Di susun oleh :
ASRI RAHMAWATI
P00320018058
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Fraktur pada
anak dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................................
B. Tujuan penulisan ...........................................................................................
C. Manfaat penulisan .........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi ...........................................................................................................
B. Etiologi ...........................................................................................................
C. Manifestasi klinik.............................................................................................
D. Patofisiologi ....................................................................................................
E. Komplikasi .....................................................................................................
F. Klasifikasi ....................................................................................................
G. Penatalaksanaan .............................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .....................................................................................................
B. Klasifikasi data .............................................................................................
C. Analisa data ..................................................................................................
D. Diagnosa keperawatan ..................................................................................
E. Intervensi ......................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan mobilitas merupakan kemampuan bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur.Kemampuan mobilitas tersebut diperlukan individu termasuk anak-anak, untuk
memenuhi kebutuhan aktifitasnya.Namun terkadang, seorang anak dimungkinkan bergerak
dengan batasan, atau tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.Hal ini dapat ditemui pada kasus
anak dengan cedera, misalnya patah tulang atau fraktur.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka fraktur pada usia <
1 tahun 0,3%; usia 1-4 tahun 1,6%, usia 5-14 tahun 4,5 %. Meskipun angka tersebut
tergolong rendah jika dibandingkan dengan jenis cedera lain, misalnya memar atau luka
robek pada kelompok usia yang sama, namun fraktur harus dicegah karena memiliki
sejumlah dampak bagi anak Dampak yang utama adalah keterbatasan fisik anak untuk
melakukan aktivitas seperti halnya teman seusianya. Padahal, aktivitas tersebut, baik
motorik halus maupun kasar, penting untuk perkembangan anak.Kemudian, jika fraktur
tidak ditangani dengan baik, tulang yang cedera dimungkinkan tidak dapat pulih
sebagaimana mestinya dan mempengaruhi pertumbuhan anak. Oleh karena itu,
keterampilan seorang perawat dalam menangani fraktur menjadi bagian penting untuk
menurunkan dampak fraktur yang dialami anak..
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi fraktur
2. Mengetahui dan memahami penyebab atau etiologi terjadinya fraktur
3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari fraktur
4. Memahami proses terjadianya fraktur atau patofisiologi fraktur
5. Mengetahui komplikasi fraktur
6. Mengetahui klasifikasi fraktur
7. Mengetahui penatalaksanaan medis pada anak dengan fraktur
8. Mengetahuai dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan fraktur.
C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
khusunya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai fraktur
pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas tulang.Sisi fraktur yang paling sering terkena
antara lain klavikula, humerus, radius, ulna, femur dan lempeng epifisis (Muscari,
2001).Fraktur merupakan suatu kondisi abnormalitas dari system muskuloskeletal yang
dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menyebabkan rasa nyeri Pada anak,
fraktur lebih sering di alami ketimbang cedera jaringan lunak.
B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves,
2001:248)
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak,
apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
Menurut Oswari E(1993) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung ,kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung, Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot, Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut Long (1996:356) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Trauma Langsung
terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan atau
pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
2. Trauma Tak Langsung
trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian
kekerasan.
3. Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,peradangan, neuplastik dan
metabolik).
C. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinis dari fraktur adalah sebagai berikut:
1. Nyeri dan nyeri tekan yang hilang dengan beristirahat
Nyeri paling sering dirasakan oleh klien dengan masalah fraktur sebagai respon
inflamasi terhadap kondisi fraktur pada tulang. Nyeri ini merupakan persepsi, namun
nyeri pada fraktur biasanya akan hilang pada hari ke empat dan selanjutnya karena
respon inflamasi telah selesai. Nyeri semakin bertambah ketika ditekan dan
menyebabkan nyeri tekan.
2. Bengkak/kerusakaan fungsi, pincang
Bengkak merupakan kondisi yang lazim pada kondisi fraktur. Bengkak merupakan
salah satu respon inflamasi dan merupakan kondisi yang wajar karena sedang terjadi
pembesaran/vasodilatasi pembuluh darah dan sedang terjadinya proses perbaikan
kondisi pada arean sekitar fraktur seperti pelepasan leukosit, trombosit dan agen
lainnya.
3. Gerakan terbatas
Gerakan terbatas/immobilisasi merupakan hal yang berkaitan dengan kondisi nyeri
dan bengkak.Kebanyakan pasien mengalami immobilisasi karena merasakan nyeri
ketika melakukan suatu gerakan, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan
aktivitas.
4. Ekimosis di sekitar lokasi
Memar dan ekimosis adalah manifestasi penyiksaan anak yang paling sering dan
mungkin terdapat pada setiap permukaan tubuh.Memar kecelakaan dari dampak
trauma, paling mungkin ditemukan pada permukaan utama yang melapisi tepi
permukaan tulang, seperti tulang betis, lengan bawah, pinggul dan kening. Memar
berubah warna menurut waktu, warna memar dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu luka tersebut agar menentukan ketepatan riwayat luka
5. Krepitasi di sisi fraktur
Krepitasi merupakan suara keretak-keretak pada gerakan pasif yang biasanya
menunjukkan kerusakan sendi lanjut.Krepitasi ini dialami pada pasien fraktur karena
terjadinya dislokasi system musculoskeletal tertentu.
6. Status neurovascular pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami penurunan.
Pada kebanyakan kasus fraktur, banyak sekali kasus fraktur yang mengenai saraf.
Saraf terletak sangat dekat dengan tulang. Inilah yang mnyebabkan klien fraktur
sering mengalami penurunan gangguan neurovascular.
7. Atrofi distal
Atrofi distal merupakan kondisi pengecilan sendi.Kondisi ini biasanya disebabkan
karena immobilasasi yang membuat pembesaran otot terhambat dan menyebabkan
atrofi.
D. Patofisiologi Fraktur
Trauma
Daya
Resiko Fraktur
Tulang Emboli Paru
Emboli Lemak
Fraktur
Infeksi Reduksi
Debdrideme
n
F. Klafikasi
Fraktur terbagi dua :
1. Fraktur tertutup
Adalah Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan /tidak mempunyai hubungan luar.
2. Fraktur Terbuka
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak, dapat berbentuk From Within (dari dalam), Atau From without
(dari luar). (Arif Muttaqin 20004)
Klasifikasi Fraktur berdasarkan garis Patah Yaitu:
a. Sudut Patah
1. Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahanya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang
3. Fraktur Sipiral
Timbul akibat torsi pada ektermitas
b. Fraktur Multipel pada sudut tulang
1. Fraktur Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang menyebabkan terpisahnya
segmental dari suplai darahnya.
2. Fraktur koordinata
Adalah serpihan terputusnya kebutuhann jaringan dengan lebih dari dua fragmen
tulang.
c. Fraktur Impaksi
1 .Fraktur Kompresi
Terjadi ketika dua tulang menumpuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada
di antranya, seperti satu vetebrata dengan dua bertebrata lainnya. Fraktur Patologik
d. Fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor
atau proses patologik lainnya.
e. Fraktur beban (kelelahan) lainya
1. Fraktur beban terjadi pada orang
2. Orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka
f. Fraktur Grensik
Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak korteks dan
peridiumnya menarik utuh. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami
nomedeling kebentuk dan fungsi normal.
g. Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon atau pun
ligament Fraktur adalah fraktur yang melibatkan sendi.
(Sylvia Anderson, 2006).
Fraktur terbagi 3 derajat yaitu :
1. Derajat I
Fraktur dengan luka kurang dari 1 cm, luka bersih yang di akibatkan oleh proporsi
tonjolan tulang kecil.
2. Derajat II
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.
3. Derajat III
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm dengan kerusakan yaitu dengan cedera jaringan
lunak yang masih memadai,III B, yaitu fraktur dengan kehilangan kulit, III C, yaitu
fraktur yang disertai dengan cedera arteri.
( Gustit ,Merkow dan Templemen , 2005)
G. Penatalaksanaan
1. Reduksi/Manipulasi Fraktur
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimum. Reduksi fraktur (setting tulang) dapat juga diartikan sebagai pengembalian
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
2. Gips
Dibuat dari potongan kasa dan pembalut yang diisi dengan plester paris atau umumnya
dari bahan-bahan sintetis ringan dan kedap air (misalnya fiberglass dan damar
poliuretan). Gips plaster dapat dibentuk sesuai dengan bentuk bagian tubuh,
memerlukan waktu 10 sampai 72 jam untuk mengering dan mempunyai lapisan
eksterior yang halus dan murah. Empat kategori utama gips digunakan untuk fraktur:
ekstermitas atas untuk mengimobilisasi pergelangan tangan dan/atau siku, ekstermitas
bawah untuk mengimobilisasi pergelangan kaki dan/atau lutut, spinal dan servikal
untuk imobilisasi tulang belakang, dan gips spica untuk mengimobilisasi pinggul dan
lutut.
3. Traksi
Traksi dapat digunakan untuk tujuan memungkinkan ekstermitas untuk istirahat,
mencegah atau memperbaiki deformitas akibat kontarktur, mengoreksi deformitas,
menangani dislokasi, memudahkan pengaturan posisi praoperatif atau pascaoperatif dan
penjajaran, mengimobilisasi area khusus, mengurangi ketegangan otot.
4. Pembidaian
Untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) memberikan istirahat, dan mengurangi rasa sakit.
5. Imobilisasi/Retensi Fraktur
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimum. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam
posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.
Hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan
dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang benar akan membantu
menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak
lebih lanjut.
6. Distraksi
Proses pemisahan tulang lawan untuk mendorong regenerasi tulang baru dalam ruang
yang diciptakan. Distraksi juga dapat digunakan ketika anggota badan memiliki panjang
yang tidak seimbang dan tulang baru diperlukan untuk memanjangkan tungkai yang
lebih pendek.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama/Nama Panggilan : An.B
2. Tempat tgl lahir/usia : kendari,25 Februari 2011
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. alamat : Anduonohu,jalan praja
7. Tanggal masuk : Sabtu , 17 Mei 2020 ( jam 15.00 wib )
8. Tanggal pengkajian : Senin,18 Mei 2020
9. Diognosa medic : Post Op Fraktur Tibia Fibula Sinistra
1. Riwayat Kesehatan
1. Prenatal care
b. Imunisasi TT : Ya/tidak *)
2. Natal
a. Jenis persalinan
b. Penolong persalinan
3. Post natal
a. Kondisi bayi………………………APGAR………………………..
Pada usia :
Diberi obat oleh :
Riwayat kecelakaan
Genogram
Ny M
Tn. A
An.B
Ket :
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
= menunjukan klien
= tinggal bersama
2. Duduk : 6 bulan
3. Merangkak : 7 bulan
4. Berdiri : 9 bualan
5. Berjalan : 14 bulan
1. Alasan pemberian
2. Jumlah pemberian
3. Cara pemberian
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Frekuensi minuman 7 – 8 gls / hari 4 – 5 gelas
3. Kebutuhan cairan - -
4. Cara pemenuhan Minum air putih infus
C. Eliminasi (BAB)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Pampers
2. Frekuensi (waktu) 1x sehari 1x sehari
3. Konsistensi Lembek dan Kekuning –kuningan Lembek
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Eliminasi (/BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Pampers
2. Frekuensi (waktu) 1500 - 2000 cc / hari 1000 – 1500 cc / hari
3. Konsistensi Jernih kekuning– kuningan Jernih kekuning– kuningan
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
Siang 2 – 3 jam 2 jam, tidak teratur
Malam 8 jam 5 jam
2. Pola tidur Baik Kurang baik
3. Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak bisa tidur karena
nyeri pada kaki kirinya
E. Olahraga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olahraga - -
2. Jenis dan frekuensi - -
3. Kondisi setelah - -
berolahraga
F. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
Cara Mandi air dingin Lap basah
Frekuensi 2x sehari 1x sehari
Alat mandi Sabun dan shampo Tidak ada
2. Cuci rambut
Cara Di keramas pake shampo -
Frekuensi 1 x sehari Tidak tentu
3. Guntiung kuku
1 x seminggu 1 x seminggu
Frekuensi
Di gunting sendiri Di bantu oleh keluarganya
Cara
4. Gosok gigi
2 x sehari 2 x sehari
Frekuensi
Menggosok giginya sendiri -
Cara
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Perasaan saat sekolah Gembira -
2. Waktu luang Bermain bola -
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Waktu senggang - -
keluarga
5. Kegiatan hari libur - Tidak ada
X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah,meringis,dan gelisah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda –tanda vital
a. Tekanan darah :110/80 mmhg
b. Nadi : 22 x /menit
c. Suhu : 350 C
d. Pernafasan : 90 x /menit
4. Berat badan : 35 kg
5. Tinggi badan : 140 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut hygiene kepala : nampak bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : nampak merata
c. Mudah rontok : nampak rambut klien tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : nampak bersih
Palpasi
Benjolan: ada/tidak ada : tidak ada benjolan
Nyeri tekan: ada /tidak ada : tidak ada nyeri tekan
Tekstur rambut:kasar / halus : tekstur rambut klien agak kasar
7. Muka
Infeksi
a. Simetris / tidak : nampak wajah klien simetris antara kanan dan kiri
b. Bentuk wajah : nampak bulat
c. Gerakan abnormal: nampak tidak ada gerakan abnormal pada klien
d. Ekspresi wajah : nampak wajah klien meringis
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak terdapat nyeri tekan
Data lain :-
8. Mata
Infeksi
a. Pelpebra edema/ tidak : nampak tidak edema
Radang / tidak : nampak tidak ada radang
b. Sclera icterus / tidak : nampak tidak ikterus
c. Conjungtiva radang/ tidak : nampak tidak ada radang
Anemis/ tidak : nampak tidak anemis
d. Pupil isokor/ anisokor : pupil nampak isokor antara kanan dan kiri
myosis/ midriasis : nampak pupil myosis
e. Posisi mata
Simetris/tidak : nampak simetris antara kanan dan kiri
f. Gerakan bola mata : nampak normal
g. Penutupan kelopak mata : baik
h. Keadaan bulu mata : nampak keadaan bulu mata baik
i. Keadaan visus : nampak baik
j. Pengelihatan kabur/tidak : nampak ketajaman penglihatan baik dapat membaca
buku ± 30 cm)
diplopia / tidak : nampak tidak diplopia
Palpasi
Tekanan bola mata : tekanan bola mata baik tidak ada tanda-tanda abnormal
Data lain :-
9. Hidung dan sinus
Infeksi
a. Posisi hidung : nampak simetris
b. Bentuk hidung : nampak simetris antara kanan dan kiri
c. Keadaan septum : nampak tidak ada peradangan, perdarahan dan sumbatan
d. Secret /cairan : nampak tidak ada secret/cairan
Data lain : Fungsi penciuman baik
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : nampak simetris
b. Ukuran/ bentuk telinga : nampak simetris antara kanan dan kiri
c. Aurikel :-
d. Lubang telinga : nampak baik tidak ada tanda-tanda peradangan
e. Pemakaian alat bantu : nampak klien tidak menggunakan alat bantu
Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan uji pendengaran :
a. Rinne : normal
b. Weber : normal
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : normal
Data lain : Fungsi pendengaran klien baik dan tidak ada keluhan.
11. Mulut
Infeksi
a. Gigi
Keadaan gigi : nampak keadaan gigi baik tidak ada masalah
Karang gigi/karies : nampak terdapat karies gigi pada klien
Pemakaian gigi palsu : nampak klien tidak menggunakan gigi palsu
b. Gusi
Merah /radang / tidak : gusi nampak tidak ada peradangan
c. Lidah
Kotor / tidak : nampak tidak ada masalah pada lidah
d. Bibir
XII. Tes diagnostik ( laboratorium,foto rotgen, CT scan, MRI, USG, EEG, ECG )
DATA FOKUS
Nama klien / umur : An.B /9 tahun
Ruangan / No.kamar : Lambu Barakati / Kamar 14
ANALISIS DATA
Nama klien / umur : An.B / 9 tahun
Ruangan / No.kamar : lambu barakati /kamar 14
Do :
- klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
- klien tampak bersikap protektif
untuk menghindari nyeri
- tampak intensitas nyeri klien
sedang
- tidak tampak haematoma pada sisi
fraktur.
- Terpasang backslab dengan
kondisi luka bersih.
- TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 90 x/ menit
P : 22 x/ menit
S : 35 oC
2. Ds : Post op debridement dan Gangguan pola
- Klien mengatakan tidak bisa tidur backslab
karena nyeri pada kaki kirinya tidur
- Klien mengatakan tidurnya tidak
puas karena nyeri di kaki kirinya Nyeri setelah post op
- Klien mengatakan pola tidur siang
dan malamnya berubah
Do : Kesulitan tidur
- Nampak mata klien sembab karena
kurang tidur
- Mata klien nampak kemerahan Gangguan pola tidur
karena kurang tidur
- Nampak klien sering menguap
- Klien nampak lesu
Do :
- Nampak pada bagian anterior kaki
kiri klien tampak ada luka bekas
operasi ± 10 cm dengan jumlah
jahitan 10 jahitan.
- Nampak klien takut untuk
menggerakan kaki kirinya
- Nampak kebutuhan klien di bantu
oleh keluarganya
- Nampak kekuatan otot menurun
- Nampak gerakan klien terbatas
- Klien tampak lemah
- Terpasang infuse RL 20 tts/menit
pada
tangan kiri.
- nampak klien terpasang backslab
pada kaki kirinya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
Pengertian merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa
jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Tujuan Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut maupun kronis
1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang
jelas
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus fraktur pada anak sering kita temui dibanding cedera jaringan
lunak.Banyak dari klien anak yang fraktur tersebut mengalami komplikasi karena
tidak mendapatkan penanganan yang tidak tepat.Kebanyakan dari kasus fraktur
tersebut disebabkan oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologis yang
mendasarinya seperti rakitis yang mengarah pada fraktur spontan, kontraksi otot
yang kuat dan tiba-tiba, dan dorongan tidak langsung.Fraktur biasanya
menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman dan hal ini merupakan hal yang wajar
dialami oleh setiap klien fraktur.Perawat dapat memberikan penatalaksanaan
berupa terapi farmakologi maupun non-farmakologi untuk mengurangi respon
nyeri tersebut.Perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi, distraksi maupun
pemberian analgesic. Nyeri ini umumnya akan menghilang setelah tiga hari di saat
respon inflamasi telah selesai. Proses penyembuhan fraktur pada anak juga
biasanya lebih cepat disbanding orang dewasa, karena tulang pada anak masih
bersifat rawan dan fleksibel sehingga akan mebih cepat dalam proses
penyembuhannya.
B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan perawat dapat memberikan
informasi, pengertian dan pendidikan tentang fraktur, tindakan yang perlu
dilakukan untuk menangani frakur. Perawat juga diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang penuh terhadap pasien yang mengalami fraktur.Pada mahasiswa,
diharapkan mahasiswa keperawatan mampu melakukan penelitian tentang fraktur
yang terjadi pada anak dan menetapkan masalah keperawatan dan intervensi yang
tepat pada klien fraktur pada anak.
Daftar Pustaka
Appley, Ag Dan Scloman, L, 1999, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Edisi
7, Widya Medika: Jakarta.
Betz, C. L., Sowden, L. A. (2004/2009). Buku saku keperawatan pediatrik (Ed. 5)
(Eny Meiliya, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8,
EGC: Jakarta.
Depkes, RI, 1996, Asuhan Keperawatan pada Sistem Muskuloskeletal, Depkes RI,
Harefa, K. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi di RSUD Swadana Tarutung tahun 2010. Diperoleh tanggal22
Desember 2013. Darihttp://manuskrip-terapi-musik-terhadap-intensitas-nyeri-pada-
pasien-pascaoperasi.pdf:Jakarta.
Potter, P. A, & Perry, A.G (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan
praktik, Jakarta: EGC.