Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

SISTEM
DIGITAL

COMPARATOR

Fakultas : Teknologi dan Informatika Tatap Muka Kode Mata Kuliah : 32341T2FA

13
Program Studi : Teknik Informatika Disusun Oleh : Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas tentang - Mahasiswa diharapkan dapat
comparator memahami bagaimana rangkaian
comparator
5.1. Rangkaian Comparator
Rangkaian Comparator adalah satu jenis penerapan rangkaian kombinasional yang mempunyai
fungsi utama membandingkan dua data digital. Hasil pembandingan itu adalah, sama, lebih kecil, atau
lebih besar. Dari dua data digital yang hanya terdiri dari 1 bit yang dibandingkan, kemudian dapat
diperluas menjadi dua data digital yang terdiri dari lebih dari 1 bit seperti dua bit, tiga bit, dst.
Komparator (ejaan Bahasa Indonesia) banyak digunakan misalnya pada mesin penyeleksi surat, baik
ukuran dimensinya, berat surat, kode area (berdasarkan bar-code), dsb.
Data angka umumnya paling sedikit terdiri dari dua bit. Namun di dalam bilangan
desimal, angka yang terbesar yang dapat diwakili oleh dua bit ini ialah angka 3 (‘11’ dalam
sistem biner). Apabila kita ingin membandingkan angka-angka yang lebih besar tentunya
sistem pembanding itu tidak dapat digunakan lagi sehingga kita perlu rnerancang sistem yang
baru yang sesuai dengan kebutuhan. Jadi setiap ada perubahan untuk membandingkan angka
yang lebih besar yang diluar kemampuan sistem pembanding tersebut, kita harus
merancangnya lagi. Hal sepertinya tidaklah menguntungkan. Oleh karena itulah kita harus
rancang suatu sistem pembanding sedemikian rupa sehingga setiap sistem ini dapat saling
dihubungkan satu sama lain untuk membentuk sistem pembanding yang lebih besar. Dengan
kata lain, untuk kepentingan pembandingan yang dapat mengakomodasi semua bilangan, maka
harus dirancang satu sistem praktis untuk itu.

5.1.1. Komparator untuk Dua bit data


Misalkan kita ingin merancang suatu alat pembanding (comparator) yang akan
membandingkan dua angka dan memberkan hasilnya, yaitu angka yang satu lebih kecil, lebih
besar, atau sama dengan angka yang satunya. Sistem pembanding ini digambarkan secara garis
besar sebagai sebuah kotak hitam yang hanya diketahui fungsinya saja. Kotak hitam dari sistem
ini dapat dilihat pada Gbr. 5-1 berikut ini.
Sistem pembanding ini mempunyai 2 Input A dan B yang masing-masing terdiri dan 2
bit dan 3 output yang masing-masing terdiri dari 1 bit untuk menunjukkan hasil perbandingan
tersebut yaitu, A>B, A<B, dan A=B. Cara kerja sistem ini sangatlah sederhana. Setiap waktu
hanya ada satu output yang bernilai BENAR. Output A>B akan bernilai ‘1’ apabila nilai A lebih
besar dari B. Demikian juga halnya dengan output A<B dan A=B yang bernilai ‘1’ apabila nilai
A lebih kecil dari B dan apabila nilai A sama dengan B. Gbr. 5-2 menggambarkan tabel
kebenaran dari sistem ini.

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Gbr. 5-1 Diagram blok Comparator

Gbr. 5-2 Tabel kebenaran sistem Komparator


Sistem ini akan mempunyai 3 persamaan logika karena adanya 3 output. Oleh karena itu
kita akan sederhanakan dan peroleh persamaan logikanya satu persatu. Gbr. 5-3, 5-4, dan 5-5
menunjukkan penyederhanaan dan persamaan logika yang di peroleh untuk output-output A >
B, A < B, dan A = B.

Gbr. 5-3 Persamaan logika untuk A > B

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Gbr. 5-4 Persamaan logika untuk A < B

Gbr. 5-5 Persamaan logika untuk A = B


Jika diperhatikan, persamaan logika dari ketiga output tersebut dinyatakan dalam 4
variabel inputnya yaitu A1, A0, B1, dan B0. Hal ini menunjukkan bahwa setiap outputnya
tergantung pada input-inputnya. Di dalam mendesain sistem pembanding yang sebenarnya
dengan menggunakan komponen-komponen digital, kita ingin berusaha untuk mengurangi
jumlah ICs/komponen yang digunakan. Suatu penghematan yang jelas dan mudah di peroleh
dengan mengamati persamaan-persamaan logika yang di peroleh adalah dengan adanya
kanonical term yang sama di antara persamaan-persamaan logika tersebut. Sebagai contohnya
dalam desain sistem pembanding ini ialah kanonikal term A0.A1.B0 yang terdapat pada
persamaan logika untuk output A > B dan A < B. Hal ini berarti bahwa hanya satu rangkaian
yang perlu dibangun untuk kanonikal term ini sehingga output A > B dan A < B akan
menggunakannya bersama.
Perlu diingat juga bahwa pada sistem ini hanya akan ada satu output yang akan bernilai
BENAR=1 untuk setiap kombinasi inputnya; sebagai contohnya untuk input 01 (A1 & A0) dan
11 (B1 & B0) hanya output A < B yang akan bernilai BENAR=1. Dengan menyadari hal
semacam ini, maka akan menolong kita untuk mengetahui apabila sistem tersebut tidak bekerja
dengan semestinya misalnya jika output A < B dan A = B memberikan nilai BENAR untuk
contoh input di atas tadi.

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
5.1.2. Komparator untuk > Dua bit data
Satu sistem pembanding sederhana (hanya 2 bit) telah dibahas pada Bagian-14.1 di atas.
Tetapi untuk keperluan pembandingan yang lebih dari 2 bit, karena memang kenyataan angka
desimal terbesar yang dinyatakan dalam biner adalah angka 3 (‘11’), maka harus dirancang
satu komparator lain untuk fungsi pembandingan tersebut.
Komparator tersebut mempunyai kotak hitam berbeda dengan Gbr.14-1, yaitu
mempunyai tiga input tambahan, IA<B, IA>B, dan IA=B seperti yang ditunjukkan pada
Gbr.5-6. Ketiga input tambahan ini dimaksudkan untuk dihubungkan ke output dari sistem
komparator yang lainnya apabila sebuah sistem pembanding lebih besar ingin dibentuk. Oleh
karena itulah, ketiga input tambahan itu disebut sebagai cascading input.

Gbr. 5-6 Kotak hitam Komparator yang disempurnakan.


Komparator yang ditunjukkan pada Gbr.5-6 itu adalah untuk membandingkan angka-
angka yang besarnya 2 bit saja. Tetapi komparator ini dapat digabungkan untuk membentuk
alat pembanding gang lebih besar yang tentunya berukuran kelipatan dari 2. Sebagai contoh,
sistem pembanding untuk 6 bit dapat dibentuk dengan menggunakan 3 buah komparator
tersebut seperti yang ditunjukkan pada Gbr.5-7. Sistem pembanding yang paling kanan disebut
sebagai LSW (Least Significant Word) dan sistem pembanding yang paling kiri disebut MSW
(Most Significant Word).

Gbr. 5-7 Komparator 6 bit

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Perhatikan bahwa ketiga cascading input dari LSW-nya harus diberikan nilai konstan
seperti anda dapat lihat pada Gbr.5-7, yaitu IA>B = 0, IA=B = 1, dan IA<B = 0. Tujuannya
ialah untuk menetralkan komparator tersebut sehingga nilai perbandingan pada LSW itu hanya
bergantung pada inputnya (A1, A0, B1, dan B0) saja. Sebagai contoh, output A>B dari LSW
itu akan bernilai ‘1’ apabila A lebih besar dari B, output A<B = 1, apabila A lebih kecil dari B,
dan A=B = 1 apabila A sama dengan B. Tetapi apa yang terjadi kalau cascading input ini tidak
diberikan nilai konstan seperti itu. Misalnya apabila nilai konstan dari cascading inputnya
adalah IA>B = 1, IA<B = 0, dan IA=B = 0, maka LSW ini akan mengeluarkan output A>B =
1 apabila A sama dengan B. Hal ini karena LSW itu menganggap bahwa nilai dari A yang
sebelumnya adalah lebih besar dari B.

5.1.3. Merancang Komparator dengan komponen baku


Marilah kita desain komparator ini yang tentunya kita tahu bahva tabel kebenarannya
harus diperoleh terlebih dahulu. Tabel kebenaran untuk komparator ini yang ditunjukkan pada
Gbr.5-8 adalah agak berbeda dengan tabel kebenaran yang sebelumnya, karena tabel ini tidak
menggunakan nilai-nilai biner untuk input-input A dan B-nya. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah penganaliaaan operasi dari komparator tersebut sama seperti penggunaan angka
desimal dalam teknik Quine-McClusky1.
Baiklah, sekarang kita bahas bagaimana tabel kebenaran itu diperoleh. Baris pertamanya
diperoleh dengan mengingat bahwa apabila A1>B1 maka tidak perduli apa saja nilai dari input-
input lainnya; output A>B akan bernilai ‘1’ karena Al dan B1 merupakan MSBnya. Baris-baris
yang lainnya dapat mudah dimengerti dengan mengingat apabila dituliskan A1>B1 berarti A1
= 1 dan B1 = 0, A1=B1 berarti A1 sama dengan B1, dan apabila A1<B1 berarti A1 = 0 dan B1
= 1. Perhatikan bahwa tiga baris terakhirnya mempunyai kondisi yang sama, yaitu, A1=B1 dan
A0=B0, sehingga outputnya akan tergantung pada nilai dari cascading inputnya.

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Gbr. 5-8 Tabel kebenaran satu Komparator dgn cascading input.
Tanpa perlu menyederhanakannya juga kita peroleh persamaan-persamaan logika untuk
semua outputnya sebagai berikut:
1. [A>B] = [A1>B1] + [(A1=B1)•(A0>B0)] +[(A1=B1)•(A0=B0)•(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
2. [A<B] = [A1<B1] + [(A1=B1)•(A0<B0)] + [(A1=B1)•(A0=B0) )•(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
3. [A=B] = [(A1=B1)•(A0=B0)•(IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]
Seperti kita lihat persamaan-persamaan tersebut di atas masih menggunakan kondisi-
kondisi seperti A1>B1 dan lain-lainnya yang harus diimplementasikan dengan menggunakan
operator-operator baku atau dasar. Dengan mensubstitusikan kondisi-kondisi yang diperoleh
pada Gbr. 5-9 tersebut, maka persamaan-persamaan itu dapat dituliskan lagi sebagai berikut:
(1).[A>B] =[A1.B1’]+[(A1ΘB1)•(A0)•(B0’)]+[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
(2).[A<B] =[A1’.B1]+[(A1ΘB1)•(A0’)•(B0)]+[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
(3).[A=B] =[(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]

Implementasi semua kondisi itu ditunjukkan pada table berikut.


1. Menyusun suatu rangkaian logika dengan menggunakan gerbang dasar NAND (maksimum
4 NAND) untuk mendapatkan NOT, AND, OR, NOR dan EXOR.

Gerbang NOT
(A.A)’ = A’

Gerbang AND
((A.B)’.(A.B)’)’ = A.B

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Gerbang OR
((A.A)’.(B.B)’)’ = (A’.B’)’ = A+B

Gerbang NOR
(((A.A)’.(B.B)’)’. ((A.A)’.(B.B)’)’)’
= ((A’.B’)’. (A’.B’)’)’
= (A’.B’)’’
= (A+B)’
Gerbang EXOR
((A.(A.B)’)’.((A.B)’.B)’)’
= ((A.(A’+B’))’.((A’+B’).B)’)’
= ((A.A’ + A.B’)’.(A’B+B’B)’)’
= ((A.B’)’.(A’B)’)’
= (A.B’ + A’B)’’
= A.B’ + A’B
= AB

2. Menyusun suatu rangkaian logika dengan menggunakan gerbang dasar NOR (maksimum
4 NOR) untuk mendapatkan NOT, OR, AND, NAND dan EXNOR.
Gerbang NOT
(A+A)’ = A’

Gerbang OR
((A+B)’+(A+B)’)’ = (A+B)’’ = A+B

Gerbang AND
((A+0)’ + (B+0)’)’ = (A’ + B’)’
= A.B

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id
Gerbang NAND
(((A+A)’+(B+B)’)’+((A+A)’+(B+B)’)’)’
= ((A’+B’)’ + (A’+B’)’)’
= (A’+B’)’’
= (A.B)’
Gerbang EXNOR
((A+(A+B)’)’+ (B+(A+B)’)’)’
= (A’.(A+B)+ B’.(A+B)’
= (A’.A+A’.B + A.B’+B’B)’
= (A’.B + A.B’)’
= (AB)’

Daftar Pustaka
Ronald J. Tocci, Neal S.Widmer, Gregory L. Moss, Digital Systems
Principles and Applications TENTH EDITION, 2007, Pearson Education
International

http://www.circuitstoday.com/ripple-carry-adder

http://www.asic-world.com/digital/combo2.html

2021 Sistem Digital Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Anita Ratnasari, S.Kom, M.Kom ttp://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai