Anda di halaman 1dari 20

Analisa usaha : Faktor penting yang bisa

menjadi referensi berharga


bagi para pebisnis untuk
mengukur potensi bisnis
mereka.

Ada dua macam analisa yang bisa dilakukan :

 Analisa produksi
lebih berfokus kepada biaya produksi dan biaya
tambahan lainnya yang menentukan harga akhir
suatu produk.

 Analisa segmen pasar


lebih menekankan kepada peluang pasar.
 Mengetahui gambaran secara jelas modal
atau investasi yang diperlukan untuk
operasional suatu usaha kegiatan produksi
kolam/tambak per musim tanam atau
dalam satu tahun

 Dapat mengetahui penerimaan dan


keuntungan yang diperoleh serta
beberapa lama kemungkinan modal
investasi tersebut dapat dikembalikan.
Biaya : Sesuatu atau sejumlah uang yang
dikeluarakan/dikorbankan guna
mencapai suatu tujuan (pengorbanan
barang dan jasa)

Biaya Terdapat 2 macam :


 Biaya Tetap
 Biaya Variabel
Biaya Tetap (fixed cost)

Merupakan biaya yang besarnya tidak akan


dipengaruhi oleh tingkat operasi pada periode
waktu tertentu
harus dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan teknis
meskipun tidak operasional (sedang tidak
operasional).
selalu dihubungkan dengan usia teknis sarana
atau prasarana yang dipakai
Umur pakai yang berlaku lebih dari satu tahun
penggunaannya

(sewa lahan, pompa air, perbaikan konstruksi


tambak/kolam, pembuatan pintu air, mekanisasi
lainnya (kincir), peralatan laboratorium, peralatan
sampling, peralatan panen)
Lanjutan
Biaya Variabel

 biaya variabel akan nol/tidak ada apabila


produksinya nol atau tidak dilakukan kegiatan
usaha
 biaya yang habis dalam satu periode
pemeliharaan.
 Pembiayaan tergantung dari tingkat produksi
yang akan dihasilkan serta tingkat teknologi
yang diterapkan (tradisional, teknologi madya
serta teknologi intensif).
Contoh:

Persiapan tambak, perapihan, benih bebas


Virus, glondongan bandeng, pakan buatan,
pakan segar, kapur, pupuk an-organik,
saponin, kaporit (desinfektan), inokulan
plankton, feed additive, probiotik,
biofilter/bioscreening (ikan laut), BBM , tenaga
teknis, tenaga operator, tenaga laboran dan
administrasi, konsumsi & akomodasi, biaya
panen, suku bunga Bank (1,5 %/bln)
 Merupakan hasil penjualan produk.
 Dari tingkat usaha ada 3 indikator untuk mengukur tingkat
keuntungan yaitu : Keuntungan Operasional, Pendapatan Bersih
dan Keuntungan bersih

 Keuntungan Operasional diartikan sebagai perbedaan antara


pendapatan kotor dengan biaya variabel. Keuntungan
Operasional yang positif akan menjamin kelangsungan
operasional kegiatan usaha tambak dalam jangka pendek.

 Pendapatan Bersih diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh


dengan mengurangi biaya tetap kedalam keuntungan
operasional. Besarnya pendapatan bersih ini akan bisa
dipergunakan untuk apa saja tanpa mempengaruhi operasional
jangka panjang

 Keuntungan Bersih dihitung dari pendapatan kotor dikurangi


dengan biaya total. Keuntungan bersih ini dianggap sebagai
indikator keuntungan dan prospek operasi dalam jangka panjang
 Dalam menghitung tingkat keuntungan
bersih dalam usaha budidaya dapat
diketahui dengan menghitung besarnya
pendapatan (Produksi x Harga Jual)
dikurangi dengan Biaya Total (Biaya
penyusutan + biaya operasional)

Dapat diketahui berapa besar


tingkat keuntungan yang
dicapai pada tahun tersebut.
 Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah usaha
tersebut dapat dikatakan layak usaha atau tidak untuk
dilanjutkan/diteruskan

 Akan mengetahui keadaan yang mencerminkan


perkembangan usaha, terutama untuk masa jangka
panjang, terlihat adanya perekembangan finansialnya

Analisa keuangan yang dipergunakan pada


umumnya adalah :
1. Analisa Payback Period
2. Analisa Benefit Cost Ratio (BCR)
3. Analisa Break Even Point/titik impas (BEP)
4. Analisa Internal Rate of Return (IRR)
5. Analisa Financial Rate of Return (FRR)
6. Analisa Payback Period of Credit)
Payback Period : suatu metoda yang
menggambarkan panjangnya
waktu yang diperlukan agar dana
yang dikeluarkan/tertanam dalam
suatu investasi dapat diperoleh
kembali seluruhnya.

o Metode ini diperlukan untuk dapat menutup kembali


pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas
nett

o Dalam perhitungan harus diketahui berapa besar dana


yang dikeluarkan (Biaya Tetap + Biaya Operasional)

o berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam


masa.periode pemeliahraan di tambak
Benefit Cost Ratio (BCR) : perbandingan
antara total
pendapatan selama
masa tertentu
(besarnya manfaat)
dengan capital out
lay.

 Besarnya nilai BCR akan menunjukkan


tingkat keuntungan yang dicapai.
Apabila BC ratio lebih dari 1,0 (satu),
maka usaha yang dijalankan adalah
layak untuk diusahakan/dapat diteruskan
Break Even Point/titik impas (BEP) :
Suatu teknik
analisa untuk
mempelajari
hubungan
antara Biaya
Tetap, Biaya
Variabel,
Keuntungan dan
Volume
Kegiatan.

 Analisa ini dalam perencanaan


keuntungan merupakan Profit Planning
Internal Rate of Return (IRR) :
sebagai tingkat bunga yang akan dijadikan
jumlah nilai sekarang dari proceeds yang
diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai
sekarang dari pengeluaran modal.

 Metode penilaian ini dinyatakan dengan


prosentase yang menunjukkan kemampuan
memberikan keuntungan bila dibandingkan
dengan tingkat bunga umum yang berlaku pada
saat usaha tersebut direncanakan.

 Hal ini selalu dengan coba-coba (trial and error)


dalam menentukan tingkat bunga yang tepat.
Biasanya IRR ini dipergiunakan dalam perhitungan
analisa usaha untuk proyek yang besar.
Financial Rate of Return (FRR) :
Tingkat pengembalian modal dalam
satu tahun usaha yang dijalankan.

Payback Period of Credit :


Jangka waktu pengembalian kredit atau
modal/investasi.
Jumlah Biaya (TC) = (TFC+TVC)

B/C Ratio = TR : TC
Jika B/C lebih dari 1 maka usaha berarti layak
untuk dijalankan; jika BC 1,23 artinya setiap
pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,23
BEP Harga = TC : Total Produksi/tahun
Hasil perhitungan menunjukkan titik impas harga

FRR = Hasil Bersih : Investasi x 100%


Hasil perhitungan akan menunjukkan tingkat
prosentase kepercayaan terhadap usaha yang
dilakukan
PPC = Investasi : Hasil Bersih x 1 tahun
Hasil perhitungan menunjukkan asumsi
pengembalian kredit usaha (dalam tahun)

Contoh analisa sederhana:

Asumsi :
Harga pakan = Rp 7.800
Konversi Pakan (FCR) =1
Harga benih = Rp,. 200,-/ekor
SR = 90 %
Jika 1 kg ikan yang dihasilkan = 10 ekor
 Maka jumlah benih yang ditebar
= 100/90 x 10 ekor
= 11, 12 ekor ≈ 12 ekor
 Jadi biaya benih : 12 ekor x Rp. 200/ ekor = Rp.
2.400,-
 jika FCR = 1, maka jumlah pakan yang dihabiskan
untuk menghasilkan 1 kg ikan adalah 1 kg
 Artinya biaya pakan yang dihabiskan untuk
menghasilkan 1 kg daging ikan lele sebesar.
7.800,-, total biaya pakan dan benih = Rp. 10.200,-
 Jika harga jual iken lele adalah Rp. 12.000,-/kg,
maka keuntungan kotor yang diperoleh adalah
sebesar Rp. 12.000,- - Rp. 10.200,- = Rp. 1.800,-
 Biaya tersebut belum memperhitungkan biaya lain-
lain (tenaga kerja, penyusutan, investasi, dll)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai