Anda di halaman 1dari 150

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Geografis Daerah Penelitian

1. Letak dan Luas Daerah Penelitian

Kelurahan Cibunigeulis terletak di Kecamatan Bungursari Kota

Tasikmalaya dengan luas wilayah 352 Ha atau 34,5 Km2 dan ketinggian

wilayahnya 430 meter di atas permukaan laut. Letak geografis

Kelurahan Bungursari dengan wilayah lainnya adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Sukajaya

b. Sebelah Barat : Desa Gunungsari

c. Sebelah Timur : Kelurahan Bantarsari

d. Sebelah Selatan : Kelurahan Cipawitra

Kelurahan Cibunigeulis terdiri dari 9 Rukun Warga dan 36

Rukun Tetangga. Kelurahan Bungursari memiliki jarak dari pusat

Pemerintahan Kecamatan Bungursari sejauh 1,5 Km, jarak dari pusat

Pemerintahan Kota Tasikmalaya sejauh 7 Km, jarak dari Ibu Kota

Provinsi Jawa Barat (Bandung) sejauh 110 Km dan jarak ke Ibu Kota

Negara (Jakarta) sejauh 290 Km.

Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1 peta wilayah

administrasi Kelurahan Cibunigeulis, Gambar 4.2 peta wilayah

administrasi Kecamatan Bungursari, dan Gambar 4.3 peta wilayah

administrasi Kota Tasikmalaya yang tersaji sebagai berikut :

58
Gambar 4.1
Peta Administrasi Kelurahan Cibunigeulis

59
Gambar 4.2
Peta Administrasi Kecamatan Bungursari

60
Gambar 4.3
Peta Administrasi Kota Tasikmalaya

61
62

2. Kondisi Fisikal

a. Kondisi Geologis

Keadaan geologi pada hakikatnya tidak mendasarkan pada

batasan wilayah administratif namun cakupan pengelompokkan

batuan. Kelurahan Cibunigeulis terletak di Pulau Jawa, adapun

pengklasifikasian kondisi geologis Pulau Jawa yang dipakai adalah

pengklasifikasian menurut Van Bemmelen dalam Forestier (2007:

81). Zona fisiografi Jawa Barat terbagi menjadi tujuh yaitu selatan

ke utara (1) Zona pegunungan selatan, (2) Zona vulkanis, (3)

Depresi tengah terdiri dari depresi Bandung dan depresi Solo , (4)

Zona antiklinal tengah, (5) Depresi Randublatung, (6)

Antiklinorium Rembang-Madura, (7) Dataran-Dataran rendah

aluvial. Fisiografi tersaji pada Gambar 4.4 sebagai berikut :

Sumber: Forestier (2007)


Gambar 4.4 Peta Fisiografi Pulau Jawa
63

Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota

Tasikmalaya termasuk ke dalam zona depresi Bandung yang

memiliki banyak gunungapi. Zona Bandung berbatasan dengan zona

Bogor di sebelah utara dan zona Pegunungan Selatan. Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya dikelilingi

oleh wilayah-wilayah gunungapi di depresi Bandung. Hal ini

mengakibatkan Kelurahan Cibunigeulis terisi oleh endapan vulkanik

muda yang terbentuk pada zaman tersier dan terisi oleh produk dari

gunungapi sekitarnya seperti Gunung Galunggung.

Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Tasikmalaya memiliki

satuan batuan Qvb dan Qvt pada Zaman Kuarter dan Kala Holosen

atau 10.000 tahun lalu. Qvb diterjemahkan sebagai breksi

Gunungapi Galunggung mengandung bongkahan lava andesit,

membentuk gumuk berukuran beberapa meter sampai 1 km sebagai

hasil longsoran. Sedangkan Qvt diterjemahkan sebagai hasil

gunugapi muda terdiri dari breksi gunungapi, lahar dan tufa

bersusunan andesit sampai basal dari Gunungapi Galunggung.

Kelurahan Cibunigeulis, Kecamatan Bungursari terdiri dari

batuan-batuan dan material pasir hasil ledakan Gunungapi

Galunggung. Hal ini menyebabkan tanah di Kelurahan Cibunigeulis

menjadi subur dan baik untuk pertanian. Peta geologi Lembar

Tasikmalaya tersaji pada Gambar 4.5 sebagai berikut :


64

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (1990)


Gambar 4.5 Peta Geologi Lembar Tasikmalaya
65

b. Kondisi Geomorfologis

Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari memiliki

bentuk lahan datar sampai berbukit-bukit karena didukung oleh letak

geografisnya yang terletak tidak jauh dari lereng Gunungapi

Galunggung. Lahan-lahan yang datar dimanfaatkan masyarakat

untuk membuat petak-petak sawah dan kolam-kolam ikan,

sedangkan bukit-bukit banyak yang dijadikan sebagai tangkapan air

atau diurug untuk diambil pasirnya.

Keadaan geomorfologis yang berbukit dapat ditemui di

Kampung Gunung Kokosan, Kampung Ramcasenggang dan di

Leuwibudah. Tempat-tempat ini memiliki keadaan lahan yang

berbukit-bukit yang sulit untuk dimanfaatkan dan hanya ditumbuhi

pohon-pohon besar. Pada bagian lembah, masyarakat

memanfaatkannya untuk lahan sawah.

Keadaan vegetasi di Kelurahan Cibunigeulis masih terjaga

dengan baik, hal ini menyebabkan pelapukan batuan yang terjadi di

Kelurahan Cibunigeulis adalah pelapukan kimiawi. Serasah daun-

daun yang mengandung gas asam arang dibantu dengan tenaga air

akan mempercepat batuan-batuan melapuk secara kimiawi.

Pelapukan yang terus menerus akan menghasilkan tanah, sedangkan

erosi dapat menyebabkan terdenudasinya bukit di Kelurahan

Cibunigeulis. Keadaan geomorfologi Kelurahan Cibunigeulis tersaji

pada Gambar 4.6 sebagai berikut :


66

Sumber: RTRW Kota Tasikmalaya Tahun 2011-2031 (2011)


Gambar 4.6
Peta Geomorfologis Kota Tasikmalaya
67

c. Cuaca dan Iklim

Cuaca di Kelurahan Cibunigeulis megikuti musim yang

sedang terjadi. Ketika musim hujan, cuaca seringkali mendung

ditandai dengan penurunan suhu rata-rata harian dengan nilai

minimum 14˚C dan maksimum 24˚C. Saat sedang musim kemarau,

cuaca akan cerah ditandai dengan nilai suhu yang konstan pada 23˚-

25˚ Celcius.

Kelurahan Cibunigeulis termasuk pada iklim tropis dengan

ciri ciri panas dan lembab sepanjang tahun. Musim hanya terdiri dari

musim kemarau dan musim hujan dengan suhu udara hampir sama

setiap hari. Hutan hujan yang hijau tumbuh di Kelurahan Bungursari

pada tempat-tempat bervegetasi yang belum ditebang masyarakat.

Iklim lokal dapat diketahui dengan menghitung data curah

hujan berdasar klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson. Schmidt dan

Ferguson membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada

tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut :

rata−rata bulan kering (Md)


Q= x 100
rata−rata bulan basah (Mw)

Keterangan :
Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)

Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan antara

jumlah bulan kering dibagi dengan jumlah tahun

pengamatan.

Md = Jumlah bulan kering/ Tahun Pengamatan


68

Mw = mean (rata-rata bulan basah, yaitu perbandingan antara

jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun

pengamatan.

Mw = Jumlah bulan basah/ Tahun Pengamatan

Bulan basah memiliki curah hujan > 100 mm, bulan kering

memiliki curah hujan < 60 mm dan bulan lembab memiliki curah

hujan 60-100 mm. Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson

membagi iklim tropis sesuai hasil persentase dari nilai Q. Iklim di

Kelurahan Cibunigeulis dapat dihitung dengan menggunakan data

curah hujan tahunan yang ada di Kelurahan Bungursari. Klasifikasi

iklim Schmidt dan Ferguson berdasar nilai Q tersaji pada Tabel 4.1

berikut :

Tabel 4.1
Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson

Nilai Q Iklim Keterangan


0,0-14,3% A Sangat basah
14,4-33,3% B Basah
33,4-60,0% C Agak basah
61,0-100,0% D Sedang
101,0-167,0% E Agak kering
168,0-300,0% F Kering
301,0-700,0% G Sangat kering
>700,0% H Luar biasa kering
Sumber: Ariffin (2019)

Berikut adalah Tabel curah hujan Kecamatan Bungursari

selama 10 tahun terakhir tersaji pada Tabel 4.2 sebagai berikut :


69

Tabel 4.2
Curah Hujan Kecamatan Bungursari

Curah Hujan (mm)


Bulan
2007 2008 2009 2011 2012 2013 2015 2016 2017 2018
Jan 342 132 447 154 306 285 23 247 546 130
Feb 413 279 439 208 263 366 429 544 498 499
Mar 227 468 428 273 275 456 320 557 198 330
Apr 378 314 126 236 297 367 253 206 453 203
Mei 230 160 248 373 63 501 74 252 204 220
Juni 221 21 40 67 24 165 46 148 113 105
Juli 28 11 117 155 10 0 5 208 46 1
Agust 7 20 2 0 3 16 0 245 11 7
Sept 7 50 36 6 0 40 0 422 165 62
Okto 314 334 272 235 221 133 0 278 387 68
Nov 346 624 367 343 426 0 302 558 466 310
Des 224 278 193 244 453 0 223 226 316 183
Jumlah 2737 2691 2715 2294 2341 2329 1675 3891 3403 2118
Rata-rata 228 225 227 192 196 195 140 325 284 177
Bulan
3 4 3 2 4 5 6 0 2 2
kering
Bulan
9 8 9 9 7 7 5 12 10 8
basah
Bulan
0 0 0 1 1 0 1 0 0 2
lembab
Sumber: Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Citanduy 2007-2018,
Diolah Kembali oleh Nurohmah (2019)

Berdasarkan data curah hujan Kecamatan Bungursari selama

10 tahun terakhir dari tahun 2007-2018, iklim di Kecamatan

Bungursari dapat dicari dengan rumus persamaan Schmidt dan

Ferguson. Iklim tahunan Schmidt dan Ferguson di Kelurahan

Cibunigeulis cukup bervaruasi selama 10 tahun terakhir, terbagi

dalam beberapa kategori yaitu dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai

berikut :
70

Tabel 4.3
Iklim Tahunan Kelurahan Cibunigeulis

Nilai Q
Tahun Md/Mwx Iklim Keterangan
100%
2007 33,3% B Basah
2008 50,0% C Agak Basah
2009 33,3% B Basah
2011 22,2% B Basah
2012 57,1% C Agak Basah
2013 71,4% D Sedang
2015 120,0% E Agak Kering
2016 0,0% A Sangat Basah
2017 20,0% B Basah
2018 25,0% B Basah
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Iklim tahunan Kelurahan Cibunigeulis selama 10 tahun

terakhir menunjukkan variasi yang cukup signifikan. Pada tahun

2015 adalah tahun terparah karena memasuki iklim E atau kering,

namun pada tahun 2016 berada pada level maksimal yaitu iklim A

atau sangat basah. Rata-rata iklim berada pada iklim B dan C.

perhitungan yang lebih akurat mengenai iklim di Kelurahan

Cibunigeulis selama 10 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Md = jumlah bulan kering/ tahun pengamatan

= 31/10

= 3,1

Mw = jumlah bulan basah/ tahun pengamatan

= 84/10

= 8,4
71

Q = Md/Mw x 100%

= 3,1/8,4 x 100%

= 36,9 %

Berdasarkan hasil perhitungan Schmidt dan Ferguson,

didapatkan bahwa nilai Q di Kelurahan Cibunigeulis sebesar 36,9%.

Nilai ini termasuk dalam kategori iklim C artinya agak basah.

Kelurahan Cibunigeulis memiliki iklim C selama 10 tahun terakhir

dan menunjukkan keadaan iklim yang agak basah. Grafik curah

hujan tersaji pada Gambar 4.7 sebagai berikut:

Sumber: Rahman (2018), Diolah Kembali oleh Nurohmah


(2019)
Gambar 4.7
Grafik curah hujan Kelurahan Cibunigeulis
72

d. Kondisi Hidrologis

Kelurahan Cibunigeulis merupakan wilayah yang masih

memiliki ciri fisik pedesaan meskipun berada di wilayah

administratif kota. Sumber air terdiri dari air tanah dan air

permukaan. Dalam memenuhi kebutuhan air, masyarakat Kelurahan

Cibunigeulis menggunakan air permukaan untuk dipakai. Air

permukaan tersebut sebenarnya berasal dari air tanah di perbukitan

sekitar namun muncul ke permukaan sebagai mata air. Daftar

sumber mata air yang ada di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada

Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.4
Daftar Sumber Daya Air di Kelurahan Cibunigeulis

Nama Sumber Daya Air Lokasi


Leuwikidang Leuwikidang RT/RW 03/02
Gunung Muncang Gunung Muncang RT/RW 01/05
Cihejo Cihejo RT/RW 04/05
Gunung Cariu Cayur Gunung Cariu RT/RW 01/06
Gunung Cariu Gunung Cariu RT/RW 02/06
Legok Nangka Legok Nangka RT/RW 03/06
Gunung Kokosan Gunung Kokosan RT/RW 04/06
Ranca Cihideung Ranca Cihideung RT/RW 03/07
Gunung Goong Gunung Goong RT/RW 02/08
Ranca Sengang Ranca Sengang RT/RW 05/08
Sumber : Data Rencana Pembangunan Kelurahan Cibunigeulis
2018, Diolah Kembali oleh Nurohmah (2019)

Wilayah perbukitan di Kelurahan Cibunigeulis dapat

menjadi catchment area ketika hujan. Kelurahan Cibunigeulis juga

belum terlalu padat penduduk sehingga penyerapan air dapat

maksimal dan hanya sedikit yang menjadi run off. Melihat data

curah hujan selama 10 tahun terakhir, Kelurahan Cibunigeulis


73

termasuk dalam iklim agak basah dengan rata-rata curah hujan lebih

dari 100 mm setiap tahunnya.

Curah hujan yang tinggi, wilayah catchment area yang

masih terjaga serta sedikitnya pemukiman penduduk membuat

Kelurahan Cibunigeulis memiliki sumber air yang banyak karena

penyerapan air terjadi secara maksimal. Hal ini menjadi faktor

pendukung utama kegiatan perikanan di Kelurahan Cibunigeulis,

sehingga kelestarian sistem hidrologis perlu dijaga.

e. Kondisi Tanah

Kondisi tanah di Kelurahan Cibunigeulis tidak bisa

dilepaskan dari kondisi geologi Kota Tasikmalaya karena tanah

adalah batuan yang melapuk. Kelurahan Cibunigeulis secara litologi

terbentuk dari batuan-batuan dan abu Gunung Galunggung. Jenis

tanah yang mendominasi permukaan di Kelurahan Cibunigeulis

adalah tanah regosol kelabu, litosol berwarna coklat dan latosol

coklat kemerah-merahan. Kedalaman efektif tanah berada pada

kisahan 30-90 cm.

Tanah regosol terdapat di wilayah yang bergelombang

hingga dataran tinggi. Kelurahan Cibunigeulis adalah wilayah

bergelombang. Keadaan tanah regosol di Kelurahan Cibunigeulis

memiliki struktur lepas dengan tekstur pasir sampai berlempung

dengan warna tanah coklat.


74

Tanah latosol memiliki kesuburan yang rendah karena

kandungan zat hara yang rendah. Tanah latosol di Kelurahan

Cibunigeulis memiliki pH antara 4 sampai 6. Tanah latosol berwarna

merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Jika lahan dengan tanah

latosol akan dimanfaatkan, maka masyarakat menambahkan kapur

agar pH tanah stabil. Tanah latosol di Kelurahan Cibunigeulis

ditumbuhi pohon kelapa karena pohon kelapa mampu beradaptasi

dengan tanah latosol.

Tanah litosol adalah tanah yang peka terhadap erosi. Tanah

ini cocok untuk tanaman yang keras seperti palawija. Tanah ini

rentan terhadap erosi karena masih muda sehingga ketebalannya

tipis. Di Kelurahan Cibunigeulis tanah ini banyak terdapat di

pematang sawah yang ditumbuhi pohon-pohon kelapa dan bambu.

Tanah aluvial juga dapat ditemui di Kelurahan Cibunigeulis

yaitu di tempat air mengalir yang berasal dari sungai-sungai atau

mata air. Hal ini karena tanah-tanah tersebut merupakan tanah

endapan yang terbawa dari hulu mata air ke hilir. Bahkan di kolam-

kolam akan banyak ditemui tanah aluvial bertekstur lempung.

f. Penggunaan Lahan

Sumberdaya lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri

atas iklim, topografi, hidrologi dan vegetasi dan kehidupan sosial.

Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari memiliki luas lahan

352 Ha. Penggunaan lahan di Kelurahan Cibunigeulis cukup


75

bervariasi yaitu digunakan untuk pemukiman, pekarangan,

perkantoran, kuburan, prasarana dan sarana, pertanian dan

perikanan. Data secara rinci penggunaan lahan di Kelurahan

Cibunigeulis tersaji pada Tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5
Penggunaan Lahan di Kelurahan Cibunigeulis

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) %


1 Pemukiman 70 19,88
2 Pekarangan 37 10,51
3 Perkantoran 2 0,56
4 Kuburan 1 0,28
5 Sarana dan Prasarana 11 3,12
6 Pertanian 230 65,34
Jumlah 352 100
Sumber: Rencana Pembangunan Tahunan Kelurahan Cibunigeulis
2018, Diolah Kembali oleh Nurohmah (2019)

Peggunaan lahan di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada

Gambar 4.8 sebagai berikut :

Pemukiman
20%
Pekarangan
10%
Perkantoran
Pertanian 1%
66% Kuburan
0%
Sarana dan
Prasarana
3%

Sumber: Pengolahan Data (2019)


Gambar 4.8
Diagram Penggunaan Lahan di Kelurahan Cibunigeulis
76

Berdasarkan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.8, sebagian besar

lahan digunakan masyarakat untuk pertanian termasuk di dalamnya

untuk kegiatan perikanan yaitu seluas 230 Ha atau 65% dari luas

lahan. Penduduk di Kelurahan Cibunigeulis masih sedikit sehingga

tidak terlalu menggunakan banyak lahan yaitu sekitar 70 Ha atau

19,8% dari luas lahan. Lahan yang digunakan untuk pekarangan

seluas 37 Ha atau 10,5%, kemudian disusul untuk penggunaan

sarana dan prasarana seluas 11 Ha atau 3,12%, perkantoran 2 Ha

atau 0,56% dan untuk penggunaan makam atau kuburan seluas 1 Ha

atau 0,28%. Penggunaan yang belum ada yaitu untuk taman, dan

sebagian besar lahan masih belum termanfaatkan secara maksimal.

3. Kondisi Demografi dan Sosial

a. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Penduduk adalah orang yang tinggal di suatu tempat dan

menetap dalam jangka waktu yang lama. Penduduk Kelurahan

Cibunigeulis berjumlah 5.982 terdiri dari 2.978 laki-laki dan 3.004

perempuan. Penduduk terdiri dari berbagai kelompok usia dari usia

0 tahun sampai usia lebih dari 75 tahun.

Pengelompokan penduduk berdasar usia dibagi menjadi 16

kelompok usia dengan interval usia 5 tahun. Setiap kelompok usia

juga disertai pengelompokan berdasarkan jenis kelamin. Kelompok

penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kelurahan

Cibunigeulis dapat di lihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut :


77

Tabel 4.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di
Kelurahan Cibunigeulis

Kelompok Jenis Kelamin


Persentase
No Usia Laki- Jumlah
Perempuan (%)
(Tahun) Laki
1 0-4 171 186 357 5,96
2 5-9 185 177 362 6,05
3 10-14 175 205 380 6,35
4 15-19 214 219 433 7,23
5 20-24 212 223 435 7,27
6 25-29 224 230 454 7,58
7 30-34 226 243 469 7,84
8 35-39 222 226 448 7,48
9 40-44 227 211 438 7,32
10 45-49 226 235 461 7,70
11 50-54 237 223 460 7,68
12 55-59 191 203 394 6,58
13 60-64 174 166 340 5,68
14 65-69 151 130 281 4,69
15 70-74 103 94 197 3,29
16 ≥75 40 33 73 1,22
Jumlah 2.978 3.004 5.982 100
Sumber: Profil Kecamatan Bungursari (2018)

Berdasarkan Tabel 4.6 usia balita hanya berjumlah 5,9%, usia

5-9 tahun dan 10-14 tahun mencapai 6,6%, sedangkan untuk

kelompok usia dari mulai 15 tahun sampai 54 tahun rata-rata

mencapai 7%. Kelompok usia 60-64 tahun mencapai 5,6%, usia 65-

69 mencapai 4,6% , usia 70-74 tahun mencapai 3%, dan lebih dari

75 tahun mencapai 1% dari jumlah penduduk.

Diagram mengenai kelompok penduduk berdasarkan usia dan

jenis kelamin di Kelurahan Cibunigeulis dapat di lihat pada Gambar

4.9 sebagai berikut :


78

300

250

200

150

100

50

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Pengolahan Data, 2019


Gambar 4.9
Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan
Jenis Kelamin di Kelurahan Cibunigeulis

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.9 dapat diketahui

bahwa Kelurahan Cibunigeulis didominasi oleh kelompok usia 30-

34 untuk jenis kelamin perempuan dan didominasi oleh usia 50-54

untuk jenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan, Kelurahan

Cibunigeulis memiliki kelompok usia dewasa yang lebih banyak

dibandingkan usia anak-anak. Artinya kelurahan Cibunigeulis

memiliki kelajuan angka kelahiran yang tidak terlalu tinggi.

Kelurahan Cibunigeulis juga memiliki banyak masyarakat yang

berusia lanjut. Usia 65 tahun ke atas sebanyak 551 orang.

Data jumlah penduduk perempuan dan laki-laki di

Kelurahan Cibunigeulis dapat digunakan untuk menghitung sex


79

ratio. Sex ratio adalah perbandingan penduduk menurut jenis

kelamin. Cara menghitung sex ratio adalah sebagai berikut

Jumlah Penduduk Laki−Laki


Sex Ratio = Jumlah Penduduk Perempuanx 100

2.978
Sex Ratio = x 100
3.004

Sex Ratio = 99,1 atau 99 orang

Sex ratio Kelurahan Cibunigeulis menghasilkan 99 orang

artinya terdapat 99 laki-laki untuk setiap 100 perempuan yang ada

di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari.

Adapun untuk mengetahui angka beban ketergantungan

(depedency ratio) berdasarkan Tabel 4.6 maka dapat dihitung

dengan mengoperasikan jumlah kelompok yang belum produktif (0-

14 tahun), kelompok produktif (15-64 tahun) dan kelompok tidak

produktif (65 tahun ke atas) dengan persamaan sebagai berikut :

ΣP(0−14)+𝛴𝑃(65+)
Dependency Ratio = x 100
𝛴𝑃 (15−64)

Keterangan :

Dependency Ratio = rasio beban tanggungan

𝜮P (0-14) = Jumlah penduduk usia 0-14 tahun

𝜮P (65+) = Jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas

𝜮P (15-64) = Jumlah penduduk usia 15-64 (usia produktif)

Berdasarkan persamaan di atas, maka tingkat beban

ketergantungan usia non produktif pada usia produktif dapat

dihitung sebagai berikut :


80

1.650
Dependency Ratio = x 100 = 38 orang
4.332

Artinya setiap 100 orang berusia produktif harus

menanggung 38 orang berusia non produktif.

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan

luas wilayah. Terdapat beberapa pengelompokkan lagi atas dasar

klasifikasi penduduk berdasar mata pencaharian (petani) dan

berdasarkan luas lahan pertanian menghasilkan perhitungan

kepadatan penduduk kasar, kepadatan penduduk fisiologis dan

kepadatan penduduk agraris.

1) Kepadatan Penduduk Kasar

Kepadatan penduduk kasar adalah semua jumlah

penduduk persatuan luas wilayah tanpa melihat apakah wilayah

tersebut subur atau tandus. Rumus yang digunakan untuk

menghitung kepadatan penduduk kasar adalah sebagai berikut :

Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk Kasar=
Luas Wilayah (km2)

5.982
Kepadatan Penduduk Kasar= = 171 orang per km2
35 km2

Artinya terdapat 171 orang dalam setiap kilometer perseginya.

2) Kepadatan Penduduk Fisiologis

Kepadatan penduduk fisiologis adalah perbandingan

antara jumlah penduduk dengan luas lahan pertanian yang


81

dimiliki. Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan

penduduk fisiologis adalah sebagai berikut :

Jumlah Penduduk
KPF=
Luas Lahan Pertanian (km2)

5.982 jiwa
Kepadatan Penduduk Fisiologis= = 26
230 Ha

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kepadatan

fisiologis di Kelurahan Cibunigeulis adalah 26 orang. Artinya

setiap satu hektar lahan pertanian digarap oleh 26 orang.

3) Kepadatan Penduduk Agraris

Kepadatan penduduk agraris adalah perbandingan antara

jumlah petani pada suatu wilayah terhadap luas lahan pertanian

yang ada. Rumus yang digunakan untuk menghitung kepadatan

penduduk agraris adalah sebagai berikut :

Jumlah Petani
Kepadatan Penduduk Agraris =
Luas Lahan Pertanian (km2)

357 jiwa
Kepadatan Penduduk Agraris = = 1,55 atau 2 orang
230 Ha

Artinya terdapat 2 orang petani dalam setiap 1 hektar

lahan pertanian di Kelurahan Cibunigeulis.

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan bermanfaat untuk mendidik manusia menjadi

orang yang berilmu. Orang pergi bersekolah tidak mengetahui apa-

apa. Setelah sekolah, orang-orang tumbuh menjadi orang yang

berilmu, berwawasan luas, cerdas dan bermutu. Di sekolah akan


82

ditanamkan teori-teori yang tidak dipelajari di rumah. Lewat

pendidikan pula dapat melahirkan cita-cita.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan sangat

penting diketahui karna pendidikan mencerminkan pola pikir,

kebudayaan yang ada, serta kemajuan dari suatu wilayah. Tingkat

Pendidikan di Kelurahan Cibunigeulis juga penting diketahui

sebagai perencanaan pembangunan di bidang pendidikan.

Data komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

tersaji pada Tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Kelurahan Cibunigeulis

Persentase
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(%)
1 Tidak Pernah Sekolah
46 0,76
(Usia 7-56 Tahun)
2 Belum Sekolah 212 3.54
3 Sedang Sekolah 861 14,39
(Usia 7-18 Tahun)
4 Tidak Tamat SD 73 1,22
5 Tamat SD/Sederajat 1.938 32.39
6 Tamat SMP/Sederajat 1.623 27,13
7 Tamat SMA/ Sederajat 909 15,19
8 Tamat D1 150 2,50
9 Tamat D2 117 1,95
10 Tamat D3 30 0,50
11 Tamat S1 20 0,33
12 Tamat S2 3 0,05
Jumlah 5982 100
Sumber: Profil Kecamatan Bungursari (2018)

Data komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

tersaji pada Gambar 4.10 sebagai berikut :


83

Tidak Pernah
Tamat S1 Sekolah (Usia
7-56 Tahun)
Tamat S2
Tamat D3

Tamat D2 Belum Sedang


Tamat D1 Sekolah Sekolah
Tamat SMA/
Sederajat Tidak Tamat
SD
Tamat
SD/Sederajat

Tamat
SMP/Sederaj
at
Sumber: Pengolahan Data (2019)
Gambar 4.10
Diagram Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Kelurahan Cibunigeulis

Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.10 dapat diketahui

bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Cibunigeulis didominasi

oleh masyaarakat tamat SD/sederajat sebanyak 1.938 orang atau

32,39%, kemudian diposisi kedua didominasi oleh tamatan

SMP/sederajat 1.623 orang atau 27,13%. Tamat SMA/sederajat

sebanyak 909 orang atau 15,19%, tamat D1 sebanyak 150 orang atau

2,50%, tamat D2 sebanyak 117 orang atau 1,95%, D3 sebanyak 30

orang atau 0,50%, tamat S1 sebanyak 20 orang atau 0,33 % dan

tamat S2 sebanyak 3 orang atau 0,05%.

Di Kelurahan Cibunigeulis terdapat masyarakat yang tidak

pernah mengenyam pendidikan sama sekali yaitu sebanyak 46 orang

atau 0,76%. Adapun masyarakat yang pernah SD namun tidak

menyelesaikan masa studinya adalah sebanyak 73 orang atau 1,22%.

Penduduk muda usia 7-18 tahun yang sedang mengenyam


84

pendidikan adalah sebanyak 861 orang atau 14,39%. Anak-anak

yang belum memasuki usia sekolah adalah sebanyak 212 orang atau

3,54%.

Keadaan pendidikan di Kelurahan Cibunigeulis masih

rendah karena didominasi oleh tamatan SD dan SMP. Jumlah

tamatan SD adalah dua kali lipat dari tamatan SMA. Sedangkan

untuk strata tertinggi yang ada di Kelurahan Cibunigeulis yaitu S2

hanya berjumlah 3 orang.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kecepatan

perkembangan dan pembangunan di Kelurahan Cibunigeulis, karena

masyarakat bertindak sesuai pola pikir. Pola pikir yang dimiliki

masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis dipengaruhi oleh ilmu yang

di dapat dari pendidikan, maka dari itu pendidikan harus terus

mendapat perhatian agar minat sekolah tinggi dan perkembangan

wilayah bisa dipercepat.

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan adalah sumber nafkah utama dalam memenuhi

kebutuhan hidup. Sumber pekerjaan yang ada di Kelurahan

Cibunigeulis tidak terlalu beragam. Jenis pekerjaan terdiri dari PNS,

POLRI, TNI, petani, butuh tani, pengrajin, pedagang keliling,

karyawan, pembudidaya ikan, pembantu, industri kecil dan buruh.

Data mengenai pekerjaan masyarakat kelurahan Cibunigeulis tersaji

pada Tabel 4.8 sebagai berikut :


85

Tabel 4.8
Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Cibunigeulis

Jumlah
No Mata Pencaharian Persentase (%)
(orang)
1 PNS 35 0,58
2 TNI 2 0,03
3 Petani 1.200 20,06
4 Buruh Tani 3.600 60,18
5 Pengrajin 125 2,08
6 Pedagang Keliling 110 1,83
7 Peternak 49 0,81
8 Perawat 18 0,30
9 Pembantu 2 0,03
Pensiunan PNS/ TNI/
10 3 0,05
POLRI
Pengusaha Kecil dan
11 4 0,06
Menengah
Jasa Pengobatan
12 2 0,03
Alternatif
13 Karyawan Swasta 103 1,72
14 Pembudi Daya Ikan 129 2,15
15 Pengolah Ikan 11 0,18
16 Belum Bekerja 689 11,51
Jumlah 5.982 100
Sumber: Profil Kecamatan Bungursari (2018)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pekerjaan

masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis sangat beragam. Untuk

pekerjaan di bidang jasa terdiri dari Pegawai Negeri Sipil berjumlah

35 orang atau 0,35%, perawat berjumlah 18 orang atau 0,30%,

pensiunan PNS/TNI/POLRI sebanyak 3 orang atau 0.05%, TNI

berjumlah 2 orang atau 0,03%, jasa pengobatan alternatif sebanyak

2 orang atau 0,03% dan pembantu sebanyak 2 orang atau 0,03%.

Diagram pekerjaan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 4.11

sebagai berikut :
86

Belum Bekerja 11,51%


Pengolah Ikan 0,18%
Pembudi Daya Ikan 2,15%
Karyawan Swasta 1,72%
Jasa Pengobatan Alternatif 0,03%
Pengusaha Kecil dan Menengah 0,06%
Pensiunan PNS/ TNI/ POLRI 0,05%
Pembantu 0,03%
Perawat 0,30%
Peternak 0,81%
Pedagang Keliling 1,83%
Pengrajin 2,08%
Buruh Tani 60,18%
Petani 20,06%
TNI 0,03%
PNS 0,58%
0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Sales

Sumber: Pengolahan Data (2019)


Gambar 4.11
Diagram Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Cibunigeulis

Masyarakat dengan pekerjaan sebagai pengrajin sebanyak

125 orang atau 2,08%, pedagang keliling sebanyak 110 orang atau

1,83%, wirausaha terdiri dari karyawan swasta sebanyak 103 orang

atau 1,72%, pengolah ikan sebanyak 11 orang atau 0,15% dan

pengusaha kecil dan menengah sebanyak 4 orang atau 0,06%.

Masyarakat Kelurahan Cibunigeulis yang bekerja di sektor

primer yaitu pertanian, perikanan dan peternakan sangat

mendominasi dibandingkan sektor lainnya. Masyarakat yang

bekerja sebagai buruh tani sebanyak 3.600 orang atau 60,18%,

petani sebanyak 1.200 orang atau 20,06%, masyarakat yang belum

bekerja sebanyak 689 orang atau 11,51% terdiri dari masyarakat usia
87

sekolah dan tidak bekerja, pembudi daya ikan sebanyak 129 orang

atau 2,15% dan peternak sebanyak 49 orang atau 0,81 %.

4. Kondisi Sarana dan Prasarana

a. Fasilitas Sosial

Fasilitas sosial adalah sekolah, rumah sakit, jalan, saluran

irigasi dan lainnya yang dibutuhkan masyarakat yang biasanya hasil

pembangunan pemerintah dengan menggunakan dana pajak

(Juddiseno, 2004:18). Fasilitas sosial membantu memenuhi

kebutuhan masyarakat agar hidup secara layak dari segi kesehatan,

pendidikan dan peribadatan. Berikut daftar fasilitas sosial yang ada

di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada Tabel 4.9 sebagai berikut :

Tabel 4.9
Fasilitas Sosial di Kelurahan Cibungeulis

No Fasilitas Sosial Jumlah Unit


1 PAUD 7
2 TK 5
3 SD/MI 4
4 SMP/Tsanawiyah 1
5 SMA/SMK/MA 1
6 Pustu 1
7 Posyandu 12
8 Pos KB 1
9 Koperasi 1
Sumber: Rencana Pembangunan Tahunan Kelurahan Cibunigeulis
(2019)
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa Kelurahan

Cibunigeulis dari segi fasilitas pendidikan memiliki 7 PAUD, 5 TK,

4 SD/MI, 1 SMP/MTS, 1 SMA. Dari segi pendidikan wajib, hal ini

telah mencukupi. Dari segi fasilitas kesehatan, Kelurahan


88

Cibunigeulis memiliki 1 pustu, 12 Posyandu dan 1 pos KB. Dari segi

fasilitas ekonomi, masyarakat Kelurahan Cibunigeulis hanya

memiliki 1 koperasi. Masyarakat Kelurahan Cibunigeulis tidak

memiliki pasar dan minimarket sehingga untuk memenuhi

kebutuhan harus pergi ke Pasar Cikurubuk. Begitupun dalam

menjual hasil produksi kadang pergi ke Pasar Cikurubuk. Keadaan

irigasi di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada Tabel 4.10 sebagai

berikut :

Tabel 4.10
Irigasi di Kelurahan Bungursari

No Jenis Irigasi Panjang (Ha)


1 Irigasi Semi Teknis 71,33
2 Irigasi Desa 29,23
3 Tadah Hujan 31,31
Sumber: Rencana Pembangunan Tahunan Kelurahan Cibunigeulis
Diolah (2019)
Kelurahan Cibunigeulis dalam mengelola sumber daya air

telah memiliki irigasi yang baik dan memenuhi kebutuhan

masyarakat. Meskipun begitu, pengembangan irigasi dari semi

teknis ke teknis tetap perlu dilakukan mengingat potensi pertanian

dan perikanan yang sangat baik. Irigasi semi teknis memiliki

panjang 71,33 Ha, irigasi tadah hujan memiliki panjang seluas 31,31

Ha dan irigasi desa memiliki panjang 29,23 Ha,.

Kelurahan Cibunigeulis memiliki beberapa lembaga

kemasyarakatan. Lembaga kemasyarakatan yang ada di Kelurahan

Cibunigeulis tersaji pada Tabel 4.11 berikut :


89

Tabel 4.11
Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan Cibunigeulis

No Lembaga Kemasyarakatan Jumlah


1 PKK 1
2 Gapoktan 2
3 Karang Taruna 1
4 LPM 1
5 BKM 1
6 PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) 1
FKPM (Forum Kemitraan Polisi
7 1
Masyarakat)
Sumber: Rencana Pembangunan Tahunan Kelurahan Cibunigeulis
Diolah (2019)
Terdapat 1 orang PSM (Pekerja Sosial Masyarakat) di

Kelurahan Cibunigeulis. Hal ini merupakan tindakan positif karena

PSM merupakan warga yang secara sukarela mengabdi di Kelurahan

Cibunigeulis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. LPM

(Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) adalah kelanjutan dari PSM,

seorang PSM melaksanakan program-program yang diwadahi oleh

PSM. Kelurahan Cibunigeulis juga memiliki 1 Badan Keswadayaan

Masyarakat yang berperan untuk mengambil keputusan dan

perumusan kebijakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

Jumlah penduduk berdasarkan komposisi usia menunjukkan

bahwa Kelurahan Cibunigeulis memiliki kelompok usia 15-25

sebanyak 1200 orang, maka untuk menyampaikan aspirasi generasi

muda dibentuklah karang taruna. Selain itu, karang taruna juga

menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan sosial bagi

generasi muda di Kelurahan Cibunigeulis.


90

Lahan pertanian yang luas serta jumlah petani yang banyak

di Kelurahan Cibuigeulis telah melahirkan organisasi Gapoktan

(Gabungan Kelompok Tani), kelompok-kelompok tani dari setiap

satuan RW di Kelurahan Cibunigeulis bersatu dalam Gapoktan. Hal

ini sangat bermanfaat ketika penyuluhan karena penyuluh hanya

perlu mengkomunikasikannya kepada ketua setiap kelompok,

kemudian berkumpul bersama membicarakan permasalahan

pertanian yang ada di Kelurahan Cibunigeulis serta dicari solusinya

bersama-sama.

FPKM (Forum Kemitraan Polisi Masyarakat) adalah

lembaga yang menghubungkan polisi dengan masyarakat Kelurahan

Cibunigeulis. Kelurahan Cibunigeulis juga sangat mendukung peran

wanita dalam pembangunan, hal ini dibuktikan dengan adanya PKK

(Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).

b. Sarana dan Prasarana Transportasi

Transportasi merupakan pemindahan manusia atau barang

dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan wahana

yang digerakan manusia atau mesin. Kelurahan Cibunigeulis

memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik, namun akses ke

Kelurahan Cibunigeulis dari segi kendaraan umum cukup sulit jika

tidak memiliki kendaraan pribadi. Hal ini karena angkutan umum

hanya melewati Jalan Mangin dan tidak memasuki kampung.


91

1) Jalan

Kondisi prasarana berupa jalan di Kelurahan

Cibunigeulis sangat baik. Namun untuk penerangan masih

sangat kurang. Di malam hari jalan akan gelap. Kondisi

prasarana transportasi di Kelurahan Cibunigeulis dapat dilihat

pada Gambar 4.12 sebagai berikut :

Sumber: Foto Dokumentasi Penelitian (2019)


Gambar 4.12
Kondisi Prasarana Jalan di Kelurahan Cibunigeulis

Akses Kelurahan Cibunigeulis dari pusat Kota Tasik

dapat ditempuh lewat Jalan Galunggung dan Jalan Mangin.

Kantor Kelurahan Cibunigeulis kurang lebih berjarak 800 meter

dari perempatan Leuwikidang.


92

2) Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang dapat digunakan untuk

mengakses Kelurahan Cibungeulis adalah kendaraan roda dua

dan roda empat seperti motor, mobil dan angkutan umum.

Angkutan umum yang melewati Kelurahan Cibunigeulis adalah

angkutan umum nomor 013 Kota Tasikmalaya. Kendaraan milik

warga di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada Gambar 4.13

sebagai berikut :

Sumber: Foto Dokumentasi Penelitian (2019)


Gambar 4.13
Sarana Transportasi di Kelurahan Cibunigeulis

c. Sarana dan Prasarana Ekonomi

Sarana dan Prasarana ekonomi merupakan fasilitas yang

dapat menunjang aktivitas perekonomian di Kelurahan

Cibunigeulis, baik secara langsung maupun tidak langsung.


93

Kelurahan Cibunigeulis memiliki beberapa sarana dan prasarana

ekonomi tersaji pada Tabel 4.12 sebagai berikut.

Tabel 4.12
Fasilitas Perekonomian di Kelurahan Cibunigeulis

No Sarana Perekonomian Jumlah Persentase (%)


1 Home Industry 6 21,43
2 Warung 20 71,43
3 Warung Nasi 2 7,14
Jumlah 28 100
Sumber: Rencana Pembangunan Tahunan Kelurahan Cibunigeulis
(2019)
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa Kelurahan

Cibunigeulis memiliki 20 warung serta 2 warung nasi yang terletak

di perempatan Leuewikidang dan Ubrug. Kelurahan Cibunigeulis

juga memiliki 6 home industry yaitu terdiri dari industri pembuatan

sepatu, industri pembuatan keripik tempe, pengrajin pigura,

pengrajin kusen, pengrajin tas dan pembuat terasi.

Masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis dalam memenuhi

kebutuhan sehari-hari harus membeli di pasar induk yaitu di Pasar

Cikurubuk yang ada di Kecamatan Mangkubumi. Namun beberapa

fasilitas perekonomian seperti ATM dan minimarket terdekat juga

dapat dijumpai di Kelurahan Bantarsari atau Kelurahan Bungursari

yang masih berada di Kecamatan Bungursari.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian berisi penjelasan secara sistematis

mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Hasil

observasi lapangan, pengisian instrumen penelitian berupa kuesioner


94

bersifat tertutup dan semi terbuka dengan teknik wawancara kepada setiap

pembudi daya ikan, pengolah ikan serta pekerja yang bekerja kepada

pembudi daya ikan dan orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan

perikanan seperti penyuluh ikan.

Data dianalisis menggunakan teknik analisis sederhana yang berisi

frekuensi absolut (frekuensi) dan frekuensi relatif (persentase). Hasil

analisis akan ditampilkan menggunakan tabel, grafik dan gambar. Sebelum

mendeskripsikan hasil, akan dideskripsikan terlebih dahulu mengenai

karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

dan jumlah tanggungan anggota keluarga.

1. Karakteristik Responden di Kelurahan Cibunigeulis

Responden dalam penelitian ini terdiri dari pembudi daya ikan

berjumlah 30 orang, pekerja di pembudi daya ikan sebanyak 8 orang dan

pengolah ikan sebanyak 3 orang. Penjelasan mengenai karakteristik

responden adalah sebagai berikut :

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia menjelaskan

pengelompokan responden berdasarkan rentang usia tertentu.

Deskripsi berdasarkan usia dapat berguna untuk mengetahui jumlah

usia produktif dan non produktif yang aktif di bidang perikanan air

tawar di Kelurahan Cibunigeulis. Karakterisrik responden

berdasarkan usia tersaji pada Tabel 4.13 sebagai berikut :


95

Tabel 4.13
Karakterisrik Responden Berdasarkan Usia

Pekerja
Pembudi di Pengolah
Kelompok Jumlah
No Daya Ikan Pembudi Ikan
Usia
Daya Ikan
F % F % F % F %
1 11-20 - - 1 12,50 - - 1 2,43
2 21-30 1 3,34 - - - - 1 2,43
3 31-40 5 16,67 1 12,50 - 6 14,63
4 41-50 7 23,34 3 37,50 3 100 10 24,39
5 51-60 6 20,00 1 12,50 - 7 17,07
6 61-70 9 30,00 2 25,00 - - 11 26,82
7 71-80 2 6,67 - - - - 2 4,87
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Karakterisrik responden berdasarkan usia tersaji pada Gambar

4.14 sebagai berikut :

71-80 11--20
5% 3%
21-30
3%

61-70 31-40
29% 16%

41-50
26%
51-60
18%
11--20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.14
Diagram Karakterisrik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.14 dapat diketahui

bahwa pembudi daya ikan dilakukan oleh masyarakat berusia


96

produktif dan non produktif. Sebanyak 30% atau 9 orang berada

dalam rentang usia 61-70. Artinya perikanan di Kelurahan

Cibunigeulis ternyata didominasi oleh masyarakat yang berusia non

produktif (usia > 65). Kemudian disusul oleh kelompok usia 41-50

sebanyak 7 orang atau 23,34%, kelompok usia 51-60 sebanyak 6

orang atau 20%, kelompok usia 31-40 sebanyak 5 orang atau

16,67% kelompok usia 71-80 sebanyak 2 orang atau 6,67% dan

kelompok usia 21-30 sebanyak 1 orang 3,34%.

Masyarakat berusia muda rentang 21-30 hanya sedikit yang

menjadi pembudi daya ikan. Pembudi daya ikan didominasi oleh

masyarakat berusia 40 tahun ke atas khususnya rentang usia 61-70.

Biasanya pembudi daya berusia tua ini adalah mereka yang sudah

tidak bekerja lagi di sektor utama mereka sebelumnya, kemudian

memanfaatkan lahan dan mengisi waktu. Namun dengan adanya

bimbingan dari penyuluh perikanan, mereka menjadikan sektor

perikanan sebagai pekerjaan utama.

Berdasarkan Tabel 4.13 dan Gambar 4.14 dapat diketahui usia

pekerja di pembud daya ikan yaitu pada kelompok usia 41-50

sebanyak 3 orang atau mencapai 37,50%, kelompok usia 61-70

sebanyak 2 orang atau mencapai 25%, kelompok usia 11-20, 31-40,

51-60 masing-masing sebanyak 1 orang atau mencapai 12,50%.

Pengolah ikan berada pada rentang usia 41-50 sebanyak 3 orang atau

mencapai 100%.
97

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut :

Tabel 4.14
Karakterisrik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pekerja di
Pembudi Pembudi Pengolah
Jenis Jumlah
No Daya Ikan Daya Ikan
Kelamin
Ikan
F % F % F % F %
1 Laki-Laki 23 76,66 8 100 - - 31 75,60
2 Perempuan 7 23,34 - - 3 100 10 24,40
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada Gambar 4.15 sebagai berikut :

Perempu
an
24%
Laki-Laki
76%

Laki-Laki Perempuan

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.15
Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4.14 dan Gambar 4.15 dapat diketahui

bahwa sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai pembudi

daya ikan adalah laki-laki sebanyak 27 orang atau 76,66% dan


98

perempuan sebanyak 7 orang atau 23,34%. Sedangkan pekerja dan

buruh di sektor perikanan semuanya adalah laki-laki sebanyak 8

orang atau 100%. Pengolah ikan semuanya adalah perempuan yang

berjumlah 3 orang atau 100%.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan tersaji

pada Tabel 4.15 sebagai berikut :

Tabel 4.15
Karakterisrik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pekerja di
Pembudi Pengolah
Tingkat Pembudi Jumlah
No Daya Ikan Ikan
Pendidikan Daya Ikan
F % F % F % F %
1 SD 10 33,33 3 37,50 - - 13 31,70
2 SMP 2 6,67 2 25,00 - - 4 9,76
3 SMA 14 46,66 - - 2 66,66 16 39,03
4 S1 2 6,67 2 25,00 1 33,34 5 12,20
5 D4 2 6,67 1 12,50 - - 3 7,31
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan para pembudi daya ikan cukup tinggi yaitu didominasi

oleh SMA sebanyak 14 orang atau 44,66%, disusul kemudian oleh

tamatan SD sebanyak 10 orang atau 33,33%, lulusan SMP sebanyak

2 orang atau mencapai 6,67%, lulusan S1 sebanyak 2 orang atau

6,67% dan D4 sebanyak 2 orang atau 6,67%. Pembudi daya ikan

lulusan D4 berjumlah 2 orang ini adalah lulusan jurusan perikanan

sehingga sangat membantu pembudi daya lain dalam menyebarkan

informasi tata cara membudi daya ikan yang baik.


99

Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan juga

tersaji pada Gambar 4.16 sebagai berikut :

SD SMP SMA S1 D4

D4
7%
S1
SD
12%
32%

SMP
SMA
10%
39%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.16
Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan

Berdasarkan Gambar 4.16, pekerja di pembudi daya ikan

didominasi oleh SD sebanyak 3 orang atau 37,50%, kemudian SMP

sebanyak 2 orang atau mencapai 25%, tamatan S1 sebanyak 2 orang

atau mencapai 25% dan tamatan D4 sebanyak 1 orang atau mencapai

12,50%. Untuk pengolah ikan yang berlulusan S1 hanya 1 orang

atau 33,34% dan tamat SMA sebanyak 2 orang atau 66,66%.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan


Anggota Keluarga

Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan

anggota keluarga tersaji pada Tabel 4.16 sebagai berikut :


100

Tabel 4.16
Karakterisrik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga

Pekerja
Pembudi di
Jumlah Pengolah
Daya Pembudi Jumlah
No Tanggungan Ikan
Ikan Daya
Keluarga
Ikan
F % F % F % F %
1 0 11 36,67 2 25,00 1 33,34 14 34,14
2 1-2 8 26,67 3 37,50 - - 11 26,82
3 3-4 10 33,33 3 37,50 2 66,66 15 36,58
4 >4 1 3,33 - - - - 1 2,43
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan

anggota keluarga juga tersaji pada Gambar 4.17 sebagai berikut :

>4
2%

0
3--4 34%
37%

1--2
27%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.17
Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah
Tanggungan Anggota Keluarga

Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.17 dapat diketahui

bahwa pembudi daya ikan didominasi oleh jumlah tanggungan

keluarga 0 karena didominasi oleh lansia dimana semua anak sudah

menikah dan istrinya sudah meninggal sehingga tidak memiliki


101

tanggungan keluarga. Sebanyak 10 orang atau 33,33% memiliki

jumlah tanggungan keluarga 3-4 orang, sebanyak 8 orang atau 26,67

memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1-2 orang, dan

sebanyak 1 orang atau 3,33% memiliki jumlah tanggungan keluarga

lebih dari 4 orang.

Pekerja di pembudi daya ikan memiliki jumlah tanggungan

keluarga 1-2 orang sebanyak 3 orang atau 37,50%, jumlah

tanggungan keluarga 3-4 sebanyak 3 orang atau 37,50% dan jumlah

tanggungan keluarga 0 sebanyak 2 orang atau 25% terdiri dari

kelompok lanjut usia yang istrinya sudah meninggal dan semua anak

sudah menikah dan satu orang lagi adalah mahasiswa yang belum

menikah dan masih berada dalam tanggungan orang tua dan mencari

pengalaman dengan bekerja dibidang perikanan.

Pengolah ikan yang semuanya perempuan memiliki jumlah

tanggungan keluarga 3-4 orang sebanyak 2 orang atau 66,66% dan

jumlah tanggungan keluarga 0 sebanyak 1 orang atau 33,34%.

Pengolah ikan yang memiliki tanggungan keluarga teridri dari

perempuan yang memiliki anak usia sekolah yang belum memiliki

pendapatan sendiri.

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Prioritas Sektor


Perikanan sebagai Mata Pencaharian

Para pembudi daya ikan, pekerja di pembudi daya ikan dan

pengolah ikan mempunyai tanggapan yang berbeda mengenai

prioritas sektor perikanan sebagai mata pencaharian. Perikanan


102

dapat menjadi mata pencaharian utama atau hanya sampingan. Data

tanggapan responden tersaji pada Tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.17
Tanggapan Responden Mengenai Prioritas Mata Pencaharian
di Sektor Perikanan

Pekerja di Pengolah
Prioritas Pembudi
Pembudi Ikan Jumlah
No Sektor Daya Ikan
Daya Ikan
Perikanan
F % F % F % F %
1 Perikanan
adalah mata
9 30 4 50 - - 13 31,70
pencaharian
utama
2 Perikanan
adalah mata
18 60 4 50 3 100 25 60,97
pencaharian
sampingan
3 Perikanan
hanya untuk
3 10 - - - - 3 7,31
memanfaatkan
lahan
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis menempatkan perikanan sebagai mata

pencaharian utama dan sampingan serta hanya untuk memanfaatkan

lahan. 18 orang atau 60% menyatakan bahwa perikanan adalah

pekerjaan sampingan atau tambahan, 9 orang atau 30% pembudi

daya mengakui bahwa perikanan adalah pekerjaan utama, dan 3

orang sisanya atau 10% menyatakan bahwa perikanan dilakukan

hanya untuk memanfaatkan lahan yang dimiliki karena didukung

oleh sumber air yang melimpah.


103

Data tanggapan responden mengenai prioritas sektor perikanan

sebagai mata pencaharian tersaji pada Gambar 4.18 sebagai berikut:

Perikanan
hanya Perikanan
untuk adalah
memanfaat mata
kan lahan pencaharia
7% n utama
32%

Perikanan adalah
mata pencaharian
sampingan
61%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.18
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Prioritas Mata
Pencaharian di Sektor Perikanan

Pekerja perikanan sebanyak 4 orang atau 50% menanggapi

sektor perikanan sebagai mata pencaharian utama dan 4 orang atau

50% lagi menanggapi bahwa perikanan adalah mata pencaharian

sampingan. Untuk para pengolah ikan sebanyak 3 orang atau 100%

menanggapi bahwa sektor perikanan adalah mata pencaharian

sampingan yang mereka kerjakan saat ada pesanan atau mengisi

waktu luang sebagai ibu rumah tangga.

Secara keseluruhan bagi pembudi daya, pengolah ikan dan

pekerja perikanan sebanyak 25 orang atau 60,97% menyatakan

bahwa perikanan adalah mata pencaharian sampingan. Sebanyak 13

orang atau 31,70% menyatakan bahwa perikanan adalah mata


104

pencaharian utama dan 3 orang atau 7,31% menyatakan bahwa

perikanan hanya untuk memanfaatkan lahan.

f. Karakterisrik Responden Berdasarkan Pendapatan yang

Diperoleh dari Pekerjaan diluar Sektor Perikanan

Responden memiliki pendapatan yang didapat dari

pekerjaannya di luar sektor perikanan. Data tanggapan responden

mengenai pendapatan diluar sektor perikanan tersaji pada Tabel 4.18

sebagai berikut :

Tabel 4.18
Tanggapan Responden Mengenai Pendapatan Diluar Sektor
Perikanan

Pekerja di
Pendapatan Pembudi Pengolah
Pembudi Jumlah
No Diluar Sektor Daya Ikan Ikan
Daya Ikan
Perikanan
F % F % F % F %
1 Kurang dari 20 48,78
14 46,67 4 50,00 2 66,67
Rp1.000.000
2 Rp1.100.000 11 26,83
sampai 8 26,67 2 25,00 1 33,33
Rp3.000.000
3 Rp3.100.000 6 14,64
sampai 5 16,67 1 12,50 - -
Rp6.000.000
4 Lebih dari 3 7,31
3 10,00 - - - -
Rp6.000.000
5 Tidak memiliki 1 2,44
- - 1 12,50 - -
pendapatan
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai pendapatan diluar sektor

perikanan tersaji pada Gambar 4.19 sebagai berikut :


105

>Rp6.000.000 tidak memiliki


7% pendapatan
2%

Rp3.100.000-
Rp6.000.000
15% <
Rp1.000.000
49%
Rp1.100.000-
Rp3.000.000
27%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.19
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pendapatan Diluar
Sektor Perikanan

Berdasarkan Tabel 4.18 dan Gambar 4.19 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memiliki pendapatan

diluar sektor perikanan. Sebanyak 14 pembudi daya atau 46,67%

memiliki pendapatan kurang dari Rp1.000.000 perbulan, sebanyak

8 orang atau 26,67% memiliki pendapatan dalam kisaran

Rp1.100.000 sampai Rp3.000.000, sebanyak 5 orang atau 16,67%

memiliki pendapatan Rp3.100.000 sampai Rp6.000.000 perbulan,

sebanyak 3 orang atau 10% memiliki pendapatan diatas

Rp6.000.000 perbulan.

Pekerja di pembudi daya ikan memiliki pendapatan kurang

dari Rp1.000.000 sebanyak 4 orang atau 50%, pendapatan

Rp1.100.000 sampai Rp3.000.000 sebanyak 2 orang atau 25%,

pendapatan Rp3.100.000 sampai Rp6.000.000 sebanyak 1 orang

atau 12,5%, dan tidak memiliki pendapatan sebanyak 1 orang atau


106

12,5%. Tidak terdapat pekerja perikanan yang memiliki pendapatan

lebih dari Rp6.000.000.

Pengolah perikanan memiliki pendapatan kurang dari

Rp1.000.000 sebanyak 2 orang atau 66,67% dan pendapatan

Rp1.100.000 sampai Rp3.000.000 sebanyak 1 orang atau 33,34%.

Tidak terdapat pengolah ikan yang memiliki pendapatan lebih dari

Rp3.000.000.

Secara keseluruhan antara pembudi daya ikan, pekerja di

pembudi daya ikan dan pengolah ikan sebanyak 20 orang atau

48,78% memiliki pendapatan kurang dari Rp1.000.000 perbulan.

Sebanyak 11 orang atau 26,83% memiliki pendapatan Rp1.000.000-

Rp3.000.000 perbulan. Sebanyak 6 orang atau 14,64% memiliki

pendapatan Rp3.100.000-Rp6.000.000 perbulan. Sebanyak 3 orang

atau 7,31% memiliki pendapatan lebih dari Rp6.000.000 perbulan

dan 1 orang atau 2,44% tidak memiliki pendapatan sama sekali.

2. Deskripsi Objek Penelitian

a. Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan Cibunigeulis

Kelurahan Cibunigeulis berada pada daerah perbukitan.

Daerah perbukitan merupakan daerah yang baik untuk resapan air

ketika musim hujan tiba, oleh karena itu Kelurahan Cibuigeulis

memiliki sumber daya air yang cukup banyak. Sampai tahun 2019,

terhitung bahwa Kelurahan Cibunigeulis memiliki 10 sumber mata

air yang tersaji pada Tabel 4.19 sebagai berikut :


107

Tabel 4.19
Daftar Sumber Daya Air di Kelurahan Cibunigeulis

No Nama Sumber Daya Air Lokasi Luas (Ha)


1 Leuwikidang Leuwikidang RT/RW 03/02 10
2 Gunung Muncang Gunung Muncang RT/RW 01/05 10
3 Cihejo Cihejo RT/RW 04/05 10
4 Gunung Cariu Cayur Gunung Cariu RT/RW 01/06 20
5 Gunung Cariu Gunung Cariu RT/RW 02/06 20
6 Legok Nangka Legok Nangka RT/RW 03/06 10
7 Gunung Kokosan Gunung Kokosan RT/RW 04/06 20
8 Ranca Cihideung Ranca Cihideung RT/RW 03/07 10
9 Gunung Goong Gunung Goong RT/RW 02/08 10
10 Ranca Sengang Ranca Sengang RT/RW 05/08 10
Sumber : Data Rencana Pembangunan Kelurahan Cibunigeulis 2018, Diolah
Kembali oleh Nurohmah (2019)

Kepadatan penduduk rendah yaitu 171 orang per km2

menjadi salah satu faktor kelimpahan air di Kelurahan Cibunigeulis.

Kepadatan penduduk rendah berdampak pada rendahnya

penggunaan lahan terbangun. 230 Ha atau 65% lahan di Kelurahan

Cibunigeulis merupakan lahan terbuka. Lahan terbuka artinya tidak

ada bangunan di atas lahan yang dapat menghalangi air hujan masuk

ke dalam tanah sehingga baik dalam penyerapan air. Masyarakat

memanfaatkan ketersediaan lahan dan sumber daya air untuk bidang

perikanan. Budi daya ikan merupakan salah satu wujud nyata sektor

perikanan yang banyak ditemui di Kelurahan Cibunigeulis. Lahan

terbuka di Kelurahan Cibunigeulis tersaji pada Gambar 4.20 sebagai

berikut :
108

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.20
Lahan Terbuka di Kelurahan Cibunigeulis

b. Perkembangan Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan


Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis adalah semua

mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis yang

berkaitan dengan perikanan. Sektor perikanan di Kelurahan

Cibunigeulis terdiri dari budi daya ikan air tawar, pekerja yang

membantu pembudi daya ikan dan pengolahan ikan.

Sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis didominasi oleh

budi daya ikan air tawar. Budi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

sebelum tahun 2008 masih berada dalam tingkat tradisional.

Masyarakat tidak memiliki pengetahuan untuk memanfaatkan

potensi perikanan yang ada. Masyarakat awalnya memiliki kolam


109

hanya untuk memanfaatkan lahan yang dimiliki tanpa orientasi

ekonomi. Namun sejak tahun 2008, sektor perikanan di Kelurahan

Cibunigeulis mulai ada perkembangan. Hal ini terjadi karena adanya

penyuluh perikanan di Kecamatan Bungursari bernama Bapak Dede

Aziz. Penyuluh perikanan berfungsi untuk membimbing masyarakat

dalam mengembangkan sektor perekonomian di bidang perikanan.

Bapak Dede Aziz selaku penyuluh perikanan Kecamatan Bungursari

tersaji pada Gambar 4.21 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.21
Penyuluh Perikanan Kecamatan Bungursari

Pada awal penyuluhan dilakukan, masyarakat kurang

antusias dengan sektor perikanan. Setelah penyuluh mempraktekan

proses budi daya ikan dari tahap persiapan kolam sampai berhasil

panen, saat itulah masyarakat yang sudah memiliki kolam namun


110

tidak berorientasi ekonomi mulai tertarik dengan perikanan.

Masyarakat yang memiliki modal akan melaksanakan usaha budi

daya ikan secara bertahap dengan arahan dari penyuluh.

Penyuluhan dilakukan sejak tahun 2008 dan pada tahap awal

penyuluhan, Bapak Dede Aziz berhasil mengajak 12 warga di

Kampung Gunung Cariu untuk membentuk kelompok pembudi

daya ikan bernama Ligar Jaya dengan fokus komoditas ikan gurame.

Kemudian pada tahun 2009 berhasil terbentuk kelompok pembudi

daya ikan Mukti Jaya di Kampung Sindang Wangi berjumlah 14

orang dengan komoditas ikan Mas, Nila dan Nilem.

Tahun 2011 terbentuk kelompok pembudi daya ikan Bina

Karya di Kampung Rancapasung beranggotakan 10 orang dengan

komoditas ikan nilem, mas dan nila. Pada tahun yang sama terbentuk

kelompok pembudi daya ikan Gurilem di Kampung Pasir Angin

beranggotakan 10 orang dengan komoditas ikan gurame dan nilem.

Tahun 2012 terbentuk kelompok pembudi daya ikan

Nangela di Kampung Gunung Cariu berjumlah 12 orang. Pada tahun

yang sama terbentuk kelompok petani ikan Guras di Kampung

Leuwibudah berjumlah 15 orang. Pada tahun 2013 Kampung

Leuwibudah membentuk lagi kelompok pembudi daya ikan

bernama Sejahtera beranggotakan 12 orang. Tiga kelompok ini

memiliki komoditas ikan yang sama yaitu ikan gurame.


111

Tahun 2016 terbentuk kelompok pembudi daya ikan yang

baru di Kampung Gunung Mareme bernama Minahurip berjumlah

12 orang dengan komoditas ikan nila. Kemudian pada tahun yang

sama terbentuk lagi kelompok pembudi daya ikan di Gunung

Kokosan bernama Mina Gunung Kokosan berjumlah 11 orang

dnegan komoditas ikan nilem, mas dan gurame.

Pada tahun 2017 sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis

mulai berkembang pada tahap pengolahan ikan hasil panen sehingga

dibentuklah kelompok pengolah ikan bernama Poklahsar Nangela

berjumlah 11 orang terdiri dari ibu rumah tangga dengan komoditas

baby fish yaitu anak ikan yang digoreng. Kemasan produk baby fish

tersaji pada Gambar 4.22 sebagai berikut:

Sumber: Dokumenasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.22
Produk Ikan Goreng Baby Fish
112

Tahun 2017 terbentuk kelompok pembudi daya ikan Mekar

Jaya di Jalan Cipanas Galunggung beranggotakan 11 orang dengan

komoditas ikan nilem, nila, mas dan gurame Pada tahun 2018

terbentuk kelompok pembudi daya ikan Makmur Sejahtera di

Kampung Legoknangka yang berjumlah 10 orang dengan komoditas

ikan nila. Tahun 2019 belum terbentuk lagi kelompok pembudi daya

ikan yang baru dan sosialisasi masih terus dilakukan kepada

mayarakat agar semakin banyak masyarakat yang berminat untuk

bekerja di sektor perikanan. Salah satu pembudi daya ikan adalah

Bapak Firdaus dari kelompok Ligar Jaya yang sudah membudi daya

ikan selama 12 tahun tersaji pada Gambar 4.23 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.23
Pembudi Daya Ikan di Kelurahan Cibunigeulis
113

Pembentukan kelompok pembudi daya ikan memiliki aturan

tersendiri yaitu minimal dalam setiap kelompok terdiri dari 10

orang. Dalam satu kelompok, terdiri dari proses produksi yang

berbeda yaitu ada yang melakukan pemijahan, pembenihan,

pendederan, pembesaran dan pemasaran. Sehingga terjadi siklus

misalnya pendeder akan membeli benih ke tukang benih, deder hasil

pendederan kemudian dibeli oleh pembudi daya di bidang

pembesaran, begitu seterusnya. 10 orang ini memiliki tugas yang

berbeda dalam kelompoknya, yaitu sebagai ketua, bendahara,

sekretaris dan lain-lain Contoh bagan organisasi kelompok pembudi

daya ikan tersaji pada Gambar 4.24 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.24
Bagan Organisasi Kelompok Pembudi Daya Ikan
114

Kelompok pembudi daya ikan tidak selalu terdiri dari proses

produksi yang berbeda, adapula kelompok pembudi daya yang

semuanya melakukan proses produksi yang sama. Contohnya

kelompok pembudi daya ikan khusus pembesaran, pembudi daya

ikan khusus pembenihan. Tujuannya adalah mempermudah berbagi

informasi dan pengalaman diantara sesama pembudi daya.

c. Bantuan Pemerintah Kota Tasikmalaya dalam Sektor


Perikanan Air Tawar di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan
Bungursari Kota Tasikmalaya

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memiliki hasil

produksi ikan yang tinggi dalam satu kali panen sehingga mendapat

bantuan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya. Data tanggapan

responden mengenai hasil panen ikan konsumsi tersaji pada Tabel

4.20 sebagai berikut :

Tabel 4.20
Tanggapan Responden Mengenai Hasil Ikan dalam Setiap
Panen

Banyaknya Ikan yang


No Frekuensi Persentase (%)
Didapatkan Setiap Panen
1 Kurang dari 1 kuintal 9 30,00
2 1-5 kuintal 17 56,66
3 6-10 kuintal - -
4 1-3 ton 4 13,34
5 3-5 ton - -
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai hasil panen tersaji pada

Gambar 4.25 sebagai berikut :


115

1-3 ton 3-5 ton


13% 0% Kurang
dari 1
6-10
kuintal
kuintal
30%
0%

1-5 kuintal
57%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.25
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Hasil Ikan dalam
Setiap Panen

Berdasarkan Tabel 4.20 dan Gambar 4.57 diketahui bahwa

pembudi daya ikan yang menghasilkan 1-5 kuintal sebanyak 17

orang atau 56,66%, kurang dari 1 kuintal sebanyak 9 orang atau

30%, 1-3 ton sebanyak 4 orang atau 13,34%, 6-10 kuintal sebanyak

0% dan 3-5 ton sebanyak 0%.

Data tanggapan responden mengenai frekuensi panen setiap

tahunnya tersaji pada Tabel 4.21 sebagai berikut :

Tabel 4.21
Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi Panen dalam 1
Tahun

Frekuensi Panen dalam 1


No Frekuensi Persentase (%)
Tahun
1 1-3 kali 21 70,00
2 4-5 kali 3 10,00
3 5-10 kali 2 6,67
4 Lebih dari 10 kali 4 13,34
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
116

Data tanggapan responden mengenai frekuensi panen setiap

tahunnya tersaji pada Gambar 4.26 sebagai berikut :

Lebih dari
10 kali
13%
5-10 kali
7%
4-5 kali
10%
1-3 kali
70%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.26
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi Panen
dalam 1 Tahun

Berdasarkan Tabel 4.21 dan Gambar 4.26 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memiliki frekuensi

yang berbeda dalam memanen ikan pertahunnya. Pembudi daya ikan

yang memanen ikan 1-3 kali sebanyak 21 orang atau 70%, memanen

lebih dari 10 kali dalam setahun sebanyak 4 orang atau 13,34%, 4-5

kali sebanyak 3 orang atau 10% dan 5-10 kali sebanyak 2 orang atau

6,67%.

Produktifitas yang tinggi dan frekuensi pemanenan yang

cukup intensif membuat sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis

mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pemerintah

Kota Tasikmalaya memberikan bantuan berupa modal, pakan, benih

kepada para pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis. Data

tanggapan responden mengenai pembudi daya ikan yang mendapat


117

bantuan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya tersaji pada Tabel 4.22

sebagai berikut :

Tabel 4.22
Tanggapan Responden Mengenai Bantuan dari Pemerintah
Kota Tasikmalaya

Ada Tidaknya Bantuan


No Frekuensi Persentase (%)
dari Pemkot Tasik
1 Saya menerima bantuan 12 40,00
2 Ada bantuan, namun saya
belum berkesempatan 7 23,34
mendapatkannya
3 Tidak ada bantuan sama
11 36,67
sekali
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai pembudi daya ikan

yang mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya juga

tersaji pada Gambar 4.27 sebagai berikut :

Saya
Tidak ada menerima
bantuan bantuan
sama sekali modal
37% 40%

belum
mendapatkan
bantuan
23%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.27
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Bantuan dari
Pemerintah Kota Tasikmalaya
118

Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.27 iketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis pernah menerima

bantuan dari Pemerintah Kota Tasikmalaya sebanyak 12 orang atau

40%, masyarakat yang mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan

sama sekali sebanyak 11 orang atu 36,67%, kemudian orang yang

belum berkesempatan mendapatkan bantuan sebanyak 7 orang atau

23,34%.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis banyak yang

mendapatkan lebih dari satu jenis bantuan sehingga dalam kuesioner

berikut pembudi daya diperbolehkan memilih lebih dari satu jenis

bantuan. total frekuensi memilih menjadi 43 kali, meskipun jumlah

responden tetap 30 orang. Data tanggapan responden mengenai jenis

bantuan yang didapat dari Pemerintah Kota Tasikmalaya tersaji pada

Tabel 4.23 sebagai berikut:

Tabel 4.23
Tanggapan Responden Mengenai Jenis Bantuan Modal dari
Pemerintah Kota Tasikmalaya

No Jenis Bantuan Modal Frekuensi Persentase (%)


1 Pakan 6 13,95
2 Material bangunan 3 6,97
3 Benih 9 20,93
4 Induk 6 13,95
5 Alat 1 2,33
6 Tidak ada bantuan 18 41,87
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai jenis bantuan modal

tersaji pada Gambar 4.28 sebagai berikut :


119

Pakan Material
14% bangunan
7%
Tidak ada
bantuan
42%
Benih
21%

Induk
14%
Alat
2%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.28
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jenis Bantuan
Modal dari Pemerintah Kota Tasikmalaya

Berdasarkan Tabel 4.23 dan Gambar 4.28 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis mendapatkan bantuan

dalam bentuk yang berbeda-beda dan terkadang mendapatkan lebih

dari 1 jenis bantuan. Tidak mendapatkan bantuan sebanyak 18 orang

atau 41,87%, mendapatkan benih sebanyak 9 orang atau 20,93%,

ada yang mendapatkan pakan yaitu 6 orang atau 13,95%,

mendapatkan bantuan induk sebanyak 6 orang atau 13,95%, material

bangunan sebanyak 3 orang atau 6,97% dan mendapatkan bantuan

alat yang dibutuhkan dalam perikanan sebanyak 1 orang atau 2,33%.

Tahun 2017 Pemerintah Kota Tasikmalaya memberikan

bantuan berupa kolam ikan milik bersama seluas 1 hektar namun

belum beroperasi. Kolam ikan milik bersama di Kelurahan

Cibunigeulis tersaji pada Gambar 4.29 sebagai berikut :


120

Sumber: Dokumenasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.29
Kolam Ikan Milik Bersama di Kelurahan Cibunigeulis

3. Karakteristik Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan


Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Karakteristik sektor perikanan yang ada di Kelurahan

Cibunigeulis terdiri dari pengklasifikasian tempat pemeliharaan, jenis

ikan yang dipelihara, proses produksi, sistem pemeliharaan, modal dan

skala usaha. Berikut akan dijelaskan mengenai hasil observasi di

lapangan mengenai variabel yang telah disebutkan dalam bentuk tabel,

grafik dan deskripsi.

a. Tempat Pemeliharaan

Tempat pemeliharaan ikan di Kelurahan Cibunigeulis terdiri

dari kolam dan sawah. Hal ini dapat diketahui dari tanggapan

responden pembudi daya ikan mengenai tempat pemeliharaan ikan


121

air tawar di Kelurahan Cibunigeulis. Tabel 4.24 memuat informasi

tempat pemeliharaan ikan di Kelurahan Cibunigeulis adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.24
Tanggapan Responden Mengenai Tempat Pemeliharaan Ikan

Tempat Pemeliharaan Persentase


No Frekuensi
Ikan (%)
1 Kolam 27 90
2 Sawah (Minapadi) - -
3 Sungai - -
4 Kolam dan Sawah 3 10
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Gambar 4.30 juga memuat informasi tempat pemeliharaan

ikan di Kelurahan Cibunigeulis adalah sebagai berikut :

Kolam dan
Sawah; 10%

Kolam; 90%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.30
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Tempat
Pemeliharaan Ikan

Berdasarkan Tabel 4.24 dan Gambar 4.30 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis lebih banyak

menggunakan kolam sebagai tempat pemeliharaan ikan yaitu


122

sebanyak 27 orang atau 90% dan menggunakan kolam dan sawah

sebanyak 3 orang atau 10%. Menggunakan sawah sebagai tempat

pemeliharaan berjumlah 0%, dan sungai 0%.

Para pembudi daya memiliki jumlah kolam ikan yang

berbeda. Data tanggapan responden mengenai jumlah kolam ikan

yang dimiliki tersaji pada Tabel 4.25 sebagai berikut :

Tabel 4.25
Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Kolam Ikan

No Jumlah Kolam Ikan Frekuensi Persentase (%)


1 1 13 43,33
2 1-5 12 40,00
3 6-10 2 6,67
4 Lebih dari 10 kolam 3 10,00
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai jumlah kolam ikan

yang dimiliki juga tersaji pada Gambar 4.31 sebagai berikut :

10%
7%
1
43%
1--5
6--10
>10 kolam
40%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.31
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Kolam
Ikan
123

Berdasarkan Tabel 4.25 dan Gambar 4.31 diketahui bahwa

semua pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis semuanya

memiliki kolam. Pembudi daya ikan yang memiliki 1 buah kolam

sebanyak 13 orang atau 43,33%, 1-5 kolam sebanyak 12 orang atau

40%, lebih dari 10 kolam sebanyak 3 orang atau 10%, dan memiliki

6-10 buah kolam sebanyak 2 orang atau 6,67%.

Para pembudi daya memiliki jenis kolam ikan yang berbeda.

Data tanggapan responden mengenai jumlah kolam ikan yang

dimiliki tersaji pada Tabel 4.26 sebagai berikut :

Tabel 4.26
Tanggapan Responden Mengenai Jenis Kolam

Tempat Pemeliharaan Persentase


No Frekuensi
Ikan (%)
1 Kolam semen 12 40,00
2 Kolam tanah 13 43,34
3 Kolam campuran semen
4 13,33
dan tanah
4 Kolam keramba 1 3,33
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis memiliki beragam jenis kolam yaitu

kolam tanah sebanyak 13 orang atau 43,34%, kolam semen

sebanyak 12 orang atau 40%, kolam campuran semen dan tanah

sebanyak 4 orang atau 13,33% dan kolam keramba sebanyak 1 orang

atau 3,33%.

Data tanggapan responden mengenai jumlah kolam ikan

yang dimiliki tersaji pada Gambar 4.32 sebagai berikut :


124

3%

Kolam semen
13%

40% Kolam tanah

Kolam campuran
semen dan tanah
44% Kolam keramba

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.32
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jenis Kolam

Kolam semen tersaji pada Gambar 4.33 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.33
Kolam Semen di Kelurahan Cibunigeulis

Kolam tanah dan kolam keramba jaring untuk memelihara

ikan lele dan ikan nilem yang ditemui di Kampung Leuwibudah

tersaji pada Gambar 4.34 sebagai berikut :


125

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.34
Kolam Tanah dengan Kolam Keramba Jaring

Kolam semen dan kolam keramba jaring tersaji pada Gambar

4.35 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.35
Kolam Semen dengan Kolam Keramba Jaring
126

Para pembudi daya ikan ada yang memelihara ikan di sawah.

Data tanggapan responden mengenai luas sawah yang digunakan

untuk memelihara ikan tersaji pada Tabel 4.27 sebagai berikut :

Tabel 4.27
Tanggapan Responden Mengenai Luas Minapadi

Luas Lahan Sawah Persentase


No Frekuensi
Minapadi (%)
1 Kurang dari 1 hektar 3 10
2 1-2 hektar - 0
3 Lebih dari 2 hektar - 0
4 Tidak memelihara sistem
27 90
minapadi
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai luas sawah yang

digunakan untuk memelihara ikan tersaji pada Gambar 4.36 sebagai

berikut :

10%

Kurang dari 1
hektar
Tidak memelihara
sistem minapadi

90%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.36
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Luas Minapadi

Berdasarkan Tabel 4.27 dan Gambar 4.36 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang tidak

menggunakan lahan sawah sebanyak 27 orang atau 90%, yang


127

menggunakan sistem minapadi hanya memliki luas sawah kurang

dari 1 hektar yang berjumlah 3 orang atau 10%. Biasanya pembudi

daya yang menerapkan sistem minapadi adalah para petani yang

memiliki lahan sawah 500 m2.

b. Jenis Ikan yang Dipelihara

Data tanggapan responden mengenai keragaman jenis ikan

yang dipelihara tersaji pada Tabel 4.28 sebagai berikut :

Tabel 4.28
Tanggapan Responden Mengenai Keragaman Jenis Ikan yang
Dipelihara

Keragaman Jenis Ikan Persentase


No Frekuensi
yang Dipelihara (%)
1 Satu jenis ikan 6 20
2 Lebih dari satu jenis ikan 24 80
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai keragaman jenis ikan

yang dipelihara tersaji pada Gambar 4.37 sebagai berikut :

20%

Satu jenis ikan

Lebih dari satu jenis


ikan

80%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.37
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Keragaman Jenis
Ikan yang Dipelihara
128

Berdasarkan Tabel 4.28 dan Gambar 4.37 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis biasanya memelihara

lebih dari satu jenis ikan yaitu sebanyak 24 orang atau 80%,

sedangkan pembudi daya yang memutuskan untuk memelihara 1

jenis ikan hanya 6 orang atau 20%.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis banyak yang

memelihara lebih dari satu jenis ikan sehingga dalam kuesioner

berikut pembudi daya diperbolehkan memilih lebih dari satu jenis

ikan yang dipelihara, sehingga total frekuensi memilih menjadi 100

kali, meskipun jumlah responden tetap 30 orang. Tanggapan

responden terhadap jenis ikan yang dipelihara tersaji pada Tabel

4.29 sebagai berikut :

Tabel 4.29
Tanggapan Responden Mengenai Jenis Ikan yang Dipelihara

Jenis Ikan yang


No Frekuensi Persentase (%)
Dipelihara
1 Mas 20 20
2 Gurame 13 13
3 Lele 5 5
4 Mujair 19 19
5 Nila 13 13
6 Nilem 19 19
7 Tambak 11 11
Jumlah 100 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Tanggapan responden terhadap jenis ikan yang dipelihara

tersaji pada Gambar 4.38 sebagai berikut :


129

Tambak Mas
11% 20%

Nilem
19%
Gurame
13%

Nila
13%
Mujair Lele
19% 5%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.38
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jenis Ikan yang
Dipelihara

Berdasarkan Tabel 4.29 dan Gambar 4.38 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memelihara ikan mas

sebanyak 20 orang atau mencapai 20%, kemudian disusul oleh nilem

dan mujair. Pembudi daya nilem sebanyak 19 orang atau 19%,

pembudi daya mujair sebanyak 19 orang atau 19%, pembudi daya

gurame sebanyak 13 orang atau 13%, pembudi daya nila sebanyak

13 orang atau 13%, pembudi daya tambak sebanyak 11 orang atau

11%, pembudi daya lele sebanyak 5 orang atau 5%.

Ikan mas adalah ikan yang paling banyak dipelihara oleh

pembudi daya. Ikan mas yang dipelihara di Kelurahan Cibunigeulis

tersaji pada Gambar 4.39 sebagai berikut :


130

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.39
Ikan Mas di Kelurahan Cibunigeulis

Ikan gurame yang berukuran deder tersaji pada Gambar 4.40

sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.40
Ikan Gurame di Kelurahan Cibunigeulis
131

Para pembudi daya ada yang memelihara ikan yang sama

setiap tahunnya namun ada juga yang diganti. Data tanggapan

responden mengenai konsistensi pemeliharaan ikan tersaji pada

Tabel 4.30 sebagai berikut :

Tabel 4.30
Tanggapan Responden Mengenai Konsistensi Pemeliharaan
Ikan

Konsistensi
No Frekuensi Persentase (%)
Pemeliharaan Ikan
1 Memelihara ikan yang
25 83,33
sama setiap tahunnya
2 Terkadang jenis ikan
diganti dengan ikan lain 5 16,67
yang sedang laku di pasar
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai konsistensi

pemeliharaan ikan tersaji pada Gambar 4.41 sebagai berikut :

Terkadang
jenis ikan
diganti dengan
ikan lain yang
sedang laku di
pasar
17%

Memelihara
ikan yang sama
setiap
tahunnya
83%
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
Gambar 4.41
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Konsistensi
Pemeliharaan Ikan
132

Berdasarkan Tabel 4.30 dan gambar 4.41 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memelihara ikan yang

sama setiap tahunnya. Pembudi daya ikan yang memelihara ikan

yang sama setiap tahunnya sebanyak 25 orang atau 83,33% dan para

pembudi daya yang mengganti jenis ikan yang dibudidayakan hanya

sebanyak 5 orang atau 16,67%.

c. Proses Produksi

Proses produksi yang pertama kali dilakukan adalah proses

persiapan kolam yang akan digunakan untuk memelihara ikan. Para

pembudi daya di Kelurahan Cibunigeulis melakukan persiapan

kolam sebelum kolamnya digunakan untuk memelihara ikan. Data

tanggapan responden mengenai langkah yang dilakukan dalam

persiapan kolam tersaji pada Tabel 4.31 sebagai berikut :

Tabel 4.31
Tanggapan Responden Mengenai Persiapan Kolam Sebelum
Digunakan

No Persiapan Kolam Frekuensi Persentase (%)


1 Kolam dikeringkan
kemudian dibersihkan dari
28 93,33
bekas pemeliharaan
sebelumnya
2 Mengecek adanya
- -
kebocoran
3 Membersihkan sisa-sisa
pakan dari pemeliharaan 2 6,67
sebelumnya
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
133

Data tanggapan responden mengenai langkah yang

dilakukan dalam persiapan kolam tersaji pada Gambar 4.42 sebagai

berikut :

1%
Kolam dikeringkan
7% kemudian dibersihkan
dari bekas pemeliharaan
sebelumnya
Mengecek adanya
kebocoran

Membersihkan sisa-sisa
pakan dari pemeliharaan
92% sebelumnya

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.42
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Persiapan Kolam
Sebelum Digunakan

Berdasarkan Tabel 4.31 dan Gambar 4.42 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis akan mengeringkan

kolam ikannya sebelum digunakan untuk proses produksi yaitu

sebanyak 28 orang atau 93,33% dan pembudi daya yang

membersihkan sisa-sisa pakan dari pemeliharaan sebelumnya

sebanyak 2 orang atau 6,67%.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis banyak yang

menggunakan lebih dari satu jenis pupuk sehingga dalam kuesioner

berikut pembudi daya diperbolehkan memilih lebih dari satu jenis

pupuk, sehingga total frekuensi memilih menjadi 40 kali, meskipun

jumlah responden tetap 30 orang.


134

Para pembudi daya ikan menggunakan pupuk untuk

menumbuhkan plankton secara alami. Data tanggapan responden

mengenai pupuk yang digunakan tersaji pada Tabel 4.32 sebagai

berikut :

Tabel 4.32
Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Pupuk pada
Kolam

No Pemberian Pupuk Frekuensi Persentase (%)


1 Diberi pupuk kandang 15 37,5
2 Diberi pupuk daun-daunan 9 22,5
3 Diberi pupuk kimia 4 10,0
4 Tidak diberi pupuk apapun 12 30,0
Jumlah 40 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai pupuk yang digunakan

tersaji pada Gambar 4.43 sebagai berikut :

Diberi pupuk kandang

30% Diberi pupuk daun-


37%
daunan
Diberi pupuk kimia

10% Tidak diberi pupuk


apapun
23%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.43
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Pupuk
pada Kolam

Kolam biasanya akan diberi pupuk untuk menumbuhkan

plankton secara alami. Berdasarkan Tabel 4.32 dan Gambar 4.43

diketahui bahwa pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang


135

menggunakan pupuk kandang sebanyak 15 orang atau 37,5%, tidak

diberi pupuk apapun sebanyak 12 orang atau 30%, pupuk hijau atau

daun-daunan sebanyak 9 orang atau 22,5%, dan pupuk kimia

sebanyak 4 orang atau 10%.

Data tanggapan responden mengenai proses produksi yang

ditekuni tersaji pada Tabel 4.33 sebagai berikut :

Tabel 4.33
Tanggapan Responden Mengenai Proses Produksi yang
Ditekuni
Proses Produksi yang Persentase
No Frekuensi
Ditekuni (%)
1 Pemijahan dan
3 10,00
Pembenihan
2 Pembesaran Ikan 16 53,34
3 Pemijahan, pembenihan
11 36,67
dan pembesaran
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai proses produksi yang

ditekuni tersaji pada Gambar 4.44 sebagai berikut :

10%
Pemijahan dan
37% Pembenihan
Pembesaran Ikan

Pemijahan, pembenihan
53% dan pembesaran

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.44
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Proses Produksi
yang Ditekuni
136

Berdasarkan Tabel 4.33 dan Gambar 4.44 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang mengkhususkan

usahanya pada proses proses pembesaran ikan mencapai 16 orang

atau 53,34%, pembudi daya yang mengusahakan pemijahan,

penetasan, pembenihan sekaligus pembesaran sebanyak 11 orang

atau 36,67% dan proses pemijahan, penetasan telur dan pemasok

benih hanya 3 orang atau 10%.

Proses pembenihan juga mencakup penetasan telur. Contoh

telur ikan gurame tersaji pada Gambar 4.45 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.45
Pembenihan Ikan Gurame di Kelurahan Cibunigeulis

Para pembudi daya yang menekuni usaha pembenihan

biasanya akan memelihara induk ikan untuk proses pemijahan.

Induk ikan ada yang digunakan lagi untuk proses pemijahan


137

selanjutnya, namun ada pula yang langsung diganti. Data tanggapan

responden mengenai penggunaan induk ikan tersaji pada Tabel 4.34

sebagai berikut :

Tabel 4.34
Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan Kembali Induk
untuk Pemijahan Selanjutnya

Penggunaan Kembali Persentase


No Frekuensi
Induk untuk Pemijahan (%)
1 Induk ikan digunakan
kembali untuk proses 11 36,67
pemijahan selanjutnya
2 Induk ikan langsung
diganti untuk proses 3 10,00
pemijahan selanjutnya
3 Tidak melakukan proses
16 53,33
pemijahan
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai penggunaan induk ikan

tersaji pada Gambar 4.46 sebagai berikut :

Induk ikan digunakan


kembali untuk proses
pemijahan
37% selanjutnya
Induk ikan langsung
diganti untuk proses
53% pemijahan
selanjutnya
Tidak melakukan
10% proses pemijahan

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.46
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Penggunaan
Kembali Induk untuk Pemijahan Selanjutnya
138

Pembudi daya ikan yang mengusakan pemijahan dan

pembenihan memiliki pola yang berbeda dalam penggunaan

kembali indukan yang digunakan. Berdasarkan Tabel 4.34 dan

Gambar 4.46 diketahui bahwa pembudi daya ikan di Kelurahan

Cibunigeulis yang tidak melakukan pemijahan sebanyak 16 orang

atau 53,33%, akan menggunakan kembali induk untuk proses

pemijahan berikutnya yaitu sebanyak 11 orang atau 36,67% dan

induk ikan yang diganti sebelum memasuki proses pemijahan

selanjutnya sebanyak 3 orang atau 10%.

Pembudi daya dalam setahun memiliki frekuensi berbeda

dalam memijahkan induk ikannya, tergantung dari musim kawin,

keadaan dari induk ikan serta jumlah pasangan induk ikan yang

dimiliki. Jika jumlah pasangan induk ikan berjumlah banyak, maka

pemijahan pun akan sering dilakukan. Data tanggapan responden

mengenai frekuensi pemijahan tersaji pada Tabel 4.35 sebagai

berikut :

Tabel 4.35
Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi Pemijahan Setiap
Tahun

Frekuensi Pemijahan Persentase


No Frekuensi
Setiap Tahun (%)
1 1-2 kali 3 10,00
2 3-5 kali 3 10,00
3 5-10 kali 8 26,67
4 Tidak melakukan proses
16 53,33
pemijahan
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
139

Data tanggapan responden mengenai frekuensi pemijahan juga

tersaji pada Gambar 4.47 sebagai berikut :

10%
1-2 kali

10%
3-5 kali

5-10 kali
53%

27% Tidak melakukan


proses pemijahan

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.47
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi
Pemijahan Setiap Tahun

Berdasarkan Tabel 4.35 dan Gambar 4.47 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis tidak melakukan

pemijahan sebanyak 16 orang atau 53,34%, 8 orang atau 26,67%

melakukan pemijahan sebanyak 5-10 kali dalam setahun, kemudian

1-2 kali dalam setahun sebanyak 3 orang atau 10%, 3-5 kali dalam

setahun sebanyak 3 orang atau 10%.

Pembudi daya dapat melakukan panen jika ukuran ikan telah

mencapai target, baik ikan ukuran kecil maupun besar. Para pembudi

daya ikan memiliki tata cara panen ikan yang berbeda karena target

ukuran yang di panen berbeda. Data tanggapan responden mengenai

tata cara pemanenan ikan tersaji pada Tabel 4.36 sebagai berikut :
140

Tabel 4.36
Tanggapan Responden Mengenai Tata Cara Pemanenan

No Tata Cara Pemanenan Frekuensi Persentase (%)


1 Kolam dikeringkan secara
24 80,00
perlahan
2 Menggunakan jaring ikan 2 6,67
3 Menggunakan saringan 3 10,00
4 Menggunakan kain 1 3,33
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai tata cara pemanenan

ikan tersaji pada Gambar 4.48 sebagai berikut :

Menggunakan
Menggunakan kain
saringan 3%
10%
Menggunakan
jaring ikan
7%

Kolam
dikeringkan
secara
perlahan
80%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.48
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Tata Cara
Pemanenan

Berdasarkan Tabel 4.36 dan Gambar 4.48 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis dalam memanen ikan

memiliki cara yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran ikan yang

akan dipanen dan banyaknya ikan yang akan dipanen. Pembudi daya

ikan yang menggunakan teknik pengeringan kolam secara perlahan


141

di Kelurahan Cibunigeulis sebanyak 24 orang atau 80%,

menggunakan saringan sebanyak 3 orang atau 10%, menggunakan

jaring ikan sebanyak 2 orang atau 6,67% dan menggunakan kain

sebanyak 1 orang atau 3,33%.

Panen dengan mengeringkan kolam perlahan-lahan tersaji

pada Gambar 4.49 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.59 Panen Ikan di Kelurahan Cibunigeulis

Data tanggapan responden mengenai seleksi ikan dalam

pemanenan tersaji pada Tabel 4.37 sebagai berikut :

Tabel 4.37
Tanggapan Responden Mengenai Seleksi Ikan dalam
Pemanenan

Seleksi Ikan dalam


No Frekuensi Persentase (%)
Pemanenan
1 Saya memanen semua ikan
17 56,66
yang sudah siap panen
2 Saya memanen ikan yang
13 43,34
berukuran tertentu saja
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
142

Data tanggapan responden mengenai seleksi ikan dalam

pemanenan juga tersaji pada Gambar 4.50 sebagai berikut :

Saya
memanen
ikan yang Saya
berukuran memanen
tertentu semua ikan
saja… yang sudah
siap panen…

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.50
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Seleksi Ikan dalam
Pemanenan

Berdasarkan Tabel 4.37 dan Gambar 4.50 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang memanen semua

ikan saat hari panen berjumlah sebanyak 17 orang atau 56,66%,

pembudi daya ikan yang memanen ikan berukuran tertentu saja

berjumlah sebanyak 13 orang atau 43,34%. Data tanggapan

responden mengenai jenis pengolahan ikan tersaji pada Tabel 4.38

dan Gambar 4.34 sebagai berikut :

Tabel 4.38
Tanggapan Responden Mengenai Pengolahan Ikan

No Pengolahan Ikan Frekuensi Persentase (%)


4 Membuat ikan goreng
1 3,33
terigu
5 Ikan tidak diolah dan
25 83,33
langsung dijual
6 Ikan tidak diolah dan
4 13,34
dikonsumsi keluarga
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
143

Data tanggapan responden mengenai jenis pengolahan ikan

juga tersaji pada Gambar 4.51 sebagai berikut :

Ikan tidak Membua


diolah dan t ikan
dikonsumsi goreng
keluarga terigu
14% 3%

Ikan tidak
diolah dan
langsung
dijual
83%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.51
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pengolahan Ikan

Berdasarkan Tabel 4.38 dan Gambar 4.51 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis sebagian besar tidak

mengolah ikan setelah dipanen namun langsung dijual yaitu

sebanyak 25 orang atau 83,33%, ikan yang hanya dikonsumsi

keluarga sebanyak 4 orang atau 13,34 orang dan membuat ikan

goreng terigu sebanyak 1 orang atau 3,33%.

Para pembudi daya ikan menggunakan kendaraan yang

berbeda dalam mendistribusikan hasil panen. Ada yang

menggunakan motor, mobil pick up, berjalan dan tidak dijual atau

untuk konsumsi keluarga di rumah. Data tanggapan responden

mengenai kendaraan yang digunakan untuk memasarkan hasil

produksi tersaji pada Tabel 4.39 sebagai berikut :


144

Tabel 4.39
Tanggapan Responden Mengenai Kendaraan yang digunakan
untuk Pengangkutan Hasil Panen

No Kendaraan Frekuensi Persentase (%)


1 Motor 17 56,67
2 Mobil pick up 8 26,66
3 Angkutan Umum - -
4 Tidak menggunakan
kendaraan karena jarak 1 3,34
dekat
5 Tidak dijual 4 13,33
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai kendaraan yang

digunakan tersaji pada Gambar 4.52 sebagai berikut :

Tidak
dijual ;
Tidak
13,33
menggunakan
kendaraan karena
jarak dekat; 3,34
Mobil
pick up; Motor;
26,66 56,67
Angkutan
Umum; 0

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.52
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Kendaraan yang
digunakan untuk Pengangkutan Hasil Panen

Berdasarkan Tabel 4.39 dan Gambar 4.52 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang menggunakan

motor sebagai alat angkut hasil panen sebanyak 17 orang atau

56,67%, menggunakan mobil pick up sebanyak 8 orang atau

26,66%, tidak dijual sebanyak 4 orang atau 13,33%, tidak


145

menggunakan kendaraan karena jarak dekat sebanyak 1 orang atau

3,34% dan angkutan umum sebanyak 0%.

Data tanggapan responden mengenai jenis pengemasan ikan

tersaji pada Tabel 4.40 sebagai berikut :

Tabel 4.40
Tanggapan Responden Mengenai Pengemasan

No Pengemasan Frekuensi Persentase (%)


1 Menggunakan plastik yang
14 46,66
diberi oksigen
2 Menggunakan drum 8 26,67
3 Cangkir 2 6,66
4 Plastik dan Drum 5 16,67
5 Ember 1 3,34
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai jenis pengemasan tersaji

pada Gambar 4.53 sebagai berikut :

Ember
Plastik dan 3%
Drum
17%

Mengguna
Cangkir kan plastik
7% yang diberi
oksigen
46%

Mengguna
kan drum
27%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.53
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pengemasan

Berdasarkan Tabel 4.40 dan Gambar 4.53 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis mengemas hasil


146

panen atau menyimpan hasil panen di tempat yang berbeda.

Pembudi daya yang menggunakan plastik polietilen yang diberi

oksigen sebanyak 14 orang atau 46,66%, menggunakan drum

sebanyak 8 orang atau 26,67%, menggunakan plastik dan drum

sebanyak 5 orang atau 16,67%, menggunakan cangkir sebanyak 2

orang atau 6,66 dan menggunakan ember sebanyak 1 orang atau

3,34%.

Pengemasan dengan menggunakan plastik polietilen diisi air

dan oksigen tersaji pada Gambar 4.54 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.54
Pengemasan Plastik Polietilen Berisi Air dan Oksigen

Para pembudi daya ikan memiliki wilayah pemasaran yang

berbeda. Ada yang hanya di Kota Tasikmalaya dan adapula yang ke

luar Kota Tasikmalaya. Data tanggapan responden mengenai

wilayah pemasaran tersaji pada Tabel 4.41 sebagai berikut :


147

Tabel 4.41
Tanggapan Responden Mengenai Wilayah Pemasaran Ikan

No Wilayah Pemasaran Frekuensi Persentase (%)


1 Kota Tasikmalaya 18 60,00
2 Kota Tasikmalaya dan luar
8 26,67
Kota Tasikmalaya
3 Seluruhnya keluar Kota
- -
Tasikmalaya
4 Tidak dijual 4 13,33
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai wilayah pemasaran

tersaji pada Gambar 4.55 sebagai berikut :

Tidak dijual
Seluruhnya
13%
keluar Kota
Tasik
0%
Kota Tasik
dan luar
Kota Tasik
27% Kota Tasik
60%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.55
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Wilayah
Pemasaran Ikan

Berdasarkan Tabel 4.41 dan Gambar 4.55 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis menjualnya di Kota

Tasikmalaya sebanyak 18 orang atau 60%, pembudi daya ikan di

Kelurahan Cibunigeulis menjualnya di Kota Tasikmalaya sekaligus

ke luar Kota Tasikmalaya sebanyak 8 orang atau 26,67%. Pembudi

daya yang khusus menjual ke luar kota seluruhnya sebanyak 0% atau

tidak ada.
148

Para pembudi daya ikan terkadang kedatangan konsumen ke

tempat budi daya untuk membeli ikan. Data tanggapan responden

mengenai kedatangan konsumen ke tempat produksi tersaji pada

Tabel 4.42 sebagai berikut :

Tabel 4.42
Tanggapan Responden Mengenai Kedatangan Konsumen ke
Tempat Budi Daya Ikan

No Konsumen Frekuensi Persentase (%)


1 Konsumen datang ke
tempat produksi ikan untuk 27 90
membeli ikan
2 Produsen pergi ke tempat
3 10
konsumen
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai kedatangan konsumen ke

tempat produksi tersaji pada Gambar 4.56 sebagai berikut :

Produsen
pergi ke
tempat
konsumen
10%

Konsumen
datang ke
tempat
produksi ikan
untuk
membeli…
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
Gambar 4.56
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Kedatangan
Konsumen ke Tempat Budi Daya Ikan

Berdasarkan Tabel 4.42 dan Gambar 4.56 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis mendistribusikan

hasil produksi dengan cara yang berbeda. Terdapat pembudi daya


149

yang selalu didatangi konsumen ke tempat budi daya untuk membeli

ikan sebanyak 27 orang atau 90%, dan ada juga pembudi daya yang

harus menjual ikannya ke tempat konsumen sebanyak 3 orang atau

10%. Sebagian besar konsumen akan mendatangi pembudi daya.

Konsumen terdiri dari pengepul dan masyarakat setempat.

d. Sistem Pemeliharaan

Para pembudi daya ikan memberi makan ikan dengan pakan

yang berbeda-beda tergantung dari kepemilikan modal dan ukuran

ikan yang diberi pakan. Data tanggapan responden mengenai jenis

pakan yang digunakan tersaji pada Tabel 4.43 sebagai berikut :

Tabel 4.43
Tanggapan Responden Mengenai Jenis Pakan yang Digunakan

Jenis Pakan yang


No Frekuensi Persentase (%)
Digunakan
1 Daun-daun dan pakan
7 23,33
alami
2 Pelet 18 60,00
3 Bekatul dan Longyam 5 16,67
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.43 diketahui bahwa pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis memberikan makanan yang berbeda-

beda untuk ikannya. Sebanyak 18 orang atau 60% memberi pelet

sebagai pakan ikan, sebanyak 7 orang atau 23,33% memberi ikannya

dengan daun-daun dan pakan alami seperti nasi bekas di rumah dan

sebanyak 5 orang atau 16,67% memberi pakan bekatul dan longyam

untuk ikannya.
150

Data tanggapan responden mengenai jenis pakan yang

digunakan tersaji pada Gambar 4.57 sebagai berikut :

Bekatul dan Daun-daun


Longyam dan pakan
17% alami
23%

Pelet
60%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.57
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jenis Pakan yang
Digunakan
Contoh pelet tersaji pada Gambar 4.58 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.58 Pakan Pelet
151

Pakan ikan dengan bekatul, longyam dan sekam padi tersaji

pada Gambar 4.59 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.59
Pakan Sekam Padi

Memberi pakan dapat dilakukan pagi dan sore atau pagi,

siang dan sore. Data tanggapan responden mengenai frekuensi

pemberian pelet tersaji pada Tabel 4.44 sebagai berikut :

Tabel 4.44
Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi Pemberian Pelet
pada Ikan

Frekuensi Pembelian
No Frekuensi Persentase (%)
Pakan Pelet
1 1-2 kali 19 63,34
2 3-5 kali 2 6,67
3 Tidak diberi pelet 9 30,00
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
152

Data tanggapan responden mengenai frekuensi pemberian

pelet tersaji pada Gambar 4.60 sebagai berikut :

Tidak
diberi
pelet
30%

1-2 kali
63%
3-5 kali
7%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.60
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Frekuensi
Pemberian Pelet pada Ikan

Berdasarkan Tabel 4.44 dan Gambar 4.60 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang menggunakan

pelet memiliki frekuensi yang berbeda dalam pemberian pelet pada

ikannya yaitu 1-2 kali sebanyak 10 orang atau 63,34%, tidak

memberi makan pelet sebanyak 9 orang atau 30% dan memberi

pakan pelet sebanyak 3-5 kali berjumlah 2 orang atau 6,67%.

Para pembudi daya ikan memiliki kolam yang diisi ikan

dengan kerapatan ikan yang berbeda setiap meter perseginya.

Tergantung dari ukuran ikan yang ditebar dan luas kolam. Jika ikan

berukuran kecil biasnya memiliki kerapatan tinggi. Data tanggapan

responden mengenai kerapatan ikan yang ditebar tersaji pada Tabel

4.45 sebagai berikut :


153

Tabel 4.45
Tanggapan Responden Mengenai Kerapatan Ikan yang
Ditebar setiap Meter Persegi

Kerapatan Penebaran
No Ikan Setiap Meter Frekuensi Persentase (%)
Persegi
1 1-2 ekor 2 6,67
2 3-7 ekor 4 13,33
3 Diatas 8-10 ekor 24 80,00
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai kerapatan ikan yang

ditebar tersaji pada Gambar 4.61 sebagai berikut :

1-2 ekor
7% 3-7 ekor
13%

Diatas 8-10
ekor
80%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.61
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Kerapatan Ikan
yang Ditebar setiap Meter Persegi

Berdasarkan Tabel 4.45 dan Gambar 4.61 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis menebar ikan dengan

sangat rapat karena 24 orang atau 80% menebar ikan dalam kisaran

8-10 ekor permeter persegi, kemudian 3-7 ekor permeter persegi

sebanyak 4 orang atau 13,33% dan 1-2 ekor permeter persegi


154

sebanyak 2 orang atau 6,67%. Kerapatan ikan yang ditebar tersaji

pada Gambar 4.62 sebagai berikut :

Sumber: Dokumentasi Foto Penelitian (2019)


Gambar 4.62
Kerapatan Ikan yang Ditebar
e. Modal

Para pembudi daya ikan dalam memulai usahanya

menggunakan modal yang berasal dari kepemilikian sendiri dan

sebagian berasal dari hasil meminjam. Data tanggapan responden

mengenai modal yang digunakan untuk membudidayakan ikan pada

pertama kalinya tersaji pada Tabel 4.46 sebagai berikut :

Tabel 4.46
Tanggapan Responden Mengenai Kepemilikan Modal

No Kepemilikan Modal Frekuensi Persentase (%)


1 Modal sendiri 27 90
2 Meminjam Modal 3 10
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
155

Data tanggapan responden mengenai modal yang digunakan

untuk membudidayakan ikan tersaji pada Gambar 4.63 sebagai

berikut :

Meminjam
Modal
10%

Modal
sendiri
90%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.63
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Kepemilikan
Modal

Berdasarkan Tabel 4.46 dan Gambar 4.63 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis banyak yang memulai

usahanya dengan menggunakan modal sendiri yaitu sebanyak 27

orang atau 90%, dan sebanyak 3 orang atau 10% menggunakan

modal pinjaman untuk memulai usahanya.

Para pembudi daya ikan yang sukses dalam bisnisnya,

sebagian diantaranya memutuskan meminjam modal untuk

mengembangkan usahanya. Modal dapat berupa lahan untuk proses

produksi atau berupa uang. Data tanggapan responden mengenai

jenis modal yang dipinjam untuk mengembangkan bisnis budi daya

ikan tersaji pada Tabel 4.47 sebagai berikut :


156

Tabel 4.47
Tanggapan Responden Mengenai Jenis Pinjaman Modal

No Jenis Pinjaman Modal Frekuensi Persentase (%)


1 Uang 4 13,34
2 Lahan 4 13,33
3 Alat-alat perikanan 4 13,33
4 Saya tidak meminjam
18 60,00
modal
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai jenis modal yang

dipinjam tersaji pada Gambar 4.64 sebagai berikut :

Uang
14%
Lahan
13%
Saya tidak
meminjam
modal Alat-alat
60% perikanan
13%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.64
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jenis Pinjaman
Modal

Berdasarkan Tabel 4.47 dan Gambar 4.64 diketahui bahwa 18

orang atau 60% menanggapinya dengan tidak pernah meminjam

modal. Sebagian pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

setidaknya pernah meminjam modal berupa uang, lahan atau alat-

alat perikanan selama mereka membuka usaha. Pembudi daya yang

meminjam modal berupa uang sebanyak 4 orang atau 13,34%,

meminjam lahan sebanyak 4 orang atau 13,33% dan meminjam alat-


157

alat perikanan seperti waring, hapa serta tabung oksigen saat panen

sebanyak 4 orang atau 13,33%.

Para pembudi daya ikan meminjam modal kepada pihak-

pihak yang mampu meminjamkan apa yang dibutuhkan. Data

tanggapan responden mengenai tempat meminjam modal tersaji

pada Tabel 4.48 sebagai berikut :

Tabel 4.48
Tanggapan Responden Mengenai Tempat Meminjam Modal

Tempat Meminjam
No Frekuensi Persentase (%)
Modal
1 Bank 5 16,67
2 Koperasi - -
3 Kelompok petani ikan 7 23,33
4 Saudara atau teman - -
5 Saya tidak meminjam
modal 18 60,00
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden mengenai tempat meminjam

modal tersaji pada Gambar 4.65 sebagai berikut :

Bank
17% Koperasi
0%

Kelompok
Saya tidak
petani ikan
meminjam
23%
modal
60% Saudara
atau
teman
0%
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
Gambar 4.65
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Tempat Meminjam
Modal
158

Berdasarkan Tabel 4.48 dan Gambar 4.65 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang tidak pernah

meminjam sebanyak 18 orang atau 60%, meminjam ke kelompok

petani ikan sebanyak 7 orang atau 23,33% dan meminjam ke bank

untuk mengembangkan usahanya berjumlah sebanyak 5 orang atau

16,67%.

f. Skala Usaha

Para pembudi daya ikan ada yang memiliki pekerja dalam

membantu proses produksinya. Data tanggapan responden

mengenai jumlah pekerja yang dimiliki tersaji pada Tabel 4.49

sebagai berikut :

Tabel 4.49
Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Pekerja Budi Daya
Ikan

No Jenis Bantuan Modal Frekuensi Persentase (%)


1 Saya memiliki pekerja
13 43,33
sebanyak 1-2 orang
2 Saya memiliki pekerja
1 3,34
sebanyak 3-6 orang
3 Saya memiliki pekerja di
- -
atas 6 orang
4 Saya tidak memiliki
16 53,33
pekerja
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.49 diketahui bahwa pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis yang tidak memiliki pekerja sama sekali

sebanyak 16 orang atau 53,33%, memiliki pekerja 1-2 orang yaitu


159

mencapai 13 orang atau 43,33%, 3-6 orang sebanyak 1 orang atau

3,34% dan pekerja lebih dari 6 orang sebanyak 0%.

Data tanggapan responden mengenai jumlah pekerja yang

dimiliki juga tersaji pada Gambar 4.66 sebagai berikut :

Saya memiliki
Saya tidak pekerja
memiliki sebanyak 1-2
pekerja orang…
53%

Saya memiliki pekerja


Saya memiliki pekerja
sebanyak 3-6 orang
di atas 6 orang
4%
0%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.66
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Jumlah Pekerja
Budi Daya Ikan

Para pembudi daya memelihara ikan dengan luas lahan yang

berbeda-beda. Data tanggapan responden mengenai luas lahan yang

digunakan untuk memelihara ikan tersaji pada Tabel 4.50 sebagai

berikut :

Tabel 4.50
Tanggapan Responden Mengenai Luas Lahan yang Digunakan
untuk Memproduksi Ikan

No Luas Lahan Frekuensi Persentase (%)


1 Kurang dari 200 m2 3 10,00
2 Antara 200-400 m2 5 16,67
3 Diatas 400 m2 22 73,34
Jumlah 30 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
160

Data tanggapan responden mengenai luas lahan yang

digunakan untuk memelihara ikan tersaji pada Gambar 4.67 sebagai

berikut :

Kurang
dari 200
m2
10%
Antara
200-400
m2
17%
Diatas
400 m2
73%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.67
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Luas Lahan yang
Digunakan untuk Memproduksi Ikan

Berdasarkan Tabel 4.50 dan Gambar 4.67 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis rata-rata memiliki

lahan kolam di atas 400 m2 yaitu sebanyak 22 orang atau 73,34%,

memiliki lahan antara 200-400 m2 sebanyak 5 orang atau 16,67%,

dan kurang dari 200 m2 sebanyak 3 orang atau 10%.

4. Pengaruh Sektor Perikanan Air Tawar Terhadap Kondisi Sosial

Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan

Bungursari Kota Tasik

a. Membuka Lapangan Pekerjaan

Para pembudi daya ikan, pekerja di pembudi daya ikan dan

pengolah ikan mempunyai tanggapan yang berbeda mengenai

pengaruh sektor perikanan dalam mengurangi jumlah pengangguran


161

di Kelurahan Cibunigeulis. Data tanggapan responden tersaji pada

Tabel 4.51 sebagai berikut :

Tabel 4.51
Tanggapan Responden Terhadap Pengaruh Sektor Perikanan
dalam Mengurangi Jumlah Pengangguran

Pekerja di
Mengurangi Pembudi Pengolah
Pembudi Jumlah
No Jumlah Daya Ikan Ikan
Daya Ikan
Pengangguran
F % F % F % F %
1 Mengurangi
jumlah 28 93,34 8 100 2 66,67 38 92,68
pengangguran
2 Tidak
mengurangi
2 6,66 - 1 33,34 3 7,32
jumlah
pengangguran
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Data tanggapan responden terhadap pengaruh sektor perikanan

dalam mengurangi jumlah pengangguran tersaji pada Gambar 4.68

sebagai berikut :

Tidak
mengurangi
jumlah
pengangguran
7%

Mengurangi
jumlah
pengangguran
93%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.68
Diagram Tanggapan Responden Terhadap Pengaruh Sektor
Perikanan dalam Mengurangi Jumlah Pengangguran
162

Berdasarkan Tabel 4.51 dan Gambar 4.68 diketahui sebanyak

28 pembudi daya atau 93,34% mengatakan bahwa sektor perikanan

di Kelurahan Cibunigeulis telah mengurangi jumlah pengangguran.

Sebanyak 2 orang atau 6,66% menanggapi bahwa perikanan tidak

mengurangi jumlah pengangguran di Kelurahan Cibunigeulis.

Para pekerja di pembudi daya ikan sebanyak 8 orang atau

100% mengatakan bahwa perikanan telah mengurangi jumlah

pengangguran. Pengolah ikan sebanyak 2 orang atau 66,67%

mengatakan bahwa sektor perikanan telah mengurangi jumlah

pengangguran, 1 orang sisanya atau 33,34% mengatakan bahwa

sektor perikanan tidak mengurangi jumlah pengangguran.

Data tanggapan responden mengenai pengaruh sektor

perikanan dalam membuka lapangan pekerjaan di Kelurahan

Cibunigeulis.tersaji pada Tabel 4.52 sebagai berikut :

Tabel 4.52
Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Sektor Perikanan
dalam Membuka Lapangan Pekerjaan di Kelurahan
Cibunigeulis

Pekerja di
Membuka Pembudi Pengolah
Pembudi Jumlah
No Lapangan Daya Ikan Ikan
Daya Ikan
Pekerjaan
F % F % F % F %
1 Membuka
lapangan 17 56,67 6 75 1 33,33 24 58,53
pekerjaan
2 Tidak membuka
lapangan 13 43,33 2 25 2 66,67 17 41,46
pekerjaan
Jumlah 30 100 8 100 3 100 41 100S
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
163

Data tanggapan responden juga tersaji pada Gambar 4.69

sebagai berikut :

Tidak
membuka
lapangan
pekerjaan
41% Membuka
lapangan
pekerjaan
59%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.69
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Sektor
Perikanan dalam Membuka Lapangan Pekerjaan di
Kelurahan Cibunigeulis

Berdasarkan Tabel 4.52 dan Gambar 4.69 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis menyatakan bahwa

sektor perikanan telah membuka lapangan pekerjaan sebanyak 17

orang atau 56,67%, dan 13 orang atau 43,33% menyatakan bahwa

sektor perikanan tidak membuka lapangan pekerjaan. Pekerja di

pembudi daya ikan menyatakan bahwa sektor perikanan telah

membuka lapangan pekerjaan. Pendapat ini dinyatakan oleh 6 orang

pekerja atau 75%, sedangkan 2 orang atau 25% menyatakan bahwa

sektor perikanan tidak membuka lapangan pekerjaan.

Para pengolah ikan yang terdiri dari perempuan dan ibu

rumah tangga menyatakan bahwa sektor perikanan tidak membuka

lapangan pekerjaan. Pendapat ini dinyatakan oleh 2 orang pengolah


164

ikan atau 66,67%, sedangkan 1 orang sisanya atau 33,33%

menyatakan bahwa sektor perikanan telah membuka lapangan

pekerjaan.

b. Meningkatkan Pendapatan

Para pembudi daya ikan, pekerja di pembudi daya ikan dan

pengolah ikan memiliki tanggapan yang berbeda mengenai

pengaruh sektor perikanan dalam meningkatkan pendapatan. Data

tanggapan responden mengenai peningkatan pendapatan tersaji pada

Tabel 4.53 sebagai berikut :

Tabel 4.53
Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan Pendapatan

Pembudi Pekerja Pengolah


Peningkatan Jumlah
No Daya Ikan Perikanan Ikan
Pendapatan
F % F % F % F %
Pendapatan
1 20 66,67 4 50,00 1 33,33 25 60,97
meningkat
Pendapatan
2 10 33,34 3 37,50 2 66,67 15 36,58
tetap
Pendapatan
3 - - 1 12,50 - - 1 2,43
menurun
Jumlah 30 100 8 - 3 100 41 100
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.53 dan Gambar 4.80 diketahui bahwa

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis menanggapi bahwa

pendapatan mereka mengalami peningkatan, namun ada pula yang

menanggapi bahwa pendapatan mereka tetap. Sebanyak 20 pembudi

daya atau 66,67% menanggapi bahwa pendapatan mereka

meningkat dan sebanyak 10 pembudi daya atau 33,34% menanggapi


165

bahwa pendapatan mereka tetap. Tidak terdapat pembudi daya ikan

yang menanggapi pendapan menurun.

Data tanggapan responden mengenai peningkatan

pendapatan setelah bekerja di sektor perikanan tersaji pada Gambar

4.70 sebagai berikut :

Pendapata
n menurun
2%

Pendapata
n tetap
37% Pendapata
n
meningkat
61%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.70
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Peningkatan
Pendapatan

Para pekerja di pembudi daya ikan memiliki tanggapan yang

beragam. Sebanyak 4 orang atau 50% menyatakan bahwa

pendapatan mereka meningkat setelah bekerja di sektor perikanan.

Sebanyak 3 orang atau 37,50% menyatakan bahwa pendapatan

mereka tetap dan sebanyak 1 orang atau 12,50% menanggapi bahwa

pendapatan mereka menurun.

Para pengolah ikan menyatakan bahwa pendapatan mereka

meningkat dan tetap. Sebanyak 2 orang 66,67% menyatakan


166

pendapatan mereka tetap dan sebanyak 1 orang atau 33,33%

menyatakan pendapatan mereka meningkat setelah mengolah ikan.

Para pembudi daya ikan, pekerja di pembudi daya ikan dan

para pengolah ikan memiliki peningkatan pendapatan yang berbeda-

beda setelah mereka terlibat dalam sektor perikanan. Data tanggapan

responden mengenai besarnya pendapatan di sektor perikanan tersaji

pada Tabel 4.54 sebagai berikut :

Tabel 4.54
Tanggapan Responden Mengenai Pendapatan pada Sektor
Perikanan

Pembudi Pekerja Pengolah


Pendapatan pada Daya Perikanan Ikan Jumlah
No
Sektor Perikanan Ikan
F % F % F % F %
1 Rp100.000 sampai
6 20,00 6 62,50 3 100 15 36,58
Rp400.000
2 Rp500.000 sampai 1
40,00 - - - 12 29,26
Rp1.000.000 2
3 Rp1.100.000
sampai 8 26,67 2 37,50 - - 10 24,39
Rp3.000.000
4 Rp3.100.000
sampai 1 3,33 - - - 1 2,43
Rp6.000.000
5 Diatas Rp
3 10 - - - 3 7,31
6.000.000
3
Jumlah 100 8 100 3 100 41 100
0
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan Tabel 4.54 diketahui bahwa pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis memiliki peningkatan pendapatan yang

beragam. Sebanyak 6 orang atau 20% menyatakan pendapatan

mereka meningkat Rp100.000 sampai Rp400.000 perbulan,


167

sebanyak 12 orang atau 40% menyatakan pendapatan mereka

meningkat sebesar Rp500.000 sampai Rp1.000.000 perbulan,

sebanyak 8 orang atau 26,67% menyatakan pendapatan mereka

meningkat sebesar Rp. 1.100.000 sampai Rp3.000.000, sebanyak 3

pembudi daya atau 10% menyatakan bahwa mereka memiliki

pendapatan dari sektor perikanan lebih dari Rp6.000.000

perbulannya dan sebanyak 1 orang pembudi daya menanggapi

bahwa pendapatan mereka meningkat sebesar Rp3.100.000 sampai

Rp6.000.000.

Data tanggapan responden mengenai besarnya pendapatan di

sektor perikanan juga tersaji pada Gambar 4.71 sebagai berikut :

Rp3.100.000- >Rp.6.000.00
Rp6.000.000 0
3% 7%

Rp100.000-
Rp1.100.000- Rp400.000
Rp3.000.000 37%
24%

Rp500.000-
Rp1.000.000
29%

Sumber: Hasil Penelitian (2019)


Gambar 4.71
Diagram Tanggapan Responden Mengenai Pendapatan
pada Sektor Perikanan

Para pekerja di pembudi daya ikan sebanyak 6 orang atau

75% menanggapi bahwa pendapatan mereka meningkat sebesar

Rp100.000 sampai Rp400.000 perbulannya dan sebanyak 2 orang


168

atau 25% menyatakan bahwa mereka memiliki pendapatan dari

sektor perikanan sebesar Rp1.100.000 sampai Rp3.000.000

perbulannya. Untuk para pengolah ikan, semua responden yaitu 3

orang atau 100% menanggapi bahwa pendapatan mereka meningkat

sebesar Rp100.000 sampai Rp400.000 perbulannya. Pengolah ikan

tidak memiliki kenaikan pendapatan yang berarti karena kurang

produktif.

C. Pembuktian Hipotesis

1. Pembuktian Hipotesis I

Hipotesis pertama yang peneliti kemukakan yaitu karakteristik

sektor perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan

Bungursari Kota Tasikmalaya adalah tempat pemeliharaan ikan (kolam,

minapadi, perairan umum), jenis ikan (mas, mujair, gurami, lele, nila),

proses produksi (pemeliharaan induk, pemijahan, pendederan,

pembesaran, memanen, pemasaran), sistem pemeliharaan (tradisional,

semi intensif dan intensif), modal (mandiri, meminjam) dan skala usaha

(kecil, menengah, besar).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan

mengenai variabel-variabel yang menyatakan karakteristik sektor

perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari,

didapatkan data-data yang sesuai dengan hipotesis. Informasi lebih rinci

tersaji pada Tabel 4.55 sebagai berikut :


169

Tabel 4.55
Rangkuman Hasil Analisis Karakteristik Sektor Perikanan Air
Tawar di Kelurahan Cibungeulis Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya

Kesesuaian
No Variabel dengan
Hipotesis
Hasil Analisis
Karakteristik
Sektor Ya Tidak
Perikanan
1 Tempat Tempat pemeliharaan ikan para
Pemeliharaan pembudi daya di Kelurahan
Ikan Cibunigeulis terdiri dari kolam dan 
minapadi. Didominasi oleh kolam.
2 Jenis Ikan Para pembudi daya ikan di Kelurahan
yang Cibunigeulis memelihara ikan yang
Dipelihara beragam jenisnya yaitu ikan Gurame,
Mas, Nila, Nilem, Lele, Mujair, 
Tambak, Tawes. Ikan yang paling
banyak di pelihara adalah Mas,
Mujair dan Nilem.
3 Proses Proses produksi ikan budi daya di
Produksi Kelurahan Cibunigeulis terdiri dari
beberapa tahap yaitu persiapan
kolam, pemijahan, pembenihan,
pendederan, pembesaran, pengolahan
dan pemasaran. Pembudi daya ikan di 
Kelurahan Cibunigeulis banyak
bergerak pada proses pembenihan dan
pembesaran dan didominasi oleh
pembesaran.
4 Sistem Sistem pemeliharaan ikan di
Pemeliharaan Kelurahan Cibunigeulis terdiri dari
sistem pemeliharaan tradisional, semi
intensif dan intensif. Sistem
pemeliharaan dapat diketahui dari 
frekuensi pemberian pakan dalam
sehari. Sistem pemeliharaan
didominasi sistem semi intensif.
5 Modal Modal yang digunakan pembudi daya
ikan untuk membuka usaha adalah
modal sendiri dan meminjam. Modal
didominasi modal sendiri. Sebagian 
pembudi daya memperoleh bantuan
modal dari Dinas Pertanian dan
170

Perikanan Kota Tasikmalaya. Jenis


bantuan modal berupa benih, pakan,
material bangunan, alat-alat proses
produksi.
6 Skala Usaha Skala usaha diklasifikasikan
berdasarkan luas kolam yang dimiliki
dan jumlah tenaga kerja. Skala usaha
berdasarkan luas kolam didominasi 
skala besar dan berdasarkan tenaga
kerja didominasi skala kecil.
Sumber : Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.55 dapat dikemukakan

bahwa karakteristik sektor perikanan air tawar di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya terdiri dari

tempat pemeliharaan, jenis ikan yang dipelihara, proses produksi, sistem

pemeliharaan, modal dan skala usaha.

Kesimpulannya adalah Hipotesis I telah terbukti yaitu:

“Karakteristik sektor perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis

Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya terdiri dari tempat

pemeliharaan, jenis ikan yang dipelihara, proses produksi, sistem

pemeliharaan, modal dan skala usaha.”

2. Hipotesis II

Hipotesis kedua yang peneliti kemukakan yaitu pengaruh

sektor perikanan air tawar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat

di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasiknalaya

adalah membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan

bagi masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota

Tasiknalaya.
171

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan

mengenai variabel-variabel yang menyatakan pengaruh sektor

perikanan air tawar terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di

Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya,

yaitu membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan bagi

masyarakat maka didapatkan data-data yang sesuai dengan hipotesis.

Informasi lebih rinci tersaji pada Tabel 4.56 sebagai berikut :

Tabel 4.56
Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Sektor Perikanan Air
Tawar Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi di Kelurahan
Cibungeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Kesesuaian
No Variabel dengan
Hipotesis
Hasil Analisis
Pengaruh
Sektor Ya Tidak
Perikanan
1 Membuka Sektor perikanan telah membuka lapangan
Lapangan pekerjaan untuk masyarakat di Kelurahan
Pekerjaan Cibunigeulis, diantaranya adalah menjadi
pembudi daya ikan, buruh perikanan,
pengolah ikan, pengepul ikan dan
penyuluh ikan. Saat panen atau
mengeringkan kolam akan membutuhkan 
3-4 pekerja. Lebih dari setengah
responden menyatakan bahwa sektor
perikanan membuka lapangan pekerjaan,
kurang dari setengah responden
menyatakan bahwa sektor perikanan tidak
membuka lapangan pekerjaan.
2 Meningkat- Sektor perikanan menjadi pekerjaan
kan sampingan bagi masyarakat di Kelurahan
Pendapatan Cibunigeulis, namun tetap memberi
keuntungan. Lebih dari setengah 
respomden menyatakan pendapatan
meningkat, kurang dari setengah
responden menyatakan bahwa pendapatan
172

mereka tetap, dan sebagian kecil


menyatakan pendapatan mereka menurun.
Pendapatan mereka meningkat dari
kisaran Rp100.000 sampai lebih dari
Rp6.000.000. perbulannya. Kurang dari
setengah responden menyatakan
pendapatan mereka meningkat
Rp100.000-Rp400.000, Rp500.000-
Rp1.000.000, Rp1.100.000-Rp3.000.000,
dan sebagian kecil responden menyatakan
bahwa pendapatan mereka meningkat
Rp3.100.000-Rp6.000.000 dan sebagian
kecil memiliki peningkatan pendapatan
lebih dari Rp6.000.000 perbulannya.
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4.56 dapat dikemukakan

bahwa pengaruh sektor perikanan air tawar terhadap kondisi sosial ekonomi

di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya terdiri

membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan.

Kesimpulannya adalah Hipotesis II telah terbukti yaitu: “Pengaruh

sektor perikanan air tawar terhadap kondisi sosial ekonomi di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya adalah membuka

lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan.”

D. Pembahasan

1. Karakteristik Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan


Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

a. Tempat Pemeliharaan

Sumberdaya perairan di Indonesia terdiri dari minapadi di

sawah, kolam, dan perairan umum meliputi sungai, waduk, dan rawa

(Nurhakim, 2018:1). Sumberdaya perairan di Kelurahan

Cibunigeulis yang digunakan untuk memelihara ikan terdiri dari


173

minapadi dan kolam. Airnya berasal dari sumber mata air di

Kelurahan Cibunigeulis yaitu dari Gunung Muncang, Cihejo,

Gunung Cariu Cayur, Gunung Cariu, Gunung Kokosan, Ranca

Cihideung, Gunung Goong dan Ranca Sarenggang yang digunakan

untuk mengairi sawah penduduk dan kolam ikan.

Kolam dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam

diantaranya kolam air tenang, kolam terpal, kolam beton, akuarium,

hampang, keramba dan keramba jaring apung. Penggunaan kolam

harus disesuaikan dengan karakteristik ikan dan kemampuannya

beradaptasi dengan lingkungan (Ma’arif, 2017).

Menurut Soegianto dan Budiana (2007:13) bahwa kolam

beton/semen adalah kolam yang dibuat dari bahan dasar semen dan

biasanya dibuat oleh pengusaha ikan bermodal besar.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang

memelihara di kolam terbagi menjadi kolam semen, tanah dan

keramba. Pembudi daya memiliki jumlah kolam berbeda-beda.

Untuk kolam beton, pembudi daya biasanya memiliki 1-11 kolam

dengan luas perkolam 400 m2 sampai 800 m2. Pembudi daya yang

memiliki kolam tanah biasanya hanya berjumlah 1-5 buah kolam

dengan luas kolam kurang dari 200 m2 sampai 800 m2. Pembudi

daya yang memiliki kolam keramba biasanya hanya memiliki 1-2

kolam dengan luas 200 m2 sampai 400 m2.


174

Kolam semen dimiliki oleh pembudi daya bermodal besar.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang bermodal besar

diantaranya adalah Bapak Daru yang telah menghabiskan dana

sekitar 3 miliar untuk membeli lahan seluas 2 Ha dan membuat 11

kolam semen dengan luas perkolam rata-rata 700 m2.

Beberapa pembudi daya di Kelurahan Cibunigeulis ada juga

yang menggunakan kolam semen meskipun tidak memiliki modal

besar. Hal ini terjadi karena penembokan dilakukan setelah pembudi

daya memiliki keuntungan dari perikanan. Contohnya adalah Bapak

H. Kunjan Syarif yang memiliki 8 kolam. 4 buah kolam terbuat dari

tanah dan 4 kolam telah disemen.

Kolam keramba biasanya digunakan oleh pembudi daya ikan

lele. Pembudi daya ikan lele di Kelurahan Cibunigeulis ada yang

melakukan polikultur lele dan nilem. Lele disimpan di tengah kolam

dan dibatasi dengan jaring agar lele tidak bersatu dengan nilem dan

tidak memakan ikan nilem yang ada. Kolam keramba juga

digunakan para pembudi daya ikan untuk memelihara benih ikan

agar mempermudah pemeliharaannya.

Khairuman dan Amri (2008) mengemukakan bahwa konsep

minapadi adalah pemeliharaan ikan yang dilakukan bersamaan

dengan penanaman atau pemeliharaan padi. Terdapat pula istilah

penyelang yaitu pemeliharaan ikan sebelum menanam padi.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis ada yang memelihara


175

ikannya di sawah baik sebagai minapadi ataupun penyelang

meskipun dalam jumlah yang sedikit.

Pembudi daya ikan yang menerapkan konsep penyelang

diantaranya adalah Bapak Ujang Syarif. Beliau memelihara ikan

setelah padi di panen. Ketika menunggu selama 25 hari agar benih

padi siap untuk di tanam, maka sawah akan kosong. Bapak Ujang

memanfaatkannya dengan menebar deder ikan berukuran 2-3 cm ke

sawah. Setelah 25 hari maka ikan akan berukuran 4 cm yang disebut

dengan koral. Koral akan dipindahkan lagi ke kolam.

Konsep penyelang yang dilakukan Pak Ujang menunjukan

bahwa pembudi daya tetap membutuhkan kolam ikan untuk proses

pembesaran ikan. Penyelang hanya mungkin dilakukan setelah padi

di panen, artinya hanya 3 kali dalam 1 tahun, dan itupun hanya

sampai berukuran koral.

Pembudi daya yang melakukan konsep minapadi di

Kelurahan Cibunigeulis adalah Bapak Ema Solihin yang merupakan

ketua kelompok petani ikan Bina Karya. Pak Ema membudidayakan

ikannya di sawah bersamaan dengan padi yang tumbuh. Pak Ema

memelihara ikan di sawah hanya untuk satu setengah bulan,

selanjutnya ikan dipindahkan lagi ke kolam. Jika ikan tidak

dipindahkan ke kolam dalam waktu satu setengah bulan, maka padi

akan membusuk atau rusak.


176

Kolam yang ada di Kelurahan Cibunigeulis dapat juga

dikategorikan sebagai kolam milik pribadi dan kolam yang

disentralkan. Kolam milik pribadi berarti diusahakan untuk

kepentingan pribadi, sedangkan kolam yang disentralkan akan

digunakan oleh anggota kelompok petani ikan dengan sistem bagi

hasil. Kolam yang disentralkan biasanya dimiliki oleh ketua

kelompok pembudi daya ikan yang secara sukarela digunakan untuk

kepentingan kelompok. Kolam yang disentralkan terdapat pada

kelompok pembudi daya ikan Bina Karya dan Ligar Jaya. Kolam

yang disentralkan dipakai untuk melakukan percobaan-percobaan.

Contohnya saat melakukan percobaan maggot sebagai pakan ikan di

Gunung Cariu pada kelompok Ligar Jaya. Percobaan dilakukan

untuk mengetahui perbandingan hasil panen antara ikan yang diberi

makan maggot dengan ikan yang diberi makan pelet.

b. Jenis Ikan yang Dipelihara

Menurut Cahyono (2001) terdapat beberapa ikan yang dapat

dipelihara di air tawar. Ikan air tawar terdiri dari sepat siam, toman,

gabus, tawes, sengkaring, mujair, lele, mas, gurame, nila, jendil,

tagih, betok, hampal, nilem, tambakan, jelawat, patin, biawan,

lampan, baung, betutu.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis memelihara

beragam jenis ikan. Ikan yang dipelihara diantaranya adalah ikan

mas, nila, nilem, gurame, mujair, tambakan, tawes, lele, patin dan
177

sepat. Ikan yang paling banyak dipelihara adalah ikan mas, nila,

nilem, tawes dan mujair.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis jarang

mengganti jenis ikan yang dipelihara. Hal ini karena pembudi daya

menjadi pemasok jenis ikan tertentu untuk para pengepul ikan,

sehingga jenis ikannya tidak diganti. Contohnya para pengepul yang

mencari ikan gurame akan mendatangi pembudi daya gurame yang

sudah ia kenal sebelumnya. Faktor lainnya karena pengalaman yang

didapatkan setelah memelihara ikan tertentu menjadi pengetahuan

untuk proses budi daya selanjutnya.

Ikan yang sedang digalakan di Kelurahan Cibunigeulis pada

tahun 2019 adalah nila karena dalam waktu singkat atau 3 bulan

sudah dapat dipanen. Hal ini sejalan dengan pendapat Rukmana

(1997:13) bahwa ikan nila memiliki pertumbuhan yang cepat,

toleransi terhadap lingkungan perairan cukup tinggi, dapat hidup di

perairan tawar, payau maupun air laut. Ikan nila juga pemakan

segala dan dapat memakan makanan sisa manusia sehingga mudah

dalam memeliharanya.

c. Proses Produksi

Proses produksi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu

persiapan kolam, pemupukan, pemeliharaan induk, pemijahan,

penetasan telur, pendederan, pembesaran, pemanenan, pengolahan,

pemasaran. Di Kelurahan Cibunigeulis semua proses produksi ini


178

tidak di lakukan oleh satu pembudi daya. Pembudi daya biasanya

berfokus pada beberapa proses saja.

Tahap persiapan kolam, kolam yang akan digunakan terlebih

dahulu dikeringkan, dibersihkan dari kotoran, rumput-rumput.

Tanggul yang rusak harus ditambal, tanggul yang retak dan lubang-

lubang kecil harus disumbat dengan tanah liat berpasir (Djarijah,

1996: 45).

Tahap pertama adalah persiapan kolam. Pembudi daya ikan

di Kelurahan Cibunigeulis akan melakukan pengeringan kolam

pasca panen selama 1 minggu, kemudian digunakan kapur untuk

mensterilkan dan menyeimbangkan pH agar tidak asam. Penebaran

pupuk kandang atau pupuk hijau seperti daun-daun atau pupuk kimia

untuk menumbuhkan fitoplankton. Setelah memasuki minggu ke 2

atau ke 3 akan dilakukan pengisian air. Setelah air terisi, maka

tunggu selama 3 hari. Setelah itu ikan sudah dapat di tebar.

Pembudi daya dapat melakukan pemupukan pada kolam

sebelum kolam dipakai dengan tujuan menumbuhkan fitoplankton

sebagai makanan ikan. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk

kandang, pupuk hijau dan pupuk buatan (Afrianto dan Liviawaty,

1988).

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis melakukan

pemupukan pada kolam ikan dengan menggunakan pupuk kandang,

pupuk hijau dan pupuk buatan. Tahap pemberian pupuk pada kolam
179

dilakukan bersamaan dengan persiapan kolam. Pembudi daya ikan

menggunakan pupuk yang berbeda-beda. Pembudi daya ikan

biasanya menggunakan pupuk kandang berupa kotoran ayam dan

kambing. Kotoran ayam dibeli dari peternak ayam di Kelurahan

Cibunigeulis dengan harga Rp5.000 perkarung.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis juga

menggunakan pupuk hijau atau daun-daun untuk menumbuhkan

fitoplankton. Daun yang biasa digunakan diantaranya adalah daun

talas, rumput-rumputan, barangbang atau daun kelapa yang sudah

jatuh.

Induk ikan dipelihara untuk proses pemijahan. Induk yang

dipilih adalah induk dengan pertumbuhan yang cepat dan sehat.

Pertumbuhan induk ikan yang baik adalah dengan menggunakan

sistem monokultur artinya induk jantan dan induk betina dipelihara

dalam dua tempat yang berbeda (Said, 2007:36).

Para pembudi daya ikan yang memelihara induk ikan adalah

pembudi daya yang berfokus pada proses pembenihan. Agar

menghasilkan benih berkualitas, pembudi daya juga sangat

memperhatikan induk yang akan digunakan untuk pemijahan. Induk

ikan digunakan lebih dari satu kali pembenihan. Jika induk ikan

sudah tua dan tidak produktif, induk ikan akan diganti. Ciri dari

induk yang tidak produktif adalah menghasilkan telur lebih banyak


180

dari jumlah normal namun benih ikan yang dihasilkan bersifat bantet

dan sukar tumbuh besar.

Menurut Sutisna dan Ratno (1995: 67) pemijahan adalah

proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk

jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan.

Pemijahan ikan di Kelurahan Cibunigeulis dilakukan oleh

pembudi daya yang berfokus pada proses pembenihan. Pemijahan

dilakukan dengan mengawinkan ikan jantan dan betina yang sudah

siap bereproduksi. Kolam ikan yang sudah berisi pasangan indukan

diberi ijuk sebagai tempat menyimpan telur. Setelah didiamkan

semalam, biasanya telur-telur akan sudah menempel pada ijuk-ijuk.

Jika sudah menempel pada ijuk-ijuk, maka ijuk tersebut diambil dari

kolam, dimasukan pada ember besar, kemudian dibiarkan sampai

telur menetas.

Rata-rata pembudi daya melakukan pemijahan lebih dari 10

kali dalam setahun tergantung jenis ikan, luas kolam, banyaknya

induk yang dimiliki. Contoh nya adalah Bapak Didi yang melakukan

pemijahan ikan lebih dari 10 kali pertahun untuk ikan nila. Setiap

periode pemijahan ikan nila membutuhkan waktu 20 hari. Dalam

waktu 2 bulan sudah melakukan pemijahan 3 kali. Dalam waktu 1

tahun atau 12 bulan maka dapat melakukan pemijahan sebanyak 18

kali.
181

Telur yang menetas akan menghasilkan larva ikan. Larva

ikan biasa disebut oleh masyarakat Kelurahan Cibunigeulis dengan

sebutan kebul yang artinya debu. Kebul dijual dengan menggunakan

satuan cangkir. Kebul kemudian akan tumbuh dengan lebar ½ cm

dan panjang 2 cm yang disebut oleh masyarakat dengan arui lepas.

Ikan yang berukuran arui dapat ditanam dengan konsep minapadi.

Kemudian setelah itu, arui akan tumbuh berukuran 4 cm yang

disebut oleh masyarakat setempat dengan sebutan koral.

Kebul atau larva ikan diberi makan dengan dedak atau

bekatul. Sedangkan arui dan koral dapat diberi makan dengan

rumput dan kotoran ayam, dapat juga pelet yang telah ditumbuk

halus.

Menurut Kordi (2010) proses selanjutnya adalah

pendederan. Pendederan adalah pemeliharaan ikan berukuran 1-3

cm menjadi ikan berukuran 5-8 cm atau lebih. Deder adalah ikan

yang sudah lepas dari asuhan induknya.

Para pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

selanjutnya memelihara ikan tahap deder. Masyarakat setempat

menyebut deder dengan sebutan koral. Ikan-ikan berukuran koral

dalam satu kilo dapat berisikan lebih dari 100 ikan. Koral hanya

tinggal dipelihara sampai ikan berukuran konsumsi. Kegiatan

membesarkan ikan deder atau koral sampai berukuran siap

konsumsi disebut dengan proses pembesaran.


182

Kegiatan pembesaran dilakukan untuk menghasilkan ikan

ukuran konsumsi atau ukuran pasar. Biasanya ikan yang dipasarkan

adalah ikan yang sudah berukuran 300-500 gram per ekor. Biasanya

diperlukan waktu 3-6 bulan untuk menghasilkan ikan ukuran pasar

(Bachtiar, 2002: 10).

Para pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis sebagian

besar berfokus pada usaha pembesaran ikan. Setelah memelihara

deder maka deder akan dipelihara sampai berukuran konsumsi.

Pembesaran ikan dilakukan kurang lebih selama 3 bulan, tergantung

dari ukuran ikan yang diminta. Untuk ikan nila biasanya yang

diminta adalah 1 kilo 8 ekor dengan waktu 3 bulan, sedangkan untuk

permintaan restauran biasanya 1 kilo 4 ekor atau 1 kilo 2 ekor, dan

ini akan memakan waktu 5 bulan. Pembesaran ikan akan

menghabiskan modal yang sangat banyak karena pemberian pakan

pelet akan semakin banyak ketika ikan semakin membesar.

Menurut Suryana (2013:70) panen ikan dengan menggunakan

jala apung akan membuat ikan luka-luka. Oleh karena itu,

pemanenan dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara

perlahan-lahan.

Sebagian besar pembudi daya ikan di Kelurahan

Cibunigeulis akan memanen dengan mengeringkan kolam secara

perlahan-lahan karena input air ditutup sedangkan output air tetap

terbuka. Biasanya akan akan berkumpul disekitar output air karena


183

terbawa arus air sedikit demi sedikit. Selain itu, pembudi daya juga

akan menggiring ikan ke satu titik agar mudah dalam pemanenan.

Pemanenan di Kelurahan Cibunigeulis juga memiliki cara

yang berbeda sesuai ukuran ikannya. Untuk ikan ukuran konsumsi,

kolam ikan akan dikeringkan perlahan-lahan. Untuk ikan berukuran

koral atau 3 cm maka akan digunakan sair. Untuk ikan berukuran

larva, ikan akan dipanen menggunakan kain karna ukurannya yang

sangat kecil sehingga harus berhati-hati dan harus menggunakan

bahan yang lembut.

Panen ikan di Kelurahan Cibunigeulis dilakukan dalam

frekuensi yang berbeda-beda, kisaran 1 sampai 10 kali pertahun.

Masyarakat yang tidak memiliki orientasi ekonomi biasanya panen

1-2 kali pertahun, yaitu ketika hari besar seperti hari raya idul fitri

atau saat saudara yang datang dari tempat jauh berkunjung ke rumah.

Pembudi daya ikan yang panen sebanyak 3-5 kali dalam setahun

adalah pembudi daya yang memiliki 1-5 buah kolam dan sudah

berorientasi ekonomi. Pembudi daya ikan yang panen sebanyak 6-

10 kali dalam setahun adalah pembudi daya yang memiliki lebih dari

10 buah kolam dengan luas lahan total lebih dari 1 hektar dan sudah

berorientasi ekonomi, contohnya adalah Bapak Tosim.

Hasil panen ikan konsumsi sangat beragam tergantung dari

luas kolam, banyaknya ikan yang ditebar, pakan yang digunakan dan

lamanya proses pemeliharaan. Contohnya adalah Bapak Cucu


184

Suryana yang menebar arui ikan nilem sebanyak 50 kg, maka dalam

waktu 3 bulan dengan pemberian paka pelet 2 kali dalam sehari

beliau mampu panen 3000 kg. Sedangkan penebaran 3000 kg arui

nilem dalam waktu 3 bulan, beliau dapat panen ikan konsumsi

hingga 10.000 kg atau 1 ton.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis rata-rata

dalam waktu 3 bulan mampu memanen ikan konsumsi sebanyak

3000 kg. Hal ini dipengaruhi luas kolam tempat produksi rata-rata

mencapai 800 m2 dan pemberian pakan pelet 2 kali sehari.

Pemanenan juga dapat sistem panen total atau panen selektif.

Panen total adalah panen yang mengambil ikan yang siap panen

secara keseluruhan tanpa kecuali. Panen selektif dilakukan jika

ukuran ikan yang dipelihara tumbuh tidak seragam sehingga yang

dipanen hanya ikan dengan ukuran tertentu (Khairuman dan Amri,

2008:76).

Budi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis yang menerapkan

monokultur akan memanen secara total semua ikan. Hal ini terjadi

karena pembudi daya menebar jenis ikan yang sama dengan ukuran

yang sama, kemudian setelah mencapai waktu tertentu, biasanya

ukuran ikan-ikan yang tumbuh akan sama.

Pembudi daya ikan dengan sistem polikultur (lebih dari satu

jenis ikan dalam satu kolam) akan memiliki ukuran ikan yang

berbeda-beda. Ikan yang satu dengan ikan yang lain memiliki


185

keceptan pertumbuhan yang berbeda. Maka pemanenan menerapkan

sistem selektif yaitu ikan dengan ukuran yang diminta saja yang

akan dipanen.

Abriana (2017) memaparkan bahwa pengawetan bertujuan

untuk mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin

dengan cara menghambat atau menghentikan sama sekali penyebab

kerusakan ikan (misalnya menghentikan aktivitas enzim,

mikroorganisme, oksigen).

Pada tahun 2017 Kelurahan Cibunigeulis membuat

kelompok petani ikan yang khusus bergerak di bidang pengolahan

ikan bernama kelompok Poklahsar Nangela dengan anggota terdiri

dari perempuan. Poklahsar Nangela kini sedang berfokus

memproduksi ikan goreng tepung yang diberi nama baby fish dan

were. Baby fish adalah ikan sepanjang jari kelingking atau 3 cm

sedangkan were adalah anak ikan berukuran jari telunjuk atau 5 cm

yang kemudian digoreng dengan tepung terigu.

Produksi baby fish dan were dilakukan dengan menggunakan

alat pengering ikan yang merupakan bantuan dari Dinas Pertanian

dan Perikanan Kota Tasikmalaya. Kendalanya adalah alat pengering

hanya ada dua buah untuk memfasilitasi 36 RT.

Alat pengering diambil dari satu rumah anggota ke rumah

anggota lain. Pengolah ikan mengatakan bahwa terkadang kurang

berminat memproduksi baby fish maupun were karna merasa


186

keberatan jika harus mengambil alat pengeringnya. Sehingga hanya

memproduksi saat ada pesanan saja.

Salah satu pengolah ikan yang aktif memproduksi ikan

olahan di Kelurahan Cibunigeulis adalah Ibu Shinta. Beliau sering

berjualan were dan baby fish di acara CFD (Car Free Day) Kota

Tasikmalaya. Ibu Shinta telah menjual baby fish dan were sampai ke

luar Kota Tasikmalaya yaitu ke Kota Bandung dan Jakarta.

Anak ikan sebanyak 5 kg dalam keadaan basah setelah

digoreng akan mengalami penurunan massa. Setiap 5 kg anak ikan

yang masih mengandung banyak air saat digoreng hanya akan

menghasilkan 1 kg 6 ons baby fish atau were yang kering. 1 kg baby

fish akan dijual dengan harga pasar Rp200.000 dan setiap 1 kg were

akan dijual dengan harga pasar Rp180.000.

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006) pemasaran atau tata

niaga adalah segala usaha atau tindakan yang berhubungan dengan

bergeraknya barang dan jasa sejak dari produsen sampai konsumen.

Sedangkan tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan

barang-barang sampai ke tangan konsumen.

Ikan yang telah diproduksi akan dijual ke pengepul ikan,

pengepul menjual lagi ikannya ke depo ikan Kota Tasikmalaya.

Sebagian pembudi daya ada yang menjual ikannya ke Pasar

Cikurubuk. Pemesanan ikan dapat berasal dari Kota Tasikmalaya

maupun luar Kota Tasikmalaya. Luar Kota Tasikmalaya terdiri dari


187

Jakarta, Bandung, Sukabumi, Kabupaten Tasikmalaya, Canjur dan

Jambi.

Pengepul ikan akan menggunakan mobil pick up jika ikan

yang dibeli diatas 3 kuintal. Namun sebagian besar ikan akan

diangkut menggunakan motor, karena sekali panen rata-rata

pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis hanya mampu

menghasilkan 3 kuintal ikan. Pembudi daya akan berjalan kaki untuk

mengantarkan ikannya ke konsumen jika konsumen berasal dari

tentangga yang berjarak dekat.

Menurut Yuli (2018: 56) pngemasan ikan yang akan

diangkut ke tempat lain dapat dilakukan dengan cara dikemas dalam

plastik polyethylene atau dalam tank tertutup. Pengemasan harus

menyertakan air dan oksigen dalam media pengangkutan.

Penyediaan oksigen yang cukup dapat dilakukan dengan

memperluas kontak antara permukaan air dengan udara, dimana

permukaan air di perluas. Dapat pula dengan aerasi tambahan.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis dalam

mengemas ikan yang dijual tergantung dari jarak perjalanan ke

tempat tujuan, ukuran ikan dan jenis ikan. Plastik polietilen bening

berukuran 1 meter yang diisi air dan oksigen akan dipilih pembudi

daya untuk mengemas ikan jenis mas, mujair, nilem, nila dan anak-

anak ikan yang berukuran 4 cm. Plastik polietilen juga digunakan

untuk pemasaran jarak jauh. Plastik polietilen bening berukuran 1


188

meter yang diisi air dan oksigen serta beban ikan maksimal 5 kg

akan mampu bertahan selama 12 jam di perjalanan.

Pembudi daya ikan akan menggunakan drum berukuran 1,5

meter berisi air sebagai kemasan untuk penjualan ikan jenis gurame,

tambakan, dan lele. Drum juga akan digunakan jika lokasi tujuan

untuk menjual ikan berjarak dekat. Pembudi daya yang tidak

menjual ikan dan hanya dikonsumsi keluarga akan menggunakan

ember berukuran 80 cm untuk menampung ikan.

d. Sistem Pemeliharaan

Syamsul (2017:36) membagi sistem pemeliharaan menjadi

tradisional, semi intensif, intensif dan superintensif. Pada sistem

ekstensif penebaran ikan adalah 0,5-2 ekor/m2, ikan hanya

memperoleh pakan di dalam kolam yang tumbuh alami, limbah

rumah tangga, daun-daun seadanya secara teratur. Pada semi intensif

penebaran ikan 2-7 ekor/m2 dengan diberi pakan buatan 1-2 kali

sehari dan ditambah pakan alami. Sistem intensif dilakukan di

kolam, terpal, keramba dengan penebaran 8-10 ekor/m2 diberi pakan

buatan 3-5 kali sehari dan pakan alami.

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis terdiri dari

sistem pemeliharaan tradisional, semi intensif dan intensif. Sistem

pemeliharaan tradisional hanya menggunakan pakan berupa kotoran

ayam, daun-daun, cacing, sekam padi dan makanan bekas rumah

tangga. Sistem pemeliharaan semi intensif menggunakan pelet


189

sebagai pakan dengan pemberian 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.

Sistem pemeliharaan intensif yaitu menggunakan pelet sebagai

pakan dengan pemberian 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore.

Pakan merupakan hal yang paling penting dalam budi daya

ikan karena sebagian besar modal akan habis digunakan untuk

membeli pakan ikan. Harga pakan pelet adalah Rp11.000/kg untuk

jenis Pro-Vite. Pembudi daya ikan akan membeli pakan di pasar

Cikurubuk. 1 kuintal anak ikan berukuran 2 cm akan menghabiskan

2 kg pelet perhari. Ketika ikan sudah berukuran 15 cm, dapat

menghabiskan 4 kg pelet perhari.

Ikan-ikan yang baru menetas dan anak-anak ikan biasanya

akan diberi makan dengan menggunakan dedak atau bekatul. Dedak

ini diberikan pada bayi ikan karena mereka belum bisa mencerna

makanan berat.

Penebaran ikan di kolam telah menunjukan ciri-ciri intensif

karena sebagian besar pembudi daya ikan menebar ikan lebih dari

10 ikan/m2. Dari segi pemberian pakan menunjukan sistem

pemeliharaan semi intensif dan dari segi penebaran ikan

menunjukan sistem pemeliharaan intensif.

e. Skala Usaha

Skala usaha perikanan dapat dilihat dari luas kolam yang

dimiliki pemilik budi daya ikan. Skala usaha kecil memiliki luas

kolam <200 m2 dengan jumlah tenaga kerja 2 orang dan hasilnya


190

untuk dikonsumsi keluarga, skala usaha sedang memiliki luas kolam

200-400 m2 dengan jumlah tenaga kerja 6 orang, skala usaha besar

memiliki luas kolam > 400 m2 dengan jumlah tenaga 10 orang

(Tetty, 2002: 81-82).

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis dari segi luas

kolam terdiri dari skala usaha besar, sedang dan kecil. Skala usaha

pembudi daya ikan berdasarkan luas kolam didominasi skala usaha

besar karena luas lahan lebih dari 700 m2. Pembudi daya ini biasanya

berorientasi ekonomi, artinya mereka menetapkan target bahwa

setiap periode tertentu harus panen.

Sebagian kecil pembudi daya ikan memiliki skala usaha

sedang. Mereka adalah pembudi daya yang memelihara ikan di

kolam seluas 200-400 m2. Pembudi daya ikan skala menengah ada

yang berorientasi ekonomi dan ada pula yang memelihara ikan

hanya karena memanfaatkan lahan yang ada.

Sebagian kecil sisanya memiliki skala usaha kecil dengan

memelihara ikan di kolam seluas kurang dari 200 m2. Pembudi daya

skala kecil biasanya hanya memelihara ikan karena mereka

kebetulan memiliki lahan kosong yang tidak terpakai dan mereka

berinisiatif untuk membuat kolam karena ketersediaan air dan lahan.

Pembudi daya seperti ini tidak intensif dan tidak berorientasi

ekonomi. Mereka akan mengkonsumsi ikan yang dipelihara untuk

keperluan keluarga.
191

Dari segi pekerja, budi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

hanya terdiri dari skala kecil. Artinya pembudi daya hanya memiliki

pekerja satu atau dua orang. Hal ini karena sistem pemeliharaan

berada dalam tingkat semi intensif dan tidak mampu menutup modal

jika harus membayar pekerja.

f. Modal

Modal dalam lingkup ekonomi adalah barang atau uang yang

bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja

bekerja untuk menghasilkan barang baru (Primyastanto, 2014:9).

Berdasarkan asalnya modal terbagi menjadi modal sendiri

dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari

pengusaha itu sendiri seperti dari hasil menabung. Modal pinjaman

atau asing diperoleh pengusaha dari pihak luar, contohnya dari

koperasi, kelompok pembudi daya ikan, bank, lembaga non-bank,

dan produsen mesin (Soekarno, 2010: 3).

Pembudi daya di Kelurahan Cibunigeulis membuka usaha

sektor perikanan dengan menggunakan modal sendiri yaitu berupa

lahan milik sendiri, hanya sebagian kecil yang memulai membuka

usahanya dengan meminjam lahan. Setelah usahanya berkembang,

pembudi daya mulai meminjam modal baik berupa uang, lahan

maupun alat-alat perikanan agar usaha mereka dapat lebih

berkembang. Pembudi daya ikan akan meminjam ke bank atau ke

kelompok pembudi daya ikan untuk mendapat tambahan modal.


192

Modal tetap pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

adalah lahan yang dipakai untuk kolam ikan, waring, drum ikan,

saung tempat berkumpulnya kelompok pembudi daya ikan.

Sedangkan modal lancar dapat berupa pakan ikan, benih ikan, induk

ikan, plastik polietilen bening berukuran 1 meter, pupuk kandang

dan biaya listrik untuk penerangan.

Para pembudi daya di Kelurahan Cibunigeulis juga mendapat

bantuan modal dari Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas

Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya. Para pembudi daya ikan

yang tergabung dalam kelompok petani ikan akan mengajukan

proposal kepada Balai Pengembangan Perikanan Kota Tasikmalaya.

Proposal tersebut berisi kebutuhan kelompok pembudi daya ikan

yang diharapkan akan dibantu pemenuhannya oleh pemerintah. Jika

disetujui, maka bantuan akan diberikan, namun jika tidak disetujui,

maka bantuan tidak akan diberikan. Bantuan tersebut sangat jarang

berupa uang, bantuan yang diberikan berupa benih, pakan, induk

ikan, penembokan kolam, alat-alat perikanan. Nantinya bantuan ini

akan digunakan untuk kemaslahatan kelompok.

Bantuan terbesar yang diberikan adalah benih ikan.

Contohnya pada tahun 2015 mendapatkan bantuan benih ikan

gurame, mas, nila untuk kelompok Ligar Jaya dan Bina Karya.

Selain benih, bantuan juga berupa pakan dan induk. Tahun 2017

kelompok Bina Karya mendapatkan bantuan indukan ikan mas.


193

Bantuan berupa alat-alat perikanan diantaranya berupa

drum, waring, tambang dan papan organisasi kelompok pembudi

daya ikan. Selain itu, bantuan berupa material pun juga diberikan.

Bapak Endang adalah anggota kelompok pembudi daya ikan yang

mendapatkan bantuan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota

Tasik berupa penembokan kolam. Pekerja yang melakukan

penembokan pun akan dibayar oleh pemerintah. Bapak Tosim

mendapat bantuan penambahan luas lahan produksi lengkap beserta

sertifikat tanah.

2. Pengaruh Sektor Perikanan Air Tawar Terhadap Kondisi Sosial


Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan
Bungursari Kota Tasik

a. Membuka Lapangan Pekerjaan

Sektor perikanan air tawar dapat membawa dampak terhadap

masyarakat. Sektor perikanan dapat dilihat dari kontribusinya

terhadap lapangan pekerjaan. Perikanan baik langsung maupun tidak

langsung memainkan peran penting bagi jutaan orang yang

menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan (Fauzi, 2005).

Manfaat usaha perikanan dalam Suharyadi, dkk (2007) usaha

perikanan memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah membuka

lapangan pekerjaan. Kegiatan membuka usaha membuat pemilik

usaha budi daya ikan memiliki kesempatan untuk membuka

lapangan kerja bagi orang lain, membantu yang tidak mampu, dan

memperoleh laba yang cukup banyak. Selain itu, membuka suatu


194

usaha juga membantu masyarakat mendapat barang dan jasa yang

dibutuhkan.

Sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis telah berhasil

membuka lapangan pekerjaan diantaranya adalah pembudi daya

ikan, pekerja yang bekerja pada pembudi daya ikan pengolah ikan,

pengepul dan buruh bangunan yang menemboki kolam tanah

menjadi kolam semen.

Pembudi daya ikan yang sebelumnya tidak bekerja atau

sebagian besar berasal dari kelompok umur lansia yang sudah tidak

produktif, saat ini dengan adanya sektor perikanan telah membuat

pembudi daya memiliki pekerjaan. Memelihara ikan pun tidak

cukup sulit, pembudi daya hanya harus teratur dalam memberi pakan

dan menjaga kebersihan kolam.

Peran sektor perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis

dalam membuka lapangan pekerjaan muncul dengan cara yang

berbeda-beda. Ada pembudi daya yang memiliki pekerja tetap dan

ada pula pembudi daya ikan yang memiliki pekerja tidak tetap.

pekerja tidak tetap adalah pekerja yang dipanggil hanya saat tertentu

saja. Biasanya para pembudi daya ikan akan memanggil pekerja

tidak tetap pada tahap persiapan kolam dan pemanenan. Pembudi

daya yang memiliki pekerja tetap pun akan memanggil pekerja tidak

tetap jika mereka memasuki tahap persiapan kolam dan pemanenan.


195

Tahap persiapan kolam dan pemanenan adalah salah satu

proses produksi yang memerlukan banyak tenaga manusia. Dalam

persiapan kolam dan pemanenan untuk lahan kolam seluas 700 m2

biasanya membutuhkan 3-5 pekerja.

Para pembudi daya ikan yang menginginkan kolamnya

ditembok menggunakan semen juga membutuhkan tenaga kerja

untuk menembok kolam mereka. Biasanya untuk kolam seluas 700

m2, pembudi daya ikan akan menyewa buruh sebanyak 5-7 orang

untuk menembok kolam mereka.

Tidak semua pembudi daya ikan mampu membuka lapangan

pekerjaan meskipun dalam proses panen dan persiapan kolam.

Pembudi daya ini adalah pembudi daya skala kecil. Pendapatan tidak

terlalu besar dari sektor perikanan sehingga tidak dapat membayar

orang lain untuk membantu pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan

tidak cukup sulit bagi pembudi daya skala kecil karena kolam yang

dimiliki tidak terlalu luas dan ikan yang diproduksi tidak terlalu

banyak.

b. Meningkatkan Pendapatan

Usaha di bidang perikanan air tawar dapat meningkatkan

pedapatan. Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang

atau barang dari hasil usaha atau produksi. Pendapatan dapat pula

diartikan sebagai keuntungan materi yang timbul dari pemakaian

kekayaan atau jasa-jasa manusia (Nadir, 2018: 26).


196

Pendapatan yang meningkat untuk para pembudi daya ikan,

pekerja perikanan dan pengolah ikan sangat tergantung dari

produktifitas dan modal masing-masing. Lebih dari setengah

pembudi daya mengakui pendapatan mereka meningkat dengan

adanya sektor perikanan. Setengah dari pekerja di pembudi daya

ikan mengakui pendapatan mereka meningkat dengan adanya sektor

perikanan. Kurang dari setengah pengolah ikan berpendapat bahwa

pendapatan mereka mengalami peningkatan dengan adanya sektor

perikanan.

Pembudi daya ikan yang tidak berorientasi ekonomi dan

berskala kecil mengaku mengalami peningkatan pendapatan

sebanyak Rp100.000-Rp400.000 perbulannya. Pembudi daya ikan

yang berorientasi ekonomi dan skala kecil memiliki pendapatan

Rp500.000-Rp1.000.000 perbulannya. Pembudi daya ikan semi

intensif dan intensif di Kelurahan Cibunigeulis memiliki pendapatan

sebanyak Rp1.100.000-Rp3.000.000 perbulannya. Pembudi daya

ikan intensif memiliki peningkatan pendapatan Rp3.100.000-

Rp6.000.000 perbulannya dan lebih dari Rp6.000.000 perbulannya.

Pekerja perikanan memperoleh pendapatan Rp100.000-

Rp400.000 pebulan dan adapula yang Rp.1.100.000-Rp3.000.000

perbulan. Semua pengolah ikan memiliki pendapatan Rp.100.000-

Rp400.000 perbulan.
197

E. Analisis SWOT Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Menurut Rangkuti (2006:19) analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan

(Strengths) dan peluang (Opportunies), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).

Kekuatan dan kelemahan merupakan unsur internal sedangkan

peluang dan ancaman merupakan unsur eksternal. Strategi dapat diambil

dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang serta memperkecil kelemahan

dan ancaman (Hamali, 2016:107).

Sektor perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis dapat

dianalisis dengan SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats).

Analisis dilakukan dengan mengindentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman yang ada pada sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis

terlebih dahulu. Setelah terdata semua kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang ada pada sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis, maka

akan dianalisis interaksi antara keempat unsur tersebut. Analisis dilakukan

untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan dan pembuatan strategi

pengembangan sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis. Berikut adalah

identifikasi SWOT untuk sektor perikanan air tawar di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya tersaji pada Tabel

4.57 sebagai berikut :


198

Tabel 4.57
Indentifikasi SWOT Sektor Perikanan Air Tawar Kelurahan
Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)


1. Lokasi Kelurahan 1. Kurangnya koordinasi antara
Cibunigeulis berada pada satu kelompok ikan dengan
daerah datar dan sebagian kelompok ikan yang lain.
perbukitan, sehingga baik 2. Pengolahan ikan belum
untuk penyerapan air. dikembangkan dengan
Akibatnya Kelurahan maksimal.
Cibunigeulis memiliki banyak 3. Tidak menggunakan teknologi
mata air. modern untuk alat-alat yang
2. Pembudi daya ikan di digunakan dalam proses budi
Kelurahan Cibunigeulis telah daya ikan.
terdistribusi dalam kelompok- 4. Hanya sedikit pembudi daya
kelompok dan terorganisasi. ikan yang mencapai tahap
3. Ikan konsumsi yang sistem pemeliharaan intensif.
diproduksi Kelurahan 5. Pembudi daya ikan didominasi
Cibunigeulis memiliki jenis kelompok usia non produktif.
yang beragam.
4. Proses produksi yang
dijalankan sudah lengkap
dimulai dari pemijahan,
penetasan telur, pembenihan,
pendederan dan pembesaran.
5. Pendidikan pembudi daya
tidak terlalu rendah.
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
1. Banyak pesanan ikan dari Kota 1. Penambangan pasir pada bukit-
Tasikmalaya dan luar Kota bukit resapan.
Tasikmalaya. 2. Saat musim kemarau debit air
2. Kualitas ikan yang baik di berkurang.
Kelurahan Cibunigeulis sudah
dikenal oleh konsumen dari
Kota Tasikmalaya dan luar
Kota Tasikmalaya.
3. Kelurahan Cibunigeulis
memiliki peluang untuk
menjadi produsen primer ikan
di Kota Tasikmalaya
4. Bantuan kolam milik bersama
dari Dinas Pertanian dan
Perikanan Kota Tasikmalaya
di Kelurahan Cibunigeulis jika
199

sudah beroperasi diharapkan


mampu meningkatkan jumlah
komoditas ikan dan
meningkatkan minat
masyarakat terhadap sektor
perikanan.
5. Di Kelurahan Cibunigeulis
terdapat pembudi daya ikan
yang meminjam uang ke bank
untuk membangun plasma.
Plasma ini akan menjadi
tempat peminjaman modal
untuk pembudi daya ikan.
Rencananya akan menyiapkan
modal lancar berupa pakan
yang dapat digunakan oleh
pembudi daya bermodal kecil.
Pakan diutamakan sebagai
prioritas bantuan karena pakan
merupakan modal penting
dalam proses budi daya ikan.
Pembudi daya yang telah
meminjam modal lancar
berupa pakan, maka setelah
panen sebagian pendapatan
harus dikembalikan seharga
pakan yang digunakan.
6. Penerapan sistem longyam.
Longyam adalah kandang
ayam yang dibangun di atas
kolam. Kotoran ayam yang
jatuh ke kolam kemudian
dimakan oleh ikan-ikan. Selain
kotoran ikan yang jatuh,
terkadang pakan ayam yang
dipatuk ayam pun ada yang
jatuh ke kolam, nanti pakan
yang jatuh secara tidak sengaja
tersebut akan dimakan oleh
ikan. Hal ini memberikan
keuntungan yang besar bagi
pembudi daya ikan karena ikan
tidak harus diberi pakan pelet.
Sumber: Hasil Penelitian (2019)
200

Berdasarkan hasil identifikasi SWOT, peneliti mencoba

mengemukakan beberapa strategi yang dapat diambil dalam meningkatkan

usaha budi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis. Matriks SWOT untuk

sektor perikanan air tawar di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan

Bungursari Kota Tasikmalaya tersaji pada Tabel 4.58 sebagai berikut :

Tabel 4.58
Matriks SWOT Sektor Perikanan Air Tawar Kelurahan Cibunigeulis
Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Strategi Strengths Weakness


1. Pembudi daya ikan di 1. Banyak pesanan ikan dari
Oppor- Kelurahan Cibunigeulis Kota Tasikmalaya dan luar
tunities telah berorientasi Kota Tasikmalaya namun
ekonomi. Perlunya tidak diimbangi dengan
pendidikan bagi pembudi tingkat produksi yang tinggi
daya agar menetapkan sehingga Kecamatan
target produksi dengan Cibunigeulis tidak mampu
jelas sehingga memicu memenuhi pesanan tersebut.
semangat para pembudi Strategi yang perlu diambil
daya untuk adalah mengubah sistem
meningkatkan pemeliharaan semi intensif
produktifitas. Hal ini menjadi intensif. Pembudi
dapat menghilangkan daya perlu diberi pendidikan
sifat malas dan menunda- agar menabung laba yang
nunda pekerjaan diperoleh dari perikanan.
khususnya setelah panen Tabungan ini digunakan
dan memasuki tahap untuk membeli pakan ikan
persiapan kolam, dimana sehingga ikan diberi makan 3-
pembudi daya biasanya 5 kali dalam sehari. Dengan
menunda-nunda dalam pemberian pakan yang
membudi daya ikan intensif diharapkan produksi
selanjutnya. ikan dapat dipercepat.
2. Adanya kelompok Dengan tingginya produksi,
pembudi daya ikan telah maka permintaan ikan dapat
mempermudah dalam dipenuhi dan transaksi jual
klasifikasi proses beli ikan akan memberi laba
produksi. Kerjasama bagi pembudi daya.
antara satu proses 2. Pembudi daya harus belajar
produksi dengan proses menabung uang. Selain untuk
produksi lain perlu membeli pakan, tabungan ini
201

ditingkatkan. Contohnya dapat dipakai untuk membeli


benih ikan sangat alat-alat perikanan yang lebih
dibutuhkan oleh pembudi modern. Alat-alat modern ini
daya proses pendederan diharapkan mendukung
dan pembesaran. Artinya proses budi daya ikan.
proses pembenihan harus Pembudi daya ikan tidak
konsisten dan intensif perlu khawatir ikannya tidak
dalam produksi larva laku di pasar karena pesanan
ikan karena jika tidak, datang dari Kota Tasikmalaya
maka akan mengganggu dan luar Kota Tasikmalaya.
proses produksi 3. Perlu adanya sosialisasi
pendederan atau sistem longyam kepada
pembesaran. kerjasama pembudi daya ikan dan
yang baik dapat peternak ayam sehingga
mempercepat produksi. semakin banyak pembudi
3. Pendidikan para pembudi daya dan peternak yang
daya tidak terlalu rendah mencobanya. Saat ini sistem
dan tidak buta huruf, longyam biasanya dimiliki
bahkan ditemui seorang satu pemilik, maka
diploma perikanan. Hal diharapkan nanti ada
ini harus dimanfaatkan kerjasama antar pembudi
dengan memotivasi daya dengan peternak atau
pembudi daya ikan untuk antar sesama pembudi daya
berinovasi di bidang ikan untuk membangun
perikanan dan aktif sistem longyam. Kerjasama
mencari informasi- ini harus melahirkan
informasi terkini pembagian antara pemilik
mengenai perikanan. kolam dan pemilik ayam
4. Pemerintah Kelurahan tujuannya adalah pemerataan
Cibunigeulis harus pendapatan. Longyam
mendukung program diharapkan mampu
Pemerintah Kota mempererat kerjasama antar
Tasikmalaya dalam pembudi daya ikan.
membangun kolam ikan 4. Tingginya apresiasi
milik bersama di Pemerintah Kota
Kelurahan Cibunigeulis. Tasikmalaya terhadap
Beberapa tindakan nyata perikanan di Kelurahan
yang dapat diambil Cibunigeulis harusnya
adalah adanya sosialisasi dimanfaatkan oleh sektor
potensi sektor perikanan pengolah ikan. Meskipun saat
kepada masyarakat. ini pemerintah hanya
Dukungan kepada para memberi bantuan alat
pembudi daya ikan pun pengering ikan sebanyak 2
perlu diberikan, baik buah untuk satu kelurahan,
dalam hal moral maupun namun harus dimanfaatkan
material. sebaik mungkin dengan terus
202

memproduksi produk ikan


olahan. Ibu rumah tangga
sebagai anggota pengolah
ikan harusnya memperkuat
kerjasama untuk
memproduksi ikan olahan,
karena alat pengering yang
tersedia hanya 2. Pengolah
harus memiliki tempat
berkumpul untuk mengolah.
Saat ini tidak ada kerjasama
yang berarti, jarang adanya
perkumpulan, akibatnya alat
pengering hanya dipakai oleh
pengolah yang aktif.
1. Kelurahan Cibunigeulis 3. Saat musim kemarau debit air
Threats memiliki ancaman bahwa hujan berkurang dan hal ini
debit air menurun selama berbahaya bagi budi daya
musim kemarau, namun ikan sistem longyam karena
disisi lain Kelurahan kotoran ayam dengan
Cibunigeulis pun konsentrasi tinggi namun
memiliki daerah debit air rendah menyebabkan
perbukitan yang baik ikan keracunan. Strategi yang
dalam menyerap air. harus diambil adalah menjaga
Strategi yang harus daerah resapan air agar
diambil adalah menjaga penyerapan air tetap
bukit agar jangan sampai maksimal dengan tidak
di urug. Tambang- menebang pohon-pohon yang
tambang yang sudah ada. Jika penyerapan air
berdiri harus melakukan maksimal maka cadangan air
kontrol dalam akan tersedia dalam jumlah
menambang pasir karena banyak dan dapat bertahan
sangat membahayakan hingga musim kemarau dan
kelestarian lingkungan. musim hujan selanjutnya.
Konservasi lahan perlu 4. Ancaman berupa hilangnya
dilakukan setelah sumber daya air akibat
aktifitas penambangan. eksploitasi bukit harus diatasi
2. Harus diadakan dengan menanamkan
sosialisasi kepada kesadaran kepada masyarakat
masyarakat pentingnya akan pentingnya menjaga
menjaga sumber daya air. kelestarian sumber daya alam
di Kelurahan Cibunigeulis
bersama-sama karena
menjaga sumber daya air
merupakan tanggung jawab
bersama. Penanaman nilai
203

cinta lingkungan dapat


ditempuh melalui pendidikan
formal di sekolah-sekolah,
saat ada musyawarah di
kantor kelurahan, sosialisasi
saat ada acara besar
kenegaraan contohnya saat
upacara 17 Agustus dan
melalui program-program
berkaitan lingkungan yang
diselenggarakan oleh
pemerintah tingkat Kelurahan
Cibunigeulis dan diharapkan
mampu menolak kegiatan-
kegiatan yang merusak
lingkungan.
Sumber: Hasil Penelitian (2019)

F. Keterkaitan Hasil Penelitian dengan Pembelajaran di Sekolah dalam


Mata Pelajaran Geografi

Penelitian mengenai sektor perikanan air tawar di Kelurahan

Cibunigeulis memiliki kaitan dengan pembelajaran Geografi Kurikulum

2013 di sekolah yang disusun oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia. Materi tersebut ada pada mata pelajaran

Geografi tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) pada kelas XI. Materi

berkaitan dengan Kompetensi Dasar 3.4 berisi “analisis ketahanan pangan

nasional, penyediaan bahan industri, serta potensi energi baru dan

terbarukan di Indonesia”. Sektor perikanan dapat dikaitkan dengan materi

pelajaran ketahanan pangan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan

pengolahan analisis data, maka peneliti dapat menarik simpulan dan

mengemukakan saran sebagai berikut :

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh sektor perikanan

air tawar terhadap kondisi sosial ekonomi mayarakat di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik Sektor Perikanan Air Tawar di Kelurahan

Cibunigeulis Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis memiliki

karakteristik tersendiri. Beberapa karakteristik tersebut yaitu :

a. Tempat Pemeliharaan Ikan

Sektor perikanan di Kelurahan Cibunigeulis Kecamatan

Bungursari Kota Tasikmalaya memelihara ikan di kolam dan

sawah. Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis tidak ada

yang memelihara ikan di perairan umum karena tidak terdapat

danau maupun daerah rawa.

b. Jenis Ikan yang Dipelihara

Pembudi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

memelihara beragam jenis ikan diantaranya adalah ikan mas,

204
205

nila, nilem, gurame, mujair, tambakan, tawes, nirwana, patin,

sepat.

c. Proses Produksi

Proses produksi ikan di Kelurahan Cibunigeulis memiliki

beberapa tahap. Tahap tersebut diantaranya adalah tahap

persiapan kolam, tahap pemupukan, tahap pemijahan, tahap

penetasan telur menjadi larva ikan.. Setelah itu memasuki tahap

pendederan, tahap pembesaran, tahap pemanenan, tahap

pengolahan.dan tahap pemasaran

d. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan ikan yang ada di Kelurahan

Cibunigeulis terdiri dari tradisional, semi intensif dan intensif

dan didominasi oleh sistem pemeliharaan semi intensif.

e. Skala Usaha

Skala usaha budi daya ikan di Kelurahan Cibunigeulis

terdiri dari skala usaha besar, sedang dan kecil. Dari segi luas

kolam, sebagian besar pembudi daya memiliki skala usaha besar

dengan luas kolam lebih dari 400 m2. Dari segi penggunaan

tenaga kerja sebagian besar pembudi daya ikan termasuk dalam

skala usaha kecil.

f. Modal

Masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis dalam membuka

usaha budi daya ikan menggunakan modal sendiri dan


206

meminjam. Sebagian kecil pembudi daya setelah usahanya

berhasil akan meminjam moda ke bank untuk mengembangkan

usahanya.

2. Pengaruh Sektor Perikanan Air Tawar Terhadap Kondisi

Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis

Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya

Sektor perikanan memiliki pengaruh terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis. Beberapa pengaruh

tersebut yaitu :

a. Membuka Lapangan Pekerjaan

Sektor perikanan air tawar telah membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis yaitu

sebagai pembudi daya ikan, buruh lepas saat panen dan

pengeringan kolam, buruh tetap untuk memelihara ikan, penyuluh

perikanan, pengolah ikan, pengepul ikan dan tempat

pemancingan.

b. Meningkatkan Pendapatan

Sektor perikanan telah meningkatkan pendapatan

masyarakat di Kelurahan Cibunigeulis. Pendapatan pembudi daya

ikan setiap bulan berkisar antara Rp100.000-Rp400.000,

Rp500.000-Rp1.000.000, Rp1.100.000-Rp3.000.000,

Rp3.100.000-Rp6.000.000 dan lebih dari Rp6.000.000.

Pendapatan pekerja di pembudi daya ikan perbulannya berkisar


207

antara Rp100.000-Rp400.000 perbulans dan Rp1.100.000-

Rp3.000.000 perbulan. Pendapatan pengolah ikan adalah

Rp100.000-Rp400.000 perbulan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran untuk

meningkatkan pengaruh sektor perikanan bagi kondisi sosial ekonomi

masyarakat diantaranya adalah :

1. Bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya disarankan agar memberikan

perhatian lebih terhadap sektor pengolahan ikan di Kelurahan

Cibunigeulis karena rendahnya persentase pengolahan ikan.

Pendapatan di sektor pengolahan ikan pun tidak memiliki kenaikan

yang berarti bagi masyarakat.

2. Bagi pemerintah tingkat Kelurahan Cibunigeulis disarankan agar

selalu mensosialisasikan kepada masyarakat pentingnya menjaga

kelestarian air.

3. Kepada kelompok petani ikan disarankan agar meningkatkan

kerjasama antar kelompok demi meningkatkan produksi ikan.

Pembudi daya melakukan proses produksi yang berbeda-beda, maka

harus terdapat kerjasama yang kuat antar pembudi daya.

4. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar meneliti lebih lanjut

mengenai topik yang belum dibahas dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai