Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat
pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif (WHO, 2017). Secara umum, terdapat dua
kategori utama DM, yaitu DM tipe 1 dan tipe 2. DM tipe 1 ditandai dengan
kurangnya produksi insulin sedangkan DM tipe 2 disebabkan penggunaan insulin
yang kurang efektif oleh tubuh (Pusdatin Kemenkes RI, 2014).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia( kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ).
DM tipe 2 banyak ditemukan (>90%) dibandingkan dengan DM tipe 1. DM
tipe 2 timbul setelah umur 30 tahun sedangkan DM tipe1 biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun (Tahitian, 2008). Menurut IDF (2017), sekitar 87% sampai
91% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia yakni DM tipe 2.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya DM tipe 2 diantaranya usia >
45 tahun, berat badan lebih (BBR > 110% atau IMT > 25 kg/m2, hipertensi
(>140/90 mmHg), ibu dengan riwayat melahirkan bayi >4000 gram, pernah
diabetes sewaktu hamil, riwayat keturunan DM, kolesterol HDL < 35 mg/dl atau
trigliserida > 250 mg/dl, dan kurang aktivitas fisik .

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Laporan Pendahuluan dari DM Tipe II?
2. Apa saja asuhan keperawatan dari DM Tipe II?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Laporan Pendahuluan dari DM Tipe II
2. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan kasus DM Tipe II

1
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
DM adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. Gejala
yang dikeluhkan pada pasien diabetes mellitus yaitu polidipsia, poliuria,
polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Restyana, 2015).
Diabetes Melitus Tipe II adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa) akibat kurangnya hormone insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. (kowalak, dkk. 2016 ). Diabetes melitus
merupakan penyebab hiperglikemi. Hiperglikemi disebabkan oleh berbagaihal,
namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh diabetes melitus. Pada
diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga gagal masuk kedalam sel.
Kegagalan tersebut terjadi akibat hormone insulin jumlahnya kurang atau cacat
fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang membantu masuknya gula darah
(WHO, 2016).
DM merupakan penyakit metabolisme yang termasuk dalam kelompok gula
darah yang melebihi batas normal atau hiperglikemia <120 mg/dl atau 120 mg%
(Suiraoka, 2012).
DM tipe 2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol
akibat gangguan sensitivitas sel beta (β) pankreas untuk menghasilkan hormon
insulin yang berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh (Dewi,
2014).

B. Etiologi
Hasdianah (2012) menyatakan bahwa etiologi penyakit DM adalah :
1. Kelainan genetik
DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab DM akan
dibawah oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.

2
2. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin.
3. Pola hidup dan pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola hidup juga sangat
mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang berlebihan di dalam tubuh.
4. Obesitas
Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit DM.
5. Gaya hidup stress
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas sehingga
pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin.
6. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta (β)
pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
7. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak
berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan
untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa factor yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah, factor risiko
yang dapat diubah dan factor lain. Menurut American Diabetes Association
(ADA) bahwa DM berkaitan dengan faKtor risiko yang tidak dapat diubah
meliputi :

3
1. Riwayat keluarga dengan DM (first degree relative)
Seorang yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif. Hanya orang yang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita diabetes mellitus.

2. Umur ≥ 45 tahun
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah >45 tahun.

3. Etnik

4. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional.

5. Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg).


Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah pada penyakit DM tipe 2
meliputi :

1. Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita
dan ≥90 cm pada laki-laki.Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23
dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.

2. Kurangnya aktivitas fisik.

3. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan


erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

4. Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak


darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada pasien
Diabetes.

5. Diet tidak sehat

Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita Polycystic
Ovary Sindrome (PCOS),penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu
(GDPT) sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke,
PJK, atau Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres,

4
kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein. Alkohol akan
menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan
mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang
akan meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari
60ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

C. Patofisilogi
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor khusus
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa. Mekanisme inilah
yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Namun demikian jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbanginya, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan
ciri khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya . karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetis tipe II.
(Brruner & suddarth 2015)

D. Manifestasi Klinis

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang paling


utama yang dirasakan oleh setiap pasie. Jika konsentrasi glukosa dalam darah
tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan eletrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria).

2. Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dihidrasi ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar

5
mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma hipertonik. Dihidrasi
intrasel merangsang pengeluaran Antideuretik Hormone (ADH) dan
menimbulkan rasa haus.

3. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi
rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak
makan (poliphagia).

4. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel
akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan
penurunan secara otomatis.

5. Malaise atau kelemahan

Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel
untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

6. Kesemutan ,Lemas dan Mata kabur.

Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita DM


regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan
dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan
terutama perifer mengalami kerusakan.
Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpus itreum.

7. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan


antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

8. Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan


bahan dasar utama dari protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita
DM bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel

6
sehingga bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita
DM. (Brunner & Suddart, 2015)

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukanmeliputi 4 hal yaitu:

1. Postprandial : Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka


diatas 130mg/dl mengindikasikan diabetes.

2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai kadar


gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi 6,1%
menunjukkan diabetes.

3. Tes toleransi glukosa oral : Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien


diberi air dengan 75 grgula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka
gula darah yang normaldua jam setelah meminum cairan tersebut harus <
dari 140 mg/dl. 4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk
dengan sebuah jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang
dimasukkan kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini
digunakan hanyauntuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan
dirumah.

F. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
diuraikan sebagaiberikut : Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Ada lima komponen
dalam penatalaksanaan diabetes : Diet, Latihan, Pemantauan, Terapi (jika
diperlukan) dan Pendidikan.

7
1. Diet untuk pasien Diabetes Melitus meliputi:

Tujuan Diet Penyakit Diabetes melitus adalah membantu pasien


memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol
metabolik yang lebih baik, dengan cara:

a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan


menyeimbangkan asuhan makanan dengan insulin

b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal

c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat


badan normal

d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan


insulin seperti hipoglikemia.

e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang


optimal.

2. Syarat diet :

a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal

b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total

c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energy total

d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-
70%

e. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas

f. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air


yang terdapat dalam sayur dan buah

g. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengonsumsi


natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu
3000mg/hari. Cukup vitamin dan mineral.

3. Bahan makanan yang boleh dianjurkan untuk diet DM :

8
a. Sumber karbohidrat kompleks : Seperti nasi, Roti, Kentang, Ubi,
Singkong dan sagu

b. Sumber Protein Redah Lemak : seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu
skim, tempe dan kacang-kacangan.

c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Makanan terutama dengan cara


dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

4. Bahan-bahan makanan yang tidak dianjurkan (Dibatasi/dihindari)

a. Mengandung banyak gula sederhana seperti : Gula pasir, Gula Jawa,


sirop, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es krim

b. Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji, gorengan-


gorengan.

c. Mengandung banyak natrium : seperti ikan asin, makanan yang


diawetkan.

5. Obat Hipoglikemik

a. Sulfonilurea. Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara:


menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang
sekresi insulin. meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

b. Insulin.

Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :


1) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun
NIDDM) dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
2) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali
dengan diet (perencanaan makanan).
3) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dosif maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan

9
dosis rendah dan dinaikkan perlahan – lahan sesuai dengan hasil
glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea atau metformin telah
diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak tercapai sasaran
glukosa darah maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea
dan insulin. Dosis pemberian insulin pada pasien dengan DM:

6. Jenis obat :

a. Kerja cepat ( rapid acting) retensi insulin 5-15 menit puncak efek 1-2
jam, lama kerja 4-6 jam. Contoh obat: insuli lispro( humalo), insulin
aspart

b. Kerja pendek ( sort acting) awitan 30-60 menit, puncak efek 2-4 jam,
lama kerja 6-8 jam.

c. Kerja menengah( intermediate acting) awitan 1,5-4 jam, puncak efek 4-


10 jam, lama kerja 8-12 jam), awitan 1-3 jam, efek puncak hampir tanpa
efek, lama kerja 11-24 jam. Contoh obat: lantus dan levemir. Hitung
dosis insulin. Rumus insulin: insulin harian total = 0,5 unit insulin x BB
pasien ,Insulin prandial total( IPT) = 60%, Sarapan pagi 1/3 dari IPT,
Makan siang 1/3 dari IPT, Makan malam 1/3 dari IPT d.

G. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan DM diklasifikasikan sebagai komplikasi
akut dan kronik.Komplikasi akut terjadi apabila kadar glukosa darah seorang
meningkat atau menurun tajam dalam waktu yang singkat. Sedangkan komplikasi
kronik terjadi apabila kadar glukosa darah secara berkeoanjangan tidak terkendali
dengan baik sehingga menimbulkan berbagai komplikasi kronik diabetes melitus
(Perkeni, 2011). Beberapa komplikasi akut dan kronik dari DM adalah :

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar glukosa dalam darah yang abnormal rendah) terjadi jika
glukosa darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Penyebab hipoglikemia
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Gejala terdiri atas gejala adrenergik seperti tremor, takikardia, palpitasi, rasa
10
lapar, dan gejala neuro-glikopenik seperti perasaan ingin pingsan, penurunan
daya ingat, gelisah, kejang, kesadaran menurun sampai koma.Rekomendasi
biasanya berupa pemberian 10 hingga 15 gr gula yang bekerja cepat peroral.
Penderita DM tipe II yang menggunakan obat hipoglikemia oral juga dapat
mengalami hipoglikemia (khususnya pasien yang menggunakan
klorpropamid yang merupakan obat hipoglikemia oral dengan kerja lama)
(Brunner & Suddarth, 2013).

2. Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak


cukupnya jumlah insulin. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa
yang memasuki sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan
hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan,
ginjal akan mensekresikan glukosa bersama air dan elektrolit. Diuresis
osmotik yang ditandai oleh poliuri akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangan elektrolit. Terapi ketoasidosis diabetik diarahkan pada perbaikan
utama, yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit, dan asidosis (Brunner &
Suddarth, 2013).

3. Komplikasi kronik biasanya terjadi 10-15 tahun setelah awitan DM yang


mencakup :

a. Penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) : memengaruhi


sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.

b. Penyakit mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) : memengaruhi mata


(retinopati) dan ginjal (nefropati).

c. Penyakit neuropatik : memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom


serta berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan
ulkus kaki diabetik (Brunner & Suddarth, 2013).

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Brunner & Suddarth.2015. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : EGC.

Dewi, R.K. 2014. Diabetes Bukan Untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia

Hadianah. 2012. Mengenal Diabetes Mellitus pada Orang Dewasa dan Anak-Anak

dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika

IDF. 2017. IDF Diabetes Atlas Fifth Edition: Internasional Diabetes Federation.

Kowalak dkk 2016. Buku Ajar Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Perkeni. 2011. Petunjuk Praktis Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2. Jakarta: EGC

Pusdatin Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI

Restyana, N.R. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. Artikel. Medical Fakulty. Lampung

University

Tahitian. 2008. Diabetes Mellitus. http://www.subscribe.com.

WHO. 2017. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization.

12

Anda mungkin juga menyukai