Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN HIV-AIDS

PENCEGAHAN DAN PENULARAN HIV-AIDS TERMASUK


PENYALAHGUNAAN NAPZA

OLEH
KELOMPOK V :

1. Indah Sulistiowati Putri : 841418040


2. Zulfiana Salzabila : 841418045
3. Vikriyanto R. Iman : 841418051
4. Meyrin Hasan : 841418058
5. Regita Pratiwi Thaib : 841418063
6. Maria Christy Poli : 841418068

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat dibuat.Makalah ini
dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV-
AIDS.Tidak lupa diucapkan rasa terima kasih kepada teman-teman dan keluarga
yang selalu mendukung dalam menyelesaikan makalah.

Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil dari makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga bagi siapapun yang ingin
memberikan kritik dan saran yang membangun.Kami berharap dengan selesainya
makalah ini dengan judul “Pencegahan dan penularan HIV-AIDS termasuk
penyalahgunaan NAPZA” dapat bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi HIV-AIDS..................................................................................3

2.2 Penularan HIV-AIDS..............................................................................4

2.3 Pencegahan HIV-AIDS.........................................................................11

2.4 Penyalahgunaan NAPZA......................................................................16

BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan............................................................................................24

2.2 Saran.......................................................................................................24

DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat
pada tahun 1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983.
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for
Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia
pneumosistis (sekarang masih diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui
disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di
Los Angeles.
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan
AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H =
Human (manusia), I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V =
Virus.
Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang menyerang dan merusak sel
kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah
terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu
singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak
negara.Dikatakan pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal
penyakit (AIDS), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai
bidang seperti kesehatan, social, ekonomi, politik, kebudayaan dan
demografi.Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi baik oleh negara
maju maupun negara berkembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan HIV-AIDS ?
2. Bagaimana Penularan dari HIV-AIDS ?
3. Bagaimana Pencegahan dari HIV-AIDS ?
4. Bagaimana penyalahgunaan NAPZA dapat meningkatkan resiko
penyebaran HIV-AIDS ?

1
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi dari HIV-AIDS
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penularan HIV-AIDS
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pencegahan dari HIV-
AIDS
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui bagaimana penyalahgunaan
NAPZA yang dapat meningkatkan resiko penyebaran HIV-AIDS

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
A. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika
melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA
menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem
kekebalan tubuh.Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit
maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
B. AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak
atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk
hidup.Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom
AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.Penyakit AIDS disebabkan
oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya
dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS.
Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun
untuk dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat,

3
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus
HIV penyebab penyakit AIDS.
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak
sehat. AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat
ini belum ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain
itu orang terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan
penderitaan batin karena sebagian besar orang di sekitarnya akan
mengucilkan atau menjauhinya. Dan penderitaan itu akan bertambah lagi
akibat tingginya biaya pengobatan. Bahaya AIDS yang lain adalah
menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit atau bahkan
meninggal.

2.2 Penularan

HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus
ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh (imunitas)
tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata
lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi
(kekurangan) sistem imun.

HIV adalah suatu virus yang biasanya ditularkan dari satu orang kepada
orang lain melalui kontak seksual. Orang yang telah terinfeksi virus HIV akan
terkena penyakit yang disebabkan oleh virus HIV tersebut, yaitu AIDS. Virus
HIV yang telah masuk kedalam tubuh seseorang tidak akan menimbulkan
gejala-gejala yang terlihat secara fisik sehingga penderitanya terlihat normal
seperti tidak sedang terkana penyakit. Namun perlu diwaspadai walaupun dari
luar penderita HIV tampak normal-normal saja, tetapi dia dapat menularkan
virus tersebut kepada orang lain dalam berbagai dalam berbagai cara yang
mungkin juga tidak disadari oleh penderita itu.

