Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Fadhillah Nursyawal

Kelas : 12 MIPA 1
Hari, tanggal : Jum’at, 12 Februari 2021

INDONESIA
ESSAY

Blended Learning: Model Pembelajaran Efektif Di Tengah Pandemi


Oleh: Laura Enting Sufandy, Mahasiswa

Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak besar terhadap


pendidikan di perguruan tinggi. Menteri Pendidikan melalui Surat Edaran Mendikbud Nomor 4
Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease
(Covid-19), menghendaki agar seluruh peserta didik bisa mendapatkan layanan pendidikan
yang optimal namun tetap mengutamakan protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-
19 semaksimal mungkin. Kondisi ini membuat Universitas Sanata Dharma menerapkan
kebijakan kuliah daring atau kuliah online. Proses perkuliahan yang semula bersifat
konvensional (tatap muka di kelas) harus bertransformasi menjadi perkuliahan daring
(online) yang dapat dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu.

Perubahan sistem pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak belum siap
sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran secara daring (online). Universitas Sanata
Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari empat bulan. Selama perkuliahan
daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan dan jenuh karena metode pengajaran dirasa
semakin monoton dan tidak efektif. Banyak pengajar yang masih gagap dalam melakukan
pengajaran menggunakan sistem online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara
konvensional.

Selama kuliah daring, kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle sebagai
sarana pembelajaran online. Keterbatasan pada aplikasi Moodle membuat banyak dosen
hanya menggunakannya sebagai tempat "meletakkan" bahan ajar dan tugas. Beberapa dosen
juga tidak memberikan umpan balik atau feedback (penjelasan dan klarifikasi) atas
materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya, dosen justru memberikan tugas yang
porsinya lebih besar daripada kegiatan pengajaran. Harapan bahwa tugas dapat
membantu mahasiswa untuk lebih aktif, kreatif, dan mampu belajar secara mandiri
nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas tersebut justru menambah beban mahasiswa, karena
diberikan dalam porsi banyak dan waktu pengerjaan yang singkat serta seringkali bersamaan
dengan pengerjaan tugas pada mata kuliah lainnya.

Proses transisi dari sistem perkuliahan konvensional menjadi perkuliahan daring


menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen pembelajaran lainnya untuk sesegera
mungkin beradaptasi dan melek teknologi. Universitas perlu menerapkan model
pembelajaran baru agar perkuliahan tetap berjalan optimal seperti BlendedLearning.
Blended learning merupakan perpaduan antara bentuk pembelajaran online dan
konvensional (tatap muka). Model ini banyak mengkombinasikan metode pembelajaran
konvensional (ceramah dan tatap muka) dengan metode belajar mandiri (proyek,
penugasan, dan lab) dan belajar secara online seperti E- learning, ICT (Information and
Communication Technology) dan Multimedia. Model pembelajaran ini bisa digunakan
sebagai alternatif selama masa transisi menuju pembelajaran online yang seutuhnya.

Blended learning dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan


pembelajaran. Dengan blended learning, para pelaku kegiatan pembelajaran di perguruan
tinggi dapat memanfaatkan aksesibilitas komponen online dengan instruksi ruang kelas
tradisional dan dapat memperluas kurikulum tanpa menambah waktu penyelesaian program.
Proses pembelajaran juga lebih berpusat pada mahasiswa. Peran dosen yang semula
sebagai "pemberi ceramah" akan berubah menjadi seorang fasilitator, pendamping,
pembimbing, sekaligus partner bagi mahasiswa untuk mengembangkan skill dan
pengetahuannya.

Blended learning dengan model Enriched-Virtual sangat cocok diterapkan untuk


perkuliahan selama masa new normal ini. Dengan model Enriched-virtual, pembelajaran
yang selama beberapa bulan terakhir dilakukan secara online sekarang dapat dipadukan
dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dapat dilakukan secara live event, yaitu
pembelajaran secara tatap muka pada tempat dan waktu yang sama (classroom) atau pada waktu
yang berbeda namun di tempat yang sama (virtual classroom). Virtual classroom dapat
digunakan untuk memaksimalkan perkuliahan secara online dan meminimalisir
perkuliahan secara tatap muka di kelas. Ini tentu sejalan dengan kerinduan mahasiswa
untuk bisa menghadiri kuliah secara tatap muka di kampus. Dosen dan mahasiswa bisa
melakukan pembelajaran online secara tatap muka dengan memanfaatkan aplikasi video
conference seperti google meeting dan zoom. Perkuliahan tatap muka di kelas dapat dilakukan
satu atau dua kali dengan tetap memperhatikan protokol keselamatan dan membatasi
jumlah mahasiswa dalam satu kelas.

Blended learning memberikan peluang kepada mahasiswa untuk melakukan


pembelajaran secara mandiri sesuai dengan gaya belajar mereka. Kombinasi
perkuliahan dengan tatap muka dan kuliah online akan memberikan pengalaman belajar
yang lebih interaktif. Porsi kuliah online yang lebih besar juga dapat memudahkan
mahasiswa untuk mendapatkan berbagai bentuk materi pembelajaran yang dapat diakses kapan
saja dan dimana saja dengan internet. Proses belajar juga akan lebih menyenangkan dan tidak
monoton, karena menggunakan metode dan media pembelajaran lebih variatif.

Pembelajaran juga dapat dilakukan secara Self-Paced Learning, yaitu


mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang tidak
terbatas waktu, tempat, dan akses bahan belajar. Materi yang bersifat konseptual
atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia, sedangkan materi
yang bersifat prosedural atau membutuhkan praktik di laboratorium dapat disajikan
dalam bentuk animasi atau simulasi berbasis komputer. Mahasiswa dapat melakukan
kegiatan praktik seperti di laboratorium nyata dengan bantuan virtual laboratory. Akan
tetapi, media ini masih memiliki keterbatasan, yaitu hanya dapat dijadikan sebagai bahan
tutorial. Mahasiswa tetap membutuhkan praktik langsung di dalam laboratorium untuk
membuktikan berbagai macam teori dan fenomena yang telah dipelajari. Seluruh bahan
ajar tersebut dapat dikirimkan secara online dalam bentuk streaming video, streaming
audio maupun e-book yang dapat diakses melalui Moodle, Youtube atau Google Clasroom.

Dosen dan mahasiswa juga dapat berkolaborasi untuk menciptakan


komunikasi yang aktif dan bermakna melalui berbagai media komunikasi seperti E- mail,
chatroom, website, weblog, atau forum diskusi online lainnya. Komunikasi ini memberi
kesempatan kepada dosen dan mahasiswa untuk melakukan pendalaman materi maupun
problem solving bersama-sama. Dengan ini, hasil belajar mahasiswa diharapkan dapat
terus meningkat.
Hasil belajar dalam blended learning dapat diukur menggunakan kombinasi
assesment tes (ulangan atau kuis) dan non tes (portofolio, tugas project, pembuatan produk, dan
lain sebagainya). Assesment yang diberikan sebaiknya dapat dikerjakan secara mandiri
menggunakan bantuan ICT dan dapat dikirimkan secara online. Dengan begitu, mahasiswa
akan lebih cepat beradaptasi dengan sistem pembelajaran online.

Blended learning juga memungkinkan pembelajaran dilaksanakan online


sepenuhnya. Melalui Web Enchanced Course, dosen Dan mahasiswa diharapkan bisa
memanfaatkan internet dan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas. Dengan internet, mahasiswa dapat melakukan konmunikasi dengan dosen, dengan
teman, dengan anggota kelompok, bahkan dengan narasumber lain. Pembelajaran online
juga membutuhkan bahan ajar yang menarik dan mudah di pahami. Oleh karena itu,
dosen dan mahasiswa harus bisa bekerjasama untuk mencari dan menemukan metode
dan media belajar yang variatif dan inovatif. Dosen dan mahasiswa juga harus bisa
menggunakan, mengoperasikan, dan mengimplementasikan teknologi dalam proses
pembelajaran online. Dengan begitu, pembelajaran dengan model blended learning
dapat dilaksanakan dengan baik dan diharapkan seluruh elemen pembelajaran bisa lebih
siap untuk melakukan pembelajaran online secara menyeluruh.

Melalui blended learning ini, akses pendidikan, efisiensi serta kualitas


pembelajaran dan pengajaran dapat meningkat. Mahasiswa diharapkan dapat
memanfaatkan media online dan digital untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan problem solving, serta memiliki skill untuk berkomunikasi dan bekerjasama.
Mahasiswa dan dosen juga diharapkan dapat cepat beradaptasi serta selalu memiliki
inisiatif untuk nerkreasi dan berinovasi serta inisiatif untuk mengakses dan
menganalisis informasi guna mencapai pembelajaran online yang sesungguhnya.
A. ANALISIS ISI
1. Memberikan contoh atau ilustrasi
“Universitas Sanata Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari
empat bulan. Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan
dan jenuh karena metode pengajaran dirasa semakin monoton dan tidak efektif.”
2. Menguraikan secara kronologis suatu kejadian
“Selama kuliah daring, kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle
sebagai sarana pembelajaran online. Keterbatasan pada aplikasi Moodle membuat
banyak dosen hanya menggunakannya sebagai tempat "meletakkan" bahan ajar dan tugas.
Beberapa dosen juga tidak memberikan umpan balik atau feedback (penjelasan
dan klarifikasi) atas materi yang telah dipelajari. Sebagai gantinya, dosen justru
memberikan tugas yang porsinya lebih besar daripada kegiatan pengajaran.
Harapan bahwa tugas dapat membantu mahasiswa untuk lebih aktif, kreatif, dan
mampu belajar secara mandiri nyatanya tidak sesuai. Tugas-tugas tersebut justru
menambah beban mahasiswa, karena diberikan dalam porsi banyak dan waktu
pengerjaan yang singkat serta seringkali bersamaan dengan pengerjaan tugas pada
mata kuliah lainnya.”
3. Mendefinisikan istilah yang berkaitan
“Proses transisi dari sistem perkuliahan konvensional menjadi perkuliahan
daring menuntut mahasiswa, dosen, dan elemen pembelajaran lainnya untuk
sesegera mungkin beradaptasi dan melek teknologi.”
“Universitas perlu menerapkan model pembelajaran baru agar perkuliahan
tetap berjalan optimal seperti BlendedLearning. Blended learning merupakan
perpaduan antara bentuk pembelajaran online dan konvensional (tatap muka).”
4. Membandingkan atau mengontraskan
“Pembelajaran juga dapat dilakukan secara Self-Paced Learning, yaitu
mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri yang tidak
terbatas waktu, tempat, dan akses bahan belajar. Materi yang bersifat
konseptual atau pemahaman dapat disajikan dalam bentuk text maupun multimedia,
sedangkan materi yang bersifat prosedural atau membutuhkan praktik di
laboratorium dapat disajikan dalam bentuk animasi atau simulasi berbasis
komputer.”
5. Menganalisis atau mencari sebab akibat
 Sebab : “Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak
besar terhadap pendidikan di perguruan tinggi.”
 Akibat : “Proses perkuliahan yang semula bersifat konvensional (tatap muka di kelas)
harus bertransformasi menjadi perkuliahan daring (online) yang dapat
dilakukan tanpa terbatas tempat dan waktu. Menguraikan akibat atau konsekuensi”
6. Menerapkan bagaimana cara kerja atau fungsi
“Blended learning dengan model Enriched-Virtual sangat cocok diterapkan
untuk perkuliahan selama masa new normal ini. Dengan model Enriched-virtual,
pembelajaran yang selama beberapa bulan terakhir dilakukan secara online
sekarang dapat dipadukan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dapat
dilakukan secara live event, yaitu pembelajaran secara tatap muka pada tempat dan waktu
yang sama (classroom) atau pada waktu yang berbeda namun di tempat yang sama
(virtual classroom).”
7. Melukiskan fisik atau watak orang, tempat, barang, atau tindakan yang dibicarakan
 Mahasiswa yang mengeluh bosan dan jenuh karena metode pengajaran
 kebanyakan dosen juga baru memanfaatkan Moodle sebagai sarana pembelajaran
online.

B. STRUKTUR
1. Pendahuluan (Pernyataan Umum)
Paragraf 1.
2. Isi (Argumen)
Paragraf 2 sampai Paragraf 11.
3. Simpulan (Penegasan Ulang)
Paragraf 12.

C. UNSUR KEBAHASAAN
1. Menggunakan pernyataan persuasive
“Universitas perlu menerapkan model pembelajaran baru agar perkuliahan
tetap berjalan optimal seperti BlendedLearning. Blended learning merupakan
perpaduan antara bentuk pembelajaran online dan konvensional (tatap muka).”
“Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan media online dan digital
untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan problem solving, serta
memiliki skill untuk berkomunikasi dan bekerjasama. Mahasiswa dan dosen juga
diharapkan dapat cepat beradaptasi serta selalu memiliki inisiatif untuk nerkreasi
dan berinovasi serta inisiatif untuk mengakses dan menganalisis informasi guna
mencapai pembelajaran online yang sesungguhnya.”
2. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta
“Penyebaran virus Sars-Cov-19 di Indonesia memberikan dampak besar
terhadap pendidikan di perguruan tinggi. Menteri Pendidikan melalui Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa
Darurat Coronavirus Disease (Covid-19), menghendaki agar seluruh peserta didik
bisa mendapatkan layanan pendidikan yang optimal namun tetap mengutamakan
protokol kesehatan guna memutus rantai Covid-19 semaksimal mungkin.”
“Universitas Sanata Dharma menerapkan kebijakan kuliah daring atau kuliah
online. Universitas Sanata Dharma sudah melakukan kuliah daring selama lebih dari
empat bulan.”
3. Berisi pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari
“Selama perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang mengeluh bosan dan
jenuh karena metode pengajaran dirasa semakin monoton dan tidak efektif. Banyak
pengajar yang masih gagap dalam melakukan pengajaran menggunakan sistem
online, karena terbiasa melakukan perkuliahan secara konvensional.”
“Melalui blended learning ini, akses pendidikan, efisiensi serta kualitas
pembelajaran dan pengajaran dapat meningkat.”
“Akan tetapi, media ini masih memiliki keterbatasan, yaitu hanya dapat
dijadikan sebagai bahan tutorial. Mahasiswa tetap membutuhkan praktik langsung
di dalam laboratorium untuk membuktikan berbagai macam teori dan fenomena
yang telah dipelajari.”
4. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya
“Perubahan sistem pembelajaran yang mendadak membuat banyak pihak
belum siap sepenuhnya untuk melakukan pembelajaran secara daring (online).”

Anda mungkin juga menyukai