Disusun Oleh :
Kelompok 6
TAHUN AJARAN
2017/2018
KATA PENGANTAR
Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai
jenjang tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tidak lupa
pula kami berterima kasih kepada-Nya karena telah memberi kami waktu untuk
menyelesaikan makalah Kode Etik Profesi dan Pendekatan Terhadap Etis dan
Moral Keperawatan di Indonesia dan Negara Asean ( Malaysia, Philipina, dan
Thailand). Dalam proses pembuatan makalah ini kami sebagai tim penyusun
mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari
media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan baik.
Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya, juga membantu dalam pengumpulan bahan, penyusunan dan
pembuatan makalah.
Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai
kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di
makalah kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami
menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua
pembaca.
Kelompok 6
i
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah
etika. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang
mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek
profesional (Doheny et all, 1982).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk
yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawanb moral (Nila Ismani, 2001).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
BAB I
NAMA, BENTUK, SIFAT DAN AZAS ORGANISASI
Pasal 1
Nama Organisasi
Pasal 2
Bentuk Organisasi
Pasal 3
Sifat Organisasi
Pasal 4
Azas Organisasi
BAB II
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN
Pasal 5
Pembentukan
Pasal 6
Kedudukan
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 7
Maksud
Pasal 8
Tujuan
BAB IV
FUNGSI DAN PERAN
Pasal 9
Fungsi
Pasal 10
Peran
BAB V
LAMBANG/LOGO DAN ETIKA
Pasal 11
Lambang/Logo Organisasi
Pasal 12
Etika
BAB VI
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pasal 13
Susunan Organisasi
Pasal 14
Susunan Pengurus
1. Pengurus Pusat
2. Pengurus Daerah
3. Pengurus Cabang
Pasal 15
Dewan Pertimbangan
Sekretaris
Anggota
Pasal 16
Masa Kepengurusan
Pasal 17
Wewenang dan Kewajiban
BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA
Pasal 18
Musyawarah dan Rapat Kerja
Pasal 19
Musyawarah Nasional
Pasal 20
Musyawarah Nasional Luar Biasa
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah pengurus daerah HIPKABI
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana:
a. Diperlukan untuk mengganti Ketua Umum
b. Organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang
membahayakan Persatuan dan Kesatuan dan atau keadaan lainnya
yang membahayakan kelangsungan hidup organisasi
c. Apabila tidak diselenggarakan Musyawarah nasional Luar Biasa dalam
waktu 2 (dua) bulan sejak permintaan maka atas kesepakatan
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh pengurus HIPKABI dapat
dibentuk Tim Independen dengan tugas melaksanakan Musyawarah
Nasional Luar Biasa
12
Pasal 21
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh
a. Utusan PP HIPKABI
b. PD HIPKABI
c. PC HIPKABI dan/atau perwakilan dari rumah sakit di daerah tersebut
2. Musyawarah Daerah berwenang untuk:
a. Menilai laporan pertanggung jawaban PD HIPKABI
b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang daerah sebagai penjabaran
dari rencana kerja jangka panjang Organisasi
c. Memilih dan menetapkan ketua PD HIPKABI
Pasal 22
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh
a. Utusan PD HIPKABI
b. Perwakilan Rumah Sakit di wilayah kerja nya
2. Musyawarah Cabang berwenang untuk:
a. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC HIPKABI\
b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang cabang sebagai penjabaran
dari rencana kerja jangka panjang Organisasi
c. Memilih dan menetapkan ketua PC HIPKABI
Pasal 23
Organisasi Sub Seminat HIPKABI
Pasal 24
Rapat Kerja Nasional
PP HIPKABI
PD HIPKABI
PC HIPKABI
Pasal 25
Rapat Kerja Daerah
14
1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana
kerja di tingkat daerah
PD HIPKABI
Pasal 26
Rapat Kerja Cabang
PC HIPKABI
Pasal 27
Rapat Umum Pengurus
15
BAB VIII
KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 28
Sumber Keuangan
Pasal 29
Kekayaan Organisasi
Kekayaan organisasi terdiri atas; benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak
yang digunakan untuk kegiatan organisasi
BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Pasal 30
BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 31
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat diadakan di dalam suatu Munas
(Musyawarah Nasional)
17
BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 32
Pembubaran Organisasi
BAB XII
PENUTUP
Pasal 33
Penutup
1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut
dalam anggaran rumah tangga
BAB I
UMUM
Pasal 1
Penjelasan Umum
18
1. Yang dimaksud dengan perawat kamar bedah dalam organisasi ini adalah
seseorang yang telah menempuh serta lulus dalam pendidikan formal
dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan
oleh pemerintah/ terakreditasi dan telah lulus dari pendidikan dasar diganti
Pelatihan Keterampilan Dasar perawat kamar bedah
2. Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia yang selanjutnya disingkat
HIPKABI merupakan pembaharuan dan perpaduan serta kelanjutan dari
berbagai macam dan corak organisasi seminat yang sejenis yang berdiri
sejak 15 November 2000 pada saat acara pertemuan perawat kamar bedah
seluruh Indonesia di Dr RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta, tersebar di
seluruh tanah air dengan visi, misi dan tujuan yang sama
3. HIPKABI adalah organisasi profesi seminat yang program kerjanya
terutama menekankan pada kegiatan yang meningkatkan mutu dan
ketrampilan perawat kamar bedah di Indonesia
4. Ruang lingkup dan keanggotaan HIPKABI adalah seluruh tenaga
keperawatan di kamar bedah baik yang masih aktif maupun tidak aktif
termasuk pensiunan serta tenaga lain yang memiliki komitmen yang tinggi
guna memajukan organisasi
5. Keperawatan kamar bedah adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan perioperatif
yang merupakan area praktek spesifik untuk menyediakan asuhan
keperawatan pada klien yang akan dilakukan pembedahan, perioperatif
mencakup tiga fase; yaitu pre, intra, dan post operasi. Pre operatif dimulai
dari klien tiba diruang penerimaan sampai dengan klien masuk kamar
bedah. Intra operatif dimulai dari klien masuk kamar bedah dan berakhir
sampai dengan klien masuk ruang pemulihan/ Unit pelayanan post
anesthesi, sedangkan Post operatif adalah mulai dari dari klien masuk
kamar pemulihan sampai kondisi pulih dan interfensi operasi
6. Profesi keperawatan kamar bedah dalam anggaran rumah tangga ini adalah
pelayanan keperawatan kamar bedah dengan kriteria sebagai berikut:
19
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Syarat - Syarat Anggota
Anggota HIPKABI terdiri dari:
1. Anggota penuh
a. Warga negara Indonesia
b. Seorang perawat yang masih bekerja di kamar Bedah dan/atau perawat
yang memiliki minat di kamar bedah
c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh organisasi
d. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HIPKABI melalui pengisian
formulir keanggotaan pada unit organisasi terkait
2. Anggota kehormatan
Seorang perawat dan/atau bukan perawat yang berkontribusi dan memiliki
komitmen dalam pengembangan HIPKABI yang telah di tetapkan oleh
pengurus pusat
Pasal 3
Syarat - Syarat Pembuatan Kartu Anggota
1. PD diberi kewenangan membuat kartu anggota dengan nomor registrasi
dari PP HIPKABI
20
Pasal 4
Kewajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar dan
Angaran Rumah Tangga organisasi
2. Membayar uang pangkal dan uang iuran organisasi kecuali anggota
kehormatan
3. Mentaati dan melaksanakan kewajiban organisasi
4. Menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi
5. Menyampaikan usul-usul dan saran-saran untuk mencapai tujuan yang
digariskan dalam program kerja
6. Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekuen dan konsisten
pada hal-hal yang bersifat positif
7. Setiap calon anggota yang akan menjadi anggota membayar uang pangkal
organisasi sebesar Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
8. Setiap anggota diwajibkan membayar uang iuran organisasi sebesar Rp.
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan
9. Biaya pembuatan/perpanjangan KTA sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh
lima ribu rupiah)
Pasal 5
Hak Anggota
Pasal 6
Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti atau hilang keanggotaannya karena:
a. Meninggal dunia
b. Permintaan sendiri secara tertulis
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat melalui rapat pengurus baik di
tingkat Pusat, Daerah maupun Cabang setelah terbukti berbuat hal-hal
yang merugikan organisasi
2. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri anggota diatur dalam
peraturan organisasi
Pasal 7
Pengkaderan
1. Untuk kesinambungan organisasi perlu dibina kader-kader pemimpin
2. Kader-kader tersebut telah diteliti dan disaring dengan kriteria:
a. Memiliki prestasi, dedikasi, kecukupan waktu, dan loyalitas kepada
organisasi
b. Mempunyai bakat pengetahuan dan pengalaman serta kepemimpinan
di dalam organisasi keperawatan kamar bedah
c. Tidak pernah melakukan tindakan tercela
3. Ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu tentang pengkaderan diatur
melalui peraturan organisasi yang di sahkan oleh PP HIPKABI
Pasal 8
Sanksi
2. Tata cara pemberian sanksi harus diatur lebih lanjut melalui peraturan
organisasi yang dikeluarkan oleh pengurus pusat
22
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
BAB III
SUSUNAN KEPENGURUSAN
Pasal 9
Komposisi Kepengurusan
1. Komposisi Pengurus Pusat HIPKABI terdiri dari:
a. Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
b. Sekretaris Umum
Sekretaris I
Sekretaris II
c. Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II
d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM
Ketua
Anggota
e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi
Ketua
Anggota
f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan
Ketua
23
Anggota
g. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Ketua
Anggota
h. Bidang Humas dan Publikasi
Ketua
Anggota
2. Komposisi Pengurus daerah dan/atau pengurus cabang terdiri dari:
a. Ketua
Wakil Ketua
b. Sekretaris
Wakil Sekretaris
c. Bendahara
Wakil Bendahara
d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM
Ketua
Anggota
e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi
Ketua
Anggota
f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan
Ketua
Anggota
g. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Ketua
Anggota
h. Bidang Humas dan Publikasi
Ketua
24
Anggota
3. Ketua, sekretaris, bendahara tidak boleh merangkap jabatan sebagai
pengurus inti (Ketua, Sekretaris, Bendahara) pada organisasi seminat
lainnya
BAB IV
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS
Pasal 10
Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus
b. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas antara ketua I dan Ketua II,
sekretaris umum, bendahara dan koordinator bidang
d.1. Penerimaan, teridiri dari hasil iuran uang pangkal dari usaha-usaha lain
d.2. Pengeluaran, terdiri dari biaya pengurus, tata usaha, perjalanan, biaya
sosial, pengeluaran proyek, serta program-program lain
9. Tugas dan tanggung jawab koordinaator bidang hukum dan tertib organisasi:
11. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang humas dan publikasi:
BAB V
PEMILIHAN PENGURUS DAN PENGAKUAN SYAHNYA PENGURUS
Pasal 11
Pengurus HIPKABI Pusat
Pasal 12
Pengurus HIPKABI Daerah
4. Pengurus daerah HIPKABI dilantik oleh Ketua Umum atau Sekretaris Umum,
atau Ketua I, atau Ketua II PP HIPKABI
28
Pasal 13
Pengurus HIPKABI Cabang
4. Pengurus cabang HIPKABI dilantik oleh Ketua atau Sekretaris, atau Wakil
Ketua PD HIPKABI
Pasal 14
Syarat- Syarat Pengurus Organisasi
Pasal 15
Penggantian Pengurus Antar Waktu
d. Tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun
berturut-turut
a. Untuk pengurus pusat dilakukan oleh rapat pleno pusat setelah berkonsultasi
dengan Dewan Pertimbangan Pusat
b. Untuk pengurus daerah dilakukan oleh pengurus pusat atas usul pengurus
Daerah setelah berkonsultasi dengan dewan pertimbangan daerah
c. Untuk pengurus cabang dilakukan oleh pengurus daerah atas usul pengurus
cabang setelah berkonsultasi dengan dewan pertimbangan cabang dan
dilaporkan kepada pengurus pusat
30
Pasal 16
Pengisian Kekosongan Kepengurusan
1. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus pusat dilakukan melalui rapat
pleno
Pasal 17
Pembentukan PD dan PC
BAB VI
MUNAS ,MUSDA DAN MUSCAB
31
Pasal 18
Syarat Syah Musyawarah
Pasal 19
Pengambilan Keputusan
2. Apabila musyawarah dan mufakat seperti yang dimaksud pada ayat 1 (satu)
pada pasal ini tidak memungkinkan, maka sebagai jalan terakhir diadakan
pemungutan suara atas dasar suara terbanyak
Pasal 20
Hak Suara Dalam Musyawarah Nasional
a. Pengurus PPNI
c. Utusan RS
Pasal 21
Hak Suara Dalam Musyawarah Daerah
a. PD HIPKABI
2. Setiap peserta Musyawarah Daerah memiliki satu hak suara, kecuali utusan
pengurus PP HIPKABI yang bertindak sebagai Peninjau
4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PD maka hak suara
ditentukan dalam tata tertib musyawarah daerah
Pasal 22
Hak Suara Dalam Musyawarah Cabang
a. PC HIPKABI
2. Setiap peserta Musyawarah Cabang memiliki satu hak suara, kecuali utusan PD
HIPKABI yang bertindak sebagai pengamat
4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PC maka hak suara
ditentukan dalam tata tertib musyawarah cabang
BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
Pasal 23
Jenis Pelatihan
c. Orthopedi
d. Bedah saraf
Pasal 24
Peserta Pelatihan
a. Perawat kamar bedah yang telah bekerja di kamar operasi lebih dari 3 tahun
b. Membawa surat tugas dari institusi kerjanya atau surat keterangan lama kerja
di kamar bedah
a. Perawat kepala
b. Dan atau perawat yang bekerja di bagian yang sesuai jenis pelatihan Lanjutan
Pasal 25
Penyelenggara Pelatihan
5. Rumah Sakit yang dimaksud dalam ayat 4 adalah rumah sakit yang memenuhi
st�ndar dan kriteria yang tetapkan oleh PP HIPKABI
Pasal 26
Kurikulum, Modul dan Sertifikat
Pasal 27
Pengajar / Instruktur Pelatihan
Pasal 28
Seminar / Symposium
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 28
Alokasi Keuangan
2. Pembagian uang hasil usaha dari unit pelaksana teknis atau usaha-usaha lain
Unit Pelaksana usaha 60% dari pendapatan bersih, sisanya sebanyak 40%
dialokasikan dengan rincian sebagai berikut:
a. PC sebanyak 40%
b. PD sebanyak 40%
c. PP sebanyak 20%
BAB IX
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur
dalam Peraturan Organisasi
JABATAN NAMA
B. ASEAN
Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi
masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang
posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum
memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat
mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan
kesehatan.
41
perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek dalam masalah hukum. Dan
yang menjadi pertanyaan ”kemana hak dan jasa untuk profesi keperawatan?“.
Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup
dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang
kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran