Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

Ilmu Kebidanan Menurut Agama Kristen Protestan

Mata Kuliah Agama

Disusun Oleh Kelompok II :

Barlian Carolina P3.73.24.2.19.006

Endah Ashanaya Sirle P3.73.24.2.19.009

Heksa Agnesya Maulana Putri P3.73.24.2.19.014

Nurlisa Adinda P3.73.24.2.19.024

Putri Asih P3.73.24.2.19.025

Vania Ledy Zain P3.73.24.2.19.037

Yuliana Nur Fajri P3.73.24.2.19.039

KELAS II A

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Ilmu Kebidanan
Menurut Agama Kristen Protestan.” Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah konsep kenormalan dalam praktik kebidanan
yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.
Dengan adanya makalah ini kami berharap agar para pembaca dapat memahami ilmu
kebidanan menurut agama Kristen protestan.

Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di lain waktu,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang
kurang berkenan.

Bekasi, 30 agustus 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3. Tujuan penulisan.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1. Hukum KB Dalam Agama Kristen.................................................................3
2.2. Pandangan Kristen terhadap alat kontrasepsi...............................................14
2.3. Pandangan Kristen terhadap Seks dan prokreasi..........................................14
2.4. Alat kontrasepsi yang aman..........................................................................23
2.5. Pandangan Kristen terhadap Bayi Tabung yang Harus Dipahami................28
2.6. Menyusui bayi menurut pandangan kristen..................................................31
BAB III........................................................................................................................36
PENUTUP...................................................................................................................36
3.1. Kesimpulan...................................................................................................36
3.2. Saran.............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................37

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring perkembangan peradaban dan banyaknya kejadian besar yang
terjadi pada bangsa ini, maka akan semakin banyak pula tantangan yang muncul
seiring dengan perkembangan zaman dan kemunculan kejadian besar tersebut.

Demonstrasi, konflik antara masyarakat, suku maupun etnis, dan


kerusuhan senantiasa mewarnai zaman yang terus berkembang ini. Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan jika dalam kehidupan masing-masing pribadi terjadi
cobaan-cobaan yang tidak tersadari dan sebagai generasi muda, pengikut Kristus
dituntut untuk “Menjadi Orang Kristen yang Taat Kepada Allah dan Firman-
Nya” dan mengandalkan Tuhan dalam segala aktivitas atau setiap kegiatan.
Karena, seberat apapun masalah atau sebesar apapun ganjalan dalam hati, jika
manusia mengajak serta Tuhan Allah, percayalah, Dia akan hadir dan senantiasa
membantu serta memberikan berkat dan rahmatNya.

Dalam karya tulis ini, pengikut Kristus dipanggil untuk taat kepada Allah
yang telah menciptakan dirinya sehingga menjadi hamba layak di mataNya. Dan
dalam segala problema dan rencana yang ada dalam kehidupan orang Kristen,
Tuhan Allah akan selalu menyertai. Oleh karena itu sebagai orang Kristen yang
taat harus selalu mengandalkan dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai penuntun
jalan hidupnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Hukum KB Dalam Agama Kristen?
2. Apa
3. Apa
4. Apa
5. Apa

1
1.3. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Apa Hukum KB Dalam Agama Kristen.
2. Untuk mengetahui Apa Pandangan Kristen terhadap alat kontrasepsi.
3. Untuk mengetahui Apa Pandangan Kristen terhadap Seks dan prokreasi.
4. Untuk mengetahui Apa Alat kontrasepsi yang aman menurut Pandangan
Kristen.
5. Untuk mengetahui Apa Pandangan Kristen terhadap Bayi Tabung yang
Harus Dipahami.
6. Untuk mengetahui

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hukum KB Dalam Agama Kristen

A. PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu bangsa, kemajuan dan
keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keluarga-keluarga yang hidup
pada Bangsa tersebut. KB (keluarga berencana) yaitu membatasi jumlah anak
hanya dua dan tiga. keluarga berencana yang di bolehkan adalah suatu usaha
pengatur atau penjarangan kelahiran atau pencegahan kehamilan sementara, atas
kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi yang tertentu untuk
kepentingan keluarga, Masyarakat maupun Negara. Dengan demikian KB disini
mempunyai arti yang sama dengan pengatur keturunan. Pengguna istilah
”Keluarga Berencana “ juga sama artinya dengan istilah yang umum di pakai di
Dunia Internasionl yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang
di gunakan oleh International Federation (IPPF) nama sebuah organisasi KB
internasional yang berkedudukan di London.

KB(Keluarga berencana) juga berarti tindakan perencanaan suami-istri


untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi
Masyarakat dan Negara.dengan demikian KB berbeda dengan “Birth control”
yang artinya pembatasan atau penghapusan kelahiran,istilah birth control dapat
berkonotasi Negatif karena bias berarti aborsi dan sterilitas(pemandulan)

Perencanaan keluarga merujuk kepada penggunaan metode-metode


kontrasepsi oleh suami-istri atas persetuuan bersama di antara mereka, untuk
mengatur kesuburan dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan,
kemasyarakatan dan ekonom dan untuk memungkinkan mereka memikul
tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan masyarakat. Yang meliputi hal-hal
sebagai berikut:

3
a. Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyusuan dan menjaga kesehatan
ibu dan anak

b. Mengaturmasa hamil agar terjadi waktu yang aman

c. Mengatur jumlah anak , bukan saja untuk keperlun keluarga melainkan juga
untuk kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak

B. PANDANGAN IMAN KRISTEN TETANG KB

Menurut Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman


kepada mereka: “beranak- cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara
dan atas segala binatang yang merayap di bumi “, firman Tuhan menjelaskan
dalam ayat ini bahwa manusia diberi tugas oleh Allah untuk berketurunan dan
memenuhi bumi guna menjaga, mengolah, merawat, mengusahakan, dan
berkuasa atas bumi.(band. Juga Kej.2:15).Namun sebelum itu manusia harus
diberkati terlebih dahulu oleh Allah.Ilustrasi diatas adalah contoh keseharian
manusia. Apakah keputusan yang diambil pasangan suami istri itu benar?
Mungkin dimata manusia, itu tindakan yang tepat tapi belum tentu di mata
Tuhan. Disinilah kita dapat melihat perbedaan antara Etika sosial dengan etika
Kekristenan.

Etika sosial menonjolkan peran manusia, yakni masyarakat dan hati


nurani.Etika social bersifat humanistik dalam pengambilan keputusan tentang apa
yang baik yang harus dilakukan seseorang.

Secara etika social keputusan untuk ber-KB yang diambil pasangan suami
istri itu adalah tepat, karena mengingat kegiatan sang istri yang sangat padat dan
rencana keselamatan sang buah hati yang belum ada.Mungkin jika sang istri
memaksakan diri untuk hamil, selain aktivitasnya akan terganggu, keselamatan
calon anakpun akan terancam.Namun Etika Kristen berbicara tentang kehendak
Tuhan.Ukuran untuk menilai tindakan atau tingkah laku manusia menurut Etika

4
Kristen harus dilihat dan dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kehendak
Tuhan.Hal ini penting sebab tindakan yang dinilai benar adalah tindakan yang
sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan mencari kehendak Tuhan berarti juga
mencari Tuhan itu sendiri.Berangkat dari pemahaman ini, keputusan yang
diambil pasangan suami istri itu telah bertentangan dengan kehendak Tuhan,
sebab dalam (Kej 1:28) tadi telah dijelaskan bahwa salah satu tugas manusia
adalah untuk berketurunan,sedangkan pasangan ini belum mau untuk
berketurunan walaupun alasan yang diajukan masuk akal dan sangat manusiawi.
Menunda kehadiran anak dalam keluarga sama juga menolak anugerah Tuhan
dalam hidup manusia. Sesuai dengan firman Tuhan dalam Matius 18:5 “Dan
barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut
Aku”.

Bertitik tolak dari semua ini, apakah kita boleh menyimpulkan bahwa
program KB tidak baik dimata Tuhan? Belum tentu.

Penyelenggaraan Program KB di Indonesia Khususnya, sangatlah


bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.Dalam KB terdapat aspek
yang ingin dicapai dalam bidang pembangunan seperti pembangunan social,
kesehatan, pendidikan dan pengetahuan umum, modernisasi kehidupan,
pembangunan melalui ekonomi dan social, serta kesejahteraan rakyat.Aspek-
aspek ini berkaitan erat dengan tugas manusia dalam pengusahaan.
Pemeliharaan,pengolahan dan penguasaan bumi.Sebenarnya program ini
memiliki tujuan yang baik yaitu hanya menunda laju angka pertumbuhan
penduduk, bukan menghentikan manusia untuk bergenerasi.Namun pemanfaatan
program ini sering salah digunakan sehingga citra KB dianggap buruk oleh
sebagian masyarakat.

Berdasarkan paham agama-agama yang ada di Indonesia, pada umumnya


menyatakan dapat menerima gagasan Keluarga Berencana. Dengan kata lain

5
prinsip untuk mensejahterakan umat manusia dari program KB ini tidak dilarang
oleh agama manapun

Hanya saja perbedaan pandangan yang masih ada ialah tentang cara-cara
pelaksanaannya atau alat-alat yang boleh dan tidak boleh digunakan dalam KB

Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjelaskan anak dari perfektif Allah.

Ø Anak adalah hadiah dari Allah (kejadian 4:1;kejadian 33:5).

· Kejadian 4:1

Kemudian manusia itu bersetubuh dengan hawa, istrinya, dan mengandunglah


perempuan itu, lalu melahirkan kain; maka kata perempuan itu: ” aku telah
mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.”

· Kejadian 33:5

Kemudian Esau melayangkan pandangannya, dilihatnya perempuan-perempuan


dan anak-anak itu, lalu ia bertanya: “siapakah orang-orang yang beserta engkau
itu?: jawab yakub: “anak-anak yang telah di karuniakan Allah kepada hambamu
ini.”

Ø Anak adalah warisan dari Tuhan (Mazmur 127:3-5).

· Mazmur 127:3-5

Ayat 3

banyak orang yang berkata tentang aku: “Baginya tidak ada pertolongan dari
pada Allah.”

Ayat 4

6
tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah
kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.

Ayat 5

dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-

Nya yang kudus.”

Ø Anak adalah berkat dari Tuhan (Lukas 1:42).

· Lukas 1:42

Lalu berseru dengan suara nyaring: “diberkatilah Engkau di antara semua


perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.

Ø Anak adalah mahkota orang-orang tua (Amsal 17:6).

· Amsal 17:6

Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah
nenek moyang mereka.

Ø Allah memberkati perempuan-perempuan mandul dengan anak-anak


(Mazmur 113:9; kejadian 21:1-3; 25:21-22; 30:1-2; 1 Samuel 1:6-8; Lukas
1:7,24-25).

· Mazmur 113:9

7
Ia mendudukan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh
suka cita.

Haleluya!

· Kejadian 21:1-3

Ayat 1

Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang di firmankan-Nya, dan Tuhan


melakukan kepada Sara seperti yang di janjikan-Nya.

Ayat 2

maka mangandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi


Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan
firman Allah kepadanya.

Ayat 3

Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara
baginya.

· Kejadian 25:21-25

Ayat 21

berdoalah Ishak kepada Tuhan untuk istrinya, sebab istrinya itu mandul; Tuhan
mengabulkan doanya, sehingga Ribka istrinya itu mengandung.

8
Ayat 22

tetapi anak-anaknya bertolak-tolakkan di dalam rahimnya dan ia berkata: “ jika


demikian halnya, mengapa aku hidup?” dan ia pergi meminta petunjuk kepada
Tuhan.

Ayat 23

firman Tuhan kepadanya: “dua bangsa ada dalam kandungannya, dan dua suku
bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih
kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang
muda.”

Ayat 24

setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang didalam
kandungannya.

Ayat 25

keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah


berbulu; sebab itu ia di namai Esau.

· Kejadian 30:1-2

Ayat 1

ketika di lihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia
kepada kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “berikanlah kepadaku anak;
kalau tidak, aku akan mati.”

Ayat 2

9
maka bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata: “aku kah
pengganti Allah, yang telah menghalangi engkau mengandung?”

· 1 Samuel 1:6-8

Ayat 6

tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena Tuhan telah
menutup kandungannya.

Ayat 7

demikiannlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi kerumah Tuhan,
Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan.

Ayat 8

lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: “Hana, mengapa engkau menangis,


dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku
lebih berharga bagimu daripada sepuluh anak laki-laki?”

· Lukas 1:7,24-25

Ayat 7

Tetapi mereka tidak mempunyai anak, sebab Elisabeth mandul dan keduanya
telah lanjut umurnya.

Ayat 24-25

10
Beberapa lama kemudian Elisabeth, istrinya, megandung dan selama lima bulan
ia tidak menampakkan diri, katanya inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan
sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku didepan orang.

Ø Allah membentuk anak-anak dalam kandungan (Mazmur 139:13-16).

· Mazmur 139:13-16

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam


kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat
dan ajaib, ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan ditempat yang
tersembunyi, dan aku direkam dibagian-bagian bumi yang paling bawah, mata-
Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-
hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.

Allah mengetahui anak-anak sebelum mereka dilahirkan (Yeremia 1:5; Galatia


1:15).

· Yeremia 1:5

Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal
engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan
engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bagsa-bangsa.

· Galatia 1:15

Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil
aku oleh kasih karunia-Nya.

11
Ada berbagai macam pendapat tentang hukum KB dalam agama Kristen. Secara
keseluruhan KB jika digunakan untuk kesehatan seharunya tidak dilarang. Tetapi dari
satu sisi para pemeluk agama Kristen radikal tidak menyetujui melakukan KB. Oleh
karena itu sebaiknya pahami dahulu prinsip yang diterapkan dalam Alkitab tentang
keputusan menjalankan KB. Supaya lebih jelas, berikut ini hukum KB dalam agama
Kristen yang sebaiknya diketahui dengan rinci.

1. Bukan Kompromi Dosa

Menggunakan KB jangan sampai karena alasan untuk kompromi dengan sifat dosa


menurut Alkitab. Hal ini terutama jika digunakan supaya dapat melakukan pergaulan
bebas yang tidak beresiko. Tentu perbuatan cemar tidak disukai oleh Allah. Karena
itu hindari melakukan KB atas dasar perzinahan. KB sendiri merupakan keputusan
yang harus digumulkan. Perzinahan menurut Alkitab sudah tentu jauh menuju kepada
dosa yang dilakukan. Oleh sebab itu tegaskan untuk menolak KB yang digunakan
untuk melakukan perilaku pergaulan yang bebas dan tidak sesuai kehendak Allah.

2. Sebagai Solusi Kesehatan

Keputusan memakai KB sebaiknya didasarkan untuk alasan yang lebih tepat,


misalnya alasan kesehatan. Karena itu inilah salah satu dari manfaat berdoa bagi
orang Kristen. Dengan mencoba mencari apa yang Tuhan inginkan dalam hidup kita,
tentu akan mudah memutuskan perlunya menggunakan KB atau tidak. Karena ada
beberapa kasus seperti kehamilan beresiko atau penyakit kandungan dan lain
sebagainya yang mengharuskan mereka untuk memutuskan menggunakan KB.
Dengan alasan yang kuat tentu Tuhan akan memahami dan memberikan ijin kepada
anakNya. Karena bagaimanapun juga cinta Allah kepada manusia cukup besar untuk
tidak membuat manusia terluka lebih besar. Oleh sebab itu jika menghadapi masalah
ini senantiasa tanyakan dahulu pada Allah baik pada saat teduh maupun saat
berkomunikasi pribadi dengan Allah.

12
3. Cara Mengucap Syukur

Salah satu cara manusia mengucap arti bersyukur dalam Alkitab yaitu dengan


menerima keadaan apa adanya. Karena itu jika kesehatan tidak ada masalah maka
tujuan KB untuk hal lain yang kurang penting bisa ditangguhkan. Terutama jika
hanya ingin menunda punya anak atau takut memiliki anak lagi. Hal ini bisa jadi
merupakan perilaku yang tidak dapat mengucap syukur. Sehingga Tuhan memandang
hal ini sebagai sesuatu yang kurang baik.

4. Ketaatan

Melakukan KB sebenarnya merupakan program pemerintah. Sementara di dalam


Alkitab Tuhan menginginkan umat Kristen tunduk pada pemerintahan yang ada.
Karena itu jika melakukan KB adalah merupakan bentuk suatu ketaatan, tentu hal
tersebut tidak dilarang. Pastikan memiliki hikmat yang dalam sebelum memutuskan
apakah akan memakai KB atau tidak. Dengan bantuan karunia Roh Kudus, tentunya
lebih mudah menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dijalani
dalam hidup sehari-hari.

Itulah beberapa penjelasan hukum KB dalam agama Kristen. Sebaiknya lakukan cara


berdoa dalam roh dengan baik jika memutuskan melakukan KB. Karena memang
setiap keputusan hendaknya sesuai dengan perintah Allah. Jika memang diperlukan
untuk menggunakan KB atas alasan yang baik, maka tentu hal ini bisa dikompromi.
Tetapi jika menggunakan KB untuk hal lain yang bersifat dosa seperti misalnya
kehidupan seks bebas, maka tentunya hal tersebut tidak diijinkan oleh Allah. Dengan
menggunakan hikmat dan tuntunan tujuan karunia Roh Kudus maka memutuskan
yang terbaik dalam hidup termasuk memakai KB atau tidak akan sejalan dengan
keinginan Allah

13
2.2. Pandangan Kristen terhadap alat kontrasepsi

Di kalangan orang Kristen penggunaan alat kontrasepsi untuk mencegah


kehamilan sudah bukan hal yang baru lagi. Sebagian besar sudah memanfaatkan
alat tersebut. Walaupun demikian, hanya sedikit yang sungguh-sungguh
menggumulkan isu ini secara theologis. Apakah penggunaan alat kontrasepsi
benar-benar tidak melanggar ajaran kekristenan?

Isu ini terbilang cukup kompleks. Perubahan sikap gereja, baik Protestan
maupun Katholik, terhadap isu sejak paruh pertama abad ke-20 menyiratkan
bahwa isu ini tidak semudah yang dipikirkan banyak orang. Dulu hampir semua
gereja menolak pencegahan kehamilan, namun sekarang situasi tampaknya
berbalik.

Kerumitan ini disebabkan oleh beragam faktor yang perlu


dipertimbangkan sebelum mencapai sebuah kesimpulan. Faktor pertama
berkaitan dengan seks dan prokreasi (kelahiran). Apakah memisahkan seks dari
prokreasi dapat dibenarkan? Faktor kedua berkaitan dengan konsep permulaan
kehidupan dan jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Apakah sebuah kehidupan
dimulai pada saat sperma dan ovum bertemu (terjadi pembuahan) atau pada saat
hasil pembuahan itu sudah menempel di rahim? Jawaban terhadap dua
pertanyaan ini akan menentukan sikap seseorang terhadap isu penggunaan alat
kontrasepsi.

2.3. Pandangan Kristen terhadap Seks dan prokreasi


Alkitab sejak awal sudah mengajarkan secara eksplisit tentang keterkaitan
antara seks dan prokreasi. Manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan
(Kejadian 1:27). Ayat selanjutnya langsung mengungkapkan perintah Allah
kepada manusia untuk berkembang biak, bertambah banyak, memenuhi bumi,
menaklukkan, dan menguasainya (Kejadian 1:28). Ayat ini bukan hanya sebuah
perintah, melainkan sebuah berkat juga (ayat 28 “Allah memberkati mereka, dan

14
berfirman kepada mereka”). Tidak terelakkan, seks dan prokreasi memang
berhubungan erat.

Persoalannya, apakah seks selalu dikaitkan dengan prokreasi? Apakah


aktivitas seksual yang tidak dimaksudkan untuk atau tidak berujung pada
kehamilan merupakan dosa?

Sebagian orang menganggap pencegahan kehamilan, tidak peduli jenis alat


yang digunakan, merupakan sebuah dosa. Mereka meyakini bahwa seks
dimaksudkan untuk rekreasi (kenikmatan) dan prokreasi (kehamilan).
Menceraikan seks dari prokreasi adalah pelanggaran terhadap ajaran Alkitab.

Mereka yang berada di posisi ini mengajukan beberapa argumen (misalnya


Taylor Marshall, The Catholic Perspective on Paul, 180-86). Pertama,
pencegahan kehamilan dipandang sebagai tindakan yang melawan alam. Organ-
organ seksual, baik alat kelamin maupun alat reproduksi, diciptakan untuk
memungkinkan terjadinya kehamilan. Segala tindakan yang menghambat atau
mencegah hal itu merupakan perlawanan terhadap alam.

Kedua, Alkitab secara konsisten menunjukkan bahwa anak-anak adalah


berkat, bukan kutukan. Pemazmur melihat anak-anak sebagai milik pusaka Allah
dan kebanggaan keluarga (Mazmur 127:3-5). Paulus bahkan memandang mulia
tugas perempuan dalam melahirkan anak. Ia mengatakan: “Tetapi perempuan
akan diselamatkan karena melahirkan anak, asal ia bertekun dalam iman dan
kasih dan pengudusan dengan segala kesederhanaan” (1 Timotius 2:15).

Ketiga, pencegahan kehamilan dinilai bersalah oleh Alkitab. Salah satu


contoh yang terkenal adalah Onan (Kejadian 38:6-10). Ia tidak mau memberikan
keturunan kepada mantan isteri kakaknya. Setiap kali melakukan hubungan
seksual, Onan cepat-cepat menarik alat kelaminnya sehingga spermanya

15
tertumpah ke luar (coitus interruptus). TUHAN memandang tindakan ini sebagai
dosa, lalu membunuh Onan.

Keempat, penggunaan alat kontrasepsi kuno dikecam oleh Alkitab. Salah


satu perbuatan daging di Galatia 5:19-20 yang disebutkan Paulus adalah “sihir”
(pharmakeia). Dari kata ini kita mendapatkan istilah modern “farmasi,” yang
berhubungan dengan obat-obatan. Dosa pharmakeia ini dianggap sangat
berhubungan erat dengan dosa seksual dan penyembahan berhala (lihat urutan
pemunculan di Galatia 5:19-20). Maksudnya, para pelacur bakti di kuil-kuil
berhala seringkali menyediakan seks bebas sebagai bagian dari ritual. Nah, untuk
menghindari kehamilan, para perempuan tersebut menggunakan jasa para tukang
sihir (tabib alternatif) yang menggunakan mantera atau benda-benda tertentu
sebagai alat pencegahan kehamilan atau pengguguran kandungan. Dosa yang
sama juga disinggung di Wahyu 9:21. Dosa ini juga dikaitkan dengan dosa
seksual. Arti pharmakeia seperti ini juga diteguhkan dalam tulisan kuno, baik
dari kalangan kekristenan maupun literatur umum.

Kelima, para pemimpin Kristen di abad permulaan menentang penggunaan


alat kontrasepsi. John Crysostom, Jerome, dan Agustinus adalah beberapa bapa
gereja ternama yang mengambil sikap negatif terhadap pencegahan kehamilan.
Bukan tanpa alasan apabila mereka menolak praktik ini.

Keenam, keberadaan alat kontrasepsi telah memicu beragam dosa seksual.


Kehamilan akibat seks bebas dan penyebaran penyakit kelamin dapat dicegah
melalui alat kontrasepsi tertentu, sehingga membuka ruang yang lebih lebar
untuk kehancuran seksual masyarakat modern. Penggunaan alat kontrasepsi juga
berpotensi memberikan dukungan bahwa seks bisa dinikmati tanpa prokreasi,
sehingga dapat mengarah pada segala bentuk pemuasan seksual seperti
masturbasi (onani) dan homoseksualitas.

16
Apakah semua argumen di atas sudah memadai untuk menolak segala
bentuk pencegahan kehamilan? Penyelidikan yang lebih teliti dan mendalam
tampaknya mengarah pada kesimpulan yang sedikit berbeda. 

Sehubungan dengan argumen #1 tentang pelanggaran terhadap alam, kita


perlu mengkaji ulang apa yang dimaksud dengan “alamiah”. Saya setuju bahwa
organ kelamin dan reproduksi manusia memang berkaitan erat. Organ-organ itu
diciptakan secara berbeda antara laki-laki dan perempuan untuk memungkinkan
terjadinya kehamilan.

Walaupun demikian, pengertian “alamiah” tidak sesederhana itu. Saya


sendiri sejak dahulu memilih untuk mendefinisikan “alamiah” dalam arti “sesuai
dengan tujuan penciptaan.” Jika pengertian ini yang dianut, kita perlu mendekati
Kejadian 1-2 sekali lagi untuk mendapatkan gambaran yang lebih besar dan
tepat. Dalam konteks penciptaan, seks maupun prokreasi bukanlah tujuan.
Keduanya sama-sama instrumen untuk merealisasikan rencana Allah, yaitu
menguasai bumi bagi kemuliaan-Nya (Kejadian 1:26 “supaya manusia
berkuasa….”). Seks memungkin terjadinya prokreasi.

Prokreasi memungkinkan pertambahan dan persebaran umat manusia ke


seluruh bumi, sehingga mereka pada akhirnya dapat menguasai bumi (Kejadian
1:28). Penguasaan bumi bagi kemuliaan Allah merupakan tujuan tertinggi bagi
umat manusia dalam kisah penciptaan.

Poin di atas membawa kita pada pemikiran selanjutnya. Jika penguasaan


bumi merupakan tujuan, segala sesuatu yang menghambat hal itu perlu untuk
ditentang dan segala sesuatu yang bermanfaat bagi tujuan itu perlu untuk
didukung. Nah, bagaimana dengan perkembangbiakan manusia? Apakah pada
dirinya sendiri hal ini selalu baik? Apakah jumlah keturunan yang banyak pada
dirinya sendiri selalu lebih baik? Tentu saja tidak. Jika suami-isteri Kristen
memiliki kapasitas untuk membesarkan anak-anak dengan baik, pasangan itu

17
seyogyanya memiliki banyak keturunan. Anak-anak mereka akan memiliki
dampak yang besar bagi dunia. Namun, apabila suami-isteri tidak mampu
membesarkan anak-anak dengan baik dalam jumlah yang banyak, mereka
sebaiknya menggunakan akal budi Kristiani mereka agar mengetahui kehendak
Allah sehubungan dengan jumlah anak yang perlu mereka miliki dan asuh (Roma
12:2).

Apabila seks harus dikaitkan dengan prokreasi, seperti pandangan mereka


yang menolak alat kontrasepsi, maka hubungan seksual yang dilakukan oleh
pasangan suami-isteri yang mandul atau lanjut usia juga termasuk dosa.
Bukankah hubungan seks dalam kasus-kasus semacam ini juga hanya ditujukan
untuk kepuasan seksual tanpa berujung pada kehamilan? Tentu saja saya yakin
bahwa para penentang alat kontrasepsi tidak akan berani menilai kasus-kasus ini
sebagai dosa. Dengan demikian mereka tampaknya perlu memikirkan ulang
argumen mereka.

Sehubungan dengan argumen #2 tentang anak-anak sebagai berkat, kita


sebaiknya melihat itu secara lebih cermat. Tidak semua kelahiran adalah sesuatu
yang positif. Tentang orang yang akan menyerahkan Dia ke penyaliban,
misalnya, Tuhan Yesus sendiri pernah berkata: “Adalah lebih baik bagi orang itu
sekiranya ia tidak dilahirkan” (Matius 26:24b//Markus 14:21b). Jadi, yang lebih
penting bukan hanya kelahiran, melainkan bagaimana kualitas kehidupan orang
itu. 

Implikasi poin ini bagi diskusi kita cukup jelas. Adalah lebih baik untuk
memiliki jumlah anak yang sedikit tetapi mereka berdampak positif daripada
jumlah yang banyak tetapi hidup mereka tidak berkualitas. Tentu saja yang
paling baik adalah anak dalam jumlah banyak dan kualitas kehidupan yang baik.
Persoalannya, tidak semua orang memiliki kapasitas ke arah sana.

18
Argumen #3 tentang kematian Onan sebenarnya tidak terlalu relevan bagi
diskusi kita sekarang. Alkitab secara eksplisit menyoroti keengganan Onan untuk
memberikan keturunan bagi kakaknya yang sudah meninggal. Keengganan itu
menunjukkan pelanggarannya terhadap Hukum Levirat yang sudah ditetapkan
oleh TUHAN sendiri (Ulangan 25:5-10). Dalam hukum ini ditetapkan bahwa jika
seorang suami meninggal dunia tanpa memiliki keturunan, maka saudara laki-
lakinya harus melakukan perkawinan ipar. Anak yang dilahirkan nanti akan
diperhitungkan sebagai anak almarhum. Jadi, ia dihukum oleh TUHAN bukan
karena membuang spermanya di luar vagina Tamar. TUHAN lebih melihat
motivasi yang buruk di balik tindakan itu. Onan tidak mau meninggalkan nama
dan kehormatan bagi almarhum kakaknya.

Beberapa orang yang menentang alat kontrasepsi berusaha menolak


penafsiran di atas. Mereka beralasan bahwa ketidaktaatan terhadap Hukum
Levirat tidak membawa konsekuensi hukuman mati. Orang yang menolak hanya
akan mendapat nama buruk dalam masyarakat (Ulangan 25:10).

Sanggahan ini tampaknya tidak terlalu kuat. Yang dibicarakan di Ulangan


25:10 adalah orang yang tidak mau mengambil saudara ipar sebagai isteri,
sedangkan dalam kasus Onan tidak demikian. Onan mau mengawini istri
kakaknya, namun ia tidak mau memberikan keturunan kepada kakaknya. Dengan
kata lain, Onan hanya mau enaknya saja. Ia sangat egois. Hal ini dipandang jahat
di mata Tuhan. Jadi, into dosa Onan dalam kisah tersebut bukanlah pembuangan
sperma (walaupun masturbasi atau onani tetap merupakan sebuah dosa).

Sebagian penentang alat kontrasepsi mungkin juga akan mempertanyakan


nasib Yehuda. Yehuda juga enggan memenuhi tuntutan Hukum Levirat dengan
cara tidak memberikan anak ketiganya kepada Tamar (Kejadian 38:11), tetapi
TUHAN tidak menghukum mati Yehuda. Hal ini diyakini sebagai bukti bahwa
inti dosa Onan memang pencegahan kehamilan melalui onani, bukan
pelanggaran terhadap Hukum Levirat.

19
Terhadap cara berpikir seperti ini kita perlu mengingat bahwa ketidaktaatan
Yehuda dan Tamar terhadap Hukum Levirat agak berbeda. Onan mengambil
keuntungan dari Tamar tetapi tidak mau memberikan apa yang menjadi hak
kakaknya atau Tamar. Yehuda tidak mengambil keuntungan apapun dari Tamar.

Lagipula, cara kerja Allah tidaklah selalu mekanis (A pasti menghasilkan


B). TUHAN itu penuh kejutan dan kemurahan. Ada anugerah Allah yang tidak
terbatasi oleh pola mekanis seperti itu. Ada rencana Allah yang hendak
direalisasikan melalui Yehuda. Alkitab justru ingin menunjukkan bahwa
anugerah Allah mengalahkan kelemahan manusia. Anugerah Allah merupakan
alasan mengapa Ia mau memakai seorang yang begitu lemah seperti Yehuda.  

Di antara semua argumen untuk menentang pencegahan kehamilan, studi


semantik tentang kata pharmakeia mungkin yang terlihat paling teknis. Kata ini
memang kerap kali muncul dalam kaitan dengan ramuan kuno, sihir, dan
penyembahan berhala. Fungsi dari ramuan itu juga cukup beragam: dari racun,
santet, sampai obat. Di samping itu, kedekatan antara perzinahan dan
penyembahan berhala juga tidak terbantahkan. Beberapa penyembahan kuno di
kuil-kuil tertentu memang   menyediakan para pelacur bakti untuk berhubungan
seksual sebagai bagian dari ibadah.

Walaupun demikian, kita tidak boleh lupa bahwa


kata pharmakeia memiliki jangkauan arti yang begitu luas. Pemunculan kata ini
di berbagai tulisan kuno menunjukkan bahwa pharmakeia tidak selalu
berhubungan dengan dosa seksual. Kata ini seringkali muncul dalam konteks
sihir atau ilmu hitam, namun tidak selalu terkait dengan seks atau kehamilan.
Nah, untuk mengetahui arti mana yang sedang dimaksud oleh seorang penulis,
kita perlu memperhatikan konteks pemunculan kata tersebut.

Dalam Galatia 5:19-20 dan Wahyu 9:21 kata pharmakeia (LAI:TB “sihir”)


memang diletakkan berdekatan dengan penyembahan berhala dan dosa seksual

20
lainnya. Namun, kita perlu mengingat bahwa dalam dua teks tadi
kata pharmakeia muncul dalam sebuah daftar dosa. Sebagai sebuah daftar, kita
tidak bisa memastikan jenis keterkaitan yang ada antar setiap kata dalam daftar
tersebut. Sebagai contoh, pharmakeia juga diletakkan bersebelahan dengan
perseteruan (Gal 5:19) dan pembunuhan (Why 9:21), tetapi tidak ada alasan yang
pasti mengapa keduanya disandingkan seperti ini.

Bahkan sekalipun kita menganggap setiap pemunculan pharmakeia selalu


berhubungan dengan penyembahan berhala atau dosa seksual, kita tetap tidak
bisa memastikan apakah hal itu pasti melibatkan pencegahan kehamilan. Arti
kata ini terlalu umum. Obat atau ramuan yang diberikan tidak hanya untuk
menggugurkan kandungan. Diperlukan petunjuk yang eksplisit dari konteks
untuk mengetahui arti mana yang sedang dimaksud. Sayangnya, konteks Galatia
6:19-20 maupun Wahyu 9:21 terbatas dalam menyediakan petunjuk seperti itu.
Itulah sebabnya hampir semua penerjemah Alkitab memilih untuk
menerjemahkan pharmakeia dengan “sihir,” tanpa memberikan keterangan lebih
lanjut.

Sehubungan dengan argumen #5 tentang pandangan para pemimpin gereja


di abad permulaan, kita perlu mengkaji ulang kutipan-kutipan yang ada. Secara
umum memang ada kecenderungan untuk menentang pencegahan kehamilan.
Namun, kita perlu mempertimbangkan bahwa jumlah kutipan dari bapa-bapa
gereja terbilang sangat sedikit (Robert Jütte, Contraception: A History, 23-4).
Dari data yang sangat terbatas ini kita tidak boleh berpikir seolah-olah
kontrasepsi dilarang secara luas di berbagai gereja. Diperlukan data yang lebih
banyak untuk mengasumsi hal semacam itu.

Hal lain yang perlu dipikirkan juga adalah asumsi theologis di balik
kecaman para bapa gereja terhadap alat kontrasepsi. Mereka berpandangan
bahwa seks hanyalah untuk reproduksi. Aktivitas seksual yang tidak diarahkan
untuk tujuan ini dipandang sebagai sebuah dosa. Dalam pembahasan sebelumnya

21
saya sudah menerangkan kelemahan dari seperti ini. Seks dan reproduksi
memang berkaitan erat, tetapi keduanya sama-sama bukan tujuan. Keduanya
adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu penguasaan bumi
untuk kemuliaan Allah.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, saya lebih memilih untuk


melihat pandangan bapa-bapa gereja sebagai sebuah alternatif. Tulisan-tulisan
mereka tidak memiliki otoritas yang mengikat, karena kurang disertai dengan
penafsiran Alkitab yang memadai. Kita boleh mengadopsi maupun menolak
pandangan mereka. Yang diperlukan di sini adalah akal budi Kristiani.

Tentang argumen terakhir sehubungan dengan penyalahgunaan alat


kontrasepsi dalam seks bebas, kita harus membedakan antara esensi dan ekses.
Esensi berarti sesuatu yang mendasar dan pada dirinya sendiri. Ekses berarti hal-
hal berlebihan. Yang perlu ditandaskan terlebih dahulu adalah esensi. Apakah
alat kontrasepsi pada dirinya sendiri merupakan sesuatu yang negatif? Apakah
semua jenis penggunaan alat ini adalah keliru? Jika jawaban terhadap dua
pertanyaan ini adalah “tidak,” maka fokus perdebatan tampaknya telah digeser
dari esensi menjadi ekses.

Segala sesuatu yang berlebihan memang buruk. Ini bahkan terjadi pada hal
yang baik sekalipun. Penyalahgunaan alat kontrasepsi untuk seks bebas tidak
boleh dijadikan alasan untuk melarang alatnya. Sama seperti pembunuhan
dengan menggunakan pisau tidak akan digunaan sebagai alasan untuk melarang
penggunaan pisau secara umum, demikian pula dalam kasus penyalahgunaan alat
kontrasepsi untuk seks bebas.

Untuk menghindari kesalahpahaman, saya perlu menegaskan bahwa semua


penjelasan di atas tidak dimaksudkan sebagai pelarangan untuk memiliki banyak
anak. Bagi kita yang diberi kapasitas untuk itu, alangkah baiknya jika kita
mengoptimalkannya. Mengapa memilih jumlah anak yang sedikit apabila kita

22
memang mampu merawat dan mendidik lebih banyak? Saya juga tidak
mendukung kecenderungan orang-orang modern yang tidak mau memiliki anak
hanya sekadar untuk menghindari kerepotan. Mereka ingin menikmati hidup
dengan pasangan tanpa diganggu oleh kehadiran anak-anak. Mentalitas semacam
ini adalah egois dan tidak Kristiani. Kita harus memuliakan Allah dengan segala
yang kita miliki atau yang kita lakukan. Jika kita memang diberi kapasitas untuk
memiliki dan membesarkan anak bagi kemuliaan Allah, menghindari hal itu
merupakan sebuah dosa.

    

2.4. Alat kontrasepsi yang aman


Dalam bagian sebelumnya kita sudah mengupas bahwa pencegahan
kehamilan pada dirinya sendiri tidak keliru, sejauh motivasi di balik tindakan
tersebut dapat dibenarkan. Walaupun demikian, hal ini tidak berarti bahwa semua
jenis alat kontrasepsi boleh digunakan tanpa pemikiran yang matang. Kemajuan
teknologi menawarkan beragam alat kontrasepsi. Beberapa di antaranya secara
etis dipersoalkan karena dianggap tergolong pengguguran janin.

Inti persoalan terletak pada dua hal yang saling berhubungan. Pertama,
kapan sebuah kehidupan dikatakan sudah ada? Apakah pertemuan sel telur dan
sperma merupakan titik awal kehidupan? Kedua, apakah suatu alat kontrasepsi
bersifat mencegah pembuahan sel telur oleh sperma atau merusak pertemuan
yang mungkin sudah terjadi?

Sehubungan dengan poin ke-1, Alkitab memang tidak memberikan


petunjuk yang detil, konkrit, dan eksplisit. Alkitab hanya mengajarkan bahwa
bayi di dalam kandungan merupakan “manusia” (Mzm 139:13-16). Allah telah
menjalin relasi dengan bayi di dalam kandungan (Kej 25:22-23; Mzm 22:11; Yes
46:3; Yer 1:5; Gal 1:15). Namun, Alkitab tidak memberi keterangan detil tentang
fase tertentu di dalam kandungan yang merupakan permulaan suatu kehidupan.

23
Teknologi zaman dahulu tidak sehebat sekarang yang mampu memonitor setiap
detil perkembangan janin.

Di tengah keterbatasan data yang ada, kita perlu memaksimalkan akal


budi Kristiani kita dalam menimbang beragam usulan. Sebagian orang meyakini
bahwa kehidupan sudah dimulai sejak sel telur dibuahi oleh sperma. Yang lain
menolak gagasan ini, karena pada pertemuan awal itu masing-masing sel masih
mempertahankan kromosom sendiri-sendiri. Peleburan kromosom baru terjadi
pada saat janin itu menempel pada dinding rahim. Sebagian lagi mengusulkan
masa antara 112-175 hari, karena pada masa ini seluruh bagian tubuh sudah
terbentuk.

Menentukan pilihan mana yang paling tepat merupakan tugas yang sangat
rumit. Definisi “permulaan kehidupan” perlu benar-benar dirumuskan, baik dari
sisi filosofis maupun medis. Persoalannya, keterkaitan antara aspek medis dan
filosofis tidak selalu jelas. Sejauh mana penemuan medis bermanfaat bagi
penilaian moral secara filosofis? 

Di tengah kerancuan yang ada, saya secara pribadi memandang bijaksana


untuk tidak terpaku pada fase detil tertentu. Adalah lebih aman apabila kita
menjadikan pertemuan sel telur dan sperma sebagai permulaan kehidupan,
terlepas dari bagaimana kondisi janin itu selanjutnya. Seandainya kehidupan
ternyata dimulai beberapa saat sesudah pertemuan itu, kita pun juga tidak akan
dianggap bersalah apabila mempercayai fase yang lebih awal sebagai permulaan
kehidupan. Kasusnya akan berbeda apabila kita mengambil posisi sebaliknya.

Dengan berpedoman pada poin ini, beberapa cara atau alat kontrasepsi
tergolong “pasti tidak bermasalah,” misalnya berpantang bersetubuh untuk
periode tertentu, sistem kalender (hanya berhubungan seks pada waktu isteri
tidak dalam kondisi subur), coitus interruptus (menarik penis keluar dari vagina
pada saat hendak ejakulasi), atau kondom. Semua cara ini hanya bersifat

24
mencegah pembuahan telur oleh sperma. Dengan pedoman yang sama pula,
beberapa alat kontrasepsi “pasti bermasalah,” misalnya operasi pengguguran
kandungan, aborsi kimiawi (meminum cairan tertentu) atau pil tertentu yang
tergolong abortif (misalnya RU-486). Semua alat ini dimaksudkan untuk
menggagalkan pertumbuhan janin yang sudah terjadi.

Perhatian serius perlu diberikan pada beberapa teknologi yang memakai


langkah antisipasi jamak. Maksudnya, beberapa alat atau obat memang ditujukan
untuk mencegah pertemuan sperma dan ovum, tetapi apabila langkah ini tanpa
sengaja terlewati, maka alat atau obat yang sama masih bisa menghancurkan atau
mematikan pembuahan yang sudah terjadi itu. Beberapa teknik sterilisasi atau
IUD termasuk dalam kategori ini. Begitu pula dengan beberapa pil yang beredar
di pasaran.  Alat kontrasepsi yang masuk dalam kategori di atas sebaiknya
dihindari.

Dalam hal ini adalah lebih bijaksana apabila kita secara serius mencari
tahu cara kerja pil, suntikan, atau alat tertentu secara detil, sehingga dapat
mengambil keputusan yang tepat. Ada begitu banyak pilihan di sana. Di
kemudian hari jumlah alternatif ini mungkin akan meningkat dengan tajam.
Walaupun demikian, prinsip Kristiani terhadap hal tersebut tetap tidak berubah.
Soli Deo Gloria.

Hukum Aborsi Menurut Agama Kristen Sesuai Ayat Alkitabiah

Banyak jemaat Tuhan yang paham bahwa aborsi menurut agama Kristen
tidak diperkenankan, namun mungkin belum tahu pasti sebenarnya bagaimana
hukum aborsi menurut agama Kristen. Hal ini karena tidak banyak yang
mengupas lebih detail tentang aborsi di dalam kekristenan. Terutama bagaimana
perbedaan hukum taurat dan Injil dalam Alkitab dan firman Tuhan tentang hal ini
dinyatakan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dijabarkan secara lengkap

25
bagaimana hukum aborsi menurut agama Kristen, terutama jika dilihat dari sudut
pandang Alkitabiah.

Aborsi Adalah Dosa

Dalam Alkitab, setiap manusia yang diciptakan Allah memiliki hak hidup
yang sama. Oleh karena itu aborsi merupakan salah satu bentuk dosa yang tidak
diperkenankan Allah. Ada beberapa firman Tuhan yang mendukung pernyataan
ini, di antaranya yaitu sebagai berikut:

1 Yohanes 3:4 “Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum
Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Disini aborsi merupakan
pelanggaran hukum Allah, sehingga sebaiknya tidak dilakukan dengan alasan
apapun. Terlebih jika janin yang dikandung tidak mengalami masalah apapun. Ini
merupakan pelanggaran hak asasi sang janin dan jelas ayat alkitab tentang
pelanggaran ham melarang hal itu. Oleh sebab itu benar-benar pikirkan apakah
hendak memilih melakukan aborsi atau tidak. Sebaiknya lebih memilih bertobat
dan menghindari aborsi.

Yakobus 1:15 “Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan


dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Jadi
merencanakan aborsi sama dengan merencanakan perbuatan dosa. Oleh karena
itu jelas bahwa praktek aborsi untuk alasan apapun dilarang secara firman Tuhan.
Begitu dosa dilakukan maka akan diperoleh maut, yaitu tanggung jawab yang
harus diberikan pada saat penghakiman nanti di depan Tuhan.

Aborsi Adalah Pembunuhan

Melakukan tindakan aborsi apapun alasannya merupakan salah satu


bentuk paling halus dari membunuh. Padahal sudah jelas Alkitab tidak
membiarkan hal tersebut terjadi. Ada beberapa pandangan Alkitab yang tidak
mengijinkan pembunuhan, di antaranya yaitu sebagai berikut:

26
Mazmur 139:16 “Mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam
kitab-Mu semuanya tertulis 1 hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun
dari padanya.” Ini berarti bahwa sejak dalam kandungan janin sudah memiliki
nyawa sehingga aborsi artinya melakukan pembunuhan. Padahal Allah tidak
menyukai pembunuhan yang dilakukan manusia oleh sebab apapun. Ini
merupakan larangan dalam agama protestan yang sebaiknya dipatuhi dan dijauhi
perbuatannya.

Matius 5:21 “Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek


moyang kita: Jangan membunuh; e siapa yang membunuh harus dihukum.” Dari
sini sudah jelas bahwa jika melakukan pembunuhan maka seharusnya orang
tersebut dihukum. Hukuman ini bisa berupa hukuman di dunia dan di hari
penghakiman nanti. Sehingga perbuatan larangan membunuh dalam Alkitab ini
akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah di meja pengadilan nanti.

Demikianlah sedikit penjelasan hukum aborsi menurut agama Kristen.


Secara jelas Alkitab menyatakan bahwa aborsi bukanlah tindakan yang terpuji
dan bukan sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu sebaiknya dihindari. Jika
memang terpaksa melakukan aborsi dalam hal untuk menyelamatkan nyawa sang
Ibu, maka sebaiknya berdoa dan minta bimbingan tujuan karunia Roh Kudus.
Karena Tuhan akan memberikan jalan keluar yang paling baik. Dengan manfaat
berdoa bagi orang Kristen maka jawaban Tuhan akan kehamilan dan janin di
kandungan tentu akan menjadi tanggung jawab Allah sendiri. Sehingga
keputusan hidup dan mati sang janin sebaiknya serahkan kepada Tuhan.

2.5. Pandangan Kristen terhadap Bayi Tabung yang Harus Dipahami

27
Bayi tabung adalah proses pembuahan yang dilakukan di luar rahim wanita.
Dalam ilmu kedokteran, bayi tabung merupakan pemecahan solusi untuk
mendapatkan keturunan bagi pasangan yang kesulitan dalam mendapatkan anak.
Penyebabnya biasanya berasal dari saluran pembuahan wanita. Apabila terdapat
gangguan dalam saluran ini, maka sperma akan kesulitan untuk memasuki rahim.
Dan bagian yang paling fatal adalah apabila sperma tidak dapat masuk ke dalam
rahim. Tanpa sel sperma, maka tidak akan ada pembuahan sel telur.

Bayi tabung ditemukan untuk memecahkan masalah tersebut. Bayi yang pertama
kali lahir dengan teknik bayi tabung ialah Louse Brown pada tahun 1978 di
Inggris. Sejak saat itu, klinik bayi tabung semakin berkembang pesat. Di
Indonesia, teknik bayi tabung pertama kali diterapkan pada tahun 1987 di Rumah
Sakit Anak-Ibu, Jakarta. Dan bayi pertama yang lahir di Indonesia dengan teknik
bayi tabung adalah Nugroho Karyanto pada tahun 1988.

Proses Masuknya Bayi Tabung

Proses pada bayi tabung dilakukan dengan cara mempertemukan sel telur dengan
sel sperma di sebuah bejana. Sebelum digunakan, bejana telah diberi nutrisi
terlebih dahulu dan dipastikan memiliki medium yang cocok, baik dalam suhu
maupun kelembaban, sehingga bejana tersebut memiliki kondisi yang sama
seperti di dalam rahim wanita.  Dalam bejana, zigot hasil pembuahan akan
dikembangkan sampai stadium blastula atau janin dan setelah itu calon bayi siap
dimasukkan ke dalam selaput lendir wanita. Namun, dalam pemasukan janin ke
dalam rahim tidak dapat dilakukan dengan sembarangan. Terdapat beberapa
prosedur yang harus dipenuhi. Setelah sel-sel telur disatukan dalam laboratorium
dan berkembang menjadi janin, maka janin-janin tersebut akan diperiksa apakah
sehat atau tidak. Janin yang sehat dan paling unggul yang akan ditanamkan ke
dalam rahim ibu. Pada hari ketiga, dua atau tiga janin akan dimasukkan ke dalam
rahim agar kemungkinan lebih besar untuk hamil.

28
Lalu, apa yang terjadi dengan janin-janin yang cacat atau yang tidak dipindahkan
ke dalam rahim? Supaya janin tetap hidup, maka janin-janin tersebut perlu
dibekukan dalam cairan nitrogen. Jadi apabila proses pertama tidak berhasil,
maka masih terdapat janin cadangan yang dapat kembali ditanamkan. Namun
tentu saja, biayanya sangat mahal. Untuk menyimpan janin-janin pun diperlukan
biaya. Dan hal ini merupakan dilema bagi pasangan suami istri. Sehingga banyak
yang memilih jalan keluar untuk membuang atau memusnahkan janin-janin yang
tidak digunakan. Nah, inilah masalah besar yang terdapat dalam teknik bayi
tabung. Tidak semua janin akan hidup. Perlu mengorbankan banyak janin agar
mendapatkan satu janin terbaik yang akan hidup.
Tidak hanya menimbulkan masalah dalam etika, masalah dalam bayi tabung juga
dipandang bertentangan dengan Alkitab. Tokoh-tokoh agama menilai bahwa
pembuangan janin-janin yang tidak digunakan dianggap sebagai pembunuhan.
Dan sekarang kita akan membahas bagaimana  pandangan Kristen terhadap bayi
tabung, berikut uraiannya :

 Melanggar Hukum Taurat yang ke-6

Telah disinggung sebelumnya bahwa pemusnahan janin dianggap sebagai


pembunuhan dalam perspektif Kristen. Metode teknologi dalam bayi tabung
memaksa untuk mengorbankan banyak janin untuk mendapatkan satu janin yang
terbaik. Karena janin di sini sudah diartikan sebagai manusia, maka dalam
metode bayi tabung pembuangan janin bisa dipandang sebagai kesengajaan untuk
membunuh banyak manusia. Hal ini bertentangan dengan beberapa ayat dalam
Alkitab, yaitu bahwa Tuhan yang memberi maka Tuhan juga yang
mengambil. Allah Tritunggal yang mematikan dan Allah yang menghidupkan.

Akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemahaman mengapa teknik bayi tabung
dapat melanggar perintah Allah. Kehidupan manusia berawal dari sebuah sel
telur yang dibuahi oleh sel sperma. Saat sel telur telah dibuahi, maka akan
berkembang menjadi zigot. Kemudian zigot akan bertumbuh menjadi embrio.

29
Pada tahap lanjut, embrio disebut sebagai fetus. Dan ketiga istilah ini, baik zigot,
embrio, maupun fetus adalah istilah dalam tahap-tahap perkembangan
anak. Sehingga, bisa dikatakan bahwa istilah-istilah tersebut sudah masuk dalam
kategori bayi. Dan bayi adalah seorang manusia. Jadi, apabila zigot-zigot yang
tidak ditanamkan ke dalam rahim dimusnahkan, maka bisa dikatakan bahwa
teknik bayi tabung tidak hanya meniadakan harkat sang bayi sebagai manusia,
tetapi juga melibatkan aborsi yang jelas tergolong dalam jenis-jenis dosa dalam
Alkitab.

 Meniadakan Aspek Union dalam Agama Katolik

Terdapat dua aspek yang harus dipenuhi dalam hubungan suami istri dalam
Kristen Katolik, yaitu union atau persatuan dan procreation. Dengan
menggunakan metode bayi tabung, maka manusia meniadakan aspek persatuan
dan menyalahgunakan aspek procreation karena produksi anak dilakukan secara
tidak normal, sehingga agama Katolik menolak metode bayi tabung. Anda juga
dapat mengetahui lebih jauh mengenai tujuan perkawinan dalam artikel tujuan
sakramen perkawinan.

 Penggunaan Sperma Donor

Pengembangan teknik bayi tabung bisa sangat bertentangan dengan Alkitab


apabila sperma yang digunakan adalah sperma donor milik pria asing yang bukan
milik suami sendiri. Apabila janin hasil dari teknik bayi tabung ditanamkan pada
rahim wanita, maka prosedur ini jelas tidak bisa dibenarkan menurut Alkitab.

Dalam Imamat 18:20 dan Amsal 6:29 diperintahkan supaya pria tidak boleh
memberikan pancaran maninya kepada wanita yang bukan istrinya. Apabila
pembuahan dilakukan dengan menggunakan sel telur atau sel sperma yang bukan
milik pasangannya atau di luar ikatan pernikahan, maka hal tersebut sudah masuk

30
dalam kategori amoralitas seksual yang merupakan penyalahgunaan atas organ-
organ seks.

2.6. Menyusui bayi menurut pandangan kristen


Menyusui Bayi

Lukas 11:27 Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari
antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah
mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau."

Ucapan di atas adalah ucapan seorang wanita Israel di masa Yesus melayani di
dunia. Ucapan ini keluar saat Yesus melakukan aneka pekerjaan Bapa-Nya yang
sangat menarik perhatian wanita tersebut, dan ia pun menyatakan adalah suatu
kebahagiaan bila seorang perempuan melahirkan, menyusui, membesarkan dan
mengajar sehingga tubuh menjadi seperti yang dilihatnya.

Apakah dasar pemikiran kebahagiaan melihat anaknya tumbuh menjadi besar dan
menyusui bayi? Dalam perkembangan pengetahuan diketahui bahwa bayi
berumur 0 sampai 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman apapun
termasuk air putih sekalipun, cukup dengan air susu ibu, maka bayi akan tetap
hidup. Justru pemberian ASI secara ekslusif seluruh kebutuhan bayi usia 0-6
bulan akan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya sudah
terpenuhi, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi, karena itu
bayi memerlukan pula makanan tambahan (sesudah 6 bulan).

ASI mengandung lemak yang sangat tepat untuk pertumbuhan dan


perkembangannya. Jumlahnya tepat secara proporsional, mudah dicerna dan
diserap karena mengandung enzim lipase.
Pada susu formula enzim ini tidak ada karena akan hancur bila dipanaskan,
sehingga bayi menemukan kesukaran untuk menyerap susu formula (Roesli

31
Utami, 2001).
Bentuk lemak ASI yang utama adalah AA dan DHA yang sangat bermanfaat
untuk pertumbuhan sel-sel otak yang optimal.
Bagaimana dengan protein ASI? Protein ASI lebih rendah ketimbang Susu Sapi
perbandingannya 3:1, tetapi mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi serta lebih
mudah dicerna. Hampir semua susu sapi proteinnya berupa kasein dan hanya
sedikit berupa Soluble Whey Protein. Kasein ini membentuk gumpalan yang liat
dalam usus bayi, sedangkan SWP membentuk gumpalan lemak yang mudah
dicerna dan diserap. Taurin terdapat dalam ASI tetapi tidak dalam susu sapi
(Raiha, 1985) dan berfungsi sebagai neurotransmiter dan berperan penting untuk
proses maturasi otak (Gaul, 1985).
Karbohidrat ASI yang utama adalah Laktosa, kadarnya 20%-30% lebih banyak
dari susu sapi. Laktosa penting untuk jaringan otak yang sedang tumbuh,
meningkatkan penyerapan Ca yang penting untuk pertumbuhan tulang,
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik (Lactobacilus bifidus).
Mineral ASI, konsentrasinya lebih rendah dari pada susu pengganti mana pun,
sehingga akan lebih mudah diterima oleh kapasitas metabolik bayi. Rasio
Kalsium dengan Fosfor (2:1) pada ASI. Konsentrasi Fosfor yang tinggi pada susu
sapi akan menyebabkan penyerapan yang berlebihan yang menyebabkan terjadi
Hipokalsemia Neonatal. Zat Besi (Fe) dalam ASI diserap oleh tubuh bayi sampai
70% dibandingkan dengan penyerapan hanya 30% dari susu sapi, ASI juga
mengandung Na, K dan Clor yag lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi
tetapi jumlah ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi ( suharjo 1995).

Apakah dengan kemajuan perkembangan pengetahuan, semakin pantas


meneguhkan bahwa wanita yang menyusui Yesus saat bayi sangat berbahagia?
Pemberian Asi ternyata juga adalah berkat bagi ibu yang menyusui, bukan hanya
anak saja sehingga bukan hanya karena jasa ibu menyusui maka anak tumbuh
sehat, cerdas, dan dapat dipakai melakukan pekerjaan Bapa, melainkan karena

32
anak itu menyusui Asi ibunya maka ibunya mendapatkan berkat dari anak itu.
berkatnya antara lain:
 Mempercepat pemulihan uterus,

 Memberikan ASI akan menguatkan ikatan emosional,

 Membuat lebih relaks,

 Membantu menurunkan kelebihan berat badan dari masa kehamilan,


membantu mengatur kehamilan (masa subur) berikutnya,

 Mengurangi resiko sejumlah penyakit.

Pemberian ASI hanya bermasalah bagi yang menyusui bila seorang ibu tidak
mengeluarkan ASI. Ibu yang melahirkan tanpa miliki ASI sesuatu masalah besar
yang dihadapi pada zaman Yesus melayani di bumi. Dengan memberikan ASI,
maka permasalahan rumit akibat tidak memberikan ASI kepada anak tidak
dialami ibu bayi Yesus terlebih-lebih tradisi tradisional lama menyusui bila
mungkin sampai 2 tahun, atau minimal sampai cerai susu. Hal menarik juga
terjadi dalam kisah Hana dan Samuel.

Bila melihat 1 Samuel 1:22 yang berbunyi : "Tetapi Hana tidak ikut pergi, sebab
katanya kepada suaminya: "Nanti apabila anak itu cerai susu, aku akan
mengantarkan dia, maka ia akan menghadap ke hadirat TUHAN dan tinggal di
sana seumur hidupnya."" dapat ditarik kesimpulan bahwa Hana tidak merasa
berjasa sedikitpun terhadap pembentuk Samuel menjadi hamba Tuhan yang luar
biasa. Masa asuh Hana terhadap Samuel sampai anaknya cerai susu, selebihnya
pembentukkan langsung dari Tuhan melalui keluarga imam Eli. [1 Samuel 1:27-
28 (27) Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan
kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya.(28) Maka aku pun menyerahkannya
kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN." Lalu
sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN] Dengan Samuel
diserahkan kepada Tuhan secara khusus maka Tuhan secara khusus
membentuknya menjadi menurut keinginan Tuhan berdasarkan kemauan-Nya,

33
kekuasaan-Nya dalam kasih dan rencana-Nya yang khusus bagi semua anak yang
diserahkan kepada Tuhan.

Yesus tumbuh menjadi besar bukan semata-mata air susu wanita yang
mengandung dan menyusui. Maria sejak mula telah mengetahui bahwa anak
yang dikandungnya adalah pekerjaan dan kehendak Tuhan semata. Pernyataan
yang sulit dilupakan Maria antara lain, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah." Maria berbahagia bukan karena
menyusui. Lukas mencatat kebahagiaan Maria, yang menyusui Yesus adalah :
 1:46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan,

 1:47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,

 1:48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya,


mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,

 1:49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar


kepadaku dan nama-Nya adalah kudus.

 1:50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.

 1:51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan


mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;

 1:52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan


meninggikan orang-orang yang rendah;

 1:53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan
menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;

 1:54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya,/li>

 1:55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham
dan keturunannya untuk selama-lamanya."
Yesus menjawab wanita yang menyatakan berbahagia wanita yang menyusui-
Nya dengan menjawab berbahagia adalah orang yang mendengar firman Allah

34
dan memeliharanya. MAria berbahagia karena ia memeliharaan perkataan yang
disampaikan Tuhan kepada-Nya bahkan taat melaksanakan Firman-Nya,
kehendak-Nya yang unik dalam kehidupan-Nya. [Lukas 11:28 Tetapi Ia berkata:
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya.]

Menyusui mungkin suatu kebahagian seorang wanita di Israel saat Yesus


melayani, namun kebahagiaan ibu-ibu yang anaknya dipakai Tuhan bukan karena
air susu ibunya melainkan anaknya diserahkan kepada Tuhan dan Tuhan
memiliki rencana yang baik dan indah bagi anak itu melampaui harapan ibu yang
menyusui anak-Nya.

35
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwaKB diperbolehkan dengan alasan – alasan tertentu misalnya untuk menjaga
kesehatanibu, mengatur jarak diantara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan
jiwa,kesehatan atau pendidikan anak-anak. Namun KB bisa menjadi tidak
diperbolehkanapabila dilandasi dengan niat dan alasan yang salah, seperti takut
miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut mengganggu pekerjaan orang
tua. Dengan kata lain, penilaian tentang KB tergantung pada individu masing-
masing.

3.2.Saran
Jika anda hendak melakukan KB sebaiknya dipertimbangkan terlebih
dahulu segala aspek yang menyangkut tentang KB misalnya:

- alat kontrasepsi, apakah aman untuk digunakan atau tidak

- keuangan keluarga, bila memiliki keuangan yang cukup mengapa anda harus
kb

- kesehatan ibu

- landasan hukum agama

36
DAFTAR PUSTAKA

Harfanto, hanafi. 2004.  Keluarga Beralih kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.

Ikatan Bidan Indonesia. 1992. Pedoman KB IBI. Jakarta : Pustaka Nasional

Yanti, S.S.T  M. Keb, Nurul Eko W, S.SiT. 2010. Etika Profesi dan Hukum
Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Rihama

37

Anda mungkin juga menyukai