Analisis Model Input-Output: Pelatihan Untuk Staf Peneliti Puslitbang Penyelenggaraan Pos Dan Telekomunikasi
Analisis Model Input-Output: Pelatihan Untuk Staf Peneliti Puslitbang Penyelenggaraan Pos Dan Telekomunikasi
ANALISIS MODEL
INPUT-OUTPUT
Oleh
Dr. Uka Wikarya
3
Kerangka Dasar Model Tabel Input Output
4
Jenis-jenis Tabel IO Regional
Harga Produsen
Transaksi
Total Harga Konsumen
Tabel IO
Harga Produsen
Transaksi
Domestik
Harga Konsumen
5
Struktur Input dan Jenis Tabel I-O
Ilustrasi Struktur Input Secangkir Kopi:
6
Tabel IO dibagi ke dalam 3 kuadran, yakni:
1. Kuadran I
Berisi transaksi input antara, yaitu nilai pengeluaran untuk
barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan
output dalam proses produksinya. Nilai transaksi ini dapat
dipandang sebagai sisi input antara ataupun sisi
permintaan antara.
Cara membaca simbol pada kuaran I:
Xij = nilai output sektor produksi i yang digunakan sebagai
input sektor produksi j
Contoh:
X12 = nilai output sektor produksi 1 yang digunakan sebagai
input antara sektor produksi 2.
X23 =nilai output sektor produksi 2 yang digunakan
sebagai input sektor produksi 3, dst.
7
2. Kuadran II
Berisi transaksi permintaan akhir, yaitu nilai
pengeluaran atas barang dan jasa yang untuk
dikonsumsi langsung dan bukan digunakan sebagai
input dari proses produksi selanjutnya.
9
3. Kuadran III:
Berisi transaksi input primer, yang menunjukkan
besarnya balas jasa dari faktor produksi, yang terdiri
dari upah dan gaji, surplus usaha, pajak tidak
langsung, depresiasi dan subsidi. Oleh karenanya
transaksi ini disebut juga sebagai Nilai Tambah Bruto
(NTB) atau Gross Value Added
Contoh:
V1 = nilai input primer yang digunakan oleh sektor
produksi 1 untuk memenuhi proses produksinya
Sedangkan arti simbol Xi = total nilai input (=nilai
output) sektor produksi i, seperti:
X1 = total nilai input (nilai output) sektor 1
X2 = total nilai input (nilai output) sektor 2, dst
10
Blok Penyediaan
menunjukkan nilai barang atau jasa suatu sektor untuk
memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir. Nilai
total penyediaan sektor i dapat berasal dari dua sumber,
yaitu:
a) Output domestik dari sektor produksi i : Xi
b) Output dari luar negeri (impor) dari sektor produksi i: Mi
11
Tabel IO Nasional 2005, Klasifikasi 9 sektor (milyar Rp)
12
Keterangan Kode Sektor
13
ANALISIS TABEL IO
14
Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005
(Analisis Model Terbuka)
15
Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005
Komposisi Nilai Input Antara Sektor Pertanian (sektor-1) tahun 2005
17
Koefisien Input atau Teknis Tabel IO 2005
• Contoh interpretasi:
– Interpretasi komposisi pengeluaran untuk masing-masing bahan
baku (input antara) sama seperti pada Analisis Tabel IO Terbuka
(seperti dibahas pada slide sebelumnya).
– Perbedaannya, disini ditambah satu baris (baris HH) dan satu
kolom (kolom HH). Baris HH menggambarkan pengeluaran sektor
untuk upah tenaga kerja (=income rumah tangga). Kolom HH:
menggambarkan pengeluaran rumah tangga untuk membeli ouput
sektor.
– Sektor 1 (kolom): untuk menghasilkan Rp 1 nilai output,
dikeluarkan dana sebesar Rp 0.1726 untuk membayar tenaga kerja
(baris HH).
– Sektor HH (kolom): untuk setiap rupiah total pengeluaran rumah
tangga Rp 0.1014 dibelanjakan utk membeli output sektor 1
(pertanian); Rp 0.3309 membeli output sektor manufaktur; dst.
– Cara interpretasi serupa berlaku untuk sektor-sektor lainnya.
18
2. Mengetahui Multiplier dan Dampak Output
+
Stimulus =1
Input antara naik: Output semua kegiatan
Output Kegiatan produksi: Kain, Produktif selain garmen
Kain, Kancing, resluiting, Naik: $0.60 juta
Kancing, pewarna, listrik, bahan
benang, pewarna, listrik,
bakar dll --> meningkat
bahan bakar dll
19
Penurunan Model Multiplier Output
Neraca Transaksi Total Neraca Transaksi Domestik
AX + F = X 20
Penurunan Model Multiplier Output
Dampak
Output
AX + F = X Variabel
Stimulus
F = X − AX
−1
F = (I − A ) X X = (I − A ) F
(I − A) −1 F = (I − A ) −1 (I − A) X
Koefisien variabel stimulus:
−1
(I − A ) F = X pengganda atau multiplier
untuk mendapatkan output
dX = (I − A) −1 dF
Perubahan Perubahan
Output Stimus
21
Formula Multiplier Output
M O = [ I − A]−1
dimana
MO = matriks multiplier/pengganda output berukuran n x n ; dapat
diterapkan untuk
I = matriks identitas berukuran n x n
A = matriks koefisien teknis berukuran n x n
[I-A]-1 = matriks kebalikan Leontief
22
Matriks kebalikan Leontief atau matriks pengganda output
(Analisis Model Terbuka)
• Sektor 4 (Listrik, Gas dan Air bersih) memiliki multiplier output tertinggi
(=2.0226). Setiap kenaikan permintaan output sektor-4 sebesar Rp 1, berdampak
meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan (semua sektor) sebesar
Rp 2.0226. Sektor ini berkekuatan besar dalam menstimulir pertumbuhan, krn
banyak membutuhkan dan dibutuhkan oleh sektor-sektor lain.
• Sektor 2 (pertambangan dan penggalian) memiliki multiplier output terendah
(=1.2107), karena tidak banyak membutuhkan input / bahan baku dari sektor-
sektor lain. Hal yang hampir sama terjadi pada sektor pertanian. 24
Matriks kebalikan Leontief atau matriks pengganda output
(Analisis Model Tertutup)
25
Interpretasi Multiplier Output Analisis Model Tertutup
Rumah Tangga 1.3020
3.1994
Pemerintahan dan Jasas Sosial Kemasyarakatan 0.5968
2.5004
Lemb Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan 0.2897
1.8473
Angkutan dan Komunikasi 0.3583
2.1907
Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.3494
2.1134
Bangunan 0.3229
2.3163
Listrik, Gas dan Air Bersih 0.2910
2.4466
Industri Manufaktur 0.2730
2.1251
Pertambangan dan Penggalian 0.1851
1.4805
Pertanian 0.2897
1.7620
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Pendapatan Output
• Dalam analisis tertutup selain mengetahui dampak thd output, juga dampak income atau
pendapatan rumah tangga (pekerja).
• Sektor 9 (Jasa-jasa) memiliki multiplier total tertinggi (=3.0972), tersusun atas multiplier
output dan income masing-masing 2.5004 dan 0.5968. Artinya untuk setiap peningkatan
permintaan output sektor 9 sebesar Rp 1, akan berdampak meningkatkan output
perekonomian secara keseluruhan sebesar Rp2.5004 dan meningkatkan pendapatan semua
pekerja sebesar Rp 0.5968.
• Sektor 2 (pertambangan) memiliki multiplier total terendah (=1.6656) yg tersusun atas
multiplier output dan Income masing-masing 1.4805 dan 0.1851. 26
3. Multiplier dan Dampak Pendapatan
Penurunan Multiplier Pendapatan:
Neraca per kolom: x1j+ x2j + x3j + Vj = Xj
Dimana:
Xj = Nilai output atau nilai produksi sektor j
xij = input antara untuk produksi sektor j yang barang/jasanya dipasok oleh oleh sektor i
Vj = penjumlahan dari komponen bukan input antara, yang terdiri dari:
Mj = impor bahan baku dari luar negeri / daerah
V201j = pengeluaran atau pendapatan untuk pekerja
V202j = surplus usaha (keuntungan dan pembayaran kepada negara)
V203j = Pengelauran untuk depresiasi atau penyusutan barang modal
V204j = Pajak tidak langsung bersih : pajak pertambahan nilai bersih
V205j = Subsidi dari pemerintah
V201 j
Koefisien pendapatan pekerja: v201 j = , dihitung dari angka Tabel IO
Xj
Untuk mendapatkan kembali angka V201j, jika Xj sdh diketahui: V201 j = v201 j × X j
Kita sekarang memiliki kumpulan v201j sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang
kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal 27
Penurunan Multiplier Pendapatan (1/2)
Matriks diagonal koefisien pendapatan pekerja
v201,1 0 ... 0
0 v ... 0
=
201 , 2
Vˆ201
... ... ... ...
0 0 .... v201, n
ˆ ( I − A ) −1 F
v 201 = V201
pendapatan
pekerja Matriks Stimulus
Pengganda
untuk
mendapatkan Elemen dalam matriks tidak
pendapatan lazim disebut multiplier
pekerja pendapatan
28
Pengganda untuk mendapatkan pendapatan pekerja:
M I = Vˆ 201 [ I − A ] − 1
Pendapatan pekerja:
ˆ ( I − A ) −1 F
v 201 = M I F = V201
dimana
V̂201 = matriks diagonal koefisien nilai upah dan gaji
v201 = vektor pendapatan pekerja, dimensi nx1
Mi = matriks pengganda mendapatkan pendapatan pekerja
[I-A]-1 = matriks kebalikan Leontief
• Jika permintaan akhir sektor 1 naik senilai 1 satuan uang (su), pendapatan rumah
tangga seluruh sektor naik sebesar 0.222 su.
• Multiplier pendapatan sektor 1 = 1.289 artinya untuk setiap tambahan 1 rupiah
pendapatan pekerja di sektor 1, akan menciptakan pendapatan nasional sebesar
1.289 rp.
30
Interpretasi Multiplier Pendapatan
• Jika terjadi peningkatan permintaan akhir atas output sektor 3 (manufaktur) sebesar Rp 1,
berdampak pd peningkatan income pekerja di seluruh sektor sebesar Rp 0.210.
• Jk tidak ada mekanisme multiplier output income naik sebesar Rp 0.107, yaitu hanya diterima
oleh para pekerja di sektor-1.
• Krn ada multiplier output, mk dampak income menjadi Rp 0.210. Perbandingan dampak
income yang diterima pekerja di semua sektor (0.210) dan yg diterima pekerja sektor 1 (0.107)
adalah 2.9770 (=multiplier income tipe I)
31
Matriks Dampak Pendapatan
(Analisis Model Tetutup)
• Jika permintaan akhir sektor 1 naik senilai 1 su, pendapatan rumah tangga seluruh
sektor naik sebesar 0.2897 su.
• Multiplier pendapatan sektor 1 = 1.6783 artinya untuk setiap tambahan 1 rupiah
pendapatan pekerja sektor 1, akan menciptakan pendapatan nasional sebesar
1.6783 rp. 32
Interpretasi Multiplier Pendapatan
• Jika terjadi peningkatan permintaan akhir atas output sektor 4 (LGA) sebesar Rp 1, berdampak
pd peningkatan income pekerja di seluruh sektor sebesar Rp 0.2910.
• Jk tidak ada mekanisme multiplier output income naik sebesar Rp 0.0977, yaitu hanya diterima
oleh para pekerja di sektor-1.
• Krn ada multiplier output, mk dampak income menjadi Rp 0.2910. Perbandingan dampak
income yang diterima pekerja di semua sektor (0.291) dan yg diterima pekerja sektor 1 (0.0977)
adalah 2.9770 (=multiplier income tipe II)) 33
4. Multiplier dan Dampak Nilai Tambah Bruto
Nilai tambah bruto: VAj =v201j+ v202j + v203j + v204j + v205j
Dimana:
V201j = pengeluaran atau pendapatan untuk pekerja
V202j = surplus usaha (keuntungan dan pembayaran kepada negara)
V203j = Pengelauran untuk depresiasi atau penyusutan barang modal
V204j = Pajak tidak langsung bersih : pajak pertambahan nilai bersih
V205j = Subsidi dari pemerintah
VA j
Koefisien nilai tambah bruto sektor j, v j =
Xj
Untuk mendapatkan kembali angka VAj, jika Xj sdh diketahui: VA j = v j × X j
Kita sekarang memiliki kumpulan vj sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang
kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal
35
Dampak Nilai Tambah Bruto dan Proses
Perhitungan
VA = ˆ (I − A) −1
V F
NTB SKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F
375,615 1 0.832 0.005 0.108 0.035 0.052 0.056 0.024 0.009 0.041 195,418
317,170 2 0.008 0.885 0.066 0.168 0.069 0.014 0.016 0.007 0.018 197,401
795,681 3 0.051 0.020 0.483 0.145 0.155 0.074 0.091 0.029 0.098 1,231,130
26,911 4 0.001 0.001 0.006 0.359 0.003 0.007 0.006 0.003 0.006 27,553
206,862 5 0.004 0.004 0.003 0.006 0.360 0.007 0.008 0.013 0.010 528,981
433,186 6 0.021 0.008 0.046 0.043 0.070 0.631 0.037 0.017 0.049
477,378
194,422 7 0.010 0.007 0.021 0.017 0.025 0.033 0.534 0.019 0.026
228,020
239,391 8 0.017 0.010 0.031 0.040 0.048 0.076 0.047 0.791 0.041
133,327
287,654 9 0.006 0.007 0.012 0.008 0.011 0.016 0.058 0.025 0.566
424,687
2,876,892 Jumlah 0.950 0.947 0.775 0.821 0.794 0.913 0.820 0.914 0.855
36
Matriks kebalikan Koefisien Nilai Tambah Bruto:
Vˆ −1
sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1.307 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
37
Angka Pengganda Nilai Tambah Bruto
ˆ (I − A ) V
V ˆ −1
SKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 1.087 0.006 0.289 0.114 0.144 0.094 0.049 0.013 0.076
Vektor baris u:
u 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ˆ (I − A)V
MVA= uV ˆ −1
MVA 1.241 1.156 2.072 2.711 2.219 1.541 1.681 1.345 1.585
Setiap kenaikan satu juta rupiah nilai tambah bruto di sektor manufaktur, akan meningkatkan nilai
tambah bruto nasional 2,072 juta rupiah 38
5. Multiplier dan Dampak Kesempatan Kerja
TK j
Koefisien Tenaga Kerja, lj =
Xj
Untuk mendapatkan kembali angka TKj, jika Xj sdh diketahui: TK j = l j × X j
Kita sekarang memiliki kumpulan lj sebanyak n (banyak sektor dalam tabel IO), yang
kemudian ditempatkan ke dalam matrik diagonal
39
Satuan Output : Milyar Rp; Satuan Tenaga kerja (TK): orang;
Satuan Koefisien TK (baris koef): orang/milyar rp.
Koef TK 82.266 2.147 5.756 2.556 7.281 24.201 12.309 4.140 22.515
Total Dampak 91.816 4.160 22.400 12.308 19.734 35.092 21.926 8.758 32.779
Multiplier 1.116 1.937 3.891 4.815 2.710 1.450 1.781 2.116 1.456
40
Interpretasi Multiplier Kesempatan Kerja
• Jika terjadi peningkatan permintaan output sektor
1 (pertanian) sebesar Rp 1 milyar, berdampak pd
peningkatan kesempatan kerja di seluruh sektor
sebesar 100.39 orang.
• Padahal jk tidak ada mekanisme keterkaitan antar
sektor, kesempatan kerja hanya naik sebesar
82.27 orang, yaitu yang diserap oleh sektor
pertanian saja.
• Krn ada keterkaitan antar-sektor, maka dampak
kesempatan kerja di seluruh sektor (termasuk
pertanian) menjadi 100.39 orang. Perbandingan
dampak kesempatan kerja yg muncul di semua
sektor dan yg muncul di sektor pertanian adalah
1.22. Angka ini dsbt multiplier kesempatan
kerja. Artinya jika terjadi peningkatan
kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 1
orang, akan meningkatkan kesempatan kerja di
seluruh sektor sebanyak 1.22 orang.
41
6. Untuk Melihat Keterkaitan antar sektor perekonomian.
1. Keterkaitan ke Belakang
1.1 Keterkaitan ke belakang langsung (direct Bacward linkage)
• Dilihat dari koefisien input antara.
dimana
IKBj = indeks keterkaitan total ke belakang sektor-j
bij = unsur matriks kebalikan Leontif baris-i dan kolom-j
n = ukuran matriks Leontif (ukuran sektor tabel IO)
42
2) Keterkaitan kedepan (Forward linkage)
2.1 Keterkaitan ke depan Langsung (Direct Forward Linkage)
• Lihat dari koefisien input antara: lihat secara horisontal
n
∑ b ij
j=1
IKD i = n
n n
∑ ∑ b ij
i=1 j−1
dimana
IKDj = indeks keterkaitan total ke depan sektor-i
bij = unsur matriks kebalikan Leontif baris-i dan kolom-j
n = ukuran matriks Leontif (ukuran sektor tabel IO)
43
KETERKAITAN KE HULU DAN HILIR
Keterkaitan industri ke arah Hulu
44
Keterkaitan Industri ke arah Hilir
Ilustrasi Indeks Keterkaitan Total ke Belakang dan ke Depan
• Indeks Keterkaitan Total ke Belakang (IKB) atau Total Backward Linkage = derajat keterkaitan sektor dg sektor-sektor
yang lebih hulu secara Total.
• Keterkaitan Total ke Depan (IKD) atau Forward Linkage = derajat keterkaitan sektor dg sektor-sektor yang lebih45
hilir.
Keterbatasan analisis model I-O
• Keseragaman
– Setiap sektor hanya memproduksi satu jenis output yang seragam
(homogeneity) dari susunan input tunggal.
• Kesebandingan
– Kenaikan penggunaan input berbanding lurus dengan kenaikan output
(proportionality), yang berarti perubahan tingkat output tertentu akan selalu
didahului oleh perubahan pemakaian input yang sebanding.
– Dengan lain perkataan, setiap sektor hanya memiliki satu fungsi produksi
dimana input berhubungan secara fixed proportional. Asumsi ini
menyampingkan pengaruh skala ekonomis, artinya makin banyak output
yang dihasilkan, biaya produksi per unit makin kecil sehingga penggunaan
Input Antara semakin efisien.
• Penjumlahan
– Efek total dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan penjumlahan
(additivity) dari proses produksi masing-masing sektor secara terpisah. Ini
berarti seluruh pengaruh di luar sistem input-output diabaikan.
46
7. Supply- Side IO Model
Misalkan kita mendefinisikan matriks Transaksi Kuadran I sebagai Z, vektor output
sebagai X, dan vektor non input antara adalah W, sebagai berikut:
1 0.0662 0.0001 0.4295 0.0000 0.0189 0.0661 0.0001 0.0001 0.0208 0.6019
2 0.0000 0.0707 0.3056 0.0324 0.0797 0.0000 0.0001 0.0000 0.0017 0.4903
3 0.0203 0.0054 0.1930 0.0098 0.0804 0.0400 0.0263 0.0045 0.0418 0.4215
4 0.0030 0.0031 0.2721 0.1519 0.0028 0.1216 0.0451 0.0257 0.0647 0.6900
5 0.0075 0.0069 0.0042 0.0015 0.0010 0.0160 0.0110 0.0175 0.0198 0.0855
6 0.0152 0.0040 0.1477 0.0044 0.0673 0.0422 0.0181 0.0066 0.0414 0.3469
7 0.0132 0.0092 0.1332 0.0027 0.0395 0.0899 0.0720 0.0234 0.0445 0.4277
8 0.0187 0.0085 0.1261 0.0069 0.0629 0.1685 0.0453 0.1333 0.0513 0.6214
9 0.0048 0.0064 0.0390 0.0003 0.0063 0.0213 0.0665 0.0224 0.0363 0.2034
48
Proses penurunan mutliplier
[X 1 X2 X 3 ] = i ' Z + [W1 W2 W3 ]
X ' = i' Z + W
r Asumsi dalam pendekatan
ˆ
X ' = i' XA + W i ' Xˆ = X ' supply-side: pola distribusi
r output bersifat stabil dalam
X '= X ' A +W sistem ekonomi
r
X ' ( I − A) = W
r −1 r −1 Multiplier
input
X ' = W ( I − A) ∆X ' = ∆W ( I − A)
49
r −1
[∆X 1 ∆X 2 ∆X 3 ] = [∆W1 ∆W2 ∆W3 ]( I − A)
r −1
Q = ( I − A) Multiplier input
51
Pengganda Dampak Nilai Pendapatan
Koefisien Pendapatan Pekerja Vˆ
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0.17261 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
2 0.00000 0.11277 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
3 0.00000 0.00000 0.10685 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
4 0.00000 0.00000 0.00000 0.09774 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
5 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.13291 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
6 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.17766 0.00000 0.00000 0.00000
7 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.16102 0.00000 0.00000
8 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.15198 0.00000
9 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.36263
r −1 r −1
Pengganda Pendapatan: ( I − A) Vˆ ∆Y ' = ∆W ( I − A) Vˆ
SKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
1 0.1877 0.0006 0.0654 0.0008 0.0106 0.0192 0.0041 0.0013 0.0212 0.3109
2 0.0021 0.1218 0.0474 0.0046 0.0167 0.0056 0.0031 0.0012 0.0108 0.2133
3 0.0054 0.0011 0.1379 0.0016 0.0150 0.0121 0.0073 0.0020 0.0238 0.2062
4 0.0036 0.0011 0.0510 0.1160 0.0084 0.0341 0.0139 0.0070 0.0424 0.2774
5 0.0017 0.0009 0.0028 0.0003 0.1340 0.0044 0.0026 0.0033 0.0092 0.1592
6 0.0042 0.0008 0.0240 0.0009 0.0124 0.1892 0.0054 0.0021 0.0220 0.2611
7 0.0042 0.0016 0.0250 0.0008 0.0099 0.0221 0.1763 0.0054 0.0256 0.2707
8 0.0061 0.0018 0.0291 0.0015 0.0155 0.0412 0.0125 0.1769 0.0332 0.3177
9 0.0017 0.0010 0.0092 0.0002 0.0030 0.0073 0.0129 0.0047 0.3805 0.4206 52
Pengganda dan Dampak Nilai Tambah Bruto
Koefisien NTB Vˆ
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 0.765 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.000 0.819 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
3 0.000 0.000 0.374 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
4 0.000 0.000 0.000 0.303 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 0.000 0.000 0.000 0.000 0.358 0.000 0.000 0.000 0.000
6 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.593 0.000 0.000 0.000
7 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.488 0.000 0.000
8 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.680 0.000
9 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.540
r −1 r −1
Pengganda NTB: ( I − A) Vˆ ∆VA' = ∆W(I − A) Vˆ
SKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
1 0.832 0.004 0.229 0.002 0.028 0.064 0.012 0.006 0.032 1.210
2 0.009 0.885 0.166 0.014 0.045 0.019 0.010 0.005 0.016 1.168
3 0.024 0.008 0.483 0.005 0.040 0.040 0.022 0.009 0.035 0.666
4 0.016 0.008 0.178 0.359 0.022 0.114 0.042 0.031 0.063 0.834
5 0.008 0.007 0.010 0.001 0.360 0.015 0.008 0.015 0.014 0.437
6 0.018 0.006 0.084 0.003 0.033 0.631 0.016 0.009 0.033 0.834
7 0.019 0.012 0.087 0.002 0.027 0.074 0.534 0.024 0.038 0.816
8 0.027 0.013 0.102 0.005 0.042 0.137 0.038 0.791 0.049 1.204
9 0.008 0.008 0.032 0.001 0.008 0.024 0.039 0.021 0.566 0.707 53
Pengganda dan Dampak Kesempatan Kerja
Koefisien Tenaga Kerja L̂
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 82.266 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.000 2.147 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
3 0.000 0.000 5.756 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
4 0.000 0.000 0.000 2.556 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
5 0.000 0.000 0.000 0.000 7.281 0.000 0.000 0.000 0.000
6 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 24.201 0.000 0.000 0.000
7 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 12.309 0.000 0.000
8 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 4.140 0.000
9 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 22.515
r −1 r −1
Pengganda TK: ( I − A) Lˆ ∆(TK)'= ∆W(I − A) Lˆ
SKT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
1 89.464 0.012 3.524 0.021 0.579 2.617 0.315 0.034 1.317 97.881
2 0.979 2.320 2.553 0.120 0.916 0.758 0.241 0.032 0.672 8.590
3 2.578 0.021 7.430 0.041 0.822 1.644 0.558 0.054 1.481 14.629
4 1.693 0.022 2.748 3.033 0.458 4.643 1.063 0.189 2.630 16.480
5 0.813 0.018 0.153 0.007 7.339 0.603 0.200 0.090 0.569 9.792
6 1.980 0.016 1.293 0.023 0.681 25.767 0.415 0.058 1.369 31.602
7 2.001 0.030 1.345 0.020 0.544 3.006 13.475 0.146 1.588 22.155
8 2.925 0.033 1.566 0.038 0.847 5.608 0.957 4.819 2.060 18.855
9 0.808 0.020 0.495 0.006 0.163 0.997 0.989 0.127 23.625 27.231 54
SELESAI
TERIMA KASIH
55