Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No.

2, Hal: 133-150 • Desember 2016

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE


GOVERNANCE
TERHADAP FINANCIAL DISTRESS

Andina Nur Fathonah*


Universitas Widyatama, Jl. Cikutra No.204A, Bandung, Jawa Barat -
Indonesia
*(andina.fathonah@widyatama.ac.id)

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Good Corporate
Governance terhadap financial distress pada perusahaan-perusahaan sektor
property, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2013. Pada penelitian ini konsep good corporate
governance diproksikan menggunakan indikator kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen dan komite
audit. Sample dipilih secara purposive dan data yang diperoleh dianalisis
menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi
dewan komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap
financial distress. Sementara kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
dan komite audit, secara berturut-turut, berpengaruh negatif, positif dan positif
terhadap financial distress, namun tidak signifikan.
Kata kunci: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi
dewan komisaris independen, komite audit, financial distress

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of good corporate governance
on financial distress in the property, real estate and construction of buildings
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013. In this research, the
concept of good corporate governance is proxied using indicators of institutional
ownership, managerial ownership, the composition of the independent board and
audit committee. Sample selected purposively and the data were analyzed using
logistic regression. The results showed that the composition of the independent
board significantly have negative effect on financial distress, while institutional
ownership, managerial ownership and the audit committee, respectively, have
negative effect, positive and positive impact on financial distress, yet insignificant.
Keywords: institutional ownership, managerial ownership, the composition of the
independent board, audit committee, financial distress

133
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

PENDAHULUAN yang berbunga tinggi maka tingkat


Kebangkrutan dari suatu pengembalian dari debitur akan
perusahaan dapat diukur dengan mengalami gangguan. Apalagi
laporan keuangan yang diterbitkan ditambah dengan kondisi daya beli
oleh perusahaan tersebut, laporan masyarakat yang menurun hingga
keuangan perusahaan merupakan bisa menyebabkan macetnya
satu sumber informasi mengenai pembayaran kredit perumahan baik
posisi keuangan perusahaan, kinerja RSh maupun real estate. Maka
serta perubahan posisi keuangan kemungkinan krisis ekonomi di
perusahaan yang sangat berguna Indonesia akan terjadi mirip tahun
untuk mendukung pengambilan 1997 – 1998).
keputusan yang tepat. Data keuangan Dampak yang akan menyelimuti
harus dikonversi menjadi informasi masyarakat yang akan terus
yang berguna dalam pengambilan dibayang-bayangi kredit perumahan
keputusan ekonomis. Model financial yang akan semakin berat
distress perlu untuk dikembangkan, dikarenakan kenaikan BI rate. Krisis
karena dengan mengetahui kondisi keuangan di Amerika Serikat yang
financial distress perusahaan sejak terjadi sekarang sebenarnya tidak
dini diharapkan dapat dilakukan berpengaruh langsung terhadap
tindakan-tindakan untuk keseluruhan kegiatan industri
mengantisipasi yang mengarah properti di Tanah Air. Berbeda dengan
kepada kebangkrutan. dampak yang dirasakan akibat krisis
Fenomena yang terjadi ekonomi yang dialami Indonesia
menjelang akhir triwulan III-2008, tahun 1997 – 1998. Banyak proyek
perekonomian dunia dihadapkan properti yang berhenti seketika.
pada satu babak baru yaitu Akibatnya, ketika itu terjadi
runtuhnya stabilitas ekonomi global, gelombang pemutusan hubungan
seiring dengan meluasnya krisis kerja (PHK). Namun demikian industri
finansial ke berbagai negara. Tidak properti di Indonesia tetap terkena
menutup kemungkinan kondisi ini dampak dari krisis global ini.
bisa juga dapat dirasakan dampaknya Kondisi tersebut dapat
di Indonesia salah satunya adalah mempengaruhi situasi pasar yang
industri properti. Pada tahap awal tidak menutup kemungkinan akan
goncangan itu sudah dipicu dengan berdampak terhadap stabilitas
ditandai oleh naiknya BI rate. Ketika perusahaan-perusahaan di Indonesia
kredit konstruksi dan kredit properti termasuk perusahaan yang bergerak

134
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

di bidang Properti, Real Estate dan perilaku yang dapat menjadi acuan
Konstruksi Bangunan. Fahmi bagi organ perusahaan dan semua
(2013:68) mengatakan jika situasi karyawan dalam menerapkan nilai-
dan kondisi tersebut masih berada nilai (values) dan etika bisnis
dalam posisi kendali manajemen sehingga menjadi bagian dari budaya
(management control) maka dianggap perusahaan. Prinsip-prinsip dasar
dalam posisi aman, namun apabila yang harus dimiliki oleh perusahaan
sebaliknya (uncontroller) maka adalah:
perusahaan akan mengalami kendala 1. Setiap perusahaan harus
dan masalah baik secara finansial memiliki nilai-nilai perusahaan
maupun non finansial. yang menggambarkan sikap
Ujiyantho (2007) dalam moral perusahaan dalam
Widyasaputri (2012:2) menyatakan pelaksanaan usahanya.
Corporate Governance merupakan 2. Untuk dapat merealisasikan
salah satu elemen kunci dalam sikap moral dalam pelaksanaan
meningkatkan efisiensi ekonomis, usahanya, perusahaan harus
yang meliputi serangkaian hubungan memiliki rumusan etika bisnis
antara manajemen perusahaan, yang disepakati oleh organ
dewan komisaris, dan pemegang perusahaan dan semua
saham dan stakeholder lainnya. karyawan. Pelaksanaan etika
Efisiensi ekonomis dalam suatu bisnis yang berkesinambungan
perusahaan ini memegang peranan akan membentuk budaya
penting dimana hubungan antara perusahaan yang merupakan
menajemen perusahaan, dewan manifestasi dari nilai-nilai
komisaris, dan pemegang saham perusahaan.
ngdan stakeholder lainnya harus 3. Nilai-nilai dan rumusan etika
berjalan beriringan satu dengan yang bisnis perusahaan perlu
lainnya. dituangkan dan dijabarkan lebih
Komite Nasional Kebijakan lanjut dalam pedoman perilaku
Governance (KNKG) dalam Pedoman agar dapat dipahami dan
Umum Good Corporate Governance diterapkan.
(2006:8) menjelaskan untuk Good Corporate Governance pada
mencapai keberhasilan dalam jangka dasarnya memiliki tujuan untuk
panjang, pelaksanaan GCG perlu memberikan kemajuan terhadap
dilandasi oleh integritas yang tinggi, kinerja suatu perusahaan seperti
sehingga diperlukan pedoman serangkaian pola perilaku

135
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

perusahaan yang diukur melalui pengaruh penerapan Good Corporate


kinerja, pertumbuhan, struktur Governanceyang diproksikan dalam
pembiayaan, perlakuan terhadap para Kepemilikan Manajerial dapat
pemegang saham sehingga dapat memprediksi perusahaan mengalami
dijadikan sebagai dasar analisis financial distress, 3) Seberapa besar
dalam mengkaji good corporate pengaruh penerapanGood Corporate
governance di suatu negara yang Governanceyang diproksikan dalam
transparansi dan akuntabel dalam Komposisi Dewan Komisaris
pengambilan keputusan. Independen dapat memprediksi
Good Corporate Governance perusahaan mengalami financial
(GCG) secara definitif merupakan distress, 4) Seberapa besar pengaruh
sistem yang mengatur dan penerapanGood Corporate
mengendalikan perusahaan yang Governanceyang diproksikan dalam
menciptakan nilai tambah (value Komite Audit dapat memprediksi
added) untuk semua stakeholder perusahaan mengalami kesulitan
(Monks, 2003) dalam Kaihatu financial distress.
(2006:2). Ada dua hal yang Penelitian ini dilakukan dengan
ditekankan dalam konsep ini, maksud untuk memperoleh data
pertama, pentingnya hak pemegang seberapa besar implementasi dari
saham untuk memperoleh informasi Good Corporate Governance (GCG)
dengan benar dan tepat pada dapat memprediksi perusahaan
waktunya dan, kedua, kewajiban mengalami financial distress.
perusahaan untuk melakukan Berdasarkan perumusan masalah,
pengungkapan (disclosure) secara penelitian ini mempunyai tujuan
akurat, tepat waktu, transparan untuk mengetahui seberapa besar
terhadap semua informasi kinerja penerapan Good Corporate
perusahaan, kepemilikan, dan Governance yang dalam hal ini
stakeholder. diproksikan dalam Kepemilikan
Permasalahan yang akan Institusional, Kepemilikan Manajerial,
dibahas dalam penelitian ini adalah Komposisi Dewan Komisaris
sebagai berikut: 1) Seberapa besar Independen, dan Komite Audit
pengaruh penerapan Good Corporate mempunyai pengaruh terhadap
Governanceyang diproksikan dalam financial distress.
Kepemilikan Institusional dapat
memprediksi perusahaan mengalami
financial distress, 2) Seberapa besar

136
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

TELAAH LITERATUR DAN sebagai barang komoditi yang


PERUMUSAN HIPOTESIS bisa diperjual belikan.
Teori Keagenan
Good Corporate Governance
Hubungan keagenan adalah
Istilah Corporate Governance
sebuah kontrak antara manajer
(CG) pertama kali diperkenalkan oleh
(agent) dengan investor (principal).
Cadbury Committee tahun 1992
Konflik kepentingan antara pemilik
dalam laporannya yang dikenal
dan agen terjadi ketika principal
sebagai Cadbury Report (Tjager
kesulitan untuk memastikan
dkk.,2003). Terdapat banyak definisi
kesejahteraan principal, sehingga
tentang CG yang pendefinisiannya
memicu biaya keagenan (agency cost)
dipengaruhi oleh teori yang
seperti halnya yang dijelaskan oleh
melandasinya. Definisi Corporate
Jansen dan Meckling (1976:5).
Governance menurut FCGI (Forum for
Menurut Eisenhard (1989) dalam
Corporate Governance in Indonesia)
Arief (2007:5), teori keagenan
(2001:3) adalah sebagai berikut:
dilandasi oleh 3 buah asumsi yaitu:
“Seperangkat peraturan yang
1. Asumsi tentang sifat manusia
mengatur hubungan antara para
Asumsi tentang sifat manusia pemegang saham, pengurus
(pengelola), pihak kreditur,
menekankan bahwa manusia
pemerintah, karyawan serta
memiliki sifat untuk para pemegang kepentingan
intern dan ekstern lainnya yang
mementingkan diri sendiri (self
barkaitan dengan hak-hak dan
interest), memiliki keterbatasan kewajiban mereka atau dengan
kata lain suatu sistem yang
rasionalitas (bounded
mengatur dan mengendalikan
rationality), dan tidak menyukai perusahaan”.
resiko (risk aversion).
Sjahputra (2002:8)
2. Asumsi tentang keorganisasian
menyimpulkan bahwa Corporate
Asumsi keorganisasian adalah
Governance adalah sistem yang
adanya konflik antar anggota
mengatur, mengelola, dan mengawasi
organisasi, efisiensi sebagai
proses pengendalian usaha untuk
kriteria produktivitas, dan
menaikkan nilai saham, sekaligus
asimetri informasi antara
sebagai bentuk perhatian kepada
prinsipal dan agen.
stakeholders, karyawan, kreditor, dan
3. Asumsi tentang informasi
masyarakat sekitar. Good Corporate
Asumsi tentang informasi adalah
Governance berusaha menjaga
bahwa informasi dipandang
keseimbangan di antara pencapaian

