Masalah sosial yang akan dibahas ditinjau dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
memperoleh masalah. Masalah yang biasanya dialami suatu individu/pribadi mungkin berasal
dari kondisi fisik, psikis, maupun dalam proses sosialisasi yang dialami suatu individu tersebut.
Jadi, masalah individu/pribadi adalah masalah yang dialami dan dihadapi oleh manusia sebagai
individu. Contoh nyata dari masalah individu diantara lain, disaat seoarang wanita yang terbiasa
tampil apa adanya, di waktu lain ia dituntut untuk tampil layaknya seorang wanita berkelas
mungkin ia akan mengalami rasa kecanggungan untuk menunjukannya atau ia merasa tidak
percaya diri dan tidak nyaman, Aidil seoarang yang sangat pendiam dan agak sulit bersosialisasi
maka ia dijauhkan oleh teman-temannya, atau contoh lain yaitu seorang anak yang dimarahi
orang tuanya karena ia mendapatkan nilai yang buruk. Masalah individu yaitu masalah yang
dialami oleh diri sendiri dan memungkinkan orang lain tidak akan merasa dirugikan, maka
dengan kata lain masalah tersebut hanya bisa diselesaikan oleh individu tersebut dan perbanyak
introspeksi diri.
Bimbingan konseling pribadi adalah layanan bimbingan konseling yang diberikan kepada
individu untuk menemukan dan mengembangkan diri sehingga menjadi pribadi yang mantap dan
mandiri serta mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
Sedangkan bimbingan sosial adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada individu untuk
mengenal lingkungannya sehingga mampu bersosialisasi dengan baik dan menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan
batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri
di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan
sebagainya, serta upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai
lingkungan (pergaulan sosial).
Berkaitan dengan pengertian bimbingan, sebagaimana yang telah diulas sebelumnya bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok individu guna terciptanya
pribadi yang mandiri. Sedangkan mengenai pengertian kepribadian, para ahli psikologi
memusatkan perhatianya pada faktor-faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta
dinamika motivasi dan perasaan.[3] Bimbingan kepribadian-sosial merupakan bagian dari bidang
bimbingan yang didalamnya juga mencakup bimbingan belajar serta bimbingan karier.
Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan
mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial merupakan upaya untuk
membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi
budi pekerti luhur dan tanggung jawab. Sedangkan bimbingan kepribadian-sosial merupakan
bantuan yang diberikan untuk menghadapi keadaan batinya sendiri dan mengatasi pergumulan
atau gejolak dalam hatinya guna mengatur dirinya pada aspek kerohanian, menjaga kondisi
jasmani, mempergunakan waktu dengan sebaik baiknya, serta batuan dalam membina hubungan
kemanusiaan dengan sesama di lingkungan sosialnya.
Bimbingan ini diberikan untuk membantu individu dalam menyelesaikan berbagai permasalahan
sosial dan pribadinya. Bimbingan pribadi sukar dipisahkan dengan bimbingan sosial hal ini
dikarenakan masalah pribadi tidak lepas dari masalah sosial. Adapun yang tergolong dalam
masalah pribadi-sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, guru, tetangga,
pemahaman sifat, kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
tempat mereka tinggal.
Jika kita tarik bimbingan kepribadian-sosial ini kedalam ranah pendidikan, tidak lain dalam
bimbingan ini dimaksudkan untuk membantu murid mengembangkan sikap jiwa dan tingkah
laku pribadi. Kemudian diterapkanya dalam kehidupan bermasyarakat dari lingkungan yang
kecil kearah lingkup yang lebih besar dalam hal ini negara dan masyarakat dunia. Bimbingan ini
harus didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang menjadi landasan dalam melakukan bimbingan
dan konseling, yakni dasar negara, halauan negara, tujuan negara, dan tujuan pendidikan
nasional.
Berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial, pada intinya adalah membentuk pribadi yang matang
dan mandiri para murid, dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Pemahaman diri (self understanding). Dalam hal ini, murid dapat memahami dirinya sendiri
akan potensi yang dimiliknya serta permasalahan yang dihadapinya. Misalnya saja dapat
diajukan kepada murid pertanyaan siapa saya (who am I). Tentu saja jawabannya di sekedar
nama, usia, tempat tinggal, tinggi badan, berat badan, urutan kelahiran, tetapi lebih jauh
jawabannya apakah saya termasuk murid yang pintar, sedang-sedang saja atau kurang (potensi
intelegensi), apakah bakat saya ( bahasa, hitungan, menggambar, baca puisi, menyanyi, dll),
Bimbingan Pribadi Sosial bagaimana kepribadian saya (pemaaf, pemarah, periang, derwaman,
suka menolong, egois, dan lain sebagainya).
2. Penerimaan diri (self acceptance-Qona'ah). Dalam hal ini, murid hendaknya dapat menerima
diri apa adanya potensi-potensi dan anugerah dari Allah, baik itu yang sesuai dengan harapan
murid tersebut ataupun tidak (perbedaan antara ideal self dengan actual self). Misalnya, seorang
murid laki-laki menerima kondisi dirinya yang tidak ganteng, kulitnya hitam, rambutnya
keriting, karena diberikan bimbingan pribadi sosial bahwa dalam dirinya ada kelebihan yang
dimilikinya dibandingkan dengan murid-murid lainnya, misalnya dia seorang murid yang cerdas
atau pandai bergaul dan lain-lain. Setelah dapat menerima dirinya, maka murid tersebut akan
mampu mengarahkan dirinya (self direction) untuk akhirnya mampu untuk memperbaiki dan
mengembangkan dirinya (self improvement). Pada akhirnya murid tersebut dapat menyesuaikan
diri (self adjustment) baik dengan dirinya maupun dengan tuntutan lingkungan sosialnya.
Pembahasan mengenai pribadi pun, dapat dilihat tidak hanya dari self tetapi dari murid sebagai
individu (person). Murid sebagai person dapat dilihat dari pendekatan teoritis yaitu apabila
dilihat dari teori yang dikemukakan oleh Erikson yang menekankan pada pendekatan psikososial
pada perilaku murid. Sedangkan teori Piaget dan Kohlberg, melihat perkembangan kognitif dan
moral murid (dibahas mengenai masalah equilibrium/ keseimbangan, intelegensi, skema
pengetahuan murid).
Murid juga dapat dilihat dari fase kritis dalam rentang kehidupan individu. Misalnya:
1. Kemapanan pada kelekatan primer (ketergantungan dan kepercayaan) dalam hubungan dua
arah antara anak dengan orang tua (trust vs mistrust).
2. Membedakan diri dengan nilai-lai yang ada dalam sistem keluarga sehingga memungkinkan
munculnya permasalahan kemandirian vs malu-malu dan ragu pada diri murid (autonomy vs
shame and doubt), insiatif vs rasa bersalah yang sangat mendalam (intiative vs guilt).
3. Definisi pribadi (self) dalam system social sekunder atau lingkungan sekolah dan teman
sebagai yang memungkinkan murid menghasil sustu kreativitas, apabila sebaliknya maka akan
timbul rasa rendah diri
Masalah pribadi timbul pada dasarnya ketika ia tidak bisa memahami, menerima dirinya
sehingga tidak mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tetapi ada beberapa
masalah pribadi yang kerap dimiliki seseorang sehingga berdampak negatif terhadap dirinya juga
bagi orang lain sehingga memerlukan tuntunan dan bimbingan. Secara umum, masalah yang
terhimpun dalam persoalan pribadi-sosial meliputi masalah hubungan interaksi dengan orang lain
(orang tua, saudara, teman, guru dan masyarakat di lingkungan individu), masalah pengaturan
diri baik dalam bidang kerohanian, perawatan diri (jasmani dan rohani), penyelesaian konflik dan
sebagainya. Yang tergolong dalam masalah-masalah pribadi sosial adalah masalah hubungan
dengan sesama teman, guru, pemahaman sifat dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan
lingkungan pendidikan dan masyarakat tempat mereka tinggal, serta penyelesaian konflik.
Secara terinci, peserta didik dalam lingkup persekolahan pada umumnya menghadapi
permasalahan pribadi-pribadi sebagai berikut :
1) pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengmbangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT.
3) Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi dan penyaluran dan
pengembangannya pada/melalui kegiatan yang kreatif dan normatif dan produktif.
6) Pemantapan kemampuan mengarahkan diri diri sesuai dengan keputusan yang telah
diambil.
7) Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat jasmani dan rohani.
10) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial dengan penuh tanggung
jawab.
11) Pemantapan hubungan yang dinamis dan harmonis dengan teman sebaya, orang tua dan
masyarakat sekitar.
Penanganan masalah sosial yang di lakukan masyarakat dapat berupa tindakan kolektif untuk
melakukan perubahan dalam bentuk tindakan reabilatif atau bahkan mengantisipasi agar kondisi
yang tidak diharapkan tidak terjadi lagi. Tidakan antisipatif tersebut dapat melalui usaha
preventif maupun developmental. Tindakan penanganan masyarakat merupakan tindakan yang
terstruktur dan melembaga yang merupakan bagian dari pola kehidupan sosial. Kondisi yang
disebut sebagai masalah sosial merupakan bentuk realitas sosial yang dapat menimbulkan
penderitaan.
Secara garis besar masalah sosial dibagi menjadi beberapa faktor, yakni antara lain:
1. Faktor Ekonomi, faktor ini merupakan faktor terbesar terjadinya masalah sosial. Apalagi
setelah terjadinya krisis global PHK mulai terjadi di mana-mana dan bisa memicu tindak
kriminal karena orang sudah sulit mencari pekerjaan.
2. Faktor Budaya, Kenakalan remaja menjadi masalah sosial yang sampai saat ini sulit
dihilangkan karena remaja sekarang suka mencoba hal-hal baru yang berdampak negatif seperti
narkoba, padahal remaja adalah aset terbesar suatu bangsa merekalah yang meneruskan
perjuangan yang telah dibangun sejak dahulu.
3. Faktor Biologis, Penyakit menular bisa menimbulkan masalah sosial bila penyakit tersebut
sudah menyebar disuatu wilayah atau menjadi pandemik.
4. Faktor Psikologis, Aliran sesat sudah banyak terjadi di Indonesia dan meresahkan
masyarakat walaupun sudah banyak yang ditangkap dan dibubarkan tapi aliran serupa masih
banyak bermunculan dimasyarakat sampai saat ini.
1. Merasa malas untuk melaksanakan ibadah : shalat, puasa sedekah, dan amal shaleh lainnya.
6. Stress
7. Depresi
8. Putus asa
Sedangkan jenis- jenis masalah sosial yang sering terjadi di lingkungan diantaranya sebagai
berikut:
5) Penyakit sosial seperti : tawuran, gang motor, ‘pemalakan’, pencurian, dan lain sebagainya.
a. Susah makan
b. Susah tidur
c. Berbohong
e. Ketakutan
Dalam menempuh pendidikan, tidak selamanya proses terjadi sesuai dengan harapan. Banyak
siswa sering menghadapi berbagai hambatan dan permasalahan dalam menempuh proses
pendidikan, seperti munculnya berbagai perubahan perilakunya sehari-hari, kejenuhan belajar,
tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya. Dalam hal ini dapat kita simpulkan bahwa peranan
dalam hubungan sosial sangatlah penting untuk menghadapi masalah pribadi maupun sosial.
Secara umum, masalah yang terhimpun dalam persoalan pribadi-sosial meliputi masalah
hubungan interaksi dengan orang lain (orang tua, saudara, teman, guru dan masyarakat di
lingkungan individu), masalah pengaturan diri baik dalam bidang kerohanian, perawatan diri
(jasmani dan rohani), penyelesaian konflik dan sebagainya.
Permasalahan dalam masalah pribadi dan sosial. maka permasalahan yang dihadapi adalah
sebagai berikut:
Pada umumnya bentuk masalah yang dihadapi individu, terutama yang dihadapi murid sekolah,
dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah sebagai berikut:
Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi
pengajar. Beberapa masalah belajar mengajar, misalnya bagaimana menciptakan kondisi yang
baik agar perbuatan belajar berhasil memilih metode dan alat-alat yang tepat sesuai dengan jenis
dan situasi belajar dan sebagainya. Bagi murid sendiri sering mengalami berbagai kesulitan
dalam menghadapi kegiatan pelajaran misalnya, dalam cara membagi waktu belajar, memilih
materi yang sesuai, belajar bekelompok, menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas, cara
menggunakan buku-buku pelajaran dan sebagainya.
Dalam hubungan ini individu mengalami berbagai kesulitan yng berhubungan dengan kegiatan
pendidikan pada umumnya. Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada
beberapa masalah, misalnya; menesuaikan dengan sekolah baru, pelajaran baru, tata tertib
sekolah, guru-guru dan sebagainya. Dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah, murid-
murid akan menghadapi masalah-masalah, seperti memilih kegiatan ekstra kurikuler, memilih
program studi yang cocok, mencari teman belajar yang cocok dan sebagainya. Pada akhir
pendidikan murid-murid akan berhadapan dengan berbagai masalah, misalnya memilih studi
lanjut, memilih jenis-jenis latihan tertentu, menggunakan ketrampilan-ketrampilan tertentu,
untuk kegiatan-kegiatan tertentu dan memilih pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu.
Demikian pula masalah-masalah kelambatan belajar yang dialami murid-murid yang tergolong
lambat dan terlampau cepat dalam belajarnya. Semuanya termasuk masalah-masalah pendidikan.
Masalah ini banyak dialami oleh murid-murid sekolah pada umumnya.
Masalah-masalah ini berhubungan dengan memilih pekerjaan. Misalnya dalam memilih latihan-
latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan
dirinya, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, penempatan dalam pekerjaan tertentu
dan memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu. Pada umumnya
masalah pekerjaan ini dirasakan oleh murid-murid sekolah, terutama murid-murid di sekolah
menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Tetapi murid-murid Sekolah Menengah Pertama pun
tidak sedikit yang menghadapi masalah pekerjaan ini. Bahkan murid-murid Sekolah Dasar juga
banyak yang tidak lepas dari masalah ini, terutama murid-murid yang tidak melanjutka
pendidikan mereka.
d) Masalah penggunaan waktu senggang
Masalah ini dirasakan oleh murid dalam menghadapi waktu-waktu luang yang tidak terisi oleh
suatu kegiatan tertentu. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana cara mengisi waktu-waktu
tersebut dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
masyarakat di lingkungannya.
e) Masalah sosial
Kadang-kadang murid menghadapi kesulitan dalam hubungannya dengan individu lain atau
ddengan lingkungan sosialnya. Masalah ini timbul karena kekurangan kemampuan murid
berhubungan dengan lingkungan sosialnya atau lingkungan sosial itu sendiri kurang sesuai
dengan keadaan dirinya. Misalnya kesulitan dalam mencari teman belajar, teman bermain,
merasa terasing dalam pekerjaan-pekerjaan kelompok dan sebagainya. Kita sering menjumpai
murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan
dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan. Masalah-masalah tersebut
disebut masalah sosial dan merupakan salah satu jenis masalah yang sering dihadapi murid-
murid.
f) Masalah pribadi
Dalam situasi tertentu murid dihadapkan pada suatu kesulitan yang bersumber dari dalam
dirinya. Masalah-masalah itu timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam menghadapi
dan menyesuaikan diri dengan hal-hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya konflik berlarut-larut
dan gejala-gejala frustasi merupakan sumber timbulnya masalah-masalh pribadi lain. Masalah-
masalah ini sering dialami para pemuda pada waktu menjelang masa adolesensi yang ditandai
dengan perubahan-perubahan yang cepat baik fisik maupun mental. Pada umumnya masalah
pribadi ini timbul karena individu tidak berhasil dalam mempertemukan antara aspek-aspek
pribadi di satu pihak dan keadaan lingkungan di pihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.uny.ac.id/9704/3/Bab%202%20-08104241027.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19621112198
6102-SETIAWATI/BK_Pri-Sos_jg.pdf
http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/Irsyad/article/download/2020/1729
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/19621112198
6102-SETIAWATI/BK_Pri-Sos_jg.pdf