Anda di halaman 1dari 10

e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Jari Untuk


Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak TK Kelompok A
Ni Komang Utariani1, I Komang Sudarma 2, Mutiara Magta3
1&3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, ²Jurusan Teknologi
Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:utaryomank@yahoo.com, darma_tp@yahoo.co.id,
m_magta@yahoo.com

Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini mengenai rendahnya kemampuan berbahasa anak khususnya
dalam kemampuan berbicara. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berbahasa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media boneka jari pada anak kelompok A di TK
Widia Kumara Padangbulia. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam
dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak TK Widia Kumara Padangbulia pada kelompok A
semester II tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan berbahasa diperoleh dengan
menggunakan metode observasi dengan instrument berupa lembar format observasi. Data yang telah
dikumpulkan dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan rata-rata skor kemampuan berbahasa pada anak kelompok A
setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media boneka jari siklus I sebesar 58,47% yang berada
pada kategori rendah. Kemudian pada siklus II menjadi 84,00% yang berada pada kategori tinggi. Jadi
peningkatan kemampuan berbahasa setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media boneka jari
sebesar 25,33%.

Kata kunci: kemampuan berbahasa, boneka jari, bercerita.

Abstract

The problem of this research was the low of students’ language ability, especially in speech. This
research was aimed to find out improving of students’ language ability with the media assisted application of
storytelling finger puppets on a group of children in kindergarten Widia Padangbulia Kumara. The kind of this
research was an action research that was conducted in two cycles. The subjects were 15 kindergarten
children Widia Kumara Padangbulia in group A the second semester of academic year 2013/2014. Research
data on language ability obtained by using observation method with instrument in the form of observation
format sheet. The data that had been collected were analyzed by using descriptive statistical analysis and
quantitative descriptive analysis method, the results of the data analysis showed that the increase in the
average scores on the language ability of children in group A after applied storytelling finger puppets media
aided the first cycle of 58.47 % which is at the low category. Then, in cycle 2 was 84.00 % that was exist in
high category. Hence, was improving toward language ability after the implementation storytelling finger
puppets assisted media type into 25.33 %.

Keywords: language ability, finger puppet, storytelling.


e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN hakikatnya adalah upaya memfasilitasi


pertumbuhan dan perkembangan yang
Pendidikan adalah usaha sadar dan sedang terjadi pada diri anak.
terencana untuk mewujudkan suasana Dalam melaksanakan pendidikan
belajar dan proses pembelajaran agar anak usia dini (PAUD) terdapat prinsip-prinsip
peserta didik secara aktif mengembangkan utama yang harus diperhatikan. Prinsip-
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan prinsip tersebut menurut Suyadi (2010:12)
spiritual keagamaan, pengendalian diri, adalah sebagai berikut: (1) Mengutamakan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kebutuhan anak, (2) Belajar melalui bermain
ketrampilan yang diperlukan dirinya, atau bermain seraya belajar, (3) Lingkungan
masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut yang kondusif dan menantang, (4)
Rahman (2005) anak usia dini adalah individu Menggunanakan pembelajaran terpadu
yang sedang mengalami proses dalam bermain, (5) Mengembangkan
pertumbuhan dan perkembangan yang berbagai kecakapan atau keterampilan hidup
sangan pesat. Bahkan dikatakan sebagai (life skills), (6) Menggunakan berbagai media
lompatan perkembangan. Karena itulah usia atau permainan edukatif dan sumber belajar,
dini dikatakan sebagai golden age (usia (7) Dilaksanakan secara bertahap dan
emas) yaitu usia yang sangat berharga berulang-ulang.
dibanding usia-usia selanjutnya. Perkembangan yang sedang terjadi
Undang-Undang RI Nomor. 20 Tahun pada anak usia dini, salah satunya adalah
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional kemampuan berbahasa. Dengan bahasa
Bab I, Pasal 1 Butir 14 (dalam Sujiono, 2009) anak dapat berkomunikasi dengan teman
menyatakan bahwa, pendidikan anak usia atau orang di sekitar lingkungannya. Tanpa
dini adalah suatu upaya pembinaan yang bahasa yang baik anak tidak akan mampu
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai berkomunikasi dan mengutarakan
dengan usia enam tahun, yang dilakukan pendapatnya. Kualitas bahasa yang
melalui pemberian rangsangan pendidikan digunakan orang-orang yang dekat dengan
untuk membantu pertumbuhan dan anak akan mempengaruhi ketrampilan anak
perkembangan jasmani, rohani, agar anak dalam berbicara atau berbahasa dalam tahap
memiliki kesiapan dalam memasuki perkembangan anak selanjutnya (Dhieni,
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dkk., 2011).
dini memegang peranan yang sangat penting Bahasa sebagai alat komunikasi
dan menentukan bagi sejarah perkembangan merupakan sarana yang sangat penting
anak selanjutnya, sebab pendidikan anak dalam kehidupan anak. Di samping itu,
usia dini merupakan fondasi bagi dasar bahasa juga merupakan alat untuk
kepribadian anak (Rahman, 2005:10). menyatakan pikiran dan perasaan kepada
Senada dengan pendapat Rahman, Sujiono orang lain yang sekaligus berfungsi untuk
(2009) juga mengemukakan masa usia dini memahami pikiran dan perasaan orang lain
merupakan peletak dasar atau pondasi awal (Syaodih dan Agustin, 2010). Badudu (dalam
bagi pertumbuhan dan perkembangan Dhieni, dkk, 2011:1.11) menyatakan bahwa
selanjutnya. Artinya, masa kanak-kanak bahasa adalah alat penghubung atau
merupakan dasar bagi keberhasilan dimasa komunikasi antara anggota masyarakat yang
datang dan sebaliknya. Untuk itu, agar terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pertumbuhan dan perkembangan tercapai pikiran, perasaan dan keinginannya. Bromley
secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan (dalam Dhieni, dkk., 2011:1.11)
kondisi yang kondusif pada saat memberikan mendefinisikan bahasa sebagai item yang
stimulasi dan upaya-upaya pendidikan yang teratur untuk menstransfer berbagai ide
sesuai dengan kebutuhan anak yang satu maupun informasi yang terdiri dari simbol-
dengan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan simbol visual maupun verbal. Dengan
yang dilakukan pada anak usia dini pada demikian, bahasa dapat membantu anak
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

untuk bersosialisasi dan berkomunikasi menggunakan simbol-simbol fonetis. Aktivitas


dalam kehidupan sehari-harinya dengan wicara termasuk aktivitas berbahasa yang
teman-teman atau orang di sekitar bersifat produktif lisan. Menurut Siska (2011)
lingkungannya. berbicara adalah suatu keterampilan
Kemampuan berbahasa anak terdiri berbahasa yang berkembang pada
dari beberapa tahapan sesuai dengan usia kehidupan anak yang didahului oleh
dan karakteristik perkembangannya. keterampilan menyimak, pada masa
Harapan-harapan yang hendak dicapai oleh tersebutlah kemampuan berbicara atau
anak dalam kemampuan berbahasanya berujar dipelajari.
menurut Syaodih dan Agustin (2010) antara Menurut Hurlock (1978:176) berbicara
usia 4-5 tahun, anak sudah dapat adalah bentuk bahasa yang menggunakan
mengucapkan kalimat yang terdiri dari empat artikulasi atau kata-kata yang digunakan
sampai lima kata. Mereka juga mampu untuk menyampaikan maksud. Karena
menggunakan kata depan seperti di bawah, berbicara merupakan bentuk komunikasi
di dalam, di atas dan di samping. Mereka yang paling efektif, penggunaannya paling
lebih banyak menggunakan kata kerja luas dan paling penting. Sebagai bentuk
daripada kata benda. Pada masa akhir usia komunikasi, agar anak dapat berbicara
prasekolah anak umunya sudah mampu dengan baik sejak dini, adapun tahapan-
berkata-kata sederhana, cara bicara mereka tahapan yang dapat digunakan oleh guru
telah lancar, dapat dimengerti dan cukup dalam melatih dan mengembangkan
mengikuti tata bahasa walaupun melakukan kemampuan berbahasa khususnya
kesalahan berbahasa. Menurut kemampuan berbicara pada anak yaitu
Permendiknas No. 58 Tahun 2009, adapun dengan pengenalan kata-kata secara
tingkat pencapaian perkembangan yang sederhana yang berkaitan dengan benda-
hendak dicapai anak pada usia 4-5 tahun benda yang sering dijumpai anak, mengajak
yaitu anak mampu menjawab pertanyaan anak untuk bercerita ke depan kelas,
sederhana, anak mampu mengutarakan mengajak anak untuk sering bercakap-cakap.
pendapat kepada orang lain dan anak Hasil observasi dan wawancara pada
mampu mengulang kalimat secara tanggal 24 Januari 2014 di TK Widia Kumara,
sederhana. dalam pembelajaran menunjukkan bahwa
Menurut Bromley (Dhieni, dkk., kemampuan berbahasa anak masih kurang
2011:1.19) pengembangan bahasa untuk maksimal. Gejala-gejala yang terlihat seperti
anak usia dini difokuskan pada keempat anak masih ragu-ragu dalam berbicara, anak
aspek bahasa, yaitu menyimak, berbicara, masih kesulitan dalam menyampaikan
membaca dan menulis. Berbicara dan gagasan, pikiran dan kehendak kepada guru
menulis merupakan ketrampilan bahasa dan temannya. Rendahnya kemampuan
ekspresif yang melibatkan pemindahan arti berbahasa anak di TK Widia Kumara
melalui simbol visual dan verbal yang disebabkan karena kurangnya media
diproses dan diekspresikan anak. Sedangkan pembelajaran, anak kurang mampu
membaca dan menyimak merupakan berkomunikasi dengan orang disekitar
ketrampilan bahasa reseptif karena dalam lingkungannya, guru kurang memotivasi anak
ketrampilan ini makna bahasa diperoleh dan dalam melakukan kegiatan pembelajaran,
diproses melalui simbol visual dan verbal serta kurangnya metode pembelajaran yang
(Dhieni, dkk., 2011). diberikan. Kegiatan bercerita belum itensif
Menurut Dhieni, dkk (2011:1.19) dilakukan oleh guru TK Widia Kumara. Dalam
mengemukakan bahwa kemampuan kegiatan bercerita, anak kurang dirangsang
berbicara merupakan suatu ungkapan kata- dengan menggunakan media. Sedangkan
kata. Menurut Wasimin (2009) wicara atau menurut Dhieni, dkk. (2011:6.29) sebuah
bicara adalah aktivitas penyampaian cerita akan menarik didengarkan dan
gagasan kepada orang lain dengan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

diperhatikan apabila menggunakan alat berbentuk pesan, informasi, atau sebuah


peraga. dongeng. Anak usia 4 sampai 6 tahun
Kelemahan-kelemahan di atas umumnya senang diperdengarkan sebuah
merupakan masalah dan perlu adanya cerita sederhana yang sesuai dengan
strategi pembelajaran di kelas agar perkembangan usianya (Dhieni, dkk.,
permasalahan tersebut dapat dipecahkan. 2011:6.1).
Dari hasil observasi dan wawancara, adapun Bercerita sejak dulu dilakukan oleh
dampak dari rendahnya kemampuan orang tua mereka untuk pengantar tidur siang
berbahasa pada anak yaitu anak sulit untuk atau malam hari. Dari pemaparan diatas
menyatakan keinginannya kepada guru maka dapat disimpulkan bahwa metode
maupun teman-temannya, anak sulit untuk bercerita adalah cara penyampaian atau
bersosialisasi, dan anak juga sulit untuk penyajian materi pembelajaran secara lisan
berkomunikasi dengan teman atau orang dengan alat atau tanpa alat peraga untuk
disekitar lingkungannya. Menurut Syaodih menyampaikan suatu pesan atau informasi
(2005:50) bahwa adanya hambatan dalam kepada pendengar atau peserta didik. Tujuan
perkembangan bahasa anak membuat anak metode bercerita menurut Moeslichatoen
merasa tidak diterima oleh teman-temannya, (2004:170) adalah kegiatan bercerita
anak menjadi minder, tidak percaya diri dan merupakan salah satu cara yang ditempuh
tidak memiliki keberanian untuk berbuat. guru untuk memberi pengalaman belajar agar
Kondisi ini dapat mempengaruhi anak memperoleh penguasaan isi cerita yang
perkembangan kepribadian anak. disampaikan lebih baik. Melalui bercerita
Untuk memecahkan masalah tersebut anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan
diperlukan salah satu metode serta media melalui kegiatan bercerita.
yang tepat agar nantinya anak usia dini dapat Adapun langkah-langkah kegiatan
menguasai penggunaan bahasa yang tepat bercerita, menurut Moeslichatoen (2004:179)
dan benar, tentunya tidak melupakan unsur yaitu: (1) mengkomunikasikan tujuan dan
kegembiraan sehingga konsep bermain tema dalam kegiatan bercerita, (2) mengatur
sambil belajar dapat berjalan dengan baik. tempat duduk anak. Misalnya anak duduk di
Salah satu metode dan media yang lantai dan diberi alas tikar atau karpet, atau
digunakan dalam penelitian ini adalah duduk di kursi dengan formasi setengah
dengan metode bercerita serta media boneka lingkaran, (3) pembukaan kegiatan bercerita,
jari. dimana guru menggali pengalaman-
Menurut Moeslichatoen (2004:157) pengalaman anak dalam kaitannya dengan
bahwa metode bercerita merupakan salah tema cerita, (4) pengembangan cerita yang
satu pemberian pengalaman belajar bagi dituturkan guru. Guru menyajikan fakta-fakta
anak TK dengan membawakan cerita kepada di sekitar kehidupan anak yang berkaitan
anak secara lisan. Kemudian Menurut Dhieni, dengan tema cerita, (5) menceritakan isi
dkk. (2011:6.6) metode bercerita adalah cara cerita dengan lafal, intonasi dan ekspresi
penyampaian atau penyajian materi wajah yang menggambarkan suasana cerita,
pembelajaran secara lisan dalam bentuk (6) penutup kegiatan bercerita dengan
cerita dari guru kepada anak didik Taman mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
Kanak-kanak. Menurut Gunarti, dkk. berkaitan dengan isi cerita.
(2010:5.3) bercerita adalah suatu kegiatan Bercerita dengan bantuan media akan
yang dilakukan seseorang untuk dapat menarik minat anak dalam
menyampaikan suatu pesan, informasi atau mendengarkan cerita. Media dan sumber
sebuah dongeng belaka, yang bisa dilakukan belajar di TK adalah peralatan yang
secara lisan maupun tertulis. Bercerita adalah mendukung kemampuan anak diantaranya
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang meliputi kemampuan berbahasa. Salah satu
secara lisan kepada orang lain, dengan atau media yang dapat membantu kemampuan
tanpa alat. Cerita yang disampaikan berbahasa anak yaitu media boneka jari.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Media berasal dari bahasa latin dan 2013/2014 di TK Widia Kumara Padangbulia
merupakan bentuk jamak kata medium yang Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng.
secara harfiah mempunyai arti antar,
perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari METODE
pengirim pesan ke penerima pesan. Menurut Penelitian ini dilaksanakan selama satu
Dhieni, dkk. (2011:10.3) media adalah segala bulan yaitu dari tanggal 2 April sampai
sesuatu yang dapat digunakan untuk dengan 2 Mei 2014. Subjek penelitian ini
menyampaikan pesan dari pengirim pesan adalah 15 orang anak TK Widia Kumara
kepada penerima pesan sehingga dapat Padangbulia pada kelompok A semester II
merangsang pikiran, perasaan dan perhatian tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian
anak didik untuk tercapainya suatu tujuan. ini adalah Jenis penelitian yang dilakukan
Menurut Gagne (dalam Dhieni dkk, adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
2011:10.3) media adalah berbagai jenis Clrassroom Action Research (CAR).
komponen dalam lingkungan anak didik yang Penelitian tindakan kelas merupakan
dapat memotivasi anak didik untuk belajar. penelitian yang bersifat aplikasi (terapan),
Menurut Ali (dalam Tegeh, 2008:6) bahwa terbatas, segera dan hasilnya untuk
media belajar diartikan sebagai segala memperbaiki dan menyempurnakan program
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan pembelajaran yang sedang berjalan (Agung,
(massage), merangsang pikiran, perasaan, 2012:24). Menurut Kurt Lewin (dalam
perhatian dan kemauan siswa sehingga Kunandar, 2008:42) penelitian tindakan
dapat mendorong proses belajar. Media adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri
dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu media atas empat tahap, yakni perencanaan,
audio, media visual dan media audio visual. tindakan, pengamatan, dan refleksi. Menurut
Media boneka jari dapat diklasifikasikan Arikunto (2012:3) penelitian tindakan kelas
kedalam media visual. merupakan suatu pencermatan terhadap
Boneka jari adalah boneka yang dapat kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
dimasukkan kejari tangan, bentuknya kecil yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
seukuran jari tangan orang dewasa (Gunarti, sebuah kelas secara bersama.
dkk., 2010:5.20). Jenis boneka yang Jadi dapat disimpulkan bahwa
digunakan adalah boneka jari yang terbuat penelitian tindakan kelas adalah penelitian
dari potongan kain flanel. Boneka jari adalah yang terdiri atas empat tahap, yakni
media yang dapat digunakan oleh guru perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
berupa boneka yang terbuat dari kain flanel refleksi yang bersifat aplikasi (terapan) dan
yang dapat dimasukkan kejari tangan yang hasilnya untuk memperbaiki dan
memiliki karakter dan bentuk yang tertentu. menyempurnakan program pembelajaran
Tujuan permainan boneka jari menurut yang sedang berjalan dalam kelas. Penelitian
Zaman, dkk. (2011:6.14) yaitu untuk tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua
mengembangkan bahasa anak, siklus, masing-masing siklus terdiri dari
mempertinggi keterampilan dan kreativitas empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan,
anak, mengajak anak belajar bersosialisasi, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi,
dan bergotong royong disamping melatih dan refleksi.
keterampilan jari jemari tangan. Metode yang digunakan untuk
Berdasarkan uraian tersebut, maka mengumpulkan data dalam penelitian ini
dilakukan penelitian yang bertujuan untuk adalah metode observasi dengan instrumen
mengetahui peningkatan kemampuan berupa lembar format observasi. Metode
berbahasa dengan penerapan metode observasi adalah suatu cara memperoleh
bercerita berbantuan media boneka jari pada data dengan jalan mengadakan “pengamatan
anak kelompok A semester II tahun pelajaran dan pencatatan” secara sistematis tentang
suatu objek tertentu (Agung, 2012:61).
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Observasi dilakukan terhadap kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN


peneliti dan siswa dalam menerapkan Penelitian dilaksanakan pada semester
metode bercerita dengan media boneka jari. II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian
Setiap kegiatan yang diobservasikan tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Widia
dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai Kumara Padangbulia Kecamatan Sukasada
yaitu anak yang belum mampu dengan tanda Kabupaten Buleleng. Subjek penelitian ini
bintang satu ( ), anak mampu dengan adalah anak kelompok A TK Widia Kumara
bantuan dengan tanda bintang dua ( ) dan Padangbulia yang berjumlah 15 anak, yang
anak mampu tanpa bantuan dengan tanda terdiri dari 8 anak laki-laki dan 7 anak
bintang tiga ( ). Adapun Indikator yang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan
digunakan berkaitan dengan kemampuan dalam dua siklus, Siklus I dan Siklus II.
berbahasa anak terutama dalam kemampuan Data kemampuan berbahasa anak
berbicara. Berikut ini rincian indikator yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi
terdapat pada instrument penelitian frekuensi, menghitung modus (Mo), median
penerapan metode bercerita dengan media (Me), mean (M), grafik polygon dan
boneka jari yaitu (1) Menceritakan kembali isi membandingkan rata-rata atau mean dengan
cerita/dongeng yang pernah di dengar secara model PAP skala lima. Hasil observasi yang
sederhana, (2) Menyebutkan tokoh-tokoh dilakukan pada saat penerapan metode
yang ada dalam cerita, (3) Menyebutkan bercerita dengan media boneka jari
sifat-sifat tokoh yang ada pada cerita yang di menggunakan 5 indikator dan masing-
dengarnya, (4) Menjawab pertanyaan tentang masing indikator yang muncul dalam
informasi/kejadian secara sederhana dan (5) pembelajaran akan diberi skor, yakni 3
Menceritakan pengalaman/kejadian secara (mampu tanpa bantuan), 2 (mampu dengan
sederhana. bantuan), dan 1 (belum mampu). Untuk
Data yang telah dikumpulkan mendapatkan gambaran yang jelas
dianalisis menggunakan statistik deskriptif mengenai distribusi perkembangan bahasa
dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode pada siklus I anak kelompok A semester II di
analisis statistik deskriptif ialah suatu cara TK Widia Kumara Padangbulia Tahun
pengolahan data yang dilakukan dengan Pelajaran 2013/2014 disajikan pada Gambar
jalan menerapkan rumus-rumus statistik 1.
deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik,
angka rata-rata, median, modus, mean dan 6
standar deviasi, untuk menggambarkan suatu f
objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh r 5
kesimpulan umum.) Kemudian data e 4
dilanjutkan dianalisis dengan menggunakan k
metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut 3
u
Agung (2012:67 metode analisis deskriptif e 2
kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data n
yang dilakukan dengan jalan menyusun 1
s
secara sistematis dalam bentuk angka-angka i 0
dan atau persentase, mengenai suatu objek 7 8 9 10 11 12
yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan
umum. Metode analisis deskriftif kuantitatif ini x
digunakan untuk menentukan kemampuan
berbahasa pada siswa dengan metode Gambar 1 Grafik Data Kemampuan
bercerita yang dikonversikan ke dalam Berbahasa Anak Kelompok A di
Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. TK Widia Kumara Padangbulia
pada Siklus I
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Berdasarkan perhitungan dan grafik Berdasarkan perhitungan dan grafik


polygon di atas, terlihat Mo < Me < M (7,00 < polygon di atas, terlihat Mo > Me > M (14,00
8,00 < 8,80), sehingga dari gambar tersebut >13,00 >12,60), sehingga dari gambar
dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebaran
kemampuan berbahasa pada siklus I data-data kemampuan berbahasa pada
menunjukkan kurve juling positif. Dengan siklus II menunjukkan kurve juling negatif.
demikian dapat di interpretasikan bahwa skor Dengan demikian dapat di interpretasikan
kemampuan berbahasa pada anak-anak TK bahwa skor kemampuan berbahasa pada
Widia Kumara Padangbulia cenderung anak-anak TK Widia Kumara Padangbulia
rendah. Berdasarkan rata-rata persentase, cenderung tinggi. Berdasarkan rata-rata
nilai M% = 58,67% yang dikonversikan ke persentase, nilai M% = 84,00% yang
dalam PAP skala lima, seperti yang terlihat dikonversikan ke dalam PAP skala lima,
pada tabel PAP berada pada tingkat seperti yang terlihat pada tabel PAP berada
penguasaan 55-64% yang berarti bahwa pada tingkat penguasaan 80-89% yang
kemampuan berbahasa anak berada pada berarti bahwa kemampuan berbahasa anak
kriteria rendah. berada pada kriteria tinggi.
Siklus II dilakukan sama seperti siklus I. Berdasarkan hasil analisis statistik
Data kemampuan berbahasa khususnya deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
kemampuan berbicara pada penelitian siklus diperoleh rata-rata persentase kemampuan
II disajikan dalam bentuk tabel distribusi berbahasa anak kelompok A semester II di
frekuensi menghitung Modus (Mo), Median TK Widia Kumara Padangbulia pada siklus I
(Me) dan Mean (M), grafik polygon dan sebesar 58,67% dan rata-rata persentase
membandingkan rata-rata atau Mean dengan kemampuan berbahasa anak kelompok A
model PAP skala lima. semester II di TK Widia Kumara Padangbulia
pada siklus II sebesar 84,00%, ini
menunjukkan adanya peningkatan rata-rata
6 persentase kemampuan berbahasa pada
f
anak dari siklus I ke siklus II sebesar 25,33%.
5 Terjadinya peningkatan persentase
r
kemampuan berbahasa anak didik pada saat
e 4
penerapan metode bercerita dengan media
k
boneka jari disebabkan oleh rasa tertarik
u 3
anak didik mendengarkan cerita yang
e
2 disampaikan secara menarik dengan bahasa
n
yang sederhana serta isi cerita yang
s
1 diceritakan sesuai dengan kehidupan
i disekitar anak. Sesuai dengan pendapat
0 Moeslichatoen (2004:157) bahwa cerita yang
10 11 12 13 14 15 dibawakan guru harus menarik dan
mengundang perhatian anak didik. Bila isi
x cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan
anak TK, maka mereka dapat memahami
cerita itu, mereka akan mendengarkannya
Gambar 2 Grafik Data Kemampuan dengan penuh perhatian dan dengan mudah
Berbahasa Anak Kelompok A dapat menangkap isi cerita. Selain itu, anak
di TK Widia Kumara juga sangat antusias dalam mengikuti
Padangbulia pada Siklus II kegiatan bercerita, karena dalam kegiatan
bercerita menggunakan bantuan media yang
memiliki bentuk dan karakter yang bervariasi
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

sehingga anak sangat senang bila diajak kegiatan bercerita digunakan teknik-teknik
untuk bercerita. Hal tersebut sesuai dengan yang menarik maka pembelajaran yang kita
dengan pendapat Dhieni, dkk. (2011:6.29) lakukan akan menjadi menyenangkan dan
bahwa sebuah cerita akan menarik dapat meningkatkan kemampuan bahasa
didengarkan dan diperhatikan apabila anak.
menggunakan alat peraga. Dengan bercerita Penerapan metode bercerita sebagai
pendengaran anak dapat difungsikan dengan salah satu metode pendekatan dalam
baik untuk membantu kemampuan berbicara, pembelajaran akan dapat melatih daya
menambah perbendaharaan kosa kata, tangkap atau daya konsentrasi anak didik,
kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih melatih daya pikir dan potensi anak,
merangkai kalimat sesuai tahap mengembangkan kemampuan berbahasa
perkembangannya. Dengan demikian metode dan menambah pembendaharaan kata pada
bercerita merupakan metode yang sangat anak didik, serta menciptakan suasana
tepat untuk melatih kemampuan berbahasa senang di dalam kelas (Dhieni, dkk., 2011).
khususnya kemampuan berbicara pada anak. Dengan demikian metode tersebut akan
Penyajian hasil penelitian di atas dapat menguatkan ingatan anak terhadap
memberikan gambaran bahwa dengan pembelajaran yang diberikan serta anak
penerapan metode bercerita berbantuan dapat mengembangkan kemampuan
media boneka jari, ternyata dapat berbahasanya yaitu khususnya kemampuan
meningkatkan kemampuan bahasa anak berbicara anak.
didik pada TK Widia Kumara Padangbulia. Berdasarkan hasil penelitian dan
Kenyataan ini menunjukkan bahwa uraian tersebut ini berarti bahwa dengan
penerapan metode bercerita berbantuan penerapan dengan penerapan metode
media boneka jari sangat efektif untuk bercerita berbantuan media boneka jari akan
meningkatkan kemampuan berbahasa anak, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa
dan oleh karenanya para guru sangat perlu anak kelompok A di TK Widia Kumara
menerapkan strategi pembelajaran melalui Padangbulia
metode bercerita secara intensif dan .
berkelanjutan guna meningkatkan hasil
belajar anak didik. Agar kegiatan bercerita SIMPULAN DAN SARAN
dapat dilaksanakan secara efektif, sebaiknya Berdasarkan hasil penelitian, maka
sebelum kegiatan bercerita guru mengatur dapat disimpulkan sebagai berikut. Bahwa
tempat duduk anak misalnya dengan penerapan metode bercerita berbantuan
menyuruh anak duduk dilantai. Menurut media boneka jari dapat meningkatkan
Hildebrand (dalam Moeslichatoen, 2004) kemampuan berbahasa pada anak Kelompok
beberapa guru menyukai anak duduk dilantai A TK Widia Kumara Padangbulia semester II
dengan diberi tikar atau karpet dalam tahun ajaran 2013/2014. Hasil penelitian
kegiatan bercerita, karena dengan menunjukkan adanya peningkatan
pengaturan semacam itu lebih memberikan kemampuan berbahasa anak pada siklus II.
iklim yang menyenangkan dan ketenangan. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
Metode bercerita berbantuan media rerata kemampuan berbahasa anak didik
boneka jari merupakan salah satu cara yang pada siklus I adalah 58,67% yang berada
paling mendasar untuk berbagi pengetahuan, pada kategori rendah dan rerata kemampuan
pengalaman, dan membina hubungan berbahasa anak didik pada siklus II sebesar
interaksi dengan anak-anak. Metode 84,00% berada pada kategori tinggi. Adanya
bercerita berbantuan media boneka jari dapat peningkatan kemampuan berbahasa pada
menarik minat anak serta anak tidak cepat anak dapat dilihat dari: (1) Rasa tertarik anak
bosan dalam mendengarkan cerita karena didik dalam mendengarkan cerita karena
menggunakan media yang menarik. Ini cerita yang disampaikan secara menarik
berarti bahwa apabila didalam memberikan dengan bahasa yang sederhana serta isi
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

cerita yang diceritakan sesuai dengan Singaraja, Singaraja 27 September


kehidupan disekitar anak, (2) Dengan 2010
menggunakan media boneka jari yang
menarik minat anak dalam mendengarkan -------, 2012. Metodologi Penelitian
cerita karena anak lebih bisa Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha
mengimajinasikan para tokoh yang Singaraja.
memainkan cerita melalui media boneka jari
sehingga anak lebih bisa menangkap Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian
maksud dan isi cerit, (3) pengaturan guru Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
dalam kegiatan bercerita, seperti guru Aksara.
mengajak anak untuk duduk dilantai. Dapat
dilihat anak merasa nyaman mengikuti Dhieni, Nurbiana, dkk. 2011. Metode
kegiatan bercerita dengan duduk di lantai Pengembangan Bahasa. Jakarta:
dengan beralaskan karpet. Dengan demikian, Universitas Terbuka.
penerapan metode bercerita dengan media
boneka jari merupakan kegiatan yang paling Fridani, Lara dkk. 2010. Evaluasi
tepat dalam meningkatkan kemampuan Perkembangan Anak Usia dini.
berbahasa anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Berdasarkan pembahasan yang telah
dikemukakan, maka dapat disimpulkan saran Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode
sebagai berikut: (1) Kepada para guru Pengembangan Perilaku Dan
disarankan lebih kreatif dalam memilih Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.
metode pembelajaran dan kegiatan Jakarta: Universitas Terbuka.
pembelajaran yang akan diterapkan pada
anak, khususnya dalam penerapan metode Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan
bercerita dengan media boneka jari yang Anak. Jakarta: Erlangga.
sesuai sehingga pembelajaran dapat menarik
minat anak didik, (2) Kepada kepala sekolah Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian
agar melakukan pembinaan serta informasi Tindakan Kelas Sebagai
secara intensif kepada para guru mengenai Pengembangan Profesi Guru.
metode dan media pembelajaran, sehingga Jakarta: Rajawali.
kemampuan profesional para guru, perbaikan
proses dan hasil belajar anak dapat Moeslichatoen, R. 2004. Metode Pengajaran
meningkat, (3) Kepada peneliti lain, hasil di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan Rineka Cipta.
perbandingan atau sumber acuan serta
disarankan untuk melanjutkan penelitian ini Permendiknas No. 58 Tahun 2009. 2009.
karena pencapaian kemampuan berbahasa Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
anak baru mencapai kriteria tinggi. Dikti: Jakarta

Rahman, S. Hibana. 2005. Konsep Dasar


Pendidikan Anak Usia Dini.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Agung, A.A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Siska, Yulia. (2011). Penerapan Metode
Kelas (teori dan analisis data dalam Bermain Peran (Role Playing)
PTK). Makalah disajikan dalam Dalam Meningkatkan Keterampilan
Workshop Jurusan Pendidikan Sosial Dan Keterampilan Berbicara
Sekolah Dasar FIP Undiksha di Anak Usia Dini, Edisi Khusus No. 2,
Kampus PGSD FIP Undiksha Agustus 2011 (hlm 31-37)
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar


Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas Dikjen Dikti.

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD.


Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Mandini.

Syaodih, Ernawulan. 2005. Bimbingan Di


Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Syaodih, Ernawulan dan Mubiar Agustin.


2010. Bimbingan Konseling Untuk
Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Wasimin. (2009). Peningkatan Kompetensi


Berbicara Siswa SD Melalui Metode
Role Pay, Vol. 15. No. 1, Januari
2009 (hlm 188-198)

Zaman, Badru, dkk. 2008. Media Dan


Sumber Belajar TK. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai