10
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
11
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
kaya dan miskin dalam masyarakat Trimurti. Dalam periode ini Umi Sarjono,
Indonesia. Suharti, dan Mudigdio, sudah menjadi
anggota atau mempunyai ikatan erat dengan
Berdirinya Gerwis PKI. Hal ini merupakan petunjuk jelas,
Para wakil enam organisasi wanita bahwa kaum Komunis mempunyai suara
berkumpul di Semarang pada 4 Juni 1950 penting dalam pendirian Gerwis. Meskipun
untuk melebur enam organisasi mereka Gerwis selalu menegaskan sebagai non-
masing-masing ke dalam satu wadah politik dan tidak mempunyai kaitan dengan
tunggal, yaitu Gerwis. Enam organisasi parpol manapun, seperti dinyatakan dalam
tersebut ialah Rukun Putri Indonesia anggaran dasarnya, namun pengaruh PKI
(Rupindo) dari Semarang, Persatuan Wanita tampak tertanam sangat mendalam pada
Sedar dari Surabaya, Isteri Sedar dari organisasi tersebut. Keinginan Komunis
Bandung, Gerakan Wanita Indonesia untuk membangun organisasi wanita yang
(Gerwindo) dari Kediri, Wanita Madura dari bisa dipimpinnya, tentu saja bukan
Madura, dan Perjuangan Putri Republik merupakan satu-satunya faktor bagi
Indonesia dari Pasuruan. berdirinya Gerwis. Para pendiri Gerwis itu
Tokoh-tokoh wanita tersebut memiliki sendiri mempunyai hasrat bersama yang
latar belakang sosial yang berbeda-beda, sungguh-sungguh, baik demi perjuangan
tapi semuanya bersama-sama terjun kemerdekaan nasional maupun mengakhiri
ditengah pergerakan nasional. Diantaranya berbagai politik feodalisme.
S.K. Trimurti. Beliau anggota Partindo, giat Hampir semua sejarah hidup para
dalam Wanita Partindo, dan juga anggota tokoh dan anggota Gerwani bercerita
Gerindo. Kemudian Salawati Daud, Walikota tentang kawin paksa, perceraian sepihak,
Makasar. Diantara mereka banyak wanita larangan bersekolah, atau penghinaan-
muda, seperti Sudjinah dan Sulami, penghinaan lain yang terasa sangat
sebelumnya sudah giat di dalam PPI menusuk hati mereka, maka mungkin sekali
(Pemuda Puteri Indonesia), organisasi hal-hal tersebut itulah yang berperanan
pemudi semasa perjuangan kemerdekaan sangat besar dalam meradikalkan para
yang berjiwa sosialis. Para anggota pendiri wanita tersebut. Beberapa dari mereka
lainnya termasuk Tris Metty, Sri Panggihan tertarik kepada PKI, karena hanya partai
(anggota PKI terkemuka dari Madiun), Sri inilah yang dilihat bersungguh-sungguh
Kusnapsiyah, Umi Sarjono (pendiri melawan berbagai praktik demikian.
Gerwindo), dan Suharti (ketua departemen Pemimpin Gerwis yang sangat
wanita CC PKI, ketua cabang Yogya) ( terkemuka, Ibu Munasiah, yang berbicara
Antara, Dinas Dalam Negeri. No. 160/A. 9 dengan garangnya dalam Kongres PKI 1924
Juni 1950). dan dibuang ke Digul, berasal dari
Ketua Gerwis yang pertama adalah Semarang. Dialah yang mengorganisasi
Tris Metty. Sebelumnya beliau adalah Ketua "Aksi Caping Keropak", yang terkenal
Rukun Putri indonesia yang berpolitik semasa perjuangan kemerdekaan itu. Ketika
mandiri, dan juga anggota Laskar Wanita organisasi yang masih muda ini sedang
Jawa Tengah. S.K. Trimurty dari Jogjakarta sibuk membenahi dirinya, dan membangun
sebagai wakil ketua dan Srie Kustijah dari cabang-cabangnya di seluruh Jawa dan di
Semarang sebagai penulis. Dalam rapatnya luar Jawa, memperketat pengawasannya
yang pertama, Gerwis telah mengajukan terhadap "keresahan sosial", pada Agustus
tuntutan kepada pemerintah, antara lain 1951 terjadi penangkapan terhadap tokoh-
minta supaya "fonds" pembangunan negara tokoh Gerwis, termasuk ibu Mudigdio dan
ditujukan bagi kemakmuran rakyat dan Ibu Trimurti. Keduanya diperiksa selama
menghendaki negara kesatuan yang 100 satu minggu dan oleh karena itu para
persen lepas dari "isme" penjajahan. anggota Gerwis giat dalam panitia
Kedudukan Tris Metty tersisihkan dalam "Pembelaan Korban Razzia Agustus".
konferensi di Yogya, untuk mempersiapkan
kongres I Gerwis, dan digantikan oleh S.K.
12
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
13
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
14
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
15
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
16
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
17
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
IGO/B masih belum dicabut, dan Parlemen Gerwani masih memberikan prioritas
masih belum memutuskan undang-undang perjuangannya pada hak-hak wanita di
perkawinan. Satu-satunya pasal dari dalam kegiatan praktis, seperti yang telah
program kerja 1957 yang dapat dicoret ditetapkan dalam program perjuangannya
hanyalah tentang bagi hasil, karena sudah itu.
berlebihan dengan adanyaundang-undang
baru. Gerwani merasa bahwa dukungan dari Afiliasi Gerwani dengan PKI
Presiden Sukarno sangat penting artinya Salah satu di antara masalah-
untuk keluarga PKI, yang di dalamnya masalah paling mendesak yang dihadapi
termasuk Gerwani. Karena itu pimpinan Gerwani dan yang juga menimbulkan
Gerwani berusaha mengundang Presiden diskusi-diskusi hangat terutama di kalangan
agar bersedia memberikan amanatnya pada pimpinan pusatnya adalah persoalan
pembukaan Kongres IV (Wierenga, 1999). "otonomi" organisasi dalam hubungannya
Pidato pembukaan Presiden Sukarno dengan pimpinan PKI. Khususnya karena
di depan Kongres IV tahun 1964 di Jakarta kejadian-kejadian dramatis sesudah Oktober
mengulangi masalah tentang peranan 1965, masalah ini perlu dianalisis dengan
Gerwani dalam melaksanakan persatuan lebih cermat.
mutlak seluruh bangsa berdasarkan Pada awal dasawarsa 1950-an terjadi
Nasakom, dan tentang ketidaksukaannya perdebatan sengit antara anggota-anggota
pada "ladies movement". Sukarno, yang organisasi (ketika itu masih Gerwis) yang
dalam bukunya Sarinah begitu fasih menginginkan organisasinya menjadi
membela emansipasi wanita dan perlunya organisasi dari orang-orang yang
reform perkawinan, sekarang hampir tidak berkesadaran sangat tinggi mengenai soal-
berbicara tentang kepentingan gender yang soal organisasi, khususnya soal-soal yang
diperjuangkan Gerwani. Resolusi yang lebih "feminis" seperti poligami, dengan di
ditetapkan Kongres IV diurutkan sebagai lain pihak anggota-anggota yang
berikut: Irian Barat, membantu pelaksanaan menginginkan masuknya juga orang-orang
land reform, undang-undang perkawinan yang tidak begitu sadar tentang soal-soal
yang demokratis, keamanan nasional, feminis, dan tidak begitu tertarik pada debat-
penurunan harga, dan perdamaian. Tidak debat berat dan kegiatan-kegiatan
terjadi perubahan penting dalam pimpinan, peningkatan kesadaran. Golongan kedua ini
walau terjadi amandemen peraturan dasar. berpendapat bahwa organisasi akan lebih
Perubahan penting di sini menambahi efektif jika memperluas keanggotaannya
dengan pernyataan kesetiaan pada manipol dikalangan massa, yang berangsur-angsur
di dailam mukadimah. dan dengan kerja keras akan ditingkatkan
Program perjuangan meliputi masalah kesadarannya. Dalam jangka panjang
hak-hak wanita, hak-hak anak-anak, khalayak yang lebih besar akan dijangkau,
demokrasi dan keamanan, kemerdekaan meskipun soal-soal yang diangkat tidak
penuh dan perdamian, dengan yang tersebut seluruhnya dibahas secara ideologis (baik
pertama paling dirinci. "Hak-hak wanita" dari sudut feminis maupun kiri) secara murni
dalam program perjuangan, yang pertama- seperti yang diinginkan. Golongan "murni"
tama ialah kesamaan hak dalam perkawinan kalah dalam pertarungan ini, dan golongan
dan pekerjaan, hak mengabdi untuk jabatan yang menghendaki Gerwis/Gerwani lebih
terpilih dan dalam lembaga politik, dan mendekat ke PKI dengan pendekatan garis
kesamaan hak atas tanah. Ke dua, Gerwani massanya mendapatkan kemenangan.
ikut bersama wanita tani mengatasi Meskipun demikian secara resmi Gerwani
masalah-masalah mereka. Terakhir, tidak pernah berafiliasi dengan PKI. Pada
mencantumkan perjuangan untuk penurunan bulan Desember 1965 rencananya akan
harga-harga dan diperbanyaknya balai diselenggarakan kongres yang akan
kesehatan. Dengan demikian, walau ada membahas masalah afiliasi ini. Mungkin
garis kesetiaan pada tujuan, seperti yang sekali gagasan afiliasi dengan PKI akan
dirumuskan Sukarno dan Aidit, namun
18
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
diterima kongres, tetapi peristiwa bulan politisasi dan polarisasi, Gerwani bergeser
Oktober 1965 menggagalkannya. semakin dekat dengan PKI. Perkembangan
Implikasi lain ialah bahwa organisasi ini terbawa oleh mereka yang mempunyai
sebenarnya belum pernah membahas keanggotaan rangkap, PKI dan Gerwani
secara terbuka masalah-masalah seperti sekaligus. Tetapi sampai saat terakhir
pembagian kerja seksual tradisional, Gerwani tidak pernah secara resmi menjadi
walaupun sejumlah kader telah berjuang bagian wanita PKI.
menentang ketidakadilan yang cukup nyata Pada tahun 1964, Gerwani mulai
pada tingkat perorangan. Beberapa kader meranang program-program kerja guna
dengan tegas menyebutkan usaha mereka mengembangkan dirinya dalam suasana
untuk mendidik anak-anak laki-laki agar mau politik yang semakin memanas. Program-
mengerjakan tugas-tugas rumah-tangga program itu meliputi: Hak-hak Wanita; Hak-
bersama-sama, dan suami juga diharapkan hak Anak; Hak-hak Demokrasi;
mengerjakan pekerjaan rumah-tangga yang Kemerdekaan Nasional yang Penuh; dan
umumnya dipandang nyaris sebagai tugas Perdamaian.
wanita saja. Pada tahun 1964 pemerintah a. Hak-hak Wanita
menginstruksikan semua ormas agar Program kerja pertama dan utama
mencari gandulan masing-masing pada dalam Gerwani adalah mengenai masalah
suatu parpol. hak-hak wanita. Hak-hak wanita yang
Kemerosotan ekonomi, kampanye menjadi program kerja Gerwani meliputi
anti-Malaysia, dan polarisasi yang semakin persamaan hak dengan laki-laki dalam
runcing antara PKI dan kekuatan kanan politik, hak perlindungan perkawinan, hak
sepanjang tahun 1962 sampai 1 Oktober memilih kewarganegaraan dalam
1965 mengakibatkan Gerwani (yang perkawinan campuran, hak wanita jika
menempatkan diri di tengah keluarga PKI menjadi janda, hak wanita kaum buruh, hak
dan sisi Soekarno) menjadi terseret di wanita dalam tata pemerintahan, hak
dalamnya. Dalam konfigurasi yang kompleks kesehatan, hak untuk turut melaksanakan
ini pimpinan Gerwani berusaha land reform. Paling tidak terdapat 22
mempertahankan identitasnya sendiri. program Gerwani yang memperhatikan
Gerwani tidak pernah menukar masalah hak-hak wanita.
perjuangannya untuk hak-hak wanita dengan b. Hak-hak Anak
partisipasi politik sepenuhnya di dalam poros Titik perhatian kedua dalam program
Soekarno-PKI. Ideologi resmi Gerwani kerja Gerwani adalah mengenai hak-hak
selama periode ini ialah: perjuangan demi anak. Kehidupan anak sangat erat dalam
hak-hak wanita tidak dapat dipisahkan dari rangkaian peran wanita dan dalam hal ini
perjuangan demi masyarakat sosialis, atau adalah ibu. Gerwani memandang hak-hak
perjuangan melawan imperialisme, maka anak tidak dapat dilepaskan dari hak-hak
dari itu Gerwani harus ambil bagian dalam wanita. Hak-hak anak dalam program
perjuangan untuk land reform dan Gerwani misalnya hak anak untuk bebas dari
konfrontasi dengan Malaysia. Hal ini buta huruf, hak anak untuk mendapat
merupakan beberapa alasan utama pendidikan, hak anak untuk mendapatkan
terciptanya stigma Gerwani sama dengan hiburan yang tidak bersifat cabul dan
PKI. propaganda perang.
Jadi ringkasnya hubungan Gerwani c. Hak Demokrasi; Kemerdekaan
dengan PKI adalah hubungan yang mendua Nasional yang Penuh; dan Perdamaian.
dan rumit. Pada umumnya Gerwani Gerwani memperhatikan hak-hak wanita
menyokong kampanye-kampanye politik dalam demokrasi, perdamaian, dan
terpenting yang dilancarkan PKI, tetapi juga kemerdekaan. Misalnya hak untuk turut serta
ada beberapa titik perselisihan di antara dalam usaha pembebasan Irian Barat.
keduanya. Pada awal dasa-warsa 1950-an,
ketika ketegangan politik meningkat dan
masyarakat Indonesia semakin mengalami KESIMPULAN
19
Santhet: Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora
Vol. 3, No. 1, April 2019, pp. 10-20
Available online at https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet DOI:
DAFTAR PUSTAKA
20