Dosen Pengampu :
FAKULTAS TARBIYAH
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Alloh swt yang maha pengasih lagi maha
penyang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah batsul kutub.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah batsul kutub ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca
Penyusun
2
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………2
DAFTAR ISI …………………………………………………3
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………4
A. Latar belakang …………………………………………………4
B. Rumusan masalah …………………………………………………5
C. Maksud dan tujuan …………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ta’dzhim ...........................................................................5
B. Pengertian Etika Dan ………………………………………………...6
Ibadah
C. Bagaimana ta’dzhim
antara ibadah dan etika ………………………………………………...9
3
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyelenggaraan pendidikan bukan hanya untuk koleksi dan
menggambar manusia yang cerdas otaknya atau kecerdasan dalam
melaksanakan tugas. Namun di samping itu juga diharapkan mampu
menghasilkan manusia yg memiliki moral dan budi pekerti baik. Namun,
dalam kenyataannya memang manusia indonesia(anak-anak remaja) saat ini,
kurang memperhatikan moral yang diambil seperti halnya mengahargai, nilai-
nilai seperti tawuran pelajar, kurang menaati norma keluarga, hidup tidak
disiplin dan kurang rasa hormati orang tua dan guru lain sebagainya. Semua
kondisi ini dibarengi dengan tren globalisasi manusia indonesia cenderung
berprilaku keras, cepat, akseleratif dalam menyelesaikan sesuatu dan budaya
instan. Manusia menyetujui hidup seperti robot. Selalu menantang persaingan
dan konflik yang tinggi antar sesema. Perputaran roda hidup semakin cepat,
yang membuat manusia menghilangkan norma-norma universal. Dengan
berubahnya zaman maka akan semakin berubah juga habitat dan etika
manusia. Oleh sebab itu dengan adanya Makalah ini mengharap yang
membaca bisa memahami isi makalah ini. Tercapainya anak didik untuk
menjadi manusia yang sempurna tersebut merupakan tujuan dari Pendidikan
Agama Islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mahmud Yunus bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mendidik anak-anak pemuda-pemudi
maupun orang dewasa supaya menjadi seorang masyarakat yang sanggup
hidup diatas kakinya sendiri, mengabdi kepada Alloh dan berbakti kepada
bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia. Hal serupa juga
dikatakan oleh Muhammad Athiyyah Al-Abrasy, yang merumuskan bahwa
tujuan Pendidikan Agama Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna.
Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan agama islam
dengan mendidik akhlak dan jiwa anak didik, menannamkan rasa fadhilah,
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka
untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur
4
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian ta’dzim
2. Apa Pengertian etika dan ibadah
3. Bagaimana ta’dzhim antara ibadah dan etika
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui apa pengertian ta’dzhim
2. Agar kita mengetahui perbedaan pengertian etika dan ibadah
3. Agar kita mengetahui bagaimana ta’dzhim antara ibadah dan etika
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TA’DZHIM
Pada era global ini, banyak sekali seorang pelajar yang belum peka akan
lembutnya sentuhan ilmu, dan tidak pula ilmunya akan bermanfaat jika
seandainya dia tidak mempunyai rasa mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu,
maupun ta’dzim kepada gurunya. Jika dahulu makna Guru adalah digugu lan
ditiru (didengarkan dan dijadikan tauladan), namun di zaman ini makna Guru
menjadi diguyu lan ditinggal turu (diremehkan dan tidak diperhatikan). Apa
itu ta’dhim ? Ta’dhim merupakan bentuk mashdar dari fi’il madzi ‘adhama yang
artinya mengagungkan. Sedangkan dalam bahasa inggris biasa disebut respect
yang berarti sopan-santun, menghormati dan mengagungkan orang yang lebih tua
atau yang dituakan. W.J.S. Poerwadarminta mengatakan bahwa
sikap ta’dzim adalah perbuatan atau perilaku yang mencerminkan kesopanan dan
menghormati kepada orang lain, terlebih kepada orang yang lebih tua darinya atau
pada seorang kyai, guru dan orang yang dianggap mulia.Dari pendapat di atas
dapat simpulkan bahwa sikap ta’dzim adalah suatu totalitas dari kegiatan ruhani
5
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
6
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
7
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
sebagainya. Selain itu juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku
manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi
dan sebagainya.
c. Dilihat dari segi fungsinya Etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan
penetap terhadap seuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah
perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Dengan demikian etika tersebut berperan sebagai konseptor terhadap
sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada
pengkajian sistem nilai-nilai yang ada.
d. Dilihat dari segi sifatnya Etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah
sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika
lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik dan buruk. Berbagai
pemikiran yang dikemukakan filosof barat mengenai perbuatan baik dan buruk
dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir.
Dengan demikian etika sifatnya humanisstis dan antroposentrid yakni pada
pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika aturan
atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
b. Pengertian Ibadah
Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan manusia
atas dasar patuh terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk mendekatka diri
kepada Nya. Ibadah menurut bahasa (etimologis) adalah diambil dari kata
ta’abbud yang berarti menundukkan dan mematuhi dikatakan thariqun mu’abbad
yaitu : jalan yang ditundukkan yang sering dilalui orang. Ibadah dalam bahasa
Arab berasal dari kata abda’ yang berarti menghamba. Jadi, meyakini bahwasanya
dirinya hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki keberdayaan apa- apa
sehingga ibadah adalah bentuk taat dan hormat kepada Tuhan Nya. Sementara
secara terminologis, Hasbi- Al Shiddieqy dalam kuliah ibadahnya,
mengungkapkan : Menurut ulama’ Tauhid ibadah adalah : “pengesaan Allah dan
pengagunganNya dengan segala kepatuhan dan kerendahan diri kepada- Nya.”
Menurut ulama’ Akhlak, ibadah adalah: “Pengamalan segala kepatuhan kepada
8
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
9
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
diantara para makhlukNya. Allah ta’ala berfirman, (“Dan ketika Aku berkata
kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kalian kepada Adam.’ Maka mereka bersujud
kecuali iblis. Iblis berkata, ‘Apakah aku harus bersujud kepada makhluk yang
dicipta dari tanah?’). Dalam ayat yang lain dijelaskan, (“Aku (: iblis) lebih baik
dari dia (: Adam). Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari
tanah.”). dalam ayat yang lain, (“Kemudian kesemua malaikat bersujud kecuali
iblis. Dia tidak mau bila termasuk diantara orang-orang yang bersujud.”). Para
malaikat menghormati / memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, sedangkan
iblis sombong dan tidak mau bersujud kepada makhluk yang dicipta dari tanah.
Iblis adalah makhluk pertama yang melakukan qiyas dalam urusan agama dengan
pendapatnya sendiri dan berkata, “Aku lebih baik darinya.” Alasan yang dia pakai
adalah iblis dicipta dari api sedangkan adam dicipta dari tanah, sehingga dia tidak
mau memuliakannya dan tidak mau bersujud kepadanya. Iblis adalah makhluk
pertama yang sombong dan tidak mau memuliakan makhluk yang dimuliakan
Allah, sehingga iblis tertolak dari rahmat Allah karena kesombongannya terhadap
seorang hamba yang sholih. Itu adalah sebuah bentuk kesombongan terhadap
Allah, karena bersujud sebenarnya adalah kepada Allah karena Dia telah
memerintahkannya. Allah telah menjadikan sujud kepada Adam sebagai bentuk
pemuliaan dan penghormatan kepada Adam dan Adam termasuk golongan yang
meng-esakan Allah. Diantara dalil yang menjelaskan tentang penghormatan
kepada orang-orang sholih, antara lain, Allah berfirman dalam haknya Yusuf,
(“Dan dia mendudukkan ayahnya diatas singgasana dan mereka bersujud
kepadanya (: Yusuf)”, adalah sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan
terhadap Yusuf dari saudara-saudaranya. Dimungkin bersujud diperbolehkan
dalam syariat mereka, atau seperti sujudnya para malaikat kepada Adam sebagai
bentuk pemuliaan, penghormatan dan bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah
sebagai bentuk tafsiran dari mimpi Yusuf, karena mimpi seorang nabi adalah
wahyu. Adapun nabi Muhammad saw, maka Allah berfirman, (“Sesungguhnya
Aku telah mengutusmu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan yang menakut-
nakuti, supaya mereka beriman kepada Allah dan RasulNya dan mereka
memuliakannya”). Allah berfirman, (“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah
10
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
11
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
Amr ibn al ‘Ash berkata, “Tidak seorangpun yang lebih aku cintai dibandingkan
Rasulullah dan tidaklah ada yang lebih mulia dibandingkan beliau. Tidaklah aku
mampu memenuhi mataku ini dari beliau karena memuliakan beliau. Seandainya
aku diminta untuk mensifati beliau, maka sudah tentu aku tidak akan mampu
karena aku tidak pernah memenuhi mataku ini dengan melihat beliau.” (HR.
Muslim dalam al-Shahih kitab iman bab islam menghancurkan agama
sebelumnya)
12
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
“Kami duduk disisi Nabi saw yang seakan-akan ada burung diatas kepala kami.
Tidak ada orang diantara kami yang berkata kemudian orang-orang mendatangi
beliau dan bertanya, ‘Diantara para hamba Allah, siapakah yang paling disukai
Allah?’ beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya.” Seperti yang telah
dijelaskan dalam al Targhib (juz 4 halaman 187). Abu Ya’la dalam kitab
shahihnya telah meriwayatkan dari al Barra’ ibn ‘Azib, dia berkata, “Suau hari
aku sangat ingin bertanya kepada Rasulullah tentang suatu perkara, namun aku
mengakhirkannya selama dua tahun karena kewibawaan yang beliau meliki.” Al
Baihaqi telah meriwayatkan dari al Zuhri, dia berkata, “Seorang sahabat anshor
telah bercerita kepadaku, sesungguhnya Rasulullah saw ketika berwudhu atau
berludah, maka para sahabat akan memperebutkan ludah beliau kemudian mereka
mengusapkannya ke muka dan kulit mereka. Rasulullah saw bertanya, “Kenapa
kalian melakukan itu?” mereka menjawab, “Kami mencari berkahmu.” Kemudia
rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa ingin dicintai Allah dan RasulNya, maka
benarkanlah hatids, penuhilah amanah dan jagan sakiti tetangga kalian.” Seperti
yang dijelaskan dalam al Kanz (juz 8 halaman 228) .Kesimpulannya, terdapat dua
perkara besar yang harus dikaji. Pertama, kewajiban memuliakan Nabi saw dan
meninggikan derajat beliau melebihi makhluk yang lain. Kedua, mengesakan sifat
ketuhanan berkeyakinan bahwa Allah adalah esa dalam dzat, sifat dan
perbuatanNya. Barangsiapa memiliki keyakinan bahwa ada yang menyekutui
Allah dalam dzat, sifat atau perbuatan, maka dia telah melakukan perbuatan syirik
seperti orang-orang musyrik yang telah meyakini sifat Tuhan bagi berhala dan
mereka menyembahnya. Dan barangsiapa yang merendahkan martabat Rasulullah
maka dia telah melakukan kemaksiatan atau melakukan kekufuran.
Adapun orang yang berlebih-lebihan dalam memuliakan beliau dengan bentuk
apapun dan tidak mensifati beliau dengan sifat-sifat Tuhan, maka dia telah benar
dan telah menjaga dari sisi ketuhanan dan kerasulan. Itu adalah perkataan yang
sangat pas, tidak lebih dan tidak kurang. Ketika ditemukan dalam perkataan orang
mukmin tentang penyandaran suatu hal kepada selain Allah, maka diwajibkan
untuk membawanya pada majaz ‘aqli dan tidak ada jalan untuk mengkafirkannya,
karena majaz ‘aqli juga digunakan dalam al Qur’an dan sunnah.
13
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Franz Magnissuseno adalah seorang guru besar filsafat sosial, ia
mengemukakan di dalam bukunya bahwa etika adalah usaha manusia untuk
memakai akal budi dan daya fikirnya untuk memecahkan masalah bagaimana
ia harus hidup kalau ia mau menjadi baik Menurut ulama’ Tauhid ibadah
adalah : “pengesaan Allah dan pengagunganNya dengan segala kepatuhan
dan kerendahan diri kepada- Nya.” Menurut ulama’ Akhlak, ibadah adalah:
“Pengamalan segala kepatuhan kepada Allah secara badaniah, dengan
menegakkan syariah- Nya.” Menurut ulama’ Tasawuf, ibadah adalah:
“Perbuatan mukalaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya untuk
mengagungkan Tuhan- Nya.” Sedangkan menurut ulama’ Fikih, ibadah
adalah: “Segala kepatuhan yang dilakukan untuk mencapai rida Allah, dengan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat. Menurut jumhur ulama’: “Ibadah
adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang disukai Allah dan yang
diridlai- Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang- terangan
maupun diam- diam.”1 Dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
ibadah disamping merupakan sikap diri yang pada mulanya hanya ada dalam
hati juga diwujudkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan, sekaligus cermin
ketaatan kepada Allah Makna sesungguhnya dalam ibadah ketika seseorang
diciptakan maka tidak semata- mata ada di dunia ini tanpa ada tujuan di balik
penciptaannya tersebut Menumbuhkan kesadaran diri manusia bahwa ia
adalah makhluk Allah SWT. yang diciptakan sebagai insan yang mengabdi
14
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
kepada- Nya. Banyak orang yang salah dalam memahami hakikat ta’dzim /
penghormatan dan hakikat ibadah. Sehingga mereka mencampur diantara
keduanya dan mengatakan bahwa segala bentuk ta’dzim adalah suatu ibadah
atau pengabdian kepada orang yang dihormati Ketika ditemukan dalam
perkataan orang mukmin tentang penyandaran suatu hal kepada selain Allah,
maka diwajibkan untuk membawanya pada majaz ‘aqli dan tidak ada jalan
untuk mengkafirkannya, karena majaz ‘aqli juga digunakan dalam al Qur’an
dan sunnah
15
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
DAFTAR PUSTAKA
http://buxet.blogspot.com/2015/06/tadhim-antara-dulu-dan-sekarang.html
https://ppmiblog.wordpress.com/2017/01/12/tadzim-diantara-ibadah-dan-etika/
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/559/2/BAB%20%202.pdf
16
Makalah Batsul Kutub “ ta’dzhim antara ibadah dan etika”
17