Penyebab perceraian
Penyebab peceraian yang terjadi di lingkup Pengadilan Agama Kerinci, Kota Sungai Penuh, dapat
dipaparkan ada beberapa faktor yaitu ketidakharmonisan, pendidikan, budaya, masalah
ekonomi, gangguan pihak ketiga, dan tidak adanya tanggung jawab. Pada lima tahun terakhir
(2015-2020) di Pengadilan Agama Sungai Penuh faktor penyebab paling banyak terjadinya
perceraian yang diajukan oleh beberapa pemohon dari putusan yang telah kami baca adalah
masalah ekonomi, kemudian disusul faktor adanya pihak ketiga dan adanya kekerasan dalam
rumah tangga.
Pada saat ini sebenarnya gender tidak menjadi suatu masalah selama tidak terjadi ketidakadilan,
namun masalahnya yang sering mengalami ketidakadilan dan diskrimiasi adalah perempuan.
Dari kasus perceraian yang terjadi di Kerinci. Sungai Penuh terdapat aroma ketidakadilan gender
didalamnya. Adapun bentuk ketidakadilan gender adalah marginalisasi (peminggiran jenis
kelamin tertentu), subordinasi, stereotype, kekerasan, dan beban ganda. Kelima bentuk
ketidakadilan gender ini sering terjadi terhadap perempuan.
Kerentanan terhadap perempuan karena peminggiran perempuan (marginalisasi), yaitu
perempuan di Kerinci identikkan dengan makhluk domestik, yaitu diarahkan untuk mengurus
rumah tangga saja, sedangkan akses terhadap sumber daya lebih kepada kaum laki-laki hal ini
menyebabkan perempuan tidak dapat hidup mandiri. Kerentanan perempuan dilihat karena
label (stereotype), perempuan hanya sebagai pelayan suami telah menempatkan kaum
perempuan dalam posisi sebagai pelayan yang selalu dipahami melayani kebutuhan seksual
suami, melaksanakan pekerjaan dapur dan mencuci pakaian suami sebab label mencari nafkah
selalu didominasi kaum laki-laki.
Selanjutnya kekerasan adalah salah satu bentuk kerentanan perempuan dalam pernikahan di
Kerinci karena dalam pernikahan terlihat pemaksaan perkawinan. Pertimbangan-pertimbangan
dari keluarga luas dan Depati Ninik Mamak dianggap telah cukup, persetujuan dari pasangan
yang melaksanakan tidak terlalu diperhitungkan, tetapi mereka tidak berdaya untuk melakukan
perlawanan sehingga terpaksa menerima jodoh yang telah dipilihkan, atau nasad yang datang.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan di Kerinci juga terlihat dimana seorang suami
melakukan kekerasan rumah dalam rumah tangga terhadap istri sehingga istri terluka biasanya
ini disebabkan karena factor ekonomi keluarga. Kerentanan perempuan di Kerinci juga terlihat
karena perempuan memiliki beban ganda, dalam sebuah perkawinan di Kerinci seorang
perempuan walaupun bekerja diluar rumah, tugas utamanya tetaplah mengurus suami dan
anaknya.