Sparatisme Dalam Presfektif Dalam Hukum Internasional
Sparatisme Dalam Presfektif Dalam Hukum Internasional
The idea for the establishment of OPM (the organization for the independence
of Papua) came into exist in 1963. The establishment was mostly caused by
bad condition of social life in the area. Meanwhile, this organization tends to be
liberation front, or even as a rebellion movement. According to the International
law, this kindof separatism is regarded as internal business of Indonesia. More
over, OPM hasn't got recognition as belligerent forinternational society. There
fore, the biggersupportis on the hand ofIndonesian government, rather thanon
the hand of OPM. Thus, the solution is merely depend on the willingness of
Indonesian government to solve the conflict internally.
terjadinya pemberontakan tersebut. Hal ini instrumen untuk memisahan diri dari
dikarenakan perbuatan para pemberontak negara induknya, juga bagaimana pan-
merupakan pemaksaan kehendak kepada dangan hukum internasional terhadap
pemeriritah yang sah dalam rangka men- separatisme dan pemisahan wiiayah itu
capai tujuan yang diyakininya^. Di atas sendiri akan dikaji daiam tulisan berikut
semuanya itu, tuntutan untuk memisahkan dengan studi kasus OPM..
diri dari negara induknya tentu merupakan
ancaman terhadap Integritassuatu negara.
Lepasnya Timor Timur dari wllayah Kilas Balik Separatisme di Papua Barat
Indonesiaadalah bukti nyata semuanya itu. Tidak sebagaimana Timor Timor
Bilatidak ditangani dengan hatl-hati, maka yang sejak awal integrasinya ke Indonesia
Aceh, Papua, Maluku, Poso serta daerah-
bermasalah, dan belum pernah mendapat
daerah sarat konflik lainnya, sangat poten- pengakuan sebagai bagian yang sah dari
sial menjadiTimor Timur kedua ketigadan teritorial Indonesia oleh PBB^ maka
seterusnya.
sebenarnya Papua Barat telah mendapat
Apabila apa yang dllakukan kaum pengakuan dari PBBsebagai bagian yang
pemberontakan merupakan perbuatan tidak terpisahkan dari NKRI
melanggar hukum dalam perspektif hukum Papua adalah satu-satunya propinsi
naslonal suatu negara dan oleh karenanya di Indonesiayang kembali ke pangkuan ibu
para pelakunya pantas untuk dihukum, pertiwi melaiui "Persetujuan New York"
maka tidak demikian halnya dalam hukum yang ditandatangani oleh Belanda dan
internasional.Hukum internasional tidak Indonesia pada 15 Agustus 1962. Perse
menghukum adanya pemberontakan atau tujuan ini dicatat oleh Majeiis Umum PBB
revolusi sebagaimana yang dikemukakan berdasarkan Resolusinya pada 21 Septem
oleh VIsser,... neither insurrection nor revo
ber 1962, No. 1752 (XVII). Pada 1 Oktober
lutionis condemned by international law... 1962 , dllakukan penyerahan kekuasaan
Di samping itu dalam hukum internasional dari pemerintah Belanda kepada peme-
juga dikenal adanya prinsip self determina rlntah sementara PBB {United Nations
tion atau hak untuk menentukan nasib
Temporary Executive Authority-UhlTEA),
sendiri, yang sering dijadikan instrumen untuk selanjutnya, pada 1 Mei 1963
kaum pemberontak untuk memperkuat UNTEA diserahkan kepada Indonesia.
posisi di mata internasional guna menca- Kedaulatan Indonesia atas Papua Barat
pai maksud dan tujuannya. menjadi semakin sah dengan adanya
Adanya kontradiksi sebagaimana Resolusi No.2504 (XXIV) tanggal 19
dikemukakan di atas tentu sangat menarik Nopember 1969 yang mencatat hasil
untuk dikaji. Sejauh mana self determina Penentuan pendapat Rakyat (Pepera ) di
tion right dapat digunakan sebagai wiiayah tersebut kembali ke wiiayah indo-
UNISIANO. 47IXXVI/II2003 43
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani
44 UNISIANO. 47/XXVI/I/2003
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani
kembali pada kasus kepulauan Aaland based on respect for the principle of
yang mempermasalahkan apakah pen- equal rihgts and self determinatiori'
duduk kepulauan Aaland yang berasal darl b. Pasal 55 yang menetapkan :... to
Swedia dapat memisahkan diri dari creation of stability and wellbeing which
FInlandia dan menjadikan wilayah tersebut are necessary for peaceful and friendly
menjadi wilayah Swedia. Terhadap perma- relations among nations based on re
salahan ini Majelis LBB pada tahun 1921 spect for the principle of equal right and
memutuskan bahwa self determination self determination of peoples.
right tidak dapat dijalankan dalam kasus Dari ketentuan di atas dapat disim-
kepulauan Aaland. LBB mengakul kedau- pulkan bahwa piagam mengartikan self
latan Finlandia terhadap terhadap kepulau determination right sebagai hak dari
an tersebut. Namun demikian, direkomen- masyarakat/seseorang untuk menciptakan
dasikan untuk memperlakukan penduduk keadaan-keadaan yang terlib (stability) dan
minorltas dengan balk demi kepentingan kemakmuran (well being), yang merupakan
perdamaian.""® Dalam kasus ini dinyatakan dasar bagi terclptanya perdamaian dan
pula balk oleh International Commision of hubungan persahabatan antar negara.
Jurist dan Committee of repourteurs deal Adapun ketentuan dalam piagam
ing with situation bahwa prinsip self deter yang secara tidak langsung menyinggung
mination right.... was not a legal rule inter masalah self determination adalah Pasal
national la w, but purely a political concepf^ 73 dan 76 yang menyangkut masalah
Apablla pada fase LBB, self deter dekolonisasi. Pasal 73 menggambarkan
mination rightdWolaW dengan tegas sebagai adanya kewajiban negara penguasa atas
kaedah hukum internasional hanya diakui daerah ang belum berpemerintahan sendiri
sebagai konsep polltik, bahkan dipandang untuk mengembangkannya menuju peme-
dapat merusak dan mengacaukan hubung- rintahan sendiri dan hak dari daerah-dae-
an internasional, maka tidak demikian rah yang belum berpemerintahan sendiri
halnya dengan di era PBB. Beberapa pasal untuk memeproleh pemerintahan sendiri.
dalam Piagam PBB mencantumkan hak Adapun Pasal 76 mencerminkan adanya
rhenentukan nasib sendiri baik secara hak dari daerah-daerah yang diletakkan di
langsung maupun tidak langsung. Pasal bawah perwalian untuk memperoleh
yang secara langsung memuat self deter pemerintahan sendiri.
mination right an\ara lain sebagai berikut: Selain dalam piagam, self determi
a. Pasal 1(2) yang menetapkan: ..."to nation right \uga dapat dilihat Pasal 1(1)
develop friendly relations among nations dua kovenan, yaitu international covennat
on civil and political rights serta international
covenant on economic, social & cultural
rights yang menetapkan: "all people have
^^Sidik Suraputra, op.cit, him. 302. the fight of self determination, by virtue of
^'LNOJ Supp. No.3, 1920,pp.5-6 dan that right they freely determine their politi
Doc.87/21/106(VII ) pp. 22-23, sebaimana cal status and freely pursue their economic,
dikutip oleh Shaw, Malcolm N., 1991. interna social'land cultural development."
tional Law, 3rd edition, Grotius Publications Sama halnya dengan pencantuman
Limited, him.173.
self determination right dalam piagam.
UNISIANO. 47/XXVI/I/2003 45
Topik : Separatisme dalam Perspeklif Hukum Internasional ... , Sefriani
tangan dengan tujuan dan prinsip- benar bahwa semua bangsa (people) itu
prtnsip PBB mempunyai right to self determination?
7. Semua negara harus melaksanakan Menanggapi hal ini David Ott menyatakan
ketentuan-ketentuan dalam piagam bahwa:
PBB secara sungguh-sungguh. Dekia-
rasi hak-hak asasi PBB atas dasar The fear of many of these is that to
persamaan hak, tidak mencampuri proclaim automatically applying in all
urusan dalam negeri, menghormati hak- situation would risk opening a
hak kedaulatan semua bangsa serta pandora box of irresistble claims to
keutuhan wilayahnya independent statehood by monority
Selanjutnya Majelis Umum PBB national groups ithin existing States.
juga mengeluarkan Resolusi Nomor 1541 This could destabilize the internatinal
(XV) tentang penentuan nasib sendiri pada community
tahun 1960. Resolusi tersebut antara lain
mencantumkan alternatif pilihan bag! Apabila kata "all" ditafsirkan secara
wilayah yang belum berpemerintahan sen- harflah, semua orang, dikhawatirkan mi
diri untuk menentukan nasib masa nority national groups akan menuntut right
depannya, yaitu: to self determination. Hal ini akan sangat
a. menjadi negara merdeka dan berdaulat bertentangan dengan salah satu prinslp
b. melakukan asosiasi bebas dengan PBB yaitu mempertahankan territorial in
negara mereka tegrity darl negara anggotanya.
c. berintegrasi dengan suatu negara mer Tidak jauh berbeda dengan apa
deka yang dikemukakan di atas, John Humprey
d. perubahan status politik apapun yang mengemukakan bahwa hak tersebut hanya
ditentukan rakyat dimiliki oleh rakyat (people) darl suatu
Perkembangan selanjutnya adalah wilayah jajahan dan hanya dapat dilaksa-
bahwa pada tahun 1970 kembali ML) PBB nakan sekall saja, artinya bila telah dilak-
mengeluarkan resolusi yaitu resolusi sanakan tidak dapat dilaksanakan lagi.^o
Nomor 2625 (XXV), yaitu deklarasi tentang Dalam kaitannya dengan hal Ini
prinsip-prinsip hukum internasional menge- MichIa Pomeranca berpendapat bahwa
nai hubungan persahabatan dan kerjasama hukum PBB tentang self determination
antara negara. Pada baglan tentang tidakdipandang sebagai an overriding right
persamaan hak dan hak menentukan nasib for all selves in all instances, it is relative
sendiri, menyebutkan... to determine, with right, which may some time have to give
out externai interference, their political sta way to the principles of territorialintegrity,
tus and to pursue their economic, social, non intervention and souvereign equality.
and cultural development, and every state Ditambahkan pula bahwa any attempt
has the duty to respect this right in accor
dance with the provisional of the charter.
Dari ketentuan-ketentuan hukum David, 1987. Public International
internasional di atas ada satu istilah yang Lawin Modern World, Pitman Publishing, Lon
selalu menjadi sumber perbedaan pen- don. him. 68.
dapat para pakar, yaitu -.allpeople. Apakah ^°John Humprey, op.cit, him.177.
aimed at the partial or total disruption of respect to remainder of the State may
the unit and territorial integrity of a State have a right to self determination. Any
established in accordance with the right of right of self determination for a territory
self determination of its peoples is incom in this third category is usually highly
patible with the purposes and principles of controversiaP^
the charter. Hal ini juga sesuai dengan apa Contoh dari non-self governing
yang dinyatakan dalam paragraf 6 Resolusi territory bentuk ketiga tersebut dl atas
1514 (XV) tahun 1960.21 menurut wilson adalah Pakistan Timur
Pendapat senada juga dikemukakan (sekarang Bangladesh).^''
oleh Shaw,22 bahwa the self dalam Dari apa yang dipaparkan di atas
permasalahan self determination right baik berbagai resolusi PBB maupun pen
hams ditetapkan dalam kerangka kerja dapat para pakar pada dasarnya sepakat
daerah kolonial. Usaha-usaha untuk bahwa self determination right Wdakdapat
memperluas hal ini tidaklah akan berhasll dipergunakan oleh all people, termasuk
dan bahwa UN has always strenously kelompok-kelompok yang tidak puas atas
opposed any attempt at the partial or total kebijakan pemerintah pusatnya. Menllik
disruption of the national unity and territo asal usul dan sejarahnya konsep self
rial integrity of a country. determination right itu sendiri sebenarnya
Pakar hukum internasional yang dimaksudkan untuk dekolonisasi, dapat
lain, Heather Wilson menyimpulkan digunakan oleh bangsa-bangsa yang ter-
sebagai berikut: jajah atau dibawah kolonisasi bangsa lain.^^
1. self determination is not a matter Dalam kaitannya dengan tuntutan
essentialy within the domestic Juris self determination right dari kelompok-
diction of state kelompok separatist dalam suatu negara,
2. It is now generally accepted that there di satu sisi negara berhak untuk menjaga
is a right to self determination in inter integrltas wilayahnya. Praktek yang dilaku-
national law kan masyarakat internasional dengan
3. This legal right is not enjoyed by any komandannya PBB menurut Thomas M.
group desiring indenpedence, in gene Franck se//sangat mendukung hal Ini. Itu
ral, it applies to separate political units. karenanya PBB sangat mendukung ma-
In partiular, trust and mandated territo suknya Irian Barat ke Indonesia dengan
ries and non self-governing territories
under ChapterXI of Charter have a right
to self determination. In addition,
geographicaly distinct tefritorle which
are sub-ordinate to the metropolitan
State and are non-self governing with "Wilson, Hether, 1989. International Law
and The Use of Force by National Liberation
Movements, Clarendon Press, Oxford, hlm.88.
^Nbid, him. 82.
"Franck, Thomas M, 1997. Fairness in
2'Michla Pomeranca, op.cit., him 43-45. International Law and Institution, Clarendon
22Shaw, op.cit, him. 177. Press, Oxford, him. 151.
48 UNISIANO. 47IXXVIII/2003
Topik ; Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani
UNISIANO. 47/XXVI/I/2003 49
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani
yang sedang berlangsung antara kaum Lebih penting darl masalah penga
pemberontak dengan pemerintah yang kuan yang sarat dengan muatan politisnya,
sah.^^ . hukum internasional melalui Pasal 3
Bilamana pemberontakan tidak Konvensi Jenewa 1949 mengatur menge-
segera dapat dipadamkan oleh pemerintah nai pertlkalan bersenjata yang tidak bersifat
pusat, dan kaum pemberontak telah internasional. Pasal inl menegaskan bahwa
bertambah kuat kedudukannya, mampu dalam hal terjadi pertikaian bersenjata
menguasai secara de facto suatu wilayah yang tidak bersifat Internasional {armed
yang cukup tuas, telah mempunyai peme- conflict not of an international charcatei)
rintahan sendiri, maka dalam literatur yang berlangsung dalam wilayahsalah satu
hukum internasional dikenal adanya plhak agung penandatangan, tlap pihak
pengakuan terhadap be/Z/perenf-Waiaupun yang bertlkalharus memperhatikan aturan-
penerapannya tidakmudah karena faktor- aturan tentang kemanuslaan, antara lain
faktor politik lebih dominan daripada larangan:
kriteria obyektifnya, pada umumnya ada 4 a. tindakan kekerasan atas jlwa dan raga
unsur yang harus dipenuhi kaum pem b. penyanderaan
berontak untuk mendapat pengakuan c. perkosaan atas kehormatan pribadi
sebagai belligerent, yaitu: d. menghukum dan menjalankan hukum-
a. terorganisir secara rapi dan teratur di an mati tanpa didahului keputusan yang
bawah kepemimpinan yang jelas dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang
b. harus menggunakan tanda pengenal dibentuk secara teratur^®
yang jelas yang menunjukkan
identitasnya Konvensi Jenewa 1949 sebagai-
c. harus sudah menguasai secara, efektif mana dikemukakan diatas diatur lebih
sebagian wilayah sehingga wilayah lanjut dalam Protokoi Tambahan 1977
tersebut benar-benar telah di bawah baglan ke 11.®^ Protokoi ini dengan tegas
kekuasaannya menyatakandapat diterapkan ...toconflict
d. harus mendapat dukungan darl rakyat which take place in the territory of a high
di wilayah yang diduduklnya contracting parties, but between its armed
Dalam praktek sullt untuk menemu- forces and dissident armed forces or other
kan kelompok pemberontak yang menda organized group. Protokoi juga menyebut-
pat pengakuan sebagai belligerent, meng- kan bahwa angkatan bersenjata pemberon
Ingat pemberlan pengakuan sebagai bel tak harus memiliki suatu komando yang
ligerent oleh suatu negara sangat potensia!
merusak hubungan balk negara yang
memberl pengakuan dengan pemerintah ®®Haryo Mataram, GPH, 1994. Sekelumit
yang sah, karena dapat dianggap men- tentang Hukum Humaniter, UNS Press, Solo,
campurl urusan dalam negerl negara him. 50.
tersebut dengan berplhak pada kelompok ^^Protokol Tambahan 1977 terdlrl darl dua
pemberontak. baglan. baglan I mengenal konflik bersenjata
yang bersifat Internasional, adapun yang ke 11
yang tidak bersifat Internasional, dikenal
^Ibid, hlm.75. dengan nama Protokoi II.
miSIANO. 47/XXVIIH2003 51
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani
52 UNISIANO. 47/XXVI/I/2003
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani
integritas wilayahnya dewasa inisama kuat ikrar Nusa Bhakti. 1994. "Aspek-aspek
dengan self determination Wu ser\6\r\ dalam Internasional dalam Integrasi
hukum internasional. Keduanya hams dili- Nasionaksuatu tinjauan empiris
hat secara proporsional dan kasuistis. Da atas kasus Irian Jaya,dalam Ana-
lam kasus 0PM, sampai saat ini dukungan lisis CSIS, No.5 Tahun XXilll.
terhadap pemerintah untuk mempertahan-
Kahpi Suriadiredja. 1985. Tantangan dan
kan integritas wilayah NKRI masih lebih
Perjuangan di Bumi Cendrawasih,
kuat daripada tuntutan CRM untuk memi-
Sinar Agape Press, Jakarta.
sahkan diri. Hal ini mengingat wilayah ter-
sebut berdasarkan hukum internasional Michia Pomerance. 1982. Self Determi
sah sebagai bagian wilayah NKRI. • nation in Law and Practice: the new
doctrine in the United Nations,
Martinus Nijhoff Publishers, The
Haque/Boston, London.
Daftar Pustaka Ott, David. 1987. Public Internatioal Law
in Modern World, Pitman Publish
Ariina Permanasari.dkk (Pengarang & edi ing, London.
tor), 1999. Pengantar Hukum
Shaw, Malcolm N. 1991. International Law,
Humaniter, ICRC, Jakarta.
3"' edition, Grotius Publications Lim
A. Rego Sureda. 1993. The Evolution of ited.
the Right to Self Determination
Sidik Suraputra. 1982. "Hak Untuk Menen-
Right a Study of United Nations
tukan Nasib Sendiri Dalam Hukum
practice, Leiden: A.W Sithoff.
Internasional Publik", dalam Hukum
Aureliu Cristeseu. 1981. The Right to Self dan Pembanguhan, Juli.
Determination, United Nations, New
Tasrif, S. 1990. Hukum Internasional
York.
Tentang Pengakuan dalam Teori
Franck, Thomas M. 1997. Fairness in Inter dan Praktek, Abardin, Jakarta.
national Law and Institution, Claren
Thurer, Daniel. 1998. The right of Self
don Press, Oxford.
Determinationt of People,
Ikrar Nusa Bhakti. 1985. "Intervensi
Clarendon Press, Oxford.
Amerika Serikat dalam Penyele-
VIsscher, Charles de. 1985. Theory and
saian Masalah Irian Barat" dalam
Reality in Public International Law,
Masaiah-masalah internasional
Princenton.
Masa Kini, No.13, Jakarta, LRKN-
LIPI, 1985. Wilson, Hether. 1989. International Law
and The Use of Force by National
Haryo Mataram, GPH. 1994. Sekelumit
Liberation Movements, Clarendon
tentang Hukum Humaniter, UNS
Press, Oxford.
Press, Solo, him. 50.
• • •