Anda di halaman 1dari 6

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal.

1-6 ISSN 0216-7395

PRODUKSI BIOMASA MIKROALGA DENGAN NITRIFIKASI LIMBAH


BERAMONIAK TINGGI

Indro Sumantri, Hadiyanto, Sumarno


Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Kampus Baru Tembalang, Semarang-50239
Email : indrotekim@yahoo.com

Abstrak
Biodiesel merupakan salah satu energi alternative yang saat ini memperoleh perhatian yang besar. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya keuntungan/kelebihan biodiesel, diantaranya sumber yang terbarukan, bersih
dan efisien, dan lebih ramah lingkungan. Mikroalga merupakan mikroorganisme fotosintetik yang
mempunyai kandungan minyak sekitar 45-85%, sehingga sangat potensial untuk dijadikan biodiesel. Akan
tetapi permasalahan yang dihadapi saat ini yaitu belum maksimalnya produksi mikroalga yang
berbiomasa tinggi. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengoptimasi proses kultivasi
dalam suatu photobioreaktor yang murah dan efisien untuk dengan menghasilkan mikroalga dengan
biomasa yang maksimum. Dalam penelitian ini akan digunakan photobioreaktor open pond skala kecil
(miniPOND) dengan tujuan untuk mempermudah control dan evaluasi serta lebih mudah dan cepat untuk
kultivasi mikroalga.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memproduksi biodiesel dari mikroalga yang mempunyai
biomassa tinggi dengan photobioreaktor open pond skala kecil (miniPOND). Kultivasi akan dilakukan
dengan menggunakan reaktor kolam (open pond) skala laboratoirum dengan memafaatkan sinar matahari
sebagai sumber fotosintesis. Penelitian yang dilakukan optimasi memperoleh data optimum untuk
memproduksi mikroalga. Hal ini meliputi : jenis mikroalga yang tahan terhadap kadar amoniak tinggi
yaitu Chlamydomonas, percobaan dilakukan secara batch dan kontinyu, percobaan batch digunakan untuk
menentukan kondisi yang baik sebagai dasar untuk proses kontinyu. Rasio karbon dan nitrogen yang
dilakukan meliputi stoikiometri (5,7 :1), dan antara 0,6 – 1,4. Percobaan dilakukan di reaktor dengan
volume 50 L, laju aerasi 25 L/menit, pencahayaan lampu 45 W. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
waktu optimum untuk adalah 2 hari berdasarkan hasil pengamatan densitas optik. Pengaruh rasio C dan
N tidak begitu terlihat karena hampir mempunyai nilai densitas optik yang hampir sama, densitas optik
yang tinggi diperoleh untuk waktu 2 hari. Sistem kontinyu yang dilakukan terlihat bahwa untuk rasio C
dan N 1:1 maka hasil panen mikroalga akan diperoleh terbaik pada waktu dua hari kultivasi.

Kata kunci : biodisel, mikroalga, Chlamydomonas, rasio C/N, bioreaktor, densitas optik.

PENDAHULUAN berpotensi digunakan sebagai biodiesel yang


Akhir-akhir ini, penelitian di bidang energi merupakan sumber energi alternatif dan berdaras
alternatif biodiesel mengalami peningkatan perhitungan mikroalga mampu menghasilkan
secara berarti. Biodiesel merupakan sumber minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan
energi alternatif yang diperoleh dari minyak sumber nabati lainnya. Keuntungan yang
nabati , misalnya minyak sawit, minyak jagung, didapat dari biodiesel mikroalga yaitu
dan minyak jatropa, dan minyak hewani sebagai sumbernya yang terbaharukan. Selain itu dengan
pengganti minyak fosil. Meskipun metodologi lokasi berada di katulistiwa, Indonesia
pembuatan biodiesel sendiri telah ada sejak 50 mempunyai sumber sinar matahari yang sangat
tahun lalu, akan tetapi eksplorasi penggunaan cukup sebagai sumber energi untuk
mikroalga sebagai sumber biodiesel masih photosintetik mikroalga(Vonshak dan Torzillo,
belum optimal dilakukan. 2004).
Mikroalga merupakan mikroorganisme Berdasarkan perhitungan, pengolahan
photosintetik yang berpotensi digunakan untuk mikroalga pada lahan seluas 4.5 juta hektar
produk fine chemicals (Borowitzka,1999), unsur mampu menghasilkan biodiesel yang akan dapat
tambahan makanan untuk manusia dan hewan, mengganti seluruh kebutuhan solar di Amerika
sistem imobilisasi pembentuan senyawa Serikat (Oilgae.com, 26/12/2006). Lebih lanjut,
extraselullar, untuk biosorpsi logam berat, luas lahan ini hanya 1% dari total lahan yang
Fiksasi CO2. Dengan kandungan minyak sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan
mencapai 77%, mikroalga juga sangat padang rumput (sekitar 0.5 milliar ha). Semua

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 1


Produksi Biomasa Mikroalga Dengan........ (Indro Sumantri,dkk)

jenis alga memiliki komposisi kimia sel yang mengoptimalkan pemanfaatan sinar matahari
terdiri dari protein, karbohidrat, lemak (fatty (intensitas cahaya 1500-2500 W/µmol. m2)
acids) dan nucleic acids yang prosentasenya sebagai salah satu sumber cahaya yang murah.
bervariasi jenis alganya. Ada jenis alga yang Cahaya matahari ini digunakan mikroalga untuk
memiliki komponen fatty acids lebih dari 40%. proses fotosintesis dan pertumbuhan. Akan
Dari komponen fatty acids inilah yang akan tetapi, penetrasi maksimum dari sinar matahri ke
diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel dalam kultur alga hanya mampu mencapai 2-3
(Richmond, 2004). cm dari permukaan, dan ini kurang efisien bagi
Persoalan yang dihadapi saat ini dalam kultivasi dengan volume yang besar terutama di
pembuatan biodiesel dari mikroalga yaitu belum bagian dasar kolam alga. Dibagian dasar alga
optimalnya biomasa yang dihasilkan. Oleh akan mendapat sedikit sinar matahari yang
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk tentau saja akan mengakibatkan alga tidak
menghasilkan suatu metode kultivasi mikroalga tumbuh. Dilain pihak, sinar matahari yang
dalam suatu bioreactor yang murah dan efisien. berlebihan akan menjadi penghambat
Proses pembuatan biodiesel dari biomasa ini pertumbuhan(photoinhibition), sehingga
juga akan dioptimasi lanjut sebagai satu diperlukan suatu optimasi dan korelasi antara
rangkain penelitian. fotosintesis dan productivity dari mikroalga.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh Sehingga diperlukan suatu penelitian untuk
biomasa setinggi mungkin dari mikroalga dan mengoptimisasi penggunaan sinar matahari di
untuk memanfaatkan biomasa ini sebagai dalam photobioreaktor. Hal ini bisa dilakukan
sumber biodiesel (Chisti, 2008). Perolehan dengan menggunakan sistem distributor cahaya.
mikroalga biomasa tinggi dilakukan dalam suatu Oleh karena itu perancangan dan implementasi
photobioreaktor dengan menggunakan energi system distribusi cahya dalam bioreactor sangat
seefisien mungkin (Wen Teng-WU dan Chih- diperlukan.
Hung Hsieh, 2008). Kultivasi mikroalga dapat dilakukan di
Selain itu secara khusus penelitian ini tempat tertutup (closed photobioreactor)
bertujuan: (a). Untuk menentukan jenis (Grima, dkk, 1999) ataupun sistem terbuka
mikroalga yang mempunyai potensial sebagai (open photobioreactor) (Welssman dan Goebel,
penghasil minyak yang tinggi (Algae Strain 1987)(Miron, dkk, 1999). Keuntungan dari
isolation) (Sobczuk dkk, 2006), (b). Untuk photobioreaktor tertutup yaitu kemudahan akan
merancang photobioreaktor yang murah, efisien pengendalian akan temperature, pH, dan cahaya
dan tidak memerlukan energi yang tinggi. (UV light), sedangkan untuk photobioreaktor
Photobioreaktor akan menggunakan sinar terbuka(Olaizola, 2000) mengalami kesulitan
matahari sebagai sumber energi dan dalam pengendalian misalkan mudah
pertumbuhan mikroalga. (c). Untuk optimasi terkontaminasi, cahaya matahari yang
proses kondisi /parameter dalam kultivasi tergantung cuaca, dan produktivitas masih lebih
mikroalga. Dengan optimasi proses ini rendah dari sistem tertutup(Ugwu, dkk, 2007).
diharapkan akan diperoleh produktivitas Dengan melihat hal tersebut, pemilihan jenis
mikroalga yang tinggi. Parameter proses yang photobioreaktor sangat penting dilakukan untuk
akan di evaluasi yaitu kecepatan menghasilkan biomasa yang tinggi dengan
pertumbuhan(growth rate), Yield, nutrien yang pemanfaatan sinar matahari yang maksimum
digunakan, dan shear stress. (d). Untuk (Hadiyanto, 2009).
mengoptimasi pemanfaatan biomassa dari Pemanfaatan biomasa mikroalga ke biodiesel
mikroalga untuk pembuatan biodiesel. (e). akan melalui proses separasi yang tentunya
Mengidentifikasi permasalahan kultivasi di menimbulkan sisa ampas. Hal ini bisa diatasi
photobioreaktor system terbuka (biofouling dan dengan pemanfaatan sisa separasi untuk
kontaminasi) dan memberikan pemecahannnya. pemanfaatannya sebagai bentuk produk lain.
Untuk pembuatan biodiesel dari mikroalga Tentunya penelitian ini sangatlah diperlukan,
sangat diperlukan biomasa dengan konsentrasi sehingga akan diperoleh suatu bentuk proses
sel (density) yang tinggi. Dari beberapa biodiesel yang benar-benar terbaharui dan tidak
penelitian, maksimum biomasa yang didapat merusak alam (Fukuda, dkk, 2001).
sekitar 0.15-0.3 g/L (Bedell,1984) sehingga
diperlukan suatu metode untuk menaikkan
density biomasa mikroalga. Salah satu yang
dapat dikembangkan yaitu dengan

2
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 1-6 ISSN 0216-7395

METODE PENELITIAN HASIL PERCOBAAN


Penelitian yang dilakukan untuk optimasi
untuk memperoleh data optimum untuk 0.45
memproduksi mikroalga. Hal ini meliputi : jenis 0.4
mikroalga yang tahan terhadap kadar amoniak 0.35

Densitas optik
0.3
tinggi yaitu Chlamydomonas sudah terbukti 0.25
tahan terhadap amoniak tinggi. Variabel 0.2
0.15
percobaan yang tetap adalah laju aerasi : 25 0.1
L/menit, volume reaktor 50 L, kultur yang 0.05
digunakan 100 % atau 50 %, sedangkan sebagai 0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
variabel yang berubah meliputi : rasio C/N dari
Waktu (hari)
yang stoikiometri (5,7 :1), rasio C/N : 0,6 – 1,4,
sistem batch dan kontinyu. Respon yang diamati 60 (mg/L) 80 (mg/L) 100 (mg/L) 200 (mg/L) 300 (mg/L)

setiap hari adalah : densitas optik dan amoniak Gambar 1. Pengamatan densitas optik untuk
sisa dalam larutan. Data yang diperoleh secara berbagai kadar amoniak (rasio C/N = 5,7/1)
batch merupakan dasar untuk percobaan sistem sistem batch
kontinyu.
Hasil percobaan untuk rasio C/N stoikiometri
dengan beban amoniak awal mulai dari 60
300
sampai dengan 300 mg/L menunjukkan bahwa
Amoniak sisa (mg/L) 250
nilai densitas optik terbaik pada hari kedua,
setelah hari kedua cenderung turun dan 200
mendatar sekitar densitas optik antara 0,15-0,2. 150
Sementara nilai amoniak sisa turun tajam 100
sampai hari ke empat. Untuk rasio C/N antara
0,6 – 1,4 dengan kadar awal amoniak awal 50

sebesar 300 mg/L dan kultur yang digunakan 50 0


% dan 100 % dari bak kultur mikroalga. Hasil 0 2 4 6 8 10
Waktu (hari)
yang diperoleh menunjukkan, semakin tinggi
media kultur yang digunakan maka akan 60 (mg/L) 80 (mg/L) 100 (mg/L) 200 (mg/L) 300 (mg/L)

semakin baik hasil yang diperoleh. Nilai Gambar 2. Kadar amoniak sisa untuk
optimum densitas optik maksimal pada 2 hari berbagai kadar amoniak (rasio C/N = 5,7/1)
dan rasio yang baik adalah 1.Sedangkan sistem batch
amoniak sisa yang paling baik adalah antara 1 –
2 hari untuk kultur 50 % dan 3-4 hari untuk
kultur 100 %. Untuk percobaan sistem kontinyu 0.6
dilakukan pada waktu 4 hari dengan 0.5
pertimbangan sisa amoniak dalam larutan
Densitas optik

0.4
dengan media kultur 100 %.
Untuk sistem kontinyu dengan waktu tinggal 0.3
larutan 3 hari, rasio C/N : 1, kultur 50 % dan 0.2
100 % dan konsentrasi amoniak awal 300 mg/L,
0.1
menunjukkan bahwa kultur dengan konsentrasi
mikroalga yang tinggi lebih baik dibandingkan 0
kultur 50 % untuk parameter densitas 0 1 2 3 4 5 6

optik.Sedangkan sisa amoniak yang ada dalam Waktu (hari)


larutan relatif sama antara media kultur 50 %
0.6 0.8 1 1.2 1.4
dan 100 %.

Gambar 3. Pengamatan densitas optik untuk


berbagai rasio C/N (NH3 awal : 300 mg/L)
sistem batch

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 3


Produksi Biomasa Mikroalga Dengan........ (Indro Sumantri,dkk)

Kadar Amoniak sisa (mg/L) 350 0.5


300
0.4

Densitas optik
250
200
0.3

150 0.2
100
0.1
50
0 0
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari) Waktu (hari)

0.6 0.8 1 1.2 1.4


50% kultur 100% kultur

Gambar 4. Kadar amoniak sisa untuk Gambar 7. Pengamatan densitas optik sistem
berbagai rasio C/N (kultur 50%) sistem batch kontinyu

0.7 350

Kadar Amoniak Sisa (mg/L)


0.6 300
Densitas optik

0.5 250
0.4
200
0.3 150
0.2 100
0.1 50
0 0
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Waktu (hari) Waktu (hari)

0.6 0.8 1 1.2 1.4


50% kultur 100% kultur

Gambar 5. Pengamatan densitas optik untuk Gambar 8. Pengamatan amoniak sisa sistem
berbagai rasio C/N (NH3 awal : 300 mg/L) kontinyu
sistem batch
PEMBAHASAN
350 Hasil percobaan untuk rasio C/N : 5,7/1
Kadar Amoniak sisa (mg/L)

300 sistem batch (Gambar 1 dan 2) menunjukkan


250 bahwa hasil mikroalga yang baik diperoleh pada
waktu 2 hari. Nilai densitas optik paling tinggi
200
sementara untuk sisa kadar amoniak dalam
150
larutan yang paling baik adalah 4 hari. Selama
100 2-4 hari kadar amoniak sisa yang ada masih
50 banyak yang memungkinkan mikroalga untuk
0 tumbuh (Ugwu dkk, 2007) tetapi hal ini tidak
0 1 2 3 4 5 6 bisa dimanfaatkan karena mikroalga bersifat
Waktu (hari) autotrofik (Bedell, 1984). Hal ini kemungkinan
0.6 0.8 1 1.2 1.4 konversi karbon yang ada menjadi mikroalga
masih rendah sehingga masih banyak karbon
dan nitrogen yang melimpah dalam larutan
Gambar 6. Kadar amoniak sisa untuk (Wen Teng-WU dan Chih-Hung Hsieh, 2008).
berbagai rasio C/N (kultur 100%) sistem Sedangkan setelah 2 hari pengamatan
batch kemungkinan terjadinya pengeluaran amoniak
ke udara oleh adanya aerasi sangat
memungkinkan karena amoniak mempunyai
titik didih yang rendah (Hadiyanto, 2009).

4
Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal. 1-6 ISSN 0216-7395

Kemungkinan yang lain adalah penggunaan sistem batch lebih tinggi hasilnya
sodium bikarbonat (NaHCO3) (Sobczuk dkk, dibandingkan dengan sistem kontinyu,
2006), sebagai sumber karbon harus 2. Semakin tinggi kadar nitrogen yang
memperhitungkan unsur sodium yang ada dalam berlebihan semakin tinggi hasil mikroalga
larutan, adanya unsur sodium ini akan yng diperoleh, yang paling baik rasio C/N :
mengakibatkan mikroalga yang terbentuk sangat 1,
ringan dan mudah ke luar reaktor (wash out), hal 3. Sistem dengan kultur yang lebih rendah
ini teramati dengan semakin memudarnya warna lebih menguntungkan dibandingkan dengan
hijau yang ada dalam larutan. sistem kultur yang lebih tinggi
Penggunaan nitrogen yang berlebih (Gambar mikroalganya, karena akan ada adaptasi
3-6) dilakukan dengan variasi C/N : 0,6-1,4 mikroalga yang ada.
(mol) (Chisti, 2007), hal ini dimaksudkan untuk
membuat unsur karbon sebagai pereaksi terbatas SARAN
yang habis bereaksi. Hasil yang diperoleh 1. Untuk sistem kontinyu sebaiknya mikroalga
menunjukkan bahwa adanya nitrogen yang yang terbuang bisa dikembalikan ke sistem
berlebih hasil mikroalga yang diperoleh semakin semula agar tidak ada mikroalga yang
tinggi (densitas optik semakin tinggi) untuk terbuang, perolehan mikroalga dapat
waktu sekitar 2-3 hari. (Olaizola, 2000), dilakukan dengan penambahan flokulan
demikian juga dengan konsentrasi amoniak sisa seperti alum.
yang ada dalam larutan yang sudah rendah untuk 2. Sedapat mungkin dibatasi adanya unsur
waktu 3 hari. Rasio C/N yang paling baik sodium dalam larutan karena kemungkinan
diperoleh sekitar 1 dengan media kultur 50 % terbentuknya mikroalga yang sangat rendah
dari bak kultur mikroalga dan waktu yang paling densitasnya dibandingkan denga air
baik atas dasar sisa amoniak adalah sekitar 3 sehingga akan mudah terbuang.
hari.
Untuk sistem kontinyu (Gambar 7 dan 8),
waktu reaksi yang digunakan adalah 3 hari dan DAFTAR PUSTAKA
rasio C/N : 1 (Ugwu dkk, 2007) berdasarkan Welssman,J.C and Goebel, R.P, 1987,Design
hasil di atas. Hasil yang diperoleh menunjukkan and Analysis of Microalgal Open Ponds for
bahwa hasil mikroalga yang diperoleh ternyata the Purpose of Producing Fuels, Sub
lebih rendah dibandingkan dengan sistem batch, Contract Report at Solar energy Research
baik untuk kultur 50 % dan 100%. Dalam sistem Institute- Colorado USA.
batch, mikroalga tidak ke luar dari sistem Wen Teng-WU and Chih-Hung Hsieh, 2008,
sedangkan sistem kontinyu maka mikroalga Cultivation of microalgae for optimal oil
yang ada jika laju pertumbuhannya lebih kecil production, Journal of Biotechnology,
dari pada laju pelarutannya maka akan banyak 136(1):p:S521.
mikroalga yang terbuang (Borowitzka ,1999). Y. Chisti, 2007,Biodiesel from microalgae,
Jika pengamatan dilakukan untuk sisa amoniak Biotechnol. Adv. 25 , pp. 294–306.
yang ada maka akan terlihat bahwa amoniak E. Molina Grima, F.G. Acién Fernández, F.
yang ada sejak hari pertama sudah kecil García Camacho and Y. Chisti,1999,
(Richmond, 2004). Jadi kemungkinannya sudah Photobioreactors: light regime, mass transfer,
terbentuk mikroalga akan tetapi densitas yang and scaleup, J. Biotechnol. 70 (1999), pp.
ada sangat rendah/kecil (adanya kecenderungan 23–247.
unsur sodium untuk membentuk filamen yang T. Mazzuca Sobczuk, F. García Camacho, E.
densitasnya rendah) (Vonshak dan. Torzillo, Molina Grima and Y. Chisti, 2006, Effects of
2004), sehingga akan ikut terbuang (wash out) agitation on the microalgae Phaeodactylum
bersama-sama dengan larutan yang ada, tricornutum and Porphyridium cruentum,
demikian pula dengan mikroalga spesies Bioprocess Biosyst. Eng. 28 , pp. 243–250.
Chlamydomonas yang sangat kecil dan sulit Y. Chisti, 2008, Biodiesel from microalgae beats
diendapkan sehingga mudah terbuang. bioethanol, Trends Biotechnol. 26 , pp. 126–
131.
KESIMPULAN Bedell, G.W.,1984, Stimulation of Commercial
1. Untuk penggunaan spesies Chlamydomonas Algal Biomass Production by the Use of
dalam pengolahan limbah amoniak tinggi, Geothermal Water for Temperature Control,

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 5


Produksi Biomasa Mikroalga Dengan........ (Indro Sumantri,dkk)

Biotechnology and Bioengineering 27:1063- Comparative Evaluation of Compact


1066. photobioreactor for large scale monoculture
Ugwu, C.U, Aoyagi, H and Uchiyama, H, 2007, of microalgae, J. Biotechnology 70: 249-270.
Photobioreactors for Mass cultivation of M. Olaizola, 2000,Commercial production of
Algae, Bioresource Technology , in press astaxanthin from Haematococcus pluvialis
Hadiyanto, 2009, Design High Raceways Algae using 25,000-liter outdoor photobioreactors,
Pond using CFD, Internal Report TUDelft, J. Appl. Phycol. 12 , pp. 499–506.
Netherlands. A. Vonshak and G. Torzillo, 2004,
Fukuda H, Kondo A, Noda H, 2001, Biodiesel Environmental stress physiology. In: A.
fuel production by transesterification of oil, Richmond, Editor, Handbook of Microalgal
J. Biosci Bioeng 92:405-416. Culture, Blackwell Publishers, Oxford , pp.
Borowitzka MA,1999, Pharmaceuticals and 57–82.
agrochemicals from microalgae. In: Cohen Richmond A.2004. Biological principles of mass
Z,editor. Chemicals from Microalgae. Taylor cultivation. In: Richmond A, editor:
&Francis:p: 313-352. Handbook of microalgae culture :
Sanchez Miron A, Contreras Gomez A, Garcia Biotechnology and applied phycology.
Camacho F, Molina Grima E, Chisti Y, 1999, Blackwell.p:125-177.

Anda mungkin juga menyukai