4
Jika virus HIV telah masuk ke tubuh seseorang baru beberpa tahun
kemudian virus ini akan mulai menyerang sistem kekebalan tubuh pada sel
darah putih. Kekebalan tubuh seseorang yang terinfeksi HIV biasanya akan
terus menerus dan kemudian hilang dalam kurun waktu sekitar 5 sampai 10
tahun. Setelah ekebalan tubuh seseorang menghilang maka penyakit akan
mudah menghinggapi orang tersebut. Penyakit akan terus menerus hingga,
sampai suatu saat muncul penyakit yang benar-benar berbahaya yang
kemudian akan mengakibatkan kematian.

HIV harus masuk langsung ke aliran darah orang yang bersangkutan


untuk dapat berada di dalam tubuh manusia.Sedangkan di luar tubuh manusia,
HIV sangat cepat mati.HIV bertahan lebih lama di luar tubuh manusia hanya
bila darah yang mengandung HIV tersebut masih dalam keadaan belum
mengering. Dalam media kering HIV akan lebih cepat mati. HIV juga mudah
mati oleh air panas, sabun dan bahan pencuci hama lain. Karena HIV cepat
mati di luar tubuh manusia, maka HIV tidak dapat menular lewat udara
seperti virus lainnya, misalnya virus influenza.Virus influensa dapat hidup di
udara bebas di sekeliling kita, sehingga penularan influensa dapat terjadi
melalui udara.

Hubungan seksual secara anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan


HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka
dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke
aliran darah.Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar
risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping
itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina,
kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan
vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran
kencing pasangannya.

AIDS tidak menular, yang menular adalah HIV yaitu virus yang
menyebabkan tubuh mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan
darah, cairan sperma, dan cairan vagina sehingga dapat menular melalui
kontak darah/ cairan tersebut.

5
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia,
kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding
seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada
yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.

HIV tidak dapat menular melalui :

1. Keringat, air liur


2. Bersalaman
3. Ciuman, senggolan, pelukan, dan kegiatan sehari-hari lainnya
4. Gigitan nyamuk
5. Makanan dan minum bersama
6. Pemakaian alat makan dan minum bersama
7. Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, wc umum, dan
kolam renang
8. Batuk, bersin
9. Bekerja, bersekolah, berkendara bersama
10. HIV tidak menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati, jika berada
diluar tubuh
11. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.

6
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI).
Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau
mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi
yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru
saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda
penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat
manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.
Tren Transmisi HIV di Indonesia, Dalam laporan UNAIDS pada hari
AIDS 2018, menurut global statistik pada 2017, 36,9 Juta orang hidup dengan
virus HIV termasuk didalamnya 1,8 Juta anak-anak kurang dari 15 tahun.
Sepanjang sejarah penemuannya, tercatat 77,3 Juta orang terinfeksi HIV,
sebanyak 35, 4 Juta orang sudah meninggal akibat sakit berkaitan dengan
AIDS sejak penemuan pertama HIV. Pada 2017, di seluruh dunia tercatat
bahwa 3 dari 4 orang yang hidup dengan HIV mengetahui status HIV nya,
79% dari yang mengetahui status HIV nya mengakses pelayanan HIV, 81%
dari yang mengakses pelayanan tersebut, telah berhasil meraih kondisi viral
suppression. 47% orang yang hidup dengan HIV telah berhasil meraih
kondisi viral suppression tersebut. Dalam konteks Asia dan Pasifik dimana
Indonesia merupakan bagian dari Asia, secara umum transmisi HIV
menujukkan trend yang agak sama dengan trend global.

Presentasi Distribusi Keterangan Asal Kelompok Populasi


No Infeksi baru HIV
Berdasarkan Kelompok
Populasi
1 35% Klien pekerja seks dan pasangan seksual
lain dari populasi kunci
2 29% Laki-laki homoseksual ataupun laki-laki
lain yang melakukan hubungan seksual
dengan laki-lak
3 16% Populasi lain50

7
4 14% Orang yang menginjeksi
narkotika/pengguna narkotika suntik
(penasun)
5 4% Pekerja Seks
6 2% Transgender perempuan
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pada populasi kunci,
Infeksi baru HIV di wilayah Asia dan Pasifik berdasarkan laporan statistik
2017 dengan urutan dari paling tinggi ke paling rendah adalah pada:
1) Klien pekerja seks dan pasangan seksual lain dari populasi kunci
2) Laki-laki homoseksual ataupun laki-laki lain yang melakukan hubungan
seksual dengan lakilaki
3) Popuplasi lain yang tidak teridentifikasi perilaku beresikonya
4) Orang yang menginjeksi narkotika
5) Pekerja Seks
6) Transgender perempuan.
Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan tahun
2018 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kumulatif infeksi HIV yang
dilaporkan sampai dengan Desember 2018 sebanyak 327.282 (51,1 % dari
estimasi odha tahun 2016 sebanyak 640.443)

No. Tahun Jumlah Kasus HIV

1. s.d. 2005 859

2. 2006 7.195

3. 2007 6.048

4. 2008 10.362

5. 2009 9.793

6. 2010 21.591

7. 2011 21.031

8. 2012 21.511

9. 2013 29.037

10. 2014 32.711

8
11. 2015 30.935

12. 2016 41.250

13. 2017 48.300

14. 2018 46.659

Total 327.282

Tabel Jumlah Kasus HIV Per tahun

Jumlah kasus HIV yang ditemukan dan dilaporkan masih jauh dari jumlah
kasus HIV yang diperkirakan. Estimasi ODHA tahun 2016 sebesar 640.443
sementara yang dilaporkan sampai dengan Desember 2018 sebanyak 327.282
(51,1%).

Berdasarkan kategori perilaku resiko, terdapat trend perubahan kategori


perilaku beresiko di Indonesia.

Tabel Infeksi HIV Berdasarkan Perilaku Beresiko dari 2010 sampai dengan
2018

Perilaku beresiko yang secara umum penunjukkan trend penurunan adalah


pada perilaku beresiko narkotika suntik atau penasun, sampai dengan 2010
tercatat dengan jumlah infeksi sebagai 2.780 orang sedangkan pada Desember
2018 menunjukkan angka hanya mencapaiSedangkan kategori perilaku
beresiko yang cenderung mengalami kenaikan secara umum adalah infeksi
pada hubungan seksual antara lelaki (LSL) yang tercatat sampai dengan 2010
berjumlah 506 orang, sedangkan pada Desember 2017 mengalami

9
peningkatan mencapai lebih dari 20 kali sampai dengan 11.630 orang, dan di
Desember 2018 pada angka 9.133 orang.

Sepanjang pendataan dari Kementerian kesehatan, maka trend transmisi


HIV berdasarkan perilaku beresikonya dari yang paling besar sampai dengan
yang paling rendah adalah sebagai berikut:

1. Perilaku beresiko hubungan seksual heteroseksual: 102.959 orang


tertransmisi HIV
2. Perilaku beresiko hubungan seksual laki-laki dengan laki-laki: 48.661
orang tertransmisi HIV
3. Perilaku beresiko penggunaan narkotika suntik: 15.990 orang
tertransmisi HIV

Lain-lain: 50.295

Tidak diketahui: 80.969

Total: 298.874

Namun patut dipertanyakan keterangan lebih lanjut mengenai data ini,


karena 80.969 orang dari 298.874 orang tercatat tidak diketahui perilaku
beriskonya atau sekitar 27% nya, belum lagi soal penjelasan kategori “lain-
lain” yang tidak jelas dalam laporan perkembangan tersebut apa
pendefinisiannya.

2.3 Pencegahan
1. Pencegahan Penularan melalui Hubungan Seksual
Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi melalui
hubungan seksual.Oleh sebab itu pencegahan penularan melalui
hubungan seksual memegang peranan paling penting. Untuk itu setiap
orang perlu memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggungjawab,
yaitu:

10
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah (Abstinence).
Hubungan seksual hanya dilakukan melalui pernikahan yang sah.
b. Setia dengan pasangan (Be Faithful) tetap yang diketahui tidak terinfeksi
HIV
c. Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV maka dalam melakukan
hubungan seksual harus menggunakan kondom secara benar dan
konsisten.Jangan berganti-ganti pasangan seksual (condom use)
d. Menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif (no Drug);
e. Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk
mengobati IMS sedini mungkin (Education); dan
f. Melakukan pencegahan lain, antara lain melalui sirkumsisi atau sunat.

2. Pencegahan Penularan Melalui Darah


Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati
dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan darah maupun
produk darah dan plasma.
a. Transfusi darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak
tercemar HIV.Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) atau
mengindap virus HIV dalam darahnya, untuk tidak menjadi donor
darah.Begitu pula dengan mereka yang mempunyai perilaku berisiko
tinggi, misalnya sering melakukan hubungan seks dengan berganti-ganti
pasangan.

b. Penggunaan produk darah dan plasma


Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka
terhadap produk darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak
tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur, alat
tusuk untuk tindik, perlu memperhatikan masalah sterilisasinya.Tindakan

11
desinfeksi dengan pemanasan atau larutan desinfektan merupakan
tindakan yang sangat penting untuk dilakukan.Cara mensterilkan alat-alat
tersebut dapat dengan mencucinya dengan benar.Anda dapat memakai
ethanol 70% atau pun pemutih.Caranya, sedot ethanol dengan jarum
suntik tersebut, lalu semprotkan keluar.Hal ini dilakukan dua kali.
d. Bersikap waspada pada jarum suntik dan alat bedah
Jarum suntik, pisau cukur, obat infus, dapat menularkan virus HIV
pada tubuh yang sehat.Sebaiknya anda menghindari secara waspada
pengunaan alat-alat ini pada tubuh anda.Pastikan bahwa setiap jarum
suntik yang masuk pada tubuh anda adalah sterul dan bersih.
Lakukan kewaspadaan dengan beberapa langkah berikut ini:
1) Gunakan jarum suntik sekali pakai
2) Sterilkan segala peralatan bedah yang akan digunakan
3) Hindari mengkonsumsi narkoba, karena penularan tertinggi adalah
lewat jarum suntik yang digunakan dalam aktivitas narkoba
4) Hindari mentato tubuh, apalagi mentato tubuh disembrang tempat
yang tidak bisa dijamin steril dan bersih.
e. Menghindari kontak darah dengan penderita HIV
HIV/AIDS dapat disebarkan melalui kontak darah lewat tranfusi
melalui tubuh yang terinfeksi HIV dengan tubuh yang sehat.Juga dapat
ditularkan melalui luka pada penderita HIV/AIDS kepada seseorang yang
sehat.Oleh karena itu gunakan selalu pengaman seperti sarung karet jika
anda berurusan dengan penderita HIV untuk mencegah anda tertular
virus HIV/AIDS.

3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak


Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anaknya (PPIA)
dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan yang meliputi:
a. pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif
b. pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan
HIV

12
c. pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya
d. pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan
HIV beserta anak dan keluarganya

Pedoman pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak selanjutnya diatur


dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 51 tahun 2013 (Permenkes
51/2013).Latar belakang terbitnya peraturan ini adalah dikarenakan dari tahun
ke tahun jumlah perempuan yang terinfeksi HIV semakin banyak seiring
dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual
tidak aman yang selanjutnya menularkan pada pasangan seksualnya.
Data dari Kementerian Kesehatan di 2011 menunjukkan dari 21.103 ibu
hamil yang menjalani tes HIV, 534 (2,5%) di antaranya positif terinfeksi
HIV. Hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV Kementerian Kesehatan
pada 2012 menunjukkan prevalensi HIV pada populasi usia 15-49 tahun dan
prevalensi HIV pada ibu hamil di Indonesia diperkirakan akan meningkat.
Kegiatan pertama terkait dengan pencegahan tramisi HIV ibu ke anak
dilakukan dengan pencegahan primer, artinya mencegah penularan HIV pada
perempuan usia produktif, mencegah penularan HIV dari ibu ke anak secara
dini, yaitu baik sebelum terjadinya perilaku hubungan seksual berisiko atau
bila terjadi perilaku seksual berisiko maka penularan masih bisa dicegah,
termasuk mencegah ibu dan ibu hamil agar tidak tertular oleh pasangannya
yang terinfeksi HIV.
Upaya pencegahan ini tentunya harus dilakukan dengan penyuluhan dan
penjelasan yang benar terkait penyakit HIV dan AIDS, dan penyakit IMS dan
di dalam koridor kesehatan reproduksi, yang dilakukan dengan
menyebarluaskan KIE untuk :
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara menghindari penularan
HIV dan IMS
b. Menjelaskan manfaat mengetahui status atau tes HIV sedini mungkin
c. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan tentang tata laksana
ODHA perempuan

13
d. Meningkatkan keterlibatan aktif keluarga dan komunitas untuk
meningkatkan pengetahuan komprehensif HIV dan IMS.

Yang paling penting untuk dicatat, Informasi tentang Pencegahan


Penularan HIV dari Ibu ke Anak juga penting disampaikan kepada
masyarakat luas sehingga dukungan masyarakat kepada ibu dengan HIV dan
keluarganya semakin kuat.
Tidak hanya terkait dengan intervensi kepada individual, program
pencegahan juga dilakukan dengan melakukan mobilisasi masyarakat yaitu:
a. Melibatkan petugas lapangan (seperti kader kesehatan/PKK, Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), atau posyandu) sebagai pemberi
informasi pencegahan HIV dan IMS kepada masyarakat dan untuk
membantu klien mendapatkan akses layanan kesehatan
b. Menjelaskan tentang cara pengurangan risiko penularan HIV dan IMS,
termasuk melalui penggunaan kondom dan alat suntik steril
c. Melibatkan komunitas, kelompok dukungan sebaya, tokoh agama dan
tokoh masyarakat dalam menghilangkan stigma dan diskriminasi.

Pencegahan juga jelas dilakukan kepada ODHA perempuan.ODHA


perempuan disarankan untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan
informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang berkualitas, penggunaan
alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara
konsisten akan membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan
seksual yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan.

Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA, ibu


dengan HIV dapat merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar bayinya
tidak terinfeksi HIV.Petugas kesehatan harus memberikan informasi yang
lengkap tentang berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, terkait
kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak terinfeksi HIV.

14
Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa perempuan dengan HIV yang
belum terindikasi untuk terapi ARV bila memutuskan untuk hamil akan
menerima ARV seumur hidupnya. Dalam pedoman ini juga dikatakan bahwa
walau ibu/pasangannya sudah mendapatkan ARV namun penggunaan
kondom harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan
penularan HIV pada pasangannya.

Kegiatan ketiga terkait dengan pencegahan HIV dari ibu ke anak adalah
Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV ke bayi yang
dikandungnya. Pelayanan pencegahan ini melalui kegiatan:

1. Layanan AnteNatal Care (ANC) terpadu termasuk penawaran dan tes


HIV
2. Diagnosis HIV
3. Pemberian terapi antiretroviral
4. Persalinan yang aman
5. Tata laksana pemberian makanan bagi bayi dan anak
6. Menunda dan mengatur kehamilan
7. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak
8. Pemeriksaan diagnostik HIV pada anak. Kegiatan tersebut harus
dilakukan secara berkesinambungan dan komprehensif.

Kegiatan keempat adalah terkait dengan Pemberian Dukungan


Psikologis, Sosial dan Perawatan kepada Ibu dengan HIV beserta Anak dan
Keluarganya. Upaya Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak tidak
berhenti setelah ibu melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya.
Iamembutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu.
Hal ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan
diskriminasi masyarakat terhadap ODHA. Faktor kerahasiaan status HIV ibu
sangat penting dijaga.

2.4 NAPZA
A. Definisi

15
Narkoba /NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya yang disalahgunakan.NAPZA /Penyalahgunaan zat
adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi
masalah (Purba dkk, 2013).
Penyalahgunaan Napza adalah suatu penyimpangan perilaku yg
disebabkan oleh penggunaan yg terus menerus sampai terjadi masalah.
Napza tersebut bekerja didalam tubuh yg mempengaruhi terjadinya
perubahan: perilaku, alam perasaan, memori,proses pikir,kondisi fisik
individu yg menggunakannya.
NAPZA merupakan perkembangan dari narkoba yang berubah nama
seiring dengan bertambahnya jumlah bahan yang masuk dalam kriteria
narkoba. NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif.

1) NARKOTIKA:
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang dapat
menurunkan, zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan
candu/kokain atau turunannya dan padanannya digunakan secara medis
atau disalahgunakan, menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri serta
dapat menimbulkan ketergantungan/efek psikoaktif.

2) PSIKOTROPIKA:
adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi
kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di
sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Menurut UU no.5/1997 Psikotropik meliputi : Ecxtacy, shabu shabu,
LSD, obat penenang/tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Sementara
PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk
menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruh
pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku.perasaan, pikiran,
persepsi, kesadaran.
3) ZAT ADIKTIF

16
yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat
solvent termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut
sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak.Zat adiktif juga
termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).

B. Jenis-jenis NAPZA
1) Narkotika
Menurut UU RI No. 22 /1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
Narkotika terdiri dari 3 golongan :
1. Golongan I :Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan /atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III   : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh :
Codein.

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan menjadi 3 golongan


yaitu :

a. Narkotika alami
Narkotika alami yaitu narkotika yang zat adiktifnya diambil dari
tumbuh-tumbuhan (alam), contohnya :
1) Ganja

17
Ganja adalah tanaman perdu denagn daun menyerupai daun singkong
yang tepinya bergerigi dan berbulu halus.Tumbuhan banyak terdapat di
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan laion-lain.Sering digunakan
sebagai bumbu penyedap masakan dan daya adiktifnya rendah.Namun
tidak demikian bila dibakar dan asapnya dihirup.
2) Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan
Eropa.Hasis dan ganja dapat juga disuling dan diambil sarinya.Dalam
bentuk cair, harganya sangat mahal.
3) Koka
Koka adalah tanaman pedu mirip kopi.Buahnya yang matang
berwarna merah seperti biji kpi.Koka diolah menjadi kokain.
4) Opium
Opium adalah bunga dengan bentuk dan warna yang indah.Dari getah
bunga opium dihasilkan candu (opiat).Di daratan Mesir dan Cina, opium
dulu digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, member kekuatan
dan menghilangkan sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau
berburu. Opium banyak tumbuh di “segitiga emas”, antara Burma,
Kamboja dan Thailand atau di daratan China dan Asia tengah yaitu di
daerah antara Afganistan, Iran dan Pakistan.

b. Narkotika semisintesis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan
diambil zat aktifnya (intisarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran.Contohnya :
1) Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit
atau pembiusan pada operasi
2) Kodein : dipakai untuk penghilang batuk
3) Heroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat
besar dan manfaatnya secara medis belum dapat ditemukan. Heroin sering
diberi nama putaw, atau pete/pt. Bentuknya seperti tepung terigu, halus,
putih dan agak kotor.

18
4) Kokain

c. Narkotika sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan
kimia.Narkotika ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi
orang yang menderita ketergantungan narkoba (substitusi).Contohnya :
1) Petidin : untuk obat bius local, operasi kecil, sunat.
2) Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba
3) Naltrexon : untuk pengobatan pecandu narkoba
Narkotika sintesis biasanya diberikan oleh dokter kepada pecandu
narkotika untuk menghentikan kebiasaanya yang tidak kuat melawan
suggesti /relaps/sakaw.Narkotika sintesis berfungsi sebagai penganti
sementara.Asupan narkotika sintesis ini dikurangi sedikit demi sedikit
sampai akhirnya berhenti total.

2) Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.

Psikotropika terdiri dari 4 golongan :


1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh
: Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

19
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh : Diazepam, Nitrazepam (BK, DUM).

Berdasarkan ilmu farmakologi, psikotropika dikelompokkan dalam 3


golongan yaitu :
1. Kelompok depresan /penekan saraf pusat /penenang/ obat tidur
Contohnya adalah valium, BK, rohipnol, mogadon.Bila diminum
dapat memberikan rasa tenang, mengantuk, tenteram dan damai selain juga
menghilangkan rasa takut dan gelisah.
2. Kelopok stimulan /perangsang saraf pusat /antitidur
Contohnya adalah amfetamin, ekstasi dan shabu. Ekstasi berbentuk
tablet beraneka warna dan bentuk.Amfetamin berbentuk tablet berwarna
putih. Bila oabat ini diminum mendatangkan rasa gembira, ingin selalu
aktif, badan terasa fit dan tidak mersa lapar. Daya kerja otak cepat namun
kurang terkendali.Shabu berbentuk tepung Kristal berwarna putih bersih
seperti garam.
3. Kelompok halusinogen
Halusinigen adalah obat, zat, tanaman, makanan atau minuman yang
dapat menimbulakan khayalan. Contohnya LSD (Lysergic Acid
Diethyltamide), getah tanaman kaktus, kecubung, jamur tertenttu
(misceline) dan ganja. Bila diminum dapat mendatngkan khayalan tentang
peristiwa mengerikan, khayalan tentang kenikamatn seks, dan lain-lain.

3) Zat adiktif lainnya 


Zat adiktif lainnya adalah zat, bahan kimia, dan biologi dalam bentuk
tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan
lingkungan hidup secara langsung dan tidak langsung yang mempunyai
sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi.Bahan-
bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan termasuk ke dalam

20
narkotika dan psikoropika, tetapi mempunyai pengaruh dan efek merusak
fisik seseorang jika disalahgunakan (Wresniwiro dkk. 2014).
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah bahan /zat yang
berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh
menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan
manusia sehari – hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan
bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat
pengaruh obat /zat itu dalam tubuh manusia.
Ada 3 golongan minuman beralkohol : 
1) Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % (Bir).
2) Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur)
3) Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker).
b. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan
rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering
disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian
dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari NAPZA
dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Golongan Depresan (Downer) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi


mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya
menjadi tenang dan bahkan membuat tertidur bahkan tak sadarkan
diri. Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), sedative
(penenang), Hipnotik (obat tidur) dan Tranquilizer (anti cemas).
2. Golongan Stimulan (Upper) Adalah jenis NAPZA yang merangsang
fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini menbuat

21
pemakainnya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), Kokain.
3. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat
menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan, pikiran
dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga
seluruh persaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (Ganja).

C. PenyalangunaanNAPZA
Penggunaan narkotika berhubungan dengan transmisi HIV.Baik
narkotika injeksi maupun non narkotika injeksi merupakan pemicu
transmisi HIV. Berdasarkan laporan UNODC (United Nations Office on
Drugs and Crime) 2018, 1 dari 8 orang yang menginjeksi narkotika, atau
pengguna narkotika suntik (penasun), hidup dengan HIV40, diestimasi
oleh UNODC pada 2016 bahwa prevalensi HIV pada penasun sebesar
11,8% dengan angka 1,3 juta orang penasun hidup dengan HIV, prevalensi
infeksi virus hepatitis C pada penasun mencapat 82.4%. HIV akan menjadi
mudah ditransmisikan ketika orang berbagi alat untuk menginjeksi
narkotika. Dalam konteks lain penggunaan narkotika termasuk alkohol
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan berdampak
terjadinya hubungan seksual tidak aman dengan orang yang terinfeksi
HIV.
Berbagi alat injeksi narkotika juga mengakibatkan penyebaran
hepatitis B, hepatitis C dan penyakit berbahaya lainnya. Darah yang sudah
terinfeksi virus HIV akan masuk ke dalam jarum suntik dan akan masuk
ke dalam darah orang yang menggunakan peralatan injeksi selanjutnya.
Darah yang sudah terinfeksi tersebut langsung masuk ke dalam aliran
darah pengguna alat injeksi tidak aman tersebut. Bahkan darah dalam
jumlah kecil di tangan, cookers, saringan, tourniquets, atau air bilasan bisa
cukup untuk menginfeksi pengguna lain.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.AIDS

23
(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.
Cara penularan HIV ada tiga yaitu hubungan seksual, baik secara vaginal,
oral, ataupun anal dengan seorang pengidap. Kontak langsung dengan darah /
produk darah / jarum suntik.Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV
kepada bayinya, baik selam hamil, saat melahirkan ataupun setelah
melahirkan.

3.2 Saran
1. Bagi penderita HIV / AIDS
Para penderita HIV / AIDS diharapkan untuk aktif di dalam
mengikuti program-program yang diperlukan penderita seperti program
pendampingan terapi ARV (antroviral) maupun konseling yang akan
memperpanjang kualitas hidup dalam berbagai aspek-aspek kehidupan
baik aspek fisik, psikologi maupun social dan terhindar dari infeksi
opportunistic dan menurunkan tingkat depresi.
2. Bagi yang tidak terinfeksi HIV / AIDS
Bagi individu yang tidak terinfeksi HIV / ADIS diharapkan dapat
melakukan pencegahan terhadap penyebab terinfeksinya HIV / AIDS,
salah satunya yang tidak menggunakan narkoba dengan menggunakan
jarum suntik, hindari penggunaan jarum secara bergantian dan tidak di
sterilkan serta hindari perilaku seks bebas. Dengan menghindari hal-hal
tersebut dapat terhindar dari terinfeksinya penyakit HIV / AIDS.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Eka Cahyani, Budi Laksono. 2015. Gambaran perilaku berisiko HIV
pada pengguna NAPZA suntik di provinsi Jawa Tengah. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 10 No. 1. DOI: 10.14710/JPKI.10.1.1-16.

25
Awari, D. 2016. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Aditif) Edisi Kedua. Jakarta : FK-UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Depkes RI. 2017. Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan I Tahun 2015.


Jakarta : Depkes RI.

Depnakertrans RI. 2017. Pedoman Bersama ILO/WHO tentang Pelayanan


Kesehatan dan HIV/AIDS. Jakarta : Depnakertrans RI

Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2018. Upaya pencegahan dan penanggulangan


HIV/AIDS. Bogor Indonesia

Direktorat Bina Khusus Narkotika. (2018). Penanggulangan HIV/AIDS dan


Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta.

Lily, V.L. 2016. Transmisi HIV dari Ibu ke Anak. Majalah Kedokteran Indonesia,
54.

Maidina Rahmawaty. 2016. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dalam


ancaman hidup. Jakarta.

Rasmaliah. 2017. Epidemiologi HIV/AIDS dan upaya penanggulangannya.


(http://library.USU.ac.id/ diakses tanggal 24 january, 2020.

Simanjutak, Erledis. 2016. Analisis Faktor Resiko Penularan HIV/AIDS di Kota


Medan. Jurnal Pembangunan Manusia. Volume 4 Nomor 12 tahun 2016.
Program Doktor Ilmu Lingkungan UNSRI.

Siregar FA. 2017. Pengenalan dan pencegahan AIDS. Sumatera : FKM


Universitas Sumatera Utara.

26

Anda mungkin juga menyukai