Organisasi Konferensi Islam
Organisasi Konferensi Islam
Organisasi kerjasama antar pemerintah atau yang sering dikenal juga sebagai International
Governmental Organization (IGO)telah menjadi bagian penting dalam hubungan internasional
dewasa ini. Organisasi-organisasi ini pada umumnya memiliki jaringan luas yang berfungsi
sebagai saluran kerjasama. Perkembangan teknologi dan transportasi telah menjadikan IGO
berkembang dengan pesat. Di dunia Islam, salah satu organisasi antar bangsa yang paling aktif
adalah Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pada awal pendiriannya OKI difokuskan untuk
menemukan solusi konflik Timur Tengah, yang melibatkan Dunia Arab dan Israel. Akan tetapi
dalam perkembangannya, OKI ikut mengurusi berbagai permasalahan di negara-negara
mayoritas muslim atau pun minoritas muslim.
Sementara negara-negara Islam yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan di atas,
tetap dapat menjadi anggota OKI dengan mengajukan permohonan untuk bergabung dan
permohonan itu harus disetujui minimal dua pertiga negara anggota OKI lainnya pada saat
berlangsungnya Konferensi Tingkat Menteri Luar Negeri pertama setelah perhomohan diajukan.
Selain syarat untuk menjadi anggota, OKI juga memiliki prinsip-prinsip keanggotaan sebagai
berikut:
Komite al-Quds.
Komite Tetap Bidang Keuangan.
Komite Islam untuk Masalah-Masalah ekonomi, Kebudayaan dan Sosial.
Komite Kerjasama Ilmu Pengetahuan dan Teknik.
Komite Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan.
Komite kerja untuk Masalah-Masalah Informasi dan Kebudayaan.
Selain enam komite khusus yang telah disebutkan, OKI juga membentuk organisasi-organisasi
dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang ekonomi dan pembangunan, yakni:
Deklarasi Islamabad tampak cukup menjanjikan untuk menghadapi tantangan abad ke-21, yang
patut ditunggu adalah apakah Deklarasi tersebut dapat diimplementasikan atau hanya akan
menjadi wacana.
Sementara itu, Indonesia juga telah menyarankan empat langkah konkret untuk menghadapi
tantangan abad ke-21:
Kontribusi OKI
Jika menelaah resolusi yang telah dikeluarkan oleh OKI selama ini, terlihat bahwa organisasi
tersebut telah menjadi forum alami untuk mengangkat masalah-masalah yang mempengaruhi
dunia Islam. Namun, OKI sangat selektif dalam memilih masalah mana yang akan ditanganinya
jika permasalahan itu di luar isi resolusi.
Di bidang politik, Oki secara teratur menyerukan penarikan tentara Israel dari wilayah Palestina,
pengakuan hak orang Palestina, dan Palestine Liberation Operation (PLO) sebagai perwakilan
sahnya. Oki juga bekerja aktif meski tanpa banyak efektif praktis melalui Komite Perdamaian
Islam yang didirikan pada 1981, untuk mencoba mengakhiri konflik Israel dan Dunia Arab.
OKI berpengaruh pula dalam mengkordinasi gerakan oposisi internasional terhadap serbuan
Soviet ke Afghanistan. Di tempat lain, sekretaris jenderal menawarkan untuk menengahi perang
saudara di Somalia dan mengecam pemerintah India atas ketidakmampannya melindungi kaum
muslim setelah perusakan Masjid Babri di Ayodzya pada akhir 1992.
Di bidang budaya, OKI secara aktif mendukung pendidikan bagi komunitas muslim di seluruh
dunia. Melalui dana Soidaritas Islam, organisasi ini telah membantuk mendirikan universitas
Islam di Malaysia, Niger, Uganda, dan Bangladesh. Selain bidang politik dan budaya, OKI juga
mendukyng minoritas muslim di seluruh dunia, terutama mereka yang didiskriminasi. Oleh
karena itu, OKI aktif mendukung kaum minoritas di Bulgaria dan Filipina.