ABSTRAK
PERBANDINGAN TUJUAN NEGARA DAN LEGITIMASI KEKUASAAN NEGARA INDONESIA DENGAN NEGARA
LAIN
OLEH
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui tentang definisi sebuah negara, dan mengetahui tujuan kenapa ada atau berdirinya
sebuah negara tersebut. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini merupakan manusia pasti tinggal atau hidup dalam
suatu negara, jadi bagi manusia negara tersebut pasti memiliki tujuan dan kekuasaanya masing masing. Negara merupakan
organisasi masyarakat mendiami suatu wilayah. Tujuan dari sebuah negara secara umum merupakan menciptakan kebahagiaan
bagi rakyatnya. Legitimasi kekuasaan negara merupakan keyakinan masyarakat bahwa wewenang yang ada pada seseorang
maupun penguasa adalah wajar dan patut dihormati.
Adapun tujuan dari negara indonesia merupakan Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan
rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pada Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Dan legitimasi kekuasaan indonesia merupakan memakai teori kedaulatan rakyat, diamana semua
tergantung pada rakyatnya dan juga seperti dengan prinsip demokrasi.
BAB I : PENDAHULUAN
Negara merupakan suatu organisasi masyarakat yang mendiami wilayah tertentu, dan diikat oleh pemerintah yang
berdaulat. Negara pastilah memiliki suatu tujuan atau cita cita kenapa negara tersebut dapat berdiri, dan setiap negara
juga memiliki kekuasaannya masing-masing disetiap wilayah kekuasaan negara tersebut.
1.3 TUJUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Negara merupakan suatu organisasi masyarakat yang mendiami wilayah tertentu, dan diikat oleh pemerintah yang
berdaulat1. Definisi negara menurut para ahli, yaitu:
A. Roger H. Soltau
“Negara adalah alat agency atau wewenang /authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama.
B. Harold J. Laski
“Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan
yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu.
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama untuk mencapai terkabulnya
1
Soehardjo, 1994, Ilmu Negara Pertumbuhan Konstitusi Modern, (Semarang: Dahara Prize), Cet. 1, Hlm. 42.
keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik
oleh individu maupun oleh asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan
mengikat.
C. Miriam Budiardjo
“Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut
dan warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan(kontrol) monopolitis
dan kekuasaan yang sah” (Moh Kusnardi dan Bintan R Saragih, 1994;55-57).
D. Prof Sumantri
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan oleh karenanya dalam setiap organisasi yang bernama negara selalu
kita jumpai adanya organ atau alat perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya
kepada siapapun juga yang bertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaanya (Inu Kencana Syafiie,1994;16).
E. Prof Kranenburg
Negara adalah suatu sistem dan tugas-tugas umum dan organisasi-organisasi yang diatur, dalam usaha negara
untuk mencapai tujuannya, yang juga menjadi tujuan rakyat masyarakat yang diliputi, maka harus ada
pemerintah yang berdaulat.
F. Prof Hoogerwerf
Negara adalah suatu kelompok yang terorganisasi, yaitu suatu kelompok yang mempunyai tujuan-tujuan yang
sedikit banyak dipertimbangkan, bagian tugas dan perpaduan kekuatan-kekuatan. Anggota-anggota kelompok ini
para warga negara, bermukim disuatu daerah tertentu, negara memiliki di daerah ini kekuasaan tertinggi yang
diakui kedaulatannya. Ia menentukan bila perlu dengan jalan paksa dan kekerasaan, batas-batas kekuasaan dan
orang-orang dan kelompok dalam masyarakat didaerah ini. Hal ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa
kekuasaan negara pun mempunyai batas-batas, umpamanya disebabkan kekuasaan dan badan internasional dan
supranasional2.
Setiap negara pasti memiliki atau mempunyai tujuannya masing-masing. Tujuan negara inilah yang dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk mengatur kehidupan rakyatnya. Secara umum, tujuan terakhir setiap negara yang ada di dunia
merupakan menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya. Tujuan kebahagiaan disederhanakan menjadi 2 hal pokok, yaitu
1)keamanan dan keselamatan, dan 2) kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, praktik di lapangan sangat beragam,
dikarenakan beragamnya praktik tersebut dan meluasnya tujuan negara, terdapat teori yang bervariasi dalam
menjelaskannya. Di antara teori tersebut adalah:
2
Junaidi, 2016, Ilmu Negara Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum, (Malang: Setara Press), Hlm. 4.
3
I Dewa Gede, 2012, Ilmu Negara Sejarah Konsep dan Kajian Kenegaraan, (Malang: Setara Press), Hlm. 52.
Para juris sunni lebih melihat bahwa tujuan negara adalah memelihara agama dan umat atau rakyat. Banyak
yang
mengembangkan teori ini seperti Al-Mawardi dan Al-Ghazali, mereka berpendapat bahwa tujuan negara itu
mempertahankan dan memelihara agama serta memelihara hak hak rakyat dan keselamatan rakyat dan juga
menegakkan keadilan dalam pergaulan di masyarakat.
E. Teori Penjaminan Hak dan Kebebasan oleh Immanuel Kant
Teori tentang tujuan negara ini didasarkan asumsinya bahwa semua orang adalah merdeka dan sederajat
sejak lahir. Dengan dasar anggapan itu, Kant mengajarkan bahwa tujuan negara adalah menegakkan hak-hak dan
kebebasan-kebebasan warganya. Rakyat tidak usah tunduk pada undang-undang yang tidak terlebih dulu
mendapat persetujuan rakyat itu sendiridan bahwa rakyat dan pemerintah bersama-sama merupakan subjek
hukum dan bahwa hidup rakyat sebagai manusia dalam negara, bukanlah karena kemurahan hati pemerintah,
melainkan berdasarkan hak hak kekuatan sendiri4.
Tujuan dari negara indonesia sendiri sudah ada dan tertera dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke empat yang berbunyi “untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia ynag berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Legitimasi atau keabsahan merupakan keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yang ada pada
seseorang, kelompok, atau penguasa adalah wajar dan patut dihormati. Kewajaran itu berdasarkan presepsi bahwa
pelaksanaan wewenang itu sesuai dengan asas-asas dan prosedur yang sudah diterima secara luas dalam masyarakat dan
sesuai dengan ketentuan-ketentuan prosedur yang sah. David Easton mengatakan bahwa keabsahan atau legitimasi adalah
keyakinan dari pihak anggota masyarakat bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan
menerima tuntutan-tuntutan dari rezim tersebut (dilihat dari sudut pandang masyarakat). Jika dilihat dari sudut pandang
penguasa, A.M Lipset mengatakan bahwa legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan
kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat
itu.
A. Plato
Menyatakan bahwa negara memerlukan kekuasaan yang mutlak. Kekuasaan ini diperlukan untuk mengajari
warganya dengan nilai-nilai moral yang rasional5. Bagi Plato, individu memiliki kecenderungan yang keras
untuk bertindak atas dasar kepentingannya sendiri. Negara harus mencegah hal tersebut. Negara ideal menurut
Plato adalah negara yang mengandung ketidakadilan terhadap manusia, tidak ada kebebasan bagi manusia.
Untuk mendidik warganya, menurut Plato, negara harus dikuasai oleh para ahli pikir atau filsuf. Karena hanya
filsuf yang dapat membedakan antara mana yang baik dengan mana yang buruk.
B. Thomas Aquinas
Di zaman pertengahan, para pemikir pada saat itu menyatakan bahwa negara harus tunduk kepada
gereja(katolik). Negara adalah wakil gereja di dunia, dan gereja adalah wakil tuhan untuk menegakkan
kehidupan moral didunia. Menurut Thomas tidak ada seorang manusia yang secara asali mempunyai wewenang
atas manusia lain. Yang berwenang hanyalah satu, sang pencipta, dan segenap wewenang atas manusia harus
mendapat haknya dari wewenang yang pertama itu.
C. Niccolo Machiavelli
Machiavelli membatasi diri pada pertanyaan tentang teknik perebutan dan pertahanan kekuasaan oleh
seorang raja. Baginya politik dan moral merupakan dua bidang yang sama sekali tidak ada kaitannya. Menurut
Machiavelli dalam urusan politik perhatian terhadap norma-norma moral tidak pada tempatnya. Yang diperlukan
hanyalah sukses. Dia hanya mengenal satu kaidah etika politik yaitu yang baik adalah apa saja yang memperkuat
kekuasaan raja. Segala apa saja yang melayani tujuan tersebut harus dibenarkan. Seorang raja yang bijaksana
tidak boleh menepati janjinya jika hal tersebut dapat merugikan kepentingannya.
D. Hugo de Groot
Munculnya zaman pembaruan dan zaman pencerahan, dimana peran agama mulai lemah, dan orang kembali
lebih mendasarkan hidupnya pada peran ilmu yang rasional. Dan ada pemikiran yang memisahkan negara dari
gereja. Para pemikiran baru ini lebih menjelaskan kekuasaan negara secara rasional dan pragmatis. Hugo de
Groot yang memberikan alasan yang rasional bagi kemutlakkan kekuasaan negara. Kemutlakkan kekuasaan
negara diperoleh bukan karena negara dianggap sebagai wakil tuhan di dunia tetapi karena hal ini sebenarnya
menguntungkan rakyat sendiri.
E. Thomas Hobbes
Pikiran Groot ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes yang menekankan pentingnya kekuasaan
pada negara karena, kalau tidak, para warga akan saling bertengkar dalam memperjuangankan kepentingan
4
Deddy Ismatullah dan Asep, 2007, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif, (Bandung: CV Pustaka Setia), Hlm. 90
5
Arief Budiman, 1996, Teori Negara: Negara, Kekuasaan, dan Ideologi, (Jakarta: Gramdia Pustaka Utama, Hlm. 8.
mereka. Gagasan dasar filsafat negara Hobbes adalah bahwa negara harus kuat tanpa tanding, negara harus
menetapkan suatu tatanan hukum. Dalam negara Hobbes hukum meraja dengan mutlak. Untuk itu, menurut
Hobbes, perlunya diangkat seorang raja dengan kekuasaan yang mutlak, karena raja berdiri diatas
kepentingan warganya. Raja tidak dapat melanggar hukum, karena raja merupakan hukum iti sendiri.
F. George Hegel
Hegel berpendapat bahwa negara modern memiliki hak untuk memaksakan keinginannya kepada warga
negara. Karena negara mewakili keinginan umum, negara merupakan manifestasi dari sesuatu yang ideal dan
universal. Dengan mematuhi negara individu yang menjadi warga negara tersebut sedang dibebaskan dari
kelicikannya yang hanya mementingkan kepentingan dirinya yang sempit. Karena itu negara berada diatas
rakyat, lebih utama dan lebih tinggi daripada masyarakat yang dibawahnya. Dalam konsep hegel ini, negara
menjadi aparat yang didewakan, yang berhak, yang berhak menuntut apa pun dari warganya.
Macam-Macam Teori Kedaulatan
A. Teori Kedaulatan Tuhan
Teori yang mengatakan bahwa kekuasaan tertinggi itu yang memiliki adalah Tuhan. Jadi pada waktu itu ada
dua organisasi kekuasaan negara yang diperintah oleh raja, dan organisasi kekuasaan gereja yang dikepalai oleh
seorang paus, karena pada waktu itu juga organisasi gereja tersebut mempunyai alat perlengkapan yang hampir
sama dengan alat alat perlengkapan organisasi negara. Dan juga paus dianggap sebagai wakil tuhan.
B. Teori Kedaulatan Negara
Dari penganut teori ini menyatakan bahwa, kedaulatan atau kekuasaan itu tidak ada pada tuhan, tetapi pada
sebuah negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala sesuatu harus tunduk pada negara. Negara disini
dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptkan peraturan peraturan hukum, jadi adanya hukum itu karena
adanya negara, dan tiada satu hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.
C. Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori kedaulatan hukum yang memiliki bahkan merupakan kekuasaan tertinggi didalam suatu negara itu
adalah hukum itu sendiri. Karena baik raja maupun penguasa dan rakyat, bahkan negara itu sendiri semuanya
tunduk kepada hukum.
D. Teori Kedaulatan Rakyat
Teori ini menyimpulkan bahwa keuasaan tertinggi berada pada rakyatnya atau individu, karena individu-
individu itu dengan melalui perjanjian masyarakat membentuk masyarakat, dan kepada masyarakat inilah para
individu itu menyerahkan kekuasaan tersebut kepada raja. Jadi sesungguhnya raja itu mendapat kekuasaanya
dari individu-individu tersebut.
Dari macam macam teori kedaulatan diiatas dapat dikatakan Indonesia saat ini memakai teori kedaulatan rakyat.
Karena diIndonesia sendiri merupakan negara yang berdemokrasi dimana semuanya berada di tangan rakyat seperti
pemelihan presiden, masyarakat lah yang memilih secara langsung dengan cara pemilu tanpa ada pemilihan dari pihak
lain.
BAB III : PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Negara merupakan suatu organisasi masyarakat yang mendiami wilayah tertentu dan memiliki tujuan untuk
mensejahterakan rakyatnya atau warga negaranya, serta setiap negara memiliki kukasaannya masing masing yang
dipercaya oleh setiap warga negaranya. Seperti Indonesia yang memiliki tujuan dan legitimasi atau kekuasaan tersendiri
dan berbeda dengan negara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, I Dewa Gede. 2012. Ilmu Negara Sejarah, Konsep dan Kajian Kenegaraan.Malang:Setara Press
Junaidi, Muhammad. 2016. Ilmu Negara Sebuah Konstruksi Ideal Negara Hukum.Malang:Setara Press
Asshiddiqie, Jimmy. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:Makamah Konstitusi RI