Anda di halaman 1dari 46

Makalak Aspek Legal Keperawtan

Kode Etik Profesi dan Pendekatan Terhadap Etis

dan Moral Keperawatan di Indonesia dan Negara ASEAN

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Apriana Viet 20146320226


Anjas Asmara 20146310180
Ignasius 20146310217
Novi Safitri 20146320241
Siti Aisyah 20146320189

PRODI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN SINGKAWANG

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

TAHUN AJARAN

2017/2018
KATA PENGANTAR

Terima kasih kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menerima ilmu hingga kami telah mencapai
jenjang tertinggi dalam status pendidikan, yaitu sebagai mahasiswa. Tidak lupa
pula kami berterima kasih kepada-Nya karena telah memberi kami waktu untuk
menyelesaikan makalah Kode Etik Profesi dan Pendekatan Terhadap Etis dan
Moral Keperawatan di Indonesia dan Negara Asean ( Malaysia, Philipina, dan
Thailand). Dalam proses pembuatan makalah ini kami sebagai tim penyusun
mengalami berbagai hambatan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari
media yang memadai, makalah ini dapat tertuntaskan dengan baik.
Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya, juga membantu dalam pengumpulan bahan, penyusunan dan
pembuatan makalah.
Tentunya sebagai manusia, kami sebagai penyusun tak lepas dari berbagai
kesalahan, dan kami menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat di
makalah kami ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca
sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami susun. Harapannya agar kami
menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga bermanfaat bagi semua
pembaca.

Singkawang , 29 September 2017

Kelompok 6

i
ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap
pada kesejahtraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
hariya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah
etika. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga keperawatan yang
mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek
profesional (Doheny et all, 1982).
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk
yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawanb moral (Nila Ismani, 2001).

Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-


kaidah dalam suatu kehidupan bersama; atau keseluruhan peraturan tingkah
laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Berkembang di dalam masyarakat dalam
kehendak, merupakan sistem peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan
kultural karena tumbuh dan berkembang bersama masyarakat (Mertkusumo
S).

Tujuan adanya etika dan hukum keperawatan adalah untuk


memberikan gambaran kepada penulis tentang etika dan hukum keperawatan
dan cara penanganannya menurut konsep ilmu. Etika dan hukum keperawatan
memberikan gambaran tentang apa yang harus dilakukan dan kesulitan –
kesulitan yang akan dihadapi saat penulisan makalah. Dengan etika dan
hukum keperawatan, seorang penulis mampu mengambil sikap dan keputusan
yang tepat dalam mengatasi masalah penulisan makalah. Oleh karena itu,
makalah ini akan membahas tentang Kode Etik Profesi dan Pendekatan
Terhadap Etis dan Moral Keperawatan di Indonesia dan Negara Asean.
2

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kode Etis Keperawatan (HIPKABI)

ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
BAB I
NAMA, BENTUK, SIFAT DAN AZAS ORGANISASI

Pasal 1
Nama Organisasi

Organisasi ini diberi nama Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia


disingkat HIPKABI (Indonesian Operating Room Nurses Association
disingkat IORNA)

Pasal 2
Bentuk Organisasi

Organisasi ini sebagai wadah yang menghimpun perawat kamar bedah


seluruh Indonesia di bawah PPNI

Pasal 3
Sifat Organisasi

HIPKABI adalah organisasi perawat yang bersifat bebas, demokratis,


bertanggung jawab dan aspiratif serta tidak berafiliasi pada organisasi
sosial politik apapun
3

Pasal 4
Azas Organisasi

HIPKABI berazaskan Pancasila dan UUD 1945 dengan bercirikan kemitraan,


kebersamaan, gotong royong, musyawarah & mufakat untuk mencapai tujuan

BAB II
PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN

Pasal 5
Pembentukan

1. HIPKABI dibentuk di Jakarta pada tanggal Limabelas Bulan November


Tahun Dua ribu, pukul Limabelas, Waktu Indonesia Bagian Barat

2. HIPKABI dibentuk untuk jangka waktu yang tidak ditentukan

Pasal 6
Kedudukan

1. PP HIPKABI berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia

2. PD berkedudukan di Ibukota Propinsi dan PC berkedudukan di


Kabupaten/kota/wilayah atau gabungan Kabupaten dan Kotamadya
4

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 7
Maksud

Menjadikan HIPKABI sebagai wadah untuk mempersatukan perawat


kamar bedah di seluruh Indonesia

Pasal 8
Tujuan

1. Menjadikan HIPKABI sebagai tempat untuk menggali dan


mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) perawat kamar
bedah berstandar internasional

2. Menjadikan HIPKABI tempat untuk menambah wawasan, ilmu,


pengetahuan dan ketrampilan khususnya tentang keperawatan kamar
bedah sesuai perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Terbinanya sikap solidaritas bagi sesama anggota dalam


mempertanggung-jawabkan hak-hak dan kewajibannya sebagai perawat
kamar bedah

BAB IV
FUNGSI DAN PERAN

Pasal 9
Fungsi

1. Organisasi ini berfungsi untuk menampung aspirasi dan kreatifitas anggota


untuk mencapai tujuan bersama
2. Memberikan perlindungan dan advokasi terhadap anggotanya
5

Pasal 10
Peran

Organisasi ini berperan untuk mengarahkan dan memelihara serta mewujudkan


cita-cita perawat kamar bedah yang mandiri dan profesional yang berstandar
internasional

BAB V
LAMBANG/LOGO DAN ETIKA

Pasal 11
Lambang/Logo Organisasi

Lambang HIPKABI perwujudan dari:

1. Bendera Merah Putih berkibar


Melambangkan organisasi ini adalah perhimpunan perawat kamar bedah
yang berkibar diseluruh wilayah Indonesia
2. Anyaman tambang membentuk lingkaran penuh
Melambangkan ikatan persatuan dan persaudaraan, diantara sejawat
perawat kamar bedah di seluruh Indonesia
3. Dua garis tepi lingkaran berwarna putih
Melambangkan jalinan rasa persahabatan yang tulus diantara sejawat
perawat kamar bedah di Indonesia
4. Tulisan dalam lingkaran
Melambangkan nama organisasi ini adalah Himpunan Perawat Kamar
Bedah Indonesia/ Indonesian Operating Room Nurses Association
5. Bintang berwarna kuning
Melambangkan bahwa organisasi ini dapat berkembang dan bersinar
diantara organisasi-organisasi seminat lainnya diIndonesia
6. Dasar tulisan dalam lingkaran berwarna merah marun
6

Melambangkan organisasi ini berani dalam menghadapi persaingan bebas


bagi perawat kamar bedah di era globalisasi
7. Gambar tangan memegang pemegang jarum
Melambangkan organisasi ini sebagai wadah bagi sejawat perawat kamar
bedah yang mampu memberikan pelayanan pembedahan yang optimal
8. Gambar tangan menerima pemegang jarum
Melambangkan bahwa perawat kamar bedah harus dapat bekerjasama dan
diterima dalam tim dimanapun dia berada
9. Dasar lingkaran berwarna biru dongker
Melambangkan organisasi yang besar bagaikan samudera yang luas yang
mampu menampung aspirasi sejawat perawat kamar bedah di Indonesia

Pasal 12
Etika

1. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan perawat kamar bedah dalam


bentuk apapun yang mengatasnamakan HIPKABI harus sepengetahuan
organisasi yang lebih tinggi

2. Setiap pembentukan organisasi yang berkaitan dengan kegiatan kamar


bedah harus sepengetahuan dan mendapat ijin dari PP HIPKABI

BAB VI
SUSUNAN DAN KEPENGURUSAN ORGANISASI

Pasal 13
Susunan Organisasi

Susunan organisasi terdiri dari organisasi tingkat Pusat, Provinsi,


Kabupaten/Kota/gabungan kabupaten dan/atau kota
7

Pasal 14
Susunan Pengurus

Susunan pengurus organisasi terdiri dari:

1. Pengurus Pusat
2. Pengurus Daerah
3. Pengurus Cabang

Pasal 15
Dewan Pertimbangan

1. Dewan Pertimbangan merupakan badan organisasi yang tugas pokoknya


memberikan pertimbangan, arahan, nasehat, saran dan petunjuk kepada
Pengurus Pusat, PD dan PC HIPKABI baik diminta maupun tidak diminta
demi kemajuan dan pengembangan organisasi
2. Dewan Pertimbangan terdiri dari
 Ketua

 Sekretaris

 Anggota

Dewan pertimbangan dapat dibentuk sampai dengan kepengurusan cabang

Pasal 16
Masa Kepengurusan

1. Pengurus Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia dipilih untuk masa


bakti 5 (Lima) tahun

2. Ketua Umum, Ketua Pengurus daerah, Ketua Pengurus cabang hanya


dapat dipilih untuk 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut
8

Pasal 17
Wewenang dan Kewajiban

1. Pengurus Pusat adalah pelaksana organisasi tertinggi yang bersifat kolektif


dan kolegial di tingkat pusat

a. Dalam melaksanakan tugasnya pengurus pusat berwenang

1) Menentukan dan melaksanakan kebijakan organisasi ditingkat


nasional berdasarkan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga,
Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah
Nasional, hasil rapat tingkat nasional serta peraturan organisasi
lainnya
2) Menentukan dan mensyahkan kompetensi perawat kamar bedah
3) Bertindak untuk dan atas nama organisasi secara nasional dalam
mewakili organisasi baik di dalam maupun luar negeri
4) Kebijakan seperti pasal 17a point (i) dinyatakan sah bila
ditandatangani oleh ketua umum dan Sekretaris Umum
5) Mewakili organisasi di dalam maupun di luar pengadilan
6) Mensyahkan kepengurusan Daerah
b. Pengurus Pusat HIPKABI berkewajiban

1) Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah


nasional

2) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi


berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-
Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah Nasional,
hasil rapat tingkat nasional serta peraturan organisasi lainnya
3) Melaksanakan pembinaan organisasi secara berjenjang
9

2. Pengurus Daerah adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif


di provinsi
a. Pengurus Daerah berwenang
1) Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi diwilayah
kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga,
Garis-Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah
nasional, dan hasil rapat tingkat nasional maupun tingkat daerah
serta peraturan organisasi lainnya

2) Mensyahkan dan melantik kepengurusan Cabang

b. Pengurus Daerah berkewajiban

1) Memberikan pertanggungjawaban organisasi pada musyawarah


daerah
2) Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi
diwilayah kerjanya berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran
Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah nasional dan hasil rapat
tingkat nasional, maupun daerah serta peraturan organisasi lainnya
3. Pengurus Cabang adalah badan pelaksana organisasi yang bersifat kolektif
di Kabupaten / Kota
a. Pengurus Cabang berwenang
1) Menentukan kebijaksanaan organisasi diwilayah kerjanya
berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-
Garis Besar Program Kerja, Keputusan Musyawarah nasional,
Daerah, cabang dan hasil rapat tingkat nasional, daerah dan
cabang serta peraturan organisasi lainnya
b. Pengurus Cabang berkewajiban
1) Memberikan pertanggungjawaban pada musyawarah cabang
2) Melaksanakan segala ketentuan kebijaksanaan organisasi
berdasarkan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga, Garis-
Garis Besar Program Kerja
10

BAB VII
MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA

Pasal 18
Musyawarah dan Rapat Kerja

Musyawarah dan rapat kerja diatur sebagai berikut:

1. Musyawarah Nasional (Munas)


2. Musyawarah Daerah
3. Musyawarah Cabang
4. Musyawarah Luar Biasa
5. Rapat Kerja terdiri dari:
 Rapat Kerja Nasional
 Rapat Kerja Daerah
 Rapat Kerja Cabang
6. Rapat Pimpinan

Pasal 19
Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional (MUNAS) merupakan pemegang kedaulatan dan


pelaksanaan kekuasaan tertinggi organisasi

2. Musyawarah Nasional diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri


oleh:
 PP HIPKABI
 PD HIPKABI
 PC HIPKABI
 Organisasi sub Seminat dibawah HIPKABI
11

3. Musyawarah Nasional berwenang untuk:


a. Menetapkan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HIPKABI
b. Menilai laporan pertanggung jawaban PP HIPKABI
c. Menetapkan rencana jangka panjang organisasi HIPKABI
d. Memilih dan menetapkan Ketua Umum
4. Penundaan Musyawarah Nasional mengikuti aturan sebagai berikut
a. Musyawarah Nasional paling lama 6 (enam) bulan atas persetujuan
pengurus PP HIPKABI
b. Apabila setelah ditunda 6 (enam) bulan ternyata tidak dapat
dilaksanakan musyawarah nasional, maka atas kesepakatan sekurang-
kurangnnya 2/3 dari seluruh pengurus HIPKABI Daerah dapat
dibentuk "Tim independen" dengan tugas melaksanakan Musyawarah
Nasional

Pasal 20
Musyawarah Nasional Luar Biasa
1. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh jumlah pengurus daerah HIPKABI
2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana:
a. Diperlukan untuk mengganti Ketua Umum
b. Organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang
membahayakan Persatuan dan Kesatuan dan atau keadaan lainnya
yang membahayakan kelangsungan hidup organisasi
c. Apabila tidak diselenggarakan Musyawarah nasional Luar Biasa dalam
waktu 2 (dua) bulan sejak permintaan maka atas kesepakatan
sekurang-kurangnya 2/3 dari seluruh pengurus HIPKABI dapat
dibentuk Tim Independen dengan tugas melaksanakan Musyawarah
Nasional Luar Biasa
12

Pasal 21
Musyawarah Daerah
1. Musyawarah Daerah dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh
a. Utusan PP HIPKABI
b. PD HIPKABI
c. PC HIPKABI dan/atau perwakilan dari rumah sakit di daerah tersebut
2. Musyawarah Daerah berwenang untuk:
a. Menilai laporan pertanggung jawaban PD HIPKABI
b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang daerah sebagai penjabaran
dari rencana kerja jangka panjang Organisasi
c. Memilih dan menetapkan ketua PD HIPKABI

Pasal 22
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang dilakukan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh
a. Utusan PD HIPKABI
b. Perwakilan Rumah Sakit di wilayah kerja nya
2. Musyawarah Cabang berwenang untuk:
a. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC HIPKABI\
b. Menetapkan rencana kerja jangka panjang cabang sebagai penjabaran
dari rencana kerja jangka panjang Organisasi
c. Memilih dan menetapkan ketua PC HIPKABI

Pasal 23
Organisasi Sub Seminat HIPKABI

1. HIPKABI dalam Melaksanakan Visi dan misinya dapat membentuk


organisasi sub seminat
2. Pendirian Semua Organisasi Sub Seminat Perawat Kamar Bedah di
Seluruh Wilayah NKRI wajib mendapatkan ijin dan pengesahan dari
pengurus pusat HIPKABI
13

3. Organisasi Sub Seminat menyelenggarakan berbagai kegiatan yang


meningkatkan Profesionalisme perawat kamar bedah sesuai sub
seminatnya

Pasal 24
Rapat Kerja Nasional

1. Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) mempunyai tugas mengevaluasi dan


menilai serta merekomendasikan program organisasi yang dilaksanakan
oleh seluruh perangkat organisasi

2. Rapat Kerja Nasional berwenang menetapkan pedoman tindak lanjut


pelaksanaan program organisasi

3. Rapat Kerja Nasional dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di


sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Nasional diikuti oleh

 PP HIPKABI

 PD HIPKABI

 PC HIPKABI

5. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh PP HIPKABI

6. Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi


dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan
rencana kerja organisasi

Pasal 25
Rapat Kerja Daerah
14

1. Rapat Kerja Daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan rencana
kerja di tingkat daerah

2. Rapat Kerja Daerah diikuti

 PD HIPKABI

 PC HIPKABI dan/atau utusan rumah sakit di wilayah kerja nya

3. Rapat Kerja Daerah dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di


sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Daerah dipimpin oleh ketua PD HIPKABI

Pasal 26
Rapat Kerja Cabang

1. Rapat Kerja Cabang adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi


dalam rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan
rencana kerja di tingkat cabang

2. Rapat Kerja Cabang diikuti

 PC HIPKABI

 Anggota HIPKABI perwakilan Rumah Sakit

3. Rapat Kerja Cabang dilakukan minimal 6 bulan setelah kepengurusan di


sah kan dan sekurang-kurangnya 2 kali periode kepengurusan

4. Rapat Kerja Cabang dipimpin oleh ketua PC HIPKABI

Pasal 27
Rapat Umum Pengurus
15

1. Rapat Umum Pengurus diselenggarakan untuk:

a. Pemberhentian atau pergantian pengurus PP HIPKABI

b. Pembehentian atau pergantian pengurus PD/PC HIPKABI

2. Rapat Pengurus yang diselenggarakan sebagaimana disebut pada ayat 1


(satu) butir a dan b dihadiri oleh sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari
seluruh pengurus PP HIPKABI, sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 dari
seluruh pengurus PD/PC HIPKABI

3. Pengangkatan pengurus sebagai pengganti pengurus yang diberhentikan


dilakukan pada Rapat Umum Pengurus

4. Pengangkatan Pengurus inti cabang (Ketua dan Wakil Ketua) dipimpin


utusan pengurus PP HIPKABI dengan cara pemilihan umum para anggota
PD/PC HIPKABI dan calon pengurus diusulkan anggota PD/PC HIPKABI
dan dalam pelaksanaannya dilakukan ditempat PD/PC HIPKABI yang
bersangkutan

5. Rapat Umum dimaksud pada ayat 2 (dua) dapat dilaksanakan di Pusat


maupun di Daerah / Cabang

6. Biaya yang timbul dibebankan pada penyelenggara masing masing


PP/PD/PC HIPKABI

BAB VIII
KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 28
Sumber Keuangan

1. Uang Pangkal Anggota

2. Uang Iuran dari Anggota


16

3. Usaha-usaha lain yang sah

4. Sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak mengikat

Pasal 29
Kekayaan Organisasi

Kekayaan organisasi terdiri atas; benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak
yang digunakan untuk kegiatan organisasi

BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 30

Pendidikan dan Pelatihan yang diselenggarakan oleh HIPKABI terdiri dari

1. Uang Pangkal Anggota


2. Uang Iuran dari Anggota
3. Usaha-usaha lain yang sah

BAB X
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 31
Perubahan Anggaran Dasar

Perubahan anggaran dasar ini hanya dapat diadakan di dalam suatu Munas
(Musyawarah Nasional)
17

BAB XI
PEMBUBARAN ORGANISASI

Pasal 32
Pembubaran Organisasi

1. Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan didalam suatu Musyawarah


Nasional yang khusus untuk itu dengan ketentuan memenuhi Quorum
2. Dalam hal organisasi dibubarkan maka kekayaan organisasi diserahkan
kepada Lembaga/ Badan Sosial di Indonesia

BAB XII
PENUTUP

Pasal 33
Penutup

1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar ini diatur lebih lanjut
dalam anggaran rumah tangga

2. Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

ANGGARAN RUMAH TANGGA


HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA

BAB I
UMUM

Pasal 1
Penjelasan Umum
18

1. Yang dimaksud dengan perawat kamar bedah dalam organisasi ini adalah
seseorang yang telah menempuh serta lulus dalam pendidikan formal
dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan
oleh pemerintah/ terakreditasi dan telah lulus dari pendidikan dasar diganti
Pelatihan Keterampilan Dasar perawat kamar bedah
2. Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia yang selanjutnya disingkat
HIPKABI merupakan pembaharuan dan perpaduan serta kelanjutan dari
berbagai macam dan corak organisasi seminat yang sejenis yang berdiri
sejak 15 November 2000 pada saat acara pertemuan perawat kamar bedah
seluruh Indonesia di Dr RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta, tersebar di
seluruh tanah air dengan visi, misi dan tujuan yang sama
3. HIPKABI adalah organisasi profesi seminat yang program kerjanya
terutama menekankan pada kegiatan yang meningkatkan mutu dan
ketrampilan perawat kamar bedah di Indonesia
4. Ruang lingkup dan keanggotaan HIPKABI adalah seluruh tenaga
keperawatan di kamar bedah baik yang masih aktif maupun tidak aktif
termasuk pensiunan serta tenaga lain yang memiliki komitmen yang tinggi
guna memajukan organisasi
5. Keperawatan kamar bedah adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan perioperatif
yang merupakan area praktek spesifik untuk menyediakan asuhan
keperawatan pada klien yang akan dilakukan pembedahan, perioperatif
mencakup tiga fase; yaitu pre, intra, dan post operasi. Pre operatif dimulai
dari klien tiba diruang penerimaan sampai dengan klien masuk kamar
bedah. Intra operatif dimulai dari klien masuk kamar bedah dan berakhir
sampai dengan klien masuk ruang pemulihan/ Unit pelayanan post
anesthesi, sedangkan Post operatif adalah mulai dari dari klien masuk
kamar pemulihan sampai kondisi pulih dan interfensi operasi
6. Profesi keperawatan kamar bedah dalam anggaran rumah tangga ini adalah
pelayanan keperawatan kamar bedah dengan kriteria sebagai berikut:
19

a. Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan kamar bedah


yang terus menerus diwujudkan dalam praktek keperawatan kamar
bedah
b. Memiliki otonomi
c. Memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat
d. Mandiri dalam melaksanakan fungsi dan perannya melaksanakan
praktek keperawatan dikamar bedah berdasarkan standar dan kode etik
keperawatan dikamar bedah

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Syarat - Syarat Anggota
Anggota HIPKABI terdiri dari:
1. Anggota penuh
a. Warga negara Indonesia
b. Seorang perawat yang masih bekerja di kamar Bedah dan/atau perawat
yang memiliki minat di kamar bedah
c. Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh organisasi
d. Menyatakan diri untuk menjadi anggota HIPKABI melalui pengisian
formulir keanggotaan pada unit organisasi terkait
2. Anggota kehormatan
Seorang perawat dan/atau bukan perawat yang berkontribusi dan memiliki
komitmen dalam pengembangan HIPKABI yang telah di tetapkan oleh
pengurus pusat

Pasal 3
Syarat - Syarat Pembuatan Kartu Anggota
1. PD diberi kewenangan membuat kartu anggota dengan nomor registrasi
dari PP HIPKABI
20

2. KTA berlaku selama 5 (lima) tahun

Pasal 4
Kewajiban Anggota
1. Menjunjung tinggi, mentaati dan mengamalkan Anggaran Dasar dan
Angaran Rumah Tangga organisasi
2. Membayar uang pangkal dan uang iuran organisasi kecuali anggota
kehormatan
3. Mentaati dan melaksanakan kewajiban organisasi
4. Menghadiri rapat-rapat yang diadakan oleh organisasi
5. Menyampaikan usul-usul dan saran-saran untuk mencapai tujuan yang
digariskan dalam program kerja
6. Memelihara kerukunan dalam organisasi secara konsekuen dan konsisten
pada hal-hal yang bersifat positif
7. Setiap calon anggota yang akan menjadi anggota membayar uang pangkal
organisasi sebesar Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
8. Setiap anggota diwajibkan membayar uang iuran organisasi sebesar Rp.
10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan
9. Biaya pembuatan/perpanjangan KTA sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh
lima ribu rupiah)

Pasal 5
Hak Anggota

1. Setiap anggota berhak mendapatkan kesempatan mengembangkan karier

2. Setiap anggota berhak mendapatkan perlindungan dan advokasi terhadap


anggotanya
21

Pasal 6
Pemberhentian Anggota
1. Anggota berhenti atau hilang keanggotaannya karena:
a. Meninggal dunia
b. Permintaan sendiri secara tertulis
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat melalui rapat pengurus baik di
tingkat Pusat, Daerah maupun Cabang setelah terbukti berbuat hal-hal
yang merugikan organisasi
2. Tata cara pemberhentian dan hak membela diri anggota diatur dalam
peraturan organisasi

Pasal 7
Pengkaderan
1. Untuk kesinambungan organisasi perlu dibina kader-kader pemimpin
2. Kader-kader tersebut telah diteliti dan disaring dengan kriteria:
a. Memiliki prestasi, dedikasi, kecukupan waktu, dan loyalitas kepada
organisasi
b. Mempunyai bakat pengetahuan dan pengalaman serta kepemimpinan
di dalam organisasi keperawatan kamar bedah
c. Tidak pernah melakukan tindakan tercela
3. Ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu tentang pengkaderan diatur
melalui peraturan organisasi yang di sahkan oleh PP HIPKABI

Pasal 8
Sanksi

1. Bagi anggota yang tidak melaksanakan kewajiban organisasi dapat


diberikan sanksi

2. Tata cara pemberian sanksi harus diatur lebih lanjut melalui peraturan
organisasi yang dikeluarkan oleh pengurus pusat
22

3. Jenis sanksi yang dapat diberikan berupa:

a. Teguran lisan

b. Teguran tertulis

c. Pemberhentian sementara dari keanggotaan

BAB III
SUSUNAN KEPENGURUSAN

Pasal 9
Komposisi Kepengurusan
1. Komposisi Pengurus Pusat HIPKABI terdiri dari:
a. Ketua Umum
Ketua I
Ketua II
b. Sekretaris Umum
Sekretaris I
Sekretaris II
c. Bendahara Umum
Bendahara I
Bendahara II
d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM
Ketua
Anggota
e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi
Ketua
Anggota
f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan
Ketua
23

Anggota
g. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Ketua
Anggota
h. Bidang Humas dan Publikasi
Ketua
Anggota
2. Komposisi Pengurus daerah dan/atau pengurus cabang terdiri dari:
a. Ketua
Wakil Ketua
b. Sekretaris
Wakil Sekretaris
c. Bendahara
Wakil Bendahara
d. Bidang Pendidikan dan Pelatihan SDM
Ketua
Anggota
e. Bidang Hukum dan Pengembangan Organisasi
Ketua
Anggota
f. Bidang Dana, Usaha dan Kesejahteraan
Ketua
Anggota
g. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Ketua
Anggota
h. Bidang Humas dan Publikasi
Ketua
24

Anggota
3. Ketua, sekretaris, bendahara tidak boleh merangkap jabatan sebagai
pengurus inti (Ketua, Sekretaris, Bendahara) pada organisasi seminat
lainnya

BAB IV
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENGURUS

Pasal 10
Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus

1. Tugas pokok dan tanggung jawab PP HIPKABI:

a. Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan rencana kerja jangka panjang


organisasi

b. Memilih susunan pengurus pusat

c. Mengesahkan dan melantik pengurus daerah

d. Memberhentikan pengurus daerah

e. Memberikan petunjuk kepada pengurus daerah tentang segala sesuatu yang


berkenaan dengan organisasi

f. Mengadakan pengawasan pelaksanaan tugas dan kebijakan anggaran


pengurus daerah

2. Tugas dan tanggung jawab ketua umum HIPKABI adalah:

a. Memimpin HIPKABI Pusat


25

b. Mengatur dan mengkoordinir pembagian tugas antara ketua I dan Ketua II,
sekretaris umum, bendahara dan koordinator bidang

c. Memberikan laporan pertanggung jawaban kepada Munas ( Musyawarah


Nasional ) tentang perkembangan dan penggunaan keuangan HIPKABI

3. Tugas dan tanggung jawab Ketua I dan Ketua II:

a. Membantu Ketua umum untuk melaksanakan tugasnya

b. Melaksanakan pembagian tugas yang diberikan oleh ketua umum yaitu:

Ketua I membidangi : Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM,


Bidang Hukum dan pengembangan organisasi

Ketua II membidangi : Bidang Sosial Kemasyarakatan, Bidang Dana,


Usaha dan kesejahteraan, Bidang Humas dan Publikasi

4. Tugas dan tanggung jawab sekretaris:

a. Membantu Ketua umum, Ketua I dan Ketua II dalam melaksanakan tugasnya

b. Memimpin dan menyelenggarakan administrasi pengurus pusat

5. Tugas dan tanggung jawab bendahara:

a. Memberikan pendapat dan saran kepada Ketua umum tentang langkah-


langkah yang perlu diambil dalam bidang keuangan

b. Melaksanakan tugas yang diberikan Ketua umum dibidang keuangan


organisasi

c. Membuat laporan keuangan organisasi secara berkala didalam sidang-sidang


organisasi
26

d. Menyelenggarakan pembukuan sekurang-kurangnya sebagai berikut:

d.1. Penerimaan, teridiri dari hasil iuran uang pangkal dari usaha-usaha lain

d.2. Pengeluaran, terdiri dari biaya pengurus, tata usaha, perjalanan, biaya
sosial, pengeluaran proyek, serta program-program lain

e. Bertanggung jawab dalam pengelolaan dana dan aset organisasi

6. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang pendidikan dan pengembangan


SDM personil HIPKABI:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

7. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang pengembangan organisasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

8. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang dana:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

9. Tugas dan tanggung jawab koordinaator bidang hukum dan tertib organisasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

10. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang sosial kemasyarakatan:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

11. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang humas dan publikasi:

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

12. Tugas dan tanggung jawab koordinator bidang bina usaha:


27

Mengkoordinir tugas-tugas sesuai dengan cakupan bidangnya

BAB V
PEMILIHAN PENGURUS DAN PENGAKUAN SYAHNYA PENGURUS

Pasal 11
Pengurus HIPKABI Pusat

1. Tata cara pemilihan pengurus PP HIPKABI diatur dengan ketetapan Munas


(Musyawarah Nasional)

2. Pengurus PP HIPKABI dipilih dan ditetapkan oleh Munas (Musyawarah


Nasional)

3. Ketua, sekretaris dan bendahara PP HIPKABI domisili institusi kerja di Ibu


kota Negara

4. Pengurus Pusat HIPKABI disyahkan dan dilantik oleh PP PPNI

Pasal 12
Pengurus HIPKABI Daerah

1. Tata cara pemilihan pengurus daerah HIPKABI diatur dalam ketetapan


musyawarah daerah

2. Pengurus daerah HIPKABI dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah daerah

3. Pengurus daerah HIPKABI disyahkan oleh PP HIPKABI

4. Pengurus daerah HIPKABI dilantik oleh Ketua Umum atau Sekretaris Umum,
atau Ketua I, atau Ketua II PP HIPKABI
28

Pasal 13
Pengurus HIPKABI Cabang

1. Tata cara pemilihan pengurus HIPKABI Cabang diatur dalam ketetapan


musyawarah cabang

2. Pengurus HIPKABI Cabang dipilih dan ditetapkan oleh Musyawarah Cabang

3. Pengurus HIPKABI Cabang disyahkan oleh PD HIPKABI

4. Pengurus cabang HIPKABI dilantik oleh Ketua atau Sekretaris, atau Wakil
Ketua PD HIPKABI

Pasal 14
Syarat- Syarat Pengurus Organisasi

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Sehat jasmani dan rohani

3. Berasal dari anggota yang berpengalaman, mempunyai kepribadian yang baik,


prestasi, dedikasi, punya kecukupan waktu, sukarela, loyalitas , komitmen yang
tinggi

4. Mempunyai integritas yang tinggi serta wawasan yang luas

5. Mampu bekerjasama secara kolektif serta mampu meningkatkan dan


mengembangkan peranan organisasi

6. Sanggup bekerja aktif dalam organisasi

7. Memiliki jiwa kepemimpinan dengan memperjuangkan kepentingan organisasi


29

8. Menjunjung tinggi kode etik organisasi

9. Pengurus organisasi adalah Anggota Penuh

Pasal 15
Penggantian Pengurus Antar Waktu

1. Penggantian kepengurusan organisasi dalam satu masa jabatan dimungkinkan


apabila:

a. Berhenti atas permintaan sendiri

b. Pindah ketempat lain yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat


aktif lebih dari satu tahun

c. Pengurus meninggal dunia

d. Tidak aktif mengikuti kegiatan organisasi dalam kurun waktu 1 (satu) tahun
berturut-turut

2. Kewenangan pemberhentian pengurus pada ayat 1 (satu), diatur sebagai berikut

a. Untuk pengurus pusat dilakukan oleh rapat pleno pusat setelah berkonsultasi
dengan Dewan Pertimbangan Pusat

b. Untuk pengurus daerah dilakukan oleh pengurus pusat atas usul pengurus
Daerah setelah berkonsultasi dengan dewan pertimbangan daerah

c. Untuk pengurus cabang dilakukan oleh pengurus daerah atas usul pengurus
cabang setelah berkonsultasi dengan dewan pertimbangan cabang dan
dilaporkan kepada pengurus pusat
30

Pasal 16
Pengisian Kekosongan Kepengurusan

1. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus pusat dilakukan melalui rapat
pleno

2. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus provinsi ditetapkan oleh


pengurus pusat atas usul pengurus Daerah

3. Pengisian kekosongan antar waktu pada pengurus cabang ditetapkan oleh


penggurus Daerah atas usul pengurus cabang dan dilaporkan kepada pengurus
pusat

Pasal 17
Pembentukan PD dan PC

1. Bagi daerah yang akan membentuk PD/PC HIPKABI wajib berkoordinasi


dengan Pengurus yang lebih tinggi

2. Pengurus Daerah/cabang dapat dibentuk melalui musyawarah yang dihadiri


oleh perwakilan perawat kamar bedah dari rumah sakit di wilayah kerjanya dan
dihadiri oleh pengurus yang lebih tinggi

3. Hasil musyawarah di ajukan ke Pengurus yang lebih tinggi

BAB VI
MUNAS ,MUSDA DAN MUSCAB
31

Pasal 18
Syarat Syah Musyawarah

Musyawarah Nasional atau disingkat MUNAS dan Musyawarah Nasional Luar


Biasa atau disingkat MUNASLUB, musyawarah daerah disingkat MUSDA dan
musyawarah cabang atau disingkat MUSCAB dinyatakan sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnnya 2/3 dari jumlah peserta yang berhak hadir atau Quorum

Pasal 19
Pengambilan Keputusan

1. Keputusan musyawarah diambil atas dasar musyawarah mufakat

2. Apabila musyawarah dan mufakat seperti yang dimaksud pada ayat 1 (satu)
pada pasal ini tidak memungkinkan, maka sebagai jalan terakhir diadakan
pemungutan suara atas dasar suara terbanyak

Pasal 20
Hak Suara Dalam Musyawarah Nasional

1. Peserta Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah

a. Utusan PP HIPKABI sebanyak 8 orang

b. Utusan PD HIPKABI sebanyak 3 orang

c. Utusan PC HIPKABI sebanyak 1 orang

d. Organisasi Sub Seminat sebanyak 1 orang

2. Setiap peserta Musyawarah Nasional yang termaktub dalam ayat 1 memiliki


satu hak suara
32

3. Peserta Peninjau hanya dapat memberikan masukan, rekomendasi, atau hal-hal


lain yang tidak berhubungan dengan hak suara. Peninjau hanya boleh menghadiri
Sidang Paripurna Saja. Peserta Peninjau hanya memiliki hak bicara dan tidak
memiliki hak suara

4. Peserta Peninjau terdiri dari

a. Pengurus PPNI

b. Perwakilan Seminat PPNI

c. Utusan RS

d. Utusan Provinsi yang belum ada Pengurus Daerah HIPKABI

Pasal 21
Hak Suara Dalam Musyawarah Daerah

1. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah

a. PD HIPKABI

b. Utusan PC HIPKABI dan/atau

c. Perwakilan dari rumah sakit di wilayah kerjanya

2. Setiap peserta Musyawarah Daerah memiliki satu hak suara, kecuali utusan
pengurus PP HIPKABI yang bertindak sebagai Peninjau

3. Peninjau sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) hanya dapat memberikan


masukan, rekomendasi, atau hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan hak
suara
33

4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PD maka hak suara
ditentukan dalam tata tertib musyawarah daerah

Pasal 22
Hak Suara Dalam Musyawarah Cabang

1. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah

a. PC HIPKABI

b. Utusan anggota HIPKABI dari setiap rumah sakit diwilayahnya

2. Setiap peserta Musyawarah Cabang memiliki satu hak suara, kecuali utusan PD
HIPKABI yang bertindak sebagai pengamat

3. Pengamat sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) hanya dapat memberikan


masukan, rekomendasi, atau hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan hak
suara

4. Bagi semua daerah atau wilayah yang belum terbentuk PC maka hak suara
ditentukan dalam tata tertib musyawarah cabang

BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN

Pasal 23
Jenis Pelatihan

1. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan dasar berbasis kompetensi bagi perawat


kamar bedah selama 4 hari
34

2. Pelatihan Keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 3 (tiga) bulan

3. Pendidikan dan pelatihan soft skill untuk perawat kamar bedah

4. Pelatihan Advance/tingkat lanjut

a. Manajemen Kamar Bedah

b. Endoscopic Surgery dan Stapler

c. Orthopedi

d. Bedah saraf

e. Training of Trainer (TOT)

f. Master of Training (MOT)

g. Pelatihan Lanjutan dan Workshop lain yang bersifat Nasional sesuai


perkembangan teknologi terkini

Pasal 24
Peserta Pelatihan

1. Peserta pelatihan keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 4 hari

a. Perawat kamar bedah yang telah bekerja di kamar operasi lebih dari 3 tahun

b. Membawa surat tugas dari institusi kerjanya atau surat keterangan lama kerja
di kamar bedah

2. Peserta Pelatihan keterampilan dasar berbasis kompetensi selama 3 bulan

a. Perawat kamar bedah yang telah bekerja Kurang dari 3 tahun


35

b. Perawat yang baru lulus kuliah

3. Peserta Pelatihan Manajemen Kamar Bedah

a. Perawat kepala

b. Perawat Instruktur Klinik

c. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun

d. Sudah Mengikuti Pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi HIPKABI /


PPSDM Kemenkes RI

4. Peserta Pelatihan Lanjutan dan Workshop

a. Perawat yang telah memiliki sertifikat Pelatihan Keterampilan Dasar


bersertifikasi Hipkabi / PPSDM Kemenkes RI

b. Dan atau perawat yang bekerja di bagian yang sesuai jenis pelatihan Lanjutan

5. Peserta pelatihan TOT

a. Peserta telah mengikuti pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi hipkabi /


PPSDM Kemenkes RI

b. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun

6. Peserta pelatihan MOT

a. Peserta telah mengikuti pelatihan Keterampilan Dasar bersertifikasi hipkabi /


PPSDM Kemenkes RI

b. Peserta telah mengikuti TOT bersertifikasi hipkabi / PPSDM Kemenkes RI

c. Pelaksana perawat kamar bedah yang berpengalaman minimal 5 tahun


36

Pasal 25
Penyelenggara Pelatihan

1. Pendidikan dan pelatihan ketrampilan dasar dapat diselenggarakan oleh PP


HIPKABI (dilaksanakan oleh PD atau PC)

2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan Dasar yang diselenggarakan PD


HIPKABI harus sepengetahuan dan mendapat persetujuan dari PP HIPKABI

3. Pendidikan dan pelatihan ketrampilan dasar bisa diselenggarakan oleh PC


HIPKABI bekerjasama PD HIPKABI serta mendapat persetujuan dari PP
HIPKABI

4. Pelatihan Keterampilan Dasar 3 (tiga) bulan dilaksanakan di Rumah Sakit yang


telah mempunyai MoU (Memorandum of Understanding) dengan PP dan/atau PD
HIPKABI

5. Rumah Sakit yang dimaksud dalam ayat 4 adalah rumah sakit yang memenuhi
st�ndar dan kriteria yang tetapkan oleh PP HIPKABI

6. Pelatihan tingkat lanjut hanya diselenggarakan oleh PP HIPKABI

7. Tempat pelaksanaan pelatihan tingkat lanjut dapat dilakukan di daerah

8. Pengajuan permohonan pelaksananan pelatihan minimal 1 (satu) bulan sebelum


acara dimulai

9. Setiap kegiatan pelaksanaan pelatihan dan pendidikan harus membuat laporan


kegiatan ke PP HIPKABI
37

Pasal 26
Kurikulum, Modul dan Sertifikat

1. Kurikulum pelatihan ditetapkan oleh PP HIPKABI

2. Modul ditetapkan dan diterbitkan oleh PP HIPKABI

3. Sertifikat diterbitkan oleh PP HIPKABI dan mempunyai masa berlaku 4


(empat) tahun

4. Penggunaan Kurikulum, Modul, dan Sertifikat Pelatihan HiPKABI adalah hak


sah milik PP HIPKABI

5. Akreditasi Sertifikat oleh PPNI dan PPSDM Kemenkes RI

Pasal 27
Pengajar / Instruktur Pelatihan

1. Pengajar dari HIPKABI harus tersertifikasi TOT dari PP HIPKABI

2. Setiap pelatihan yang mengatasnamakan HIPKABI harus melibatkan minimal 2


(dua) orang Pengajar dari PP HIPKABI yang sudah tersertifikasi TOT kamar
bedah dari PP HIPKABI

Pasal 28
Seminar / Symposium

1. Setiap seminar/symposium yang mengatasnamakan HIPKABI harus


mendapatkan ijin dari PP HIPKABI

2. Sertifikat seminar/symposium dikeluarkan oleh PP HIPKABI


38

3. Instansi / perusahaan yang mengadakan seminar/symposium yang bekerja sama


HIPKABI harus mendapatkan ijin dan memiliki MoU dengan PP HIPKABI

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 28
Alokasi Keuangan

1. Pengalokasian uang pangkal dan uang iuran anggota:

a. Untuk PP sebanyak 20%

b. Untuk Pengurus Daerah sebanyak 25%

c. Untuk Pengurus Cabang sebanyak 55%

d. Bila tidak ada PC maka alokasi keuangan PP 40% dan PD 60%

2. Pembagian uang hasil usaha dari unit pelaksana teknis atau usaha-usaha lain

Unit Pelaksana usaha 60% dari pendapatan bersih, sisanya sebanyak 40%
dialokasikan dengan rincian sebagai berikut:

a. PC sebanyak 40%

b. PD sebanyak 40%

c. PP sebanyak 20%

d. Bila tidak ada PC maka pembagiannya PD 60% dan PP 40%


39

3. Pengurus HIPKABI sebagai pengajar dan pembicara berkewajiban


menyetorkan 10% dari jasa yang diterima

4. Pemasukan dan pengeluaran keuangan dari dan untuk organisasi wajib


dipertanggungjawabkan dalam forum musyawarah dan rapat sesuai tingkat
organisasi

5. Khusus dalam penyelenggaraan Musyawarah Nasional/ Daerah/cabang semua


pemasukan dan pengeluaran keuangan harus dipertanggung jawabkan kepada
Pengurus Pusat/ Daerah/Cabang yang baru (hasil musyawarah)

6. Segala kekayaan-kekayaan yang dimiliki organisasi pada akhir masa jabatan


kepengurusan harus diserahterimakan kepada pengurus baru (hasil musyawarah/
rapat anggota):

BAB IX
PENUTUP

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur
dalam Peraturan Organisasi

2. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di: Semarang


Tanggal: 21 Juni 2013
40

MUSYAWARAH NASIONAL III


HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA
SELAKU PIMPINAN SIDANG MUNAS III HIPKABI

JABATAN NAMA  

Ketua Ns. Rasmujito, S.Kep., MH. Kes  

Wk Ketua Sukendar, SKM., SH., MH.Kes  

Sekretaris Sevenlyn Simanjuntak, S.Kep  

Ns. Hamdan Iffandy, S.Kep.,


Anggota  
M.Kes

Anggota Ns. Eko Harsono, S.Kep

B. ASEAN

Undang- Undang praktik Keperawatan di Negara Tetangga

            Negara-negara ASEAN seperti Philippines, Thailand, Singapore,

Malaysia, sudah memiliki Undang Undang Praktik Keperawatan (Nursing

Practice Acts) sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka siap untuk melindungi

masyarakatnya dan lebih siap untuk menghadapi globalisasi perawat asing yang

masuk ke negaranya dan perawatnya bekerja di negara lain. Ketika

penandatanganan Mutual Recognition Arrangement di Philippines tahun 2006,

posisi Indonesia, bersama dengan Vietnam, Laos dan Myanmar, yang belum

memiliki Konsil Keperawatan. Semoga apa yang dilakukan oleh PPNI dapat

mengangkat derajad bangsa ini dengan negara lain, khususnya dalam pelayanan

kesehatan.
41

Perawat telah memberi konstribusi yang cukup besar dalam pemberian

pelayanan kesehatan, akan tetapi belum mendapat pengimbangan dari

perlindungan hukum, bahkan sering menjadi objek dalam masalah hukum. Dan

yang menjadi pertanyaan ”kemana hak dan jasa untuk profesi keperawatan?“.

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan

selama ini masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan

pembangunan kesehatan masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang

diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang diharapkan. Meskipun di

dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah ditegaskan

bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah

meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya.

Oleh karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup

besar terhadap pembangunan kesehatan masyarakat –termasuk perawat spesialis

komunitas— perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar program-

program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

           Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum

banyak digali adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun

jejaring kemitraan di masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama

dengan elemen lain dalam masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang

memiliki pengaruh signifikan pada keberhasilan program pengembangan

kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada bagian lain Ervin (2002)

menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang sangat


42

penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat.

Bahkan Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam

konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan

(community-as-resource), dimana perawat spesialis komunitas harus memiliki

ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat dalam

menciptakan perubahan di masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai