DISUSUN OLEH :
NAMA : FENNY SUTRI
TINGKAT : II A
NIM : PO.71.20.2.19.011
MATA KULIAH : ANTROPOLOGI KESEHATAN
A. LATAR BELAKANG
Bangsa Indonesia yang terdiri atas aneka ragam suku bangsa dan kebudayaan itu
masih banyak memperlihatkan unsur persamaan. Keanekaragaman dalam kesamaan itu
seperti juga yang tersirat dalam bhenika tunggal ika, yaitu berbeda-beda tetapi satu jua,
kebudayaan lama dan asli yanag terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan didaerah-
daerah diseluruh indnesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa.
Antropologi suatu cabang ilmu social yang diketahui orang banyak sebagai ilmu yang
mmempelajari tentang kebudayaan, padahal antropologi itu tidak hanya memplajari atau
membahas mengenai kebudayaan saja. Dalam antropologi pun banyak membahas mengenai
fisik, kemasyarakatan dan tentu juga saja kebudayaan. Antropologi juga salah satu cabang
ilmu social yang mengambil focus pada studi tentang manusia dan kebudayaan. Antropologi
menggelar studinya untuk menguak manusia beserta prilaku social budaya manusia dimasa
kini. Karenanya, studi-studi antropologi sangat lekat dengan kerja-kerja riset terhadap situs-
situs budaya dan penelitian berbasis riset lapang.
B.TUJUAN
1.Menjelaskan sejarah perkembangan antropologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Dari sudut pandang “sejarah gagasan”, tulisan-tulisan filsuf, dan peziarah Yunani,
sejarawan Arab kuno, peziarah Eropa kuno, maupun masa renaisans, dan filsuf, ahli hukum,
ilmuwan berbagai bidang dari Eropa, semuanya bisa dianggap pendorong bagi dibangunnya
tradisi antropologi.
Sebagai contoh, Alan Bernand (2000) berpendapat bahwa kelahiran antropologi adalah ketika
konsep “kontrak sosial” lahir, dan persepsi mengenai hakikat manusia, masyarakat dan
keanekaragaman kebudayaan tumbuh dari konsep “kontrak sosial” tersebut. Gagasan ini
dalam beberapa hal adalah pelopor dalam teori evolusi.
Perdebatan pada abad ke 18 mengenai asal usul bahasa dan mengenai hubungan antara
manusia dengan apa yang kita sebut primate yang lebih tinggi juga relevan, seperti halnya
perdeatan pada abad ke 19 antara poligenis (keyakinan bahwa setiap ‘ras’ mempunyai asal
usul terpisah) dan monogenis (keyakinan bahwa manusia memiliki asal usul keturunan yang
sama, dari adam atau dari makhluk yang disebut dengan kera). Gagasan demikian itu tidak
hanya penting sebagai fakta sejarah, tetapi juga karena gagasan itu membentuk persepsi
antropologi modern mengenai dirinya sendiri.Dan.
Selama zaman pertengahan, makhluk didunia dikelompokkan kedalam beberapa ordo yang
statis, diciptakan oleh tuhan yang disebut rantai kehidupan (chain of being). Pada abad
ketujuh belas dan delapan belas ‘Rantai’ tersebut kerat teramati dalam kondisi-kondisi yang
lebih dinamis. Dengan demikian, kebudayaan dapat dianggap sebagai kemajuan, dengan
masyarakat eropa sebagai titik puncak perkembangan, baik secara moral maupun cultural.
Antropologi menjadi sebuah subjek akademis yang berdiri sendiri pada abad
kesembilan belas, sebagian besar memusatkan perhatian pada penelitian sifat-sifat fisik,
bahasa dan budaya masyarakat yang belum beradab. Sir Edward Tylor menjadi dosen
antropologi di Oxford pada tahun 1884, maka mulai disinilah antropologi dikembangkan
diberbagai Negara. Hampir disepanjang abad kesembilan belas, status pasti antropologi
mencakup segala hal, mulai dari mengukur bentuk dan ukuran kepala sampai mengumpulkan
artefak untuk mengisi museum-museum dikota-kota yang kaitannya dengan sains, terutama
zoology dan biologi.Goerge Stocking, seorang ahli antropologi sejarah dari Amerika
membedakan perilaku banyak warga Inggris Victoria dengan masyarakat non Eropa, secara
jelas gambaran yang dimunculkan adalah gambaran seorang yang bukan saja terasing secara
geografis, tapi juga kebalikan dari gambaran ideal dari seorang pria Victoria; berkulit putih,
menarik bersih (sifat ini bisa dikatakan mendekati sifat saleh). Gagasan itu jelas
menggambarkan evolusi budaya, sebuah gagasan yang berhasil menjadi sebuah teori
dominan di abad kesembilan belas.
Gagasan ini didukung oleh hasil penelitian beberapa disiplin ilmu, bukti-bukti
geologi menunjukan bahwa bumi lebih tua daripada yang diungkapkan oleh injil, sementara
penemuan-penemuanarkeologi seperti peralatan yang ditemukan di tanah berlumpur
Denmark dianggap mendukungteori yang menyatakan bahwa umat manusia telah melewati
berturut-turut, zaman-zaman batu, perunggu, dan besi.
B.PENGERTIAN ANTROPOLOGI
Istilah antropologi berasal dari bahasa Yunanai asal kata anthropos berarti manusia,
dan logos berarti ilmu, dengan demikian secara harfiah antropologi berarti ilmu tentang
manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa antropologi
merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang
bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun
pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
a. Antropologi merupakan salah satu cabang ilmu social yang mempelajari budaya
masyarakat etnis tertentu, yang berawal dari keterkaitan orang-orang eropa dengan melihat
ciri-ciri fisik, adat istiadat, dan budaya yang berbeda yang dikenal eropa. Antropologi lebih
memusatkan pada penduduk sebagai masyarakat tunggal, yaitu kesatuan masyarakat yang
tinggal didaerah yang sama. Antropologi hamper identic dengan sosiologi. Akan tetapi,
sosiologi menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya, sedangkan antropologi
menitikberatkan pada unsur budaya, pola piker, dan pola kehidupannya.
b. William A. Havilland (1999:6) mengatakan bahwa antropologi adalah studi mengenai umat
manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keragaman manusia.
c. David hunter(1979:9) mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul dari
keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia.
Dari semua pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa antropologi adalah ilmu yang
mmpelajari manusia dari segala keragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berperilaku,
tradisi-tradisi, dan nilai-nilai) yang dihasilkan, sehingga setiap manusia satu dengan yang
lainnya berbeda. Antropologi mempelajari seluk beluk yang terjadi dalam kehidupan
manusia, pada masa dahulu hingga masa sekarang, sebagai fenomenayang terjadi di tengah
kehidupan kultural masyarakat sekarang.
C.RUANG LINGKUP
Di antara pertanyaan mendasar dalam antropologiadalah apa saja yang secara umum
ada pada semua manusia, apa sajaperbedaan kelompok manusia satu dan lainnya dan
mengapa sekelompokmanusia memiliki pola perilaku atau menganut budaya tertentu.
memperlihatkan bahwa luasnya tinjauan antropologi terhadap manusia dankemanusiaannya
terkait pula dengan konteks ruang dan waktu yang luas.
Selain perbedaan fisik,manusia juga berbeda dalam hal cara-cara berprilaku, tradisi-
tradisi, nilai-nilaiyang dianut. Hal inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi
daridisiplin ilmu sosial dan kemanusiaan lainnya karena penekanannya padaperbandingan
fisik, perilaku kebudayaan yang lebih luas pada setiap kelompokmanusia.Antropologi telah
sampai pada suatu perkembangan yang luas, dan memasukibeberapa area penelitian khusus,
yang meliputi masalah-masalah berikut.
2) Sejarah terjadi dan perkembangan aneka ragam ras dan warna kulit, yangmendasarkan pada
ciri-ciri fisiknya.
3) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam warna bahasayang digunakan
manusia di seluruh dunia.
4) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam kebudayaanmanusia di seluruh
dunia.
Pelayaran yang dilakukan oleh bangsa eropa yang terdiri dari kaum bangsawan,
ilmuan,pendeta dll ke asia, afrika dan oseania menghasilkan berbagai catatan tentang bangsa-
bangsa yang ada di luar eropa itu yang merupakan cikal bakal dari ilmu antopologi itu
sendiri. catatan-catatan itu menarik minat para pelajar eropa untuk dipelajari yang
menghasilkan 3 kesimpulan besar yaitu:
a. Memandang bangsa diluar eropa sebagai manusia liar, primitif, savage(istilah yang
digunakan dalam penggambaran bangsa di luar eropa).
b. Memandang bangsa diluar eropa sebagai manusia yang masih suci tanpa ternoda seperti di
eropa.
c. Menarik minat bangsa eropa untuk mengumpulkan pernak-pernik bangsa di luar eropa di
suatu tempat khusus yang menjadi cikal bakal terbentuknya museum pertama di dunia.
Kritisi catatan pada fase pertama di tambah dengan berkembangnya pemikiran mengenai
teori evolusi melahirkan teori baru tentang perkembangan masyarakat yang disebutkan
mengalami tahap-tahap perkembangan seperti yang terjadi dalam teori evolusi.
Masyarakat eropa di katakan pada tahap yang tertiggi sedangkan bangsa di luar eropapada
tahapan rendah. Pada fase ini ilmu antropologi bersifat akademikal maksudnya mempelajari
masyarakat yang tujuannya hanya untuk memahami tahapan evolusi dan penyebaran
kebudayaan manusia.
3. Fase ketiga (permulaan abad ke-20)
Ilmu antropologi pada fase ini berkembang sebagai alat bagi pemerintah kolonial (penjajah)
untu mempelajari masyarakat untuk mereka jajah.Sehingga pada fase ini ilmu antropologi
telah berkembang sebagai ilmu yang praktis yaitu bukan hanya untuk mengetahui tahapan
evolusi dan perkembangan kebudayaan saja, akan tetapi juga untuk kepentingan pemeritah
kolonial.
Pada fase inilah ilmu antropologi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Ada dua
perubahan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu antropologi yaitu:
a. Timbulnya kesadaran untuk membangun masyarakat yang terjajah akibat perang dan
penjajahan.
b. Cepat hilangnya bangsa primitif akibat pengaruh budaya eropa yang tersebar pada masa
penjajahan.
Dari sinilah para antropologi terdorong untuk mengembangkan ilmu antropologi untuk
membangun masyarakat yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ilhamakbar.Sejarah Perkembangan
Antropolog.Dalamhttp://www.kompasiana.com/www..com/, di akses pada 29 November
2015.