Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Pengertian
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang non infeksi

(Astuti, H.W. dan Rahmat, A.S., 2010).

Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai

napas sesak atau napas cepat. Penyakit ini sering

menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada

orang dewasa, dan pada orang usia lanjut (Misnadiarly,

2008).

B. Etiologi
Menurut Astuti dan Rahmat (2010), etiologi dari
pneoimonia adalah:
1. Pneumonia yang disebabkan infeksi:
a. Virus pernapasan yang paling sering dan lazim yaitu
Mycoplasma pneumoniae yang terjadi pada usia
beberapa tahun pertama dan anak sekolah dan anak
yang lebih tua.
b. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S. pyogenes, dan
Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada anak
normal.
c. Haemophilus influenza tipe b menyebabkan pneumonia
bakteri pada anak muda, dan kondisi akan jauh
berkurang dengan penggunaan vaksin efektif rutin.
d. Virus non-respiratorik, bakteri enteric gram
negative, mikobakteria, Chlamydia spp, Ricketsia
spp, Coxiella, Pneumocytis carinii, dan sejumlah
jamur.
e. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah
virus sinsitial pernapasan (respiratory syncitial
virus/ RSV), parainfluenzae, influenza dan
adenovirus
2. Pneumonia yang disebabkan penyebab non infeksi
a. Aspirasi makanan dan/atau asam lambung.
b. Benda asing.
c. Hidrokarbon dan bahan lipoid.
d. Reaksi hipersensitivitas dan pneumonitis
e. Akibat obat atau radiasi
f. Penyebab pneumonia karena bakteri cenderung
menimbulkan infeksi lebih berat daripada agen non
bakteri.

C. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi
partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada
keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel
infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran
napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru,
partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga
memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang
dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme
protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran
napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi
tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui
perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang
normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar
ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia
virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus
terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan
bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan
normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri
yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia
bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks)
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan
respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear
di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia
menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat
mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal
ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (Sudoyo,
dkk, 2009).
D. Nursing Phatway
E. Manifestasi Klinis
Dalam Misnadiarly (2008), Tanda dan gejala
pneumonia pada umumnya adalah:
a. Demam
b. Batuk disertai Sesak napas atau napas cepat
c. Nadi berdenyut lebih cepat
d. Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer dkk (2002) pemeriksaan penunjang
yang dilakukan pada pasien pneumonia adalah:
1. Pemeriksaaan darah menunjukkaan leokositosis dengan
predominan PMN atau dapat ditemukan leokopenia yang
menandakan prognosis uruk. Dapat ditemukan anemia
ringan atau sedang
2. Pemeriksaan radiologis
a. Bercak konsolidasi merata pada brongkopneumonia
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia
lobaris
c. Gambaran bronkopnemonia difus atau infiltrate pada
pneumonia stafilakokus
3. Pemeriksaan cairan pleura
4. Pemeriksaan mikrobiologik, dapat dibiak dari specimen
usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus
atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura
atau aspirasi paru.

G. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter per menit
2. IVFD Dekstrose 10%: NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500
ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan
enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan
feeding drip.
4. Jika sekresi berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
6. Antibiotic sesuai hasil biakan:
a. Untuk kasus pneumonia community base
1) Ampisillim 100 mg/kgBB/hari dalam 4 klai
pemberian
2) Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 klai
pemberian
b. Untuk kasus pneumonia hospital base
1) Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 klai
pemberian
2) Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 klai
pemberian

H. Komplikasi
1. Abses paru

2. Edusi pleural

3. Empisema

4. Gagal napas

5. Perikarditis

6. Meningitis

7. Atelektasis

8. Hipotensi

9. Delirium

10. Asidosis metabolic

11. Dehidrasi
12. Penyakit multilobular (Misnadiarly, 2008)

I. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


1. Masalah Keperawatan
Bersihan jalan nafas inefektif
Pola nafas tidak efektif
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Perubahan suhu tubuh
2. Data Yang Perlu Dikaji:
a. Identitas :
1) Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus
dibanding dewasa.
2) Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
3) Sering terjadi pada bayi & anak
4) Banyak < 3 tahun
5) Kematian terbanyak bayi < 2 bl.
b. Keluhan utama :
1) Sesak napas
c. Riwayat keperawatan sekarang
1) Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul
panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar )
kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat
timbul kejang, distensi addomen dan kaku kuduk.
Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
2) Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak
nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan
demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun
apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang
demam (seizure).
d. Riwayat keperawatan sebelumnya:
1) Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan
atas.
2) Predileksi penyakit saluran pernafasan lain
seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam
rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya
penyakit Pneumonia.
3) Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan dapat memperberat klinis klien.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk
beresiko lebih besar
f. Nutrisi / cairan
1) Nafsu makan / minum menurun, mual, muntah,
kembung, turgor jelek, kulit kering.
g. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Adanya PCH - Adanya sesak napas, dyspnea
 Sianosis sirkumoral
 Distensi abdomen
 Batuk : Non produktif Sampai produktif. Dan
nyeri dada
2) Palpasi
Fremitus raba meningkat disisi yang sakit-
Hati kemungkin membesar
3) Perkusi : Suara redup pada paru yang
sakit
4) Auskultasi : Rankhi halus  Rankhi
basah, tachicardia.
5) Sistem Pulmonal
Subyektif : Sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung,
hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum
banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan
perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru,
6) Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : Sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh
darah
vasokontriksi, kualitas darah
menurun
7) Sistem Neurosensori
Subyektif : Gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal,
letargi
8) Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : Produksi urine menurun/normal,
9) Sistem digestif
Subyektif : Mual, kadang muntah
Obyektif : Konsistensi feses normal/diare

10) Sistem Musculoskeletal


Subyektif : Lemah, cepat lelah
Obyektif : Tonus otot menurun, nyeri
otot/normal,
retraksi paru dan penggunaan otot
aksesoris pernafasan
11) Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : Kulit pucat, cyanosis, turgor
menurun
(akibat dehidrasi sekunder), banyak
keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
B. Diagnosa Keperawatan dan Prioritasnya
1. Bersihan jalan nafas tidak efektifan jalan nafas
berhubungan dengan penumpukkan sekret pada jalan
napas
2. Kersusakan pertukaran gas berhubungan dengan
peningkatan tekanan kapiler alveolus
3. Pola nafas tidak efektif berubungan dengan kerusakan
pertukaran gas
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
5. Hipertermi berhubungan dengan penyakit yang diderita

C. Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukkan sekret pada jalan napas.
Karakteristik:Pernafasan cepat dan dangkal (RR>35 X
per menit), bunyi nafas ronki basah,
terdapat retraksi dinding dada,
penggunaan otot bantu nafas, mengeluh
sesak nafas, batuk produktif dengan
produksi sputum yang cukup banyak.
Tujuan : Anak menunjukkan bersihan jalan nafas yang
efektif
Kriteria: RR normal, tidak ada suara nafas tambahan,
tidak menggunakan otot-otot pernafsan,
tidak mengeluh sesak nafas, produksi sputum
tidak ada.
Intervensi:
a. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan
gerakan dada.
Raisonal: Takipnea, pernafasan dangkal, dan
gerakan dada tidak smetris terjadi
karena peningkatan tekanan dalam paru
dan penyempitan bronkus. Semakin sempit
dan tinggi tekanan semakin meningkat
frekuennsi pernafasan.
b. Auskultasi area paru , catat area penurunan atau
tidak ada aliran udara
Raisonal: Suara mengi mengindikasikan terdapatnya
penyempitan bronkus oleh sputum.
Penurunan aliran udara terjadi pada
area konsolidasi dengan cairan krekels
terjadi pada area paru yang banyak
cairan eksudatnya.
c. Bantu pasien latihan nafs dan batuk efektif
Raisonal: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum
paru-paru atau jalan nafas yang lebih
kecil. Batuk cara efektif mempermudah
pengeluran dahak dan mengurangi
kelelahan akibat batuk.
d. Section sesuai indikasi
Raisonal: Megeluarkan sputum secara mekanik dan
mencegah obstruksi jalan nafas.
e. Lakukan fisioterapi dada
Raisonal: Merangsang gerakan mekanik lewat fibrasi
dinding dada supaya sputum mudah
keluar.
f. Berikan cairan sediknya 1000 mn/hari (kecuali
kontra indikasi). Tawarkan air hangat daripada
dingin.
Raisonal: Meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat
mengurangi kekentalan dahak sehingga
mudah untuk dikeluarkan.
g. Terapi obat-obatan bronkodilator dan mukolitik
melalui inhalasi (nebulizer).
Raisonal: Mempermudah pengenceran dan pembuangan
secret dengan cepat.
h. Memberikan obat bronkodilator, ekspektoran
mukolitik secara oral (kalau sudah memungkinkan).
Raisonal: Mengurangi spasme bronkus, mengencerkan
dahak dan mempermudah pengeluaran dahak
melalui silis mukus pada saluran
pernafasan.
i. Koalborasi pemberian antibiotic.
Raisonal: Antibiotik membunuh mikroorganisme
penyebab sehingga dapat mengurangi
peningkatan produksi sputum yang
merupakan sebagai akibat timbulnya
peradangan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan tekanan


kapiler alveolus
Karakteristik: Dyspnea, sianosis, takipnea dan
takikardi, gelisah atau perubahan
mental, kelemahan fisik, penurunan
kesadaran, nilai AGD menunjukkan
peningkatan PCO2 (normal PCO2 35-45
MmHg, sedangkan pada kondisi asidosis
dapat menjadi 70 MmHg) dan peurunan PH
( normal PH 7,35-7,45 , kalu asidosis
7,25 mmHg).
Intervensi:
a. Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.
Raisonal: Distress pernafasan yang dibuktikan
dengan dyspnea dan takipnea sebagai
indikasi penurunan kemampuamenyediakan
oksigen bagi jaringan.
b. Observasi warna kulit, catat adanya sianosis pada
kulit, kuku dan jaringan sentral.
Raisonal: Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi.
Sedangkan sianosis daun telinga,
membrane mukosa dan kulit sekitar mulut
(membrane hangat) menunjukkan
hipoksemia sistemik.
c. Kaji status mental dan penurunan kesadaran.
Raisonal: Gelisah, mudah terangsang, bingung dan
somnolen sebagai petunjuk hipoksemia
atau oksigenasi serebral.
d. Awasi frekuensi jantung atau irama.
Raisonal: Takikardi biasanya ada sebagai akibat
demam atau dehidrasi tetapi dapat
sebagai respon terhadap hipoksemia.
e. Awasi suhu tubuh
Raisonal:Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolic dan kebutuhan oksigen dan
menggangggu oksigenasi seluler.
f. Kaji tingkat ansietas, sediakan waktu untuk
berdiskusi dengan pasien atau susun bersama jadwal
pertemuan.
Raisonal: Ansietas adalah manifestasi masalah
psikologi sesuai dengan respon
fisiologis terhadao hopoksia. Pemberian
keyakinan dan meningkatkan rasa aman
dapat menurunkan komponen psikologis,
sehingga menurunkan kebuthan oksigen dan
efek merugikan dari respon fisiologis.
g. Berikan terapi oksigen denga benar.
Raisonal: Terapi oksigen mempertahankan PAO2 di
atas 60 mmHg (normal PO2 80-100 mmHg).
h. Lakukan pemantuan AGD (Analisa Gas Darah)
Raisonal: AGD yang menunjukkan penurunan PO2
sebagai indikasi penurunan oksigen
jaringan.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan
kerusakan pertukaran gas
Karakteristik : Batuk (baik produktif maupun non
produktif) haluaran nasal, sesak
nafas, Tachipnea, suara nafas
terbatas, retraksi, demam,
diaporesis, ronchii, cyanosis,
leukositosis
Tujuan :Anak akan menunjukkan pola nafas yang efektif
Kreteria :
a. RR dalam batas normal, suara nafas bersih dan sama
pada kedua sisi, suhu dalam batas normal (36,5 –
37,2OC).
b. Tidak ditemukan : batuk, Sianosis, haluaran hidung,
Retraksi dan diaporesis.
c. Jumlah sel darah putih normal.
d. Rontgen dada bersih
e. Saturasi oksigen 85 % - 100 %.
Intervensi :
1. Observasi : RR, suhu, suara nafas, Saturasi oksigen
dan tanda-tanda keefektifan jalan napas.
Rasional : Evaluasi dan reassessment terhadap
tindakan yang akan/telah diberikan.
Memonitoring perkembangan keadaan
jalan napas guna pedoman tindakan
selanjutnya.
2. Lakukan fioterapi dada sesuai jadwal.
Rasional : Mengeluarkan sekresi jalan nafas,
mencegah obstruksi. Melatih otot –
otot pernapasan.
3. Berikan oksigen yang dilembabkan dan kaji
keefektifan terapi
Rasional: Meningkatkan suplai oksigen jaringan
paru
4. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis dan
kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare).
Rasional : Pemberantasan kuman sebagai faktor
causa gangguan dan mencegah infeksi yg
lebih parah guna mempercepat proses
penyembuhan paru.
5. Lakukan pengecekan hitung SDM dan photo thoraks.
Rasional : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi
oksigen, evaluasi kondisi jaringan
paru
6. Lakukan suction secara bertahap.
Rasional : Membantu pembersihan jalan nafas
7. Catat hasil pulse oximeter bila terpasang, tiap 2 –
4 jam
Rasional : Evaluasi berkala keberhasilan
terapi/tindakan tim kesehatan

4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan respiratory distress, anoreksia,
vomiting, peningkatan konsumsi kalori sekunder
terhadap infeksi.
Tujuan : Selama dalam perawatan klien tidak
kekurangan kebutuhan nutrisi dengan
kriteria : Anoreksia ( -), Vomiting ( - ),
Berat badan Normal.
Intervensi :
a. Idnetifikasi faktor yang menimbulkan mual atau
muntah, misalnya sputum yang banyak, pengobatan
aerosol, dispnea yang berat, dll
Rasional: Sputum akan meransang nervus vagus
sehingga berakibat mual, dispnea, dapat
merangsang pusat pusat penagturan makan
di mdula obelangata.
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang
sesering mungkin, berikan atau bantu kebersihan
mulut setelah muntah. Setelah tindakan aerosol dan
darinase postural, dan sebelum makan.
Rasional:Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual.
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam
sebelum makan
Rasional:Menurunkan efek mual yang berhubungan
dengan pengobatan.
d. Auskultasi bunyi usus, Observasi atau palpasi
distensi abdomen
Rasional: Bunyi usus mungkin menurun atau tidak ada
bila proses infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi akibat menelan
udara atau menunjukkan pengaruh toksin
bakteri pada saluran GI
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk
makanan kering (makanan yang menarik untuk paisen)
Rasional: Dapat meningkatkan input meskipun nafsu
makan mungkin lambat untuk kembali
f. Kaji dan monitoring terus tentang output dan intake
nutrisi
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan intake
dan
output cairan sehingga dapat menentukan
keputusan untuk tindakan selanjutnya.
g. Evaluasi status nutrisi umum. Ukur berat badan
dasar
Rasional: Adnya kondisi kronis (seperti: PPOM, atau
alkohilisme) atau keterbatasan keuangan
dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya
tahanan terhadap infeksi dan atau
lambatnya respon terhadap terapi.
5. Hipotermi berhubungan dengan invasi kuman ke pusat
pengatur panas (Hipotalamus)
Tujuan : Selama berada di RS, Klien akan merasa
nyaman dan tidak cemas dengan kriteria :
Klien tidak rewel, klien bisa bermain dengan
tenang, anak tidak ketahutan dan anak
kooperatif.
Intervensi
a. Ciptakan situasi / area yang nyaman
Rasional: Mengurangi rasa takut klien..
b. Berikan mainan yang sesuai.
Rasional : Memenuhi kebutuhan bermain anak,
sekaligus menggairahkan anak.
c. Berikan cerita-cerita yang lucu dan menarik anak.
Rasional: Menciptakan hubungan yang baik denga
anak.
d. Kaji suhu tubuh dan nadi setiap 4 jam
Rasional: Untuk mengetahui tingkat perkembangan
pasien
e. Pantau warna kulit dan suhu
Rasional : Sianosis menunjukkan vasokontraksi atau
respon tubuh terhadp demam
f. Berikan dorongan untuk minum sesuai pesanan
Rasional : Peneingkatan suhu tubuh mengakibatkan
IWL, sehingga banyak cairan tubuh yang
keluar daan harus diimbangai
pemasukanncairannya,
g. Lakukan tindakan pendingainan sesuai kebutuhan,
misal: kompres hangat
Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan
kebutuhan metabolik dan kebutuhan
oksigen dan mengganggu oksigenasi
seluler
h. Kolaborasi untuk pemberian obat antipiretik
sesuai kebutuhan
Rasional : mempercepat penurunan suhu tubuh

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H.W., dan Rahmat, A.S. 2010. Asuhan
Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : CV Trans Info Media.

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas


Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut,
Pneumonia Atipik dan Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Mansjoer, Arief, dkk. 2000. KapitaSelektaKedokteran. Jilid


II. Jakarta : Media Aesculapius

Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III,
edisi V. Jakarta : InternaPublishing

Suriadi, Rita Yuliana. 2006. AsuhanKeperawatanpadaAnak.


Jakarta : Sagung Seto

Sylvia A. Price. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis


Proses-Proses Penyakit.Edisi 4 Buku 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa


Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai