didapatkan bising jantung
- Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-), luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

10. Abdomen :
Inspeksi :Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-), jaringan
parut/bekas luka (-), tumor/benjolan (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (-), meteorismus (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : timpani

11. Ekstremitas
- Tidak ada edema
- Tidak terdapat akral yang dingin
- Tidak terdapat sianosis

12. Status Lokalis Regio Hip Joint Sinistra


- Look : sweeling (+), deformitas (+), eksorotasi (+)
- Feel : Nyeri tekan (+). Arteri poplitea dan arteri dorsalis pedis teraba kuat,
- Move : Nyeri saat digerakkan (+), Range of Movement (ROM) terbatas

II.4 RESUME
Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan nyeri pada paha kiri setelah
jatuh tersandung pintu di rumah dengan kaki kiri tertimpa tubuhnya.
Dari pemeriksaan lokalis pada regio Hip Joint Sinistra didapatkan deformitas (+) berupa
pembengkakan dan pemendekan bila dibandingkan regio Hip Joint Dextra, didapatkan adanya
nyeri tekan setempat, teraba hangat. Range of Movement terbatas.

II.5 ASSESMENT
- Fraktur Tertutup Femur Sinistra

II.6 PLANNING
1. Planning Diagnostik
- Laboratorium darah : Darah lengkap, CT/BT, HbsAg
- Pemeriksaan radiologi : Rotgen femur sinistra tampak pelvis
- EKG
2. Planning Terapi
- Farmakologi (Konsul dr. Basuki, Sp.OT)
- Oksigen 3 lpm canule
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac 1A IV
- Non Farmakologi
- Imobiliasasi (Bidai ekstremitas bawah)
- Operatif
- Pro operasi ORIF
3. Planning Monitoring
- Keadaan umum
- Vital sign (Tekanan darah, nadi, suhu, Frekuensi pernapasan)
- Pola makan
- Hasil pemeriksaan penunjang

4. Planning Edukasi
- Penjelasan mengenai penyakit dan prognosisnya
- Minum obat teratur, makan tinggi protein, menjaga kebersihan luka
- Cukup istirahat dan membatasi pengunjung agar pasien dapat istirahat dengan
baik

II.7 DIAGNOSA KERJA


- Fraktur Subtrocanter Femur Sinistra
II.8 PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad sanam : dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

Hasil Laboratorium pre op Tanggal 15 Oktober 2017


Jenis Hasil Referensi
Pemeriksaan
WBC 13,7 3,6-11,1
RBC 3,46 3,9-5,5
HGB 11 12-16
HCT 28,1 35-47

MCV 81,3 80-100


MCH 32 26-35
MCHC 39,3 31-36
RDW 9,9 10-16
PLT 135 150-440
MPV 7,6 8-11
LYM 1,4 0,5-5
GRAN 11,8 1,2-8
MID 0,5 0,1-1,5
LYM % 10,3 15-50
GRA % 86,4 35-80
MID % 3,3 2-15

Hasil Pemeriksaan EKG Tanggal 15 Agustus 2017

Hasil Pemeriksaan Radiologi Pelvis AP View Tanggal 15 Agustus 2017


Langkah operasi Tanggal 17 Oktober 2017
1. Posisi miring kiri atas dalam spinal anestesi
2. Desinfeksi
3. Insisi femur posterolateral approach sampai tampak fraktur subtrocanther femur sinistra
4. Dilakukan prosedur ORIF subtrocanther femur dengan trocanter plate 6 hole isi 6 cancellous
screw 6,5 5 pcs + 6 cortex screw 4,5.
5. Cuci dan hentikan perdarahan
6. Jahit fascia dan kulit subkutikuler
7. Operasi selesai

BAB III
AFTER CARE PATIENT
III.1 After Care Pasien
After Care Patien (ACP) adalah pelayanan yang terintergritas dengan meninjau pada lingkungan
demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada pada pasien dan
mengidentifikasi fungsi dalam anggota keluarga serta memberikan edukasi kepada pasien mengenai gaya
hidup sehat.

III.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya after care patient adalah untuk melihat perkembangan kesembuhan
pasien, kontrol pengobatan pasien dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya.

III.3 Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga


a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Pasien adalah seorang perempuan berusia 66 tahun. Pasien tinggal bersama anak
pertamanya. Dari hasil wawancara yang dilakukan, pasien memiliki 4 anak yang terdiri
dari 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Suami pasien sudah lama meninggal dunia.
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Anak-anak pasien sangat memberikan
perhatian penuh terhadap pasien.
c. Fungsi Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan sampai tingkat SMP.
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di tempat yang cukup padat penduduknya. Pasien sering mengikuti
kegiatan-kegiatan di lingkungan rumahnya.
e. Fungsi Religius
Pasien beragama Islam. Dan mengikuti kegiataan keagamaan di lingkungan rumah

III.3.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Faktor Perilaku
Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga langsung berobat ke praktek
dokter umum dekat rumah.
b. Faktor non-Perilaku
Sarana kesehatan tidak begitu jauh dengan rumah. Akses jalanan ke rumah pasien sudah baik
dan juga pasien memiliki kendaraan pribadi sehingga transportasi untuk ke sarana kesehatan
dapat dijangkau.

III.3.2 Diagnosis Fungsi Keluarga

a. Fungsi biologis

Pasien berusia 65 tahun dengan riwatay fraktur subtrokanter femur sinistra (post ORIF
subtrokanter 2,5 bulan yang lalu)

b. Fungsi psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga baik.

c. Fungsi sosial budaya

Pasien dapat bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik.

d. Faktor perilaku

Apabila ada anggota keluarga yang sakit, pasien berobat ke sarana kesehatan terdekat.

e. Faktor non-perilaku

Sarana kesehatan tidak terlalu jauh dari tempat tinggal.

III.3.3 Risiko, Permasalahan dan Perencanaan Kesehatan Keluarga


Risiko/masalah Rencana Pembinaan Sasaran
kesehatan
Fraktur Subtrokanter • Edukasi mengenai Pasien dan keluarga
Femur Sinistra (post penyakit pasien
ORIF 2,5 bulan yang • Edukasi
lalu) dukungan
keluarga terhadap
penyakit pasien
• Edukasi
mengenai
prognosis
penyakit dan
waktu
penyembuhan
penyakit.

III.3.4 Denah Rumah Pasien

Kamar
Kamar tidur MUSHOLLA
mandi

Ruang TV

Dapur

Kamar tidur
Kamar tidur
(ibu wakinah )

Ruang tamu

Gambar 8 Denah Rumah Pasien


III.3.5 Profil Tempat Tinggal Pasien
a. Alamat rumah: Sorogenen, Muntilan
b. Rumah berukuran 350 m2
c. Dinding terbuat dari tembok dan dicat
d. Atap terbuat dari genting dan ditutup dengan plafon
e. Lantai berupa ubin
f. Terdiri atas satu ruang tamu, satu ruang TV, satu musholla, satu dapur dan ruang makan, 1
kamar mandi, 3 kamar tidur, 1 garasi mobil
g. Pergerakan udara didalam rumah dapat mengalir bebas karena ventilasi udaranya cukup banyak
h. Cahaya dapat masuk ke dalam rumah

III.3.6 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

S : Pasien sesekali merasa sakit pada bagian paha kiri saat mencoba untuk duduk ataupun berdiri, luka
post operasi sudah kering, pasien belum kuat untuk menompang tubuhnya saat berdiri atau berjalan. Mual
(-), Muntah (-), pusing (-), BAK dan BAB dalam batas normal.

O : Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan, Stabil

Kesadaran : CM GCS :E4M6V5

Tanda Vital :

 TD : 180/110mmHg
 Nadi : 80x/menit
 RR : 20x/menit
 Suhu : 36,50C

Status Lokalis :
Regio Femur Sinistra
 Look : Bekas luka operasi pada bagian lateral paha sinistra
 Feel : Nyeri (-)
 Move : ROM sedikit terbatas, fleksi hip (+) tetapi kurang maksimal jika dibandingkan dengan
femur dekstra, adduksi dan abduksi (+)

A : Post ORIF Subtrocanther femur ± 2,5 bulan

P : Edukasi terhadap keluarga tentang kondisi pasien


III.3.7 Kesimpulan Pembinaan Keluarga
1. Tingkat Pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan cukup baik
2. Faktor Penyulit
Kesibukan keluarga dalam pekerjaan menyebabkan kurangnya waktu untuk
mendampingi pasien dalam proses rehabilitasinya.
3. Indikator Keberhasilan
 Pasien bersedia melakukan latihan menggerakan otot-otot untuk menghindari
kekakuan sendi.
 Pasien bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi yang mengandung
protein yang tinggi dan tinggi kalsium
 Pasien bersedia konrol secara rutin.

Dokumentasi Foto Rumah Pasien


s

Anda mungkin juga menyukai