Anda di halaman 1dari 13

Separatisme dalam Perspektif

Hukum Internasional: Studi Kasus


Organisasi Papua Merdeka
Sefridni

The idea for the establishment of OPM (the organization for the independence
of Papua) came into exist in 1963. The establishment was mostly caused by
bad condition of social life in the area. Meanwhile, this organization tends to be
liberation front, or even as a rebellion movement. According to the International
law, this kindof separatism is regarded as internal business of Indonesia. More
over, OPM hasn't got recognition as belligerent forinternational society. There
fore, the biggersupportis on the hand ofIndonesian government, rather thanon
the hand of OPM. Thus, the solution is merely depend on the willingness of
Indonesian government to solve the conflict internally.

Istilah Separatis atau separatisme


ditujukan pada tindakan seseorang
yang lain adalah untuk menggulingkan
pemerintah yang sah dan mengganti-
atau sekelompokorang atau komunitas kannya dengan pemerintah baru sesuai
yang berada dalam satu kesatuan besar keinginan kaum pemberontak, ataupun
yang hendak memisahkan diri atau keluar untuk bergabung dengan negara lain
dari komunitas atau kesatuan besar itu {integration), atau kemungkinan yang lain
dengan maksud berdiri sendiri sebagai adalah untuk menuntut otonomi yang lebih
negara atau bangsa merdeka. Orang-or- luas.^
ang yang terlibat didalamnya disebut kaum Apapun maksud dan tujuan kaum
separatist. pemberontak termasuk di dalamnya kaum
Tujuan memisahkan diri untuk separatist, merupakan perbuatan 1990 me-
menjadi negara merdeka lepas dari negara ianggar hukum nasional negara tempat
induknya dalam berbagai literatur hukum
internasional pada hakekatnya hanya
merupakan salah satu tujuan dari Wayan Partiana. 1990. Pengantar Hu
pemberontakan yang terjadi di suatu kum Internasional, Mandar Maju, Bandung,
negara. Adapun tujuan pemberontakan him. 370.

UNISIA NO. 47/XXVI/I/2003 41


Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

terjadinya pemberontakan tersebut. Hal ini instrumen untuk memisahan diri dari
dikarenakan perbuatan para pemberontak negara induknya, juga bagaimana pan-
merupakan pemaksaan kehendak kepada dangan hukum internasional terhadap
pemeriritah yang sah dalam rangka men- separatisme dan pemisahan wiiayah itu
capai tujuan yang diyakininya^. Di atas sendiri akan dikaji daiam tulisan berikut
semuanya itu, tuntutan untuk memisahkan dengan studi kasus OPM..
diri dari negara induknya tentu merupakan
ancaman terhadap Integritassuatu negara.
Lepasnya Timor Timur dari wllayah Kilas Balik Separatisme di Papua Barat
Indonesiaadalah bukti nyata semuanya itu. Tidak sebagaimana Timor Timor
Bilatidak ditangani dengan hatl-hati, maka yang sejak awal integrasinya ke Indonesia
Aceh, Papua, Maluku, Poso serta daerah-
bermasalah, dan belum pernah mendapat
daerah sarat konflik lainnya, sangat poten- pengakuan sebagai bagian yang sah dari
sial menjadiTimor Timur kedua ketigadan teritorial Indonesia oleh PBB^ maka
seterusnya.
sebenarnya Papua Barat telah mendapat
Apabila apa yang dllakukan kaum pengakuan dari PBBsebagai bagian yang
pemberontakan merupakan perbuatan tidak terpisahkan dari NKRI
melanggar hukum dalam perspektif hukum Papua adalah satu-satunya propinsi
naslonal suatu negara dan oleh karenanya di Indonesiayang kembali ke pangkuan ibu
para pelakunya pantas untuk dihukum, pertiwi melaiui "Persetujuan New York"
maka tidak demikian halnya dalam hukum yang ditandatangani oleh Belanda dan
internasional.Hukum internasional tidak Indonesia pada 15 Agustus 1962. Perse
menghukum adanya pemberontakan atau tujuan ini dicatat oleh Majeiis Umum PBB
revolusi sebagaimana yang dikemukakan berdasarkan Resolusinya pada 21 Septem
oleh VIsser,... neither insurrection nor revo
ber 1962, No. 1752 (XVII). Pada 1 Oktober
lutionis condemned by international law... 1962 , dllakukan penyerahan kekuasaan
Di samping itu dalam hukum internasional dari pemerintah Belanda kepada peme-
juga dikenal adanya prinsip self determina rlntah sementara PBB {United Nations
tion atau hak untuk menentukan nasib
Temporary Executive Authority-UhlTEA),
sendiri, yang sering dijadikan instrumen untuk selanjutnya, pada 1 Mei 1963
kaum pemberontak untuk memperkuat UNTEA diserahkan kepada Indonesia.
posisi di mata internasional guna menca- Kedaulatan Indonesia atas Papua Barat
pai maksud dan tujuannya. menjadi semakin sah dengan adanya
Adanya kontradiksi sebagaimana Resolusi No.2504 (XXIV) tanggal 19
dikemukakan di atas tentu sangat menarik Nopember 1969 yang mencatat hasil
untuk dikaji. Sejauh mana self determina Penentuan pendapat Rakyat (Pepera ) di
tion right dapat digunakan sebagai wiiayah tersebut kembali ke wiiayah indo-

^Ibid. "•Dalam catatan PBB Timor Timur masuk


^Visscher, Charles de. 1985. Theory and ke wiiayah yang belum berpemerintahan sendiri
Reality in Public International Law, Princenton, dengan kuasa administarsinya adalah Portu
hlm.336. gal.

•42 UNISIANO. 47/XXVim003


Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

nesia® berubah menjadi pemberontakan-pem-


Benih-benih separatisme di Papua berontakan.^
sebenarnya telah dipupuk dan dikembang- Pembangunan yang terabaikan di
kan oleh pemerlntah koloniai Belanda sejak propinsi tersebut dimana pemerlntah lebih
awal 1950-an.Saat itu, Belanda bukan saja mengutamakan Timor Timur, telah menim-
mempercepat pembangunan ekonomi dan buikan keoemburuan yang luar biasa,
administarsi di Irian Barat, tetapi juga dikalangan intelektual di sana. Ekspioitasi
pembangunan polltik, seperti pembentukan sumber-sumber kekayaan alam secara
Dewan New Guinea {Nieuw Guinea Raad), besar-besaran yang hasilnya tidak dinik-
suatu quasi -parlemen, pada 5 April 1961 mati oleh Wiiayah itu sendiri, adanya domi-
Belanda juga mengijinkan para tokoh pro- nasi pendatang terhadap penduduk asli,
Belanda untuk mengadakan sidang komlte penuduk asii dianggap warga kelas dua,
nasional pada 19 Oktober 1961. Pada paratransmigran lebih mendapat bantuan
sidang tersebut disetujui simbol-simbol ketimbang penduduk asii, kesempatan
politik seperti bendera 0PM, yaknl bintang kerja bagi penduduk asli yang sangat
kejora, lagu kebangsaan "Hal Janahku terbatas, pendekatan"keamanan" yang
Papua", nama negara "Papua Barat", dan digunakan TNI, menjadikan OPM semakin
lambang negara "Burung Mambruk". Upa- mendapat simpati dari rakyat Papua
ya Belanda untukmendirikan negara bone- bahkan juga dikalangan yang semula
ka Papua ini pada dasarnya merupakan menolaknya/^ Kemerdekaan Timor Timur
"bom waktu" yang sengaja ditinggalkan juga meningkatkan semangat OPM untuk
Belanda di Papua Barat/ semakin mengobarkan semangat mele-
Gagasan untuk mendirikan Organi- paskan diri dari Indonesia. Beberapa konfe-
sasi Papua Merdeka (OPM) muncul tahun rensi masyarakat papua diiringi pengibaran
1963 dan 1964, yang kemudian secara bendera bintang kejora yang dimotori OPM
resmi terbentuk pada awal 1965 di daerah telah mengundang perhatian dari berbagai
Ayamaru.® Pembentukan OPM Ini dilatar- pihak, termasuk internasional mengenai
belakangi situasi buruk di wiiayah tersebut sikap yang harus dilakukan pemerlntah
saat itu yang kemudian membangkitkan Indonesia.
kembali sikap anti asing yang kemudian

sjkrar Nusa Bhakti. 1985. "Intervensi


Amerika Serikat dalam Penyelesaian Masalah
Irian Barat" dalam Masalah-Masalah Inter ®Situasi buruk yang dimaksud antara lain
nasional Masa Kini, No.13, Jakarta, LRKN-LIPI, seperti sikap sebagian pejabat di Irian Jaya
him.3. yang seperti orang baru menang perang,
®lkrar Nusa Bhakti, 1994. "Aspek-aspek pembangunan yang terabaikan oleh Indonesia,
Internasional dalam Integrasi Nasional:suatu kemerdekaan Papua Neugini, Ibid, him. 398-
tinjauan empiris atas kasus Irian Jaya, daiam 399.
Anaiisis CSIS, No.5 Tahun XXIIII, him.395. ^°Kahpi Suriadiredja, 1985. Tantangan
^Ibid, hlm.396. dan Perjuangan di Bumi Cendrawasih, Sinar
a/b/d, him. 399. Agape Press, Jakarta, him. 64.

UNISIANO. 47IXXVI/II2003 43
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

SelfDetermination Rightdalam Hukum sulit diduga sebagalmana yang dikemu


Internasional kakan oleh Michia Pomerance:
Gagasan adanya self determination
right mula-muia dikemukakan oleh Presi- The Wilson conception of self
den Wilson dalam pidatonya di depan determination may, obvlusly, be
kongres Amerika Serikat pada 8 Januari viewed in in a myriad ways, depend
1918, yang kemudian ditegaskan lag! da ing on the angle of the viewer.
lam naskah Konvensi Liga Bangsa-Bangsa the principle of self determination
yang dlusulkannya, yang antara lain had clearly never attained the
menyebutkan: bleised state. Nor, perhaps, could it
have, in view of the complexities of
The contracting powers unite gua its genesis and the endless difficul
ranteeing. .. territorial reajustment... ties entailed in its application^^
as many in the future become nec
essary by reason of change in the Selanjutnya Robert Lansing, menterl
present social conditions and aspi luar negeri Amerika Serikat saat Wilson
rations or present social and politi menjadi preslden mengemukakan bahwa;
cal relationship,pursuant to the prin- "The more U think about the President
cipie of seif determination " deciaration as to the right of self determi
nation , the more convince iam of the dan-
Maksud darl gagasan tersebut ger'
sebenarnya adalah agardiberikan kesem-
patan pasca perang dunia I berdasarkan Oleh karena mendapat banyak
asas demokrasi kepada golongan-golong- tentangan, maka dapat dipahami bila hak
an minoritas di Eropa untuk menentukan untuk menentukan nasib sendiri tidak
nasibnya sendiri dengan membentuk dimuat dalam kovenan LBB. Pada saat itu
negara-negara merdeka yang tidak dima- tidak dikehendaki bahwa setiap kelompok
sukkan dalam wilayah negara-negara yang orang atas dasar ras dimungklnkan untuk
menang perang.^^ memisahkan diri dari suatu negara yang
Namun demikian gagasan Ini ada dan membentuk negara baru sendiri.
banyak mendapat tentangan dari berbagai , Apabila hak Ini diakui dikhawatirkan akan
plhakkarena ternyata hak tersebut sifatnya menlmbulkan kekacauan dan merusak
seperti bunglon yang dapat berubah warna hubungan internasional yang ada.'^
dan mempunyai banyakakibatpolitis yang Setelah gaga! dimasukkan dalam
kovenan, sel determination right muncul
"A. Rego Sureda, 1973. The Evolution
of the Right toSelfDetermination Right: a Study
of United Nations practice, Leiden: A.WSithoff, ^^^Michla Pomerance, 1982. Self Determi
him. 28. nation in Law and Practice : the new doctrine
'^Sidik Suraputra, "Hak Untuk Menen in the UnitedNations, Martinus Nijhoff Publish
tukan Nasib Sendiri Dalam Hukum Inter
ers, The Haque/Boston?London, him. 1.
nasional Publlk", dalam Hukum dan Pem- 'Nbid. '
bangunan, jull 1982, him. 299-300. 'Nbid.

44 UNISIANO. 47/XXVI/I/2003
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani

kembali pada kasus kepulauan Aaland based on respect for the principle of
yang mempermasalahkan apakah pen- equal rihgts and self determinatiori'
duduk kepulauan Aaland yang berasal darl b. Pasal 55 yang menetapkan :... to
Swedia dapat memisahkan diri dari creation of stability and wellbeing which
FInlandia dan menjadikan wilayah tersebut are necessary for peaceful and friendly
menjadi wilayah Swedia. Terhadap perma- relations among nations based on re
salahan ini Majelis LBB pada tahun 1921 spect for the principle of equal right and
memutuskan bahwa self determination self determination of peoples.
right tidak dapat dijalankan dalam kasus Dari ketentuan di atas dapat disim-
kepulauan Aaland. LBB mengakul kedau- pulkan bahwa piagam mengartikan self
latan Finlandia terhadap terhadap kepulau determination right sebagai hak dari
an tersebut. Namun demikian, direkomen- masyarakat/seseorang untuk menciptakan
dasikan untuk memperlakukan penduduk keadaan-keadaan yang terlib (stability) dan
minorltas dengan balk demi kepentingan kemakmuran (well being), yang merupakan
perdamaian.""® Dalam kasus ini dinyatakan dasar bagi terclptanya perdamaian dan
pula balk oleh International Commision of hubungan persahabatan antar negara.
Jurist dan Committee of repourteurs deal Adapun ketentuan dalam piagam
ing with situation bahwa prinsip self deter yang secara tidak langsung menyinggung
mination right.... was not a legal rule inter masalah self determination adalah Pasal
national la w, but purely a political concepf^ 73 dan 76 yang menyangkut masalah
Apablla pada fase LBB, self deter dekolonisasi. Pasal 73 menggambarkan
mination rightdWolaW dengan tegas sebagai adanya kewajiban negara penguasa atas
kaedah hukum internasional hanya diakui daerah ang belum berpemerintahan sendiri
sebagai konsep polltik, bahkan dipandang untuk mengembangkannya menuju peme-
dapat merusak dan mengacaukan hubung- rintahan sendiri dan hak dari daerah-dae-
an internasional, maka tidak demikian rah yang belum berpemerintahan sendiri
halnya dengan di era PBB. Beberapa pasal untuk memeproleh pemerintahan sendiri.
dalam Piagam PBB mencantumkan hak Adapun Pasal 76 mencerminkan adanya
rhenentukan nasib sendiri baik secara hak dari daerah-daerah yang diletakkan di
langsung maupun tidak langsung. Pasal bawah perwalian untuk memperoleh
yang secara langsung memuat self deter pemerintahan sendiri.
mination right an\ara lain sebagai berikut: Selain dalam piagam, self determi
a. Pasal 1(2) yang menetapkan: ..."to nation right \uga dapat dilihat Pasal 1(1)
develop friendly relations among nations dua kovenan, yaitu international covennat
on civil and political rights serta international
covenant on economic, social & cultural
rights yang menetapkan: "all people have
^^Sidik Suraputra, op.cit, him. 302. the fight of self determination, by virtue of
^'LNOJ Supp. No.3, 1920,pp.5-6 dan that right they freely determine their politi
Doc.87/21/106(VII ) pp. 22-23, sebaimana cal status and freely pursue their economic,
dikutip oleh Shaw, Malcolm N., 1991. interna social'land cultural development."
tional Law, 3rd edition, Grotius Publications Sama halnya dengan pencantuman
Limited, him.173.
self determination right dalam piagam.

UNISIANO. 47/XXVI/I/2003 45
Topik : Separatisme dalam Perspeklif Hukum Internasional ... , Sefriani

maka pencantuman dalam kovenan juga Tonggak sejarah panting lainnya


melalul perdebatan panjang. Negara- berkaitan dengan self determination right
negarayang menyetujui pencantumannya adalah dikeluarkannya Resolusl1514 (XV),
mengemukakan alasan sebagai berikut Declaration on the Granting of the Inde
a. that right was the source of or an es pendence to Colonial Countries and
sential prerequisite for other human Peoples 1960.Deklarasi ini memuat
right, since there could be no genuine prinsip-prinsip panting dan mendasar bagi
exercise of indiviuai right without the pelaksanaan hak penentuan nasib sendiri
realization of the right to self determi serta kondisi-kondlsi yang harus segera
nation dipenuhi oleh penguasa administrasi:
b. in the drafting of the covenant, the prin 1. Penguasaan/penaklukan bangsa
ciple an the charter, which include the dengan dominasi, eksploitasi merupa-
principles of equal rights and self deter kan pelanggaran hak asasi manusia
mination of people should be applied bertentangan dengan piagam PBB yang
and protected; many provision at the dapat mengganggu perdamalan dan
universal declaration of human rights keamanan seluruh dunia
had a direct hearing on the right to self 2. Semua bangsa mempunyai hak untuk
determination menentukan nasib sendiri dan untuk
c. unless the covenant embodied that mememtukan status politiknya secara
right, it would be incomplete and inop bebas dan mengejar perkembangan
erative ekonomi, sosial dan budayanya
3. Persiapan yang kurang memadai di
Sementarayang menentang menge bidang politik, ekonomi dan sosial tidak
mukakan bahwa: menjadi alasan untuk menunda kemer-
dekaan suatu bangsa
The charterreference to the principle 4. Tindakan millterdan penekanan-pene-
not the right of self determination. kanan lainnya yang ditujukan kepada
As a principle, it had very strong bangsa yang belum merdeka harus
moral force, but it as too complex to dihentikan untuk memungkinkan pelak-
be translated into legal term in man saan kemerdekaan secara bebas dan
datory instrumen. It was added that damai dan keutuhan wilayah nasional-
the principle of self determination nya juga harus dihormati
was raise sensitive problems such 5. Daerah-daerah perwalian dan wilayah
as that of minorities and said to be tak berpemerlntahan sendiri dan wlla-
collective right and therefore inap yah-wilayah lainnya yang belum mem-
propriate for inclusion in a instrument peroleh kemerdekaan agar segera di-
which was attempting to lay down limpahkan kewenangannya kepada rak-
the rights of individuals^^ yat (bangsa) diwilayah-wilayahtersebut
tanpa syarat apapun
6. Setiap usaha yang ditujukan untuk
^®Aureliu Cristeseu, 1981. The Right to memecahkan sebagian atau seluruh
Self Determination, United Nations, New York, kesatuan naslonal maupun keutuhan
him. 5. wilayah suatu negara adalah berten-

46 UNISIA NO. 47/XXV[/I/2003


Topik : Separalisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

tangan dengan tujuan dan prinsip- benar bahwa semua bangsa (people) itu
prtnsip PBB mempunyai right to self determination?
7. Semua negara harus melaksanakan Menanggapi hal ini David Ott menyatakan
ketentuan-ketentuan dalam piagam bahwa:
PBB secara sungguh-sungguh. Dekia-
rasi hak-hak asasi PBB atas dasar The fear of many of these is that to
persamaan hak, tidak mencampuri proclaim automatically applying in all
urusan dalam negeri, menghormati hak- situation would risk opening a
hak kedaulatan semua bangsa serta pandora box of irresistble claims to
keutuhan wilayahnya independent statehood by monority
Selanjutnya Majelis Umum PBB national groups ithin existing States.
juga mengeluarkan Resolusi Nomor 1541 This could destabilize the internatinal
(XV) tentang penentuan nasib sendiri pada community
tahun 1960. Resolusi tersebut antara lain
mencantumkan alternatif pilihan bag! Apabila kata "all" ditafsirkan secara
wilayah yang belum berpemerintahan sen- harflah, semua orang, dikhawatirkan mi
diri untuk menentukan nasib masa nority national groups akan menuntut right
depannya, yaitu: to self determination. Hal ini akan sangat
a. menjadi negara merdeka dan berdaulat bertentangan dengan salah satu prinslp
b. melakukan asosiasi bebas dengan PBB yaitu mempertahankan territorial in
negara mereka tegrity darl negara anggotanya.
c. berintegrasi dengan suatu negara mer Tidak jauh berbeda dengan apa
deka yang dikemukakan di atas, John Humprey
d. perubahan status politik apapun yang mengemukakan bahwa hak tersebut hanya
ditentukan rakyat dimiliki oleh rakyat (people) darl suatu
Perkembangan selanjutnya adalah wilayah jajahan dan hanya dapat dilaksa-
bahwa pada tahun 1970 kembali ML) PBB nakan sekall saja, artinya bila telah dilak-
mengeluarkan resolusi yaitu resolusi sanakan tidak dapat dilaksanakan lagi.^o
Nomor 2625 (XXV), yaitu deklarasi tentang Dalam kaitannya dengan hal Ini
prinsip-prinsip hukum internasional menge- MichIa Pomeranca berpendapat bahwa
nai hubungan persahabatan dan kerjasama hukum PBB tentang self determination
antara negara. Pada baglan tentang tidakdipandang sebagai an overriding right
persamaan hak dan hak menentukan nasib for all selves in all instances, it is relative
sendiri, menyebutkan... to determine, with right, which may some time have to give
out externai interference, their political sta way to the principles of territorialintegrity,
tus and to pursue their economic, social, non intervention and souvereign equality.
and cultural development, and every state Ditambahkan pula bahwa any attempt
has the duty to respect this right in accor
dance with the provisional of the charter.
Dari ketentuan-ketentuan hukum David, 1987. Public International
internasional di atas ada satu istilah yang Lawin Modern World, Pitman Publishing, Lon
selalu menjadi sumber perbedaan pen- don. him. 68.
dapat para pakar, yaitu -.allpeople. Apakah ^°John Humprey, op.cit, him.177.

UNISIA NO. 47/XXVI/I/2003 47


Topik ; Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

aimed at the partial or total disruption of respect to remainder of the State may
the unit and territorial integrity of a State have a right to self determination. Any
established in accordance with the right of right of self determination for a territory
self determination of its peoples is incom in this third category is usually highly
patible with the purposes and principles of controversiaP^
the charter. Hal ini juga sesuai dengan apa Contoh dari non-self governing
yang dinyatakan dalam paragraf 6 Resolusi territory bentuk ketiga tersebut dl atas
1514 (XV) tahun 1960.21 menurut wilson adalah Pakistan Timur
Pendapat senada juga dikemukakan (sekarang Bangladesh).^''
oleh Shaw,22 bahwa the self dalam Dari apa yang dipaparkan di atas
permasalahan self determination right baik berbagai resolusi PBB maupun pen
hams ditetapkan dalam kerangka kerja dapat para pakar pada dasarnya sepakat
daerah kolonial. Usaha-usaha untuk bahwa self determination right Wdakdapat
memperluas hal ini tidaklah akan berhasll dipergunakan oleh all people, termasuk
dan bahwa UN has always strenously kelompok-kelompok yang tidak puas atas
opposed any attempt at the partial or total kebijakan pemerintah pusatnya. Menllik
disruption of the national unity and territo asal usul dan sejarahnya konsep self
rial integrity of a country. determination right itu sendiri sebenarnya
Pakar hukum internasional yang dimaksudkan untuk dekolonisasi, dapat
lain, Heather Wilson menyimpulkan digunakan oleh bangsa-bangsa yang ter-
sebagai berikut: jajah atau dibawah kolonisasi bangsa lain.^^
1. self determination is not a matter Dalam kaitannya dengan tuntutan
essentialy within the domestic Juris self determination right dari kelompok-
diction of state kelompok separatist dalam suatu negara,
2. It is now generally accepted that there di satu sisi negara berhak untuk menjaga
is a right to self determination in inter integrltas wilayahnya. Praktek yang dilaku-
national law kan masyarakat internasional dengan
3. This legal right is not enjoyed by any komandannya PBB menurut Thomas M.
group desiring indenpedence, in gene Franck se//sangat mendukung hal Ini. Itu
ral, it applies to separate political units. karenanya PBB sangat mendukung ma-
In partiular, trust and mandated territo suknya Irian Barat ke Indonesia dengan
ries and non self-governing territories
under ChapterXI of Charter have a right
to self determination. In addition,
geographicaly distinct tefritorle which
are sub-ordinate to the metropolitan
State and are non-self governing with "Wilson, Hether, 1989. International Law
and The Use of Force by National Liberation
Movements, Clarendon Press, Oxford, hlm.88.
^Nbid, him. 82.
"Franck, Thomas M, 1997. Fairness in
2'Michla Pomeranca, op.cit., him 43-45. International Law and Institution, Clarendon
22Shaw, op.cit, him. 177. Press, Oxford, him. 151.

48 UNISIANO. 47IXXVIII/2003
Topik ; Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

dasarpertimbangan bahwa Indonesiaada- perdamaian dan keamanan internasional,


lah suksesoryang sah atas seluruh wila- merupakan peianggaran terhadap piagam
yah yang semula berada di bahwa kolonial PBB.
Belanda.^® Pertimbangan yang sama pula Namun demikian, di sisi lain pasca
diberikan oleh PBB yang memaksakan dekolonisasi era self determination right
Ruwanda-Burundi tetap menjadi satu juga mengalami perkembangan tidak,
setelah lepas dari perwalian negara walinya dengan meiihat kasus terpecahnya Fede-
Belgia meskipin sesungguhnya keinginan rasi Yugoslavia tahun 1991 juga Uni So
untuk memisahkan diri satu sama lain viet.^® Sangat menarik apa yang dikemuka-
sangat kuat. Dewan Perwalian PBB kan oleh Daniel Thurer dalam kedua kasus
mengemukakan bahwa... convinced that di atas bahwa self determination bukanlah
the best future for Ruanda-Urundi lies in suatu formula mekanik yang dapat
the evolution of a single, unilated and com diterapkan otomatis pada setiap kasus tapi
posite S/afe." Sampai saat ini PBB harus meiihat pada kasuistis, masing-ma-
menetapkan dan terus menyerukan pada sing kasus mempunyai karakteristik sen-
masyarakat internasional untuk tidak diri-sendlri.3° Kadangkala integritas nasi-
mengakui pemisahan keiompokatas dasar onal begitu kuatnya untuk dipertahankan,
agama dan etnis di Cyprus Utara, juga di waktu yang lain hak minoritas untuk
Pulau Mayotte yang memisahkan diri dari memisahkan diri lebih diutamakan. Seba-
Republik Komoro seteiah kemerdekaannya gai contoh dapat dikemukakan tuntutan self
dari Perancis.^® Teori-teori pengakuan determination dari keiompok minoritas
dalam hukum internasional juga piagam yang ingin memperkaya diri sendiri tidak
PBB sendiri cenderung mengutamakan akan begitu banyak mendapat dukungan
integritas wiiayah suatu negara, Segala internasional daripada tuntutan minoritas
tindakan yang mengancam integritas terhadap pemerintahan yang otoriter.
wiiayah suatu negara dapat mengancam Integritas nasionai akan sangat kuat
didukung oleh internasional pada negara
demokratis yang selalu memperhatlkan
hak-hak golongan minoritas. Tuntutan
2®Sangat menarik apa yang ditulis Franck
dalam konteks ini adalah bahwa...PBB
memisahkan diri akan lebih berhasil jika
memberikan pale irnitation ofself-determination dilaksanakan dengan dukungan penuh dari
to West Irian, resulting in that people's incor anggota keiompok dan dengan berbagai
poration into Indonesia desite substantial evi upaya yang berhasil menarik perhatian
dence that didi not accord with their wishes.
At the time the decision was justified in terms
of uti possidetis, on the ground that Indonesia
was the rightful successor to all territorial 2®Latar belakang dan sejarah lengkap
possesssions of the former Dutch East Indies., disintegrasi di Federasi Yugoslavia serta
ibid. bagaimana self determinatioan dalam kasus
"Report of Trusteeship Council, August tersebutdikupas lengkap dalam: ibid, him. 163-
7 1959-1960, sebagalmana dikutip oleh Franck, 165.
ibid, him.151. ®°Thurer, Daniel, 1998. The right of Self
28GA Res. 45/11 , Nov. 1,1990, ibid, him. Determinationt of People, Clarendon Press,
152. Oxford, him. 35.

UNISIANO. 47/XXVI/I/2003 49
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

internasional.3^ persetujuan negara tersebut. Negara-


Dalam kaitannya dengan 0PM di negara lain berkewajiban menghormati
Indonesia, sebagaimana dikemukakan kedaulatan negara yang bersangkutan
sampai saat in! dukungan masyarakat termasuk menghormati hak negara ter
internasional terhadap integritas wliayah sebut menerapkan hukum nasionalnya
Indonesia bahwa Papua adaiah wliayah terhadap peristiwa pemberontakan itu.^^
yang sah darl NKRI adaiah masih lebih kuat Namun demiklan apabiia pemberon
daripada tuntutan self determination takan dalam suatu negara telah mengambil
kelompoktersebut. Hal in! nampakdari per- porsi sedemikian rupa, sehingga negara-
nyataan atau dukungan beberapa kepala negara lain tidak mungkin lagi menutup
negara asing pada pemerintah juga sikap mata terhadap kejadian tersebut, terpaksa
masyarakat internasional sendiri yang negara-negara lain dengan sesuatu cara
menganggap masalah Papua adaiah ma- menunjukkan perhatian mereka dengan
salah intern Indonesia. Namun demlkian, Pengakuan {recognition of insurgency))
simpati internasional pada pemerintah dan bukan dengan penghukuman.^^
akan sangat mungkin semakin berkurang Meskipun pemberian pengakuan
biiamana penanganan terhadap kasus sebagai pemberontak tidak memberlkan
Papua tidak hati-hati.Semakin banyak status hukum yang tegas terhadap mereka,
pelanggaran HAM dalam penanganannya namun diharapkan dengan pengakuan
oieh pemerintah serta tidak diperhatikan- tersebut pemerintah pusat akan memper-
nya tuntutan rakyat setempat justru akan iakukan mereka sesuai dengan tuntutan
semakin kuat dukungan terhadap keiom- perikemanusiaan.^" Kaum pemberontak
pok separatis tersebut. seharusnya tidak diperlakukan seperti
penjahat-penjahat krimlnai. Untuk mence-
gah kesalahpahaman, perlu ditekankan
Separatisme dan Pemisahan Wilayah bahwa pemberian pengakuan terhadap
dalam Pandangan Hukum Internasional kaum pemberontak tidak berarti bahwa
Sebagaimana dikemukakan sebe- negara yang memberi pengakuan berpi-
iumnya dalam bagian pendahujuan, hukum hak pada kaum pemberontak tersebut.
internasional tidak menghukum adanya Pemberian pengakuan ini bukan hanya
pemberontakan. Kejadian-kejadian dalam menuntut periakuan berdasarkan tuntutan
suatu negara, termasuk di daiamnya pem perikemanusiaan bagi kaum pemberontak
berontakan darl kaum separatist merupa- yang tertawan tetapi juga meletakkan
kan urusan intern negara yang bersang- kewajiban pada negara yang memberikan
kutan. Hukum yang berlaku terhadap perls- pengakuan itu untuk mengambil sikap
tiwa pemberontakan tersebut adaiah hu netrai dalam pertempuran-pertempuran
kum nasional negara yang bersangkutan.
Hukum internasional meiarang negara lain
untuk tidak melakukan intervensi tanpa ^^Wayan Partiana, I, op.cit, him. 85.
Tasrif, S, 1990. Hukum Internasional
Tentang Pengakuan dalam Tear! dan Praktek,
Abardin, Jakarta, him. 73.
him. 37.
""'Ibid, him. 74.

50 miSIA NO. 47/XXVI/I/2003


Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional ... , Sefriani

yang sedang berlangsung antara kaum Lebih penting darl masalah penga
pemberontak dengan pemerintah yang kuan yang sarat dengan muatan politisnya,
sah.^^ . hukum internasional melalui Pasal 3
Bilamana pemberontakan tidak Konvensi Jenewa 1949 mengatur menge-
segera dapat dipadamkan oleh pemerintah nai pertlkalan bersenjata yang tidak bersifat
pusat, dan kaum pemberontak telah internasional. Pasal inl menegaskan bahwa
bertambah kuat kedudukannya, mampu dalam hal terjadi pertikaian bersenjata
menguasai secara de facto suatu wilayah yang tidak bersifat Internasional {armed
yang cukup tuas, telah mempunyai peme- conflict not of an international charcatei)
rintahan sendiri, maka dalam literatur yang berlangsung dalam wilayahsalah satu
hukum internasional dikenal adanya plhak agung penandatangan, tlap pihak
pengakuan terhadap be/Z/perenf-Waiaupun yang bertlkalharus memperhatikan aturan-
penerapannya tidakmudah karena faktor- aturan tentang kemanuslaan, antara lain
faktor politik lebih dominan daripada larangan:
kriteria obyektifnya, pada umumnya ada 4 a. tindakan kekerasan atas jlwa dan raga
unsur yang harus dipenuhi kaum pem b. penyanderaan
berontak untuk mendapat pengakuan c. perkosaan atas kehormatan pribadi
sebagai belligerent, yaitu: d. menghukum dan menjalankan hukum-
a. terorganisir secara rapi dan teratur di an mati tanpa didahului keputusan yang
bawah kepemimpinan yang jelas dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang
b. harus menggunakan tanda pengenal dibentuk secara teratur^®
yang jelas yang menunjukkan
identitasnya Konvensi Jenewa 1949 sebagai-
c. harus sudah menguasai secara, efektif mana dikemukakan diatas diatur lebih
sebagian wilayah sehingga wilayah lanjut dalam Protokoi Tambahan 1977
tersebut benar-benar telah di bawah baglan ke 11.®^ Protokoi ini dengan tegas
kekuasaannya menyatakandapat diterapkan ...toconflict
d. harus mendapat dukungan darl rakyat which take place in the territory of a high
di wilayah yang diduduklnya contracting parties, but between its armed
Dalam praktek sullt untuk menemu- forces and dissident armed forces or other
kan kelompok pemberontak yang menda organized group. Protokoi juga menyebut-
pat pengakuan sebagai belligerent, meng- kan bahwa angkatan bersenjata pemberon
Ingat pemberlan pengakuan sebagai bel tak harus memiliki suatu komando yang
ligerent oleh suatu negara sangat potensia!
merusak hubungan balk negara yang
memberl pengakuan dengan pemerintah ®®Haryo Mataram, GPH, 1994. Sekelumit
yang sah, karena dapat dianggap men- tentang Hukum Humaniter, UNS Press, Solo,
campurl urusan dalam negerl negara him. 50.
tersebut dengan berplhak pada kelompok ^^Protokol Tambahan 1977 terdlrl darl dua
pemberontak. baglan. baglan I mengenal konflik bersenjata
yang bersifat Internasional, adapun yang ke 11
yang tidak bersifat Internasional, dikenal
^Ibid, hlm.75. dengan nama Protokoi II.

miSIANO. 47/XXVIIH2003 51
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani

bertanggung jawab {responsible com lompok belligerent berhasii dalam per-


mand). Syarat lain adalah bahwa pembe- juangannya pengakuan terhadap mereka
rontak harus dapat melaksanakan peng- berubah menjadi pengakuan terhadap
awasan atas sebagian wilayah, mampu . pemerintah baru bilamana mereka berhasii
melakukan operasi-operasi mlliter secara menggulingkan pemerintah yang sah, atau
berkelanjutan dan bersama-sama (as to pengakuan terhadap negara baru bilamana
enable them to carry out sustained and mereka berhasii memisahkan diri mem-
concerted military operations),dan bentuk negara baru. Dalam hal ini meski-
mampu melaksanakan ketentuan pun hukum Internasional cenderung untuk
Protokol.^^ menolak penggunaan kekerasan dalam
Sampai saat in! Indonesia belum perolehan kekuasaan atau wilayah baru,
meratifikasi Protokol tambahan 1977 namun dalam praktek akan tergantung dari
tersebut di atas . Berkaitan dengan hal ini kemampuan entitas baru tersebut meya-
menurut Haryo Mataram sebenarnya kinkan masyarakat internasional. Tergan
kekawatlran Protokol tersebut digunakan tung apakah mereka mampu mendapat
keiompok-kelompok tertentu untuk dukungan dari rakyat, apakah mereka
memisahkan diri dari NKRI tidaklah terlalu mampu menguasai secara efektif organ-
signifikan. Hal ini mengingat menurut organ pemerintah yang ada, juga ke
hukum internasional sebagaimana telah mampuan mereka mengend.alikan stabi-
dikemukakan sebelumnya self deter litas keamanan nasional.
mination right tidak dapat digunakan oleh Dalam kaitannya dengan 0PM,
all people. sampai saat ini mereka belum pernah
Pengakuan terhadap belligerent mendapat pengakuan sebagai belligerent
sifatnya hanya sementara selama pepe- dari masyarakat internasional. Namun
rangan berlangsung saja. Bilamana ke- demikian setidaknya kelompok ini sudah
berhasii menarik perhatian internasional
mengenai eksistensi mereka, justru dari
pelanggaran-pelanggaran HAM yang
^®Protokol tidak berlaku untuk situasi-
dilakukan pemerintah Indonesia sendiri.
siatuasi dimana pihak lawan adalah merupakan
suatu gerakan gerilya bawah tanah {under
ground guerille movement), karena gerakan Kesimpulan
gerilya umumnya melaksanakan aksi-akslnya Dalam hukum internasional separa
secara insidintal, di sana- sini tidak pada tisme adalah urusan dalam negeri suatu
sebagian wilayah tertentu yang berada di negara. Intervensi masyarakat interna-
bawah pengawasannya), dan melakukan taktik
serang dan sembunyi (hit and run), uraian
sioanl adalah dalam bentuk pengakuan dan
selanjutnya dapat dibaca pada Pengantar perlindungan terhadap pelanggaran HAM
Hukum Humanlter, Arlina Permanasari, dkk khususnya berkaitan dengan Konvensi
(Pengarang & editor), ICRC, Jakarta , 1999, Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan II
him. 150-151. tahun 1977 mengenai konflik bersenjata
^^Pengantar Hukum Humanlter, Arlina yang tidak berslfat internasioanal, yang dila
Permanasari,dkk (Pengarang & editor) ,1CRC, kukan masing-masing pihak yang bertikai.
Jakarta, 1999, him. 150-151. Hak pemerintah untuk mempertahankan

52 UNISIANO. 47/XXVI/I/2003
Topik : Separatisme dalam Perspektif Hukum Inlernasional ... , Sefriani

integritas wilayahnya dewasa inisama kuat ikrar Nusa Bhakti. 1994. "Aspek-aspek
dengan self determination Wu ser\6\r\ dalam Internasional dalam Integrasi
hukum internasional. Keduanya hams dili- Nasionaksuatu tinjauan empiris
hat secara proporsional dan kasuistis. Da atas kasus Irian Jaya,dalam Ana-
lam kasus 0PM, sampai saat ini dukungan lisis CSIS, No.5 Tahun XXilll.
terhadap pemerintah untuk mempertahan-
Kahpi Suriadiredja. 1985. Tantangan dan
kan integritas wilayah NKRI masih lebih
Perjuangan di Bumi Cendrawasih,
kuat daripada tuntutan CRM untuk memi-
Sinar Agape Press, Jakarta.
sahkan diri. Hal ini mengingat wilayah ter-
sebut berdasarkan hukum internasional Michia Pomerance. 1982. Self Determi
sah sebagai bagian wilayah NKRI. • nation in Law and Practice: the new
doctrine in the United Nations,
Martinus Nijhoff Publishers, The
Haque/Boston, London.
Daftar Pustaka Ott, David. 1987. Public Internatioal Law
in Modern World, Pitman Publish
Ariina Permanasari.dkk (Pengarang & edi ing, London.
tor), 1999. Pengantar Hukum
Shaw, Malcolm N. 1991. International Law,
Humaniter, ICRC, Jakarta.
3"' edition, Grotius Publications Lim
A. Rego Sureda. 1993. The Evolution of ited.
the Right to Self Determination
Sidik Suraputra. 1982. "Hak Untuk Menen-
Right a Study of United Nations
tukan Nasib Sendiri Dalam Hukum
practice, Leiden: A.W Sithoff.
Internasional Publik", dalam Hukum
Aureliu Cristeseu. 1981. The Right to Self dan Pembanguhan, Juli.
Determination, United Nations, New
Tasrif, S. 1990. Hukum Internasional
York.
Tentang Pengakuan dalam Teori
Franck, Thomas M. 1997. Fairness in Inter dan Praktek, Abardin, Jakarta.
national Law and Institution, Claren
Thurer, Daniel. 1998. The right of Self
don Press, Oxford.
Determinationt of People,
Ikrar Nusa Bhakti. 1985. "Intervensi
Clarendon Press, Oxford.
Amerika Serikat dalam Penyele-
VIsscher, Charles de. 1985. Theory and
saian Masalah Irian Barat" dalam
Reality in Public International Law,
Masaiah-masalah internasional
Princenton.
Masa Kini, No.13, Jakarta, LRKN-
LIPI, 1985. Wilson, Hether. 1989. International Law
and The Use of Force by National
Haryo Mataram, GPH. 1994. Sekelumit
Liberation Movements, Clarendon
tentang Hukum Humaniter, UNS
Press, Oxford.
Press, Solo, him. 50.

• • •

UNISIA NO. 47/XXVIfH200S 53

Anda mungkin juga menyukai