Disusun oleh:
dr. Widya Ramadhanti
Pembimbing:
dr. Trinandika Ardhana, Sp.JP
Pendamping:
dr. Alberti Shintya Sari
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Taufik, dan HidayahNya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
penulis sampaikan kepada dr. Trinandika Ardhana, Sp.JP selaku dosen pembimbing
klinik, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulisan laporan
kasus mengenai “ACS+SVT+SYOK KARDIOGENIK” ini dapat diselesaikan dengan
lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran guna penyempurnaan penyusunan
laporan kasus ini sangat penulis harapkan, sehingga nantinya bisa memberikan hasil
akhir yang lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal Jantung (HF) adalah komplikasi yang sering terjadi akibat miokard
infark (MI). Beberapa faktor, seperti iskemia miokard berulang, ukuran infark,
ventricular remodeling, komplikasi mekanik, dapat terlihat dari disfungsi sistolik
ventrikel kiri dengan atau tanpa gejala klinik HF setelah MI.
2.1 Identitas
Nama : Ny. T
Umur : 71 tahun
Alamat : Kedungdalem-Dringu
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
Tanggal periksa : 20 September 2019
No RM : 19012XXX
2.2 Anamnesis
autoanamnesis
Keluhan utama : nyeri dada sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri sejak + 1 minggu yang
lalu. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, lamanya sekitar 30 menit, seperti tertimpa
beban atau terjepit. Nyeri dada menjalar ke punggung dan lengan kiri, nyeri timbul
ketika aktivitas dan berkurang ketika istirahat. Pasien juga mengeluhkan mudah ngos-
ngosan ketika berjalan + 200 m. Pasien juga mengeluh sesak ketika malam hari, kaki
kanan terasa nyeri, berkeringat dingin. Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), BAB (+),
BAK (+).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-), Penyakit jantung (-), Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Hipertensi (-), asma (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), DM (-), alergi
obat/makanan (-).
Riwayat Pengobatan
Berobat ke dokter umum keluhan tetap
Riwayat Kebiasaan
- Gorengan (+)
- Merokok (-)
- Minum kopi (+)
- Minum alkohol (-)
- Jamu (+)jamu warung
- Olah raga (-)
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-), wheezing
-/-
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-), wheezing
-/-
12. Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar, tidak ada pembesaran hepar dan lien
Palpasi : Supel (+), Nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
13. Ektremitas
Akral dingin Edema
- -
- -
-
- -
3 DIAGNOSIS BANDING
1. IMA
2. HF
Hb 13,6 11,7-15,5
Ht 48,4 34-50
Leukosit 16,600 3,6-11,0
Trombosit 463.000 150-440
Eritrosit 5,38 3,8-5,20
2.5 Resume
Anamnesa: nyeri dada sebelah kiri sejak + 1 minggu yang lalu, ngos-ngosan ketika
berjalan + 500 m, sesak, kaki kanan terasa nyeri, berkeringat dingin.
Pemeriksaan Fisik: tensi 140/90 mmHg, nadi 87 x / menit, reguler, pernafasan 24
x /menit, suhu 36,5 oC.
Pemeriksaan EKG menunjukkan T inverse di lead II, dan aVF serta lead V5-V6,
tampak ST elevasi di lead V1-V2 yang menunjukkan iskemia yang septal
dan LVH.
2.6 Diagnosis Kerja
IMA Inferolateral + HF + LVH
2.7 Penatalaksanaan
1. Nonfarmakologi
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya
b. Diet rendah lemak dan garam
c. Life style
2. Farmakologi
IVFD Hidromal 7 tpm
Inj. Furosemide 3x1
Inj. Furamin 2x1
Inj. Esomeprazole 2x1
Inj. Diviti 1x1
ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
Atorvastatin 0-0-20mg
Aspilet 1x80mg
Clopidogrel 1x75 mg
Angintris MR 2x1
Q-ten 2x100mg
Proclozam 0-010mg
2.8 Follow Up
Tanggal S O A P
20/09/201 nyeri dada (+), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
ngosan (+), sesak (+) tpm
9 Tensi: 200/110 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
Nadi: 81x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 24 x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36,5 oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Atorvastatin 0-0-
Telinga : dbn 20mg
Aspilet 1x80mg
Hidung : dbn
Clopidogrel 1x75
Mulut : kering (-) mg
Angintris MR 2x1
Leher : dbn
Q-ten 2x100mg
Thorax : BJ I-II regular Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
21/09/201 nyeri dada (+), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
ngosan (-), sesak (-) tpm
9 Tensi: 189/110 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
Nadi: 84x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 240x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Concir 1x2,5mg
Telinga : dbn Atorvastatin 0-0-
20mg
Hidung : dbn Aspilet 1x80mg
Mulut : kering (-) Clopidogrel 1x75
mg
Leher : dbn Angintris MR 2x1
Thorax : BJ I-II regular Q-ten 2x100mg
Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
22/09/201 nyeri dada (-), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + IVFD Hidromal 7
ngosan (-), sesak (-) tpm
9 Tensi: 180/104 mmHg HF + LVH
Inj. Furosemide 3x1
Nadi: 83x / menit, regular Inj. Furamin 2x1
Pernafasan: 20 x /menit Inj. Esomeprazole
2x1
Suhu : 36,8 oC Inj. Diviti 1x1
Mata : cekung (-), ISDN 2x5mg
Concir 1x2,5mg
CPA(-/-), SI (-/-) Atorvastatin 0-0-
Telinga : dbn 20mg
Aspilet 1x80mg
Hidung : dbn
Clopidogrel 1x75
Mulut : kering (-) mg
Angintris MR 2x1
Leher : dbn
Q-ten 2x100mg
Thorax : BJ I-II regular Proclozam 0-010mg
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
23/09/201 nyeri dada (-), ngos- KU : cukup, GCS 456 IMA Inferolateral + KRS
ngosan (), sesak (-) HF + LVH Furosemide 1x1
9 Tensi: 150/90 mmHg
Lansoprazole 1x1
Nadi: 81x / menit, regular ISDN 2x5mg
Pernafasan: 20 x /menit Concir 1x2,5mg
Atorvastatin 0-0-
Suhu : 36,5 oC 20mg
Aspilet 1x80mg
Mata : cekung (-),
Clopidogrel 1x75
CPA(-/-), SI (-/-) mg
Telinga : dbn Angintris MR 2x1
Q-ten 2x100mg
Hidung : dbn
Mulut : kering (-)
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler (+/+)
Suara tambahan (-/-)
Abdomen : Peristaltik (+)
normal, Nyeri tekan
epigastrium (-)
Ektremitas : akral hangat
(+/+) / (+/+)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Infark Miokard adalah oklusi koroner akut disertai iskemia yang berkepanjangan
yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel dan kematian (infark) miokard.
Iskemia sendiri merupakan suatu keadaan transisi dan reversible pada miokard akibat
ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan miokard yang menyebabkan
hipoksia miokard
Gagal Jantung (HF) adalah komplikasi yang sering terjadi akibat miokard infark
(MI). Beberapa faktor, seperti iskemia miokard berulang, ukuran infark, ventricular
remodeling, komplikasi mekanik, dapat terlihat dari disfungsi sistolik ventrikel kiri
dengan atau tanpa gejala klinik HF setelah MI.1
3.2 Epidemiologi
Prevalensi gagal jantung + 2-3% dari populasi pada umum > 45 tahun. Dalam satu
tahun nilai mortalitas 30-40%. Pada penelitian EuroHeart Faiure 9% dari pasien UK
meninggal selama penanganan, dan bisa bertahan selama 12 minggu. Insidensi dan
nilai dari perawatan rumah sakit denga gagal jantung meningkat cepat dan dapat
dilihat dari usia, rata-rata usia pasien dengan gagal jantung di UK adalah + 75 tahun.
3.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab IMA akibat adanya penyumbatan ini, terjadi gangguan pasokan suplai
energi kimiawi ke otot jantung (miokard), sehingga terjadilah gangguan
keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa risiko gagal jantung post-MI lebih tinggi
dalam pasien yang lebih tua, dan orang-orang dengan riwayat penyakit jantung dan
diabetes melitus. Prediktor awal gagal jantung pada usia tua, diabetes melitus, atau
gejala jantung sebelumnya, sementara prediktor gagal jantung adanya riwayat
hipertensi, jenis kelamin, takikardi, dan peningkatan serum creatine phosphokinase.
3.4 Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang dapat dijumpai adalah, sesak nafas, mudah lelah, tetapi
gejala ini sulit untuk diinterpretasikan, khususnya pada pasien usia lanjut, obesitas
dan pada perempuan. Kelelahan dapat meliputi cardiac output yang menurun,
hipoperfusi perifer. Edema perifer, peningkatan tekanan vena dan hepatomegali
merupakan tanda karakteristik dari kongesti vena sistemik.
Patofisiologi MI dengan Gagal Jantung
MI akan dapat mempengaruhi fungsi ventrikel: ventrikel yang sehat dapat
menjadi disfungsi secara cepat akibat iskemi miokard yang luas dan nekrosis
sebagian. Disfungsi pompa pada periode infarct dapat berlangsung lama karena
stunning miokard atau aritmia. Penyebab utama gagal jantung setelah MI pada
hampir semua pasien adalah banyaknya jumlah nekrosis miokard dengan remodeling
ventrikel.
Dapat diberikan pada pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri dan tanda
dari gagal jantung atau DM untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas.
Angiotensin II receptors blockers
Dapat diberikan sebagai alternative dari ACE-inhibitor pada pasien
asimptomatik yang intoleransi terhadap ACE-inhibitors.
ARBs dan ACE memiliki efikasi yang sama pada CHF terhadap mortalitas
dan morbiditas.
Cardiac glycosides
Indikasi pada atrial fibrilasi.
Digoxin tidak memiliki efek pada mortalitas tapi bias mengurangi angka
perawatan, pasien dengan gagal jantung karena disfungsi sistolik dan sinus
rithm diobati dengan ACE, beta bloker diuretic dan pasien dengan gagal
jantung berat diberikan spironolakton.
Kontraindikasi pemberian glikosida meliputi bradikadi, AV blok kedua dan
ketiga, sindrom sinus karotis, sindrom wolff-parkinson-white, hipertrofi
obstruksi kardiomiopati, hipokalemia dan hiperkalamia.
Dosis digoxn yang dpat diberikan 0,125-0,25 mg per oral jika serum kreatinin
dalam batas normal
Vasodilator agents in chronic heart failure
Pemberian obat ini tidak spesifik pada CHF tetapi dapat digunakan sebagai
terapi adjuvant angina
Pada kasus intoeransi ARBs dan ACE, kombinasi hydralazine/nitrat dapat
diberikan untuk mengurangi mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup
Nitrat bias diberikan untuk pengobatan angina atau dispneu.
Positive inotropic therapy
Pengulangan atau pemanjangan pengobatan dengan agen inotropik oral untuk
akan meningkatkan mortalitas dan tidak direkomendasikan pada CHF.
Pemberian inotropik secara intravena dapat diberikan pada pasien dengan
gagal jantung derajat sedang dengan tanda dari penyumbatan kedua paru dan
hipoperfusi bilateral.
Levosimendan memiliki efek yang bermanfaat pada gejala dan fungsi organ.
Anti-thrombotic agents
Pada CHF dengan atrial fibrilasi, tromboembolitik, thrombus ventrikel kiri.
Post-miokard infark, seperti aspirin atau anti koagulan oral direkomendasikan
sebagai profilaksis kedua.
Aspirin harus diperhatikan pada pasien dengan perawatan yang memburuk
karena berpotensi akan menyebabkan komplikasi perdarahan.