Redoks
Reaksi Redoks – Pengantar
Elektrokimia merupakan cabang dari ilmu kimia yang secara khusus mempelajari
hubungan listrik dan reaksi kimia. Proses-proses elektrokimia merupakan reaksi redoks
(oksidasi-reduksi) di mana energi yang dihasilkan dari reaksi spontan dikonversi menjadi
energi listrik atau di mana energi listrik digunakan untuk mendorong suatu reaksi
nonspontan untuk terjadi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Stoikiometri
Sistem Periodik Unsur
Pada reaksi kimia, atom-atom hanya disusun ulang, tidak ada yang diciptakan ataupun
dimusnahkan. Kemudian, ada beberapa hal khusus yang perlu
diperhatikan. Elektron ditransfer dari satu substansi ke substansi lainnya, sehingga perlu
diperhatikan dari mana dan ke mana elektron ditransfer serta besarnya muatan yang
dibawa elektron-elektron tersebut. Jadi, ada 3 faktor yang perlu diperhatikan dalam
menyetarakan persamaan reaksi redoks: (1) jumlah atom, (2) jumlah elektron yang
ditransfer, dan (3) jumlah muatan reaktan dan produk.
Penyetaraan Reaksi Redoks
Ada 2 metode dalam menyetarakan persamaan reaksi redoks:
2. Menuliskan jumlah elektron yang dilepaspada oksidasi dan jumlah elektron yang
diterima pada reduksi berdasarkan jumlah perubahan biloks (bisa dibantu dengan
menggambar garis antara atom/ion yang mengalami oksidasi dan yang mengalami
reduksi)
3. Menghitung koefisien reaksi reaktan dengan bilangan bulat terkecil yang dapat
menyetarakan jumlah elektron yang ditransfer selama oksidasi dan selama reduksi, lalu
menyetarakan koefisien reaktan dan produk.
4. Menyetarakan atom O dengan H2O(l), lalu menyetarakan atom H dengan H+(aq)
6. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi
7. Menambahkan OH−(aq) pada reaktan dan produk dengan jumlah sesuai dengan
jumlah H+(aq)
8. Mengkombinasi H+(aq) dan OH−(aq) pada sisi yang sama membentuk H2O(l), dan
menghilangkan jumlah H2O(l) yang sama pada kedua sisi
(b) setengah-reaksi
Sel Elektrolisis
Sel elektrolisis adalah sel elektrokimia di mana energi listrik digunakan untuk
menjalankan reaksi redoks tidak spontan. Reaksi elektrolisis dapat didefinisikan sebagai
reaksi peruraian zat dengan menggunakan arus listrik. Prinsip kerja sel elektrolisis
adalah menghubungkan kutub negatif dari sumber arus searah ke katode dan kutub
positif ke anode sehingga terjadi overpotensial yang menyebabkan reaksi reduksi dan
oksidasi tidak spontan dapat berlangsung. Elektron akan mengalir dari katode ke anode.
Ion-ion positif akan cenderung tertarik ke katode dan tereduksi, sedangkan ion-ion
negatif akan cenderung tertarik ke anode dan teroksidasi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Kimia Unsur
Logam Alkali dan Alkali Tanah
Tabel Periodik Unsur
Susunan Sel Elektrolisis
Secara umum, sel elektrolisis tersusun dari:
Susunan sel elektrolisis (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The
Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Pada gambar di atas, terlihat rangkaian sel elektrolisis lelehan NaCl. Sel elektrolisis
tidak memerlukan jembatan garam seperti halnya sel Volta. Elektrode yang digunakan
dapat berupa elektrode inert seperti platina atau grafit yang tidak teroksidasi ataupun
tereduksi dalam sel.
Proses elektrolisis dimulai dengan dialirkan arus listrik searah dari sumber tegangan
listrik. Elektron dari kutub negatif akan mengalir menuju ke katode. Akibatnya, ion-ion
positif Na+ dalam lelehan NaCl akan tertarik ke katode dan menyerap elektron untuk
tereduksi menjadi Na yang netral. Sementara itu, ion-ion negatif Cl − dalam lelehan akan
tertarik ke anode di kutub positif. Ion-ion Cl − akan teroksidasi menjadi gas Cl2 yang netral
dengan melepas elektron. Elektron tesebut kemudian dialirkan anode dan diteruskan ke
kutub positif sumber tegangan listrik. Jadi, reaksi redoks yang terjadi pada sel
elektrolisis lelehan NaCl dapat ditulis sebagai berikut.
Katode (reduksi) : Na+(l) + e− → Na(l)
Anode (oksidasi) : 2Cl−(l) → Cl2(g) + 2e−
Reaksi sel (redoks) : 2Na+(l) + 2Cl−(l) → 2Na(l) + Cl2(g)
Reaksi Elektrolisis
Secara umum, elektrolisis lelehan senyawa ionik melibatkan reaksi redoks yang lebih
sederhana. Hal ini dikarenakan tanpa adanya air, kation akan direduksi di katode dan
anion akan dioksidasi di anoda. Sebagai contoh, pada elektrolisis lelehan MgBr 2, ion
Mg2+ akan tereduksi di katode membentuk logam Mg dan ion Br − akan teroksidasi di
anode membentuk gas Br2.
Namun, jika reaksi elektrolisis berlangsung dalam sistem larutan, ada beberapa reaksi
redoks yang bersaing sehingga reaksi cenderung agak kompleks. Beberapa faktor yang
menentukan reaksi elektrolisis larutan elektrolit antara lain sebagai berikut.
spesi yang tereduksi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih positif
spesi yang teroksidasi adalah spesi dengan potensial reduksi lebih negatif
(potensial oksidasi lebih positif)
2. Sifat bahan elektrode, inert atau aktif
elektrode inert adalah elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi redoks
elektrolisis. Contoh: platina (Pt), emas (Au), dan grafit (C)
elektrode aktif adalah elektrode yang dapat terlibat dalam reaksi redoks
elektrolisis. Contoh: tembaga (Cu), krom (Cr), dan nikel (Ni)
3. Potensial tambahan (overpotensial) yang diberikan
Rangkaian sel volta dengan jembatan garam (Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015.
Chemistry: The Central Science (13th edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu
atau
Sebagaimana jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus listrik (i)
dengan selang waktu (t),
Q=i×t
massa zat yang dihasilkan selama elektrolisis (G) juga berbanding lurus dengan kuat
arus (i) dan selang waktu (t).
Muatan listrik (Q) yang digunakan dalam elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah
mol elektron yang terlibat dalam reaksi redoks (ne). Secara eksperimen diperoleh bahwa
1 mol elektron memiliki muatan listrik sebesar 96.500 coulomb. Nilai muatan listrik
elektron ini ditetapkan sebagai konstanta Faraday (F). Jadi, hubungan ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Q = ne × F
Hukum Faraday II
“Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama elektrolisis (G) berbanding
lurus dengan massa ekivalen zat tersebut (Mek).”
Secara matematis, hukum Faraday II dapat ditulis dalam persamaan berikut.
Massa ekivalen zat adalah massa zat dengan jumlah mol setara
secara stoikiometri dengan 1 mol elektron. Massa ekivalen dari suatu unsur sama
dengan massa atom relatif (Ar) dari unsur tersebut dibagi dengan perubahan bilangan
oksidasi (biloks) yang dialami dalam reaksi elektrolisis.
Berdasarkan konsep stoikiometri dasar mengenai hubungan massa (m), jumlah mol (n)
dan massa molar (}) sebagai berikut:
akan didapat persamaan di atas yang merupakan gabungan dari kedua hukum Faraday,
di mana:
Secara sistematis, hubungan antara jumlah listrik yang dialirkan dengan massa zat yang
dihasilkan dalam elektrolisis dapat dilihat pada skema berikut.
Setengah reaksi reduksi kalsium pada elektrolisis: Ca 2+ + 2e− → Ca, sehingga:
Jadi, diperoleh:
2. Sejumlah arus dapat mengendapkan 1,56 gram perak dari larutan AgNO 3. Jika arus
yang sama dialirkan selama selang waktu yang sama ke dalam lelehan AlCl 3, berapa
gram aluminium yang dapat diendapkan? (Ar Ag = 108; Al = 27)
Jawab:
Jadi, .
3. Hitunglah volum gas hidrogen pada keadaan STP yang terbentuk dari elektrolisis
larutan KBr menggunakan arus 1,93 A selama 5 menit.
Jawab:
Jumlah mol elektron yang terlibat dalam reaksi elektrolisis dihitung dengan rumus: Q =
ne × F
Jadi, volum .
volum
volum
Reaksi Adisi, Substitusi, & Eliminasi pada Senyawa Karbon
Reaksi adisi
Yaitu reaksi penggabungan dua atau lebih molekul membentuk suatu produk tunggal
yang ditandai dengan hilangnya ikatan rangkap. Reaksi ini merupakan reaksi
karakteristik dari senyawa tak jenuh seperti alkena dan alkuna. Setelah mengalami
reaksi adisi, alkena akan berubah menjadi senyawa jenuh alkana. Secara umum, reaksi
adisi pada alkena dapat diilustrasikan seperti berikut.
Reaksi Substitusi
Yaitu reaksi penggantian atom atau gugus atom dalam suatu molekul dengan atom atau
gugus atom lainnya. Penggantian gugus nukleofil disebut substitusi nukleofilik.
Penggantian gugus elektrofil disebut substitusi elektrofilik. Gugus nukleofil tidak dapat
digantikan dengan gugus elektrofil, demikian juga sebaliknya. Secara umum, reaksi
substitusi dapat dituliskan sebagai:
R−Q + PX → R−X + PQ
Reaksi Eliminasi
yaitu reaksi penghilangan dua substituen dari suatu molekul. Pada dasarnya, reaksi
eliminasi dapat dianggap sebagai kebalikan dari reaksi adisi. Reaksi eliminasi biasanya
ditandai dengan berubahnya ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap melalui terlepasnya
molekul kecil seperti air, HCl, atau HBr.
Pada umumnya, reaksi eliminasi mengikuti aturan Zaitsev. Aturan Zaitsev menyatakan
bahwa atom H yang tereliminasi merupakan atom H yang terikat pada atom karbon yang
paling sedikit mengikat hidrogen (“yang miskin semakin miskin”).
Pengertian Korosi
Korosi adalah peristiwa perusakan logam oleh karena terjadinya reaksi kimia antara
logam dengan zat-zat di lingkungannya membentuk senyawa yang tak dikehendaki.
Contoh peristiwa korosi antara lain karat pada besi, pudarnya warna mengkilap pada
perak, dan munculnya warna kehijauan pada tembaga. Reaksi kimia yang terjadi
termasuk proses elektrokimia di mana terjadi reaksi oksidasi logam membentuk
senyawa-senyawa oksida logam ataupun sulfida logam.
atau
Pada umumnya, reaksi reduksi yang terjadi adalah reaksi reduksi oksigen dengan H +,
sebagaimana medium terjadinya korosi cenderung bersifat asam dan reaksi reduksi
dalam suasana asam cenderung lebih spontan, sebagaimana potensial reduksinya lebih
besar (+1,23 V). Ion H+ berasal dari asam H2CO3 yang terbentuk dari reaksi pelarutan
karbon dioksida dalam uap air di udara.
Jadi, keseluruhan reaksi hilangnya besi, tanpa reaksi pembentukan karat, yaitu:
.
Secara keseluruhan, jika persamaan reaksi hilangnya besi dengan reaksi pembentukan
karat dijumlahkan maka diperoleh:
2. pH
Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi akan lebih cepat,
sebagaimana reaksi reduksi oksigen dalam suasana asam lebih spontan yang ditandai
dengan potensial reduksinya lebih besar dibanding dalam suasana netral ataupun basa.
3. Keberadaan elektrolit
Keberadaan elektrolit seperti garam NaCl pada medium korosi akan mempercepat
terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit membantu menghantarkan elektron-
elektron bebas yang terlepas dari reaksi oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi
pada daerah katode.
4. Suhu
Semakin tinggi suhu, semakin cepat korosi terjadi. Hal ini sebagaimana laju reaksi
kimia meningkat seiring bertambahnya suhu.
5. Galvanic coupling
Bila besi terhubung atau menempel pada logam lain yang kurang reaktif (tidak mudah
teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka akan timbul beda potensial yang
menyebabkan terjadinya aliran elektron dari besi (anode) ke logam kurang reaktif
(katode). Hal ini menyebabkan besi akan lebih cepat mengalami korosi dibandingkan
tanpa keberadaan logam kurang reaktif. Efek ini disebut juga dengan efek galvanic
coupling.
Cara Mencegah Korosi pada Besi
1. Menggunakan lapisan pelindung untuk mencegah kontak langsung
dengan H2O dan O2
Contoh lapisan pelindung yang dapat digunakan, antara lain lapisan cat, lapisan oli dan
gemuk, lapisan plastik, dan pelapisan logam lain, seperti Sn, Zn, dan Cr. Pada pelapisan
cat dan pelapisan plastik, bila cat tergores/terkelupas atau plastik terkelupas, korosi
akan mulai terjadi bagian yang terpapar dengan udara tersebut. Pada pelapisan dengan
oli dan gemuk, perlu dilakukan pengolesan secara berkala.
Pada pelapisan timah (tin plating), timah lebih tahan korosi (kurang reaktif) dibanding
besi, di mana potensial reduksi besi lebih negatif (E° Fe = −0,44 V; E° Sn = −0,14 V).
Namun, sebagaimana efek galvanic coupling, apabila lapisan timah tergores, maka
timah justru akan mempercepat korosi pada besi. Pelapisan timah umumnya dilakukan
pada kaleng-kaleng kemasan. Pelapisan timah umumnya digunakan pada kaleng-
kaleng kemasan dengan tujuan agar kaleng-kaleng bekas cepat rusak dan hancur.
Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink lebih reaktif dibanding besi (E° Fe = −0,44 V; E°
Sn = −0,76 V). Berbeda dengan timah, bila lapisannnya tidak utuh, zink masih dapat
melindungi besi dari korosi. Hal ini terjadi sebagaimana terbentuknya sel elektrokimia
dengan zink sebagai anode yang teroksidasi dan besi sebagai katode. Mekanisme
perlindungan ini disebut perlindungan katode. Pelapisan zink umumnya digunakan pada
besi penopang konstruksi dan pipa besi.
Pada pelapisan kromium (chrome plating), kromium lebih reaktif dibanding besi (E° Fe =
−0,44 V; E° Cr = −0,74 V). Sama seperti zink, mekanisme perlindungan katode juga
terjadi pada pelapisan kromium meskipun ada lapisan kromium yang rusak. Pelapisan
kromium umumnya digunakan pada ketel, setang, dan bemper mobil.
Contoh Soal
Berikut ini logam yang dapat digunakan untuk perlindungan katode dalam mencegah
korosi besi, kecuali…
a. magnesium
b. kromium
c. timah
d. aluminium
e. zink
Jawab:
c. timah
Timah adalah satu-satunya logam yang kurang reaktif dibanding besi, sehingga tidak
dapat memberikan perlindungan katode, namun mengaibatkan terjadinya efek galvanic
coupling.
Kimia Unsur
Gas Mulia
Unsur-unsur golongan VIIIA yang terdiri dari helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton
(Kr), xenon (Xe), dan radon (Rn) disebut gas mulia. Disebut demikian karena pada suhu
ruang wujudnya gas dan sifatnya sangat stabil (sukar bereaksi). Oleh karena sifatnya
yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk monoatomik (atom tunggal).
Unsur-unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah. Titik
didihnya hanya beberapa derajat Celcius di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih
meningkat dari He ke Rn. Semua unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan di
udara pada atmosfer.
Halogen
Halogen adalah unsur-unsur golongan VIIA yang terdiri dari fluorin (F), klorin (Cl),
bromin (Br), iodin (I), dan astatin (At). Nama “halogen” berasal dari bahasa Yunani yang
artinya pembentuk garam, karena unsur-unsur halogen dapat bereaksi dengan unsur-
unsur logam membentuk senyawa-senyawa garam. Di alam, unsur-unsur halogen
ditemukan dalam bentuk molekul unsur diatomik F 2, Cl2, Br2, dan I2.
Titik leleh dan titik didih halogen meningkat seiring dengan kenaikan nomor atomnya.
Pada suhu kamar, fluorin dan klorin berwujud gas, bromin berwujud zat cair yang mudah
menguap, sedangkan iodin berwujud padatan yang mudah menyublim. Fluorin berwarna
kuning muda, klorin berwarna kuning kebijauan, bromin berwarna merah kecoklatan,
iodin padat berwarna hitam, sedangkan uap iodin berwarna ungu. Semua halogen
berbau menusuk dan bersifat racun.
Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Daya oksidasi
halogen dari F2 ke I2 semakin berkurang; sebaliknya, daya reduksi ion halida dari F − ke
I− semakin bertambah. Oleh karena itu, halogen yang berada lebih atas dalam sistem
periodik dapat mengoksidasi halida yang di bawahnya, namun tidak berlaku sebaliknya.
Logam Alkali
Logam alkali adalah unsur-unsur golongan IA kecuali hidrogen (H), antara lain litium (Li),
natrium (Na), kalium (K), rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr). Disebut alkali
karena dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa hidroksida yang bersifat alkali
atau basa. Logam alkali merupakan golongan logam yang paling reaktif, sehingga selalu
ditemukan di alam dalam bentuk senyawanya. Kereaktifannya meningkat dari Li ke Fr.
Senyawa-senyawa logam alkali umumnya mudah larut dalam air.
Logam-logam alkali bersifat lunak, ringan, dan mempunyai titik leleh dan titik didih yang
relatif rendah. Unsur logam alkali dapat diidentifikasi dengan uji nyala di mana masing-
masing unsur akan memberikan warna yang khas; Li: merah, Na: kuning, K: ungu muda,
Rb: ungu, dan Cs: biru.
Pada umumnya unsur-unsur transisi periode keempat di alam terdapat dalam bentuk
senyawanya, kecuali tembaga yang terdapat dalam bentuk unsur bebas maupun
senyawanya. Unsur-unsur transisi maupun senyawanya umumnya dapat berfungsi
sebagai katalis reaksi-reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup ataupun dalam industri.
Senyawa-senyawa unsur-unsur transisi tersebut umumnya berwarna, kecuali senyawa
dari Sc3+, Ti4+, dan Zn2+.
Contoh Soal Kimia Unsur dan Pembahasan
Unsur logam berikut yang memberikan nyala berwarna merah adalah …
a. magnesium
b. kalium
c. berilium
d. stronsium
e. barium
Jawab:
d. stronsium
Nyala magnesium dan berilium berwarna putih, kalium berwarna ungu muda, stronsium
berwarna merah, dan barium berwarna hijau.
Logam Alkali dan Alkali Tanah
Unsur-unsur golongan IA (kecuali hidrogen) disebut logam alkali. Unsur-unsur golongan
IIA disebut logam alkali tanah. Kata “alkali” berasal dari bahasa Arab, al-qaly, yaitu abu
yang dalam air bersifat basa. Oleh karena logam-logam golongan IA dan IIA umumnya
jika dilarutkan dalam air membentuk larutan basa, maka disebut logam alkali dan alkali
tanah. Sebutan alkali tanah untuk logam golongan IIA dikarenakan logam-logam
tersebut umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa sukar larut di dalam tanah. Logam
alkali dan alkali tanah bersifat sangat reaktif sehingga selalu ditemukan di alam dalam
bentuk senyawanya, meskipun logam alkali tanah tidak sereaktif logam alkali.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Isomer
Minyak Bumi
Bilangan Kuantum
Logam Alkali
Unsur-unsur golongan IA terdiri dari hidrogen (H), litium (Li), natrium (Na), kalium (K),
rubidium (Rb), sesium (Cs), dan fransium (Fr). Unsur-unsur ini kecuali hidrogen, dikenal
sebagai logam alkali.
Keberadaan Logam Alkali di Alam
Sifat atomik
Konfigurasi elektron valensi logam alkali adalah ns1. Oleh karena itu, atom logam alkali
cenderung mudah melepaskan sebuah elektron membentuk ion bermuatan +1
dengan konfigurasi elektron stabil gas mulia. Hal tersebut juga dapat dilihat dari energi
ionisasinya yang relatif rendah. Selain itu, perbedaan energi ionisasi pertama dan kedua
juga sangat besar. Secara umum, keteraturan sifat dari Li ke Fr, yaitu:
jari-jari atom bertambah
energi ionisasi berkurang
keelektronegatifan berkurang
nilai bilangan oksidasi +1 pada keadaan paling stabil
Sifat fisis
Titik leleh, titik didih, dan kekerasan logam alkali tergolong relatif rendah. Dari Li ke Fr,
titik leleh, titik didih, dan daya hantar listrik dan panas semakin menurun, kecuali daya
hantar listrik dan panas pada logam Na dan K justru bertambah. Hal ini terkait dengan
ikatan logam pada logam alkali. Semakin banyak elektron yang terlibat pada
pembentukan ikatan logam, semakin kuat ikatan; semakin besar jari-jari atom, semakin
lemah ikatan. Pada atom Na dan K elektron cenderung lebih mudah bergerak bebas.
Sifat kimia
Logam alkali bersifat sangat reaktif, sebagaimana terlihat dari energi ionisasinya yang
relatif rendah. Kereaktifan logam alkali meningkat dari Li ke Fr, begitu juga dengan sifat
reduktor yang semakin kuat. Hampir senyawa logam alkali bersifat ionik dan mudah larut
dalam air.
Pada pembakaran unsur atau senyawa logam alkali pada nyala api, elektron pada atom
setiap unsur logam alkali akan tereksitasi dan menghasilkan warna nyala yang khas.
Sifat kimia
Sifat kimia logam alkali tanah hampir sama dengan logam alkali, tetapi logam alkali
tanah tidak sereaktif logam alkali seperiode. Kereaktifan logam alkali tanah meningkat
dari Be ke Ba. Nilai potensial standar logam alkali tanah menunjukkan bahwa logam
alkali tanah merupakan reduktor yang cukup kuat, bahkan Ca, Sr, dan Ba mempunyai
daya reduksi yang lebih kuat dari Na.
Jawab: D
Dari atas ke bawah golongan jari-jari atom logam alkali semakin kecil sehingga ikatan
logamnya juga semakin lemah. Akibatnya, sifat fisis seperti titik didih, titik leleh, dan
kekerasan juga semakin rendah.
Contoh Soal 2:
Logam alkali tanah berikut yang tidak menghasilkan gas hidrogen jika bereaksi dengan
air adalah …
a. barium
b. stronsium
c. magnesium
d. kalsium
e. berilium
Jawab: E
Contoh Soal 3:
Senyawa sulfat dari logam alkali tanah berikut yang paling mudah larut adalah …
a. BaSO4
b. MgSO4
c. CaSO4
d. SrSO4
e. RaSO4
Jawab: B
Kelarutan senyawa sulfat dari logam alkali tanah menurun dari atas ke bawah golongan.
Gas Mulia
Gas mulia adalah unsur-unsur yang berada di golongan VIIIA. Hal ini sebagaimana
selain berfase gas pada suhu ruang, unsur-unsur ini bersifat sangat stabil (sukar
bereaksi). Pada awalnya, unsur-unsur ini dikenal dengan istilah gas inert karena tidak
ada satupun unsur yang bereaksi dengan unsur lain membentuk senyawa. Barulah pada
tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia asal Kanada, berhasil mensintesis senyawa
xenon XePtF6. Sejak saat itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil disintesis. Unsur-
unsur gas mulia terdiri dari helium (He), neon (Ne), argon (Ar), kripton (Kr), xenon (Xe),
dan radon (Rn).
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Polimer
Bilangan Kuantum
Keberadaan Gas Mulia di Alam
Oleh karena sifatnya yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk
monoatomik (atom tunggal). Unsur-unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan di
udara pada atmosfer meskipun dalam konsentrasi yang sangat kecil. Di antara gas
mulia, argon merupakan yang paling banyak terdapat di udara dengan kadar 0,93%
dalam udara kering (bebas uap air). Helium lebih banyak ditemukan dalam gas alam
(dengan kadar ~1%) daripada dalam udara (~0,00052%). Sementara radon berasal dari
peluruhan radioaktif radium dan uranium. Radon juga bersifat radioaktif dan memiliki
waktu paro yang relatif pendek sehingga radon akan kembali meluruh menjadi unsur
lainnya.
Sifat atomik
Unsur-unsur gas mulia memiliki konfigurasi elektron valensi yang oktet, yaitu ns2 np6,
kecuali pada He dengan konfigurasi duplet 1s2. Jari-jari atom dari He ke Rn bertambah
sebagaimana bertambahnya jumlah kulit elektron. Konfigurasi elektron dengan kulit
valensi terisi penuh demikian menyebabkan gas mulia cenderung sangat stabil (sangat
sukar bereaksi).
Selain itu, unsur-unsur gas mulia memiliki energi ionisasi yang sangat besar dan afinitas
elektron yang sangat rendah. Energi ionisasi dari He ke Rn semakin berkurang,
sebagaimana bertambahnya jari-jari atom sehingga gaya tarik inti terhadap elektron
valensi semakin melemah dan energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
semakin berkurang.
Sifat fisis
Unsur-unsur gas mulia memiliki titik leleh dan titik didih yang sangat rendah. Titik
didihnya hanya beberapa derajat Celcius di atas titik lelehnya. Titik leleh dan titik didih
dari He ke Rn bertambah sebagaimana kekuatan gaya London (gaya dispersi)
bertambah seiring dengan bertambahnya massa atom dan jari-jari atom.
Densitas (kerapatan) gas mulia juga cenderung bertambah dari He ke Rn. Densitas gas
dipengaruhi oleh massa atom, jari-jari atom, dan gaya London. Densitas gas akan
bertambah dengan bertambahnya massa atom dan kekuatan gaya London, namun akan
berkurang dengan bertambahnya jari-jari atom. Namun demikian, pengaruh massa atom
dan gaya London lebih signifikan dibanding pengaruh jari-jari atom dalam hal ini,
sehingga densitas bertambah dari He ke Rn.
Sifat kimia
Oleh karena konfigurasi elektron yang stabil, unsur-unsur gas mulia cenderung tidak
reaktif (sangat sulit bereaksi). Hal ini didukung oleh fakta bahwa di alam gas mulia selalu
ditemukan dalam bentuk monoatomik (atom tunggal). Namun demikian, para ahli telah
berhasil mensintesis senyawa gas mulia Ar, Kr, Xe, dan Rn. Kereaktifan unsur
meningkat dari Ar ke Rn, di mana dalam reaksi dengan fluorin, Rn dapat bereaksi
spontan, Xe memerlukan pemanasan atau penyinaran dengan sinar UV agar reaksi
berlangsung, dan Kr hanya bereaksi jika diberi muatan listrik atau sinar X pada suhu
yang sangat rendah.
Argon
1. Argon digunakan sebagai gas pengisi dalam beberapa jenis bola lampu karena
sifatnya yang tidak reaktif sehingga filamen wolfram tidak mudah putus.
2. Argon digunakan sebagai atmosfer inert pada pengelasan; sintesis kristal tunggal
silikon atau germanium dalam industri semikonduktor; dan eksperimen dalam glove
box di laboratorium.
Kripton
Kripton dapat menghasilkan cahaya putih dengan intensitas tinggi jika diberi muatan
listrik sehingga banyak digunakan pada lampu landasan pesawat dan lampu fotografi
berkecepatan tinggi.
Xenon
1. Xenon digunakan untuk lampu blitz fotografi dan beberapa jenis lampu mobil
karena dapat menghasilkan cahaya putih yang sangat terang dengan adanya
muatan listrik.
2. Xenon dapat digunakan sebagai obat bius (anestetik). Namun, penggunaannya
sangat terbatas sehubungan dengan harganya yang sangat mahal.
Radon
1. Radon digunakan dalam radioterapi kanker (terapi radiasi) sebagaimana sifatnya
yang radioaktif.
2. Radon dapat menjadi indikator keberadaan mineral radioaktif seperti bijih
uranium dalam tanah, bebatuan, ataupun bahan bangunan.
Contoh Soal Gas Mulia dan Pembahasan
Pernyataan berikut yang bukan merupakan sifat-sifat umum gas mulia, yaitu …
Jawab:
Unsur-unsur gas mulia secara umum cenderung tidak dapat bereaksi spontan
membentuk senyawa karena konfigurasi elektronnya yang stabil.
Benzena
Benzena merupakan salah satu bahan kimia yang banyak digunakan dalam industri
kimia, terutama sebagai prekursor dalam sintesis berbagai bahan kimia lainnya.
Benzena tergolong senyawa hidrokarbon aromatik. Istilah “aromatik” ini diberikan karena
pada saat pertama kali ditemukan banyak senyawa golongan ini yang memiliki aroma
yang khas. Namun, kini istilah “aromatik” dikaitkan dengan struktur dan sifat-sifat khas
tertentu, selain dari aromanya. Hal ini dikarenakan belakangan diketahui ada pula
senyawa-senyawa aromatik yang tidak berbau.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Senyawa Turunan Alkana
Larutan Elektrolit & Non Elektrolit
Reaksi Redoks
Struktur Benzena
Benzena memiliki rumus kimia C6H6. Perbandingan jumlah atom C dan H-nya
menunjukkan bahwa benzena sangat tidak jenuh. Pada mulanya, para ahli mengusulkan
bahwa benzena memiliki struktur alifatik dengan adanya ikatan rangkap dua ataupun
tiga. Namun, faktanya benzena tidak memperlihatkan sifat ketidakjenuhan dari struktur
demikian. Hasil eksperimen menunjukkan sifat-sifat benzena seperti:
Benzena ternyata sangat stabil (tidak reaktif).
Benzena tidak bereaksi dengan Br2, kecuali dengan bantuan katalis. Hal ini tidak
sesuai dengan sifat ketidakjenuhan alkena ataupun alkuna yang mudah diadisi oleh
bromin.
Monosubstitusi atom halogen (X) pada benzena hanya menghasilkan satu jenis
senyawa, yaitu C6H5
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keisomeran geometri sebagaimana pada
alkena.
Pada tahun 1865, August Kekulé mengajukan struktur benzena sebagai suatu cincin
yang terdiri dari 6 atom C dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang
berselang-seling. Namun demikian, struktur ini kembali tidak dapat menjelaskan sifat-
sifat benzena seperti:
Berdasarkan fakta demikian, pada tahun 1931, Linus Pauling kemudian merumuskan
struktur benzena sebagai struktur hibrida resonansi, yaitu struktur yang berada di antara
dua struktur Kekulé. Struktur ini membentuk sistem delokalisasi elektron yang
menstabilkan struktur.
Struktur resonansi dari benzena menurut Linus Pauling.
Tanda ↔ menunjukkan beresonansi, bukan setimbang.
Struktur hibrida resonansi benzena dengan lingkaran dalam cincin menunjukkan adanya
delokalisasi elektron.
Jika terdapat lebih dari satu substituen, maka diberi penomoran searah atau
berlawanan arah jarum jam agar substituen-substituen mendapat nomor serendah
mungkin. Untuk substituen-substituen sejenis, digunakan awalan di-, tri-, tetra-,
penta-, dan heksa-. Urutan prioritas penomoran untuk beberapa substituen umum
yaitu sebagai berikut.
−COOH, −SO3H, −COOR, −CN, −CHO, −CO, −OH, −NH2, −OR, −R, −X (F, Cl, Br, I),
−NO2
Jika terdapat dua substituen, selain dengan penomoran, juga dapat digunakan awalan
o-(orto) untuk posisi atom karbon nomor 1 dan 2, m-(meta) untuk posisi 1 dan 3, atau p-
(para) untuk posisi 1 dan 4.
Contoh:
Jika cincin benzena dianggap sebagai substituen, bukan sebagai induk, maka
gugus benzena yang kehilangan satu atom H (C 6H5−) disebut gugus fenil.
Sedangkan, gugus metilbenzena (toluena) yang kehilangan satu atom H
(C6H5CH2−) disebut gugus benzil.
Contoh:
Sifat-sifat Benzena
Benzena termasuk senyawa beracun dan bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker). Benzena berwujud cair pada suhu ruang, tidak berwarna, dan mudah menguap.
Titik lelehnya 6°C dan titik didihnya 80°C. Strukturnya yang simetris dan planar
menyebabkan susunannya sebagai kristal lebih rapat dan akibatnya titik lelehnya lebih
tinggi dibandingkan heksana (−95°C). Seperti senyawa hidrokarbon lainnya, benzena
juga bersifat nonpolar. Oleh karena itu, benzena larut dalam pelarut kurang polar atau
nonpolar seperti eter dan tetraklorometana, namun tidak larut dalam pelarut polar seperti
air.
Benzena cenderung tidak begitu reaktif, namun mudah terbakar. Akibat adanya sistem
delokalisasi elektron yang menstabilkan benzena, benzena cenderung mudah
mengalami reaksi substitusi dibanding reaksi adisi. Reaksi substitusi pada benzena
melibatkan serangan pereaksi bermuatan positif parsial ataupun utuh yang suka
elektron (elektrofil) pada cincin benzena. Oleh karena itu, reaksi substitusi pada
benzena sering disebut sebagai reaksi substitusi elektrofilik. Reaksi-reaksi substitusi
pada benzena, antara lain:
Halogenasi
Benzena bereaksi dengan halogen seperti Cl2 dan Br2 dengan bantuan katalis besi(III)
halida (FeCl3 atau FeBr3) membentuk senyawa halobenzena.
Nitrasi
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalis asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.
Sulfonasi
Benzena bereaksi dengan SO3 dalam asam sulfat pekat bila dipanaskan membentuk
asam benzenasulfonat.
Alkilasi Friedel-Crafts
Benzena bereaksi dengan alkil halida dengan bantuan katalis aluminium klorida (AlCl 3)
membentuk alkilbenzena.
a. metil benzoat
b. isopropil benzena
c. asam p-aminobenzoat (asam 4-aminobenzoat)
d. 1,3,5-trinitrobenzena
Contoh Soal 2
Gambarkan struktur dari senyawa-senyawa turunan benzena berikut.
Jawab:
Senyawa Turunan Alkana
Senyawa Turunan Alkana – Pengantar
Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh. Senyawa turunan alkana
merupakan senyawa yang dianggap berasal dari alkana, di mana salah satu atau
beberapa atom hidrogennya digantikan oleh atom atau gugus atom tertentu. Gugus
pengganti ini disebut sebagai gugus fungsi. Masing-masing gugus fungsi akan
memberikan ciri khas pada sifat fisik maupun kimia pada senyawa-senyawa yang
memiliki gugus tersebut.
Berikut akan dibahas tata nama beberapa senyawa turunan alkana.
alkohol primer, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C primer
(atom C yang hanya terikat langsung dengan 1 atom C lainnya)
alkohol sekunder, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C sekunder
(atom C yang terikat langsung dengan 2 atom C lainnya)
alkohol tersier, yaitu alkohol dengan gugus −OH terikat pada atom C tersier
(atom C yang terikat langsung dengan 3 atom C lainnya)
2. Eter (alkoksialkana),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus alkoksi (−OR′). Senyawa eter
dengan satu gugus −OR′ mempunyai rumus umum CnH2n+2O. Eter dapat dilihat sebagai
dua gugus alkil, yakni R dan R′ yang terikat pada satu atom O.
Tata nama IUPAC:
1. Gugus alkil yang lebih panjang ditetapkan sebagai rantai induk alkana.
Sedangkan, gugus alkil yang lebih pendek sebagai gugus alkoksi.
4. Keton (alkanon),
yaitu senyawa turunan alkana yang memiliki gugus karbonil (−CO−) pada tengah rantai.
Gugus −CO− pada keton terikat dengan dua gugus alkil R dan R′. Senyawa keton
dengan satu gugus −CO− mempunyai rumus umum CnH2nO.
Tata nama IUPAC:
1. Rantai terpanjang dengan cabang terbanyak yang mengandung gugus −CO−
ditetapkan sebagai rantai induk. Selanjutnya, rantai induk tersebut diberi nama
dengan mengganti akhiran “-a” pada alkana menjadi “-on”. Misalnya, propana
menjadi propanon.
2. Penomoran selalu dimulai dari atom C gugus −COOH sebagai atom C nomor 1.
5. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen, maka prioritas penomoran
didasarkan pada kereaktifan atom halogen mulai dari F, Cl, Br, kemudian I. Akan
tetapi, penulisan nama tetap secara alfabetik, yaitu dari bromo (Br), kloro (Cl), fluoro
(F), lalu iodo (I).
Pembahasan:
Isomer
Pengertian Isomer
Senyawa dimetil eter dan senyawa etanol, keduanya memiliki rumus kimia yang sama
yaitu C2H6O. Namun, keduanya memiliki sifat-sifat yang cukup berbeda. Titik didih etanol
adalah 78°C, sedangkan dimetil eter hanya −24°C. Etanol dapat bereaksi dengan logam
reaktif seperti Na menghasilkan gas H2, sedangkan dimetil eter tidak dapat bereaksi.
Kedua senyawa ini disebut isomer. Lantas, apa itu isomer?
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Minyak Bumi
Bilangan Kuantum
Termokimia
Hubungan antara dua senyawa atau lebih yang memiliki rumus kimia sama namun
memiliki struktur atau konfigurasi yang berbeda disebut keisomeran (isomerisme).
Senyawa-senyawa demikian disebut isomer-isomer. Keisomeran dapat digolongkan
menjadi:
Isomer Struktur
Keisomeran struktur terjadi akibat perbedaan susunan ikatan antar atom-atom ataupun
gugus-gugus fungsi dalam suatu molekul. Keisomeran struktur dapat dibedakan
menjadi:
Isomer Kerangka
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer kerangka mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun kerangka (rantai karbon utama) berbeda. Contohnya,
butana dengan rantai utama C4 dan 2-metilpropana dengan rantai utama C3.
Isomer Posisi
Senyawa-senyawa yang merupakan isomer posisi mempunyai rumus molekul dan
gugus fungsi yang sama, namun posisi gugus pada kerangka berbeda. Contohnya, 1-
butena dengan 2-butena berbeda posisi ikatan rangkap C=C; dan 1-butanol dengan 2-
butanol berbeda posisi gugus hidroksil (–OH).
Isomer cis yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada sisi
yang sama.
Isomer trans yaitu isomer di mana atom atau gugus atom sejenis terletak pada
sisi bersebrangan.
Sebagai contoh, cis-2-butena dengan trans-2-butena merupakan pasangan isomer
geometri cis-trans.
Isomer Optis
Keisomeran optis terjadi jika senyawa memiliki suatu atom asimetris. Pada senyawa
karbon, keisomeran optis terjadi pada senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris,
yaitu atom karbon yang terikat pada 4 atom atau gugus atom yang berbeda. Jika dua
gugus pada atom asimetris tersebut ditukarkan posisinya, maka akan terbentuk dua
molekul berbeda yang merupakan bayangan cermin dari satu sama lainnya. Kedua
molekul ini tidak dapat saling ditindihkan satu sama lain (non-superimposable). Sifat
tidak saling tumpang tindih seperti tangan kiri di atas tangan kanan dan sebaliknya
disebut sebagai kiral.
Sebagai contoh, 2-butanol memiliki satu atom karbon kiral yaitu atom karbon nomor 2
seperti terlihat pada gambar berikut. Atom karbon tersebut berikatan dengan empat
gugus berbeda, antara lain –C2H5, –H, –OH, dan –CH3.
Isomer-isomer optis tidak dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat fisis seperti titik didih
dan titik leleh, sebagaimana isomer-isomer jenis lainnya yang telah dijelaskan
sebelumnya. Satu-satunya sifat fisis yang dapat membedakan isomer optis adalah sifat
optis, yaitu kemampuan untuk memutar (merotasikan) bidang cahaya terpolarisasi.
Senyawa yang dapat memutar polarisasi cahaya disebut bersifat optis aktif.
Menurut aturan Le Bel–van’t Hoff, jumlah maksimum isomer optis dari senyawa karbon
yang tidak memiliki bidang simetri internal adalah sebanyak 2 n, di mana n adalah jumlah
atom karbon kiral. Jadi, senyawa yang mempunyai 3 atom karbon kiral akan memiliki
sebanyak-banyaknya 23 = 8 isomer optis.
Pasangan isomer optis yang merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya
disebut pasangan enansiomer. Isomer-isomer optis yang bukan bayangan cermin satu
sama lain (bukan enansiomer) disebut diastereoisomer (diastereomer). Pada senyawa
dengan satu atom karbon kiral, maka akan terdapat 2 isomer optis menurut aturan Le
Bel–van’t Hoff. Kedua isomer optis ini merupakan pasangan enansiomer. Namun, pada
senyawa dengan lebih dari satu atom karbon kiral, dari sejumlah isomer optis akan
terdapat pasangan enansiomer dan juga diastereomer. Hal ini terjadi karena adanya
kemungkinan perbedaan konfigurasi absolut R/S masing-masing atom karbon kiral
sehingga membentuk isomer yang bukan bayangan cerminnya (diastereomer).
Sebagai contoh, senyawa 2,3,4-trihidroksibutanal memiliki dua atom karbon kiral, yaitu
atom C nomor 2 dan C nomor 3. Oleh karena itu, menurut aturan Le Bel–van’t Hoff,
senyawa ini memiliki 22 = 4 isomer optis seperti terlihat pada gambar berikut. Dari
keempat isomer tersebut, terdapat dua pasangan enansiomer yaitu pasangan (i) dengan
(ii) dan pasangan (iii) dengan (iv). Masing-masing dari pasangan enansiomer satu
dengan pasangan enansiomer lainnya merupakan stereoisomer bukan enansiomer,
yang disebut juga dengan diastereomer. Masing-masing isomer optis ini tidak bisa
mengalami interkonversi menjadi isomer lainnya dengan konfigurasi berbeda tanpa
melalui pemutusan ikatan.
Contoh Soal Isomer dan Pembahasan
Contoh Soal 1
Gambarlah semua isomer dari senyawa dengan rumus molekul C 5H12O.
Jawab:
C5H12O merupakan rumus umum dari alkohol dan eter. Alkohol C 5H12O memiliki 8 isomer
dan eter C5H12O memiliki 6 isomer.
Alkohol:
Eter:
Contoh Soal 2
Tentukan apakah senyawa berikut mempunyai keisomeran geometris cis-trans.
a. 1,2-dikloroetena
b. 2-butuna
Jawab:
a. 1,2-dikloroetena memiliki isomer geometri cis-trans karena memiliki ikatan C=C yang
rotasi bebasnya terbatas dan masing-masing atom C pada ikatan C=C tersebut
mengikat dua atom yang berbeda, yaitu atom H dan atom Cl.
Contoh Soal 3
Tentukan apakah senyawa berikut memiliki isomer optis atau tidak.
Jawab:
a. asam 2-hidroksipropanoat memiliki isomer optis karena memiliki atom karbon kiral
pada atom C nomor 2.
2-bromopropana tidak memiliki isomer optis karena tidak memiliki atom karbon kiral.
Minyak Bumi
Minyak bumi merupakan komoditas hasil tambang yang sangat penting peranannya
dalam kehidupan manusia, terutama sebagai sumber energi. Bahan bakar mulai dari
elpiji, bensin, solar, hingga kerosin; serta material seperti lilin parafin dan aspal; dan
berbagai reagen kimia yang dibutuhkan untuk pembuatan plastik, karet sintetis, deterjen,
obat-obatan, dan lainnya dihasilkan dari minyak bumi.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Persamaan Reaksi
Termokimia
Proses Pembentukan Minyak Bumi
Minyak bumi terbentuk dari pelapukan sisa-sisa organisme, seperti tumbuhan, hewan,
dan jasad-jasad renik yang tertimbun dalam dasar lautan bersama lumpur selama jutaan
tahun. Lumpur tersebut kemudian berubah menjadi batuan sedimen dan sisa-sisa
organisme mengalami peruraian menjadi minyak dan gas di bawah tekanan dan suhu
tinggi. Oleh karena berasal dari sisa-sisa organisme, minyak bumi dan gas alam sering
juga disebut sebagai bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil tergolong sumber daya alam
yang tak terbarukan sebagaimana proses pembentukannya yang sangat lama.
Fraksi Minyak
Bumi Jumlah atom C Titik didih (oC) Manfaat Minyak Bumi
Bahan bakar gas (LPG) dan bahan baku
Gas C1-C4 < 20 sintesis senyawa organic
Eter petroleum C5-C7 30 – 90 Pelarut dan cairan pembersih
Bensin (Gasolin) C5-C10 40 – 180 Bahan bakar kendaraan bermotor
Nafta C6-C10 70 – 180 Bahan baku sintesis senyawa organic
Bahan bakar jet dan bahan bakar
Kerosin C11-C14 180 – 250 kompor paraffin
Minyak solar dan Bahan bakar kendaraan bermesin diesel
diesel C15-C17 250 – 300 dan bahan bakar tungku di industry
Minyak pelumas C18-C20 300 – 350 Oil dan pelumas
Petroleum jelly dan lilin paraffin untuk
membuat lilin, kertas berlapis lilin, lilin
Lilin C20+ > 350 batik, dan bahan pengkilan seperti semir
Bahan bakar kapal, pemanas industri
Minyak bakar C20+ > 350 (boiler plant), dan pembangkit listrik
Bitumen C40+ > 350 Material aspal jalan dan atap bangunan
Bensin
Bensin merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang memiliki peranan penting. Di
Indonesia, tersedia beberapa jenis bensin, misalnya premium, pertamax, dan pertamax
plus. Setiap jenis bensin memiliki mutu yang berbeda. Mutu bensin ditentukan oleh
efektivitas pembakarannya di dalam mesin. Hal ini dipengaruhi ketepatan waktu
pembakaran sehingga tidak menimbulkan ketukan (knocking) yang mengganggu
gerakan piston pada mesin. Ketukan dapat mengurangi efisiensi bahan bakar,
menyebabkan mesin mengelitik, dan bahkan merusak mesin.
Mutu bensin biasanya dinyatakan dengan bilangan oktan (octane number). Bilangan
oktan ditentukan melalui uji pembakaran sampel bensin sehingga diperoleh karakteristik
pembakarannya. Karakteristik tersebut kemudian dibandingkan dengan karakteristik
pembakaran berbagai campuran n-heptana dan isooktana. Nilai bilangan oktan 0
ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar dan menghasilkan ketukan paling
banyak, sedangkan nilai 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar dan
menghasilkan ketukan paling sedikit. Sebagai contoh, suatu campuran yang terdiri dari
25% n-heptana dan 75% isooktana akan mempunyai bilangan oktan (25/100 × 0) +
(75/100 × 100) = 75. Jadi, pertamax dengan bilangan oktan 92 akan memiliki mutu
bensin yang setara dengan campuran 92% isooktana dan 8% n-heptana.
Secara umum, bensin yang mengandung alkana rantai lurus akan memiliki nilai bilangan
oktan lebih rendah dibanding yang mengandung alkana rantai bercabang, alisiklik,
ataupun aromatik. Sebagai contoh, n-heksana memiliki bilangan oktan 25, sedangkan
2,2-dimetilbutana memiliki bilangan oktan 92.
Fraksi bensin dari hasil penyulingan umumnya mempunyai bilangan oktan ~70 yang
tergolong relatif rendah. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
menaikkan bilangan oktan:
2. Hitunglah bilangan oktan dari sampel bensin yang setara dengan campuran 95%
isooktana dan 5% n-heptana.
Jawab: Bilangan oktan = (95/100 × 100) + (5/100 × 0) = 95
Jawab: Komposisinya yaitu 84% isooktana dan 100% − 84% = 16% n-heptana.
Bilangan Kuantum
Bilangan kuantum (dalam fungsi gelombang) adalah bilangan yang memiliki makna
khusus dalam menjelaskan keadaan sistem kuantum. Bilangan-bilangan kuantum dapat
memberikan deskripsi keadaan elektron dalam atom.
Setelah dikemukakannya teori dualisme partikel−gelombang, pada tahun 1926 Erwin
Schrödinger mengajukan teori mekanika kuantum yang menjelaskan struktur atom.
Model atom mekanika kuantum Schrödinger dinyatakan dalam
persamaan matematis yang disebut persamaan gelombang. Penyelesaian persamaan
gelombang Schrödinger untuk atom hidrogen menghasilkan fungsi gelombang (ψ) atau
orbital atom yang menggambarkan keberadaan elektron dalam atom. Kuadrat dari
fungsi gelombang, ψ2, memiliki arti khusus yaitu besar probabilitas menemukan elektron
dalam ruang dengan volum tertentu di sekitar inti atom. Sebagaimana asas
ketidakpastian Heisenberg, posisi elektron dalam atom tidak dapat dipastikan, namun
hanya dapat diketahui tempat di mana elektron paling mungkin ditemukan.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Sel Volta
Tata Nama Senyawa
Orbital dan Bilangan Kuantum
Setiap orbital atom memiliki satu set tiga bilangan kuantum yang unik, antara lain
bilangan kuantum utama (n), azimuth (atau momentum angular) (l), dan magnetik (m l).
Ketiga bilangan kuantum tersebut dapat mendeskripsikan tingkat energi orbital dan juga
ukuran, bentuk, dan orientasi dari distribusi probabilitas radial orbital atom. Lalu,
terdapat bilangan yang keempat, yakni bilangan kuantum spin (m s), yang memberikan
informasi spin suatu elektron dalam sebuah orbital. Setiap elektron dalam sebuah atom
memiliki satu set empat bilangan kuantum yang unik, yakni n, l, m l, dan ms.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital.
Semakin besar nilai n, maka semakin besar ukuran orbital dan semakin tinggi
tingkat energinya. Nilai n yang diperbolehkan adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3,
dan seterusnya).
Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan bentuk orbital. Nilai l yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari 0 hingga n − 1.
Bilangan kuantum magnetik (ml) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m l yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat dari −l hingga +l.
Bilangan kuantum spin (ms) mendeskripsikan arah spin elektron dalam orbital.
Nilai ms yang diperbolehkan adalah +½ atau −½.
Kombinasi bilangan kuantum n, l, dan ml yang mungkin pada 4 kulit elektron pertama
dapat dilihat pada tabel berikut:
Bentuk Orbital Atom
Orbital s
Orbital s adalah orbital dengan l = 0 berbentuk bola dengan inti atom pada bagian
tengah. Oleh karena bola hanya memiliki satu orientasi, semua orbital s hanya memiliki
satu nilai ml, yaitu ml = 0. Orbital 1s memiliki densitas (kerapatan) elektron tertinggi pada
bagian inti atom dan kemudian densitas semakin menurun perlahan-lahan setelah
menjauh dari inti atom. Orbital 2s memiliki dua daerah dengan densitas elektron tinggi.
Di antara kedua daerah tersebut terdapat simpul bola, di mana probabilitas menemukan
elektron pada daerah tersebut menurun hingga nol (ψ 2 = 0). Pada orbital 3s, terdapat
tiga daerah dengan densitas elektron tinggi dan dua simpul. Pola bertambahnya simpul
orbital s ini masih terus berlanjut dengan orbital 4s, 5s, dan seterusnya.
Orbital p
Orbital p adalah orbital dengan l = 1 berbentuk seperti balon terpilin dengan dua cuping.
Kedua cuping terletak pada dua sisi inti atom yang saling bersebrangan. Inti atom
terletak pada bidang simpul orbital p, yakni di antara dua cuping yang masing-masing
memiliki densitas elektron tinggi. Orbital p memiliki tiga jenis orientasi ruang, p x, py, dan
pz, sebagaimana terdapat tiga nilai ml yang mungkin, yaitu −1, 0, atau +1. Ketiga orbital
p tersebut terletak saling tegak lurus pada sumbu x, y, dan z koordinat Kartesius dengan
bentuk, ukuran, dan energi yang sama.
Representasi orbital 2p: px, py, dan pz
(Sumber: McMurry, John E., Fay, Robert C., & Robinson, Jill K. 2016. Chemistry (7th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)
Orbital d
Orbital d adalah orbital dengan l = 2. Orbital d memiliki lima jenis orientasi, sebagaimana
terdapat lima nilai ml yang mungkin, yaitu −2, −1, 0, +1, atau +2. Empat dari lima orbital
d, antara lain dxy, dxz dyz, dan dx2−y2, memiliki empat cuping seperti bentuk daun
semanggi. Orbital d kelima, dz2, memiliki dua cuping utama pada sumbu z dan satu
bagian berbentuk donat pada bagian tengah.
Orbital f
Orbital f adalah orbital dengan l = 3. Orbital f memiliki tujuh jenis orientasi, sebagaimana
terdapat tujuh nilai ml yang mungkin (2l + 1 = 7). Ketujuh orbital f memiliki bentuk yang
kompleks dengan beberapa cuping.
Representasi ketujuh orbital 4f
(Sumber: Atkins, Peter & Jones, Loretta. 2010. Chemical Principles: The Quest for
Insight (5th edition). New York: W.H. Freeman & Company)
Konfigurasi Elektron
Setelah memahami hubungan keberadaan elektron dalam atom dengan orbital pada
teori atom mekanika kuantum, berikut akan dibahas konfigurasi elektron, yaitu
penyusunan elektron-elektron dalam orbital-orbital pada kulit-kulit atom multi elektron.
Aturan-aturan dalam penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital, antara lain:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang
terlihat pada gambar berikut.
2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki
keempat bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2
elektron yang memiliki spin yang berlawanan (m s = +½ dan ms = −½).
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi
elektron dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan
dengan spin paralel yang paling banyak.
Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur pertama
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3rd
edition). New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
a. 27Co
b. 32Ge
c. 20Mg2+
d. 26Fe3+
e. 8O2−
Pembahasan:
a. 27Co: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau [Ar] 4s2 3d7
Termokimia
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari reaksi kimia dan perubahan energi yang
terlibat. Dalam mempelajari termokimia, diperlukan definisi “sistem” dan “lingkungan”.
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi fokus perhatian kita. Lingkungan adalah
segala sesuatu selain sistem.
Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan
ataupun dimusnahkan. Implikasi hukum ini pada energi dalam sistem, yaitu perubahan
energi dalam, ΔE sama dengan penjumlahan kalor (q) yang diserap atau dilepas sistem
dengan kerja (w) yang dilakukan atau diterima sistem.
Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya:
Ikatan Kimia
Stoikiometri
Persamaan Termokimia dan Entalpi
Persamaan termokimia adalah persaman reaksi setara yang menyertakan kalor reaksi
(entalpi reaksi) — yang menunjukkan hubungan antara massa dan energi. Contoh
persamaan termokimia:
2H2(g) + O2(g) → 2H2O(g) ΔH= −483,6 kJ
Entalpi, H, yaitu fungsi keadaan yang merupakan jumlah dari energi dalam (E) dan hasil
kali dari tekanan (P) dan volum (V) sistem. Pada tekanan konstan, perubahan entalpi,
ΔH, yang terjadi dalam suatu reaksi disebut juga sebagai entalpi reaksi (ΔH rx) memiliki
nilai yang sama dengan kalor reaksi (q).
Entalpi reaksi (ΔHrx) juga merupakan fungsi keadaan, yang nilainya bergantung pada
Hakhir dan Hawal. Dalam suatu reaksi kimia, “akhir” dan “awal” bisa dinyatakan sebagai
“produk” dan “reaktan”. Jadi, Hproduk dapat lebih dari ataupun kurang dari Hreaktan sehingga
tanda nilai ΔHrx bergantung pada apakah kalor diserap atau dilepas oleh sistem reaksi.
Reaksi disebut eksoterm bilamana melepas kalor sehingga entalpi sistem menurun dan
ΔHrx< 0. Reaksi disebut endoterm bilamana menyerap kalor sehingga entalpi sistem
meningkat dan ΔHrx> 0.
Diagram termokimia: entalpi untuk reaksi eksoterm (A) dan endoterm (B)
(Sumber: Silberberg, Martin S. 2009. Chemistry: The Molecular Nature of Matter and
Change (5th edition). New York: McGraw Hill)
Kalorimetri
Kalorimetri adalah cara penentuan kalor reaksi dengan kalorimeter. Kalorimeter
merupakan sistem terisolasi (tidak ada perpindahan materi dan energi dengan
lingkungan). Jika dianggap keseluruhan kalorimeter adalah sistem, maka q sistem = 0.
Dengan mengukur perubahan temperatur (ΔT), dapat dihitung jumlah kalor (q) yang
terlibat dalam reaksi di dalam kalorimeter sebagaimana rumus:
Kalorimeter bom
(Sumber: Gilbert, Thomas N. et al. 2012. Chemistry: The Science in Context (3 rd edition).
New York: W. W. Norton & Company, Inc.)
Pada kalorimeter bom berlaku rumus:
[V konstan]
[V konstan]
Sebagai contoh, pada reaksi hipotetis berikut di mana a, b, c, dan d adalah koefisien
stoikiometrik,
aA + bB → cC + dD
Hukum Hess
Hukum Hess menyatakan bahwa ketika reaktan terkonversi menjadi produk, nilai
perubahan entalpi dari reaksi tetap sama, baik dengan satu langkah ataupun dengan
sederetan langkah. Dengan kata lain, perubahan entalpi dari keseluruhan proses sama
dengan jumlah total perubahan entalpi setiap langkah. Perhatikan contoh berikut.
Dalam penerapan hukum Hess, kadangkala persamaan termokimia yang tersedia perlu
dimanipulasi terlebih dahulu. Berikut aturan dalam memanipulasi persamaan
termokimia:
Jawab:
ΔH = ∑D(reaktan) − ∑D(produk)
= [12(413 kJ) + 2(348 kJ) + 7(495 kJ)] – [8(799 kJ) + 12(463 kJ)]
= 9117 kJ – 11948 kJ
ΔH = −2831 kJ
Polimer
Pengertian Polimer
Polimer adalah senyawa molekul besar berbentuk rantai atau jaringan yang tersusun
dari gabungan ribuan hingga jutaan unit pembangun yang berulang. Plastik
pembungkus, botol plastik, styrofoam, nilon, dan pipa paralon termasuk material yang
disebut polimer.
Unit kecil berulang yang membangun polimer disebut monomer. Sebagai contoh,
polipropilena (PP) adalah polimer yang tersusun dari monomer propena.
Jenis-jenis Polimer
Jenis polimer berdasarkan sumbernya
Polimer alam,
yaitu polimer yang terdapat di alam. Contoh:
Polimer sintetis,
yaitu polimer yang tidak terdapat di alam. Contoh:
Kopolimer,
yaitu polimer yang tersusun dari dua jenis atau lebih monomer. Contoh: nilon 6,6
(heksametilendiamina + asam adipat), dakron (asam tereftalat + etilena glikol), SBR
(stirena + butadiena), dan ABS (akrilonitril + butadiena + stirena).
2. Termoset
yaitu polimer yang memiliki bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika dipanaskan.
Sifat ini disebabkan oleh ada banyaknya ikatan kovalen yang kuat antara rantai-rantai
molekul. Pemanasan termoset pada suhu yang terlalu tinggi dapat memutuskan ikatan-
ikatan tersebut dan bahkan membuat termoset menjadi terbakar. Contoh termoset
adalah bakelit dan melamin.
3. Elastomer
yaitu polimer yang elastis; bentuknya dapat diregangkan, namun dapat kembali ke
bentuk semula setelah gaya tariknya dihilangkan. Elastisitas ini disebabkan oleh struktur
elastomer yang terdiri dari rantai-rantai yang saling tumpang tindih dengan adanya
ikatan silang (cross-link) yang akan menarik kembali rantai-rantai tersebut kembali ke
susunan tumpang tindihnya. Contoh elastomer adalah karet alam (poliisoprena) dan
karet sintetis SBR.
Reaksi Polimerisasi
Reaksi pembentukan polimer dari monomernya disebut reaksi polimerisasi. Reaksi
polimerisasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Polimerisasi adisi
Polimerisasi adisi umumnya terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap.
Umumnya monomer yang direaksikan dalam polimerisasi adisi adalah senyawa alkena
dan turunannya. Dari reaksi polimerisasi adisi dihasilkan polimer adisi sebagai produk
tunggal. Contoh reaksi polimerisasi adisi:
Polimerisasi kondensasi
Polimerisasi kondensasi merupakan penggabungan monomer dengan reaksi kimia yang
terjadi antara dua gugus fungsi berbeda dari masing-masing monomer. Polimerisasi ini
terjadi pada monomer yang masing-masing mempunyai setidaknya dua gugus fungsi
reaktif. Dari hasil polimerisasi kondensasi dihasilkan polimer dan juga molekul-molekul
kecil, seperti H2O, HCl, dan CH3OH. Polimer seperti poliester, poliamida, polikarbonat,
dan poliuretana disintesis melalui reaksi polimerisasi kondensasi. Contoh reaksi
polimerisasi adisi:
a. Pembentukan poliester: PET dari dimetil tereftalat dan etilena glikol
2. PS
Polistirena (PS) memiliki beberapa macam bentuk. Polistirena yang berbentuk kaku dan
mudah pecah digunakan untuk kotak kaset, peralatan makan—sendok, garpu, dan pisau
—plastik. Polistirena berbentuk foam, yakni styrofoam, memiliki sifat insulator panas
yang baik. Oleh karena itu, styrofoam banyak digunakan untuk wadah
makanan/minuman dan juga gabus penahan benturan dalam kemasan alat elektronik.
4. PP
Polipropilena (PP) digunakan untuk botol plastik, tali, karung plastik, karpet, peralatan
laboratorium, dan mainan.
5. PTFE
Politetrafluoroetilena (PTFE) yang dikenal juga dengan nama dagang Teflon, memiliki
sifat kuat, tidak reaktif, dan tahan panas. PTFE digunakan sebagai gasket, pelapis
tangki bahan kimia, dan pelapis panci anti lengket.
6. PMMA
Poli(metil metakrilat) (PMMA) yang dikenal juga dengan nama dagang Plexiglas atau
Lucite atau Perspex, memiliki sifat kuat, keras, ringan, dan transparan. PMMA
digunakan untuk alat optik, kaca jendela pesawat terbang, furnitur, dan glove box.
7. PET
Poli(etilena tereftalat) (PET) yang dikenal juga dengan nama dagang Dacron atau
Terylene, banyak digunakan sebagai serat tekstil. Selain itu, PET juga banyak
digunakan sebagai botol minuman. Dalam bentuk film tipis, PET dengan nama dagang
Mylar bersifat kuat dan tahan terhadap robekan, sehingga digunakan untuk pita
perekam magnetik, layar perahu, dan kemasan barang.
8. Nilon
Nilon merupakan polimer berbentuk serat yang bersifat kuat, ringan, dan tahan terhadap
tegangan. Oleh karena itu, nilon banyak digunakan untuk membuat tali, jala, parasut,
tenda, jas hujan, karpet, dan sebagainya.
Pembahasan:
Dari struktur polimer tersebut, terdapat tiga unit struktur yang berulang. Polimer tersebut
tergolong polimer adisi, sebagaimana tidak terdapatnya ikatan ester, amida, karbonat,
ataupun uretana pada rantai utama. Struktur monomer dari polimer adisi umumnya
hampir sama dengan satu unit struktur yang berulang.
Jadi, struktur monomer dari polimer tersebut yaitu:
Soal 2
Di antara polimer berikut:
a. bakelit
b. nilon
c. teflon
d. dakron
e. styrofoam
a. 1 dan 3
b. 2 dan 4
c. 3 dan 5
d. 1, 2, dan 3
e. semua jawaban di atas salah
Jawab:
b. 2 dan 4
Nilon dan dakron keduanya disintesis melalui polimerisasi kondensasi. Nilon merupakan
poliamida, dan dakron (PET) merupakan poliester.
Soal 3
Senyawa berikut yang bukan monomer dari polimer alam adalah …
a. isoprena
b. glukosa
c. asam amino
d. akrilonitril
e. nukleotida
Jawab:
d. akrilonitril
Akrilonitril merupakan monomer dari polimer sintetis PAN (poliakrilonitril).