Anda di halaman 1dari 32

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.B UMUR 9 TAHUN DENGAN DIAGNOSA POST


OP FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA DI RUANG LAMBU BARAKATI
RSU BAHTERAMAS KOTA KENDARI

Di susun oleh :
ASRI RAHMAWATI
P00320018058

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Fraktur pada
anak dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur. saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Kendari, Maret 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..............................................................................................
B. Tujuan penulisan ...........................................................................................
C. Manfaat penulisan .........................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi ...........................................................................................................
B. Etiologi ...........................................................................................................
C. Manifestasi klinik.............................................................................................
D. Patofisiologi ....................................................................................................
E. Komplikasi .....................................................................................................
F. Klasifikasi ....................................................................................................
G.  Penatalaksanaan .............................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .....................................................................................................
B. Klasifikasi data .............................................................................................
C. Analisa data ..................................................................................................
D. Diagnosa keperawatan ..................................................................................
E. Intervensi ......................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan mobilitas merupakan kemampuan bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur.Kemampuan mobilitas tersebut diperlukan individu termasuk anak-anak, untuk
memenuhi kebutuhan aktifitasnya.Namun terkadang, seorang anak dimungkinkan bergerak
dengan batasan, atau tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.Hal ini dapat ditemui pada kasus
anak dengan cedera, misalnya patah tulang atau fraktur.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka fraktur pada usia <
1 tahun 0,3%; usia 1-4 tahun 1,6%, usia 5-14 tahun 4,5 %. Meskipun angka tersebut
tergolong rendah jika dibandingkan dengan jenis cedera lain, misalnya memar atau luka
robek pada kelompok usia yang sama, namun fraktur harus dicegah karena memiliki
sejumlah dampak bagi anak Dampak yang utama adalah keterbatasan fisik anak untuk
melakukan aktivitas seperti halnya teman seusianya. Padahal, aktivitas tersebut, baik
motorik halus maupun kasar, penting untuk perkembangan anak.Kemudian, jika fraktur
tidak ditangani dengan baik, tulang yang cedera dimungkinkan tidak dapat pulih
sebagaimana mestinya dan mempengaruhi pertumbuhan anak. Oleh karena itu,
keterampilan seorang perawat dalam menangani fraktur menjadi bagian penting untuk
menurunkan dampak fraktur yang dialami anak..
B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami definisi fraktur
2. Mengetahui dan memahami penyebab atau etiologi terjadinya fraktur
3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari fraktur
4. Memahami proses terjadianya fraktur atau patofisiologi fraktur
5. Mengetahui komplikasi fraktur
6. Mengetahui klasifikasi fraktur
7. Mengetahui penatalaksanaan medis pada anak dengan fraktur
8. Mengetahuai dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan fraktur.

C. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini di harapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak
khusunya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai fraktur
pada anak.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas tulang.Sisi fraktur yang paling sering terkena
antara lain klavikula, humerus, radius, ulna, femur dan lempeng epifisis (Muscari,
2001).Fraktur merupakan suatu kondisi abnormalitas dari system muskuloskeletal yang
dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menyebabkan rasa nyeri Pada anak,
fraktur lebih sering di alami ketimbang cedera jaringan lunak.

B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang
yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak langsung dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang di sebabkan oleh kendaraan bermotor (Reeves,
2001:248)
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama pada anak-anak,
apabila tulang melemah atau tekanan ringan.
Menurut Oswari E(1993) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung ,kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung, Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot, Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
Menurut Long (1996:356) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Trauma Langsung
terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa misalnya benturan atau
pukulan pada anterbrachi yang mengakibatkan fraktur
2. Trauma Tak Langsung
trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat kejadian
kekerasan.
3. Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,peradangan, neuplastik dan
metabolik).

C. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinis dari fraktur adalah sebagai berikut:
1. Nyeri dan nyeri tekan yang hilang dengan beristirahat
Nyeri paling sering dirasakan oleh klien dengan masalah fraktur sebagai respon
inflamasi terhadap kondisi fraktur pada tulang. Nyeri ini merupakan persepsi, namun
nyeri pada fraktur biasanya akan hilang pada hari ke empat dan selanjutnya karena
respon inflamasi telah selesai. Nyeri semakin bertambah ketika ditekan dan
menyebabkan nyeri tekan.
2. Bengkak/kerusakaan fungsi, pincang
Bengkak merupakan kondisi yang lazim pada kondisi fraktur. Bengkak merupakan
salah satu respon inflamasi dan merupakan kondisi yang wajar karena sedang terjadi
pembesaran/vasodilatasi pembuluh darah dan sedang terjadinya proses perbaikan
kondisi pada arean sekitar fraktur seperti pelepasan leukosit, trombosit dan agen
lainnya.
3. Gerakan terbatas
Gerakan terbatas/immobilisasi merupakan hal yang berkaitan dengan kondisi nyeri
dan bengkak.Kebanyakan pasien mengalami immobilisasi karena merasakan nyeri
ketika melakukan suatu gerakan, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan
aktivitas.
4. Ekimosis di sekitar lokasi
Memar dan ekimosis adalah manifestasi penyiksaan anak yang paling sering dan
mungkin terdapat pada setiap permukaan tubuh.Memar kecelakaan dari dampak
trauma, paling mungkin ditemukan pada permukaan utama yang melapisi tepi
permukaan tulang, seperti tulang betis, lengan bawah, pinggul dan kening. Memar
berubah warna menurut waktu, warna memar dapat digunakan untuk memperkirakan
waktu luka tersebut agar menentukan ketepatan riwayat luka
5. Krepitasi di sisi fraktur
Krepitasi merupakan suara keretak-keretak pada gerakan pasif yang biasanya
menunjukkan kerusakan sendi lanjut.Krepitasi ini dialami pada pasien fraktur karena
terjadinya dislokasi system musculoskeletal tertentu.
6. Status neurovascular pada daerah distal dari tempat fraktur mengalami penurunan.
Pada kebanyakan kasus fraktur, banyak sekali kasus fraktur yang mengenai saraf.
Saraf terletak sangat dekat dengan tulang. Inilah yang mnyebabkan klien fraktur
sering mengalami penurunan gangguan neurovascular.
7. Atrofi distal
Atrofi distal merupakan kondisi pengecilan sendi.Kondisi ini biasanya disebabkan
karena immobilasasi yang membuat pembesaran otot terhambat dan menyebabkan
atrofi.

D. Patofisiologi Fraktur

Trauma
Daya

Resiko Fraktur
Tulang Emboli Paru
Emboli Lemak

Fraktur

Terbuka Tertutu Gas


p Gangren

Infeksi Reduksi

Debdrideme Delayed Pemulihan Imobilisas


nn Union i

Debdrideme
n

Union Malunion Union Mobilisasi

Gambar 2.2. Skema Patofisiologi ( Lukman, 2009)

Jenis-jenis Patah Tulang


1. Fisura Tulang
Disebabkan oleh cedera tunggal hebat atau oleh cedera terus menerus yang cukup lama
seperti juga di temukan pada retak stress pada struktur logam.
2. Patah tulang serong
3. Patah tulang lintang
4. Patah tulang komunitif oleh cedera hebat.
5. Patah tulang segmental karena cedera hebat.
6. Patah tulang dahan hijau, pertosttetap utuh .
7. Patah tulang kompresi akibat kekuatan besar patah tulang pendek atau epifisis tulng
pipa.
8. Patah tulang impaksi, kadang juga disebut inklavasi.
9. Patah tulang impresi.
10. Patah tulang patoogis akibat tumor tulang atau proses desktruksi lain.
( R.Sjamsuhijadat Wim De Jong, 1997)
Ciri- ciri Patah Tulang
1. Situasi sekitar menimbulkan dugaan bahwa telah terjadi cedera (tulang mencuat keluar
kulit).
2. Terasa nyeri yang menusuk pada area cedera.
3. Kelainan bentuk, kadang-kadang kepatahan tulang menyebabkan bentuk yang tidak
biasa atau pembengkokan dari bagian tubuh.
E. Komplikasi
1. Deformitas ekstermitas
2. Perbedaan panjang ekstermitas
3. Keganjilan pada sendi
4. Keterbatasa garak
5. Cedera saraf yang dapat menyebabkan mati rasa
6. Pembentukan sirkulasi
7. Kontraktur iskemik volkam
8. Ganggren
9. Sindrom Kompatemen (Celci 2002)

F. Klafikasi
Fraktur terbagi dua :
1. Fraktur tertutup
Adalah Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan /tidak mempunyai hubungan luar.
2. Fraktur Terbuka
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak, dapat berbentuk From Within (dari dalam), Atau From without
(dari luar). (Arif Muttaqin 20004)
Klasifikasi Fraktur berdasarkan garis Patah Yaitu:
a. Sudut Patah
1. Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahanya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
2. Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang
3. Fraktur Sipiral
Timbul akibat torsi pada ektermitas
b. Fraktur Multipel pada sudut tulang
1. Fraktur Segmental
Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang menyebabkan terpisahnya
segmental dari suplai darahnya.
2. Fraktur koordinata
Adalah serpihan terputusnya kebutuhann jaringan dengan lebih dari dua fragmen
tulang.
c. Fraktur Impaksi
1 .Fraktur Kompresi
Terjadi ketika dua tulang menumpuk (akibat tubrukan) tulang ketiga yang berada
di antranya, seperti satu vetebrata dengan dua bertebrata lainnya. Fraktur Patologik
d. Fraktur yang terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah oleh karena tumor
atau proses patologik lainnya.
e. Fraktur beban (kelelahan) lainya
1. Fraktur beban terjadi pada orang
2. Orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka
f. Fraktur Grensik
Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak korteks dan
peridiumnya menarik utuh. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami
nomedeling kebentuk dan fungsi normal.
g. Fraktur avulsi memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon atau pun
ligament Fraktur adalah fraktur yang melibatkan sendi.
(Sylvia Anderson, 2006).
Fraktur terbagi 3 derajat yaitu :
1. Derajat I
Fraktur dengan luka kurang dari 1 cm, luka bersih yang di akibatkan oleh proporsi
tonjolan tulang kecil.
2. Derajat II
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.
3. Derajat III
Fraktur dengan luka lebih dari 1 cm dengan kerusakan yaitu dengan cedera jaringan
lunak yang masih memadai,III B, yaitu fraktur dengan kehilangan kulit, III C, yaitu
fraktur yang disertai dengan cedera arteri.
( Gustit ,Merkow dan Templemen , 2005)

G. Penatalaksanaan
1. Reduksi/Manipulasi Fraktur
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara
optimum. Reduksi fraktur (setting tulang) dapat juga diartikan sebagai pengembalian
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis.
2. Gips
Dibuat dari potongan kasa dan pembalut yang diisi dengan plester paris atau umumnya
dari bahan-bahan sintetis ringan dan kedap air (misalnya fiberglass dan damar
poliuretan). Gips plaster dapat dibentuk sesuai dengan bentuk bagian tubuh,
memerlukan waktu 10 sampai 72 jam untuk mengering dan mempunyai lapisan
eksterior yang halus dan murah. Empat kategori utama gips digunakan untuk fraktur:
ekstermitas atas untuk mengimobilisasi pergelangan tangan dan/atau siku, ekstermitas
bawah untuk mengimobilisasi pergelangan kaki dan/atau lutut, spinal dan servikal
untuk imobilisasi tulang belakang, dan gips spica untuk mengimobilisasi pinggul dan
lutut.
3. Traksi
Traksi dapat digunakan untuk tujuan memungkinkan ekstermitas untuk istirahat,
mencegah atau memperbaiki deformitas akibat kontarktur, mengoreksi deformitas,
menangani dislokasi, memudahkan pengaturan posisi praoperatif atau pascaoperatif dan
penjajaran, mengimobilisasi area khusus, mengurangi ketegangan otot.
4. Pembidaian
Untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi) memberikan istirahat, dan mengurangi rasa sakit.
5. Imobilisasi/Retensi Fraktur
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimum. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan.Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam
posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.
Hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstrimitas dan
dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang benar akan membantu
menghentikan pendarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak
lebih lanjut.
6. Distraksi
Proses pemisahan tulang lawan untuk mendorong regenerasi tulang baru dalam ruang
yang diciptakan. Distraksi juga dapat digunakan ketika anggota badan memiliki panjang
yang tidak seimbang dan tulang baru diperlukan untuk memanjangkan tungkai yang
lebih pendek.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Biodata

A. Identitas klien
1. Nama/Nama Panggilan : An.B
2. Tempat tgl lahir/usia : kendari,25 Februari 2011
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. alamat : Anduonohu,jalan praja
7. Tanggal masuk : Sabtu , 17 Mei 2020 ( jam 15.00 wib )
8. Tanggal pengkajian : Senin,18 Mei 2020
9. Diognosa medic : Post Op Fraktur Tibia Fibula Sinistra

B. Identitas orang tua/wali


1. Ayah/wali
a. Nama : Tn.A
b. Usia : 50 tahun
c. Pendidikan : S1
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : PNS / Rp.3.200.000
e. Agama : Islam
f. Alamat : Anduonohu,jalan praja
2. Ibu
a. Nama : Ny.M
b. Usia : 45 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Ibu rumah tangga /-
e. Agama : Islam
f. Alamat : Anduonohu,jalan praja
C. Identitas Saudara Kandung

NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUS


KESEHATAN
1. Ny.M 20 thn Saudara kandung Baik
2. An.N 5 thn Saudara kandung Baik

1. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat kesehatan sekarang

 Keluhan utama : Klien mengatakan kaki sebelah kirinya mengalami patah


tulang akibat kecelakaan dari mobil Pick up.
 Riwayat Keluhan Utama : klien menumpang mobil pick up terbuka,Klien
terjatuh dan kemudian di lindas oleh sepeda motor yang melintas di
belakang mobil pick up tersebut. Sehingga menyebabkan tulang tibia fibula
sinistra An.B tersebut patah/fraktur. Sehingga dilakukan tindakan infasif
pembedahan dengan Debridement dan pemasangan Backslab.klien
terpasang Backslab bagian extremitas bawah Sinistra dengan kondisi luka
bekas operasi ± 10 cm, sudah mulai mengering dengan jumlah jahitan 10
jahitan.
 Keluhan Pada Saat Pengkajian :
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri
- Klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyerinya hilang timbul

B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)

1. Prenatal care

a. Keluhan selama hamil

b. Imunisasi TT : Ya/tidak *)

2. Natal

a. Jenis persalinan

b. Penolong persalinan

c. Komplikasi yang di alami ibu saat melahirkan dan setelah melahirkan

3. Post natal

a. Kondisi bayi………………………APGAR………………………..

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami (untuk semua usia)

 Klien pernah mengalami penyakit :

Pada usia :
Diberi obat oleh :
 Riwayat kecelakaan

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Genogram
Ny M
Tn. A

An.B

Ket :

= laki-laki

= perempuan

= meninggal

= menunjukan klien

= tinggal bersama

IV. Riwayat Imunisasi (Imunisasi Lengkap)


NO Jenis Imunisasi Waktu Frekuensi Reaksi setelah pemberian
Pemberian
1 BCG 1 bulan 0,05 cc Terjadi pembengkakan kecil
berwarna merah
2 DPT (I.II.III) 2,3,4 bulan 0,5 cc Bengkak dan demam
3 Polio (I.II.III.IV) 1,2,3,4 2 tetes -
bulan
4 Campak 9 bulan 0,5 cc Demam tinggi
5 Hepatitis Pada saat 0,5 cc -
lahir

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan : 35 Kg
2. Tinggi badan : 140 cm
3. Waktu tumbuh gigi : Jumlah gigi :
B. Perkembangan Tiap tahap

Usia anak saat


1. Berguling : 4 bulan

2. Duduk : 6 bulan

3. Merangkak : 7 bulan

4. Berdiri : 9 bualan

5. Berjalan : 14 bulan

6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa

7. Bicara pertama kali : lupa tahun dengan menyebutkan mama,papa

8. Berpakaian tanpa bantuan umur 3 tahun

VI. Riwayat Nutrisi


A. Pemberian asi

B. Pemberian susu formula

1. Alasan pemberian

2. Jumlah pemberian

3. Cara pemberian

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

VII. Riwayat Psikososial


 Anak tinggal bersama : ya di : rumah sendiri

 Lingkuan berada di : kota tempat bermain di halaman rumah / rumah tetangga

 Rumah dekat dengan jalan


 Kamar klien : klien memiliki kamar sendiri

 Rumah ada tangga : tidak

 Hubungan antar anggota keluarga : baik dan harmonis

 Pengasuh anak : tidak

VIII. Riwayat spiritual


 Support system dalam keluarga : klien taat beribadah. Mengikuti shalat 5 waktu, klien
yakin akan sembuh dengan pengobatan dan perawatan di rumah sakit .
 Kegiatan keagamaan : melaksanakan shalat 5 waktu,puasa di bulan suci ramadahan,dll

IX. Aktivitas sehari – hari


A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Baik Baik

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih
2. Frekuensi minuman 7 – 8 gls / hari 4 – 5 gelas
3. Kebutuhan cairan - -
4. Cara pemenuhan Minum air putih infus

C. Eliminasi (BAB)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Pampers
2. Frekuensi (waktu) 1x sehari 1x sehari
3. Konsistensi Lembek dan Kekuning –kuningan Lembek
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Eliminasi (/BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Pampers
2. Frekuensi (waktu) 1500 - 2000 cc / hari 1000 – 1500 cc / hari
3. Konsistensi Jernih kekuning– kuningan Jernih kekuning– kuningan
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
 Siang 2 – 3 jam 2 jam, tidak teratur
 Malam 8 jam 5 jam
2. Pola tidur Baik Kurang baik
3. Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak bisa tidur karena
nyeri pada kaki kirinya

E. Olahraga
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Program olahraga - -
2. Jenis dan frekuensi - -
3. Kondisi setelah - -
berolahraga

F. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Mandi
 Cara Mandi air dingin Lap basah
 Frekuensi 2x sehari 1x sehari
 Alat mandi Sabun dan shampo Tidak ada
2. Cuci rambut
 Cara Di keramas pake shampo -
 Frekuensi 1 x sehari Tidak tentu
3. Guntiung kuku
1 x seminggu 1 x seminggu
 Frekuensi
Di gunting sendiri Di bantu oleh keluarganya
 Cara
4. Gosok gigi
2 x sehari 2 x sehari
 Frekuensi
Menggosok giginya sendiri -
 Cara

G. Aktivitas /mobilitas fisik


Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. kegiatan sehari-hari Bermain bola di halaman rumah Hanya terbaring di tempat
bersama teman-teman sebayanya tidur karena fraktur di kaki
kirinya
2. pengaturan jadwal - -
harian
3. penggunaan alat - -
bantu aktivitas
4. kesulitan pergerakan Tidak ada klien mengatakan kaki kiri
tubuh sulit untuk digerakkan
karena terdapat luka bekas
operasi 10 cm, serta
terpasang backslab di kaki
kirinya.

H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Perasaan saat sekolah Gembira -
2. Waktu luang Bermain bola -
3. Perasaan setelah Senang -
rekreasi
4. Waktu senggang - -
keluarga
5. Kegiatan hari libur - Tidak ada

X. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah,meringis,dan gelisah
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda –tanda vital
a. Tekanan darah :110/80 mmhg
b. Nadi : 22 x /menit
c. Suhu : 350 C
d. Pernafasan : 90 x /menit
4. Berat badan : 35 kg
5. Tinggi badan : 140 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut hygiene kepala : nampak bersih
a. Warna rambut : hitam
b. Penyebaran : nampak merata
c. Mudah rontok : nampak rambut klien tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : nampak bersih

Palpasi
Benjolan: ada/tidak ada : tidak ada benjolan
Nyeri tekan: ada /tidak ada : tidak ada nyeri tekan
Tekstur rambut:kasar / halus : tekstur rambut klien agak kasar
7. Muka
Infeksi
a. Simetris / tidak : nampak wajah klien simetris antara kanan dan kiri
b. Bentuk wajah : nampak bulat
c. Gerakan abnormal: nampak tidak ada gerakan abnormal pada klien
d. Ekspresi wajah : nampak wajah klien meringis
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak terdapat nyeri tekan
Data lain :-
8. Mata
Infeksi
a. Pelpebra edema/ tidak : nampak tidak edema
Radang / tidak : nampak tidak ada radang
b. Sclera icterus / tidak : nampak tidak ikterus
c. Conjungtiva radang/ tidak : nampak tidak ada radang
Anemis/ tidak : nampak tidak anemis
d. Pupil isokor/ anisokor : pupil nampak isokor antara kanan dan kiri
myosis/ midriasis : nampak pupil myosis
e. Posisi mata
Simetris/tidak : nampak simetris antara kanan dan kiri
f. Gerakan bola mata : nampak normal
g. Penutupan kelopak mata : baik
h. Keadaan bulu mata : nampak keadaan bulu mata baik
i. Keadaan visus : nampak baik
j. Pengelihatan kabur/tidak : nampak ketajaman penglihatan baik dapat membaca
buku ± 30 cm)
diplopia / tidak : nampak tidak diplopia
Palpasi
Tekanan bola mata : tekanan bola mata baik tidak ada tanda-tanda abnormal
Data lain :-
9. Hidung dan sinus
Infeksi
a. Posisi hidung : nampak simetris
b. Bentuk hidung : nampak simetris antara kanan dan kiri
c. Keadaan septum : nampak tidak ada peradangan, perdarahan dan sumbatan
d. Secret /cairan : nampak tidak ada secret/cairan
Data lain : Fungsi penciuman baik
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : nampak simetris
b. Ukuran/ bentuk telinga : nampak simetris antara kanan dan kiri
c. Aurikel :-
d. Lubang telinga : nampak baik tidak ada tanda-tanda peradangan
e. Pemakaian alat bantu : nampak klien tidak menggunakan alat bantu
Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan uji pendengaran :
a. Rinne : normal
b. Weber : normal
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : normal
Data lain : Fungsi pendengaran klien baik dan tidak ada keluhan.
11. Mulut
Infeksi
a. Gigi
 Keadaan gigi : nampak keadaan gigi baik tidak ada masalah
 Karang gigi/karies : nampak terdapat karies gigi pada klien
 Pemakaian gigi palsu : nampak klien tidak menggunakan gigi palsu
b. Gusi
 Merah /radang / tidak : gusi nampak tidak ada peradangan
c. Lidah
Kotor / tidak : nampak tidak ada masalah pada lidah
d. Bibir

 Clanosis/pucat/tidak : nampak bibir klien tidak pucat


 Basah /kering / pecah : nampak bibir klie lembab
 Mulut berbau / tidak : mulut klien tidak berbau
 Kemampuan bicara : nampak kemampuan bicara klien baik
Data lain : tidak ada pembengkakan tonsil, fungsi
pengecapan baik, tidak ditemukan tanda-tanda peradangan dan perdarahan.
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : nampak mukosa lembab dan tidak ada masalah
b. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar tyroid membesar/tidak : nampak tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi
a. Kelenjar tyroid teraba/tidak : kelenjar tyroid dapat teraba
b. Kaku kuduk / tidak : normal/terdapat kaku kuduk
c. Kelenjar limfe membesar / tidak : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe
Data lain :-
14. Thoraks dan Pernafasan
a. Bentuk dada : simetris antara kanan dan kiri
b. Irama pernafasan : irama pernafasan klien vasikuler dan teratur
c. Pengembangan di waktu bernafas : simetris tidak ada masalah
d. Tipe pernafasan : pernafasan thorakoabdominal
Data lain : sesak (-) dan nyeri dada (-).
Palpasi
a. Taktil fremitus : teraba sama antara kanan dan kiri, tidak ada benjolan dan
pembengkakan.
b. Massa / nyeri : tidak terdapat massa/nyeri
Auskultasi
a. Suara nafas vesikuler/ Bronchial : suara nafas vesikuler
Bronchovesikuler
b. Suara tambahan di tenggorokan : tidak terdapat suara tambahan
Perkusi
Redup /pekak / /hypersonge / tympani : terdapat suara tympani
Data lain :-
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : ictus cordis tidak terlihat
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi
a. BJ I : terdengar tunggal, keras, regular (Lup)
b. BJ II : terdengar tunggal dan keras (Dup)
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan : tidak terdapat bunyi jantung tambahan
Data lain :-
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : nampak abdomen datar simetris kanan dan kiri
b. Ada luka / tidak : nampak tidak ada luka
Palpasi
a. Hepar : tidak ada pembesaran hepar
b. Lien : normal
c. Nyeri tekan : tidak terdapat nyeri tekan
Auskultasi
Peristaltik : bising usus 5-6 x/menit
Perkusi
a. Tympani : tidak ada bunyi tympani pada abdomen klien
b. Redup : tidak terdapat bunyi redup pada abdomen klien
Data lain :-
17. Genitalia dan Anus : Kebersihan genetalia dan anus terjaga karena
klien dapat menjaga personal hygiene (genetalia) dengan baik, tidak ada peradangan,
alat genetalianya terjaga kebersihannya.
18. Ekskremitas atas
a. Motorik
 Pergerakan kanan / kiri : baik tidak ada masalah
 Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal
 Kekuatan otot kanan / kiri : kanan dan kiri klien dapat di gerakkan dan dapat
melawanan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
 Tonus otot kanan / kiri : normal /tidak ada gangguan
 Koordinasi gerak : baik/normal
b. Refleks
 Biceps kanan/ kiri : normal tidak ada gangguan
 Triceps kanan / kiri :normal
c. Sensori
 Nyeri : tidak terdapat nyeri
 Rangsang suhu : klien dapat meresospon
 Rasa raba : klien dapat merespon
Ekstrimitas bawah
a. Motorik
 Gaya berjalan : berjalan dengan menggunakan tongkat dan
kadang - kadang di bantu oleh keluarganya karena fraktur tibia dan fibula
sinistra pada klien
 Kekuatan otot kanan/kiri : kaki kanan klien dapat di gerakkan dan dapat
melawanan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal dan kaki kiri
klien sulit untuk di gerakkan,serta terpasang backslab
 Tonus otot kanan / kiri : Terjadi gangguan integritas tulang (fraktur) dan
luka bekas operasi dengan tindakan pembedahan debridement dan backslab
pada kaki kiri klien sehingga tonus otot kaki kiri klien sulit untuk di
gerakkan
 Koordinasi gerak : menurun
b. Refleks
 KPR kanan/ kiri :-
 APR kanan/ kiri :-
 Babynsky kanan / kiri : -
c. Sensori
 Nyeri : terdapat nyeri pada bagian kaki kiri klien
 Rangsang suhu : klien dapat merespon
 Rasa raba : klien dapat merespon
Data lain :-
19. Status neurologi.
Saraf –saraf cranial
a. Nevrus I ( olfactorius):penghirup : tidak ada gangguan karena klien dapat mencium
bau parfum dan mangga
b. Nevrus II ( opticus ) : pengelihatan : tidak ada gangguan penglihatan
c. Nevrus III , IV, VI ( oculomotorius, trochlearis , abducens )
 Konstriksi pupil : normal tidak ada masalah
 Gerakan kelopak mata : normal tidak terdapat masalah
 Pergerakan bola mata : normal tidak terdapat masalah
 Pergerakan mata ke bawah/ dalam : normal tidak ada gangguan
d. Nevrus V(trigeminus )
 Sensibilitas : tidak ada gangguan
 Refleks dagu : tidak ada gangguan
 Refleks cornea : tidak ada gangguan
e. Nevrus VII ( facialis )
 Gerakan mimik : nampak klien meringis kesakitan.
 Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : tidak terganggu klien dapat mengecap
dengan baik
f. Nevrus VIII ( acusticus)
Fungsi pendengaran : tidak terdapat gangguan fungsi pendengaran
g. Nevrus IX & X ( glosopharingeus dan vagus )
 Refleks menelan : tidak terganggu
 Refleks muntah : tidak terganggu
 Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : tidak ada masalah
 Suara :
h. Nevrus XI (assesorius )
 Memalingkan kepala kekiri dan kekanan : normal tidak ada masalah
 Mengangkat bahu : dapat mengangkat bahu dan tidak ada gangguan
i. Nevrus XII (hypoglossus )
Deviasi lidah :
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk :-
b. Kernig sign :-
c. Refleks brudzinski :-
d. Refleks lasegu :-
Data lain :-
XI. Pemeriksaan tingkat perkembangan ( 0-6 tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar : -
2. Motorik halus : -
3. Bahasa : -
4. Personal social : -

XII. Tes diagnostik ( laboratorium,foto rotgen, CT scan, MRI, USG, EEG, ECG )

Data Penunjang / Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


HEMATOLOGI
Darah Rutin
WBC 10700 4000 – 10000 / UL
RBC 3,39 4,5 – 5,5 / 10 6 / UL
HGB 8,1 13 – 16 / gr / dl
HCT 25,4 39,0 – 48,0 / %
MCV 74,9 80,0 – 97,0 / FL
MCH 23,9 27,0 – 33,7 / pg
PLT 181000 150000 – 440000 / UL
Glukosa Adrondom 108 <140 mg / dl /
Ureum 37 10 – 50 mg / dl /
Creatinin 1,05 0,6 – 1,2 mg / dl /
Uric Acid 6,8 3,5 – 7,0 mg / dl /
Atrium, kalium, clorida 143 136 – 155 mmol / dl /
Natrium 4,0 3,5 – 5,5 mmol / dl /
Kalium

XIII. Terapi saat ini ( di tulis dengan rinci )

1. Infus RL. 20 tetes / menit


2. Inj. Terfacef 1 gr / 12 jam
3. Inj. Metronidazole 500 mg / 12 jam
4. Inj. Ketorolac 1 amp / 8 jam
5. Inj. Ranitidine 1 amp / 8 jam
6. Inj. Gentamycin 80 mg / 12 jam

DATA FOKUS
Nama klien / umur : An.B /9 tahun
Ruangan / No.kamar : Lambu Barakati / Kamar 14

Data subyektif Data obyektif


- Klien mengatakan kaki sebelah - klien tampak meringis
kirinya mengalami patah tulang akibat - klien tampak gelisah
kecelakaan dari mobil Pick up. - klien tampak bersikap protektif untuk
- Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri menghindari nyeri
- Klien mengatakan nyerinya seperti - tampak intensitas nyeri klien sedang
tertusuk-tusuk - tidak tampak haematoma pada sisi
- Klien mengatakan nyerinya hilang
fraktur.
timbul
- Klien mengatakan nyerinya berada di - Terpasang backslab dengan kondisi luka bersih.
skala 6 - TTV
- Klien mengatakan tidak bisa tidur TD : 110/80 mmHg
karena nyeri pada kaki kirinya N : 90 x/ menit
- Klien mengatakan tidurnya tidak puas P : 22 x/ menit
karena nyeri di kaki kirinya S : 35 oC
- Klien mengatakan pola tidur siang dan - Nampak mata klien sembab karena kurang tidur
malamnya berubah - Nampak klien sering menguap
- klien mengatakan kaki kiri sulit untuk - Klien nampak lesu
digerakkan karena terdapat luka bekas - Nampak pada bagian anterior kaki kiri klien
operasi 10 cm, serta terpasang tampak ada luka bekas operasi ± 10 cm dengan
backslab di kaki kiri. jumlah jahitan 10 jahitan.
- Nampak klien takut untuk menggerakan kaki
- Klien mengatakan takut jika
menggerakan kaki kirinya kirinya
- Klien mengatakan merasa cemas saat - Nampak kebutuhan klien di bantu oleh
bergerak karena takut kaki kirinya keluarganya
sakit - Nampak kekuatan otot menurun
- Klien mengatakan enggan untuk - Nampak gerakan klien terbatas
melakukan pergerakan - Klien tampak lemah
- Klien mengatakan kebutuhanya di - Terpasang infuse RL 20 tts/menit pada
bantu oleh keluarganya tangan kiri.
- nampak klien terpasang backslab pada kaki kiri

ANALISIS DATA
Nama klien / umur : An.B / 9 tahun
Ruangan / No.kamar : lambu barakati /kamar 14

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Trauma langsung/kecelakaan Nyeri akut
- Klien mengatakan kaki sebelah
kirinya mengalami patah tulang
akibat kecelakaan dari mobil Pick
up. Fraktur Tibia Fibula sinistra
- Klien mengatakan nyeri pada kaki
dan terpasang backslab
kiri
- Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan nyerinya hilang
Nyeri akut
timbul
- Klien mengatakan nyerinya berada
di skala 6

Do :
- klien tampak meringis
- klien tampak gelisah
- klien tampak bersikap protektif
untuk menghindari nyeri
- tampak intensitas nyeri klien
sedang
- tidak tampak haematoma pada sisi
fraktur.
- Terpasang backslab dengan
kondisi luka bersih.
- TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 90 x/ menit
P : 22 x/ menit
S : 35 oC
2. Ds : Post op debridement dan Gangguan pola
- Klien mengatakan tidak bisa tidur backslab
karena nyeri pada kaki kirinya tidur
- Klien mengatakan tidurnya tidak
puas karena nyeri di kaki kirinya Nyeri setelah post op
- Klien mengatakan pola tidur siang
dan malamnya berubah

Do : Kesulitan tidur
- Nampak mata klien sembab karena
kurang tidur
- Mata klien nampak kemerahan Gangguan pola tidur
karena kurang tidur
- Nampak klien sering menguap
- Klien nampak lesu

3. Ds : Post op Fraktur Tibia Fibula Gangguan


- klien mengatakan kaki kiri sulit sinistra
untuk digerakkan karena terdapat Mobilitas fisik
luka bekas operasi 10 cm, serta
terpasang backslab di kaki kiri. Keterbatasan gerak
- Klien mengatakan merasa cemas
saat bergerak karena takut kaki
kirinya sakit
- Klien mengatakan enggan untuk Gangguan Mobilitas fisik
melakukan pergerakan
- Klien mengatakan kebutuhanya di
bantu oleh keluarganya

Do :
- Nampak pada bagian anterior kaki
kiri klien tampak ada luka bekas
operasi ± 10 cm dengan jumlah
jahitan 10 jahitan.
- Nampak klien takut untuk
menggerakan kaki kirinya
- Nampak kebutuhan klien di bantu
oleh keluarganya
- Nampak kekuatan otot menurun
- Nampak gerakan klien terbatas
- Klien tampak lemah
- Terpasang infuse RL 20 tts/menit
pada
tangan kiri.
- nampak klien terpasang backslab
pada kaki kirinya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik


2. Gangguan pola tidur b.d restraint fisik
3. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang

RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut b.d Setelah di lakukan Manajemen nyeri
agen pencedera tindakan keperawatan Tindakan :
fisik selama 3x24 jam maka Observasi
tingkat nyeri menurun - Identifikasilokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualita
dengan kriteria hasil : s,intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun - Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi Terapeutik
membaik - Berikan teknik non farmakologis (terapi musik klasik
mozart) untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri
Edukasi
- Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemeberian analgetik
2. Gangguan pola Setelah di lakukan Dukungan tidur
tidur b.d tindakan keperawatan Tindakan :
restraint fisik selama 3x24 jam maka Observasi
pola tidur membaik - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor pengganggu tidur
1. Keluhan sulit tidur Terapeutik
meningkat - Modifikasi lingkungan
2. Keluhan tidak puas - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
tidur meningkat (atur posisi pasien )
3. Keluhan pola tidur Edukasi
berubah meningkat - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
4. Keluhan istirahat - Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
tidak cukup - Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
meningkat nonfarmakologi lainya
3. Gangguan Setelah di lakukan Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik tindakan keperawatan Tindakan :
b.d kerusakan selama 3x24 jam maka Observasi
integritas mobilitas fisik - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainya
struktur tulang meningkat dengan - Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
kriteria hasil: Terapeutik
1. Pergerakan - Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
ekstremitas meningkatkan pergerakan
meningkat Edukasi
2. Kekuatan otot - Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
meningkat - Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan
3. Rentang gerak
(ROM) meningkat
4. Gerakan terbatas
menurun
5. Kecemasan
menurun
6. Kelemahan fisik
menurun

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


STANDAR TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM
OPERASIONAL
PROSEDUR

Pengertian merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa
jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri
Tujuan Untuk menggurangi atau menghilangkan rasa nyeri
Indikasi Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut maupun kronis

Prosedur tindakan Tahap PraInteraksi


1. Menbaca status pasien
2. Menyiapkan alat.
3. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam teraupetik dan sapa nama pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjaga perivacy pasien
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien dan
keluarga
Tahap Kerja

1. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada ynag kurang
jelas

2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa beban fisik


3. Instruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi
udara
4. Intruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkanya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian betapanikmatnya
rasanya
5. Instruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat( 1-
2 menit )
6. Instruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan
secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,kaki,
menuju keparu-paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan,udara
yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kaki dan rasakan kehangatanya
8. Instruksiakan pasien untuk mengulani teknik-teknik ini apa bila rasa nyeri
kembali lagi
9. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan
secara mandiri
Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegistsn selanjutnya
3. Akhiri kegiatan dengan baik
4. Cuci tangan
5. Dokumentasi ( catat waktu pelaksanaan tindakan respons pasien )

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus fraktur pada anak sering kita temui dibanding cedera jaringan
lunak.Banyak dari klien anak yang fraktur tersebut mengalami komplikasi karena
tidak mendapatkan penanganan yang tidak tepat.Kebanyakan dari kasus fraktur
tersebut disebabkan oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologis yang
mendasarinya seperti rakitis yang mengarah pada fraktur spontan, kontraksi otot
yang kuat dan tiba-tiba, dan dorongan tidak langsung.Fraktur biasanya
menyebabkan rasa nyeri dan tidak nyaman dan hal ini merupakan hal yang wajar
dialami oleh setiap klien fraktur.Perawat dapat memberikan penatalaksanaan
berupa terapi farmakologi maupun non-farmakologi untuk mengurangi respon
nyeri tersebut.Perawat dapat mengajarkan teknik relaksasi, distraksi maupun
pemberian analgesic. Nyeri ini umumnya akan menghilang setelah tiga hari di saat
respon inflamasi telah selesai. Proses penyembuhan fraktur pada anak juga
biasanya lebih cepat disbanding orang dewasa, karena tulang pada anak masih
bersifat rawan dan fleksibel sehingga akan mebih cepat dalam proses
penyembuhannya.

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan perawat dapat memberikan
informasi, pengertian dan pendidikan tentang fraktur, tindakan yang perlu
dilakukan untuk menangani frakur. Perawat juga diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang penuh terhadap pasien yang mengalami fraktur.Pada mahasiswa,
diharapkan mahasiswa keperawatan mampu melakukan penelitian tentang fraktur
yang terjadi pada anak dan menetapkan masalah keperawatan dan intervensi yang
tepat pada klien fraktur pada anak.

Daftar Pustaka
Appley, Ag Dan Scloman, L, 1999, Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Edisi
7, Widya Medika: Jakarta.
Betz, C. L., Sowden, L. A. (2004/2009). Buku saku keperawatan pediatrik (Ed. 5)
(Eny Meiliya, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah Volume 3 Edisi 8,
EGC: Jakarta.
Depkes, RI, 1996, Asuhan Keperawatan pada Sistem Muskuloskeletal, Depkes RI,

Harefa, K. (2010). Pengaruh terapi musik terhadap intensitas nyeri pada pasien
pasca operasi di RSUD Swadana Tarutung tahun 2010. Diperoleh tanggal22
Desember 2013. Darihttp://manuskrip-terapi-musik-terhadap-intensitas-nyeri-pada-
pasien-pascaoperasi.pdf:Jakarta.

Nurarif, A. H. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing

Potter, P. A, & Perry, A.G (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan
praktik, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai