Anda di halaman 1dari 4

Nama : Vera Apriliani

Kelas : XII MIPA 2


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia (Essai)

Dampak Pandemi terhadap Sektor Pendidikan


Oleh : Yoga Indra, Mahasiswa

Di awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan munculnya suatu virus yang sangat mematikan. Virus
tersebut adalah virus corona. Virus itu menimbulkan penyakit yang disebut Covid-19. Virus corona,
pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus corona ini sangat cepat bermutasi,
sehingga penyebarannya juga sangat cepat. Virus corona bisa ditularkan melalui cairan tubuh, seperti
ludah dan darah, serta melalui perantara benda yang ada di sekitar kita, atau melalui udara. Selain itu,
penderita Covid-19 sangat sulit untuk dideteksi secara kasat mata, karena gejala yang muncul hampir
sama dengan gejala demam pada umumnya.

Sejak awal kemunculannya, virus corona ini telah menelan banyak korban jiwa. Akibatnya, beberapa
negara di dunia menerapkan sistem lockdown. Begitu pula negara Indonesia. Selama masa pandemi,
pemerintah telah menerapkan kebijakan lockdown di beberapa daerah atau provinsi. Pandemi Covid-19
ini berdampak signifikan terhadap perekonomian negara dan sektor lainnya. Salah satunya adalah sektor
pendidikan.

Selama masa pandemi, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengatur sistem pendidikan secara lebih
lanjut. Kebijakan tersebut adalah, mewajibkan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran secara
daring. Dengan adanya kebijakan tersebut, tentu saja akan ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh
berbagai pihak, untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran secara online/daring. Selain itu,
adanya perombakan dalam sistem pendidikan ini, mengakibatkan para peserta didik, pendidik, serta
tenaga kependidikan harus melewati masa transisi, dari proses pembelajaran tatap muka ke pembelajaran
virtual atau daring.

Proses pembelajaran secara daring ini menuai polemik di berbagai kalangan. Terutama di kalangan
peserta didik dan orang tua peserta didik. Mereka yang setuju akan kebijakan tersebut, serta memiliki
fasilitas yang sudah lengkap, beranggapan bahwa proses pembelajaran daring ini dapat menghemat biaya
hidup mereka. Seperti biaya transportasi dan konsumsi yang berkurang, serta pengumpulan tugas yang
bisa dilakukan melalui platform dan aplikasi pada perangkat seluler. Sehingga, tidak perlu
mengumpulkan tugas secara langsung seperti pada waktu pembelajaan tatap muka.

Sedangkan, mereka yang merasa keberatan, beranggapan bahwa proses pembelajaran secara daring ini,
kurang efektif untuk diberlakukan. Alasannya, karena tidak semua orang memiliki kemampuan yang
sama dalam menangkap informasi atau menerima materi pembelajaran. Akibatnya adalah, pemahaman
peserta didik terhadap materi yang diberikan selama pembelajaran daring, menjadi tidak maksimal. Selain
itu, pendidik juga mengalami kesulitan dalam memberikan pemahaman mengenai pendidikan karakter
kepada siswa/mahasiswanya, yang seharusnya dilakukan secara objektif, atau melalui pengamatan
langsung. Bahkan tidak hanya itu, keterbatasan perangkat dan kendala sinyal, menjadi permasalahan
utama yang menghambat proses pembelajaran daring ini. Terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok
atau daerah terpencil.
Dari polemik yang terjadi, akhirnya pemerintah memberikan solusinya. Sejak saat itu pemerintah gencar
memberikan bantuan alat belajar berupa smartphone atau laptop, kepada peserta didik yang
membutuhkan, untuk menunjang proses belajar daring. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan
kuota internet gratis bagi seluruh peserta didik di Indonesia. Namun, tunjangan berupa kuota gratis
tersebut, belum menjamin maksimalnya proses pembelajaran online. Karena, besar kemungkinan peserta
didik, menggunakan bantuan kuota internet tersebut untuk kepentingan lain, di luar keperluan belajar.
Akibatnya, tetap saja proses pembelajaran daring tidak berjalan secara maksimal.

Namun, dibalik itu semua, kebijakan pembelajaran daring ini, bukanlah sebuah pilihan. Melainkan,
sebuah keharusan bagi setiap pelaku di sektor pendidikan. Hal ini bertujuan untuk memutus rantai
penyebaran Covid-19, dan mengembalikan situasi seperti sedia kala.

Setelah hampir setahun dilaksanakannya proses pembelajaran daring, kini masuk ke tahun ajaran 2020-
2021. Pemerintah mulai merancang kebijakan baru, terkait sistem pendidikan yang akan digunakan
selanjutnya. Kebijakan tersebut adalah, mulai memperbolehkan sistem pembelajaran tatap muka, namun
dengan syarat khusus.

Syarat tersebut adalah, instansi pendidikan yang akan menyelenggarakan sistem tatap muka, harus berada
pada zona hijau. Syarat selanjutnya adalah, instansi pendidikan tersebut memiliki ijin dari pemerintah
daerah, dan harus memenuhi semua daftar periksa, serta siap melakukan pembelajaran tatap muka. Dan
syarat yang terakhir adalah orang tua siswa/mahasiswa menyetujui kebijakan pembelajaran tatap muka
tersebut. Sedangkan, untuk instansi pendidikan yang masih berada pada zona kuning, oranye, dan merah,
harus tetap belajar secara daring.

Di sisi lain, rencana kebijakan baru tersebut, menuai polemik kembali. Hal ini karena, sebelumnya angka
kasus terinfeksi Covid-19 sudah sempat menurun. Namun, bertepatan dengan dirancangnya kebijakan
tersebut, angka kasus terinfeksi Covid-19 kembali meningkat. Akibatnya, beberapa instansi pendidikan
mengurungkan berlangsungnya sistem pembelajaran tatap muka tersebut. Mereka mengkhawatirkan
upaya yang dilakukan selama ini menjadi sia-sia.

Covid-19 sangatlah merugikan sebagian besar pihak dan kebelangsungan hidup manusia. Salah satunya
dalam sektor pendidikan ini. Selama masa pandemi, kita banyak mengandalkan teknologi, dan menerima
berbagai macam informasi yang kebenarannya juga belum dapat dipastikan. Oleh karena itu, sangat
penting adanya kesadaran dari dalam diri untuk menyaring setiap informasi yang masuk, serta
memaksimalkan potensi diri untuk lebih fokus dalam belajar di masa pandemi. Selain itu, peran orang tua
juga sangat penting dalam mendampingi, mengawasi, dan membimbing anak-anak mereka. Pada intinya,
kasus Covid-19 ini haruslah menjadi pembelajaran untuk kita semua, agar membiasakan diri dengan pola
hidup bersih, disiplin, dan teratur, sehingga tercapai kehidupan yang normal kembali.
Analisis isi

Struktur

1. Pendahuluan (Pernyataan Umum)

Dari paragraf satu sampai paragraf dua.

2. Isi (Argumen)

Dari paragraf tiga sampai paragraf sepuluh.

3. Simpulan (Penegasan Ulang)

Paragraf sebelas.

Unsur kebahasaan

1. Menggunakan pernyataan persuasif

 Dengan adanya kebijakan tersebut, tentu saja akan ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh
berbagai pihak, untuk menunjang keberlangsungan proses pembelajaran secara online/daring.
Selain itu, adanya perombakan dalam sistem pendidikan ini, mengakibatkan para peserta didik,
pendidik, serta tenaga kependidikan harus melewati masa transisi, dari proses pembelajaran tatap
muka ke pembelajaran virtual atau daring.
 pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan selama pembelajaran daring, menjadi
tidak maksimal. Selain itu, pendidik juga mengalami kesulitan dalam memberikan pemahaman
mengenai pendidikan karakter kepada siswa/mahasiswanya, yang seharusnya dilakukan secara
objektif, atau melalui pengamatan langsung. Bahkan tidak hanya itu, keterbatasan perangkat dan
kendala sinyal, menjadi permasalahan utama yang menghambat proses pembelajaran daring ini.
Terutama bagi mereka yang tinggal di pelosok atau daerah terpencil.
 Namun, tunjangan berupa kuota gratis tersebut, belum menjamin maksimalnya proses
pembelajaran online. Karena, besar kemungkinan peserta didik, menggunakan bantuan kuota
internet tersebut untuk kepentingan lain, di luar keperluan belajar. Akibatnya, tetap saja proses
pembelajaran daring tidak berjalan secara maksimal.

2. Menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta

 Di awal tahun 2020, dunia dihebohkan dengan munculnya suatu virus yang sangat mematikan.
Virus tersebut adalah virus corona. Virus itu menimbulkan penyakit yang disebut Covid-19.
Virus corona, pertama kali ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus corona ini sangat
cepat bermutasi, sehingga penyebarannya juga sangat cepat. Virus corona bisa ditularkan melalui
cairan tubuh, seperti ludah dan darah, serta melalui perantara benda yang ada di sekitar kita, atau
melalui udara.
 Selama masa pandemi, pemerintah menetapkan kebijakan untuk mengatur sistem pendidikan
secara lebih lanjut. Kebijakan tersebut adalah, mewajibkan peserta didik untuk melakukan proses
pembelajaran secara daring.
 Setelah hampir setahun dilaksanakannya proses pembelajaran daring, kini masuk ke tahun ajaran
2020-2021. Pemerintah mulai merancang kebijakan baru, terkait sistem pendidikan yang akan
digunakan selanjutnya. Kebijakan tersebut adalah, mulai memperbolehkan sistem pembelajaran
tatap muka, namun dengan syarat khusus.
 Syarat tersebut adalah, instansi pendidikan yang akan menyelenggarakan sistem tatap muka,
harus berada pada zona hijau. Syarat selanjutnya adalah, instansi pendidikan tersebut memiliki
ijin dari pemerintah daerah, dan harus memenuhi semua daftar periksa, serta siap melakukan
pembelajaran tatap muka. Dan syarat yang terakhir adalah orang tua siswa/mahasiswa menyetujui
kebijakan pembelajaran tatap muka tersebut. Sedangkan, untuk instansi pendidikan yang masih
berada pada zona kuning, oranye, dan merah, harus tetap belajar secara daring.

3. Berisi pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari

 Akibatnya, tetap saja proses pembelajaran daring tidak berjalan secara maksimal.
 Namun, dibalik itu semua, kebijakan pembelajaran daring ini, bukanlah sebuah pilihan.
Melainkan, sebuah keharusan bagi setiap pelaku di sektor pendidikan.
 Covid-19 sangatlah merugikan sebagian besar pihak dan kebelangsungan hidup manusia. Salah
satunya dalam sektor pendidikan ini. Selama masa pandemi, kita banyak mengandalkan
teknologi, dan menerima berbagai macam informasi yang kebenarannya juga belum dapat
dipastikan.

4. Menggunakan istilah teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya

 Sejak awal kemunculannya, virus corona ini telah menelan banyak korban jiwa.
 Kebijakan tersebut adalah, mewajibkan peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran
secara daring.
 Pandemi Covid-19 ini berdampak signifikan terhadap perekonomian negara dan sektor lainnya.
Salah satunya adalah sektor pendidikan.

5. Menggunakan kata kerja mental

 mengkhawatirkan

6. Memiliki gaya bahasa yang khas yang membedakannya dengan penulis yang lain

Anda mungkin juga menyukai