137
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

tujuan ekonomi dan tujuan tekanan keuangan juga banyak


masyarakat. dipengaruhi oleh struktur
kepemilikan perusahaan tersebut.
Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan tersebut
Kepemilikan institusional adalah menjelaskan komitmen dari
jumlah persentase hak suara yang pemiliknya untuk menyelamatkan
dimiliki oleh institusi Beiner et al perusahaan. Dengan adanya
(2003) dalam Arief dan Pramuka institusional ownership, monitoring
(2007:10). Kepemilikan institusional atas perusahaan akan meningkat. Hal
memiliki kemampuan untuk ini diakibatkan karena institusi lain
mengendalikan pihak manajemen yang menanamkan modalnya pada
melalui proses monitoring secara suatu perusahaan akan memonitor
efektif. Hal ini dikarenakan lebih ketat, yang didukung oleh
kepemilikan saham mewakili suatu information channel yang lebih baik
sumber kekuasaan yang dapat dibandingkan kepemilikan saham
digunakan untuk mendukung atau oleh individu. Perusahaan dengan
sebaliknya terhadap keberadaan kepemilikan institusional yang besar
manajemen, sehingga dengan (lebih dari 5%) mengindikasikan
kepemilikan institusional biaya agensi kemampuannya untuk memonitor
dapat diminimalkan. Pernyataan ini manajemen. Semakin besar
sejalan dengan Crutchly et al. (1999) kepemilikan institusional maka
dalam Widyantini (2009) yang semakin efisien pemanfaatan aktiva
menyatakan bahwa semakin tinggi perusahaan. Dengan demikian
kepemilikan institusional maka proporsi kepemilikan institusional
semakin kuat kontrol eksternal bertindak sebagai pencegah terhadap
terhadap perusahaan dan hal ini pemborosan yang dilakukan
dapat mengurangi biaya keagenan. manajemen.
Nilai perusahaan juga akan
meningkat jika institusi mampu Kepemilikan Manajerial
menjadi alat monitoring yang efektif. Kepemilikan manjerial adalah
Dwi dan Eka (2008:90) persentase jumlah saham yang
menjelaskan juga bahwa kepemilikan dimiliki manajemen dari seluruh
saham institusional adalah saham jumlah saham perusahaan yang
perusahaan yang dipegang oleh dikelola Gideon (2005:175). Hal ini
institusi lain. Kemungkinan suatu berkaitan dengan rasa memiliki yang
perusahaan berada pada posisi tinggi terhadap saham tersebut

138
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

sehingga diharapkan dapat (2006:13). Peranan dan keberadaan


mengurangi financial distress atau Komisaris Independen dan Dewan
kesulitan keuangan. Hasil penelitian Komisaris selaku supervisory board
yang dilakukan oleh Emrinaldi (2007) pada struktur organisasi menjadi
dalam Hastuti (2014:5) menunjukkan sangat vital dalam memilah dan
adanya hubungan antara kepemilikan mengawasi setiap kebijakan yang
manajerial yang semakin besar akan akan diambil oleh Direksi selaku
mengurangi kemungkinan terjadinya executive board. Sebagai komisaris
financial distress pada perusahaan independen, mereka memiliki fungsi
tersebut. Menurutnya hal ini dapat dan kedudukan mewakili kepentingan
terjadi karena semakin besar pemegang saham independen. Dalam
kepemilikan manajerial akan mampu melaksanakan tugas dan
menyatukan kepentingan pemegang kewajibannya sebagai pengawas
saham dan manajer sehingga mampu perseroan, mereka juga harus
mengurangi potensi terjadinya terlibat, memeriksa memutuskan dan
financial distress. Dalam penelitian ini mengambil tindakan yang
kepemilikan manajerial diukur menyangkut kepatuhan, tanggung
dengan persentase saham yang jawab hukum direksi atas setiap
dimiliki oleh pihak manajemen keputusan, informasi dan perilaku
perusahaan terhadap total jumlah yang berhubungan dengan
saham yang beredar. pengelolaan keuangan dan usaha
perseroan (Dwi dan Eka, 2008:89).
Komposisi Dewan Komisaris Proporsi dewan komisaris
Independen independen diukur dengan
Komisaris independen adalah menggunakan indikator persentase
anggota dewan komisaris yang tidak anggota dewan komisaris yang
terafiliasi dengan manajemen, berasal dari luar perusahaan dari
anggota dewan komisaris lainnya dan seluruh ukuran anggota dewan
pemegang saham pengendali, serta komisaris perusahaan.Gideon
bebas dari hubungan bisnis atau (2005:176) menggunakan indikator
hubungan lainnya yang dapat dalam mengukur komposisi dewan
mempengaruhi kemampuannya komisaris adalah persentase jumlah
untuk bertindak independen atau anggota dewan yang berasal dari luar
bertindak semata-mata demi perusahaan, dari seluruh jumlah
kepentingan perusahaan Komite anggota dewan komisaris
Nasional Kebijakan Governance perusahaan.

139
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

Komite Audit peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5


Ikatan Komite Audit Indonesia tentang Pembentukan Pedoman
(IKAI) mendefinisikan komite audit Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
sebagai suatu komite yang bekerja Dalam peraturan tersebut emiten dan
secara profesional dan independen perusahaan publik diwajibkan
yang dibentuk oleh dewan komisaris, membentuk komite audit yang
dengan demikian tugasnya adalah berjumlah sekurang-kurangnya tiga
membantu dan memperkuat fungsi orang dimana salah satunya
dewan komisaris dalam menjalankan merupakan komisaris independen
fungsi pengawasan atas proses perusahaan dan bertindak sebagai
pelaporan keuangan, manajemen ketua komite audit (Widyati,
risiko, pelaksanaan audit, dan 2013:238). Pada penelitian ini, komite
implementasi dari corporate audit diukur dengan kompetensi
governance di perusahaan- komite audit yaitu jumlah anggota
perusahaan. Collier dan Gregory komite audit dengan latar belakang
dalam Harahap (2001) menjelaskan pendidikan dan pengalaman di bidang
bahwa komite audit memberikan akuntansi dan keuangan terhadap
manfaat bagi peningkatan sistem keseluruhan jumlah anggota komite
pengawasan dan juga pada GCG. audit Atmini dan Prihatiningtias
Wolnizer dalam Indriani dan (2008) dalam Ginting (2012:53).
Nurkholis (2002) mengungkapkan
bahwa fungsi komite audit secara Financial Distress
spesifik dapat diidentifikasikan ke Plat dan Plat (2006:142)
dalam tiga aspek yang saling mendefinisikan financial distress
berkaitan, yaitu berhubungan dengan sebagai tahap penurunan kondisi
akuntansi dan pelaporan keuangan, keuangan yang terjadi sebelum
auditor dan pengauditan, serta terjadinya kebangkrutan ataupun
organisasi perusahaan (Dwi dan Eka, likuidasi. Penelitian-penelitian yang
2008:87). Bapepam melalui Surat berkaitan dengan kondisi financial
Edaran No. 03/PM/2000 yang distress perusahaan pada umumnya
ditujukan kepada setiap direksi menggunakan rasio keuangan
emiten dan perusahaan publik perusahaan. Penelitian tentang
mewajibkan dibentuknya komite kondisi financial distress telah
audit. Pengaturan mengenai jumlah dilakukan oleh beberapa peneliti
komite audit bagi emiten dan diantaranya oleh Luciana dan
perusahaan publik diatur dalam Kristijadi (2003) yang menggunakan

140
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

rasio-rasio keuangan yang digunakan (indikasi) kebangkrutan perusahaan.


oleh Platt dan Platt(2002). Rasio Berikut adalah rumus Springate S-
keuangan yang digunakan oleh Platt Score (Citrawati dan Gede, 2014:385):
dan Platt (2002) adalah rasio S = 1,03A + 3,07B + 0,66C + 0,4D
keuangan yang berasal dari informasi Dimana:
di dalam Neraca dan Laporan Rugi A = Working Capital to Total Assets
Laba. B = Earnings after Interest and Taxes
to Total Assets
Memprediksi Financial Distress C = Earnings before Interest and Taxes
Gordon L.V. Springate (1978) to Current Liabilities
melakukan penelitian untuk D = Total Sales to Total Assets
menemukan suatu model yang dapat S-Score dihasilkan dari
digunakan dalam memprediksi perhitungan angka-angka keempat
adanya potensi (indikasi) rasio yang didapatkan dari laporan
kebangkrutan. Springate (1978) keuangan dengan cara
menggunakan 19 rasio-rasio menjumlahkan angka-angka yang
keuangan populer yang bisa dipakai didapatkan dari perkalian rasio
untuk memprediksi financial distress. dengan koefisien yang diturunkan
Sampel yang digunakan Springate dari rumus Springate. Perhitungan
berjumlah 40 perusahaan tersebut didasarkan pada hasil
manufaktur yang berlokasi di penelitian yang dilakukan Springate
Kanada, yaitu 20 perusahaan yang untuk perusahaan yang sehat dan
mengalami kesulitan keuangan dan yang tidak sehat menunjukkan nilai
20 yang dalam keadaan sehat. tertentu. Kriteria/titik cut-off yang
Springate akhirnya menemukan 4 digunakan untuk memprediksi
rasio yang dapat digunakan dalam kebangkrutan perusahaan yaitu
memprediksi adanya potensi sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Titik Cut-off Model S-Score


Kriteria Nilai S
Sehat > 0,862
Tidak Sehat < 0,862
Sumber: Citrawati dan Gede (2014:385)

141
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penerapan Good Corporate


Penelitian Governance, Dampaknya Terhadap
Isu Good Corporate Governance Prediksi Financial Distress pada
muncul karena terjadi pemisahan Sektor Aneka Industri dan Barang
antara kepemilikan dengan Konsumsi. Penelitiannya
pengendalian perusahaan, atau menunjukkan model yang di
seringkali dikenal dengan istilah digunakan tidak signifikan terhadap
masalah keagenan. Permasalahan financial distress. Jika dilihat dari
keagenan dalam hubungannya antara metode yang dipakai menggunakan
pemilik perusahaan dengan manajer model yang dibagi menjadi tiga model
adalah bagaimana sulitnya pemilik yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010 dan
dalam memastikan bahwa dana yang yang paling mendekati adalah model
ditanamkan tidak diambil alih atau 2 yaitu tahun 2009 untuk
diinvestasikan pada proyek yang tidak memprediksi financial distress.
menguntungkan sehingga tidak Selanjutnya penelitian yang akan
mendatangkan return. Good Corporate diteliti adalah studi pada perusahaan
Governance diperlukan untuk property, real estate dan konstruksi
mengurangi masalah keagenan antara bangunan yang terdaftar di Bursa
pemilik dan manajer serta Efek Indonesia pada tahun 2008 –
mengurangi terjadinya asimetri 2012.
informasi dan financial distress. Variabel independen yang akan
Corporate Governance biasanya digunakan dalam penelitian ini
mengacu kepada sekumpulan adalah Good Corporate Governance
mekanisme yang mempengaruhi dan rasio keuangan. Proksi Good
keputusan yang akan diambil oleh Corporate Governance menggunakan
manajer ketika ada pemisahan antara Kepemilikan Institusional,
kepemilikan dan pengendalian, Kepemilikan Manajerial, Komposisi
beberapa pengendalian ini terletak Dewan Komisaris Independen, dan
pada fungsi dari dewan direksi, Komite Audit. Wardhani (2006:4)
pemegang saham institusional, dan merupakan salah satu peneliti
pengendalian dari mekanisme pasar sebelumnya dengan judul
Latcker (2005) dalam Wardhani “Mekanisme Corporate Governance
(2006:3). dalam Perusahaan yang Mengalami
Penelitian ini merupakan replika Permasalahan Keuangan (Financially
dari penelitian terdahulu yaitu Ellen Distressed Firm)”. Hasil penelitiannya
dan Juniarti (2013:11) yang berjudul menunjukkan bahwa ukuran direksi

142
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

berhubungan positif dengan Real Estate dan Konstruksi Bangunan


kemungkinan suatu perusahaan akan yang terdaftar di Bursa Efek
mengalami tekanan keuangan, Indonesia pada tahun 2013. Sampel
variabel komisaris tidak signifikan adalah sebagian jumlah dan
dalam penelitiannya, serta tingkat karaktersistik yang dimiliki populasi
turn over dari direksi mempengaruhi tersebut (Sugiyono, 2012:389). Teknik
kemungkinan perusahaan mengalami pengambilan sampel dilakukan secara
tekanan keuangan secara signifikan. purposive sampling dengan tujuan
Selanjutnya dirumuskan untuk mendapatkan sampel yang
hipotesis penelitian sebagai berikut: representatif sesuai dengan kriteria
H 1: Kepemilikan Institusional yang ditetukan. Adapun kriteria yang
berpengaruh terhadap financial digunakan untuk memilih sampel
distress. yaitu:
H 2: Kepemilikan Manajerial 1. Property, Real Estate dan
berpengaruh terhadap financial Konstruksi Bangunan yang
distress. terdaftar di Bursa Efek
H 3: Komposisi Dewan Komisaris Indonesia pada tahun 2013.
Independen berpengaruh terhadap 2. Perusahaan mempublikasikan
financial distress. laporan keuangan tahunan
H 4: Komite Audit berpengaruh untuk tahun 2013 yang
terhadap financial distress. dinyatakan dalam rupiah (Rp)
3. Data tersedia lengkap (data
METODE secara keseluruhan tersedia
Metode penelitian yang pada publikasi periode 2013),
digunakan dalam penelitian ini baik data mengenai Good
adalah metode asosiatif dengan Coorporate Governance (GCG)
hubungan kausal. Metode asosiatif perusahaandan data yang
adalah penelitian yang bersifat diperlukan untuk mendeteksi
menanyakan hubungan antara dua financial distress.
variabel atau lebih, sedangkan
hubungan kausal adalah hubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bersifat sebab akibat (Sugiyono, Pada Tabel 2 dapat dilihat nilai
2012:55-56). statistik uji wald untuk variabel
Populasi dalam penelitian ini kepemilikan institusional adalah
adalah perusahaan yang bergerak sebesar 0,471 dengan nilai
dalam industri perusahaan Property, signifikansi sebesar 0,493. Karena

143
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

nilai statistik uji wald untuk variabel institusional ternyata tidak signifikan.
kepemilikan institusional (0,471) lebih La Porta, Lopez-de-Silanes dan
kecil dari nilai Chi-square tabel Shleifer (1998), Claessens, Djankov
(3,841) dan sig (0,493) >  dengan dan Lang (2000) serta Faccio dan
tingkat kekeliruan 5% diputuskan Lang (2002), telah menemukan bukti
menerima Ho dan menolak Ha bahwa lebih dari 60% dari perseroan
sehingga dapat disimpulkan bahwa terbuka di seluruh dunia dimiliki oleh
kepemilikan institusional tidak satu pemilik terkuat (pemegang
memiliki pengaruh dalam saham terbesar) kecuali di Amerika,
memprediksi financial distress pada Inggris, dan Jepang. Tsun dan Yin
perusahaan property, real estate dan (2004) menyatakan lebih lanjut
konstruksi bangunan di Bursa Efek bahwa kepemilikan yang terpusat
Indonesia pada periode tahun 2013. dapat menimbulkan kurangnya
Indikator Kepemilikan transparansi dalam penggunaan dana
Institusional pada penelitian ini tidak pada perusahaan serta keseimbangan
memiliki pengaruh signifikan dalam yang tepat antara kepentingan-
memprediksi financial distress pada kepentingan yang ada, misalnya
perusahaan property, real estate dan antara pemegang saham dengan
konstruksi bangunan di Bursa Efek pengelolaan manajemen perusahaan
Indonesia pada periode tahun 2013. dan antara pemegang saham
Hal ini sejalan dengan penelitiannya pengendali (controlling shareholder)
Bodroastuti (2009:11) yang memiliki dengan pemegang saham minoritas.
hasil penelitian bahwa kepemilikan

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik

B S.E. Wald df. Sig. Exp(B)


Kepemilikan Institusional -1,283 1,870 0,471 1 0,493 0,277
Kepemilikan Manajerial 4,374 5,550 0,621 1 0,431 79,326
Komposisi Dewan Komisaris Independen -8,115 4,076 3,963 1 0,047 0,000
Komite Audit 3,126 3,076 1,003 1 0,310 22,785
Constant 3,783 3,009 1,581 1 0,209 49,963
Sumber: Output SPSS

Perusahaan publik yang ada di kepemilikan yang tidak menyebar


Indonesia kepemilikannya cenderung secara merata menyebabkan
terpusat dan tidak menyebar secara pengendalian pemegang saham
merata (Gunarsih, 2003), sehingga terhadap manajemen cenderung
perusahaan dengan struktur lemah. Dengan demikian pemegang

144
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

saham tidak mempunyai kemampuan kemampuan dalam mengontrol


yang cukup untuk mengendalikan kinerja manajer.
manajemen sehingga manajemen Hal lain diungkapkan oleh Ellen
mempunyai kemungkinan untuk dan Juniarti (2013:10) dalam
mengambil keputusan yang penelitiannya menjelaskan terdapat
menguntungkan dirinya sendiri. indikasi dikarenakan GCG dalam
Sejalan dengan teori keagenan suatu perusahaan hanya sebuah
yang dilandasi salah satunya adalah formalitas yang tidak ditunjang
asumsi tentang sifat manusia yang dengan kinerja yang efisien.
mementingkan diri sendiri (self Pengujian hipotesis kedua
interest). Terlihat berdasarkan data menunjukkan hasil bahwa variabel
kepemilikan institusional pada komisaris independen memiliki
property, real estate dan konstruksi koefisien positif sebesar 2,609 dengan
bangunan selama tahun 2010-2013 tingkat signifikansi sebesar 0,431 > α
banyak terdapat saham yang tidak = 0,05, yang memiliki arti bahwa
menyebar dan terdapat saham komisaris independen tidak
mayoritas bahkan tidak sedikit pula berpengaruh signifikan pada financial
saham yang dimiliki oleh pihak asing distress. Komisaris independen
diatas 5%, sehingga dapat sangat dibutuhkan sikap
mempengaruhi pengendalian dalam indepedensinya dalam menjalankan
perusahaan serta hasil penelitian. tugasnya, namun terkadang seorang
Sama halnya penelitian yang komisaris independen memiliki sikap
dilakukan oleh Widyasaputri (2012) independensi yang kurang, yang
yang menolak H3atau tidak adanya dapat mengakibatkan lemahnya
pengaruh Kepemilikan Institusional pengawasan terhadap kinerja
terhadap kondisi Financial Distress. manajemen perusahaan, sehingga
Menurut Widyasaputri (2012:6) tidak akan memiliki pengaruh
menjelaskan bahwa berapapun terhadap terjadinya financial distress.
besarnya persentase kepemilikan Hal ini sejalan dengan penelitiannya
institusional dapat membuktikan Putri dan Merkusiwati (2016:102).
adanya kemungkinan kondisi Nilai statistik uji wald yang
financial distress. Tidak dapat terdapat pada Tabel 2 untuk variabel
dipungkiri bahwa perusahaan dapat komisaris independen adalah sebesar
mengalami financial distress jika para 3,963 dengan nilai signifikansi
institusi perusahaan kurang memiliki sebesar 0,047. Karena nilai statistik
uji wald untuk variabel komisaris

145
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

independen (3,963) lebih besar dari Komite Nasional Kebijakan


nilai Chi-square tabel (3,841) dan sig Governance (2006:13).
(0,047) <  dengan tingkat kekeliruan Peranan dan keberadaan
5% diputuskan menolak Ho dan Komisaris Independen dan Dewan
menerima Ha sehingga dapat Komisaris selaku supervisory board
disimpulkan bahwa komisaris pada struktur organisasi menjadi
independen memiliki pengaruh dalam sangat vital dalam memilah dan
memprediksi financial distresspada mengawasi setiap kebijakan yang
perusahaan property, real estate dan akan diambil oleh Direksi selaku
konstruksi bangunan di Bursa Efek executive board. Sebagai komisaris
Indonesia pada periode tahun 2013. independen, mereka memiliki fungsi
Koefisien komisaris independen dan kedudukan mewakili kepentingan
bertanda negatif menunjukkan bahwa pemegang saham independen. Dalam
ada kecenderungan perusahaan melaksanakan tugas dan
dengan proporsi komisaris kewajibannya sebagai pengawas
independen lebih banyak tidak perseroan, mereka juga harus
mengalami financial distress. terlibat, memeriksa memutuskan dan
Komposisi Dewan Komisaris mengambil tindakan yang
Independen dalam penelitian ini menyangkut kepatuhan, tanggung
memiliki pengaruh signifikan dalam jawab hukum direksi atas setiap
memprediksi financial distress pada keputusan, informasi dan perilaku
perusahaan property, real estate yang berhubungan dengan
dankonstruksi bangunan di Bursa pengelolaan keuangan dan usaha
Efek Indonesia selama periode tahun perseroan (Dwi dan Eka, 2008:89).
2010-2013. Komisaris independen Proporsi dewan komisaris independen
merupakan anggota dewan komisaris diukur dengan menggunakan
yang tidak terafiliasi dengan indikator persentase anggota dewan
manajemen, anggota dewan komisaris komisaris yang berasal dari luar
lainnya dan pemegang saham perusahaan dari seluruh ukuran
pengendali, serta bebas dari anggota dewan komisaris perusahaan
hubungan bisnis atau hubungan sehingga dapat dijadikan prediksi
lainnya yang dapat mempengaruhi financial distress.
kemampuannya untuk bertindak Koefisien komite audit memiliki
independen atau bertindak semata- koefisien positif sebesar 0,310 > 
mata demi kepentingan perusahaan dengan tingkat kekeliruan 5%
sehingga menunjukkan tidak

146
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

memiliki pengaruh signifikan dalam mampu memprediksi suatu


memprediksi financial distress pada perusahaan mengalami financial
perusahaan property, real estate dan distress. Hal ini mungkin
konstruksi bangunan di Bursa Efek dikarenakan GCG dalam suatu
Indonesia pada periode tahun 2013. perusahaan hanya sebuah formalitas
Hasil penelitian ini sejalan yang tidak ditunjang dengan kinerja
dengan Ellen dan Juniarti (2013:11) yang efisien.
yang menggunakan GCG score dalam Berdasarkan hasil hasil
penelitiannya yang didalamnya pengujian statistik secara parsial
menggunakan komite audit yang diatas dapat disimpulkan pada tabel
hasilnya secara konsisten tidak berikut ini:

Tabel 3. Hasil Pengujian secara Parsial (Uji Wald)


Chi-
Uji
No. Model square Sig. α Keputusan Ket.
Wald
tabel
1. INST FD 0,471 3,841 0,493 0,05 Ho diterima Tidak
Signifikan
2. MAN FD 0,621 3,841 0,431 0,05 Ho diterima Tidak
Signifikan
3. KDKI FD 3.963 3,841 0,047 0,05 Ho ditolak Signifikan
4. KA FD 1.033 3,841 0,310 0,05 Ho diterima Tidak
Signifikan
Sumber: Output SPSS

Ketepatan Hasil Prediksi menggunakan keempat variabel


Ketepatan prediksi dari hasil independen/prediktor ditunjukkan
estimasi model logit dengan pada tabel 4 berikut:

Tabel 4. Ketepatan Keempat Variabel Independen Dalam Memprediksi Financial


Distress
Classification Table*
Predicted
Financial Distress Percentage
Non-Distress Distress Correct
Step 1 Financial Non-Distress 10 4 71,4
Distress Distress 4 10 71,4
Overall Percentage 71,4

Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa financial distress, sebanyak 10


dari sebanyak 14 sampel yang sampel diantaranya diprediksi tidak
diidentifikasi tidak mengalami mengalami financial distress

147
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

(ketepatan prediksi 71,4%). Sama manajerial dan komite audit bahwa


halnya untuk financial distress semakin banyak di dalam suatu
terdapat 14 sampel, sebanyak 10 perusahaan belum tentu efisien dan
sampel diantaraya diprediksi efektif dalam menekan atau tehindar
mengalami financial distress dari terjadinya financial distress, 2)
(ketepatan prediksi 71,4%). Secara Keempat variabel independen/
keseluruhan ketepatan prediksi prediktor yaitu kepemilikan
kedelapan variabel independen/ institusional, kepemilikan manajerial,
prediktor (kepemilikan institusional, komposisi dewan komisaris
kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan komite audit, secara
independen, dan komite audit) dalam bersama-sama berpengaruh dalam
memprediksi financial distress memprediksi financial distresspada
sebesar 71,4%. perusahaan property, real estate
dankonstruksi bangunan di Bursa
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN Efek Indonesia pada periode tahun
KETERBATASAN PENELITIAN 2013.
Berdasarkan hasil penelitian dan Setelah melihat hasil penelitian
pembahasan yang telah dijelaskan, dan mengambil kesimpulan, maka
maka penulis dapat menarik berikut ini saran yang dapat dijadikan
kesimpulan sebagai berikut: 1) Good bahan masukan atau bahan
Corporate Governance yang diukur pertimbangan beberapa pihak untuk
oleh kepemilikan institusional dan penelitian di masa yang akan datang,
komposisi komisaris dewan antara lain sebagai berikut: 1) Untuk
independen memiliki koefisien negatif Operasional yaitu bagi perusahaan
yang artinya berpengaruh negatif analisis ini merupakan salah satu
dalam memprediksi financial distress, alat yang dapat membantu dalam
sedangkan kepemilikan manajerial pengambilan keputusan dan
dan komite audit memiliki koefisien mengetahui financial distress sejak
yang positif yang artinya berpengaruh dini. Perusahaan sebaiknya
positif dalam memprediksi financial menganalisis dengan menggunakan
distress. Hal ini menunjukkan bahwa strategi dan keputusan yang baik
semakin besar kepemilikan untuk kelangsungan perusahaan
institusional dan komposisi komisaris (going concern) karena Corporate
dewan independen cenderungtidak Governance yang baik merupakan
mengalami financial distress, langkah yang penting dalam
sedangkan untuk kepemilikan membangun kepercayaan (market

148
Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1, No. 2, hal: 133-150 • Desember 2016

confidence) dan mendorong arus Simposium Nasional Akuntansi


X. Makassar.
investasi internasional yang lebih
stabil, dan bersifat jangka panjang Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas
Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
salah satunya dengan meningkatkan
Corporate Governance dan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Dampak Manajemen Laba
Dengan Menggunakan Analisis
sesuai dengan kemampuan dan
Jalur. Simposium Nasional
kriteria yang telah ditentukan oleh Akuntansi VIII. Solo.
perusahaan, 2) Untuk Akademisi
Citrawati, Etta Yuliastary dan Made
yaitu bagi peneliti selanjutnya yang Gede Wirakusuma. 2014.
Analisis Financial Distress
tertarik untuk meneliti mengenai
dengan Metode Z Score Altman,
financial distress dapat menggunakan Springate dan Zmijewski. E-
Jurnal Akuntansi Universitas
model lainnya seperti Model
Udayana 6.3 (2014): 379-389
Zmijewski, Model Grover, Model ISSN: 2302-8556.
Ohlson, Model Zavgren, Model
Fahmi, Irham. 2013. Manajemen
Chesser dll. Periode yang diteliti bisa Risiko, Teori, Kasus dan Solusi.
Bandung: CV. Alfabeta
lebih panjang dan sebaiknya
menggunakan data primer agar lebih Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI). 2001.
mengetahui pengaruh good corporate
Corporate Governance. Seri Tata
governance dan rasio keuangan Kelola Perusahaan (Corporate
Governance) Jilid I (Edisi ke-3).
terhadap financial distress secara
Jakarta: Citra Graha.
lebih baik serta mendapatkan data
Ginting, Yoremia Lestari BR. 2012.
yang lebih lengkap untuk diteliti.
Pengaruh Mekanisme Corporate
Peneliti selanjutnya dapat Governance Terhadap
Manajemen Laba Serta
menambahkan faktor yang dilihat
Implikasinya Terhadap
dari perspektif keuangan maupun Pengungkapan CSR. Tesis. Tidak
Dipublikasikan. Bandung:
non keuangan lainnya yang
Universitas Padjajaran.
mempengaruhi terjadinya financial
Hastuti, Indra. 2014. Analisis
distress.
Pengaruh Struktur Kepemilikan
dan Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kemungkinan
REFERENSI
Kesulitan Keuangan. Artikel
Arief, M. 2005. Asimetri Informasi dan Publikasi. Surakarta: Universitas
Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Muhammadiyah.
Dalam Hubungan Keagenan.
Jensen, C, Michael and William H.
Arief, M dan Bambang Agus Pramuka. Mecling. 1976. Theory of The
2007. Mekanisme Corporate Firm: Managerial Behavior,
Governance, Manajemen Laba Agency Cost and Ownership
Dan Kinerja Keuangan. Structure. Journal of Financial
Economics, October, 1976, V. 3,

149
Fathonah – Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance …

No. 4, pp 305 – 360. Harvard Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


Business School and University Bisnis. Bandung: Alfabeta.
of Rochester.
Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang
Juniarti, dan Ellen. 2013. Penerapan Agus Pramuka. 2007.
Good Corporate Governance, Mekanisme Corporate
Dampaknya Terhadap Financial Governance, Manajemen Laba
Distress Pada Sektor Aneka dan Kinerja Keuangan.
Industri dan Barang Konsumsi. Simposisum Nasional Akuntansi
Business Accounting Riview, Vol. X Unhas Makasar 26 – 28 Juli
1, No. 2, 2013. Akuntansi Bisnis 2007. STIE Muhammadiyah dan
Universitas Kristen Petra. Universitas Jendral Soedirman
Purwokerto.
Kaihatu, Thomas. S. 2006. Good
Corporate Governance dan Wardhani, Ratna. 2006. Mekanisme
Penerapannya di Indonesia. Corporate Governance dalam
Jurnal Manajemen dan Perusahaan yang Mengalami
Kewirausahaan Vol.8, No.1. Permasalahan Keuangan
Universita Kristen Petra. (Financial Distress). Simposium
Nasional Akuntansi 9 Padang.
Komite Nasional Kebijakan Universitas Indonesia.
Governace. 2006. Pedoman
Umum Good Corporate Widyantini, Dian. 2009. Pengaruh
Governance Indonesia. Kepemilikan Institusional dan
Leverage Terhadap Manajemen
Platt, Harlan D dan Marjorie B. Platt. Laba. Tesis. Universitas
Understanding Differences Padjajaran. Tidak
Between Financial Distress and Dipublikasikan.
Bankruptcy. 2006. Review of
Applied Economics, Vol 2, No. 2, Widyasaputri, Erlindasari. 2012.
(2006): 141-157. Analisis Mekanisme Corporate
Governance pada Perusahaan
Putri, Ni Wayan Krisnayanti Arwinda yang Mengalami Kondisi
dan Ni Kt. Lely A. Merkusiwati. Financial Distress. Accounting
2014. Pengaruh Mekanisme Analysis Journal (AAJ) 1 (2)
Corporate Governance, (2012). Universitas Negeri
Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Semarang.
Perusahaan pada Financial
Distress, E-Jurnal Akuntansi Widyati, Maria Fransisca. 2013.
Universitas Udayana 7.1 Pengaruh Dewan Direksi,
(2014):93-106. Universitas Komisaris Independen, Komite
Udayana. Audit, Kepemilikan Manajerial,
dan Kepemilikan Institusional
Sjahputra, Iman Tunggal dan Amin Terhadap Kinerja Keuangan.
Widjaja Tunggal. 2002. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM)
Membangun Good Corporate Vol. 1, No. 1 (2013).
Governance (GCG). Jakarta:
Harvarindo.

150

Anda mungkin juga menyukai