Anda di halaman 1dari 70

Reaksi

Redoks
Reaksi Redoks – Pengantar
Elektrokimia merupakan cabang dari ilmu kimia yang secara khusus mempelajari
hubungan listrik dan reaksi kimia. Proses-proses elektrokimia merupakan reaksi redoks
(oksidasi-reduksi) di mana energi yang dihasilkan dari reaksi spontan dikonversi menjadi
energi listrik atau di mana energi listrik digunakan untuk mendorong suatu reaksi
nonspontan untuk terjadi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Stoikiometri
Sistem Periodik Unsur
Pada reaksi kimia, atom-atom hanya disusun ulang, tidak ada yang diciptakan ataupun
dimusnahkan. Kemudian, ada beberapa hal khusus yang perlu
diperhatikan. Elektron ditransfer dari satu substansi ke substansi lainnya, sehingga perlu
diperhatikan dari mana dan ke mana elektron ditransfer serta besarnya muatan yang
dibawa elektron-elektron tersebut. Jadi, ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam
menyetarakan persamaan reaksi redoks: (1) jumlah atom, (2) jumlah elektron yang
ditransfer, dan (3) jumlah muatan reaktan dan produk.
Penyetaraan Reaksi Redoks
Ada 2 metode dalam menyetarakan persamaan reaksi redoks:

Metode Perubahan Biloks


1. Menentukan biloks masing-masing substansi dan mengidentifikasi atom/ion mana
yang mengalami perubahan biloks.

2. Menuliskan jumlah elektron yang dilepaspada oksidasi dan jumlah elektron yang
diterima pada reduksi berdasarkan jumlah perubahan biloks (bisa dibantu dengan
menggambar garis antara atom/ion yang mengalami oksidasi dan yang mengalami
reduksi)

3. Menghitung koefisien reaksi reaktan dengan bilangan bulat terkecil yang dapat
menyetarakan jumlah elektron yang ditransfer selama oksidasi dan selama reduksi, lalu
menyetarakan koefisien reaktan dan produk.
4. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)

Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:


5. Menambahkan OH−(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan
jumlah H+(aq)

6. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi

Metode Setengah-Reaksi (metode ion-elektron)


1. Membagi persamaan reaksi ke dalam 2 setengah-reaksi: oksidasi dan reduksi

2. Menyetarakan atom-atom selain H dan O pada masing-masing setengah-reaksi

3. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)

4. Menyetarakan muatan dengan elektron (e−)


5. Mengalikan koefisien masing-masing setengah-reaksi dengan bilangan bulat tertentu
agar jumlah e−yang dilepas dalam setengah-reaksi oksidasi sama dengan jumlah
e− yang diterima dalam setengah-reaksi reduksi

6. Menggabungkan kedua setengah-reaksi yang sudah setara tersebut menjadi satu


persamaan reaksi, lalu menghilangkan jumlah spesi-spesi yang sama pada kedua sisi

Untuk reaksi redoks dalam larutan suasana basa:

7. Menambahkan OH−(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan
jumlah H+(aq)

8. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi

Contoh soal Reaksi Redoks


MnO4−(aq) + C2O42−(aq) → MnO2(s) + CO32−(aq)
Setarakan persamaan reaksi redoks dalam larutan suasana basa di atas dengan
menggunakan metode:

(a) perubahan biloks

(b) setengah-reaksi
Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana energi listrik digunakan untuk
menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Reaksi elektrolisis dapat didefinisikan sebagai
reaksi peruraian zat dengan menggunakan arus listrik. Prinsip kerja sel elektrolisis
adalah menghubungkan kutub negatif dari sumber arus searah ke katode dan kutub
positif ke anode sehingga terjadi overpotensial yang menyebabkan reaksi reduksi dan
oksidasi tidak spontan dapat berlangsung. Elektron akan mengalir dari katode ke anode.
Ion-ion positif akan cenderung tertarik ke katode dan tereduksi, sedangkan ion-ion
negatif akan cenderung tertarik ke anode dan teroksidasi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Kimia Unsur
Logam Alkali dan Alkali Tanah
Tabel Periodik Unsur
Susunan Sel Elektrolisis
Secara umum, sel elektrolisis tersusun dari:

 Sumber listrik yang menyuplai arus searah (dc), misalnya baterai.


 Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.
 Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
 Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.

Susunan sel elektrolisis (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The
Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel elektrolisis lelehan NaCl. Sel elektrolisis
tidak memerlukan jembatan garam seperti halnya sel Volta. Elektrode yang digunakan
dapat berupa elektrode inert seperti platina atau grafit yang tidak teroksidasi ataupun
tereduksi dalam sel.

Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkan arus listrik searah dari sumber tegangan
listrik. Elektron dari kutub negatif akan mengalir menuju ke katode. Akibatnya, ion-ion
positif Na+ dalam lelehan NaCl akan tertarik ke katode dan menyerap elektron untuk
tereduksi menjadi Na yang netral. Sementara itu, ion-ion negatif Cl − dalam lelehan akan
tertarik ke anode di kutub positif. Ion-ion Cl − akan teroksidasi menjadi gas Cl2 yang netral
dengan melepas elektron. Elektron tesebut kemudian dialirkan anode dan diteruskan ke
kutub positif sumber tegangan listrik. Jadi, reaksi redoks yang terjadi pada sel
elektrolisis lelehan NaCl dapat ditulis sebagai berikut.
 Katode (reduksi)     : Na+(l) + e− → Na(l)
 Anode (oksidasi)    : 2Cl−(l) → Cl2(g) + 2e−
 Reaksi sel (redoks) : 2Na+(l) + 2Cl−(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
Reaksi Elektrolisis
Secara umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan reaksi redoks yang lebih
sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air, kation akan direduksi di katode dan
anion akan dioksidasi di anoda. Sebagai contoh, pada elektrolisis lelehan MgBr 2, ion
Mg2+ akan tereduksi di katode membentuk logam Mg dan ion Br − akan teroksidasi di
anode membentuk gas Br2.
Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan, ada beberapa reaksi
redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak kompleks. Beberapa faktor yang
menentukan reaksi elektrolisis larutan elektrolit antara lain sebagai berikut.

1. Sesi-spesi yang berada di dalam larutan elektrolit

 spesi yang tereduksi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih positif
 spesi yang teroksidasi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih negatif
(potensial oksidasi lebih positif)
2. Sifat bahan elektrode, inert atau aktif

 elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi redoks
elektrolisis. Contoh: platina (Pt), emas (Au), dan grafit (C)
 elektrode aktif adalah elektrode yang dapat terlibat dalam reaksi redoks
elektrolisis. Contoh: tembaga (Cu), krom (Cr), dan nikel (Ni)
3. Potensial tambahan (overpotensial) yang diberikan

 Overpotensial dibutuhkan untuk melampaui interaksi pada permukaan elektrode


yang umumnya sering terjadi ketika elektrolisis menghasilkan gas.
Berdasarkan data potensial elektrode standar, reaksi elektrolisis larutan elektrolit pada
keadaan standar dapat diprediksikan mengikuti ketentuan berikut.
Sebagai contoh, perhatikan perbedaan elektrolisis larutan AgNO 3 dengan elektrode
grafit dan elektrode perak (Ag) berikut.
a. Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode grafit
Pada katode, spesi yang mengalami reduksi adalah Ag +. Hal ini dikarenakan Ag tidak
termasuk logam aktif yang potensial reduksinya lebih negatif dari potensial reduksi air.
Katode: Ag+(aq) + e− → Ag(s)
Pada anode, elektrode grafit termasuk elektrode inert sehingga tidak teroksidasi. Spesi
NO3− merupakan sisa asam oksi yang sukar teroksidasi, akibatnya air yang akan
teroksidasi.
Anode: 2H2O(l) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e−
b. Elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektrode perak
Pada katode, spesi yang mengalami reduksi adalah Ag +. Spesi yang tereduksi di katode
tidak bergantung pada elektrode yang digunakan, namun hanya bergantung pada jenis
kation larutan elektrolit.
Katode: Ag+(aq) + e− → Ag(s)
Pada anode, elektrode Ag tidak termasuk elektrode inert sehingga akan teroksidasi.

Anode: Ag(s) → Ag+(aq) + e−


Contoh Soal Sel Elektrolisis dan Pembahasan
Tulislah reaksi elektrolisis berikut.

a. elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektrode tembaga


b. elektrolisis larutan KI dengan elektrode grafit
c. elektrolisis lelehan CaCl2 dengan elektrode platina
Jawab:

a. CuSO4(aq) → Cu2+(aq) + SO42−(aq)


Cu tidak termasuk logam aktif, sehingga kation Cu 2+ akan tereduksi di katode. Oleh
karena elektrode tembaga (Cu) tidak termasuk elektrode inert, maka anode Cu akan
teroksidasi.
Katode     : Cu2+(aq) + 2e− → Cu(s)
Anode       : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e−
Reaksi sel : Cu(s)anode → Cu(s)katode
b. KI(aq) → K+(aq) + I−(aq)
K termasuk logam aktif, sehingga air akan tereduksi di katode. Oleh karena elektrode
grafit termasuk elektrode inert dan anion I − tidak termasuk sisa asam oksi, maka anion
I− akan teroksidasi di anode.
Katode     : 2H2O(l) + 2e− → H2(g) + 2OH−(aq)
Anode       : 2I−(aq) → I2(g) + 2e−
Reaksi sel : 2H2O(l) + 2I−(aq) → H2(g) + 2OH−(aq) + I2(g)
c. CaCl2(l) → Ca2+(l) + 2Cl−(l)
Pada elektrolisis lelehan senyawa ionik CaCl 2 dengan elektrode platina (termasuk
elektrode inert), kation Ca2+ akan tereduksi di katode dan anion Cl− akan teroksidasi di
anode.
Katode     : Ca2+(l) + 2e− → Ca(s)
Anode       : 2Cl−(l) → Cl2(g) + 2e−
Reaksi sel : Ca2+(l) + 2Cl−(l) → Ca(s) + Cl2(g)
Sel Volta
Sel volta (sel galvani) adalah sel elektrokimia di mana energi kimia dari reaksi
redoks spontan diubah menjadi energi listrik. Prinsip kerja sel volta dalam menghasilkan
arus listrik adalah aliran transfer elektron dari reaksi oksidasi di anode ke reaksi reduksi
di katode melalui rangkaian luar.
Susunan Sel Volta
Secara umum, sel volta tersusun dari:

 Anode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi.


 Katode, yaitu elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi.
 Elektrolit, yaitu zat yang dapat menghantarkan listrik.
 Rangkaian luar, yaitu kawat konduktor yang menghubungkan anode dengan
katode.
 Jembatan garam, yaitu rangkaian dalam yang terdiri dari larutan garam.
Jembatan garam memungkinkan adanya aliran ion-ion dari setengah sel anode ke
setengah sel katode, dan sebaliknya sehingga terbentuk rangkaian listrik tertutup.

Rangkaian sel volta dengan jembatan garam (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015.
Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Korosi
Tata Nama Senyawa
Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel volta dengan dua kompartemen. Masing-
masing kompartemen merupakan setengah sel. Pada kompartemen kiri, dalam larutan
ZnSO4 terjadi setengah reaksi oksidasi Zn menjadi ion Zn 2+, sedangkan pada
kompartemen kanan, dalam larutan CuSO4 terjadi setengah reaksi reduksi ion
Cu2+ menjadi Cu. Logam Zn dan Cu yang menjadi kutub-kutub listrik pada sel volta di
atas disebut sebagai elektrode. Logam Zn tempat terjadinya oksidasi Zn disebut anoda.
Logam Cu tempat terjadinya reduksi ion Cu2+ disebut katoda. Oleh
karena elektron dilepas dari reaksi oksidasi di anoda menuju reaksi reduksi di katoda,
maka anoda adalah kutub negatif dan katoda adalah kutub positif.
Kedua kompartemen dihubungkan dengan pipa kaca berbentuk U yang berisi larutan
garam seperti NaNO3 atau KCl dalam medium agar-agar yang disebut jembatan garam.
Fungsi jembatan garam adalah untuk menetralkan muatan listrik dari kedua
kompartemen setelah reaksi redoks dengan menyuplai anion ke kompartemen anoda
dan kation ke kompartemen katoda; serta memungkinkan terjadinya migrasi ion-ion
pada kedua kompartemen sehingga membentuk rangkaian listrik tertutup. Pada sel volta
di atas, dengan jembatan garam KNO3, ion NO3− akan bergerak ke arah anoda untuk
menetralkan ion Zn2+ berlebih dari hasil oksidasi Zn; dan ion K+ akan bergerak ke arah
katoda untuk menetralkan ion SO42− berlebih dari larutan CuSO4 oleh karena
berkurangnya ion Cu2+ setelah tereduksi menjadi logam Cu.
Notasi Sel Volta
Susunan sel volta dapat dinyatakan dengan notasi sel volta yang disebut juga diagram
sel. Untuk contoh sel volta di atas, notasi selnya dapat dinyatakan sebagai berikut.

Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
atau

Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s)


Penulisan notasi sel volta mengikuti konvensi umum sebagai berikut.

 Komponen-komponen pada kompartemen anoda (setengah sel oksidasi) ditulis


pada bagian kiri, sedangkan komponen-komponen pada kompartemen katoda
(setengah sel reduksi) ditulis pada bagian kanan.
 Tanda dua garis vertikal ( || ) melambangkan jembatan garam yang memisahkan
kedua setengah sel.
 Tanda satu garis vertikal ( | ) melambangkan batas fase antara komponen-
komponen dengan fase berbeda. Sebagai contoh, Ni(s) | Ni 2+(aq) mengindikasikan
bahwa Ni padat berbeda fase dengan larutan Ni 2+.
 Tanda koma (,) digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam fase
yang sama. Sebagai contoh, suatu sel volta dengan anoda Co dan katoda inert Pt,
di mana terjadi oksidasi Co menjadi Co2+ dan reduksi Fe3+ menjadi Fe2+, dinotasikan
sebagai berikut.
Co(s) | Co2+(aq) || Fe3+(aq), Fe2+(aq) | Pt(s)
 Jika diperlukan, konsentrasi dari komponen-komponen terlarut ditulis dalam
tanda kurung. Sebagai contoh, jika konsentrasi dari larutan Zn2+ dan Cu2+ adalah 1
M keduanya, maka dituliskan seperti berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq, 1 M) || Cu2+(aq, 1 M) | Cu(s)
Potensial Sel Standar (E°sel)
Adanya arus listrik berupa aliran elektron pada sel volta disebabkan oleh adanya beda
potensial antara kedua elektrode yang disebut juga dengan potensial sel (E sel) ataupun
gaya gerak listrik (ggl) atau electromotive force (emf). Potensial sel yang diukur pada
keadaan standar (suhu 25°C dengan konsentrasi setiap produk dan reaktan dalam
larutan 1 M dan tekanan gas setiap produk dan reaktan 1 atm) disebut potensial sel
standar (E°sel). Nilai potensial sel sama dengan selisih potensial kedua elektrode.
Menurut kesepakatan, potensial elektrode standar mengacu pada potensial reaksi
reduksi.
E°sel = E°katode – E°anode
Katode adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih besar (positif), sedangkan anode
adalah elektrode yang memiliki nilai E° lebih kecil (negatif). Data nilai potensial elektrode
standar dapat dilihat pada tabel berikut.
Potensial Sel Standar (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central
Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Reaksi Redoks Spontan


Kespontanan reaksi redoks dapat diprediksi dari nilai potensial reaksi redoks tersebut.
Nilai potensial reaksi redoks sama dengan nilai potensial sel, yaitu selisih antara
potensial reduksi katode (reaksi reduksi) dengan potensial reduksi anode (reaksi
oksidasi). Suatu reaksi redoks akan berlangsung spontan ke arah pembentukan produk
bila potensial reaksinya bernilai positif.

Redoks spontan: E°redoks > 0


Deret Keaktifan Logam (Deret Volta)
Urutan unsur-unsur logam pada tabel potensial elektrode standar disebut juga deret
elektrokimia (deret volta). Deret ini memberikan informasi reaktivitas unsur logam dalam
suatu reaksi redoks.

 Reaktivitas unsur logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.


 Sifat reduktor (daya reduksi) logam semakin berkurang dari kiri ke kanan.
 Kecenderungan logam untuk teroksidasi semakin berkurang dari kiri ke kanan.
 Sifat oksidator (daya oksidasi) logam semakin bertambah dari kiri ke kanan.
 Kecenderungan ion logam untuk tereduksi semakin bertambah dari kiri ke kanan.
Contoh Soal Sel Volta dan Pembahasan
Diketahui potensial elektrode aluminium dan perak sebagai berikut.
Al3+(aq) + 3e− → Al(s)                E° = −1,66 V
Ag+(aq) + e− → Ag(s)                 E° = +0,80 V
a. Tulislah diagram sel volta yang disusun dari kedua elektrode tersebut.
b. Tuliskan reaksi yang terjadi pada sel tersebut.
c. Tentukan potensial standar sel tersebut.
d. Prediksikan apakah reaksi Al(NO3)3(aq) + 3Ag(s) → Al(s) + 3AgNO3(aq) berlangsung
spontan pada keadaan standar.
Jawab:

a. Reaksi oksidasi di anode → E° lebih negatif → Al

Reaksi reduksi di katode → E° lebih positif → Ag

Diagram sel: Al | Al3+ || Ag+ | Ag


b. Katode (reduksi) : 3Ag+(aq) + 3e− → 3Ag(s)                                                E°red = +0,80
V
Anode (oksidasi)          : Al(s) → Al3+(aq) + 3e−                                                    E°red =
−1,66 V

Reaksi sel (redoks)      : 3Ag+(aq) + Al(s) → 3Ag(s) + Al3+(aq)                         E°sel =


+2,46 V
Perhatian! Nilai potensial elektrode tidak bergantung pada koefisien reaksi.

c. E°sel = E°katode – E°anode = (+0,80 V) − (−1,66 V) = +2,46 V


d. Reaksi ion bersih : Al3+(aq) + 3Ag(s) → Al(s) + 3Ag+(aq)
Reduksi                         : Al3+(aq) + 3e− → Al(s)                                     E°red (Al3+/Al) =
−1,66 V
Oksidasi                         : 3Ag(s) → 3Ag+(aq) + 3e−                               E°red (Ag+/Ag) =
+0,80 V
E°redoks = E°red (Al3+/Al) – E°red (Ag+/Ag) = (−1,66 V) − (+0,80 V) = −2,46 V
Oleh karena E°redoks < 0, reaksi tidak berlangsung spontan.
Hukum Faraday
Hukum Faraday – Pengantar
Aspek kuantitatif dari elektrolisis dirumuskan oleh Michael Faraday, seorang
ahli kimia dan fisika dari Inggris, dalam dua hukum elektrolisis Faraday. Hukum-hukum
elektrolisis Faraday menyatakan hubungan antara massa zat yang dihasilkan di
elektrode dengan muatan listrik yang disuplai pada elektrolisis.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Teori Asam Basa
Elektron Valensi
Hukum Faraday I
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan jumlah muatan listrik yang digunakan (Q).”

Secara matematis, hukum Faraday I dapat ditulis dalam persamaan berikut.

Sebagaimana jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus listrik (i)
dengan selang waktu (t),

Q=i×t

massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus dengan kuat
arus (i) dan selang waktu (t).

Muatan listrik (Q) yang digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah
mol elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen diperoleh bahwa
1 mol elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500 coulomb. Nilai muatan listrik
elektron ini ditetapkan sebagai konstanta Faraday (F). Jadi, hubungan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (Mek).”
Secara matematis, hukum Faraday II dapat ditulis dalam persamaan berikut.

Massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara
secara stoikiometri dengan 1 mol elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur sama
dengan massa atom relatif (Ar) dari unsur tersebut dibagi dengan perubahan bilangan
oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi elektrolisis.

Berdasarkan konsep stoikiometri dasar mengenai hubungan massa (m), jumlah mol (n)
dan massa molar (}) sebagai berikut:
akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum Faraday,
di mana:

G     = massa zat yang dihasilkan (gram)


Q     = muatan listrik (coulomb)
i       = kuat arus listrik (ampere)
t       = waktu (sekon)
Mek = massa ekivalen zat (gram/mol)
F      = konstanta Faraday (96.500 coulomb/mol)
Oleh karena itu, jika diberikan jumlah muatan listrik yang sama, maka perbandingan
massa zat-zat yang dihasilkan akan sama dengan perbandingan massa ekivalennya
masing-masing.

Secara sistematis, hubungan antara jumlah listrik yang dialirkan dengan massa zat yang
dihasilkan dalam elektrolisis dapat dilihat pada skema berikut.

Contoh Soal Hukum Faraday dan Pembahasan


1. Berapa gram kalsium yang dapat dihasilkan dari elektrolisis lelehan CaCl 2 dengan
elektroda grafit selama satu jam jika digunakan arus 10 A? (A r Ca = 40)
Jawab:

Massa Ca yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus:

Diketahui i = 10 A; t = 1 jam = 3.600 s

Setengah reaksi reduksi kalsium pada elektrolisis: Ca 2+ + 2e− → Ca, sehingga:

Jadi, diperoleh:

2. Sejumlah arus dapat mengendapkan 1,56 gram perak dari larutan AgNO 3. Jika arus
yang sama dialirkan selama selang waktu yang sama ke dalam lelehan AlCl 3, berapa
gram aluminium yang dapat diendapkan? (Ar Ag = 108; Al = 27)
Jawab:

Massa Al dapat dihitung dengan rumus:

Diketahui GAg = 1,56 g


Setengah reaksi reduksi Al dan Ag:

Al3+ + 3e− → Al, sehingga  .

Ag+ + e− → Ag, sehingga  .

Jadi,  .

3. Hitunglah volum gas hidrogen pada keadaan STP yang terbentuk dari elektrolisis
larutan KBr menggunakan arus 1,93 A selama 5 menit.

Jawab:

Muatan listrik yang digunakan dihitung dengan rumus: Q = i × t


Diketahui i = 1,93 A; t = 5 menit = 300 s

Q = (1,93 A)(300 s) = 579 C

Jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi elektrolisis dihitung dengan rumus: Q =
ne × F

Setengah reaksi pembentukan H2 pada elektrolisis larutan KBr:


2H2O(l) + 2e− → H2(g) + 2OH−(aq)
Berdasarkan perbandingan koefisien reaksi,  .

Jadi, volum  .

volum 

volum 
Reaksi Adisi, Substitusi, & Eliminasi pada Senyawa Karbon

Reaksi adisi
Yaitu reaksi penggabungan dua atau lebih molekul membentuk suatu produk tunggal
yang ditandai dengan hilangnya ikatan rangkap. Reaksi ini merupakan reaksi
karakteristik dari senyawa tak jenuh seperti alkena dan alkuna. Setelah mengalami
reaksi adisi, alkena akan berubah menjadi senyawa jenuh alkana. Secara umum, reaksi
adisi pada alkena dapat diilustrasikan seperti berikut.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Hidrolisis Garam
Senyawa Turunan Benzena
Termodinamika
Pada umumnya, reaksi adisi mengikuti aturan Markovnikov. Aturan Markovnikov
menyatakan bahwa pada reaksi adisi hidrogen halida (HX), atom halogen (X) akan
terikat pada atom karbon yang paling sedikit mengikat atom H, sedangkan atom
hidrogen (H) akan terikat pada atom karbon yang paling banyak mengikat atom H (“yang
kaya semakin kaya”). Jika atom karbon yang berikatan rangkap tersebut mempunyai
jumlah atom H terikat sama banyak, maka atom X akan cenderung terikat pada atom
karbon dengan gugus alkil yang lebih panjang.

Berikut beberapa contoh reaksi adisi:

Reaksi Substitusi
Yaitu reaksi penggantian atom atau gugus atom dalam suatu molekul dengan atom atau
gugus atom lainnya. Penggantian gugus nukleofil disebut substitusi nukleofilik.
Penggantian gugus elektrofil disebut substitusi elektrofilik. Gugus nukleofil tidak dapat
digantikan dengan gugus elektrofil, demikian juga sebaliknya. Secara umum, reaksi
substitusi dapat dituliskan sebagai:
R−Q + PX → R−X + PQ

di mana gugus Q dan X keduanya nukleofil atau keduanya elektrofil.

Berikut beberapa contoh reaksi substitusi.

Reaksi Eliminasi
yaitu reaksi penghilangan dua substituen dari suatu molekul. Pada dasarnya, reaksi
eliminasi dapat dianggap sebagai kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi eliminasi biasanya
ditandai dengan berubahnya ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap melalui terlepasnya
molekul kecil seperti air, HCl, atau HBr.
Pada umumnya, reaksi eliminasi mengikuti aturan Zaitsev. Aturan Zaitsev menyatakan
bahwa atom H yang tereliminasi merupakan atom H yang terikat pada atom karbon yang
paling sedikit mengikat hidrogen (“yang miskin semakin miskin”).

Berikut beberapa contoh reaksi eliminasi.

Reaksi penataan ulang (rearrangement),


yaitu reaksi di mana suatu molekul mengalami penyusunan ulang ikatan-ikatan dan
atom-atom sehingga terbentuk isomernya. Berikut contoh dari reaksi penataan ulang.
Contoh Soal Reaksi Adisi, Substitusi, Eliminasi dan
Pembahasan
Tentukan apakah reaksi berikut tergolong reaksi adisi, substitusi, atau eliminasi.

1. CH3−CH3 + Br2 → CH3−CH2Br + HBr


2. CH3−CH2Cl + CH3ONa → CH3−CH3−O−CH3 + NaCl
3. CH3−CH2Cl + KOH → CH2=CH2 + KCl + H2O
4. CH3OH + PCl5 → CH3Cl + POCl3 + HCl
5. CH3−CH=CH2 + Br2 → CH3−CHBr−CH2Br
6. CH3−CO−OH + C2H5OH → CH3−CO−OC2H5 + H2O
Jawab:

1. Reaksi substitusi, di mana pasangan substituen yang saling menggantikan


adalah −H dan −Br.
2. Reaksi substitusi, di mana pasangan substituen yang saling menggantikan
adalah −Cl dan CH3O−.
3. Reaksi eliminasi, di mana pereaksi dengan ikatan tunggal membentuk produk
ikatan rangkap melalui eliminasi substituen –H dan substituen −Cl.
4. Reaksi substitusi, di mana pasangan substituen yang saling menggantikan
adalah −OH dan −Cl.
5. Reaksi adisi, di mana pereaksi dengan ikatan rangkap membentuk produk ikatan
tunggal melalui penambahan dua substituen −Br.
6. Reaksi substitusi, di mana pasangan substituen yang saling menggantikan
adalah −OH dan C2H5O−.
Korosi

Pengertian Korosi
Korosi adalah peristiwa perusakan logam oleh karena terjadinya reaksi kimia antara
logam dengan zat-zat di lingkungannya membentuk senyawa yang tak dikehendaki.

Contoh peristiwa korosi antara lain karat pada besi, pudarnya warna mengkilap pada
perak, dan munculnya warna kehijauan pada tembaga. Reaksi kimia yang terjadi
termasuk proses elektrokimia di mana terjadi reaksi oksidasi logam membentuk
senyawa-senyawa oksida logam ataupun sulfida logam.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Senyawa Hidrokarbon
Stoikiometri
Korosi pada Besi (Perkaratan)
Proses korosi pada besi dapat dibagi menjadi dua reaksi redoks terpisah, antara lain:
Proses hilangnya besi
Bagian besi yang hilang umumnya adalah bagian besi yang mengalami kontak dengan
air. Bagian ini disebut daerah anode, sebagaimana reaksi oksidasi besi terjadi:

Ketika atom-atom Fe kehilangan elektron, terbentuklah cekungan di bagian hilangnya


besi tersebut. Selanjutnya, elektron-elektron yang terlepas tersebut akan mengalir ke
bagian dengan konsentrasi oksigen tinggi yang umumnya terletak di tepi tetesan
air tempat terbentuknya cekungan. Bagian ini disebut daerah katode, di mana elektron
yang terlepas dari atom besi mereduksi O2:

atau

Pada umumnya, reaksi reduksi yang terjadi adalah reaksi reduksi oksigen dengan H +,
sebagaimana medium terjadinya korosi cenderung bersifat asam dan reaksi reduksi
dalam suasana asam cenderung lebih spontan, sebagaimana potensial reduksinya lebih
besar (+1,23 V). Ion H+ berasal dari asam H2CO3 yang terbentuk dari reaksi pelarutan
karbon dioksida dalam uap air di udara.
Jadi, keseluruhan reaksi hilangnya besi, tanpa reaksi pembentukan karat, yaitu:
.

Proses pembentukan karat


Karat besi, Fe2O3∙nH2O yang merupakan senyawa padatan yang berwarna coklat
kemerahan, terbentuk pada reaksi redoks yang berbeda dengan reaksi sebelumnya.
Ion-ion Fe2+ yang terbentuk pada daerah anode terdispersi dalam air dan bereaksi
dengan O2 membentuk Fe3+ dalam karat. Keseluruhan reaksi pada proses ini adalah:

Secara keseluruhan, jika persamaan reaksi hilangnya besi dengan reaksi pembentukan
karat dijumlahkan maka diperoleh:

Reaksi korosi pada besi


(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition).
New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Faktor Penyebab Korosi Pada Besi (Faktor-faktor yang


Mempengaruhi)
1. Konsentrasi H2O dan O2
Dalam kondisi kelembaban yang lebih tinggi, besi akan lebih cepat berkarat. Selain itu,
dalam air yang kadar oksigen terlarutnya lebih tinggi, perkaratan juga akan lebih cepat.
Hal ini sebagaimana air dan oksigen masing-masing berperan sebagai medium
terjadinya korosi dan agen pengoksidasi besi.

2. pH
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat,
sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan yang ditandai
dengan potensial reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana netral ataupun basa.
3. Keberadaan elektrolit
Keberadaan elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepat
terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu menghantarkan elektron-
elektron bebas yang terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi
pada daerah katode.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini sebagaimana laju reaksi
kimia meningkat seiring bertambahnya suhu.
5. Galvanic coupling
Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang kurang reaktif (tidak mudah
teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka akan timbul beda potensial yang
menyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi (anode) ke logam kurang reaktif
(katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat mengalami korosi dibandingkan
tanpa keberadaan logam kurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek galvanic
coupling.
Cara Mencegah Korosi pada Besi
1. Menggunakan lapisan pelindung untuk mencegah kontak langsung
dengan H2O dan O2
Contoh lapisan pelindung yang dapat digunakan, antara lain lapisan cat, lapisan oli dan
gemuk, lapisan plastik, dan pelapisan logam lain, seperti Sn, Zn, dan Cr. Pada pelapisan
cat dan pelapisan plastik, bila cat tergores/terkelupas atau plastik terkelupas, korosi
akan mulai terjadi bagian yang terpapar dengan udara tersebut. Pada pelapisan dengan
oli dan gemuk, perlu dilakukan pengolesan secara berkala.

Pada pelapisan timah (tin plating), timah lebih tahan korosi (kurang reaktif) dibanding
besi, di mana potensial reduksi besi lebih negatif (E° Fe = −0,44 V; E° Sn = −0,14 V).
Namun, sebagaimana efek galvanic coupling, apabila lapisan timah tergores, maka
timah justru akan mempercepat korosi pada besi. Pelapisan timah umumnya dilakukan
pada kaleng-kaleng kemasan. Pelapisan timah umumnya digunakan pada kaleng-
kaleng kemasan dengan tujuan agar kaleng-kaleng bekas cepat rusak dan hancur.

Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink lebih reaktif dibanding besi (E° Fe = −0,44 V; E°
Sn = −0,76 V). Berbeda dengan timah, bila lapisannnya tidak utuh, zink masih dapat
melindungi besi dari korosi. Hal ini terjadi sebagaimana terbentuknya sel elektrokimia
dengan zink sebagai anode yang teroksidasi dan besi sebagai katode. Mekanisme
perlindungan ini disebut perlindungan katode. Pelapisan zink umumnya digunakan pada
besi penopang konstruksi dan pipa besi.

Pada pelapisan kromium (chrome plating), kromium lebih reaktif dibanding besi (E° Fe =
−0,44 V; E° Cr = −0,74 V). Sama seperti zink, mekanisme perlindungan katode juga
terjadi pada pelapisan kromium meskipun ada lapisan kromium yang rusak. Pelapisan
kromium umumnya digunakan pada ketel, setang, dan bemper mobil.

2. Menggunakan perlindungan katode


a. Menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai anode korban
Logam lain yang lebih reaktif dari besi, seperti Zn, Cr, Al, dan Mg, akan berfungsi
sebagai anode korban yang menyuplai elektron yang digunakan untuk mereduksi
oksigen pada katode besi. Metode perlindungan katode ini dapat dilakukan dengan
pelapisan seperti pada galvanisasi dan chrome plating ataupun dengan hanya
menghubungkan logam anode korban dengan besi. Sebagai contoh, pipa besi yang
ditanam di bawah tanah dan badan kapal laut umumnya dihubungkan dengan batang
magnesium. Magnesium akan berfungsi sebagai anode korban dan besi menjadi katode
yang terlindungi dari korosi (E° Fe = −0,44 V; E° Cr = −2,37 V). Batang magnesium
tersebut harus diganti secara berkala.
Perlindungan pipa besi dengan anode korban Mg
(Sumber: Silberberg, Martin S. & Amateis, Patricia. 2015. Chemistry: The Molecular
Nature of Matter and Change (7th edition). New York: McGraw-Hill Education)

b. Menyuplai listrik dari luar


Untuk melindungi tangki besi bawah tanah juga dapat digunakan anode inert seperti
grafit yang dihubungkan dengan sumber listrik. Elektron dari sumber listrik akan
mengalir ke anode, lalu oksidasi yang terjadi di anode akan melepas elektron yang akan
mengalir menuju katode tangki besi melalui elektrolit tanah.

Contoh Soal
Berikut ini logam yang dapat digunakan untuk perlindungan katode dalam mencegah
korosi besi, kecuali…

a. magnesium
b. kromium
c. timah
d. aluminium
e. zink

Jawab:

c. timah

Timah adalah satu-satunya logam yang kurang reaktif dibanding besi, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan katode, namun mengaibatkan terjadinya efek galvanic
coupling.
Kimia Unsur

Pengantar Kimia Unsur


Lebih dari 100 kimia unsur telah dikenal dan diidentifikasi. Masing-masing unsur
memiliki karakteristik tersendiri. Unsur-unsur tersebut umumnya terdapat di alam,
meskipun juga ada beberapa unsur yang merupakan unsur buatan. Sebagian kecil dari
unsur tersebut ditemukan dalam bentuk unsur bebas, seperti misalnya argon, oksigen,
nitrogen, dan belerang. Akan tetapi, sebagian besar dari unsur-unsur ditemukan dalam
bentuk senyawa, seperti misalnya besi dalam hematit, aluminium dalam bauksit,
mangan dalam pirolusit, dan lain-lain.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Minyak Bumi
Hukum Faraday
Struktur Atom
Bahan-bahan alam berbentuk padatan kristalin yang mengandung unsur atau senyawa
tertentu dengan komposisi kimia yang spesifik disebut mineral. Contohnya, kalkopirit
(CuFeS2) adalah mineral yang mengandung unsur tembaga, besi, dan belerang.
Berbagai mineral dapat dijadikan sebagai sumber suatu unsur atau senyawa. Namun,
tidak semua mineral cocok dijadikan sebagai sumber komersial. Sebagai contoh,
magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), dan pirit (FeS2) merupakan mineral yang
mengandung besi. Secara komersial, besi umumnya diperoleh dari pengolahan magnetit
dan hematit. Pengolahan besi dari pirit cenderung sulit dan tidak ekonomis sehingga pirit
kurang sesuai dijadikan sumber komersial dari besi. Mineral yang memiliki nilai
komersial seperti magnetit dan hematit disebut bijih.
Oleh karena banyaknya kimia unsur yang ada di alam, unsur-unsur tersebut
dikelompokkan berdasarkan kenaikan nomor atom dan kemiripan sifat dalam sistem
periodik unsur. Sebagai contoh, helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon
dikelompokkan sebagai unsur-unsur gas mulia (golongan VIIIA) yang semuanya
berwujud gas pada suhu ruang.
Sifat-sifat unsur dibedakan menjadi sifat atomik, sifat fisis dan sifat kimia. Sifat atomik
meliputi konfigurasi elektron, jari-jari atom, energi ionisasi, afinitas elektron,
keelektronegatifan, dan tingkat oksidasi. Sifat fisis meliputi wujud, warna, bau,
kerapatan, kekerasan, titik leleh, titik didih, daya hantar panas, dan daya hantar listrik.
Sifat kimia meliputi kereaktifan, daya reduksi dan oksidasi, dan sifat keasaman.
Berikut akan dibahas sifat-sifat unsur dalam kelompok-kelompok unsur.

Gas Mulia
Unsur-unsur golongan VIIIA yang terdiri dari helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton
(Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn) disebut gas mulia. Disebut demikian karena pada suhu
ruang wujudnya gas dan sifatnya sangat stabil (sukar bereaksi). Oleh karena sifatnya
yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk monoatomik (atom tunggal).
Unsur-unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah. Titik
didihnya hanya beberapa derajat Celcius di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih
meningkat dari He ke Rn. Semua unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan di
udara pada atmosfer.
Halogen
Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA yang terdiri dari fluorin (F), klorin (Cl),
bromin (Br), iodin (I), dan astatin (At). Nama “halogen” berasal dari bahasa Yunani yang
artinya pembentuk garam, karena unsur-unsur halogen dapat bereaksi dengan unsur-
unsur logam membentuk senyawa-senyawa garam. Di alam, unsur-unsur halogen
ditemukan dalam bentuk molekul unsur diatomik F 2, Cl2, Br2, dan I2.
Titik leleh dan titik didih halogen meningkat seiring dengan kenaikan nomor atomnya.
Pada suhu kamar, fluorin dan klorin berwujud gas, bromin berwujud zat cair yang mudah
menguap, sedangkan iodin berwujud padatan yang mudah menyublim. Fluorin berwarna
kuning muda, klorin berwarna kuning kebijauan, bromin berwarna merah kecoklatan,
iodin padat berwarna hitam, sedangkan uap iodin berwarna ungu. Semua halogen
berbau menusuk dan bersifat racun.

Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Daya oksidasi
halogen dari F2 ke I2 semakin berkurang; sebaliknya, daya reduksi ion halida dari F − ke
I− semakin bertambah. Oleh karena itu, halogen yang berada lebih atas dalam sistem
periodik dapat mengoksidasi halida yang di bawahnya, namun tidak berlaku sebaliknya.
Logam Alkali
Logam alkali adalah unsur-unsur golongan IA kecuali hidrogen (H), antara lain litium (Li),
natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr). Disebut alkali
karena dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa hidroksida yang bersifat alkali
atau basa. Logam alkali merupakan golongan logam yang paling reaktif, sehingga selalu
ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Kereaktifannya meningkat dari Li ke Fr.
Senyawa-senyawa logam alkali umumnya mudah larut dalam air.
Logam-logam alkali bersifat lunak, ringan, dan mempunyai titik leleh dan titik didih yang
relatif rendah. Unsur logam alkali dapat diidentifikasi dengan uji nyala di mana masing-
masing unsur akan memberikan warna yang khas; Li: merah, Na: kuning, K: ungu muda,
Rb: ungu, dan Cs: biru.

Logam Alkali Tanah


Logam alkali tanah adalah unsur-unsur golongan IIA yang terdiri dari berilium (Be),
magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan radium (Ra). Logam
alkali tanah juga dapat bereaksi dengan air membentuk basa, tetapi lebih lemah dari
logam alkali. Logam alkali tanah juga tergolong logam reaktif, namun kereaktifannya
kurang jika dibanding dengan logam alkali seperiode. Selain itu, senyawa dari logam
alkali tanah umumnya sukar larut dalam air dan banyak ditemukan di bawah tanah atau
dalam bebatuan di kerak bumi. Identifikasi unsur logam alkali tanah dengan uji nyala
akan memberikan warna khas; Be: putih, Mg: putih, kalsium: jingga, Sr: merah, dan Ba:
hijau.

Unsur-unsur Periode Ketiga


Unsur-unsur periode ketiga terdiri dari logam (natrium, magnesium, dan aluminium),
metaloid (silikon), dan nonlogam (fosforus, sulfur, klorin, dan argon). Kecenderungan
sifat unsur-unsur periode ketiga dari kiri ke kanan, yaitu:

 Jari-jari atom berkurang


 Energi ionisasi cenderung bertambah
 Keelektronegatifan bertambah, di mana unsur paling elektronegatif terletak pada
golongan VIIA
 Sifat logam berkurang dan sifat nonlogam bertambah
 Daya oksidasi bertambah dan daya reduksi berkurang, di mana oksidator terkuat
adalah F2 dan reduktor terkuat adalah Na
 Titik leleh naik secara bertahap dari Na sampai Si (tertinggi) kemudian turun
secara drastis
 Struktur molekul
Na, Mg, Al: kristal logam; Si: molekul kovalen raksasa; P 4, S8: molekul poliatomik;
Cl2: molekul diatomik; dan Ar: monoatomik.
 Sifat asam bertambah dan sifat basa berkurang
Unsur-unsur Transisi Periode Keempat
Unsur-unsur transisi periode keempat terdiri dari skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium
(V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), nikel (Ni), tembaga (Cu), dan
seng (Zn). Semua unsur tersebut merupakan unsur logam yang bersifat reduktor
dengan titik leleh dan titik didih yang umumnya relatif tinggi. Selain itu, unsur-unsur
transisi umumnya memiliki beberapa bilangan oksidasi dan dapat membentuk ion
kompleks dan senyawa kompleks.

Pada umumnya unsur-unsur transisi periode keempat di alam terdapat dalam bentuk
senyawanya, kecuali tembaga yang terdapat dalam bentuk unsur bebas maupun
senyawanya. Unsur-unsur transisi maupun senyawanya umumnya dapat berfungsi
sebagai katalis reaksi-reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup ataupun dalam industri.
Senyawa-senyawa unsur-unsur transisi tersebut umumnya berwarna, kecuali senyawa
dari Sc3+, Ti4+, dan Zn2+.
Contoh Soal Kimia Unsur dan Pembahasan
Unsur logam berikut yang memberikan nyala berwarna merah adalah …

a. magnesium
b. kalium
c. berilium
d. stronsium
e. barium

Jawab:

d. stronsium

Nyala magnesium dan berilium berwarna putih, kalium berwarna ungu muda, stronsium
berwarna merah, dan barium berwarna hijau.
Logam Alkali dan Alkali Tanah
Unsur-unsur golongan IA (kecuali hidrogen) disebut logam alkali. Unsur-unsur golongan
IIA disebut logam alkali tanah. Kata “alkali” berasal dari bahasa Arab, al-qaly, yaitu abu
yang dalam air bersifat basa. Oleh karena logam-logam golongan IA dan IIA umumnya
jika dilarutkan dalam air membentuk larutan basa, maka disebut logam alkali dan alkali
tanah. Sebutan alkali tanah untuk logam golongan IIA dikarenakan logam-logam
tersebut umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa sukar larut di dalam tanah. Logam
alkali dan alkali tanah bersifat sangat reaktif sehingga selalu ditemukan di alam dalam
bentuk senyawanya, meskipun logam alkali tanah tidak sereaktif logam alkali.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Isomer
Minyak Bumi
Bilangan Kuantum
Logam Alkali
Unsur-unsur golongan IA terdiri dari hidrogen (H), litium (Li), natrium (Na), kalium (K),
rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr). Unsur-unsur ini kecuali hidrogen, dikenal
sebagai logam alkali.
Keberadaan Logam Alkali di Alam

Sifat-sifat Logam Alkali

Sifat atomik
Konfigurasi elektron valensi logam alkali adalah ns1. Oleh karena itu, atom logam alkali
cenderung mudah melepaskan sebuah elektron membentuk ion bermuatan +1
dengan konfigurasi elektron stabil gas mulia. Hal tersebut juga dapat dilihat dari energi
ionisasinya yang relatif rendah. Selain itu, perbedaan energi ionisasi pertama dan kedua
juga sangat besar. Secara umum, keteraturan sifat dari Li ke Fr, yaitu:
 jari-jari atom bertambah
 energi ionisasi berkurang
 keelektronegatifan berkurang
 nilai bilangan oksidasi +1 pada keadaan paling stabil
Sifat fisis
Titik leleh, titik didih, dan kekerasan logam alkali tergolong relatif rendah. Dari Li ke Fr,
titik leleh, titik didih, dan daya hantar listrik dan panas semakin menurun, kecuali daya
hantar listrik dan panas pada logam Na dan K justru bertambah. Hal ini terkait dengan
ikatan logam pada logam alkali. Semakin banyak elektron yang terlibat pada
pembentukan ikatan logam, semakin kuat ikatan; semakin besar jari-jari atom, semakin
lemah ikatan. Pada atom Na dan K elektron cenderung lebih mudah bergerak bebas.

Sifat kimia
Logam alkali bersifat sangat reaktif, sebagaimana terlihat dari energi ionisasinya yang
relatif rendah. Kereaktifan logam alkali meningkat dari Li ke Fr, begitu juga dengan sifat
reduktor yang semakin kuat. Hampir senyawa logam alkali bersifat ionik dan mudah larut
dalam air.

1. Reaksi dengan air


Semua logam alkali bereaksi dengan air membentuk basa dan gas hidrogen. Li bereaksi
agak pelan; Na bereaksi hebat dengan percikan api; K, Rb, dan Cs meledak jika
dimasukkan dalam air. Oleh karena reaksi tersebut sangat eksoterm, gas hidrogen yang
terbentuk akan langsung terbakar.

2L(s) + 2H2O(l) → 2LOH(aq) + H2(g)           (L = logam alkali)


2. Reaksi dengan hidrogen
Jika dipanaskan, logam alkali dapat bereaksi dengan gas hidrogen membentuk senyawa
ionik alkali hidrida.

2L(s) + 2H2(g) → 2LH(s)                                  (L = logam alkali)


3. Reaksi dengan oksigen
Logam alkali dapat bereaksi dengan oksigen membentuk oksida, peroksida, ataupun
superoksida. Dalam jumlah oksigen terbatas umumnya terbentuk oksida.

4L(s) + O2(g) → 2L2O(s)                                   (L = logam alkali)


Namun, jika oksigen berlebihan, Na dapat membentuk peroksida, sedangkan K, Rb, dan
Cs dapat membentuk superoksida.

2Na(s) + O2(g) → 2Na2O2(s)


K(s) + O2(g) → KO2(s)
4. Reaksi dengan halogen
Logam alkali bereaksi dengan halogen (F2, Cl2, Br2, I2) membentuk senyawa garam
halida.
2L(s) + X2 → 2LX(s)                          (L = logam alkali; X = halogen)
Warna nyala
Ketika dipanaskan dengan suhu tinggi, setiap unsur akan memancarkan radiasi
elektromagnetik yang khas. Hal ini terjadi akibat elektron pada atom unsur mengalami
eksitasi atau perpindahan ke tingkat energi yang lebih tinggi, dan ketika elektron
tersebut kembali ke tingkat energi semula diikuti pancaran foton. Keunikan spektrum
radiasi elektromagnetik tersebut dapat digunakan untuk mengenali suatu unsur.

Pada pembakaran unsur atau senyawa logam alkali pada nyala api, elektron pada atom
setiap unsur logam alkali akan tereksitasi dan menghasilkan warna nyala yang khas.

Logam Alkali Tanah


Unsur-unsur golongan IIA yang dikenal sebagai logam alkali tanah terdiri berilium (Be),
magnesium (Mg), kalsium (Ca), stronsium (Sr), barium (Ba), dan radium (Ra).

Keberadaan Logam Alkali Tanah di Alam

Sifat-sifat Logam Alkali Tanah


Sifat atomik
Konfigurasi elektron valensi logam alkali tanah adalah ns 2. Atom logam alkali tanah juga
cenderung mudah melepaskan sepasang elektron membentuk ion bermuatan +2
dengan konfigurasi elektron stabil gas mulia. Namun, energi ionisasinya lebih tinggi
dibanding logam alkali karena jari-jari atomnya lebih kecil dan elektron valensinya lebih
banyak. Secara umum, keteraturan sifat dari Be ke Ba, yaitu:
 jari-jari atom bertambah
 energi ionisasi berkurang
 keelektronegatifan berkurang
Sifat fisis
Dari Be ke Ba, titik leleh, titik didih, dan daya hantar listrik dan panas cenderung
menurun. Jika dibandingkan dengan logam alkali seperiode, titik leleh dan sifat-sifat fisis
lainnya seperti rapatan dan kekerasan dari logam alkali tanah lebih besar.

Sifat kimia
Sifat kimia logam alkali tanah hampir sama dengan logam alkali, tetapi logam alkali
tanah tidak sereaktif logam alkali seperiode. Kereaktifan logam alkali tanah meningkat
dari Be ke Ba. Nilai potensial standar logam alkali tanah menunjukkan bahwa logam
alkali tanah merupakan reduktor yang cukup kuat, bahkan Ca, Sr, dan Ba mempunyai
daya reduksi yang lebih kuat dari Na.

1. Reaksi dengan air


Ca, Sr, dan Ba bereaksi dengan air membentuk basa dan gas hidrogen. Magnesium
bereaksi sangat lambat dengan air dingin. Berilium tidak bereaksi dengan air.

M(s) + 2H2O(l) → M(OH)2(aq) + H2(g)         (M = Mg, Ca, Sr, Ba)


2. Reaksi dengan hidrogen
Jika dipanaskan, logam alkali tanah dapat bereaksi dengan gas hidrogen membentuk
senyawa ionik alkali hidrida.

M(s) + 2H2(g) → MH2(s)                                   (M = Mg, Ca, Sr, Ba)


3. Reaksi dengan halogen
Logam alkali tanah bereaksi dengan halogen membentuk senyawa garam halida.

M(s) + X2 → MX2(s)                                          (M = logam alkali tanah; X = halogen)


4. Reaksi dengan udara
Jika dipanaskan, logam alkali tanah dapat bereaksi dengan nitrogen dan oksigen di
udara membentuk nitrida dan oksida.

3M(s) + N2(g) → M3N2(s)


2M(s) + O2(g) → 2MO(s)                                  (M = logam alkali tanah)
Warna nyala
Logam alkali tanah juga mempunyai warna nyala yang khas sebagaimana logam-logam
alkali.
Kelarutan
Sebagian besar senyawa-senyawa logam alkali tanah memiliki kelarutan yang kecil atau
sukar larut dalam air. Hal ini membedakannya dari senyawa logam alkali yang umumnya
mudah larut dalam air. Berdasarkan data tetapan hasil kali kelarutan (K sp),
kecenderungan periodik dari kelarutan senyawa-senyawa logam alkali tanah, yaitu:
1. Kelarutan senyawa hidroksida (M(OH)2), senyawa karbonat (MCO3), dan
senyawa okalat (MC2O4) semakin bertambah dari Be ke Ba, meskipun ada sedikit
fluktuasi pada senyawa karbonat dan senyawa oksalat.
2. Kelarutan senyawa sulfat (MSO4) dan senyawa kromat (MCrO4) semakin
berkurang dari Be ke Ba.

Contoh Soal Logam Alkali dan Alkali Tanah dan


Pembahasan
Contoh Soal 1:
Keteraturan yang tampak pada unsur-unsur logam alkali dari urutan atas ke bawah
golongan adalah …

a. kerapatan semakin kecil


b. jari-jari logam semakin kecil
c. jari-jari ionik semakin kecil
d. titik didih semakin kecil
e. kekerasan semakin besar

Jawab: D

Dari atas ke bawah golongan jari-jari atom logam alkali semakin kecil sehingga ikatan
logamnya juga semakin lemah. Akibatnya, sifat fisis seperti titik didih, titik leleh, dan
kekerasan juga semakin rendah.
Contoh Soal 2:
Logam alkali tanah berikut yang tidak menghasilkan gas hidrogen jika bereaksi dengan
air adalah …
a. barium
b. stronsium
c. magnesium
d. kalsium
e. berilium

Jawab: E

Berilium tidak bereaksi dengan air.

Contoh Soal 3:
Senyawa sulfat dari logam alkali tanah berikut yang paling mudah larut adalah …

a. BaSO4
b. MgSO4
c. CaSO4
d. SrSO4
e. RaSO4
Jawab: B

Kelarutan senyawa sulfat dari logam alkali tanah menurun dari atas ke bawah golongan.
Gas Mulia
Gas mulia adalah unsur-unsur yang berada di golongan VIIIA. Hal ini sebagaimana
selain berfase gas pada suhu ruang, unsur-unsur ini bersifat sangat stabil (sukar
bereaksi). Pada awalnya, unsur-unsur ini dikenal dengan istilah gas inert karena tidak
ada satupun unsur yang bereaksi dengan unsur lain membentuk senyawa. Barulah pada
tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia asal Kanada, berhasil mensintesis senyawa
xenon XePtF6. Sejak saat itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil disintesis. Unsur-
unsur gas mulia terdiri dari helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe),
dan radon (Rn).
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Polimer
Bilangan Kuantum
Keberadaan Gas Mulia di Alam
Oleh karena sifatnya yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk
monoatomik (atom tunggal). Unsur-unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan di
udara pada atmosfer meskipun dalam konsentrasi yang sangat kecil. Di antara gas
mulia, argon merupakan yang paling banyak terdapat di udara dengan kadar 0,93%
dalam udara kering (bebas uap air). Helium lebih banyak ditemukan dalam gas alam
(dengan kadar ~1%) daripada dalam udara (~0,00052%). Sementara radon berasal dari
peluruhan radioaktif radium dan uranium. Radon juga bersifat radioaktif dan memiliki
waktu paro yang relatif pendek sehingga radon akan kembali meluruh menjadi unsur
lainnya.

Sifat-sifat Gas Mulia

Sifat atomik
Unsur-unsur gas mulia memiliki konfigurasi elektron valensi yang oktet, yaitu ns2 np6,
kecuali pada He dengan konfigurasi duplet 1s2. Jari-jari atom dari He ke Rn bertambah
sebagaimana bertambahnya jumlah kulit elektron. Konfigurasi elektron dengan kulit
valensi terisi penuh demikian menyebabkan gas mulia cenderung sangat stabil (sangat
sukar bereaksi).
Selain itu, unsur-unsur gas mulia memiliki energi ionisasi yang sangat besar dan afinitas
elektron yang sangat rendah. Energi ionisasi dari He ke Rn semakin berkurang,
sebagaimana bertambahnya jari-jari atom sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
valensi semakin melemah dan energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
semakin berkurang.
Sifat fisis
Unsur-unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah. Titik
didihnya hanya beberapa derajat Celcius di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih
dari He ke Rn bertambah sebagaimana kekuatan gaya London (gaya dispersi)
bertambah seiring dengan bertambahnya massa atom dan jari-jari atom.

Densitas (kerapatan) gas mulia juga cenderung bertambah dari He ke Rn. Densitas gas
dipengaruhi oleh massa atom, jari-jari atom, dan gaya London. Densitas gas akan
bertambah dengan bertambahnya massa atom dan kekuatan gaya London, namun akan
berkurang dengan bertambahnya jari-jari atom. Namun demikian, pengaruh massa atom
dan gaya London lebih signifikan dibanding pengaruh jari-jari atom dalam hal ini,
sehingga densitas bertambah dari He ke Rn.
Sifat kimia
Oleh karena konfigurasi elektron yang stabil, unsur-unsur gas mulia cenderung tidak
reaktif (sangat sulit bereaksi). Hal ini didukung oleh fakta bahwa di alam gas mulia selalu
ditemukan dalam bentuk monoatomik (atom tunggal). Namun demikian, para ahli telah
berhasil mensintesis senyawa gas mulia Ar, Kr, Xe, dan Rn. Kereaktifan unsur
meningkat dari Ar ke Rn, di mana dalam reaksi dengan fluorin, Rn dapat bereaksi
spontan, Xe memerlukan pemanasan atau penyinaran dengan sinar UV agar reaksi
berlangsung, dan Kr hanya bereaksi jika diberi muatan listrik atau sinar X pada suhu
yang sangat rendah.

Unsur He dan Ne ditemukan tidak mengalami reaksi kimia dan membentuk senyawa.


Unsur Ar diketahui bereaksi dengan HF membentuk senyawa HArF pada suhu 18 K.
Unsur Kr dapat bereaksi dengan F2 membentuk senyawa KrF2 dalam kondisi
didinginkan pada −196°C dan diberi loncatan muatan listrik atau radiasi sinar X. Unsur
Xe dapat bereaksi dengan F2 membentuk tiga senyawa fluorida biner yang berbeda—
XeF2, XeF4, dan XeF6—bergantung pada kondisi reaksi dan jumlah reaktan. Unsur Rn
bereaksi secara spontan dengan F2 membentuk senyawa RnF2.
Kegunaan Gas Mulia dalam Kehidupan Sehari-hari
Helium
1. Helium digunakan sebagai gas pengisi balon udara menggantikan
gas hidrogen karena selain ringan juga bersifat inert.
2. Helium cair digunakan untuk pendingin koil logam pada alat scanner tubuh (MRI)
dan juga pendingin dalam penelitian cryogenics dan superkonduktor sebagaimana
titik didihnya yang sangat rendah.
3. Helium digunakan sebagai pelarut gas oksigen dalam tabung oksigen penyelam
ataupun tabung oksigen rumah sakit. Helium dipilih menggantikan nitrogen karena
selain sifatnya inert, kelarutan gas helium dalam darah lebih kecil dibanding gas
nitrogen.
Neon
Neon digunakan untuk lampu reklame. Hal ini sebagaimana gas neon dalam tabung
bertekanan rendah akan menghasilkan cahaya merah dengan intensitas tinggi jika diberi
tegangan listrik.

Argon
1. Argon digunakan sebagai gas pengisi dalam beberapa jenis bola lampu karena
sifatnya yang tidak reaktif sehingga filamen wolfram tidak mudah putus.
2. Argon digunakan sebagai atmosfer inert pada pengelasan; sintesis kristal tunggal
silikon atau germanium dalam industri semikonduktor; dan eksperimen dalam glove
box di laboratorium.
Kripton
Kripton dapat menghasilkan cahaya putih dengan intensitas tinggi jika diberi muatan
listrik sehingga banyak digunakan pada lampu landasan pesawat dan lampu fotografi
berkecepatan tinggi.

Xenon
1. Xenon digunakan untuk lampu blitz fotografi dan beberapa jenis lampu mobil
karena dapat menghasilkan cahaya putih yang sangat terang dengan adanya
muatan listrik.
2. Xenon dapat digunakan sebagai obat bius (anestetik). Namun, penggunaannya
sangat terbatas sehubungan dengan harganya yang sangat mahal.
Radon
1. Radon digunakan dalam radioterapi kanker (terapi radiasi) sebagaimana sifatnya
yang radioaktif.
2. Radon dapat menjadi indikator keberadaan mineral radioaktif seperti bijih
uranium dalam tanah, bebatuan, ataupun bahan bangunan.
Contoh Soal Gas Mulia dan Pembahasan
Pernyataan berikut yang bukan merupakan sifat-sifat umum gas mulia, yaitu …

a. terdapat di alam dalam bentuk monoatomik


b. dapat bereaksi spontan membentuk berbagai senyawa
c. titik beku mendekati suhu 0 K
d. sukar melepas dan mengikat elektron
e. kereaktifan unsur semakin meningkat dari atas ke bawah golongan

Jawab:

b. dapat bereaksi spontan membentuk berbagai senyawa

Unsur-unsur gas mulia secara umum cenderung tidak dapat bereaksi spontan
membentuk senyawa karena konfigurasi elektronnya yang stabil.
Benzena
Benzena merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan dalam industri
kimia, terutama sebagai prekursor dalam sintesis berbagai bahan kimia lainnya.
Benzena tergolong senyawa hidrokarbon aromatik. Istilah “aromatik” ini diberikan karena
pada saat pertama kali ditemukan banyak senyawa golongan ini yang memiliki aroma
yang khas. Namun, kini istilah “aromatik” dikaitkan dengan struktur dan sifat-sifat khas
tertentu, selain dari aromanya. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui ada pula
senyawa-senyawa aromatik yang tidak berbau.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Senyawa Turunan Alkana
Larutan Elektrolit & Non Elektrolit
Reaksi Redoks
Struktur Benzena
Benzena memiliki rumus kimia C6H6. Perbandingan jumlah atom C dan H-nya
menunjukkan bahwa benzena sangat tidak jenuh. Pada mulanya, para ahli mengusulkan
bahwa benzena memiliki struktur alifatik dengan adanya ikatan rangkap dua ataupun
tiga. Namun, faktanya benzena tidak memperlihatkan sifat ketidakjenuhan dari struktur
demikian. Hasil eksperimen menunjukkan sifat-sifat benzena seperti:
 Benzena ternyata sangat stabil (tidak reaktif).
Benzena tidak bereaksi dengan Br2, kecuali dengan bantuan katalis. Hal ini tidak
sesuai dengan sifat ketidakjenuhan alkena ataupun alkuna yang mudah diadisi oleh
bromin.
 Monosubstitusi atom halogen (X) pada benzena hanya menghasilkan satu jenis
senyawa, yaitu C6H5
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keisomeran geometri sebagaimana pada
alkena.
Pada tahun 1865, August Kekulé mengajukan struktur benzena sebagai suatu cincin
yang terdiri dari 6 atom C dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang
berselang-seling. Namun demikian, struktur ini kembali tidak dapat menjelaskan sifat-
sifat benzena seperti:

 Benzena meskipun memiliki ikatan rangkap dua cenderung mengalami reaksi


substitusi, bukan reaksi adisi seperti alkena umumnya.
 Berdasarkan pengukuran dengan difraksi sinar-X, benzena hanya memiliki satu
panjang ikatan antar atom C yaitu 0,139 nm, yang menunjukkan bahwa semua
ikatan dalam benzena sama/setara.

Model struktur benzena menurut Kekulé.

Berdasarkan fakta demikian, pada tahun 1931, Linus Pauling kemudian merumuskan
struktur benzena sebagai struktur hibrida resonansi, yaitu struktur yang berada di antara
dua struktur Kekulé. Struktur ini membentuk sistem delokalisasi elektron yang
menstabilkan struktur.
Struktur resonansi dari benzena menurut Linus Pauling.
Tanda ↔ menunjukkan beresonansi, bukan setimbang.

Struktur hibrida resonansi benzena dengan lingkaran dalam cincin menunjukkan adanya
delokalisasi elektron.

Tata Nama Turunan Benzena


Senyawa turunan benzena dapat dianggap berasal dari benzena yang di mana satu
atau lebih atom H-nya diganti dengan substituen lain berupa atom seperti −Br ataupun
gugus atom seperti −COOH. Berikut aturan penamaan untuk senyawa-senyawa turunan
benzena.
 Jika satu atom H pada benzena diganti satu substituen seperti −Cl, −CH 3, −NO2,
−NH2, −OH, −CHO, dan lain-lain, maka struktur dan penamaannya seperti berikut.

 Jika terdapat lebih dari satu substituen, maka diberi penomoran searah atau
berlawanan arah jarum jam agar substituen-substituen mendapat nomor serendah
mungkin. Untuk substituen-substituen sejenis, digunakan awalan di-, tri-, tetra-,
penta-, dan heksa-. Urutan prioritas penomoran untuk beberapa substituen umum
yaitu sebagai berikut.
−COOH, −SO3H, −COOR, −CN, −CHO, −CO, −OH, −NH2, −OR, −R, −X (F, Cl, Br, I),
−NO2
Jika terdapat dua substituen, selain dengan penomoran, juga dapat digunakan awalan
o-(orto) untuk posisi atom karbon nomor 1 dan 2, m-(meta) untuk posisi 1 dan 3, atau p-
(para) untuk posisi 1 dan 4.
Contoh:
 Jika cincin benzena dianggap sebagai substituen, bukan sebagai induk, maka
gugus benzena yang kehilangan satu atom H (C 6H5−) disebut gugus fenil.
Sedangkan, gugus metilbenzena (toluena) yang kehilangan satu atom H
(C6H5CH2−) disebut gugus benzil.
Contoh:

Sifat-sifat Benzena
Benzena termasuk senyawa beracun dan bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker). Benzena berwujud cair pada suhu ruang, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Titik lelehnya 6°C dan titik didihnya 80°C. Strukturnya yang simetris dan planar
menyebabkan susunannya sebagai kristal lebih rapat dan akibatnya titik lelehnya lebih
tinggi dibandingkan heksana (−95°C). Seperti senyawa hidrokarbon lainnya, benzena
juga bersifat nonpolar. Oleh karena itu, benzena larut dalam pelarut kurang polar atau
nonpolar seperti eter dan tetraklorometana, namun tidak larut dalam pelarut polar seperti
air.

Benzena cenderung tidak begitu reaktif, namun mudah terbakar. Akibat adanya sistem
delokalisasi elektron yang menstabilkan benzena, benzena cenderung mudah
mengalami reaksi substitusi dibanding reaksi adisi. Reaksi substitusi pada benzena
melibatkan serangan pereaksi bermuatan positif parsial ataupun utuh yang suka
elektron (elektrofil) pada cincin benzena. Oleh karena itu, reaksi substitusi pada
benzena sering disebut sebagai reaksi substitusi elektrofilik. Reaksi-reaksi substitusi
pada benzena, antara lain:

 Halogenasi
Benzena bereaksi dengan halogen seperti Cl2 dan Br2 dengan bantuan katalis besi(III)
halida (FeCl3 atau FeBr3) membentuk senyawa halobenzena.

 Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.

 Sulfonasi
Benzena bereaksi dengan SO3 dalam asam sulfat pekat bila dipanaskan membentuk
asam benzenasulfonat.

 Alkilasi Friedel-Crafts
Benzena bereaksi dengan alkil halida dengan bantuan katalis aluminium klorida (AlCl 3)
membentuk alkilbenzena.

Kegunaan Benzena dan Turunannya


 Benzena digunakan sebagai pelarut dan juga bahan dasar sintesis berbagai
senyawa turunan benzena seperti stirena, dan lain-lain.
 Fenol bersifat asam lemah dan dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan plastik dan obat-obatan. Fenol juga dapat digunakan sebagai antiseptik
dan disinfektan oleh karena sifatnya yang dapat mendenaturasi protein.
 Toluena digunakan sebagai pelarut dan bahan baku pembuatan asam benzoat,
bahan peledak TNT, dan lain-lain.
 Asam benzoat digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan minuman.
 Anilina digunakan untuk membuat zat-zat pewarna diazo.
 Asam salisilat digunakan untuk membuat aspirin, perasa, minyak wangi, bedak,
salep anti jamur, dan sampo.
Contoh Soal Benzena dan Pembahasan
Contoh Soal 1
Tulislah nama dari senyawa-senyawa turunan benzena berikut.
Jawab:

a. metil benzoat
b. isopropil benzena
c. asam p-aminobenzoat (asam 4-aminobenzoat)
d. 1,3,5-trinitrobenzena

Contoh Soal 2
Gambarkan struktur dari senyawa-senyawa turunan benzena berikut.

a. asam salisilat (asam 2-hidroksibenzoat)


b. o-xilena
c. benzil metil eter
d. 3,5-dimetoksibenzaldehid

Jawab:
Senyawa Turunan Alkana
Senyawa Turunan Alkana – Pengantar
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh. Senyawa turunan alkana
merupakan senyawa yang dianggap berasal dari alkana, di mana salah satu atau
beberapa atom hidrogennya digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus
pengganti ini disebut sebagai gugus fungsi. Masing-masing gugus fungsi akan
memberikan ciri khas pada sifat fisik maupun kimia pada senyawa-senyawa yang
memiliki gugus tersebut.
Berikut akan dibahas tata nama beberapa senyawa turunan alkana.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Sel Elektrolisis
Tabel Periodik
Struktur Atom
1. Alkohol (alkanol)
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus hidroksil (−OH). Senyawa alkohol
dengan satu gugus −OH mempunyai rumus umum CnH2n+2O.
Berdasarkan jumlah atom C yang terikat pada atom C yang mengikat gugus −OH,
alkohol dibedakan menjadi:

 alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C primer
(atom C yang hanya terikat langsung dengan 1 atom C lainnya)
 alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C sekunder
(atom C yang terikat langsung dengan 2 atom C lainnya)
 alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C tersier
(atom C yang terikat langsung dengan 3 atom C lainnya)

Tata nama IUPAC:


1. Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus
−OH ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-ol”. Misalnya, etana menjadi
etanol.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OH
diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus alkohol dapat ditulis sebagai R−OH atau CnH2n+1OH di mana R adalah gugus
alkil CnH2n+1. Nama trivial alkohol yaitu alkil alkohol, diambil dari nama gugus alkil yang
mengikat gugus −OH.

2. Eter (alkoksialkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus alkoksi (−OR′). Senyawa eter
dengan satu gugus −OR′ mempunyai rumus umum CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai
dua gugus alkil, yakni R dan R′ yang terikat pada satu atom O.
Tata nama IUPAC:
1. Gugus alkil yang lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana.
Sedangkan, gugus alkil yang lebih pendek sebagai gugus alkoksi.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat gugus −OR′


diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus eter dapat ditulis sebagai R−O−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil C nH2n+1.
Nama trivial eter diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat pada atom
O. Eter yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil eter. Eter yang kedua gugus
alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil eter, di mana urutan penulisan nama gugus alkil
tidak harus secara alfabetik.
3. Aldehida (alkanal),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus −CHO, yaitu gugus karbonil (−CO−)
pada ujung rantai. Gugus −CO− pada aldehida terikat dengan satu atom H dan satu
gugus alkil R. Senyawa aldehida dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum
CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CHO
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama dengan
mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-al”. Misalnya, propana menjadi propanal.
Gugus fungsi −CHO selalu ditetapkan sebagai atom C nomor satu pada rantai induk,
sehingga tidak perlu dinyatakan nomor posisinya.

Tata nama trivial:

4. Keton (alkanon),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah rantai.
Gugus −CO− pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton
dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CO−
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-on”. Misalnya, propana
menjadi propanon.

2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga posisi gugus −CO− diprioritaskan


mempunyai nomor yang sekecil mungkin.

Tata nama trivial:


Rumus keton dapat ditulis sebagai R−CO−R′ di mana R dan R′ adalah gugus alkil
CnH2n+1. Nama trivial keton diambil dari nama kedua gugus alkil R dan R′ yang terikat
pada atom O. Keton yang kedua gugus alkilnya sama diberi nama dialkil keton. Keton
yang kedua gugus alkilnya berbeda diberi nama alkil alkil keton, di mana urutan
penulisan nama gugus alkil tidak harus secara alfabetik.

5. Asam karboksilat (asam alkanoat),


yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboksil (−COOH). Gugus −COOH
merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus hidroksil (−OH).
Senyawa asam karboksilat dengan satu gugus −COOH mempunyai rumus umum
CnH2nO2.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −COOH
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan awalan kata “asam” dan akhiran “-a” pada alkana diganti menjadi “-oat”.
Misalnya, butana menjadi asam butanoat.

2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.

Tata nama trivial:


Nama trivial asam karboksilat secara umum diambil dari nama Latin sumber alami asam
karboksilat terkait. Misalnya, asam metanoat (HCOOH) disebut asam format karena
dapat ditemukan pada semut (Latin: formica). Asam butanoat disebut asam butirat
karena dapat ditemukan di dalam mentega (Latin: butyrum).
Posisi cabang-cabang pada rantai induk dinyatakan dengan huruf Yunani (α, β, γ, dan
seterusnya hingga ω). Penomoran dimulai dari atom C-α (alfa), yaitu atom C nomor 2
yang terikat langsung dengan gugus −COOH, kemudian β (beta), γ (gamma), dan
seterusnya. Atom C yang berada di ujung rantai biasanya ditandai dengan ω (omega).

6. Ester (alkil alkanoat),


yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karboalkoksi (−COOR′). Gugus
−COOR′ merupakan gugus yang terdiri dari gugus karbonil (−CO−) dan gugus alkoksi
(−OR′). Senyawa ester dengan satu gugus −COOR′ mempunyai rumus umum C nH2nO2.
Tata nama IUPAC:
Rumus ester dapat ditulis sebagai RCOOR′ dan nama IUPAC ester adalah alkil
alkanoat. Nama gugus alkil berasal dari nama gugus R′ yang terikat pada atom O.
Sedangkan, nama alkanoat diambil dari nama gugus RCOO.

Tata nama trivial:


Nama trivial ester hampir sama dengan nama IUPAC-nya. Perbedaannya hanya nama
gugus alkanoat ester mengikuti nama trivial asam karboksilat.
7. Alkil halida (haloalkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki atom halogen −X (F, Cl, Br, atau I).
Senyawa haloalkana dengan satu atom halogen X mempunyai rumus umum C nH2n+1X.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai karbon terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung atom
halogen ditetapkan sebagai rantai induk.
2. Penomoran dilakukan sedemikian sehingga atom C yang mengikat atom halogen
diprioritaskan mempunyai nomor yang sekecil mungkin.
3. Atom halogen diberi nama bromo (Br), kloro (Cl), fluoro (F), dan iodo (I). Nama
atom halogen ditulis terlebih dahulu sebelum nama cabang alkil.
4. Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis, maka nama dinyatakan
dengan awalan “di-”, “tri-”, “tetra-”, dan seterusnya. Misalnya, difluoro, trikloro, dan
sebagainya.

5. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen, maka prioritas penomoran
didasarkan pada kereaktifan atom halogen mulai dari F, Cl, Br, kemudian I. Akan
tetapi, penulisan nama tetap secara alfabetik, yaitu dari bromo (Br), kloro (Cl), fluoro
(F), lalu iodo (I).

Tata nama trivial:


Pada monohaloalkana (haloalkana dengan hanya satu atom halogen), nama trivialnya
adalah alkil halida. Hal ini didasarkan pada rumus monohaloalkana yang dapat ditulis
sebagai R−X di mana R adalah gugus alkil.

Contoh Soal Senyawa Turunan Alkana dan Pembahasan


Tulislah nama IUPAC dan nama trivial dari senyawa-senyawa turunan alkana berikut:

Pembahasan:
Isomer

Pengertian Isomer
Senyawa dimetil eter dan senyawa etanol, keduanya memiliki rumus kimia yang sama
yaitu C2H6O. Namun, keduanya memiliki sifat-sifat yang cukup berbeda. Titik didih etanol
adalah 78°C, sedangkan dimetil eter hanya −24°C. Etanol dapat bereaksi dengan logam
reaktif seperti Na menghasilkan gas H2, sedangkan dimetil eter tidak dapat bereaksi.
Kedua senyawa ini disebut isomer. Lantas, apa itu isomer?
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Minyak Bumi
Bilangan Kuantum
Termokimia
Hubungan antara dua senyawa atau lebih yang memiliki rumus kimia sama namun
memiliki struktur atau konfigurasi yang berbeda disebut keisomeran (isomerisme).
Senyawa-senyawa demikian disebut isomer-isomer. Keisomeran dapat digolongkan
menjadi:
Isomer Struktur
Keisomeran struktur terjadi akibat perbedaan susunan ikatan antar atom-atom ataupun
gugus-gugus fungsi dalam suatu molekul. Keisomeran struktur dapat dibedakan
menjadi:
Isomer Kerangka
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun kerangka (rantai karbon utama) berbeda. Contohnya,
butana dengan rantai utama C4 dan 2-metilpropana dengan rantai utama C3.

Isomer Posisi
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun posisi gugus pada kerangka berbeda. Contohnya, 1-
butena dengan 2-butena berbeda posisi ikatan rangkap C=C; dan 1-butanol dengan 2-
butanol berbeda posisi gugus hidroksil (–OH).

Isomer Gugus Fungsi


Keisomeran gugus fungsi terdapat pada senyawa-senyawa dengan rumus molekul
sama, namun berbeda gugus fungsi. Beberapa pasangan deret homolog yang
berisomer gugus fungsi, yaitu:
 alkanol (alkohol) dengan alkoksialkana (eter) – rumus umum: C nH2n+2O

Contohnya, etanol dengan metoksimetana


(dimetil eter).
 alkanal (aldehida) dengan alkanon (keton) – rumus umum: C nH2nO

Contohnya, propanal dengan propanon.


 asam alkanoat (asam karboksilat) dengan alkil alkanoat (ester) – rumus umum:
CnH2nO2

Contohnya, asam propanoat dengan


metil etanoat.
Isomer Ruang (Stereoisomerisme)
Keisomeran ruang terjadi akibat perbedaan konfigurasi atau susunan atom-atom dalam
ruang. Keisomeran ruang dapat dibedakan menjadi:
Isomer Geometri
Keisomeran geometri terjadi karena keterbatasan rotasi bebas pada suatu ikatan dalam
molekul. Pada ikatan tunggal C–C, atom karbon dapat berotasi bebas terhadap atom
karbon lainnya. Namun, pada ikatan rangkap dua C=C, rotasi atom karbon cenderung
terbatas oleh karena adanya ikatan pi. Oleh karena itu, posisi atom atau gugus atom
yang terikat pada kedua atom C pada ikatan C=C tidak dapat berubah.
Keisomeran geometri umumnya ditemukan pada senyawa-senyawa dengan ikatan C=C
di mana masing-masing atom C mengikat dua atom atau gugus atom yang berbeda.
Berdasarkan posisi atom atau gugus atomnya, isomer-isomer geometri dibedakan
menjadi bentuk cis dan bentuk trans.

 Isomer cis yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada sisi
yang sama.
 Isomer trans yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada
sisi bersebrangan.
Sebagai contoh, cis-2-butena dengan trans-2-butena merupakan pasangan isomer
geometri cis-trans.

Isomer Optis
Keisomeran optis terjadi jika senyawa memiliki suatu atom asimetris. Pada senyawa
karbon, keisomeran optis terjadi pada senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris,
yaitu atom karbon yang terikat pada 4 atom atau gugus atom yang berbeda. Jika dua
gugus pada atom asimetris tersebut ditukarkan posisinya, maka akan terbentuk dua
molekul berbeda yang merupakan bayangan cermin dari satu sama lainnya. Kedua
molekul ini tidak dapat saling ditindihkan satu sama lain (non-superimposable). Sifat
tidak saling tumpang tindih seperti tangan kiri di atas tangan kanan dan sebaliknya
disebut sebagai kiral.
Sebagai contoh, 2-butanol memiliki satu atom karbon kiral yaitu atom karbon nomor 2
seperti terlihat pada gambar berikut. Atom karbon tersebut berikatan dengan empat
gugus berbeda, antara lain –C2H5, –H, –OH, dan –CH3.

Isomer-isomer optis tidak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat fisis seperti titik didih
dan titik leleh, sebagaimana isomer-isomer jenis lainnya yang telah dijelaskan
sebelumnya. Satu-satunya sifat fisis yang dapat membedakan isomer optis adalah sifat
optis, yaitu kemampuan untuk memutar (merotasikan) bidang cahaya terpolarisasi.
Senyawa yang dapat memutar polarisasi cahaya disebut bersifat optis aktif.
Menurut aturan Le Bel–van’t Hoff, jumlah maksimum isomer optis dari senyawa karbon
yang tidak memiliki bidang simetri internal adalah sebanyak 2 n, di mana n adalah jumlah
atom karbon kiral. Jadi, senyawa yang mempunyai 3 atom karbon kiral akan memiliki
sebanyak-banyaknya 23 = 8 isomer optis.
Pasangan isomer optis yang merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya
disebut pasangan enansiomer. Isomer-isomer optis yang bukan bayangan cermin satu
sama lain (bukan enansiomer) disebut diastereoisomer (diastereomer). Pada senyawa
dengan satu atom karbon kiral, maka akan terdapat 2 isomer optis menurut aturan Le
Bel–van’t Hoff. Kedua isomer optis ini merupakan pasangan enansiomer. Namun, pada
senyawa dengan lebih dari satu atom karbon kiral, dari sejumlah isomer optis akan
terdapat pasangan enansiomer dan juga diastereomer. Hal ini terjadi karena adanya
kemungkinan perbedaan konfigurasi absolut R/S masing-masing atom karbon kiral
sehingga membentuk isomer yang bukan bayangan cerminnya (diastereomer).

Sebagai contoh, senyawa 2,3,4-trihidroksibutanal memiliki dua atom karbon kiral, yaitu
atom C nomor 2 dan C nomor 3. Oleh karena itu, menurut aturan Le Bel–van’t Hoff,
senyawa ini memiliki 22 = 4 isomer optis seperti terlihat pada gambar berikut. Dari
keempat isomer tersebut, terdapat dua pasangan enansiomer yaitu pasangan (i) dengan
(ii) dan pasangan (iii) dengan (iv). Masing-masing dari pasangan enansiomer satu
dengan pasangan enansiomer lainnya merupakan stereoisomer bukan enansiomer,
yang disebut juga dengan diastereomer. Masing-masing isomer optis ini tidak bisa
mengalami interkonversi menjadi isomer lainnya dengan konfigurasi berbeda tanpa
melalui pemutusan ikatan.
Contoh Soal Isomer dan Pembahasan
Contoh Soal 1
Gambarlah semua isomer dari senyawa dengan rumus molekul C 5H12O.
Jawab:

C5H12O merupakan rumus umum dari alkohol dan eter. Alkohol C 5H12O memiliki 8 isomer
dan eter C5H12O memiliki 6 isomer.
Alkohol:

Eter:

Contoh Soal 2
Tentukan apakah senyawa berikut mempunyai keisomeran geometris cis-trans.

a. 1,2-dikloroetena
b. 2-butuna

Jawab:

a. 1,2-dikloroetena memiliki isomer geometri cis-trans karena memiliki ikatan C=C yang
rotasi bebasnya terbatas dan masing-masing atom C pada ikatan C=C tersebut
mengikat dua atom yang berbeda, yaitu atom H dan atom Cl.

b. 2-butuna tidak memiliki isomer geometri cis-


trans karena bentuk geometri molekulnya yang linear dan masing-masing atom C pada
ikatan rangkap tiga hanya dapat mengikat satu gugus atom.

Contoh Soal 3
Tentukan apakah senyawa berikut memiliki isomer optis atau tidak.

a. asam 2-hidroksipropanoat (asam laktat)


b. 2-bromopropana

Jawab:

a. asam 2-hidroksipropanoat memiliki isomer optis karena memiliki atom karbon kiral
pada atom C nomor 2.

2-bromopropana tidak memiliki isomer optis karena tidak memiliki atom karbon kiral.
Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan komoditas hasil tambang yang sangat penting peranannya
dalam kehidupan manusia, terutama sebagai sumber energi. Bahan bakar mulai dari
elpiji, bensin, solar, hingga kerosin; serta material seperti lilin parafin dan aspal; dan
berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan plastik, karet sintetis, deterjen,
obat-obatan, dan lainnya dihasilkan dari minyak bumi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Persamaan Reaksi
Termokimia
Proses Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk dari pelapukan sisa-sisa organisme, seperti tumbuhan, hewan,
dan jasad-jasad renik yang tertimbun dalam dasar lautan bersama lumpur selama jutaan
tahun. Lumpur tersebut kemudian berubah menjadi batuan sedimen dan sisa-sisa
organisme mengalami peruraian menjadi minyak dan gas di bawah tekanan dan suhu
tinggi. Oleh karena berasal dari sisa-sisa organisme, minyak bumi dan gas alam sering
juga disebut sebagai bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil tergolong sumber daya alam
yang tak terbarukan sebagaimana proses pembentukannya yang sangat lama.

Komposisi Minyak Bumi


Minyak bumi adalah campuran kompleks yang sebagian besarnya (sekitar 90 hingga
97%) terdiri dari senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak
bumi terutama adalah alkana, sedangkan sisanya adalah sikloalkana, alkena, alkuna,
dan senyawa aromatik. Komponen kecil lainnya selain hidrokarbon adalah senyawa-
senyawa karbon yang mengandung oksigen, belerang, ataupun nitrogen.
Gas alam sebagian besar terdiri dari alkana suku rendah (C 1 – C4) dengan metana
sebagai komponen utamanya. Selain alkana, juga terdapat gas lain seperti CO 2, O2, N2,
H2S, ataupun gas mulia seperti helium dalam jumlah yang sangat sedikit.
Proses Pengolahan Minyak Bumi
Untuk memperoleh minyak bumi, perlu dilakukan proses pengeboran. Minyak bumi yang
ditemukan biasanya akan bercampur dengan gas alam. Minyak bumi yang telah
dipisahkan dari gas alam berbentuk cairan kental hitam dan berbau disebut minyak
mentah (crude oil). Minyak mentah ini masih belum bisa dimanfaatkan secara langsung,
oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian (refining) dengan distilasi bertingkat. Prinsip
distilasi ini adalah pemisahan komponen-komponen campuran berdasarkan perbedaan
titik didih sehingga diperoleh kelompok-kelompok komponen dalam rentang titik didih
tertentu yang disebut fraksi-fraksi.
Fraksi Minyak Bumi dan Manfaat Minyak Bumi
Berikut ini fraksi hidrokarbon dari minyak bumi dan manfaat minyak bumi untuk setiap
fraksinya.

Fraksi Minyak
Bumi Jumlah atom C Titik didih (oC) Manfaat Minyak Bumi
Bahan bakar gas (LPG) dan bahan baku
Gas C1-C4 < 20 sintesis senyawa organic
Eter petroleum C5-C7 30 – 90 Pelarut dan cairan pembersih
Bensin (Gasolin) C5-C10 40 – 180 Bahan bakar kendaraan bermotor
Nafta C6-C10 70 – 180 Bahan baku sintesis senyawa organic
Bahan bakar jet dan bahan bakar
Kerosin C11-C14 180 – 250 kompor paraffin
Minyak solar dan Bahan bakar kendaraan bermesin diesel
diesel C15-C17 250 – 300 dan bahan bakar tungku di industry
Minyak pelumas C18-C20 300 – 350 Oil dan pelumas
Petroleum jelly dan lilin paraffin untuk
membuat lilin, kertas berlapis lilin, lilin
Lilin C20+ > 350 batik, dan bahan pengkilan seperti semir
Bahan bakar kapal, pemanas industri
Minyak bakar C20+ > 350 (boiler plant), dan pembangkit listrik
Bitumen C40+ > 350 Material aspal jalan dan atap bangunan
Bensin
Bensin merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang memiliki peranan penting. Di
Indonesia, tersedia beberapa jenis bensin, misalnya premium, pertamax, dan pertamax
plus. Setiap jenis bensin memiliki mutu yang berbeda. Mutu bensin ditentukan oleh
efektivitas pembakarannya di dalam mesin. Hal ini dipengaruhi ketepatan waktu
pembakaran sehingga tidak menimbulkan ketukan (knocking) yang mengganggu
gerakan piston pada mesin. Ketukan dapat mengurangi efisiensi bahan bakar,
menyebabkan mesin mengelitik, dan bahkan merusak mesin.

Mutu bensin biasanya dinyatakan dengan bilangan oktan (octane number). Bilangan
oktan ditentukan melalui uji pembakaran sampel bensin sehingga diperoleh karakteristik
pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik
pembakaran berbagai campuran n-heptana dan isooktana. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar dan menghasilkan ketukan paling
banyak, sedangkan nilai 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar dan
menghasilkan ketukan paling sedikit. Sebagai contoh, suatu campuran yang terdiri dari
25% n-heptana dan 75% isooktana akan mempunyai bilangan oktan (25/100 × 0) +
(75/100 × 100) = 75. Jadi, pertamax dengan bilangan oktan 92 akan memiliki mutu
bensin yang setara dengan campuran 92% isooktana dan 8% n-heptana.

Secara umum, bensin yang mengandung alkana rantai lurus akan memiliki nilai bilangan
oktan lebih rendah dibanding yang mengandung alkana rantai bercabang, alisiklik,
ataupun aromatik. Sebagai contoh, n-heksana memiliki bilangan oktan 25, sedangkan
2,2-dimetilbutana memiliki bilangan oktan 92.

Fraksi bensin dari hasil penyulingan umumnya mempunyai bilangan oktan ~70 yang
tergolong relatif rendah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menaikkan bilangan oktan:

 mengubah hidrokarbon rantai lurus dalam fraksi menjadi hidrokarbon rantai


bercabang melalui proses reforming;
 menambahkan hidrokarbon alisiklik ataupun aromatik ke dalam campuran akhir
fraksi bensin; atau
 menambahkan zat aditif antiketukan ke dalam bensin sehingga memperlambat
pembakaran bensin. Zat antiketukan yang dapat digunakan yaitu TEL (tetraethyl
lead) dengan rumus kimia Pb(C2H5)4. Namun, senyawa timbal (Pb) ini merupakan
racun yang dapat merusak otak, sehingga penggunaannya dilarang dan diganti
dengan zat antiketukan lainnya seperti MTBE (methyl tertiary-butyl ether) ataupun
etanol.
Contoh Soal dan Pembahasan
1. Apa metode dan prinsip dari pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi?

Jawab: Pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi dilakukan dengan metode distilasi


bertingkat yang berdasarkan prinsip perbedaan titik didih komponen-komponen
campuran.

2. Hitunglah bilangan oktan dari sampel bensin yang setara dengan campuran 95%
isooktana dan 5% n-heptana.
Jawab: Bilangan oktan = (95/100 × 100) + (5/100 × 0) = 95

3. Tentukan komposisi dari bensin standar dengan bilangan oktan 84.

Jawab: Komposisinya yaitu 84% isooktana dan 100% − 84% = 16% n-heptana.

Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum (dalam fungsi gelombang) adalah bilangan yang memiliki makna
khusus dalam menjelaskan keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat
memberikan deskripsi keadaan elektron dalam atom.
Setelah dikemukakannya teori dualisme partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin
Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum yang menjelaskan struktur atom.
Model atom mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam
persamaan matematis yang disebut persamaan gelombang. Penyelesaian persamaan
gelombang Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (ψ) atau
orbital atom yang menggambarkan keberadaan elektron dalam atom. Kuadrat dari
fungsi gelombang, ψ2, memiliki arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan elektron
dalam ruang dengan volum tertentu di sekitar inti atom. Sebagaimana asas
ketidakpastian Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak dapat dipastikan, namun
hanya dapat diketahui tempat di mana elektron paling mungkin ditemukan.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Sel Volta
Tata Nama Senyawa
Orbital dan Bilangan Kuantum
Setiap orbital atom memiliki satu set tiga bilangan kuantum yang unik, antara lain
bilangan kuantum utama (n), azimuth (atau momentum angular) (l), dan magnetik (m l).
Ketiga bilangan kuantum tersebut dapat mendeskripsikan tingkat energi orbital dan juga
ukuran, bentuk, dan orientasi dari distribusi probabilitas radial orbital atom. Lalu,
terdapat bilangan yang keempat, yakni bilangan kuantum spin (m s), yang memberikan
informasi spin suatu elektron dalam sebuah orbital. Setiap elektron dalam sebuah atom
memiliki satu set empat bilangan kuantum yang unik, yakni n, l, m l, dan ms.
 Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital.
Semakin besar nilai n, maka semakin besar ukuran orbital dan semakin tinggi
tingkat energinya. Nilai n yang diperbolehkan adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3,
dan seterusnya).
 Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari 0 hingga n − 1.
 Bilangan kuantum magnetik (ml) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m l yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
 Bilangan kuantum spin (ms) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital.
Nilai ms yang diperbolehkan adalah +½ atau −½.
Kombinasi bilangan kuantum n, l, dan ml yang mungkin pada 4 kulit elektron pertama
dapat dilihat pada tabel berikut:
Bentuk Orbital Atom
Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom pada bagian
tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua orbital s hanya memiliki
satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada
bagian inti atom dan kemudian densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah
menjauh dari inti atom. Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi.
Di antara kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas menemukan
elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ 2 = 0). Pada orbital 3s, terdapat
tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua simpul. Pola bertambahnya simpul
orbital s ini masih terus berlanjut dengan orbital 4s, 5s, dan seterusnya.

Representasi orbital 1s, 2s, dan 3s


(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin dengan dua cuping.
Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang saling bersebrangan. Inti atom
terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di antara dua cuping yang masing-masing
memiliki densitas elektron tinggi. Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, p x, py, dan
pz, sebagaimana terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital
p tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat Kartesius dengan
bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Representasi orbital 2p: px, py, dan pz
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis orientasi, sebagaimana
terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0, +1, atau +2. Empat dari lima orbital
d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2, memiliki empat cuping seperti bentuk daun
semanggi. Orbital d kelima, dz2, memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu
bagian berbentuk donat pada bagian tengah.

Representasi orbital 3d: dz2, dx2−y2, dxy, dxz, dan dyz


(Sumber: Chang, Raymond & Goldsby, Kenneth A. 2016. Chemistry (12th edition). New
York: McGraw-Hill Education)

Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis orientasi, sebagaimana
terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang
kompleks dengan beberapa cuping.
Representasi ketujuh orbital 4f
(Sumber: Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for
Insight (5th edition). New York: W.H. Freeman & Company)

Konfigurasi Elektron
Setelah memahami hubungan keberadaan elektron dalam atom dengan orbital pada
teori atom mekanika kuantum, berikut akan dibahas konfigurasi elektron, yaitu
penyusunan elektron-elektron dalam orbital-orbital pada kulit-kulit atom multi elektron.
Aturan-aturan dalam penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital, antara lain:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang
terlihat pada gambar berikut.

Urutan tingkat energi subkulit


(Sumber: Spencer, James N., Bodner, George M., & Rickard, Lyman H. 2011.
Chemistry: Structure and Dynamics (5th edition). New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.)

2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
keempat bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2
elektron yang memiliki spin yang berlawanan (m s = +½ dan ms = −½).
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi
elektron dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan
dengan spin paralel yang paling banyak.
Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd
edition). New York: W. W. Norton & Company, Inc.)

Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di


atas. Subkulit d memiliki kecenderungan untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh.
Contohnya, konfigurasi elektron 24Cr: [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4;
dan 29Cu: [Ar] 4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Konfigurasi elektron untuk ion monoatomik (seperti Na +, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat
ditentukan dari konfigurasi elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion
bermuatan positif) monoatomik Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas
(dikurangi) dari kulit elektron terluar atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif)
monoatomik By− yang bermuatan y−, sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada
orbital level energi terendah yang masih belum penuh oleh elektron.
Contoh Soal Bilangan Kuantum
Tentukan konfigurasi elektron dan diagram elektron dari atom unsur dan ion
monoatomik berikut.

a. 27Co
b. 32Ge
c. 20Mg2+
d. 26Fe3+
e. 8O2−
Pembahasan:
a. 27Co: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau [Ar] 4s2 3d7

b. 32Ge: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p2 atau [Ar] 4s2 3d10 4p2

c. 20Mg: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 atau [Ar] 4s2


Mg2+:  1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 atau [Ar] (sebanyak 2 elektron dikurangi dari kulit terluar:
20
4s2−2)

d. 26Fe: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6 atau [Ar] 4s2 3d6


3+ 2 2 6 2 6 5 5
26Fe :  1s  2s  2p  3s  3p  3d  atau [Ar] 3d  (sebanyak 3 elektron dikurangi dari kulit
terluar: 4s2−2 3d6−1)

e. 8O: 1s2 2s2 2p4 atau [He] 2s2 2p4


2− 2 2 6 2 6
8O :  1s  2s  2p  atau [He] 2s  2p  atau [Ne] (sebanyak 2 elektron ditambahkan:
2s2 2p4+2)

Termokimia
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari reaksi kimia dan perubahan energi yang
terlibat. Dalam mempelajari termokimia, diperlukan definisi “sistem” dan “lingkungan”.
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi fokus perhatian kita. Lingkungan adalah
segala sesuatu selain sistem.
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan. Implikasi hukum ini pada energi dalam sistem, yaitu perubahan
energi dalam, ΔE sama dengan penjumlahan kalor (q) yang diserap atau dilepas sistem
dengan kerja (w) yang dilakukan atau diterima sistem.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Ikatan Kimia
Stoikiometri
Persamaan Termokimia dan Entalpi
Persamaan termokimia adalah persaman reaksi setara yang menyertakan kalor reaksi
(entalpi reaksi) — yang menunjukkan hubungan antara massa dan energi. Contoh
persamaan termokimia:
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ΔH= −483,6 kJ
Entalpi, H, yaitu fungsi keadaan yang merupakan jumlah dari energi dalam (E) dan hasil
kali dari tekanan (P) dan volum (V) sistem. Pada tekanan konstan, perubahan entalpi,
ΔH, yang terjadi dalam suatu reaksi disebut juga sebagai entalpi reaksi (ΔH rx) memiliki
nilai yang sama dengan kalor reaksi (q).
Entalpi reaksi (ΔHrx) juga merupakan fungsi keadaan, yang nilainya bergantung pada
Hakhir dan Hawal. Dalam suatu reaksi kimia, “akhir” dan “awal” bisa dinyatakan sebagai
“produk” dan “reaktan”. Jadi, Hproduk dapat lebih dari ataupun kurang dari Hreaktan sehingga
tanda nilai ΔHrx bergantung pada apakah kalor diserap atau dilepas oleh sistem reaksi.
Reaksi disebut eksoterm bilamana melepas kalor sehingga entalpi sistem menurun dan
ΔHrx< 0. Reaksi disebut endoterm bilamana menyerap kalor sehingga entalpi sistem
meningkat dan ΔHrx> 0.

Diagram termokimia: entalpi untuk reaksi eksoterm (A) dan endoterm (B)
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Kalorimetri
Kalorimetri adalah cara penentuan kalor reaksi dengan kalorimeter. Kalorimeter
merupakan sistem terisolasi (tidak ada perpindahan materi dan energi dengan
lingkungan). Jika dianggap keseluruhan kalorimeter adalah sistem, maka q sistem = 0.
Dengan mengukur perubahan temperatur (ΔT), dapat dihitung jumlah kalor (q) yang
terlibat dalam reaksi di dalam kalorimeter sebagaimana rumus:

Kalorimeter bom (kalorimetri volum konstan)

Kalorimeter bom
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3 rd edition).
New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
Pada kalorimeter bom berlaku rumus:

 [V konstan]

Kalorimeter sederhana (kalorimetri tekanan konstan)

Termokimia: Kalorimeter sederhana


(Sumber: Petrucci, Ralph H. et al. 2011. General Chemistry: Principles and Modern
Applications (10th edition). Toronto: Pearson Canada Inc.)
Pada kalorimeter sederhana berlaku rumus:

 [V konstan]

Entalpi Pembentukan Standar dan Reaksi


Entalpi pembentukan standar, ΔHf°, didefinisikan sebagai perubahan entalpi dalam
reaksi pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur penyusunnya pada keadaan
standar (tekanan 1 atm, temperatur 298 K). Entalpi pembentukan standar dari unsur-
unsur dalam bentuk paling stabil (seperti C (grafit), H 2 (g), N2 (g), Ca (s)) didefinisikan
sama dengan 0. Dari nilai-nilai entalpi pembentukan standar, dapat dihitung nilai entalpi
reaksi standar, ΔHrx°, yaitu perubahan entalpi dalam reaksi pada keadaan standar.

Sebagai contoh, pada reaksi hipotetis berikut di mana a, b, c, dan d adalah koefisien
stoikiometrik,
aA + bB → cC + dD

Hukum Hess
Hukum Hess menyatakan bahwa ketika reaktan terkonversi menjadi produk, nilai
perubahan entalpi dari reaksi tetap sama, baik dengan satu langkah ataupun dengan
sederetan langkah. Dengan kata lain, perubahan entalpi dari keseluruhan proses sama
dengan jumlah total perubahan entalpi setiap langkah. Perhatikan contoh berikut.

Dalam penerapan hukum Hess, kadangkala persamaan termokimia yang tersedia perlu
dimanipulasi terlebih dahulu. Berikut aturan dalam memanipulasi persamaan
termokimia:

1. Ketika persamaan reaksi dibalik (reaktan menjadi produk, produk menjadi


reaktan), tanda nilai ΔH juga harus dibalik (dari positif menjadi negatif, dan
sebaliknya).
2. Substansi yang dihilangkan dari kedua sisi persamaan reaksi harus dalam fase
yang sama.
3. Jika semua koefisien dari suatu persamaan reaksi dikali atau dibagi dengan
faktor yang sama, maka nilai ΔH reaksitersebut juga harus dikali atau dibagi dengan
faktor tersebut.
Pendekatan Energi Ikatan dan Entalpi Reaksi
Energi ikatan (entalpi ikatan), D, adalah energi yang dibutuhkan untuk memutus ikatan
pada 1 mol molekul dalam fase gas. Entalpi reaksi dapat diestimasi dari total energi
ikatan dari ikatan yang putus dikurangi total energi ikatan dari ikatan yang terbentuk.
Tabel energi ikatan rata-rata
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13 th edition).
New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Contoh soal
Estimasilah nilai   pembakaran berikut dari data energi ikatan rata-rata pada tabel
di atas.

Jawab:

ΔH = ∑D(reaktan) − ∑D(produk)

= [12D(C−H) + 2D(C−C) + 7D(O=O)] –[8D(C=O) + 12D(O−H)]

= [12(413 kJ) + 2(348 kJ) + 7(495 kJ)] – [8(799 kJ) + 12(463 kJ)]

= 9117 kJ – 11948 kJ

ΔH = −2831 kJ
Polimer

Pengertian Polimer
Polimer adalah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang tersusun
dari gabungan ribuan hingga jutaan unit pembangun yang berulang. Plastik
pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon termasuk material yang
disebut polimer.
Unit kecil berulang yang membangun polimer disebut monomer. Sebagai contoh,
polipropilena (PP) adalah polimer yang tersusun dari monomer propena.

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:


Bilangan Kuantum
Reaksi Redoks

Jenis-jenis Polimer
Jenis polimer berdasarkan sumbernya
 Polimer alam,
yaitu polimer yang terdapat di alam. Contoh:

 Polimer sintetis,
yaitu polimer yang tidak terdapat di alam. Contoh:

Jenis polimer berdasarkan monomer penyusunnya


 Homopolimer,
yaitu polimer yang tersusun dari satu jenis monomer. Contoh: polietilena (etena),
polipropilena (propena), polistirena (stirena), PVC (vinil klorida), PVA (vinil asetat),
poliisoprena (isoprena), dan PAN (akrilonitril).

 Kopolimer,
yaitu polimer yang tersusun dari dua jenis atau lebih monomer. Contoh: nilon 6,6
(heksametilendiamina + asam adipat), dakron (asam tereftalat + etilena glikol), SBR
(stirena + butadiena), dan ABS (akrilonitril + butadiena + stirena).

Jenis polimer berdasarkan sifatnya


1. Termoplas
yaitu polimer yang melunak jika dipanaskan, dan dapat dicetak kembali menjadi bentuk
lain. Sifat ini disebabkan oleh struktur termoplas yang terdiri dari rantai-rantai panjang
dengan gaya interaksi antar molekul yang lemah. Sifat-sifat lain dari termoplas adalah
ringan, kuat, dan transparan. Contoh termoplas adalah polietilena, polipropilena, PET,
dan PVC.

2. Termoset
yaitu polimer yang memiliki bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika dipanaskan.
Sifat ini disebabkan oleh ada banyaknya ikatan kovalen yang kuat antara rantai-rantai
molekul. Pemanasan termoset pada suhu yang terlalu tinggi dapat memutuskan ikatan-
ikatan tersebut dan bahkan membuat termoset menjadi terbakar. Contoh termoset
adalah bakelit dan melamin.
3. Elastomer
yaitu polimer yang elastis; bentuknya dapat diregangkan, namun dapat kembali ke
bentuk semula setelah gaya tariknya dihilangkan. Elastisitas ini disebabkan oleh struktur
elastomer yang terdiri dari rantai-rantai yang saling tumpang tindih dengan adanya
ikatan silang (cross-link) yang akan menarik kembali rantai-rantai tersebut kembali ke
susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer adalah karet alam (poliisoprena) dan
karet sintetis SBR.
Reaksi Polimerisasi
Reaksi pembentukan polimer dari monomernya disebut reaksi polimerisasi. Reaksi
polimerisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Polimerisasi adisi
Polimerisasi adisi umumnya terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap.
Umumnya monomer yang direaksikan dalam polimerisasi adisi adalah senyawa alkena
dan turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi dihasilkan polimer adisi sebagai produk
tunggal. Contoh reaksi polimerisasi adisi:

a. Pembentukan polietilena (PE) dari etena


b. Pembentukan PVC dari vinil klorida

c. Pembentukan poliisoprena dari isoprena

Polimerisasi kondensasi
Polimerisasi kondensasi merupakan penggabungan monomer dengan reaksi kimia yang
terjadi antara dua gugus fungsi berbeda dari masing-masing monomer. Polimerisasi ini
terjadi pada monomer yang masing-masing mempunyai setidaknya dua gugus fungsi
reaktif. Dari hasil polimerisasi kondensasi dihasilkan polimer dan juga molekul-molekul
kecil, seperti H2O, HCl, dan CH3OH. Polimer seperti poliester, poliamida, polikarbonat,
dan poliuretana disintesis melalui reaksi polimerisasi kondensasi. Contoh reaksi
polimerisasi adisi:
a. Pembentukan poliester: PET dari dimetil tereftalat dan etilena glikol

b. Pembentukan poliamida: nilon 66 dari asam adipat dan heksametilendiamina


Aplikasi Polimer Sintetis
1. PVC
Poli(vinil klorida) (PVC) yang bersifat lunak digunakan untuk selang air, jas hujan, dan
insulasi listrik. Sedangkan, PVC yang bersifat kaku digunakan untuk pipa dan pelapis
lantai.

2. PS
Polistirena (PS) memiliki beberapa macam bentuk. Polistirena yang berbentuk kaku dan
mudah pecah digunakan untuk kotak kaset, peralatan makan—sendok, garpu, dan pisau
—plastik. Polistirena berbentuk foam, yakni styrofoam, memiliki sifat insulator panas
yang baik. Oleh karena itu, styrofoam banyak digunakan untuk wadah
makanan/minuman dan juga gabus penahan benturan dalam kemasan alat elektronik.

3. PE (LDPE dan HDPE)


Polietilena (PE) memiliki beragam bentuk. HDPE (high-density polyethylene) adalah
polietilena dengan sifat lebih kuat dan kaku yang banyak digunakan untuk botol plastik
dan mainan. LDPE (low-density polyethylene) adalah polietilena dengan sifat lebih
plastis dan titik leleh lebih rendah dibanding HDPE. LDPE banyak digunakan untuk
plastik lembaran, kantong plastik, dan pembungkus kabel.

4. PP
Polipropilena (PP) digunakan untuk botol plastik, tali, karung plastik, karpet, peralatan
laboratorium, dan mainan.

5. PTFE
Politetrafluoroetilena (PTFE) yang dikenal juga dengan nama dagang Teflon, memiliki
sifat kuat, tidak reaktif, dan tahan panas. PTFE digunakan sebagai gasket, pelapis
tangki bahan kimia, dan pelapis panci anti lengket.
6. PMMA
Poli(metil metakrilat) (PMMA) yang dikenal juga dengan nama dagang Plexiglas atau
Lucite atau Perspex, memiliki sifat kuat, keras, ringan, dan transparan. PMMA
digunakan untuk alat optik, kaca jendela pesawat terbang, furnitur, dan glove box.

7. PET
Poli(etilena tereftalat) (PET) yang dikenal juga dengan nama dagang Dacron atau
Terylene, banyak digunakan sebagai serat tekstil. Selain itu, PET juga banyak
digunakan sebagai botol minuman. Dalam bentuk film tipis, PET dengan nama dagang
Mylar bersifat kuat dan tahan terhadap robekan, sehingga digunakan untuk pita
perekam magnetik, layar perahu, dan kemasan barang.

8. Nilon
Nilon merupakan polimer berbentuk serat yang bersifat kuat, ringan, dan tahan terhadap
tegangan. Oleh karena itu, nilon banyak digunakan untuk membuat tali, jala, parasut,
tenda, jas hujan, karpet, dan sebagainya.

Contoh Soal Polimer dan Pembahasan


Soal 1
Tentukan struktur monomer penyusun polimer berikut:

Pembahasan:
Dari struktur polimer tersebut, terdapat tiga unit struktur yang berulang. Polimer tersebut
tergolong polimer adisi, sebagaimana tidak terdapatnya ikatan ester, amida, karbonat,
ataupun uretana pada rantai utama. Struktur monomer dari polimer adisi umumnya
hampir sama dengan satu unit struktur yang berulang.
Jadi, struktur monomer dari polimer tersebut yaitu:

Soal 2
Di antara polimer berikut:

a. bakelit
b. nilon
c. teflon
d. dakron
e. styrofoam

yang termasuk polimer kondensasi adalah …

a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 3 dan 5
d. 1, 2, dan 3
e. semua jawaban di atas salah

Jawab:

b. 2 dan 4

Nilon dan dakron keduanya disintesis melalui polimerisasi kondensasi. Nilon merupakan
poliamida, dan dakron (PET) merupakan poliester.

Soal 3
Senyawa berikut yang bukan monomer dari polimer alam adalah …

a. isoprena
b. glukosa
c. asam amino
d. akrilonitril
e. nukleotida

Jawab:

d. akrilonitril
Akrilonitril merupakan monomer dari polimer sintetis PAN (poliakrilonitril).

Anda mungkin juga menyukai