Anda di halaman 1dari 124

2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Faktor pengetahuan

menjadi domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif. Salah satu

yang dapat memengaruhi derajat kesehatan seseorang yaitu perilaku. Domain

perilaku kesehatan terbagi atas tiga yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan

(Nurafifah, 2015).

Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya

perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kesehatan anak.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami ataupun melalui

pendidikan. Tingkat pengetahuan yang rendah pada orang tua merupakan

faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi kesehatan pada anak. Peran ibu

adalah membimbing, mengingatkan dan memberikan fasilitas terhadap anak

agar dapat menjaga kesehatanya. Orang tua juga berperan penting dalam

mencegah penyakit pada anak serta Peran ibu juga dibutuhkan perhatian dari

lingkungan sekitar yang dapat membantu pada pertumbuhan dan

perkembangan anak ( Worang, 2014).

Anak sangat rentan terhadap kuman penyakit dan kepekaan terhadap gejala

suatu penyakit merupakan ketakutan sendiri bagi orang tua.Anak juga secara

fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki

1
2

pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi

mereka mengenai dunia. Penyakit bagi mereka seringkali mendadak,

sehingga anak mudah terserang penyakit infeksi misalnya Pneumonia

(Pasalli, 2016).

World Health Organization (WHO, 2011) memperkirakan insiden pneumonia

anak-balita di negara berkembang adalah 0,29 episode per anak-tahun atau

151,8 juta kasus pneumonia/ tahun, 8,7% (13, 1 juta) diantaranya merupakan

pneumonia berat dan perlu rawat-inap. Terdapat 15 negara dengan prediksi

kasus baru dan insidens pneumonia anak-balita paling tinggi, mencakup 74%

(115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari setengahnya

terkonsentrasi di 6 negara, mencakup 44% populasi anak-balita di dunia. Ke 6

negara tersebut adalah India 43 juta, China 21 juta, Pakistan, 10 juta,

Bangladesh, Indonesia dan Nigeria masing-masing 6 juta kasus per tahun

(Masfufatun, 2016).

Menurut (Kementerian Kesehatan RI, 2013) insiden kejadian pneumonia

selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi

dan balita. Selain itu pneumonia juga sering berada pada daftar 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit. Kejadian pneumonia pada balita di Indonesia pada

tahun 2012 sebanyak 312.014 kasus. Adapun angka kematian karena

pneumonia pada balita sebanyak 251 kejadian (Sumartini, 2015).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan

penderita dengan penyakit Pneumonia yang rawat inap di Rumah Sakit di

seluruh Kalimantan Selatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 1.924 kasus dan
3

pada tahun 2015 penderita penyakit Pneumonia sebanyak 1.373 kasus

(Dinkes Kalimantan Selatan, 2014-2015).

Daerah Kalimantan Selatan khususnya data yang didapatkan dari RSUD

Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, didapatkan data 10 penyakit

terbanyak sejak bulan januari 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016

sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Alexandri RSUD


Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Bulan Januari –
Desember 2016

No Nama Penyakit Jumlah %


1 Diare 534 29.95
2 DHF 305 17.11
3 Pneumonia 229 12.84
4 Thypoid 216 12.11
5 Spa 118 6.62
6 Kejang Demam 100 5.61
7 Bronchopneumonia 81 4.54
8 Asma 68 3.81
9 Sepsis 66 3.70
10 Thalassaemia 66 3.70
Jumlah 1.783 100.00
Sumber: Data Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2016

Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data dari Rekam medik RSUD Dr. H.

Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, tahun 2016 Pneumonia menempati urutan

ketiga dari 10 penyakit terbanyak di ruang perawatan anak Alexandri RSUD

Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan jumlah 229 orang dengan

persentasi 12.84 %.

Berdasarkan data dariRekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin di Ruang Alexandri angka kejadian dari awal januari 2017 s.d

Maret tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.


4

Tabel 1.2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Alexandri RSUD


Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Bulan Januari –
Maret 2017

No Nama Penyakit Jumlah %


1 Diare 85 20.29
2 Demam Thypoid 85 20.29
3 Pneumonia 80 19.09
4 Ispa 39 9.31
5 Demam Berdarah/DHF 29 6.92
6 Bronchopneumonia 22 5.25
7 Tuberculosis 22 5.25
8 Kejang Demam 22 5.25
9 Diare/GE 19 4.53
10 Septicaemia / Sepsis 16 3.82
Jumlah 419 100.00
Sumber: Data Rekam Medik RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin 2017

Dari tabel 1.2 didapatkan data bahwa jumlah klien dengan Pneumoniadi

Ruang AlexandriRSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin selama

tahun 2017 ditemukan sebanyak 80 orang dengan persentasi 19.09 %.

Adapun penyakit Pneumonia menempati urutan ketiga setelah penyakit

Demam Thypoid.

Dari tabel 1.1 dan 1.2, dari 10 penyakit terbanyak di ruang Alexandri

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari tahun 2016 dan bulan

januari – maret 2017 dapat kita lihat klien yang menderita penyakit

Pneumonia setiap tahunnya dapat terus meningkat. Namun, hal ini masih

dapat berubah karena data yang didapat masih belum lengkap empat bulan

atau satu tahun.

Tingginya angka penyakit Pneumonia menyebabkan dampak yang dapat

mengancam jiwa anak. dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

baik dari segi motorik kasar, motorik halus, komunikasi serta

sosial/kemandirian. Anak atau individu yang sakit yaitu perubahan peran

keluarga, terjadinya gangguan psikologis anak akibat penyakit yang diderita,


5

anak menjadi gelisah, takut dan rewel, dalam keadaan sakit anak tidak bisa

beraktivitas sesuai pada tahap pertumbuhan dan perkembangannya

(Sumartini, 2015).

Fenomena tersebut yang harus ditindak lanjuti oleh pihak yang terkait

dalam hal ini rumah sakit, khususnya perawat sehingga pentingnya peran

seorang perawat professional dalam menjalankan asuhan keperawatan pada

klien anak dengan Pneumonia dan keluarganya yang meliputi aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitative secara terpadu dan berkesinambungan

serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh pada tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Tindakan keperawatan pada anak Pneumonia salah satunya yaitu

meningkatkan keefektifan jalan nafas dengan memberikan Fisioterapi Dada

melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi serta pendokumentasian yang baik dan benar dari

proses tersebut. Pneumonia yang disebabkan terinfeksinya jaringan paru atau

alveoli mengakibatkan jalan napas terganggu karena penumpukan sputum.

Masalah jalan napas tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan

masalah yang lebih berat, seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat

bahkan bias menimbulkan kematian. Hal ini sependapat mengatasi bersihan

jalan napas tidak efektif dapat dilakukan perawat diantaranya adalah

fisioterafi dada yaitu Clapping (Marini, 2014).

Jalan nafas merupakan kumpulan dari beberapa organ tubuh yang

terbentuk satu sama lainnya yang membantu manusia dalam proses bernafas.
6

Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang digunakan untuk menghilangkan

benda asing yang menyebabkan jalan nafas tidak efektif (Faiz, 2014).

Menurut Hockenberry dan Wilson (2012) dalam Paramanindi (2014),

Fisioterapi dada pada anak dengan penyakit system pernapasan memiliki

tujuan utama yaitu memfasilitasi pengeluaran secret yang menyumbat jalan

nafas, menurunkan tahanan jalan nafas, meningkatkan pertukaran gas, dan

menurunkan usaha nafas.

Kesimpulan dari fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian Karya Tulis Ilmiah pada klien dengan Pneumonia yang

berjudul “Pemberian Fisioterpi Dada Pada Klien Dengan Asuhan

Keperawatan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana Gambaran Pemberian Fisioterpi Dada

Pada Klien Dengan Asuhan Keperawatan Pneumonia di Ruang Alexandri

RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin ?”.

C. Tujuan Penulisan

Dapat melaksanakan tindakan Fisioterafi Dada pada Asuhan Keperawatan

Pneumonia di ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin melalui pendekatan proses keperawatan.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan laporan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Pneum

oniadiRuang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin di


7

harapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil laporan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Pneumonia ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perkembangan ilmu

keperawatan, khususnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien anak dengan Pneumonia.

2. Secara Praktis

Secara praktis penulisan laporan ini di harapkan berguna bagi klien,

keluarga, perawat, rumah sakit, pendidikan, dan penulis.

a. Bagi Klien

Secara umum terpenuhinya kebutuhan dasar bagi klien dengan

Pneumoniasehingga klien mampu mencapai kemandirian yang

maksimal bagi dirinya sendiri sehari-hari dan tercapainya

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal setelah di berikan

asuhan keperawatan yang komprehensif.

b. Bagi Keluarga

Diharapkan orangtua/keluarga mampu bekerjasama sehingga dapat

berperan serta untuk memberikan motivasi dan diharapkan

peningkatan pengetahuan serta kemampuan keluarga dalam

penanganan dan pencegahan penyakit pada klien anak dengan

Pneumonia.

c. Bagi Perawat

Dengan penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif pada

klien anak dengan Pneumoniadiharapkan petugas kesehatan khususny


8

a perawat agar lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan pelayanan keperawatan berdarsakan

ilmu dan kiat keperawatan.

d. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengetahuan dan

keterampilan penulis serta penulis mendapat pengalaman secara

langsung dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif, selain itu juga diharapkan dapat memberikan tindakan

keperawatan yang tepat pada klien dengan Pneumoniaserta dapat

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien dengan

Pneumonia.

e. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam meningkatan proses pembelajaran dan

memotivasi mahasiswa Akper Kesdam VI/Tanjungpura di masa akan

datang serta memperbaiki mutu dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan Pneumoniasecara optimal.

f. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan terutama bagi pihak yang

berkepentingan di RSUD H.Moch Ansari Saleh serta sebagai

pembanding antara metode teoritis yang telah didapatkan di

pendidikan dengan pelayanan kesehatan Rumah Sakit dalam upaya

peningkatan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Pneumonia,

sehingga diharapkanmutu pelayanan semakin menigkat.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Saluran Nafas

1. Pengertian

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak

mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan mengembuskan disebut ekspirasi

(Syaifuddin, 2006).

Secara garis besar pernapasan terbagi menjadi dua:

a. Pernapasan Dalam (Internal): yaitu pertukaran gas antara organel sel

(mitokondria) dan medium cairannya. Hal tersebut menggambarkan

proses metabolisme intraseluler yang meliputi konsumsi O2 (digunakan

untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam

medium cair/ sitoplasma) sampai menghasilkan energi.

b. Pernapasan Luar (Eksternal):yaitu absorpsi O2 dan pembuangan CO2

dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses

pernapasan eksternal adalah:

1) Pertukaran udara luar ke dalam alveolus (jamak: alveoli) melalui

aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses ventilasi.

2) Pertukaran O2 dan CO2yang terjadi antara alveolus dan darah pada

pembuluh kapiler paru–paru melalui difusi.

3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru–

9
10

paru ke jaringan dan sebaliknya yang disebut proses transportasi.

4) Pertukaran O2 dan CO2darah dalam pembuluh darah kapiler

jaringan dengan sel–sel jaringan melalui proses difusi.

Aktivitas pernafasan (respirasi) terdiri atas empat bagian yaitu:

a. Ventilasi, yaitu gerakan keluar masuk udara dari paru (inspirasi dan

ekspirasi).

b. Difusi,yaitu gerakan oksigen dan karbondioksida antara udara di dalam

alveolus dan darah di dalam kapiler sekitar alveolus.

c. Transportasi, yaitu pengangkutan oksigen dan karbondioksida oleh

darah.

d. Metabolisme jaringan, yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida

antara darah dan jaringan.

Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya,

yaitu:

a. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)dengan

fungsi utama sebagai berikut:

1) Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan

udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.

2) Protection (perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian

bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.

3) Warming, filtrasi, dan humidifikasi yakni sebagai bagian yang

menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembapan udara yang

diinspirasi (dihirup).
11

b. Saluran Pernapasan Bawah (Lower Airway)yang secara umum terbagi

menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu:

1) Saluran udara konduktif,sering disebut sebagai percabangan

trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas

trakhea, bronkhus, dan bronkhiolus.

2) Saluran respiratorius terminal(kadangkala disebut dengan acini)

yang berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar

dari satuan respiratorius terminal (saluran pernapasan paling

ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas yang

sesungguhnya.

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan


Sumber: Gilileo, 2016

a. Saluran Pernapasan bagian atas

Saluran pernapasan atas terbagi atas:

1) Hidung

Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang

pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh


12

sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu–bulu yang

berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk

kedalam lubang hidung.

(a) Bagian luar dinding terdiri dari kulit.

(b) Lapisan tengah terdiri dari otot–otot dan tulang rawan.

(c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat – lipat

yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang

berjumlah 3 buah:

(1) Konka nasalis inferior ( karang hidung bagian bawah).

(2) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah).

(3) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)

(Syaifuddin, 2006).

Gambar 2.2 Anatomi Hidung


Sumber: Manurung (2009)

2) Sinus Paranalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang

kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu

sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus

maxilarris. Sinus berfungsi untuk:


13

(a) Membantu menghangatkan dan humidifikasi (pengatur

kelembapan udara).

(b) Meringankan berat tulang tengkorak.

(c) Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

(Somantri, 2008: 5).

Gambar 2.3 Sinus – sinus nasalis


Sumber: Manurung (2009).

3) Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makan, terdapat dibawah dasar tengkorak, di

belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Hubungan dari faring dengan organ–organ lain: ke atas

berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lubang yang

bernama koana; kedepan berhubungan dengan rongga mulut,

tempat hubungan ini bernama istmus fausium; ke bawah terdapat 2

lubang; ke depan jaringan ikat, juga di beberapa tempat folikel

getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.

Di sebelahnya terdapat 2 buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.

Disebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang


14

berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan

(Syaifuddin, 2006).

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:

(a) Di belakang hidung (naso-faring), terdapat pada superior di

area epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid),

serta merupakan muara tube eustachius.

(b) Di belakang mulut (oro-faring), berfungsi untuk menampung

udara dari nasofaring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini

terdapat tonsili palatine (posterior) dan tonsili lingualis (dasar

lidah).

(c) Di belakang laring (laringo–faring), merupakan bagian

terbawah faring yang berhubungan dengan esophagus dan pita

suara (vocal cord) yang berada dalam trachea. Laringo faring

berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi (Somantri,

2008).

Gambar 2.4 Anatomi Bagian – Bagian Faring


Sumber: Gilileo, 2016

Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan

bertindak sebagai pembentukkan suara, terletak di depan bagian faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea di


15

bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang

tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang–tulang

rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutup

laring.

Gambar 2.5 Anatomi Bagian – Bagian Laring


Sumber: Gilileo, 2016

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

(a) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adam’s apple), sangat

terlihat jelas pada pria.

(b) Kartilago aritenoid (2 buah) yang berbentuk baker.

(c) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin.

(d) Kartilago epiglottis (1 buah).

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian

epiglotis yang dilapisi oleh sel epitilium berlapis. Pita suara ini

berjumlah 2 buah: di bagian atas adalah pita suara palsu dan tidak

mengeluarkan suara yang disebut dengan ventikularis; di bagian

bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk suara yang

disebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini
16

maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima

glotidis) dapat melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuklah

suara (Syaifuddin, 2006).

b. Saluran Pernapasan bagian bawah

Saluran pernapasan bagian bawah (tracheobronchial tree) terdiri atas:

1) Saluran Udara Konduktif

(a) Trakea

Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari

laring yang di bentuk oleh 16 sampai 20 cicin yang terdiri dari

tulang–tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf

C). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu

getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar.

Panjang trakea 9–11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan

ikat yang dilapisi otot polos.

Gambar 2.6 Anatomi Trakea


Sumber: Gilileo, 2016

Sel–sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda–benda asing

yang masuk bersama–sama dengan udara pernapasan.


17

Yangmemisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut

karina

(b) Bronkus dan bronkhiolus

Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan kelanjutan dari

trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra

torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea

dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan

kebawah dan kesamping kearah tampuk paru–paru. Bronkus

kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri,

terdiri dari 6–8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri

lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari

9–12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang–cabang,

cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada

bronkioli tak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli

terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli

(Syaifuddin, 2006).

2) Saluran Respiratorius Terminal

Paru–paru

Paru–paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini

terdiri dari sel–sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas

permukaanya lebih kurang 90 m². Pada lapisan ini terjadi

pertukaran udara, O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan

dari darah. Banyaknya gelembung paru–paru ini kurang lebih


18

700.000.000 buah ( paru–paru kiri dan kanan).Paru–paru di bagi

dua: Paru–paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru), lobus pulm-

o dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus

tersusun oleh lobules. Paru–paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra

lobus superior dan lobus inferior.

Gambar 2.7 Anatomi Paru


Sumber: Gilileo, 2016

Diantara lobus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat

yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap–tiap

lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus

ini bercabang–cabang banyak sekali, cabang–cabang ini disebut

duktus alveolus. Tiap–tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus

yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

Letak paru–paru di rongga dada datarannya menghadap ketengah

rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat

tampuk paru–paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak

jantung. Paru – paru di bungkus oleh selaput yang dinamakan


19

pleura. Pleura di bagi menjadi dua. Pleura viseral (selaput dada

pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru–

paru. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada

bagian luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang

disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini

vakum (hampa udara) sehingga paru–paru dapat berkembang

kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna

untuk meminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru–paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernafas

(Syaifuddin, 2006).

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Pneumonia adalah keradangan parenkrim paru dimana asinus terisi

dengan cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel

radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium (Joel, 2016).

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru

(alveoli) dengan gejala umum pada anak-anak dan bayi yaitu napas cepat

atau sulit, batuk, demam, menggigil, sakit kepala, kehilangan nafsu

makan dan mengi (Masfufatun, 2016).

Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut, dimana

terjadi peradangan pada jaringan paru – paru yang disebabkan oleh

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, menghirup partikel asing

atau iradiasi (Caesar, 2015).


20

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, yang

disebabkan oleh mikroorganisme, aspirasi dari cairan lambung, benda

asing, hidrokarbon, bahan-bahan lipoid dan reaksi hipersensitivitas (Moni

ta, 2015).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulan bahwa Pneumonia

merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan dimana terjadi

peradangan pada jaringan paru yang disebabkan berbagai

mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur dan menghirup partikel

asing.

2. Etiologi

Adapun etilogi dari Pneumonia adalah bakteri, virus, mikoplasma, jamur

dan protozoa:

a. Bakteri: Streptococus Pneumoniae, Staphylococus aureus.

b. Virus: influenza, parainfluenza, dan adenovirus.

c. Jamur: kandidiasis, histoplasmosis dan kriptokokkis.

d. Protozoa: pneumokistis karini pneumonia.

Adapun yang dapat menjadi faktor resiko adalah merokok, polusi

udara, infeksi saluran pernafasan atas, gangguan kesadaran (alkohol,

overdosis obat, anestesi umum), intubasi trakhea, imobilisasi lama, terapi

imunosupresif (kortikosteroid, kemoterapi), tidak berfungsinya system

imun (AIDS) dan sakit gigi (Manurung, 2009).

3. Patofisiologi
21

Agen penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi

ataupun aliran darah. Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena

aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi menyumbat makanan dan tumor

bronkus. Diawali dari proses infeksi dimana patogen tersebut masuk

melalui saluran pernafasan dan akhirnya masuk kesaluran pernafasan

bawah. Daya tahan saluran pernafasan yang terganggu karena aspirasi

bakteri berulang kemudian timbul reaksi peradangan pada dinding

bronkus sehingga terjadinya edema trakeal/faringeal dan peningkatan

produksi sekret mengakibatkan peningkatan batuk menjadi produktif,

sesak nafas dan penurunan kemampuan batuk efektif. Sel menjadi radang

berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak karena terjadi konsolidasi dan

pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Penurunan jaringan efektif paru

dan kerusakan membran alveolar dan kapiler akan menjadi sesak nafas

dan penggunaan otot menjadi tidak efektif (Manurung, 2009).


22

Pathway
Bakteri, virus, jamur, protozoa
Masuk ketubuh manusia melalui saluran pernafasan
Ada sumber infeksi di saluran pernapasan

Obstruksi mekanik saluran pernafasan karena Daya tahan saluran pernapasan


aspirasi bekuan darah, pus, bagian gigi yang terganggu
menyumbat, makanan, dan tumor bronkus.

Aspirasi bakteri berulang

Peradangan pada bronkus menyebar ke parenkim paru

Terjadi konsolidasi dan pengisian


rongga alveoli oleh eksudat

• Edema trakeal/faringeal
• Peningkatan produksi sekret Penurunan jaringan efektif Reaksi sistemis: bakterimia,
paru dan kerusakan mual,demam, penurunan
membran alveolar-kapiler berat badan, dan kelemahan

• Batuk produktif Sesak nafas, penggunaan otot Peningkatan laju metabo-


• Sesak napas tidak efektif lisme, intake nutrisi tidak
• Penurunan kemampuan adekuat, tubuh makin
batuk efektif kurus, dan ketergantungan
aktivitas sehari-hari

• Gangguan
pertukaran gas • Perubahan pemenuhan
• Ketidak efektifan nutrisi kurang dari
bersihan jalan napas kebutuhan
• Gangguan pemenuhan
ADL (Aktivity Daily
Living)
• Hipertermi
• Resiko kekurangan volume
cairan
23

Gambar 2.8 Pathway Pneumonia

4. Tanda dan Gejala

Apabila menemukan klien dengan penyakit pneumonia, maka gejala–

gejala yang dapat ditemui pada klien secara umum adalah:

a. Demam

b. Berkeringat

c. Batuk dengan sputum yang produktif, kehijauan atau seperti nanah

d. Sesak nafas

e. Sakit kepala

f. Mudah merasa lelah dan

g. Nyeri dada (Manurung, 2009).

5. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi apabila klien pneumonia tidak

tertangani secara cepat dan tepat adalah empisema, atelektasis, otitis

media akut dan meningitis (Manurung, 2009).

6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnosa penyakit pneumonia, maka disamping

hasil anamnesa dari klien test diagnostik yang sering dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan rontgen: dapat terlihat infiltrat pada parenkim paru.

b. Laboratorium:
24

1) AGD: dapat menjadi asidosis metabolik dengan atau retensi

CO2.

2) DPL: biasanya terdapat leukositosis. Laju Endap Darah (LED)

meningkat

3) Elektrolit: natrium dan klorida dapat menurun.

4) Bilirubin: dapat meningkat.

5) Kultur sputum: terdapat mikroorganisme.

6) Kultur darah: bakterimia sementara.

c. Fungsi paru: volume dapat menurun (Manurung, 2009).

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Klien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan

oksigenasi, seperti pneumonia membutuhkan bantuan untuk

mengencerkan atau mengeluarkan sekresi. Fisioterapi dada

mencakup tiga tehnik; drainase postural, perkusi dada dan vibrasi.

Waktu yang optimal untuk melakukan tehnik ini adalah sebelum

klien makan dan menjelang klien tidur malam.

Pada tehnik drainase postural, klien dibaringkan dalam

berbagai posisi spesifik untuk memudahkan drainase mukus dan

sekresi dari bidang paru. Gaya gravitasi digunakan untuk

meningkatkan drainase sekresi. Perkusi dilakukan dengan kedua

telapak tangan anda yang membentuk “setengah bulan” dengan jari–

jari tangan anda rapat satu sama lain. Secara bergantian tepukkan

telapak tangan anda tersebut di atas dada klien. Instruksikan klien


25

untuk membatukan dan mengeluarkan sekresi. Tehnik vibrasi

dilakukan dengan meletakkan telapak tangan anda dalam posisi rata

di atas dada klien dan menggetarkannya (Yasmin, 2004).

b. Penatalaksanaan Medis

Klien diposisikan dalam keadaan fowler dengan sudut 45°.

Kematian sering kali berhubungan dengan hipotensi, hipoksia,

aritmia kordis, dan penekanan susunan saraf pusat, maka penting

untuk dilakukan pengaturan keseimbangan cairan elektrolit dan

asam–basa dengan baik, pemberian O2 di alveoli–arteri, dan

mencegah hipoksia seluler. Pemberian O2sebaiknya dalam

konsentrasi yang tidak beracun (PO240) untuk mempertahankan

PO2arteri sekitar 60–70 mmHg dan juga penting mengawasi

pemeriksaan analisa gas darah.

Pemberian cairan intravena untuk IV line dan pemenuhan hidrasi

tubuh untuk mencegah penurunan volume cairan tubuh secara

umum. Bronkodilator seperti Aminofilin dapat diberikan untuk

memperbaiki drainase sekret dan distribusi ventilasi. Kadang–

kadang mungkin timbul dilatasi lambung mendadak, terutama

pneumonia mengenai lobus bawah yang dapat menyebabkan

hipotensi. Hipotensi terjadi, segera atasi hipoksemia arteri dengan

cara memperbaiki volume intravaskular dan melakukan dekompresi

lambung. Kalau hipotensi tidak dapat diatasi, dapat dipasang kateter


26

Swan–Ganz dan infus Dopamin (2-5µg/kg/menit). Bila perlu dapat

diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri pleura.

Pemberian antibiotik terpilih seperti Penisilin diberikan secara

intramuskular 2 x 600.000 unit sehari. Penisilin diberikan selama

sekurang–kurangnya seminggu sampai klien tidak mengalami sesak

napas lagi selama tiga hari dan tidak ada komplikasi lain. Klien

dengan abses paru dan empiema memerlukan antibiotik yang lama.

Untuk klien yang alergi terdapat Penisilin dapat diberikan

Eritromisin. Tetrasiklin jarang digunakan untuk pneumonia karena

banyak resisten.

Pemberian sefalosporin harus hati–hati untuk klien yang alergi

terhadap Penisilin karena dapat menyebabkan reaksi hipersensitif

silang terutama dari tipe anafilaksis. Dalam 12–36 jam, setelah

pemberian penisilin, suhu, denyut nadi, frekuensi pernafasan

menurun serta nyeri pleura menghilang. Pada ±20% klien, demam

berlanjut sampai lebih dari 48 jam setelah obat dikonsumsi

(Muttaqin, 2008).

C. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan

1. Pengertian

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi

tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukran berat

(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana,

2013).
27

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil proses pematangan (emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya) (Adriana,

2013).

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap

aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan

fungsi organ atau individu.

a. Tahap yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

1) Faktor Herediter

Merupakan faktor yang tidak dapat dirubah ataupun

dimodifikasi, yang termasuk faktor genetik ini adalah jenis

kelamin dan suku bangsa/ras

2) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan Internal

Hal yang berpengaruh diantaranya hormone dan emosi. Ada

tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak,

hormon somatotropin merupakan hormon yang

mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada

masa pertumbuhan, kekurangan hormon ini akan

menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid akan

mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini

akan menyebabkan kretinesme dan hormon gonadotropin

yang berfungsi untuk meragsang perkembangan seks laki-


28

laki dan memproduksi sel spermatozoa, sedangkan

esterogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita

dan memproduksi sel telur, jika kekuranga hormone

gonadotropin ini akan menyebabkan terhambatnya

perkembangan seks.

b) Lingkungan Eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang

mempengaruhi, diantaranya adalah kebudayaan, adat

kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua

mendidik anaknya serta status ekonomi keluarga juga

berpengaruhi (Nabiel, 2014).

b. Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak

1) Tumbuh kembang infant/ bayi, umur 0-12 bulan

(a) Umur 1 bulan

(1) Fisik

Berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi

badan meningkat 1,5 cm/bulan, linkar kepala meningat

1,5 cm/b- ulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan

berlangsung sam- pai bayi umur 6 bulan.

(2) Motorik

Bayi akan mulai berusaha untuk Mengangkat

kepaladengan dibantu oleh orang tua , tubuh

ditengkurapkan, kepala menoleh kekiri ataupun


29

kekanan, reflek menghisap menelan, menggenggam

sudah mulai positif.

(3) Sensoris

Mata mengikuti sinar ketengah.

(4) Sosialisasi

Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada di se

kitarnya.

(b) Umur 2-3 bulan

(1) Fisik

Fontanel posterior sudah menutup.

(2) Motorik Mengangkat kepala, dada dan berusahauntuk

menahannya sendiri dengantangan, memasukkan

tangan kemulut, mulai berusaha untuk meraih

bendabenda yang menarik yang adadisekitarnya, bisa

didudukkan denganposisi punggung disokong, mulai

asikbermain-main sendiri dengan tangan danjarinya.

(3) Sensoris

Sudah bisa mengikuti arah sinar ketepi,koordinasi

keatas dan kebawah, mulaimendengarkan suara yang

didengarnya.

(4) Sosialisasi

Mulai tertawa pada seseorang, senangjika tertawa

keras, menangis sudah mulai berkurang.

(c) Umur 4-5 bulan


30

(1) Fisik

Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,

ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva

(2) Motorik

Jika didudukkan sudah bisa seimbang dan punggung

sudah mulai kuat, biladitengkurapkan sudah bisa mulai

miringdan kepala sudah bisa tegak lurus,berusaha

meraih benda sekitar.

(3) Sensoris

Sudah bisa mengenal orang orang yangsering berada

didekatnya.

(4) Sosialisasi

Senang jika berinteraksi dengan oranglain walaupun

belum pernah dikenalnya,sudah bisa mengeluarkan

suara pertandatidak senang bila benda miliknya diambil

oleh orang lain.

(d) Usia 6-7 bulan

(1) Fisik

Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi

badan meningkat 1,25cm/bulan, lingkar kepala

meningkat 0.5cm/bulan, besarnya kenaikan seperti

iniakan berlangsung sampai bayi berusia 12bulan, gigi

sudah mulai tubuh.

(2) Motorik
31

Bayi sudah bisa membalikkan badasendiri

memindahkan anggota badan dari tangan yang satu

ketangan yang lainnya, mengambil mainan dengan

tangannya,sudah mulai bisa memasukkan makanan ke

mulutnya sendiri.

(3) Sosialisasi

Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya

dengan yang tidak dikenalnya, sudah dapat menyebut

suara em…em…em…, bayi bias any akan cepat

menangis apabila terdapat hal-hal yang tidak

disenanginya tetapi akan cepat tertawa lagi.

(e) Umur 8-9 bulan

(1) Fisik

Sudah bisa duduk dengan sendirinya,koordinasi tangan

kemulut sangatsering,bayi mulai tngkurap sendiri

danmulai belajar untk merangkak, sudah bias

mengambil benda dengan menggunakanjari-jarinya.

(2) Sensoris

bayi tertarik dengan benda-benda kecilyang ada

disekitarnya.

(3) Sosialisasi

Bayi merasa cemas terhadap hal-hal yangbelum

dikenalnyasehingga dia akanmenangis, merangkul,


32

memeluk orangyang dicintainya, jika dimarahi dia

sudahbisa memberika reaksi menangis dan tidak

senang, mulai mengulang katakata “dada..dada” tetapi

belum punya arti.

(f) Umur 10-12 bulan

(1) Fisik : Berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi

bagian atas dan bawah sudah tumbuh.

(2) Motorik

Sudah mulai belajar berdiri tapi tidakbertahan lama,

belajar berjalan denganbantuan, sudah bisa berdiri dan

duduksendiri, mulai belajar akan menggunakansendok

tetapi lebih senang menggunakantangan, sudah bisa

bermain ci…luk..ba…,mulai senang mencoret-coret

kertas.

(3) Sensoris

Sudah dapat membedakan bentuk.

(4) Sosialisasi

Emosi positif, cemburu, marah, lebihsenang pada

lingkungan yang sudahdiketahuinya, merasa takut pada

situasi yang asing mulai mengerti akan

perintahsederhana, sudah mengerti namanya sendiri,

sudah bisa mnyebut abi dan umi.

2) Tumbuh Kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 tahun

(a) Umur 15 bulan


33

(1) Motorik kasar

Sudah bisa berjalan sendiri tanpabantuan orang lain

(2) Motorik halus Sudah bisa memegangi

cangkir,memasukkan jari kelubang, membukakotak,

melempar benda.

(b) Umur 18 bulan

(1) Motorik kasar

Mulai berlari tetapi masih sering jatuh,menarik-narik

mainan, mulai naik tangga tetapi masih dengan

bantuan.

(2) Motorik halus

Sudah bisa makan denganmenggunakan sendok, bisa

membukahalaman buku, belajar menyusunbalok-balok.

(c) Umur 24 bulan

(1) Motorik kasar

Berlari sudah baik, dapat naik tanggasendiri dengan

kedua kaki tiap tahap.

(2) Motorik halus

Sudah bisa membuka pintu, membukakunci,

menggunting sederhana,minum dengan menggunakan

gelas.

(d) Umur 36 bulan

(1) Motorik kasar


34

Memakai baju dengan bantuan, mulaibisa naik sepeda

roda tiga.

(2) Motorik halus

Bisa menggambar lingkaran, mencucitangannya

sendiri, menggosok gigi.

3) Tumbuh kembang pra sekolah

(a) Usia 4 tahun

(1) Motorik kasar

Berjalan berjinjit, melompat, Meolmpat dengan satu

kaki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas

kepala.

(2) Motorik halus

Sudah bisa menggunakan guntingdengan lancar, sudah

bisa menggambarkotak, menggambar garis vertical

mapun horizontal, belajar membuka dan memasang

kancing baju.

(b) Usia 5 tahun

(1) Motorik kasar

Berjalan mundur sambil berjinjit, sudahdapat

menangkap dan melempar boladengan baik, sudah

dapat meolmpatdengan kaki secara bergantian.

(2) Motorik halus

Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf,

belajar menulis nama,belajar mengikat tali sepatu.


35

(3) Sosial emosional

Sering berkumpul dengan teman sebaya, sudah siap

untuk menggunakan alat bermain.

(4) Pertumbuhan fisik

Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan meni

ngkat 6,75-7,5 cm/tahun.

4) Tumbuh kembang usia sekolah

(a) Motorik

Sudah mampu bermain loncat tali,badminton, bola volley,

anak lakilaki lebih aktif dari pada anakperempuan.

(b) Sosial emosional

Pergi bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat

berperan untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak

harus berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya,

sehingga peranan guru sangatlah besar.

(c) Pertumbuhan fisik

Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun,tinggi badn meningkat

6-7 cm/tahun.

5) Tumbuh kembang remaja

(a) Pertumbuhan fisik

Merupakan pertumbuhan yangsangat pesat, tinggi badan

25%, berat badan 50%, semua systemtubuh berubah,

proporsi tubuhmemanjang.

(b) Sosial emosional


36

Kemampuan akan sosialisasimeningkat, relasi dengan

temanwanita/pria akan tetapi lebih pentingdengan teman

sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting,

peranankeluarga sudah mulai beralih padaperanan teman

sebaya.

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam

praktik keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan untuk

memecahkan masalah (Problem-Solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan

kemampuan interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien,

keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang

berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, pencernaan,

dan evaluasi (Iyer et al, 1996). Tahap-tahap tersebut terintegrasi terhadap

fungsi inteketual Problem-Solving dalam mendefinisikan suatu asuhan

keperawatan (Nursalam, 2011).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap

pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutahan individu (kilen). Oleh karena itu

pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan dan

sesuai dengan respons individu, sebagaimana yang telah di tentukan


37

dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association

(ANA) (Nursalam, 2011).

Menurut Nursalam (Khoiron, 2013), Pengkajian pada klien dengan

Pneumonia yaitu :

a. Keluhan Utama

Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehata

n adalah Sesak napas, batuk berdahak, demam, sakit kepala dan

kelemahan

b. Data Dasar pengkajian pasien

1) Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : letargi,

penurunan toleransi terhadap aktivitas.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat adanya /GJK kronis Tanda : takikardia,

penampilan kemerahan, atau pucat

3) Makanan/cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes

mellitus anda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor

buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

4) Neurosensori

Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

5) Nyeri/kenyamanan

Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk),


38

imralgia, artralgia, nyeri dada substernal (influenza).

Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit

untuk membatasi gerakan).

6) Pernafasan

Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas),

dispne Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, pengg

unaan otot aksesori, pelebaran nasal.

Tanda :

1) Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.

2) Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.

3) Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan

konsolidasi

4) Gesekan friksi pleural.

5) Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau

napas bronkial.

6) Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

7) Pemeriksaan Penunjang

1) Sinar X:

mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi,

empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau

terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi

nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma,

sinar x dada mungkin bersih.


39

2) GDA/nadi oksimetris

tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang

terlibat dan penyakit paru yang ada.

3) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah:

untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea,bronko

skofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi

organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri

yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,

aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV.

Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua

organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan

bakteremia semtara

4) JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih

rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun

seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia

bakterial.

a) Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau

legionella,aglutinin dingin. membantu dalam

membedakan diagnosis organisme khusus.

b) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun

(kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas

mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi

perembesan (hipoksemia)

c) Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah


40

d) Bilirubin : Mungkin meningkat.

e) Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat

menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan

keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel

rekayasa (rubela) ).

2. Diagnosa Keperawatan

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) menyatakan

bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon

individu (Klien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan actual atau

potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua

diagnosis keperawatan harus di dukung oleh data, dimana menurut

NANDA di artikan sebagai didifinisi karakteristik. Definisi karakteristik

tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat

diobservasi dan gejala adalah suatu yang di rasakan oleh klien

(Nursalam, 2011).

Ada lima tipe diagnosa keperawatan, yaitu:

a. Aktual (actual)

b. Risiko/ risiko tinggi (Risk)

c. Kemungkinan (Possible)

d. Sejahtera (Wellness)

e. Sindrom (Syndrom)

Tujuan diagnosis keperawatan untuk mengidentifikasi:


41

a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau

penyakit.

b. Faktor–faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah

(etiologi).

c. Kemampuan klien untuk memcegah atau menyelesaikan masalah

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien pneumonia

menurut Muttaqin (2008), yaitu:

a. Ketidakefetifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan

edema trakheal/faringeal.

b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran

alveolar–kapiler, dan edema bronkhial.

c. Hipertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis:

bakteremia/viremia, peningkatan laju metabolisme umum.

d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik,

peningkatan metabolisme umum sekunder dari kerusakan pertukaran

gas.

e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan

sekunder terhadap demam.


42

f. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan

demam, diaforesis, dan masukan oral sekunder terhadap proses

pneumonia.

3. Perencanaan

Menurut bulecheck dan McCloskey (1989, dalam Nursalam, 2011),

intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada klien

yang di laksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi intervensi

asuhan keperawatan independen berdasarkan diagnosa keperawatan,

tindakan medis berdasarkan diagnosa medis, dan membantu pemenuhan

kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien yang tidak dapat

melakukannya. Definsi tersebut berhubungan dengan semua intervensi

keperawatan, diagnosa keperawatan, dan masalah kolaboratif.

Rencana keperawatan menurut Muttaqin (2008)

a. Ketidakefetifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan

sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan

edema trakheal/faringeal.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan Dalam waktu 3

x 24 jam setelah diberikan intervensi kebersihan jalan nafas kembali

efektif

Kriteria Hasil :

1) Klien mampu melakukan batuk efektif.


43

2) Pernapasan klien normal (16–20x/menit) tanpa ada penggunaan

otot bantu nafas. Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan

napas normal.

Intervensi Rasional
1 2
Mandiri Penurunan bunyi napas menunjukkan
Kaji fungsi pernapas (bunyi napas, akumulasi sekret dan ketidakefektifan
kecepatan, irama, kedalaman, dan pengeluaran sekresi yang selanjutnya
penggunaan otot bantu napas). dapat menimbulkan penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan kerja
pernapasan.
Kaji kemampuan klien Pengeluaran sulit bila sekret sangat
mengeluarkan sekresi. Lalu catat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
karakter dan volume sputum. tidak adekuat)
Berikan posisi semi/fowler tinggi Posisi fowler memaksimalkan ekspansi
dan bantu klien latihan napas dalam paru dan menurunkan upaya bernapas.
dan batuk efektif. Ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan gerakan
sekret kejalan napas besar untuk
dikeluarkan.
1 2
Pertahankan intake cairan Hidrasi yang adekuat membantu
sedikitnya 2500 ml/hari kecuali mengencerkan sekret dan
tidak diindikasikan. mengefektifkan pembersihan jalan
napas.
Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi dan ispirasi.
trakea, bila perlu lakukan Pengisapan diperlukan bila klien tidak
pengisapan (suction). mampu mengeluarkan sekret. Eliminasi
lendir dengan suction sebaiknya
dilakukan dalam jangka waktu kurang
dari 10 menit dengan pengawasan efek
samping suction.
Kolaborasi pemberian obat sesuai Pengobatan antibiotik yang ideal
indikasi. berdasarkan pada tes uji resistensi
Obat antibiotik. bakteri terhadap jenis antibiotik
sehingga lebih mudah mengobati
pneumonia.

Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan


kekentalan dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan pembersihan.
Bronkodilator; jenis aminophilin Bronkodilator meningkatkan diameter
via intravena. lumen percabangan trakheobronkhial
sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
Kortikosteroid. Kortikosteroid berguna pada
keterlibatan luas dengan hipoksemia
dan bila reaksi inflamasi mengancam
kehidupan.
44

b. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

penurunan jaringan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran

alveolar – kapiler, dan edema bronkhial.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan Dalam waktu 2

x 24 jam setelah diberikan gangguan pertukaran gas tidak terjadi.

Kriteria Hasil:

1) Melaporkan tak adanya/penurunan dispnea.

2) Klien menunjukan tidak ada gejala distres pernapasan.

3) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat

dengan gas darah arteri dalam rentang normal.

Intervensi Rasional
Mandiri Pneumonia mengakibatkan efek luas
Kaji dispnea, takipnea, bunyi pada paru, bermula dari bagian kecil
nafas, peningkatan upaya bronkhopenia sampai inflamasi difus
pernapasan, ekspansi thoraks, dan yang luas, nekrosis, efusi pleura, dan
kelemahan.
fibrosis yang luas. Efeknya terhadap
pernapasan bervariasi dari gejala ringan,
dispnea berat, dan distres pernafasan
Evaluasi perubahan tingkat Akumulasi sekret dan berkurangnya
kesadaran, catat sianosis dan jaringan paru yang sehat dapat
perubahan warna kulit – termasuk mengganggu oksigenasi organ vital dan
membran mukosa dan kuku. jaringan tubuh.

Ajarkan dan dukung pernapasan Membuat tahanan melawan udara luar


bibir selama ekspirasi khususnya untuk mencegah kolaps/penyempitan
untuk klien dengan fibrosis dan jalan napas sehingga membantu
kerusakan parenkim paru. menyebarkan udara melalui paru dan
mengurangi napas pendek.

Tingkatkan tirah baring, batasi Menurunkan konsumsi oksigen selama


aktivitas, dan bantu kebutuhan priode penurunan pernapasan dan dapat
perawatan diri sehari – hari sesuai menurunkan beratnya gejala.
keadaan klien.
Kolaborasi Penurunan kadar O2 (PO2) dan/ atau
Pemeriksaan AGD saturasi, peningkatan PCO2
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi/perubahan program terapi.
Pemberian oksigen sesuai Terapi oksigen dapat mengoreksi
kebutuhan tambahan. hipoksemia yang terjadi akibat
penurunan ventilasi/ menurunnya
45

permukaan alveolar paru.


Kortikosteroid. Kortikosteroid berguna pada keterlibatan
luas dengan hipoksemia dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.

c. Hipertermi yang berhubungan dengan reaksi sistemis:

bakteremia/viremia, peningkatan laju metabolisme umum.

Batas karakteristik : foto rontgen thoraks menunjukan adanya

pleuritis, suhu di atas 37°C, diaphoresis intermiten, leukosit di atas

10.000/mm³, dan kultur sputum positif.

Kriteria evaluasi : - suhu tubuh normal (36 - 37°C).

Intervensi Rasional

1 2
Kaji saat timbulnya demam. Mengidentifikasi pola demam.

1 2
Kaji tanda – tanda vital tiap 3 jam Acuan untuk mengetahui keadaan umum
atau lebih sering. klien
Berikan kebutuhan cairan ekstra. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat,
sehingga perlu diimbangi dengan intake
cairan yang banyak.
Berikan kompres dingin. Konduksi suhu membantu menurunkan
suhu tubuh
Mandi dengan air dingin dan selimut
yang tidak terlalu tebal memungkinkan
terjadinya pelepasan panas secara
konduksi dan evaforasi (penguapan).
Antipiretik dapat mengontrol demam
dengan memengaruhi pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Cairan dapat
membantu mencegah dehidrasi karena
meningkatnya metabolisme. Menggigil
menandakan tubuh memerlukan panas
lebih banyak.

Kenakan pakaian minimal. Pakaian yang tipis akan membantu


mengurangi penguapan tubuh.

Berikan tindakan untuk Tindakan tersebut akan meningkatkan


memberikan rasa nyaman seperti relaksasi. Pelembap membantu
mengelap bagian punggung klien, mencegah kekeringan dan pecah – pecah
mengganti alat tenun yang kering di mulut dan di bibir.
setelah diaforesis, memberi
minum hangat, lingkungan yang
tenang dengan cahaya yang redup,
46

dan sedatif ringan jika dianjurkan


serta memberikan pelembab pada
kulit dan bibir.

Berikan terapi cairan intravena Pemberian cairan sangat penting bagi


RL 0,5 dan pemberian antipiretik. klien dengan suhu tinggi. Pemberiaan
cairan merupakan wewenang dokter
sehingga perawat perlu berkolaborasi
dalam hal ini.

Berikan antibiotic sesuai dengan Antibiotik diperlukan untuk mengatasi


anjuran dan evaluasi infeksi. Efek terapeutik maksimum yang
keefektifannya. Tinjau kembali efektif dapat dicapai, jika kadar obat
semua obat – obatan yang yang ada dalam darah telah konsisten
diberikan. Untuk menghindari dan dapat dipertahankan. Risiko akibat
efek merugikan akibat interaksi interaksi obat – obat yang diberikan
obat, jadwalkan pemberian obat meningkat dengan adanya efek
dalam kadar darah yang farmakoterapi berganda. Efek samping
konsisten. akibat interaksi satu obat dengan yang
lainnya dapat mengurangi keefektifan
pengobatan dari salah satu obat atau
keduannya.

d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik,

peningkatan metabolisme umum sekunder dari kerusakan pertukaran

gas.

Batasan karakteristik:menyatakan sesak napas dan lelah dengan

aktivitasminimal, diaforesis, takipnea, dan takikardi pada aktivitas

minimal.

Kriteria evaluasi :

1) Klien mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap

aktivitas.

2) Klien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa

mengalami napas tersengal – sengal, sesak napas, dan kelelahan.

Intervensi Rasional
Monitor frekuensi nadi dan napas Mengidentifikasi kemajuan atau
sebelum dan sesudah beraktivitas. penyimpangan dari sasaran yang
diharapkan.

Tunda aktivitas jika frekuensi nadi Gejala – gejala tersebut merupakan


47

dan napas meningkat secara cepat tanda adanya intoleransi aktivitas.


dan klien mengeluh sesak napas dan Konsumsi oksigen meningkat jika
kelelahan, tingkatkan aktivitas secara aktikvitas meningkat dan daya tahan
bertahap untuk meningkatkan tubuh klien dapat bertahan lebih lama
toleransi. jika ada waktu istirahat di antara
aktivitas.
Bantu klien dalam melaksanakan Membantu menurunkan kebutuhan
aktivitas sesuai dengan oksigen yang meningkat akibat
kebutuhannya. Berikan klien waktu peningkatan aktivitas.
beristirahat tanpa di ganggu berbagai
aktivitas.
Pertahankan terapi oksigen selama Aktivitas fisik meningkatkan
aktivitas dan lakukan tindakan kebutuhan oksigen dan sistem tubuh
pencegahan terhadap komplikasi akan berusaha menyesuaikannya.
akibat imobilisasi jika klien klien di Keseluruhan sistem berlangsung
anjurkan tirah baring lama. dalam tempo yang lebih lambat saat
tidak ada aktivitas fisik (tirah baring).
Tindakan perawatan yang spesifik
dapat meminimalkan komplikasi
imobilisasi.
Konsultasikan dengan dokter jika Hal tersebut dapat merupakan tanda
sesak napas tetap ada atau bertambah awal dari komplikasi khususnya
berat saat istirahat. gagal napas.

e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan

sekunder terhadap demam.

Batas Karakteristik :

Mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari yang seharusnya,

penurunan BB dan mengeluh lemah.

Kriteria Hasil :

1) Klien mendemonstrasikan intake makanan yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan dan metabolisme tubuh.

2) Intake makanan meningkat, tidak ada penurunan BB lebih

lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.

Intervensi Rasional
Pantau : Presentase jumlah makanan Mengidentifikasi kemajuan atau
yang dikonsumsi setiap kali makan, penyimpangan dari sasaran yang
timbang BB tiap hari, hasil diharapkan.
48

pemeriksaan protein total, albumin,


dan osmolalitas.
Berikan perawatan mulut tiap 4 jam Bau yang tidak menyenangkan dapat
jika sputum berbau busuk. mempengaruhi nafsu makan.
Pertahankan kesegaran ruangan.
Rujuk kepada ahli diet untuk Ahli diet ialah spesialis dalam ilmu
membantu memilih makanan yang gizi yang dapat membantu klien
dapat memenuhi kebutuhan gizi memilih makanan yang memenuhi
selama sakit panas. kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi
sesuai dengan keadaan sakitnya,
usia, dan berat badannya.
Dukung klien untuk mengonsumsi Peningkatan suhu tubuh
makanan tinggi kalori tinggi protein. meningkatkan metabolisme, intake
protein, vitamin, mineral, dan kalori
yang adekuat penting untuk aktivitas
anabolik dan sistensi antibodi.
Berikan makanan dengan porsi Makanan porsi sedikit tapi sering
sedikit tapi sering dan mudah memerlukan lebih sedikit energi.
dikunyah jika ada sesak napas berat.

f. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan

demam, diaforesis, dan masukan oral sekunder terhadap proses

pneumonia.

Batasan karakteristik :

Menyatakan haus, hipernatremia, membran mukosa kering, urine

kental, turgor buruk, berat badan berkurang tiap hari, frekuensi nadi

lemah, dan tekanan darah menurun.

Kriteria hasil :

1) Klien mampu mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan

elektrolit.

2) Output urine lebih besar dari 30 ml/jam, berat jenis urine 1,005

– 1,025, natrium serum dalam batas normal, membran lembab,


49

turgor kulit baik, tidak ada penurunan berat badan, dan tidak

mengeluh kehausan.

Intervensi Rasional
1 2
Pantau intake dan output cairan tiap 8 Mengidentifikasi kemajuan atau
jam, timbang BB tiap hari, hasil penyimpangan dari sasaran yang
pemeriksaan analisa urine dan diharapkan.
elektrolit serum, kondisi kulit dan
membrane mukosa tiap hari.

Berikan terapi intravena sesuai Selama fase akut, klien sering kali
dengan anjuran dan berikan dosis berada dalam keadaan kondisi yang
pemeliharaan, selain itu berikan pula terlalu lama dan mengalami sesak
tindakan – tindakan pencegahan. napas yang parah. Untuk meminum
cairan peroral secara adekuat dan
mempertahankan hidrasi yang
adekuat, jika ada demam, kehilangan
cairan akan meningkat karena
keringat yang berlebihan. Hal yang
terjadi jika demam membaik adalah
meningkatnya penguapan karena
vasodilatasi perifer, hal ini terjadi
sebagai mekanisme kompensasi yang
digunakan oleh tubuh untuk
mengeluarkan panas.

1 2
Berikan cairan peroral sekurang – Cairan membantu distribusi obat –
kurangnya 2 jam sekali. Dukung obatan dalam tubuh serta membantu
klien untuk minum cairan yang menurunkan demam. Cairan bening
bening dan mengandung kalori. membantu mencairkan mukus, kalori
membantu menanggulangi
kehilangan BB.
Laporkan pada dokter jika ada tanda Ini merupakan tanda – tanda
– tanda kekurangan cairan menetap kebutuhan cairan yang meningkat
atau bertaambah parah. atau mulai timbulnya komplikasi.

Monitor intake cairan dan output Output urine perlu dimonitor sebagai
urine tiap 6 jam. indikator akan fungsi ginjal dalam
melakukan filtrasi cairan yangmasuk.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksana dari rencana intervensi untuk tujuan

yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah rencana intervensi di

susun di tunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang di harapkan. Oleh kerena itu, rencana intervensi yang


50

spesifik di laksanakan memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien (Nursalam, 2011: 127).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melelngkapi proses

keperawatan yang menenandakan keberhasialan dari diagnosiss

keperwatan, rencana intervensi dan implementasinya, tahap evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor kesiapan yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implentasi intervensi.

a. Tujuan Evaluasi

1) Mengakhiri asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan

untuk mencapai tujuan).

2) Memodifikasi rencana asuahan keperawatan (jika klien

mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).

3) Meneruskan rencana asuhan keperawatan (jika klien

memerlukan waktu lebih lama mencapai tujuan) (Nursalam,

2011:135).

b. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan

mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan

dengan cara membandiingkan data yang terkumpul dengan tujuan

dan pencapaian tujuan.

1) Mengukur pencapaian tujuan klienPerawat menggunakan

keterampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan


51

digunakan dalam evaluasi. faktor yang di evaluasi mengenai

status kesehatan klien terdiri atas beberapa komponen yaitu :

a) Kognitif

b) Afektif

c) Psikomotor

d) Perubahan fungsi tubuh

2) Penentuan keputusan pada taha pevaluasi

Ada tiga keputusan pada tahap ini yaitu:

a) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

b) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

c) Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan

c. Komponen Evaluasi

1) Menentukan kriteria ,standar praktik, dan pertanyaan evaluatif

2) Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru

terjadi

3) Menganalisis dan membandingkan data terhadap criteria dan

standar

4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

5) Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan

6. Dokumentasi Keperawatan

Asuhan keperawatan perlu didokumentasikan, guna menghindari

pemutarbalikkan fakta, untuk mencegah kehilangan informasi dan agar

dapat dipelajari oleh perawat yang lain. Semua tahap dalam proses
52

keperawatan harus didokumentasikan. Kegiatan pendokumentasian

mengikuti keterampilan berkomunikasi, keterampilan

mendokumentasikan proses keperawatan dan keterampilan standar

(Nursalam, 2001: 77).

E. Fisioterapi Dada dengan Pneumonia

1. Pengertian

Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang digunakan untuk

menghilangkan benda asing yang menyebabkan jalan nafas tidak efektif

(Faiz, 2014).

Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik

yang bersifat akut maupun kronisserta efektif dalam upaya

mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan

fungsi paru yang terganggu (Mubarak, 2008).

Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi yang digunakan dengan

kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonar. Terapi ini terdiri dari

drainage postural, perkusi dada, dan vibrasi. Fisioterapi dada harus

diikuti dengan batuk produktif dan pengisapan pada klien yang

mengalami penurunan untuk batuk. (Potter dan Perry, 2006) dalam

Ariasti (2014).

Menurut Muttaqin (2008), dalam (Ariasti 2014) dalam tujuan fisioterapi

dada adalah membuang sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan

meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

2. Tujuan Fisioterapi Dada


53

Menurut (Hockenberry & Wilson, 2012) dalam Paramanindi (2014)

tujuan Fisioterafi Dada antara lain:

a) Memfasilitsi Mengeluarkan sekret

b) Mengencerkan sekret

c) Mencegah obstruksi pada pasien dengan peningkatan sputum

d) Memperbaikiventilasi

e) Meningkatkanefisiensiotot-otot pernapasan

3. Indikasi dan Kontraindikasi Fisioterafi Dada

a. Indikasi

Menurut Hockenberry & Wilson (2012)dalam Paramanindi

(2014) Indikasi Fisioterafi Dada antara lain:

1. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret, yaitu pada :

a) Pasien yang memakai ventilasi

b) Pasien yang melakukan tirah baring lama

c) Pasien dengan produksi sputum meningkat seperti pada

fibrosis kistik atau bronkiektasis

d) Pasien dengan batuk yang tidak efektif

b. Kontra indikasi

Kontra indikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti

kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif,

sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah

tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan
54

kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang Lubis

(2005) dalam paramanindi (2014).

4. Teknik Fisioerapi dada

Menurut Astuti (2012) teknik fisioterapi dada yaitu:

Sebagian besar teknik Fisioterapi untuk orang dewasa juga bisa

dilakukan untuk anak atau bayi. Kemungkinan bahwa chest Ft dan

suction akan meperburuk kondisi , sehingga pemberiannya harus benar-

benar dipertimbangkan dan bukan hanya karena suatu rutinitas. Yang

menjadi dasar pertimbangan adalah Fisioterapis mengerti tujuan

pengobatan dan pengaruhnya terhadap yang diberikan pengobatan,

terutama bila yang diberikan adalah bayi prematur. Oleh karena itu

evaluasi melalui pengamatan semua reaksi sangat penting. Pengobatan

seharusnya diberikan setidaknya 1 jam sesudah makan untuk mencegah

aspirasi.Berikut akan dijelaskan beberapa teknik, tujuan dan

kemungkinan bahayanya, yang bisa diberikan kepada bayi dan anak.

a. Perkusi

Perkusi dada termasuk clapping dengan menggunakan tangan atau

masker. Biasanya sangat bisa ditoleransi dan sangat efektif untuk

bayi. Clapping seharusnya dilakukan dengan satu tangan untuk bayi

atau anak kecil. Untuk bayi prematur cukup dengan 3 atau 4 jari.

Tarik sedikit jari tengah sehingga membentuk cekungan. Sebagai

pengganti jari bisa digunakan benda yang melengkung misalnya

masker. Masker lunak dan tidak menyakitkan serta tidak merusak

kulit bayi yang sensitif.


55

Tujuan perkusi adalah menggerakkan sekresi dari saluran nafas yang

lebih distal ke arah yang lebih proximal. Dilakukan selama inspirasi

maupun expirasi.

b. Vibrasi dan shaking

Vibrasi atau shaking diberikan selama bayi expirasi bersamaan

dengan hembusan udara keluar dari alveoli menuju ke arah keluar.

Dengan demikian vibrasi atau shaking diharapkan akan ikut

menggerakkan juga sekresi kearah yang lebih proximal. Diperlukan

waktu expirasi yang cukup, sehingga vibrasi atau shaking bisa

dilaksanakan dengan optimal. Rongga dada sangat komplain pada

bayi dan anak kecil, jadi vibrasi sangat efektif untuk mengeluarkan

sekresi bila RR sekitar normal (30-40). Bila bayi bernafas lebih dari

60X/mnt maka waktu expirasinya sangat pendek dan sulit untuk

mengaplikasikan vibrasi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan: anak dengan kurang gizi, sakit

liver atau bayi prematur bisa kena penyakit rickets, yang mudah

patah tulangnya. Hati-hati bila melakukan vibrasi

1) Bayi yang sangat prematur kulitnya sangat sensitif, mudah luka.

Mungkin vibrasi bisa membat luka. Vibrasi dan perkusi

mungkin tidak tepat

2) Vibrasi dan perkusi bisa memperparah bronchospasm

c. Postural Drainage
56

Posisi yang paling banyak terkena adalah sisi kanan atas posterior.

Jangan tundukkan kepala bayi preamtur, karena akan meningkakan

tekanan intra kranial. Pada bayi prematur hal tersebut akan beresiko

perdarahan perivetrikular.

5. Standar Operasional Prosedur


Tabel 2.9 Standar Operasional Fisioterapi Dada

Standart Operasional prosedur (SOP)

MELAKUKAN FISIOTERAPI DADA

Pengertian Melakukan tindakan fisioterapi dada dengan cara postural


drainase,perkusi dan vibrasi

Tujuan Meningkatkan efiseiensi pola pernafasan dan


membersihkan jalan nafas
1. Tempat duduk atou kursi
Alat dan bahan 2. Handuk kecil 1 buah
3. Tempat sputum tertutup berisi cairan desinfektan
4. Bengkok
5. Komberisi tissue 1 buah
6. Stetoskop dan spygnomanometer

7. Jam tangan
8. Bantal 2 buah
9. Botol untuk bahan pemeriksaan sputum

Prosedur 1. Lakukan cuci tangan


2. Ucapkan salam dan sebutkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ukur TTV
5. Lakukan auskultasi sesuai dengan bagian dada dan
punggung dan punggung kiri dan kanan untuk
menentukan letak penumpukan secret
6. Anak di posisikan dengan bagian secret yang
terdengar
7. Posisi postural drainage :
- RUL (Right Upper Lung ) = lobus kanan atas paru
Posisi = : Bersandar kebelakang bagian belakang
memeluk bantal dengan sudut 30֯
Clapping : tangan diletakkan Clavikula dan Skapula
kanan

- LUL (Left Upper lung = lobus kiri atas paru )


Posisi : duduk bersandar ke belakang bagian depan
memeluk bantal dengan sudut 30֯
Claping : tangan diletakkan antara Klavikula dan
57

Scapula kiri

- RUL Anterior ( Right upper lung anterior = segmen


kanan atas anterior paru)
posisi : tidur miring dengan telapak tangan kanan
sedikit rotai menjauh dari punggung kea rah dada kiri
sehingga klavikula kanan terangkat
Clapping : sebelah dada atas kanan di bawah
Klavikula antara iga 2 dan ke 4 kiri

- LLL Posterior basal (left lower long posteriorbasal)


posisi: Seperti Tengkurap kepala ke bawah 30֯ kedua
paha di ganjal dengan bantal
Clapping : hanya pada iga kiri Belakang ke 11 dan
12
-RLL posterior basal (right left lung posterior basal )
Posisi : seperti tengkurap kedua tangan di bawah
dada kedua paha di bawa bantal
Clapping : disudut scapula Kanan Bagian bawah
8. Pasang perlak dan alas
9. Pasang handuk di atas dada lateral kemudian tangan
kanan pasien di ke ataskan memegang tempat tidur
10. Perawat melakukan Clapping dengan lembut
didaerah dada lateral 1-2 menit
11. Lakukan vibrasi pada saat akhir inspirasi dan awal
ekspirasi
12. Anjurkan anak untuk batuk efektif dengan cara
menarik nafas 3 kali kemudian batukkan dan dahak
ditampung, bila sputum dan dahak ditampung, bila
sputum akan diperiksa masukan ke botol yang telah
disediakan
13. Setelah selasa posisikan anak senyaman mungkin
14. Cek tanda-tanda Vital
15. Alat-Alat dibereskan
16. Cuci tangan
17. Dokumentasikan jumlah sputum, Warna, Bau, Dan
konsistensi
Bimasena,2016
58

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Studi Kasus untuk

mengeksplorasi gambaran pelaksanaan pemberian Fisioterapi Dada pada

klien Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. Moch Ansari Saleh

Banjarmasin.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian Studi Kasus ini adalah pasien anak umur 1-5

tahun dengan Pneumonia yang mengalami ketidakefektifan jalan nafas di


59

ruang Alexandri RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Pemilihan

responden berdasarkan kriteria atau pertimbangan yang dibuat oleh peneliti.

Kriteria tersebut terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria inklusi yaitu responden:

a. mengalami gangguan bersihan jalan nafas ditandai dengan respirasi

rate (RR) >40x/mnt, pernafasan cuping hidung (PCH) +, serta

retraksi intercostal (RIC) +

b. Kesadaran Baik (Kompos metis).

c. Nadi dan suhu tubuh anak dalam batas normal

d. Orang tua pasien memberikan ijin menjadi responden.

2. Kriteria eksklusi yaitu responden:

a. Pasien dengan Kelainan dinding dada: Fraktur iga, infeksi,

neoplasma, riketsia.

b. Pasien dengan Tension Pneumothoraks.

c. Pasien yang mengalami kelainan yang berhubungan dengan darah:


58
kelainan pembekuan, haemoptisis, perdarahan intrabronkial yang

massif.

d. Pasien dengan Aritmia jantung.

C. Fokus Studi

Pada Penelitian Fokus Studi Kasus ini yaitu Gambaran Pemberian

Fisioterpi Dada Pada Pasien Dengan Pneumonia Di Ruang Alexandri RSUD

Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Dengan usia anak 1-5 tahun.

D. Defenisi Operasional
60

Prosedur Fisioterapi Dada adalah pemberian dalam asuhan keperawatan

dengan gangguan bersihan jalan nafas karena adanya penumpukan

sputum/sekret pada daerah sekitar paru-paru bertujuan untuk meningkatkan

keefektifan jalan nafas.

Pneumonia yang disebabkan terinfeksinya jaringan paru atau alveoli

mengakibatkan jalan napas terganggu karena penumpukan sputum. Apabila

masalah jalan napas tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan

masalah yang lebih berat, seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat

bahkan bias menimbulkan kematian.

E. Instumen Studi Kasus

Pada penelitian ini menggunakan Instrumen yang digunakan adalah observasi

derajat data klien, riwayat penyakit klien, pengkajian, pemeriksaan fisik, dan

data penunjang.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan

data. Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat pengumpulan data

agar dapat memperkuat hasil penelitian. pengumpulan data tersebut antara

lain dapat berupa narasi dan tekstural.

Pada pengumpulan data Studi Kasus ini yaitu disajikan dalam bentuk

narasi (Misalnya: Data Objek : Klien mengatakan terasa sesak untuk

bernafas). Studi Kasus ini untuk mengumpulkan datanya melalui melihat

buku status pasien, observasi dan wawancara dengan pasien atau keluarga

pasien. Studi kasus ini hari pertama melakukan pengkajian untuk

mendapatkan data-data pasien secara menyeluruh, kemudian menentukan


61

masalah yang terjadi pada pasien dan melakukan implementasi keperawatan

yang sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi dalam penelitian Studi Kasus ini yaitu di ruang Alexandri RSUD

Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, penulisan penelitian dilakukan selama

KTI yaitu pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun 2017.

H. Etika Studi Kasus

Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak lain dangan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian, dalam hal ini RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Setelah

dapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dangan menekankan masalah

etika yang meliputi:

1. Informed concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan dilampirkan sebagai hasil penelitian.


62

BAB IV
HASIL DAN PEMAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Hasil
Hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin di Ruang AlexandriNo. III B yaitu Pada Klien

An. A dan Klien An. AR

2. Pengakajian
a. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
Nama An. AR An. A
Umur 6 Bulan 16 Bulan
Agama Islam Islam
Pendidikan - -
Pekerjaan - -
Status Perkawinan - -
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Jln. Kuin Utara RT.03/RT Jl. Tatah Bangkal RT
Banjarmasin 03/01 Banjarmasin
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Tanggal Masuk RS Jumat, 02-Juni-2017 Sabtu, 03-Juni-2017
Tanggal Pengkajian Senin, 05-Juni-2017 Senin, 05-Juni-2017
No. Rekam Medis 2-8-91-xx 2-8-xx-xx
Diagnosa Medis Pneumonia Pneumonia

Penanggung Jawab Tn. R Tn. AR


Umur 30 Tahun 42 Tahun
Pendidikan SMA SMP
Pekerjaan Swasta Swasta
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Banjarmasin Banjarmasin
Hub. Dengan Pasien Ayah Klien Ayah Klien

62
63

b. Riwayat Kesehatan Klien


Rawayat Penyakit Klien 1 Klien 2
Keluhan Utama Pada Saat Pengkajian Pada Pada saat pengkajian
Hari Senin,05 Juni 2017 pada hari senin, 05 juni
Pukul 11.00 WITA 2017 pukul 13.00 WITA
Keluarga Klien Keluarga Klien
Mengatakan Klien, batuk Mengatakan badan klien
pilek dan sesak nafas panas dan batuk serta
sesak nafas

Riwayat Penyakit Keluaraga Klien Kelurga klien


Sekarang mengatakan 3 hari sebelum mengatakan 3 hari
masuk RS kondisi klien sebelum masuk RS
batuk pilek dan tampak kondisi klien batuk dan
sesak akhirnya pada hari sesak sehingga pada hari
jumat, 02 Juni 2017 sabtu, 3 juni 2017 orang
meluarga Klien tua klien membawa ke
membawanya ke RSUD RSUD Dr. Moch. Ansari
Dr. Moch Ansari Saleh Saleh Banjarmasin untuk
Banjarmasin untuk memeriksa kesehatannya
memeriksa kesehatannya dan dirawat di ruang
dan dirawat Inap Di ruang Alexandri No. 3 B
Alexandri No. 3 B

Riwayat Penyakit Keluarga Klien Keluarga Klien


Dahulu mengatakan Sebelumnya mengatakan Sebelumnya
klien pernah mengalami Klien belum pernah
Penyakit yang sama mengalami penyakit
dengan Penyakit yang yang sama dengan
dialaminya sekarang dan sekarang yang
dirawat inap di rumah sakit dideritanya, dan klien
belum pernah masuk dan
dirawat inap di Rumah
Sakit
Riwayat Penyakit Keluarga Klien Keluarga klien
Keluarga
mengatakan di dalam mengatakan di dalam
keluarganya pernah ada keluarganya tidak pernah
mengalami Penyakit mengalami Penyakit
64

Pneumonia apabila dalam Pneumonia. Apabila


keluarga ada yang sakit dalam keluarga ada yang
biasanya membeli obat ke sakit biasanya membeli
toko obat atau ke obat ke toko obat
puskesmas terdekat dan di terdekat atau puskesmas
dalam keluarga tidak ada dan di dalam Keluarga
yang menderita penyakit tidak ada yang menderita
Keturunan atau menular penyakit keturunan
lainnya Seperti Hipertensi, Menular Lainnya Seperti
Hepatitis, Asma dan TBC Hipertensi, Hepatitis,
Asma ,TBC dan DM

Gambar 4.1 Genogram Klien An. A (16 bulan)

Gambar 4.2 Genogram Klien An. AR (6 bulan)


65

Keterangan :

: Laki-laki : Penderita/Klien

: Perempuan ------- : Tinggal dalam serumah

: Meninggal

c. Riwayat Anak
Masa Anak Klien I Klien 2
1. Masa Prenatal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
selama masa selama masa
kehamilan, ibu klien kehamilan, ibu klien
rajin memeriksakan rajin memeriksakan
kehamilannya ke kehamilannya ke
Puskesmas sebanyak 4 Puskesmas sebanyak 4
– 5 × dan tidak ada -5 × dan tidak ada
kelaianan-kelaianan kelaianan-kelaianan
dalam kehamilan. dalam kehamilan.

2. Masa Intranatal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


klien dilahirkan di klien dilahirkan di
rumah dengan bantuan rumah dengan bantuan
bidan puskesmas bidan puskesmas
dengan masa dengan masa
kehamilan 9 bulan 4 kehamilan 9 bulan 2
hari dengan persalinan hari dengan persalinan
normal, tidak ada normal, tidak ada
kesulitan dalam kesulitan dalam
persalinan dan tidak persalinan dan tidak
ada komplikasi. ada komplikasi.

3. Masa Post Natal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


berat badan klien berat badan klien
waktu lahir sekitar waktu lahir sekitar
3.300 kg panjang 3.100 kg panjang
badan sekitar 51 cm badan sekitar 50 cm
dalam keadaan sehat dalam keadaan sehat
dank lien lahir dank lien lahir
langsung menangis langsung menangis
66

d. Pengetahuan Orang Tua


Pengetahuan orang Klien 1 Klien 2
tua
Tentang makanan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sehat tahu tentang makanan tahu tentang makanan
sehat seperti makanan sehat seperti makanan
yang mengandung yang mengandung
empat sehat lima empat sehat lima
sempurna. Dan ibu klien sempurna. Dan ibu klien
mengatakan anaknya mengatakan anaknya
diberi makanan melalui diberi makanan yang
ASI bergizi seperti nasi, lauk
pauk, dan sayur

Tentang personal Ibu klien mengatakan anaknya


Ib Ibu klien mengatakan
hygiene mandi 2×/hari, dan potong anaknya mandi 2×/hari,
kuku 1×/minggu. dan potong kuku
1×/minggu.

Tentang penyakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


anak tidak tahu penyakit tahu anaknya terkena
Pneumonia tetapi penyakit Pneumonia
kurang mengetahui tetapi kurang
secara keseluruhan mengetahui secara
tentang pengertian dari keseluruhan tentang
penyakit tersebut. Ibu pengertian dari penyakit
klien hanya mengetahui tersebut. Ibu klien hanya
anaknya batuk dan sesak mengetahui anaknya
nafas. Orang tua klien mengalami batuk dan
kurang mengetahui sesak nafas. Orang tua
tentang penyebab pasti klien kurang mengetahui
dari penyakit tersebu,. tentang penyebab pasti
dari penyakit tersebut.

e. Imunisasi

Catatan Pemberian Imunisasi Bayi Umur 0 Sampai Sebelum 1 tahun

Umur/Bulan Jenis Imunisasi Klien 1 Klien 2

0-11 Bulan BCG Sudah diberikan Sudah diberikan


2-11 Bulan DPT Sudah diberikan Sudah diberikan
0-11 Bulan Polio Sudah diberikan Sudah diberikan
9-11 Bulan Campak Sudah diberikan Belum diberikan
0-11 Bulan Hepatitis B Sudah diberikan Sudah diberikan
67

f. Pertumbuhan dan perkembangan anak


Pertumbuhan Fisik Klien 1 Klien 2
Berat Badan Ibu klien mengatakan berat Ibu klien mengatakan berat
badannya saat lahir sekitar badannya saat lahir sekitar
3.300 kg dan berat badannya 3.100 kg dan berat
sebelum masuk rumah sakit badannya sebelum masuk
yaitu, 7 kg Berdasarkan rumah sakit yaitu, 10 kg
penimbanagan berat badan Berdasarkan penimbanagan
pada hari senin, 05 juni 2017 berat badan pada hari senin,
jam 11.00 WITA berat badan 05 juni 2017 jam 13.00
klien normal 6,5 kg sesuai WITA berat badan klien
umur klien normal 10 kg sesuai umur
klien

Tinggi Badan Ibu klien mengatakan tinggi Ibu klien mengatakan tinggi

badan anaknya saat lahir badan anaknya saat lahir

sekitar 51 cm. Berdasarkan sekitar 50 cm. Berdasarkan

hasil pengukuran tinggi hasil pengukuran tinggi

badan klien pada hari senin, badan klien pada hari selasa,

05 Juni 2017 jam 11.05 05 Juni 2017 jam 13.05

WITA tinggi badan klien WITA tinggi badan klien

yaitu 55 cm. yaitu 78 cm.

Ibu klien mengatakan waktu Ibu klien mengatakan waktu


tumbuh gigi pada anaknya tumbuh gigi pada anaknya
yaitu berumur 6 bulan. yaitu berumur 6 bulan.

Waktu Tumbuh Gigi Ibu klien mengatakan waktu Ibu klien mengatakan
tumbuh gigi klien yaitu pada waktu
umur 6 bulan tumbuh gigi klien yaitu
pada
umur 6 bulan
Perkembangan Tiap Klien 1 Klien 2
Tahap
Berguling Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien
bisa berguling pada umur 3,5 bisa berguling pada umur
bulan 3,5 bulan

Duduk Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


masih belum bisa duduk bisa duduk pada umur 9
secara mandiri klien masih bulan
berumur 6 bulan

Merangkak Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


masih belum bisa merangkak bisa merangkak pada umur
umur klien masih 6 bulan 10 bulan
68

Berdiri Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


masih belum bisa berdiri bias berdiri pada umur 11
secara mandiri umur klien bulan
masih 6 bulan

Berjalan Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien


masih belum bisa berdiri bias berdiri pada umur 12
umur klien masih 6 bulan bulan

Bicara Pertama Kali Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien
masih belum bisa berbicara bias berbicara pertama kali
pertama kali umur klien pada umur 12 bulan
masih 6 bulan

Tingkat Perkembangan Klien 1 Klien 2


Menggunakan DDST (0-6)
Motorik Kasar Orang tua klien Orang tua klien
mengatakan umur klien mengatakan klien isa
masih 6 bulan, klien melompat walaupun tidak
dapat tengkurap dan jauh dan bisa berdiri
berguling. dengan satu kaki dalam
waktu dua detik

Motorik Halus Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Klien bisa memegang Klien bisa memegang
dan menggenggam benda maianan dan alat tulis
mainannya

Bahasa Ibu Klien mengatakan Ibu Klien mengatakan


klien belum bisa klien paham apa yang
berbicara dan belum diperintahkan oleh orang
paham apa yang tuannya atau perawat
diperintahkan umur klien seperti makan dan minum
masih 6 bulan

Personal sosial Klien masih belum Klien mampu berinteraksi


mampu berinteraksi dengan keluarga, orang
dengan keluarga, umur tua klien mengatakan
klien masih 6 bulan klien masih belum bisa
seperti menggosok gigi,
mandi dll secara mandiri.

g. Riwayat Nutrisi
Riwayat Nutrisi Klien 1 Klien 2
Pemberian ASI Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan pertama
pertama kali diberikan ASI kali diberikan ASI saat lahir 2
saat lahir 2 jam setelah jam setelah melahirkan,
melahirkan, waktu dan cara waktu dan cara pemberian
pemberian tidak menentu, tidak menentu, jumlah
jumlah pemberian tergantung pemberian tergantung dengan
dengan kebutuhan bayi, ASI kebutuhan bayi, ASI
diberikan sampai usia saat ini diberikan sampai usia 1 tahun
69

(6 bulan). 4 bulan.

Pemberian - Pertama diberikan pada - Pertama diberikan pada


makanan umur 5 bulan umur 5 bulan
tambahan - Jenis : Bubur TIM - Jenis : Bubur TIM

Pola perubahan Usia 0 - 5 bulan Usia 0 - 5 bulan


nutrisi tahapan - ASI - ASI
usia sampai Usia saat ini 6 bulan Usia 5 - 12 bulan
nutrisi saat ini - ASI + Bubur TIM - ASI + Bubur TIM
Usia > 1 tahunNasi lengkap

h. Riwayat Hospitalisasi
Riwayat Hospitalisai Klien 1 Klien 2
Pemahaman keluarga Orang tua klien Orang tua klien
tentang sakit dan rawat mengatakan membawa mengatakan membawa
inap anaknya kerumah sakit anaknya kerumah sakit
karena anaknya butuh karena anaknya butuh
pertolongan segera karena pertolongan segera karena
badan anaknya panas naik badan anaknya panas naik
turun, dan tidak turun, dan tidak
mengetahui penyakit apa mengetahui penyakit apa
yang diderita pada yang diderita pada
anaknya hingga harus anaknya hingga harus
dirawat inap, orang tua dirawat inap, orang tua
klien berharap penyakit klien berharap penyakit
yang diderita pada yang diderita pada
anaknya agar segera cepat anaknya agar segera cepat
sembuh dan dapat sembuh dan dapat
berkumpul bersama berkumpul bersama
dirumah dirumah
Pemahaman anak tentang Pada saat pengkajian klien Pada saat pengkajian
sakit dan rawat inap tampak lemah, tidak dapat reaksi anak tampak kurang
bermain seperti biasanya ceria, klien tampak lemah,
di rumah karena kondisi tidak dapat bermain
kesehatannya yang sedang seperti biasanya di rumah
dirawat inap di rumah karena kondisi
sakit dan umur klien kesehatannya yang sedang
masih 6 bulan dirawat inap di rumah
sakit dan tidak terbiasa
dengan lingkungan sekitar
70

i. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


Observasi Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Klien tampak lemah Klien tampak lemah
Suhu 36.0 ºC 38,4ºC
Nadi 84 x /Menit 129 x/Menit
Tekanan Darah - -
Respirasi 42 x/Menit 44 x/Menit
GCS E : Membuka mata secara E : Membuka mata seacara
spontan spontan
V : Berorientasi baik V : Berorientasi baik
M : Mengikuti perintah M : Mengikuti perintah
Skor GCS = 15 Skor GCS = 15
(Composmentis) (Composmentis)
Antropometri Tinggi badan 58 Cm Tinggi badan 62 Cm

Berat badan 6,5 Kg Berat badan 10 Kg

Kepala dan Leher Kebersihan kepala dan Kebersihan kepala dan leher
leher tampak bersih, warna tampak bersih, warna rambut
rambut hitam, kepala tidak hitam, kepala tidak ada
ada benjolan, tidak lesi, benjolan, tidak lesi, tidak
tidak teraba massa kepala, teraba massa kepala, tidak
tidak ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, pergerakan
pergerakan leher dapat leher dapat menoleh ke kiri
menoleh ke kiri dan ke dan ke kanan, tidak ada
kanan, tidak ada pembengkakan kelenjar
pembengkakan kelenjar tyroid.
tyroid.
Mata (Penglihatan) Mata klien tampak bersih, Mata klien tampak bersih,
mata simetris antara kiri mata simetris antara kiri dan
dan kanan, sklera tidak kanan, sklera tidak ikterik,
ikterik, konjungtiva konjungtiva anemis, refleks
anemis, refleks pupil pupil normal isokor, tidak
normal isokor, tidak strabismus, fungsi
strabismus, fungsi penglihatan baik (Klien
penglihatan baik (Klien masih dapat melihat tulisan,
dapat melihat, benda dan benda dan lambaian tangan
lambaian tangan dalam dalam jarak ± 3 meter, klien
jarak ± 2 meter, klien tidak tidak menggunakan alat
menggunakan alat bantu bantu penglihatan (kaca
71

penglihatan (kaca mata), mata), tidak tampak


tidak tampak peradangan peradangan dan perdarahan
dan perdarahan pada mata. pada mata.

Telinga /Pendengaran Kebersihan telinga Kebersihan telinga


Klien tampak bersih, Klien tampak bersih, bentuk
bentuk simetris antara kiri simetris antara kiri dan
dan kanan, fungsi kanan, fungsi pendengaran
pendengaran baik (ketika baik (ketika dipanggil
dipanggil langsung langsung menoleh), tidak
menoleh), tidak ada cairan ada cairan yang keluar, tidak
yang keluar, tidak ada ada peradangan dan
peradangan dan perdarahan, klien tidak
perdarahan, klien tidak menggunakan alat bantu
menggunakan alat bantu pendengaran.
pendengaran.
Kebersihan hidung klien
Hidung (Penciuman) Kebersihan hidung klien
tampak bersih, bentuk
tampak bersih, bentuk
simetris kiri dan kanan,
simetris kiri dan kanan,
fungsi penciuman baik
tidak ada pembesaran
(dapat membedakan antara
masa, tidak ada polip dan
bau minyak angin dan
tampak ada pernapasan
parfum), tidak ada
cuping hidung tidak ada
pembesaran masa, tidak ada
kelainan pada hidung.
polip dan tidak ada
Tampak terpasang oksigen
pernapasan cuping hidung
2 liter/menit, nasal kanul.
serta kelainan pada hidung.
Tampak terpasang oksigen 2
liter/menit, nasal kanul.

Mulut (Pengecapan) Kebersihan mulut Klien Kebersihan mulut Klien


tampak bersih, bentuk tampak bersih, bentuk
normal, tidak terdapat normal, tidak terdapat
peradangan maupun lesi peradangan maupun lesi
pada mukosa mulut, pada mukosa mulut, mukosa
mukosa bibir kering dan bibir kering dan fungsi
tidak ada kelainan pada pengecapan baik (dapat
mulut membedakan rasa manis dan
asam).
72

Dada (Pernafasan) I -Dada klien I -Dada klien tampakBersih,


tampakBersih, bentuk bentuk simetris, irama
simetris, irama nafas nafas tidak teratur, tampak
tidak teratur, tampak ada ada penggunaan otot bantu
penggunaan otot bantu nafas, pernafasan dangkal,
nafas, pernafasan respirasi 44 x/menit
dangkal, respirasi 42 P -Taktil premitus normal,
x/menit tidak ada nyeri tekan
P -Taktil premitus normal, P- Terdapat penumpukan
tidak ada nyeri tekan skret, suara sonor
P- Terdapat penumpukan A-Terdengar suara paru
skret, suara sonor ronchi
A-Terdengar suara paru
I - Abdomen tampakbersih,
ronchi
Abdomen
bentuk simetris, tidak
I-Abdomen tampak bersih, terdapat lesi, memar
bentuk simetris, tidak A - Bising usus normal 10
terdapat lesi, memar x/menit
A-Bising usus normal 9 x P-Bunyi terdengar timpani
/menit P- Tidak ada nyeri tekan,
P-Bunyi terdengar timpani kekakuan dan masa serta
P-Tidak ada nyeri tekan, pembesaran hepar
kekakuan dan masa serta
Kulit klien tampak bersih,
pembesaran hepar
Kulit tidak ada luka, turgor kulit
Kulit klien tampak bersih, baik dapat kembali < 2 detik,
tidak ada luka, turgor kulit tidak terdapat sianosis,
baik dapat kembali < 2 integritas kulit normal, kulit
detik, tidak terdapat lembab dan tidak ada
sianosis, integritas kulit peradangan dan perdarahan
normal, kulit lembab dan akral terapa panas
tidak ada peradangan dan
Ekstremitas atas dan bawah
perdarahan
Ekstremitas atas dan tampak bersih, tidak ada
bawah Ekstremitas atas dan fraktur, tidak ada luka,tidak
bawah tampak bersih, ada kontraktur, rentang
tidak ada fraktur, tidak ada
pergerakan bebas pada
luka, tidak ada kontraktur,
rentang pergerakan bebas ekstremitas bawah dan atas
pada ekstremitas bawah Keluarga klien mengatakan
dan atas
73

Genetalia tidak ada masalah pada


Ibu klien mengatakan tidak
daerah genetalia
ada masalah pada daerah
genetalia

Pemeriksaan Fisik (6B) Klien 1 Klien 2


B1. Pemeriksaan paru, inspeksi Pemeriksaan paru,
Breathing(Pernafasan)
pengembangan dada kanan inspeksi pengembangan
dan kiri simteris, tidak ada dada kanan dan kiri
retraksi dinding dada, simteris, tidak ada retraksi
tampak ada otot bantu dinding dada, tampak ada
pernafasan, irama nafas otot bantu pernafasan,
tidak teratur,pernafasan irama nafas tidak
dangkal palpasi : premitus teratur,pernafasan dangkal
taktil kanan dan kiri sama, palpasi : premitus taktil
tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri sama, tidak
perkusi : terdengar sonor , ada nyeri tekan perkusi :
Auskultasi : terdengar terdengar sonor ,
ronchi, respirasi 42 x/m Auskultasi : terdengar
ronchi, respirasi 44 x/m

B2. Bleeding Inspeksi : Inspeksi :


(Kardiovaskuler) Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
dada sebelah kiri dada sebelah kiri
Perkusi : Perkusi :
Suara jantung terdengar Suara jantung terdengar
redup tidak ada nyeri dada, redup tidak ada nyeri
tidak ada bunyi jantung dada, tidak ada bunyi
tambahan jantung tambahan
Auskultasi : Auskultasi :
Nada S1 S2 dan lup dup Nada S1 S2 dan lup dup

B3. Brain -mata (penglihatan) - mata (penglihatan)

(Persyarafan) Gerakan bola mata dan ke Gerakan bola mata dan


lopak mata simetris, konj kelopak mata simetris,

ungtiva tidakanemis, sekl konjungtiva tampak


74

era tidak ikterik, pupil be anemis, seklera putih,


reaksi terhadap cahaya pupil bereaksi terhadap
(isokor), tidak mengguna cahaya, tidak
kan alat bantu penglihata menggunakan alat bantu
n penglihatan.
-Telinga (Pendengaran) -Telinga (Pendengaran)
Bentuk simetris kiri dan Bentuk simetris kiri dan
kanan, tidak ada peradang kanan, tidak ada
gan dan perdarahan,fungsi peradangan dan
penderangan cukup baik perdarahan,fungsi
(dapat merespon panggila penderangan cukup baik
n) (dapat merespon
panggilan)
-Hidung (penciuman) -Hidung (penciuman)
Tampak bersih, tidak ada Penciuman cukup baik
skret, tidak ada peradangan (dapat membedakan bau-
atau perdarahan serta bauan, tidak ada skret,
pembesaran mukosa dan tidak ada peradangan atau
polip, kesdaran perdarahan serta
Composmentis. pembesaran mukosa dan
polip, kesdaran
Composmentis.

B4. Bladder Kebersihan cukup bersih, Kebersihan cukup bersih,


(Perkemihan) bentuk alat kelamin bentuk alat kelamin
normal, produksi urin normal, produksi urin
normal, BAK tidak normal, BAK tidak
menentu (Klien menentu (Klien
menggunakan pempres) menggunakan pempres)
,tidak ada keluhan nyeri

B5. Bowel Nafsu makan cukup baik, Nafsu makan cukup baik,
(Pencernaan) pemerian ASI, mukosa porsi makan ½, mukosa
bibir tampak kering, bising bibir tampak kering,
usus 12x/m, nyeri dan bising usus 12 x/m, nyeri
distensi abdomen tidak ada dan distensi abdomen
tidak ada
B6. Bone
(muskuloskeletal/ Kemampuan pergerakan Kemampuan pergerakan
75

integument) sendi pada ektremitas atas sendi pada ektremitas atas


dan bawah kiri dan dan bawah kiri dan kanan
kanantidak ada kelainan, tidak ada kelaianan, tubuh
tubuh tampak lemah. tampah lemah

j. Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2

Pola manajemen Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


kesehatan klien masih berumur 6 klien masih berumur 16
bulan dan masih dalam bulan pola makan klien
tahap pemberian ASI + nasi, sayur dan lauk pauk
Bubur TIM

Pola Nutrisi Dirumah : Dirumah :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


klien masih berumur 6 ketika dirumah klien
bulan ketika dirumah makan 3 x/hari, dengan
kebutuhan makan teratur, nasi ditambah lauk pauk
klien masih diberikan ASI dan sayur, serta makan
tidak ada keluhan dalam tambahan lainnya seperti
pola makan klien. Klien kue, tidak ada keluhan
minum air putih sebanyak dalam pola makan klien.
± ½ gelas sedang Klien minum air putih
sebanyak 2-3 gelas sedang
dan minum susu formula.

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


selama perawatan dirumah selama perawatan dirumah
sakit nafsu makan klien sakit nafsu makan klien
baik, klien diberikan ASI baik, kebutuhan makan
klien yaitu pemberian
susu formula

Pola Eliminasi Di rumah : Di rumah :


76

Ibu klien mengatakan saat Ibu klien mengatakan saat


di rumah klien BAB 3-4 di rumah klien BAB 2-3
x/hari dengan konsistensi x/hari dengan konsistensi
lembek berwarna kuning lembek berwar na kuning
kecoklatan dan berbau kecoklatan dan berbau
khas, tidak terdapat lendir, khas, tidak terdapat lendir,
klien BAK kurang lebih 4- klien BAK kurang lebih 4-
5 x /hari klien menggunak 5 x/hari berbau khas dan
an diapres berbau khas tidak ada keluhan saat
tidak ada masalah pada BAB dan BAK. Klien
saat BAB dan BAK. menggunakan diapres

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Ibu klien mengtakan saat Ibu klien mengtakan saat


dirawat dirawat di rumah dirawat dirawat di rumah
sakit Klien masih belum sakit untuk BAB 2-3 x /
bisa untuk BAB dan untuk hari dan untuk BAK Klien
BAK Klien kurang lebih kurang lebih 5-6 x/hari
3-4 x/hari klien klien menggunakan
menggunakan diapers diapers

Pola istirahat-tidur Di rumah : Di rumah :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


waktu tidur klien untuk waktu tidur klien untuk
siang hari tidak menentu, siang hari tidak menentu,
klien tidur sekitar 2-3 jam, klien tidur sekitar 2-3 jam,
kualitas tidur nyenyak kualitas tidur nyenyak
tidak ada keluhan pada tidak ada keluhan pada
saat tidur dan untuk saat tidur dan untuk
malam hari klien tidur malam hari klien tidur
tidak menentu, klien tidur tidak menentu, klien tidur
sekitar 9-10 jam, kualitas sekitar 9-10 jam, kualitas
tidur kurang nyenyak dan tidur kurang nyenyak dan
tidak ada keluhan saat tidak ada keluhan saat
tidur tidur

Di rumah Sakit : Di rumah Sakit :


77

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


waktu tidur klien untuk waktu tidur klien untuk
siang hari tidak menentu, siang hari tidak menentu,
klien tidur sekitar 4-5 jam, klien tidur sekitar 3-4 jam,
kualitas tidur nyenyak kualitas tidur nyenyak
tidak ada keluhan pada tidak ada keluhan pada
saat tidur dan untuk saat tidur dan untuk
malam hari klien tidur malam hari klien tidur
tidak menentu, klien tidur tidak menentu, klien tidur
sekitar 11-12 jam, kualitas sekitar 10-11 jam, kualitas
tidur nyeyak dan tidak ada tidur nyeyak dan tidak ada
keluhan saat tidur keluhan saat tidur

Pola aktivitas dan latihan Di rumah : Di rumah :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Klien masih berumur 6 aktivitas klien yaitu
bulan aktivitas klien yaitu bermain bersama keluarga
bermain bersama orang terkadang dengan tema-
tua dan keluarga serta teman sekitar rumah,
semua aktivitas klien namun kebutuhan
masih dalam bantuan aktivitas klien masih
orang tuanya dalam bantuan orang tua/

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


klien masih berumur 6 selama dirawat di RS,
bulan selama dirawat di aktivitas Klien hanya
RS, aktivitas Klien hanya berbaring di tempat tidur,
berbaring di tempat tidur, semua kebutuhan
semua kebutuhan perawatan diri Klien
perawatan diri Klien dibantu oleh kelurganya,
dibantu oleh kelurganya, klien masih lemah untuk
klien masih lemah untuk bergerakdan beraktivitas
bergerakdan beraktivitas

Pola persepsi kognitif Keluarga klien Keluarga klien


78

mengatakan sangat cemas mengatakan sangat cemas


klien merupakan seorang klien merupakan seorang
anak yang masih berumur anak yang masih berumur
6 bulan, klien mash belum 16 bulan, klien mash
mengetahui bahwa dia belum mengetahui bahwa
menderita penyakit dia menderita penyakit
Pneumonia dan orang tua Pneumonia dan orang tua
klien yakin bahwa klien yakin bahwa
penyakit yang dialaminya penyakit yang dialaminya
pada anaknya akan sembuh pada anaknya akan
sembuh

Pola persepsi Konsep Diri Konsep Diri


terhadapdiri
Di Rumah : Di Rumah :

Keluarga klien Keluarga klien mengataka


mengatakan klien masih n klien masih berumur 16
berumur 6 bulan di rumah bulan di rumah klien
klien berprilaku sebagai berperilaku sebagai sorang
anak yang masih dalam anak yang masih dalam
pengasuhan orang tuanya pengasuhan orang tuanya

Di Rumah Sakit : Di Rumah Sakit :

- Body Image : - Body Image :


Klien masih berumur 6 Klien masih berumur 16
bulan masih dalam bulan dan masih dalam
perawatan perawatan

-Identitas Diri -Identitas Diri


Klien seorang anak Klien seorang anak
berumur 6 bulan berumur 16 bulan

-Peran diri -Peran diri


Klien masih berumur 6 Klien masih berumur 16
bulan dan masih dalam bulan dan masih dalam
perawatan perawatan

-Harga diri -Harga diri


Klien berumur 6 bulan Klien masih berumur 16
79

masih dalam perawatan bulan dan Klien tampak


sedih dan banyak diam

-Aktualisasi diri -Aktualisasi diri


Klien masih berumur 6 Klien masih berumur 16
bulan dan dalam perawatan bulan dan dalam perawata
n klien dapat berinteraksi
dengan keluarga

Pola Hubungan-Peran Klien merupakan seorang Klien merupakan seorang


anak berumur 6 bulan anak berumur 16 bulan
orang yang paling dekat orang yang paling dekat
dengan Klien adalah kedua dengan Klien adalah kedua
orang tuannya orang tuannya

Pola Seksual Klien merupakan seorang Klien merupakan seorang


anak laki-laki yang masih anak laki-laki yang masih
berumur 6 bulan berumur 16 bulan

Pola Stress-Koping Keluarga klien mengataka Keluarga klien mengataka


n klien sering rewel dan n klien sering rewel dan
menangis ketika masih menangis ketika masih
dalam peraatannya dengan dalam peraatannya dengan
kondisi penyakit yang kondisi penyakit yang
dideritanya saat ini dideritanya saat ini

Pola Kepercayaan dan


Klien beragama islam sesuai Klien beragama islam
keyakinan dengan agama yang dianut sesuai dengan agama yang
oleh orang tuanya. Klien dianut oleh orang tuanya.
masih berumur 6 bulan. Klien masih berumur 16
Keluarga klien bulan. Keluarga klien
mengatakan hanya bisa mengatakan hanya bisa
berdo’a kepada Tuhan berdo’a kepada Tuhan
Yang Maha Esa semoga Yang Maha Esa semoga
anaknya diberikan anaknya diberikan
kesehatan, cepat sembuh kesehatan, cepat sembuh
dari penyakit yang dari penyakit yang
dideritanya saat ini dan dideritanya saat ini dan
dapat pulang berkumpul dapat pulang berkumpul
80

bersama dirumah bersama dirumah

Data Psiko-sosial- Klien 1 Klien 2


Spiritul
1. Riwayat Psikologis Orang tua klien Orang tua klien
mengatakan supaya mengatakan supaya
anaknya cepat sembuh dan anaknya cepat sembuh dan
bisa bermain serta bisa bermain serta
berkumpul lagi bersama berkumpul lagi bersama
keluarga keluarga

2. Data Sosial Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan klien mengatakan klien
merupakan anak pertama merupakan anak ketiga
dari pasangan Tn R dengan dari tiga bersaudara
Ny. S yang hubungannya pasangan dari Tn AR
baik dengan anggota dengan Ny. N yang
keluarga lainnya hubungannya baik dengan
anggota keluarga lainnya

3. Data Spiritual Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan beragama mengatakan beragama
islam, orang tua klien islam, orang tua klien
selalu berdoa agar anaknya selalu berdoa agar
cepat sembuh sehingga anaknya cepat sembuh
dapat berkumpul dan sehingga dapat berkumpul
bermaian kembali dan bermaian kembali

k. Hasil pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
81

Hematologi Klien 1 Klien 2


Hemoglobin 12,9 12,4 12,0- 14,0 (p) g/dl
13,0 -16,0
(L)
Hematokrit *38,1 *36.6 %
40-50 (P)
Jumlah Leukosit 7.45 45- 55 (L)
7.42 10³/ul
Jumlah Trombosit *544 *553 5,0 – 10,0 Juta/ul
Eritrosit 52 50 150 - 400 Juta/ul
4,0 – 5,0 (P)
Nilai-nilai MC 4,5 – 5,5 (L)
MCV *L75 fl
*L,77
MCH *26 *24 82.0-96.0 Pg
MCHC 34 36 27.0-31.0 g/dl
32.0-36.0
Hitungan Jenis
Basofil 0,1 0,1 %
Eosinifil *0,4 *0,4 0,0 – 1,0 %
Neutrofil segnen *92.7 *83.6 1,0 – 3,0
40
%
Limfosit 40 50,0 – 70,0
%
Monosit 2.8 2.6 20,0 – 40,0
2,0 – 8,0
%
Kimia Klinik
Natrium 139 139 mmol/l
Kalium 4.1 4.1 135 – 146 mmol/l
Glukosa darah sewaktu 98 94 3,4 – 5,4 mg/dl
<200

l. Pengobatan
Pengobatan
Klien 1 Klien 2
1. Injeksi 1. Injeksi
- Cefotaxin :200 mg Intrvena - Cefotaxin : 400 mg Intrvena
- Antrain :100 mg Intravena - Antrain :125 mg Intravena
- Kalmetasone: 2,5 mgIntravena - Kalmetasone 2,5 mgIntraV
2. Nebulizer 2. Nebulizer
- Ventolin : ½ respul - Ventolin : ½ respul
(Inhalasi) Nacl 0,9 % 2cc (Inhalasi) Nacl 0,9 % 2 cc
3. Oksigen 3. Oksigen
2 liter permenit mengunakan 2 liter permenit mengunakan
nasal kanul nasal kanul
4. Dext : 5 % ¼ Ns 4. Dext : 5 % ¼ Ns
Inf. Dext : 0.225 Ns Inf : 0,225 Ns

3. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
82

Klien 1
Data Subyektif : Jamur,virus,bakteri,protozoa Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Orang tua klien Masuk ke alveoli
mengatakan anaknya sering
batuk Kuman berlebihan di bronkus

Data Obyektif : Peradangan


1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak batuk Akumulasi skret di bronkus
3. Saat diauskultasi
terdengar ronchi Bersihan jalan nafas

4. Vital Sign
TD -
N 84 x/m
R 42 x/m
T 36,0ºC
GCS Skor 15 kesadaran
Composmentis

Data Subyektif : Jamur,virus,bakteri,protozoa Pola nafas tidak


efektif
Orang tua klien Masuk ke alveoli
mengatakan anaknya sesak
nafas Akumulasi skret di bronkus

Data Obyektif Peradangan


1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak sesak Mukus di bronkus meningkat
3. Respirasi 42 x/m
4. Tampak otot bantu Suplai O2 menurun
pernafasan
5. Tampak nafas cuping Hiperventilasi
hidung
6. Terpasang oksigen Gangguan pola nafas
nasal kanul 2 liter/m

Data Subjektif Kondisi kesehatan anak Ansietas

Orang tua klien Peningkatan frekuensi


mengatakan sangat cemas penafasan dan sesak
terhadap kesehatan anaknya
Ancaman kehidupan
Data Objektif Kecemasan orang tua
1. Ekspresi wajah orang
tua tampak cemas
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang
kondisi anaknya

Data Subjektif : Proses penyakit Defisit Pengetahuan


83

Orang tua klien mengataka Terjadinya peningkatan


n tidak mengetahui peyakit penafasan dan sesak nafas
yang diderita anaknya
Kurangnya terpajan informasi
sekarang, orang tua klien
hanya mengetahui anaknya Kurang pengetahuan
sakit batuk dan sesak nafas

Data Objektif
1. Orang tua klien tampak
bingung
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang
masalah penyakit yang
diderita pada anaknya

Klien 2
Data Subyektif : Jamur,virus,bakteri,protozoa Ketidakefektifan
Keluarga klien mengatakan bersihan jalan nafas
anaknya sering batuk Masuk ke alveoli

Kuman berlebihan di bronkus


Data Obyektif :
1. Klien tampak lemah Peradangan
2. Klien tampak batuk
3. Saat diauskultasi Akumulasi skret di bronkus
terdengar ronchi
4. Vital Sign Bersihan jalan nafas
TD-
N - 129 x/m
R - 44 x/m
T - 38,4ºC
Data Subjektif Jamur,virus,bakteri,protozoa Pola nafas tidak
efektif
Orang tua klien Masuk ke alveoli
mengatakan anaknya sesak
Akumulasi skret di bronkus
nafas
Peradangan
Data Onjektif
1. Klien tampak lemah Mukus di bronkus meningkat
2. Klien tampak sesak
3. Respirasi meningkat 44 Suplai O2 menurun
x/m
Hiperventilasi
4. Tampak otot bantu
pernafasan Gangguan pola nafas
5. Tampak nafas cuping
hidung
6. Terpasang oksigen
nasal kanul 2 liter/m

Data Subyektif : Jamur,virus,bakteri,protozoa Hipertermi


84

Orang tua klien Masuk ke alveoli


mengatakan badan anaknya
panas Infeksi saluran pernafasan
bawah
Data Obyektif : Merangsang hipotalamus

1. Klien tampak lemah Peningkatan suhu tubuh


2. Klien tampak demam
3. Suhu tubuh di atas
batas normal 38.4ºC
4. Akral teraba panas

Data Subjektif Kondisi kesehatan anak Ansietas

Orang tua klien Peningkatan frekuensi


mengatakan sangat cemas penafasan dan sesak
terhadap kesehatan anaknya
Ancaman Kehidupan
Data Objektif Kecemasan orang tua
1. Ekspresi wajah orang
tua tampak gelisah
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang
kondisi anaknya

Data Subjektif : Proses penyakit Defisit Pengetahuan

Orang tua klien mengataka Terjadinya peningkatan


n tidak mengetahui peyakit penafasan dan sesak nafas
yang diderita anaknya
Kurangnya terpajan informasi
sekarang, orang tua klien
hanya mengetahui anaknya Kurang pengetahuan
sakit batuk dan sesak nafas

Data Objektif
1. Orang tua klien tampak
bingung
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang
masalah penyakit yang
diderita pada anaknya

4. Diagnosis Keperawatan
Data Problem Etiologi
85

Klien 1
Data Subyektif : Ketidakefektifan Jamur,virus,bakteri,protozoa
bersihan jalan nafas
Orang tua klien mengatakan Masuk ke alveoli
anaknya sering batuk
Kuman berlebihan di
Data Obyektif : bronkus
1. Klien tampak lemah Peradangan
2. Klien tampak batuk
3. Saat diauskultasi terdengar Akumulasi skret di bronkus
ronchi
4. Vital Sign Bersihan jalan nafas
TD-
N 84 x/m
R 42 x/m
T 36,0ºC
GCS Skor 15 kesadaran
Composmentis

Data Subjektif : Pola nafas tidak Jamur,virus,bakteri,protozoa


efektif
Orang tua klien mengatakan Masuk ke alveoli
ananya sesak nafas
Akumulasi skret di bronkus
Data Objektif
1. Klien tampak lemah Peradangan
2. Klien tampak sesak
3. Respirasi meningkat 42 Mukus di bronkus meningkat
x/m
4. Tampak otot bantu Suplai O2 menurun
pernafasan
5. Terpasang oksigen nasal Hiperventilasi
kanul 2 L/m
Gangguan pola nafas

Data Subjektif Ansietas Kondisi kesehatan anak

Orang tua klien mengatakan Peningkatan frekuensi


sangat cemas terhadap penafasan dan sesak
kesehatan anaknya
Ancaman Kehidupan
Data Objektif
Kecemasan orang tua
1. Ekspresi wajah orang tua
tampak cemas
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang kondisi
anaknya

Data Subjektif : Defisit pengetahuan Proses penyakit


86

Orang tua klien mengataka Terjadinya peningkatan


n tidak mengetahui peyakit penafasan dan sesak nafas
yang diderita anaknya
Kurangnya terpajan
sekarang, orang tua klien
informasi
hanya mengetahui anaknya
sakit batuk dan sesak nafas Kurang pengetahuan

Data Objektif
1. Orang tua klien tampak
bingung
2. Orang tua klien sering
bertanya tentang
masalah penyakit yang
diderita pada anaknya

Klien 2
Data Subyektif : Ketidakefektifan Jamur,virus,bakteri,protozoa
bersihan jalan nafas
Orang tua klien mengatakan Masuk ke alveoli
anaknya sering batuk
Kuman berlebihan di
Data Obyektif : bronkus
1. Klien tampak lemah Peradangan
2. Klien tampak batuk
3. Saat diauskultasi Akumulasi skret di bronkus
terdengar ronchi Bersihan jalan nafas
4. Vital Sign
TD -
N 84 x/m
R 44 x/m
T 38.4ºC
GCS Skor 15 kesadaran
Composmentis

Data Subjektif Pola nafas tidak Jamur,virus,bakteri,protozoa


efektif
Orang tua klien mengatakan Masuk ke alveoli
anaknya sesak nafas
Akumulasi skret di bronkus
Data Onjektif
Peradangan
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak sesak Mukus di bronkus meningkat
3. Respirasi meningkat 44
x/m Suplai O2 menurun
4. Tampak otot bantu
pernafasan Hiperventilasi
5. Tampak nafas cuping Gangguan pola nafas
hidung
6. Terpasang oksigen nasal
kanul 2 liter/m
Data Subyektif : Hipertermi Jamur,virus,bakteri,protozoa
87

Orang tua klien mengatakan Masuk ke alveoli


badan anaknya panas
Infeksi saluran pernafasan
bawah
Data Obyektif :
Merangsang hipotalamus
5. Klien tampak lemah
6. Klien tampak demam Peningktan suhu tubuh
7. Suhu tubuh di atas batas
normal 38.4ºC
8. Akral teraba panas

Data Subjektif Ansietas Kondisi kesehatan anak

Orang tua klien mengatakan Peningkatan frekuensi


sangat cemas terhadap penafasan dan sesak
kesehatan anaknya
Ancaman Kehidupan
Data Objektif Kecemasan orang tua
3. Ekspresi wajah orang tua
tampak cemas
4. Orang tua klien sering
bertanya tentang kondisi
anaknya

Data Subjektif : Defisit pengetahuan Proses penyakit

Orang tua klien mengataka Terjadinya peningkatan


n tidak mengetahui peyakit penafasan dan sesak nafas
yang diderita anaknya
Kurangnya terpajan
sekarang, orang tua klien
informasi
hanya mengetahui anaknya
sakit batuk dan sesak nafas Kurang pengetahuan

Data Objektif
3. Orang tua klien tampak
bingung
4. Orang tua klien sering
bertanya tentang masalah
penyakit yang diderita
pada anaknya

5. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Keperawatan Intervensi (NIC) Rasional
88

Klien 1
1 2 3
Ketidakefektifan bersihan 1. Observasi tanda tanda 1. Untuk mengetahui
jalan nafas berhubungan vital keadan klien
dengan penumpukan skret. 2. Kaji frekuensi 2. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan pernafasan, catat rasio frekuensi pernapasan
keperawatan Dalam waktu inspirasi/ ekspirasi klien.
3-4 jam bersihan jalan 3. Auskultasi bunyi nafas, 3. Bersihan jalan nafas
nafas teratasi dengan catat adanya bunyi yang tidak efektif dapat
kriteria hasil: nafas. Misalnya: mengi, dimanifestasikan dengan
krekels dan ronki. adanya bunyi nafas
NOC adventisius
1. bunyi nafas bersih 4. Berikan fisioterapi dada 4. Untuk membantu
2. tak ada sianosis pengeluaran skret
3. RR 20-30 x/menit 5. Ajarkan klien batuk 5. Untuk membantu
4. Tidak sesak efektif mengeluarkan sekret.
5. Klien tampak tidak 6. Berikan posisi semi 6. Posisi semi fowler akan
batuk fowler mempermudah pasien
6. Sekret dapat keluar untuk bernafas
pada waktu batuk 7. Berikan minum hangat 7. Hidrasi menurunkan
7. Pada saat diauskultasi sedikit sedikit tapi kekentalan sekret dan
tidak terdengar suara sering mempermudah
ronchi pengeluaran.
8. Melaksanakan tindakan
8. Pemberian obat-obatan
kolaborasi Bronchodila
pengerncer dahak
tor, mukolitik.
memudahkan proses
evakuasi jalan nafas

Pola nafas tidak efektif 1. Observasi tanda tanda 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan Vital keadaan klien

kelemahan otot pernafasan 2. Kaji frekuensi


2. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan pernafasan frekuensi penapasan klie
keperawatan selama 2-3 3. Memberikan posisi 3. Posisi semi fowler akan
mempermudah pasien
jam pola napas tidak efektif semi fowler
untuk bernafas
teratasi dengan kriteria 4. Ajarkan klien batuk 4. Untuk membantu
hasil: efektif mengeluarkan sekret

3
1 2
NOC 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk memenuhi
89

1. Tidak ada otot napas oksigen osigenisasi dalam tubuh


tambahan
2. Tidak ada pernapasan
cuping hidung.
3. Klien tidak sesak
4. Respirasi di batas
normal

Ansietas berhubungan 1. Berikan ketenangan 1. Ketenangan orang tua


dengan perubahan status pada orang tua dapat membantu pearawat
kesehatan. Setelah dalam proses perawatan
dilakukan tindakan anak karena jika orang tua
keperawatan diharapakan panic dapat menghambat
kecemasan orang tua dapat perawat proses perawatan
teratasi dengan kriteria anak.
hasil: 2. menghilangkan
2. Beritahu dan jelaskan
kecemasan orangtua klien
tentang prognosa dan
NOC: Anxiety Control karena ketidaktahuan
diagnose penyakit yang
1. Tamapak tenang tentang prosedur.
dialami oleh anaknya.
2. Tidak gelisah 3. menghilangkan
3. Jelaskan tindakan yang
3. Kecemasan pada orang kecemasan orangtua klien
akan dilakukan terhadap
tua berkurang dapat karena ketidaktahuan
anaknya sebelum
berkurang dan hilang tentang prosedur.
tindakan dilakukan.
4. Keterlibatan orang tua
4. Dorong dan ibatkan
dapat membatu dalam
orangtua dalam
perawatan anak dan
perawatan terhadap
mengindari persepsi yang
anaknya.
salah dan membantu
menghilangkan
kecemasan pada anak.
5. Berikan motivasi 5. Motivasi yang diberikan
keluarga dengan berupa pengertian dan
memberikan pengertian informasi dapat
dan informasi memberikan pengetahuan
terhadap orang tua
mngenai kondidianaknya.

1 2 3
6. Konsultasi dengan tim 6. Mengetahui sejauh mana
90

medis untuk penyakit yang diderita


mengetahui kondisi anak.

anaknya

Defisit pengetahuan orang 1. Kaji tingkat 1. Membantu mengetahui


tua berhubungan dengan pengetahuan klien seberapa jauh
kurangnya informasi. orang tua tentang proses pengetahuan tentang
Setelah berikan penjelasan penyakit terutama penyakit, sehingga
selama 2 x pertemuan tentang Pneumonia penyuluhan menjadi
orang tua memahami dan terarah dan mudah
mengetahui tentang 2. Berikan pendidikan 2. Informasi yang benar
penyakit anaknya dengan kesehatan tentang dapat membantu klien
kriteria hasil: penyakit Pneumonia mengetahui kondisinya
(pengertian, penyebab, dan mencegah terjadinya
NOC: Knowlage Disease tanda gejala, komplikasi.
Process penanganan dan
pencegahan) 3. Pengetahuan tentang
1. Mengetahui jenis /
3. Diskusikan perubahan stimulasi tumbuh
nama penyakitnya
gaya hidup yang kembang diharapkan
2. Mampu menjelaskan
mungkin diperlukan keluarga dapat
proses penyakit
untuk mencegah memberikan rangsangan
3. Mampu menjelaskan
komplikasi di masa untuk perkembangan
faktor resiko
yang akan datang dan anak berikutnya.dan
4. Mampu menjelaskan
atau proses pe- meningkatkan kualitas
efek penyakit
ngontrolan penyakit kesehatan
5. Mampu menjelaskan 4. Diskusikan pilihan 4. Untuk tercapainya
tanda dan gejala terapi atau penanganan keberhasilan dalam
penyakit 5. Kuatkan informasi yang proses keperawatan
6. Mampu menjelaskan disediakan tim kese- 5. Meningkatkan koping
komplikasi hatan yang lain dengan dalam proses
7. Mampu menjelaskan cara yang tepat keperawatan
bagaimana mencegah 6. Tanyakan pada keluarga 6. Untuk mengevaluasi
komplikasi tentang informasi yang sejauh mana pemahaman
diberikan atau pengetahuan
informasi yang diterima

1 2 3
Klien 2
91

Ketidakefektifan bersihan 1. Observasi tanda tanda 1. Untuk mengetahui


jalan nafas berhubungan vital keadan klien
dengan penumpukan skret. 2. Kaji frekuensi 2. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan pernafasan, catat rasio frekuensi pernapasan
keperawatan Dalam waktu inspirasi/ ekspirasi klien.
3-4 jam bersihan jalan 3. Auskultasi bunyi nafas, 3. Bersihan jalan nafas
nafas teratasi dengan catat adanya bunyi yang tidak efektif dapat
kriteria hasil: nafas. Misalnya: mengi, dimanifestasikan dengan
krekels dan ronki. adanya bunyi nafas
NOC adventisius
1. bunyi nafas bersih 4. Berikan fisioterapi dada 4. Untuk membantu
2. tak ada sianosis pengeluaran skret
5. Ajarkan klien batuk
3. RR 30-40 X/menit 5. Untuk membantu
efektif
4. Tidak sesak mengeluarkan sekret.
6. Berikan posisi semi
5. Klien tampak tidak 6. Posisi semi fowler akan
fowler
batuk mempermudah pasien
6. Sekret dapat keluar untuk bernafas
7. Berikan minum hangat
pada waktu batuk 7. Hidrasi menurunkan
sedikit sedikit tapi
7. Pada saat diauskultasi kekentalan sekret dan
sering
tidak terdengar suara mempermudah
ronchi pengeluaran.
8. Melaksanakan tindakan
8. Pemberian obat-obatan
kolaborasi Bronchodila
pengerncer dahak
tor, mukolitik.
memudahkan proses
evakuasi jalan nafas

Pola nafas tidak efektif 1. Observasi tanda tanda 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan Vital keadaan klien
kelemahan otot pernafasan 2. Kaji frekuensi 2. Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan pernafasan frekuensi penapasan klie
keperawatan selama 2-3 3. Memberikan posisi 3. Posisi semi fowler akan
jam pola napas tidak efektif semi fowler mempermudah pasien
teratasi dengan kriteria untuk bernafas
hasil: 4. Ajarkan klien batuk 4. Untuk membantu

efektif mengeluarkan sekret


NOC 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk memenuhi

oksigen oksigenasi dalam tubuh

1 2 3
92

1. Tidak ada otot napas


tambahan
2. Tidak ada pernapasan
cuping hidung.
3. Klien tidak sesak
4. Respirasi di batas
normal

Hipertermi berhubugan 1. Monitor suhu tubuh 1. Menentukan tindakan


dengan inflamasi. Setelah pasien setiap 4 jam keperawatan selanjutnya
dilakukan tindakan 2. Memberikan kompres 2. Membantu dengan cara
keperawatan dalam waktu hangat di daerah dahi/ konduksi (pemindahan
2-3 jam diharapkan frontal, axilla, dan panas).
peningkatan suhu tubuh lipatan paha serta
dapat berkurang dan mengajarkan kepada
teratasi dengan kriteria orang tua klien cara
hasil: mengompres hangat
3. Menganjurkan kepada 3. Panas dikeluarkan
NOC orang tua klien agar dengan cara radiasi.
1. Suhu tubuh dalam batas anaknya menggunakan
normal pakaian tipis dan
2. Tanda-tanda vital dalam mudah menyerap
rentang normal keringat
4. Menganjurkan kepada 4. Membantu mempercepat
orang tua klien agar proses pengeluaran
anaknya untuk banyak panas melalui urine dan
minum ± 8-10 gelas/ keringat
hari bila tidak ada mual
dan muntah
5. Kolaborasi dalam 5. Mempengaruhi

pemberian antipiretik, hipotalamus untuk

Analgesik dan mempertahankan suhu

antibiotik tubuh dan mempercepat


pertumbuhan dan
mencegah terjadinya
komplikasi

1 2 3
93

Ansietas berhubungan 1. Berikan ketenangan 1. Ketenangan orang tua


dengan perubahan status pada orang tua dapat membantu
kesehatan. Setelah pearawat dalam proses
dilakukan tindakan perawatan anak karena
keperawatan diharapakan jika orang tua panic
kecemasan orang tua dapat dapat menghambat
teratasi dengan kriteria perawat proses
hasil: perawatan anak.

2. Beritahu dan jelaskan 2. menghilangkan


NOC: Anxiety Control
tentang prognosa dan kecemasan orangtua
1. Tamapak tenang
diagnose penyakit yang klien karena
2. Tidak gelisah
dialami oleh anaknya. ketidaktahuan tentang
3. Kecemasan pada orang
prosedur.
tua berkurang dapat
berkurang dan hilang
3. Jelaskan tindakan yang 3. menghilangkan
akan dilakukan terhadap kecemasan orangtua
anaknya sebelum klien karena
tindakan dilakukan. ketidaktahuan tentang
prosedur.

4. Keterlibatan orang tua


4. Dorong dan ibatkan
dapat membatu dalam
orangtua dalam
perawatan anak dan
perawatan terhadap
mengindari persepsi
anaknya.
yang salah dan
membantu
menghilangkan
kecemasan pada anak.

5. Berikan motivasi
5. Motivasi yang diberikan
keluarga dengan
berupa pengertian dan
memberikan pengertian
informasi dapat
dan informasi
memberikan
pengetahuan terhadap
orang tua mngenai
kondidianaknya.

1 2 3
94

Defisit pengetahuan orang 1. Kaji tingkat 1. Membantu mengetahui


tua berhubungan dengan pengetahuan klien seberapa jauh
kurangnya informasi. orang tua tentang proses pengetahuan tentang
Setelah berikan penjelasan penyakit terutama penyakit, sehingga
selama 2 x pertemuan tentang Pneumonia penyuluhan menjadi
orang tua memahami dan terarah dan mudah
mengetahui tentang
2. Berikan pendidikan 2. Informasi yang benar
penyakit anaknya dengan
kesehatan tentang dapat membantu klien
kriteria hasil:
penyakit Pneumonia mengetahui kondisinya
(pengertian, penyebab, dan mencegah terjadinya
NOC: Knowlage Disease
tanda gejala, komplikasi.
Process
penanganan dan
1. Mengetahui jenis / pencegahan)
nama penyakitnya
3. Diskusikan perubahan 3. Pengetahuan tentang
2. Mampu menjelaskan
gaya hidup yang stimulasi tumbuh
proses penyakit
mungkin diperlukan kembang diharapkan
3. Mampu menjelaskan
untuk mencegah keluarga dapat
faktor resiko
komplikasi di masa memberikan rangsangan
4. Mampu menjelaskan
yang akan datang dan untuk perkembangan
efek penyakit
atau proses pe- anak berikutnya.dan
5. Mampu menjelaskan
ngontrolan penyakit meningkatkan kualitas
tanda dan gejala
kesehatan
penyakit
4. Diskusikan pilihan 4. Untuk tercapainya
6. Mampu menjelaskan
terapi atau penanganan keberhasilan dalam
komplikasi
proses keperawatan
7. Mampu menjelaskan
5. Kuatkan informasi yang
5. Meningkatkan koping
bagaimana mencegah
disediakan tim kese-
dalam proses
komplikasi
hatan yang lain dengan
keperawatan
cara yang tepat
6. Tanyakan pada keluarga 6. Untuk mengevaluasi
tentang informasi yang sejauh mana pemahaman
diberikan atau pengetahuan
informasi yang diterima
6. Implementasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Selasa, 06 Juni 2017 Rabu, 07 Juni 2017 Kamis, 08 Juni 2017
Klien 1 Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
1 2 3 4 5 6 7
Ketidakefektifan bersihan 10.00 9. Mengukur suhu tubuh 09.00 3. Mengauskultasi bunyi 09.05 2. Mengkaji frekuensi
jalan nafas berhubungan 10. Mengkaji frekuensi nadi dan nafas, catat adanya bunyi pernafasan, dan mencatat
dengan penumpukan skret nafas nafas. rasio inspirasi/ ekspirasi
11. Mengauskultasi bunyi nafas, 09.10 4. Memberikan fisioterapi 09.10 3. Mengauskultasi bunyi nafas,
10.10
catat adanya bunyi nafas. dada (Clapping, Vibrasi) catat adanya bunyi nafas.
12. Memerikan fisioterapi dada
10.15 09.25 5. Mengevaluasi pada ibu 4. Memberikan fisioterapi
(Clapping, Vibrasi)
klien cara posisi semi dada (Clapping, Vibrasi)
10.25 13. Mengajarkan pada ibu fowler pada anaknya 09.30 5. Mengevaluasiibu klien cara
kliencara posisi semi fowler
09.35 7. Berkolaborasi pemberian posisi semi fowler pada
pada anaknya bronkodilator (Nebulizer
14. Menyarankan ibu untuk anaknya
Ventolin ½ respul Inhalasi)
tetap sering memberikan 6. Mengevaluasi ibu tetap

ASI pada anaknya memberikan ASI


10.30
15. Berkolaborasi pemberian 09.35 7. Berkolaborasi pemberian
bronkodilator (Nebulizer bronkodilator (Nebulizer
:Ventolin ½ respul inhalasi)
Ventolin ½ respul inhalasi)

95
1 2 3 4 5 6 7
Pola nafas tidak efektif 10.35 2. Mengkaji frekuensi 09.40 2. Mengkaji frekuensi 09.40 2. Mengkaji frekuensi
berhubungan dengan pernafasan 42 x/menit pernafasan 40 x/menit pernafasan 38 x/menit
kompliace paru menurun 10.40 3. Memberikan posisi semi 09.45 3. Memberikan posisi semi 09.45 3. Memberikan posisi semi
fowler fowler fowler
10.50 4. Pemberian oksigen 2 liter 09.50 4. Pemberian oksigen 2 liter 09.50 4. Pemberian oksigen 2 liter
nasal kanul nasal kanul nasal kanul

Anietas berhubungan 10.55 7. Memberikan ketenangan 09.55 4. Mendorong dan libatkan 10.00 4. Mendorong dan libatkan
dengan perubahan status pada orang tua orangtua dalam perawatan orangtua dalam perawatan
kesehatan 10.57 8. Memberitahu dan jelaskan terhadap anaknya. terhadap anaknya
tentang prognosa dan
diagnose penyakit yang
dialami oleh anaknya.
11.00 9. Menjelaskan tindakan yang
akan dilakukan terhadap
anaknya sebelum tindakan
dilakukan
11.02 10. Mendorong dan libatkan
orangtua dalam perawatan
terhadap anaknya.

11. Memberikan motivasi

96
11.05 keluarga dengan
memberikan pengertian
dan informasi

Defisit pengetahuan orang 11.10 7. Mengkaji tingkat 10.10 1. Mengkaji tingkat


tua berhubugan dengan pengetahuan klien orang tua pengetahuan klien orang
kurangnya informasi tentang proses penyakit tua tentang proses penyakit
terutama tentang terutama tentang
Pneumonia Pneumonia
11.15 8. Memberikan pendidikan 10.15 2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit kesehatan tentang penyakit
Pneumonia (pengertian, Pneumonia (pengertian,
penyebab, tanda gejala, penyebab, tanda gejala,
penanganan dan penanganan dan
pencegahan) pencegahan)
11.20
11.20 9. Mendiskusikan perubahan 6 Mengevaluasi tingkat
gaya hidup yang mungkin pengetahuan pada keluarga
diperlukan untuk mencegah tentang informasi yang
komplikasi di masa yang diberikan
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Mendiskusikan pilihan
11.25
terapi atau penanganan

97
11. Menguatkan informasi yang
disediakan tim kese-hatan
11.30
yang lain dengan cara yang
tepat
12. Menanyakan pada keluarga
tentang informasi yang
11.32
diberikan

Selasa, 07 Juni 2017 Rabu, 08 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2017


Klien 2 Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
Ketidakefektifan bersihan 11.40 1. Mengukur suhu tubuh 11.40 3. Mengauskultasi bunyi 11.40 2. Mengkaji frekuensi
jalan nafas berhubungan 2. Mengkaji frekuensi nadi dan nafas, catat adanya bunyi pernafasan, dan mencatat
dengan penumpukan nafas nafas. rasio inspirasi/ ekspirasi
sekret 11.50 3. Mengauskultasi bunyi nafas, 11.45 4. Memberikan fisioterapi 11.45 3. Mengauskultasi bunyi nafas,
catat adanya bunyi nafas. dada (Clapping, Vibrasi) catat adanya bunyi nafas.
11.57 4. Memerikan fisioterapi dada 12.00 5. Mengevaluasi pada ibu 11.50 4. Memberikan fisioterapi
(Clapping, Vibrasi) klien cara posisi semi dada (Clapping, Vibrasi)
fowler pada anaknya 12.00 5. Mengevaluasi ibu klien cara
12.00 5. Mengajarkan pada ibu 09.30 7. Berkolaborasi pemberian posisi semi fowler pada
kliencara posisi semi fowler
bronkodilator (Nebulizer anaknya
pada anaknya
Ventolin ½ respul Inhalasi)
6. Menyarankan ibu untuk 6. Mengevaluasi ibu tetap
tetap sering memberikan memberikan ASI
ASI pada anaknya 7. Berkolaborasi pemberian

98
7. Berkolaborasi pemberian 10.00 bronkodilator (Nebulizer
10.40 bronkodilator (Nebulizer Ventolin ½ respul inhalasi)
:Ventolin ½ respul inhalasi)

Pola nafas tidak efektif 12.05 2. Mengkajaji frekuensi 10.35 2. Mengkajaji frekuensi 10.35 2. Mengkajaji frekuensi
berhubungan dengan pernafasan 42 x/menit pernafasan 40 x/menit pernafasan 40 x/menit
kompliace paru menurun 09.10 3. Memberikan posisi semi 10.45 3. Memberikan posisi semi 10.40 3. Memberikan posisi semi
fowler fowler fowler
10.50 10.50
4. Pemberian oksigen 2 liter 4. Pemberian oksigen 2 liter 10.50 4. Pemberian oksigen 2 liter
nasal kanul nasal kanul nasal kanul

Hipertermi berhubungan 12.55 6. Memonitor suhu tubuh 11.50 1. Memonitor suhu tubuh 09.55 1. Memonitor suhu tubuh
dengan Inflamasi pasien setiap 4 jam pasien setiap 4 jam pasien setiap 4 jam
09.57 7. Memberikan kompres 09.57 2. Memberikan kompres 09.57 2. Memberikan kompres
hangat di daerah dahi/ hangat di daerah dahi/ hangat di daerah dahi/
frontal, axilla, dan lipatan frontal, axilla, dan lipatan frontal, axilla, dan lipatan
paha serta mengajarkan paha serta mengajarkan paha serta mengajarkan
kepada orang tua klien cara kepada orang tua klien kepada orang tua klien cara
mengompres hangat cara mengompres hangat mengompres hangat
8. Menganjurkan kepada 5. Berkolaborasi dalam 5 Berkolaborasi dalam
orang tua klien agar pemberian antipiretik, pemberian antipiretik,
13.00 10.00 10.00
anaknya menggunakan Analgesik dan antibiotik Analgesik dan antibiotik
pakaian tipis dan mudah - Inj. Antrain 125 mg - Inj. Antrain 125 mg
intravena intravena
menyerap keringat

99
9. Menganjurkan kepada - Inj. Cefotoxie 400 mg - Inj. Cefotoxie 400 mg
intravena intravena
orang tua klien agar
13.30
anaknya untuk banyak
minum ± 8-10 gelas/ hari
bila tidak ada mual dan
muntah
10. Berkolaborasi dalam
10.05
pemberian antipiretik,
Analgesik dan antibiotik
- Inj. Antrain 125 mg
intravena
- Inj. Cefotoxie 400 mg
intravena
Ansietas berhubungan 13.35 1. Memberikan ketenangan 12.35 4. Mendorong dan libatkan 12.30 4. Mendorong dan libatkan
dengan perubahan status pada orang tua orangtua dalam perawatan orangtua dalam perawatan
kesehatan 13.37 2. Memberitahu dan jelaskan terhadap anaknya. terhadap anaknya.
tentang prognosa dan
diagnose penyakit yang
dialami oleh anaknya.
3. Menjelaskan tindakan yang
13.45
akan dilakukan terhadap
anaknya sebelum tindakan
dilakukan

100
4. Mendorong dan libatkan
13.50
orangtua dalam perawatan
terhadap anaknya.
5. Memberikan motivasi
13.55
keluarga dengan
memberikan pengertian dan
informasi

Defisit pengetahuan orang 14.00 7. Mengkaji tingkat 13.00 1. Mengkaji tingkat


tua berhubugan dengan pengetahuan klien orang tua pengetahuan klien orang
kurangnya informasi tentang proses penyakit tua tentang proses
terutama tentang penyakit terutama
Pneumonia tentang Pneumonia
14.02 8. Memberikan pendidikan 13.02 2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit kesehatan tentang
Pneumonia (pengertian, penyakit Pneumonia
penyebab, tanda gejala, (pengertian, penyebab,
penanganan dan tanda gejala, penanganan
pencegahan) dan pencegahan)
9. Mendiskusikan perubahan 6. Mengevaluasi tingkat
14.05 13.05
gaya hidup yang mungkin pengetahuan pada
diperlukan untuk mencegah keluarga tentang
komplikasi di masa yang informasi yang diberikan

101
akan datang dan atau proses
pe-ngontrolan penyakit
10. Mendiskusikan pilihan
terapi atau penanganan
14.10
11. Menguatkan informasi yang
disediakan tim kesehatan
14.15
yang lain dengan cara yang
tepat
12. Menanyakan pada keluarga
tentang informasi yang
14.20
diberikan

102
7. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Selasa, 06 Juni 2017 Rabu, 07 Juni 2017 Kamis, 08 Juni 2017
Jam Evalusi Jam Evaluasi Jam Evaluasi
Klien I
1 2 3 4 5 6 7
Ketidakefektifan 15.30 Subjektif: 16.00 Subjektif: 19.00 Subjektif:
bersihan jalan nafas Ibu klien mengatakan anaknya Ibu klien mengatakan anaknya Ibu klien mengatakan batuk anaknya
berhubungan dengan masih seringbetuk betuk masih ada namun tidak sudah berkurang
penumpukan skret sering
Objektif: Objektif:
5. Klien tampak lemah Objektif: 1. Klien tampak lemah
6. Klien tampak batuk 1. Klien tampak lemah 2. Tampak batuk berkurang
7. Saat diauskultasi terdengar 2. Klien tampak batuk 3. Saat diauskultasi terdengar brocho
ronchi 3. Saat diauskultasi terdengar vasikuler
8. Vital Sign ronchi 4. Vital Sign
TD - 4. Vital Sign TD -
N 82 x/m TD - N 80 x/m
R 42 x/m N 84 x/m R 38 x/m
T 36,2ºC R 40 x/m T 36,0ºC
GCS Skor 15 T 36,4ºC GCS Skor 15
kesadaran Composmentis GCS Skor 15 kesadaran Composmentis
kesadaran Composmentis
Assesment: Assesment:
Masalah belum teratsi Assesment: Masalah teratasi
Masalah teratasi sebagian
Planning: Planning:
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, 6, Planning: Intervensi dihentikan klien diizinkan
7, Lanjutkan intervensi 3,4,5,7 pulang

103
1 2 3 4 5 6 7
Pola nafas tidak efektif 15.35 Subjektif : 16.05 Subjektif : 19.10 Subjektif :
berhubungan dengan
Komplieace paru Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan sesak Orang tua klien mengatakan ananya
menurun ananya sesak nafas nafas anaknya mulai berkurang sesak nafas sudah berkurang

Objektif : Objektif : Objektif :


6. Klien tampak lemah 1. Klien tampak lemah 1. Klien tampak lemah
7. Klien tampak masih sesak 2. Tampak sesak berkurang 2. Tampak sesak berkurang
8. Respirasi meningkat 42 x/m 3. Respirasi meningkat 40 x/m 3. Respirasi meningkat 38 x/m
9. Tampak otot bantu 4. Tampak otot bantu 4. Tampak otot bantu pernafasan
pernafasan pernafasan berkurang berkurang
10. Terpasang oksigen nasal 5. Terpasang oksigen nasal 5. Terpasang oksigen nasal kanul 2
kanul 2 L/m kanul 2 L/m L/m

Assesment : Assesment : Assesment :


Masalah belum teratasi Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi sebagian

Planning : Planning : Planning :


Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 Lanjutkan intervensi 3, 4, dan 5 Intervensi hentikan klien diizinkan pulang
dan 5

Ansietas pada orang tua 15.40 Subjektif: 16.10 Subjektif: 19.15 Subjektif:
berhubungan dengan
Perubahan status Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan cemas Orang tua klien mengatakan cemas
kesehatan anak sangat cemas terhadap kesehatan terhadap kesehatan anaknya mulai terhadap kesehatan anaknya mulai
anaknya berkurang berkurang

Objektif : Objektif : Objektif :


3. Ekspresi wajah orang tua 1. Ekspresi wajah orang tua 1. Ekspresi wajah orang tua tampak
tampak cemas tampak masih cemas tenang

104
1 2 3 4 5 6 7
4. Orang tua klien sering 2. Orang tua klien masih bertanya Assesment:
bertanya tentang kondisi tentang kondisi anaknya Masalah teratasi
anaknya
Assesment: Planning
Masalah teratasi sebagian Intervensi dihentikan klien diizinkan
Assesment:
pulang
Masalah belum teratasi
Planning
Planning Lanjutkan Intervensi 4
Lanjutkan Intervensi 1, 2,3,4,5

Defisit pengetahuan 15.45 Subjektif : 16.15 Subjektif :


orang tua berhubungan
dengan kurang Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan
informasi sedikit sudah mengetahui sudah mengetahui tentang peyakit
peyakit yang diderita anaknya yang diderita anaknya sekarang.
sekarang.
Objektif
Objektif 1. Orang tua klien dapat
3. Orang tua klien dapat mejelaskan pengertian
mejelaskan pengertian tentang penyakit pneumonia,
tentang penyakit penyebab, tanda gejalan,
pneumonia, penyebab dan pencegahan dan
tanda gejalan penanganannya

Assesment: Assesment:
Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi

Planning Planning
Lanjutkan Intervensi 1, 2,6 Intervensi dihentikan

105
1 2 3 4 5 6 7
Klien 2 Jam Evaluasi Jam Evaluasi Jam Evaluasi
Selasa, 06 Juni 2017 Rabu, 07 Juni 2017 Senin, 19 Juni 2017
Ketidakefektifan 15.50 Subyektif : 16.20 Subyektif : 19.20 Subyektif :
bersihan jalan nafas
berhubungan dengan Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan batuk Orang tua klien mengatakan anaknya
penumpukan skret anaknya sering batuk anaknya berkurang sehat tidak ada batuk

Obyektif : Obyektif : Obyektif :


5. Klien tampak lemah 1. Klien tampak lemah 1. Klien tampak sehat
6. Klien tampak batuk 2. Klien tampak batuk 2. Klien tampakt idak batuk
7. Saat diauskultasi terdengar 3. Saat diauskultasi terdengar 3. Saat diauskultasi terdengar
ronchi ronchi vasikuler
8. Vital Sign 4. Vital Sign 4. Vital Sign
TD- TD- TD-
N 84 x/m N 82 x/m N 86 x/m
R 42 x/m R 40 x/m R 36x/m
T 37,4ºC T 36,8ºC T 36,2ºC
GCS Skor 15 kesadaran GCS Skor 15 kesadaran GCS Skor 15 kesadaran Composmentis
Composmentis Composmentis
Assesment:
Assesment: Assesment: Masalah teratasi
Masalah belum teratasi Masalah teratasi sebagian
Planning
Planning Planning Intervensi dihentikan
Lanjutkan intervensi 1,3,4,5,6,7 Lanjutkan intervensi 2,3,4,5,6,7

1 2 3 4 5 6 7

106
Pola nafas tidak efektif 15.55 Subjektif 16.25 Subjektif 19.30 Subjektif
berhubungan dengan
kompliace paru Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan sesak Orang tua klien mengatakan sesak nafas
menurun anaknya masih sesak nafas nafas pada anaknya mulai pada anaknya sudah berkurang
berkurang
Objektif Objektif
7. Klien tampak masih lemah Objektif 1. Klien tampak lemah
8. Klien tampak sesak 1. Klien tampak masih lemah 2. Tampak sesak berkurang
9. Respirasi meningkat 42 x/m 2. Klien tampak sesak berkurang 3. Respirasi meningkat 36 x/m
10. Tampak otot bantu 3. Respirasi meningkat 40 x/m 4. Tidak tampak otot bantu pernafasan
pernafasan 4. Tampak otot bantu pernafasan 5. Tidak tampak nafas cuping hidung
11. Tampak nafas cuping 5. Tampak nafas cuping hidung
hidung 6. Terpasang oksigen nasal kanul Assesment:
2 liter/m Masalah teratasi
12. Terpasang oksigen nasal
kanul 2 liter/m Planning
Assesment:
Masalah teratasi sebagian Intervensi dihentikan
Assesment:
Masalah belum teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi 2,3,4
Planning
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4

Hipertermi berhubungan 16.00 Subyektif : 16.30 Subyektif : 19.35 Subyektif :


dengan proses inflamasi
Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan panas
panas badan pada anaknya panas badan pada anaknya sudah badan pada anaknya sudah tidak ada
masih teraba panas mulai berkurang

1 2 3 4 5 6 7

107
Obyektif : Obyektif : Obyektif :

9. Klien tampak lemah 1. Klien tampak lemah 1. Klien tampak lemah


10. Klien tampak demam 2. Klien tampak demam 2. Klien tampak demam
11. Suhu tubuh di atas batas 3. Suhu tubuh di atas batas 3. Suhu tubuh dalambatas batas normal
normal 38.2ºC normal 38.0ºC 36.8ºC
12. Akral teraba panas 4. Akral teraba hangat 4. Akral teraba panas hangat

Assesment: Assesment: Assesment:


Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi sebagian Masalah teratasi

Planning Planning Planning


Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5 Lanjutkan Intervensi 1,2,5 Intervensi dihentikan

Ansietas pada orang tua 16.05 Subjektif 16.35 Subjektif 19.40 Subjektif
berhubungan dengan
perubahan status Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan sangat Orang tua klien mengatakan perasaan
kesehatan anak sangat cemas terhadap kesehatan cemas terhadap kesehatan anaknya cemas sudah tidak ada
anaknya
Objektif Objektif
Objektif 1. Ekspresi wajah orang tua 1. Ekspresi wajah orang tua tampak
5. Ekspresi wajah orang tua tampak masih cemas tenang
tampak cemas 2. Orang tua klien sering bertanya 2. Orang tua klien kadang bertanya
6. Orang tua klien sering tentang kondisi anaknya tentang kondisi anaknya
bertanya tentang kondisi
anaknya Assesment:
Masalah teratasi

1 2 3 4 5 6 7

108
Assesment: Assesment: Planning:
Masalah belum teratasi Masalah belum teratasi Intervensi dihentikan

Planning: Planning:
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6 Lanjutkan Intervensi 4

Defisit pengetahuan 16.10 Subjektif : 16.40 Subjektif :


orang tua berhubungan
dengan kurang Orang tua klien mengatakan Orang tua klien mengatakan
informasi sedikit sudah mengetahui sudah mengetahui tentang peyakit
peyakit yang diderita anaknya yang diderita anaknya sekarang.
sekarang.
Objektif
Objektif 1. Orang tua klien dapat
1. Orang tua klien dapat mejelaskan pengertian tentang
mejelaskan pengertian penyakit pneumonia,
tentang penyakit pneumonia, penyebab, tanda gejalan,
penyebab dan tanda gejalan pencegahan dan
penanganannya
Assesment:
Masalah teratasi sebagian Assesment:
Masalah teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4, Planning
Intervensi dihentikan

109
110

8. Hasil gambaran pemberian Fisioterapi dada

Gambaran Fisioterapi Dada

Clapping Vibrasi Postidural


Drainage
Batuk Batuk berkurang Tidak batuk
Gambar 4.3 Hasil gambaran pemberian fisioterapi dada

Berdasarkan gambar 4.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian

tindakan fisioterapi dada pada klien dengan Pneumonia di Ruang Alexandri

RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dimana mengalami penurunan

pada masalah bersihan jalas nafas, Hal tersebut dilihat pada gambar hasil

pemberian fisioterapi dada batuk dapat berkurang akibat penumpukan skret.


111

B. Pembahasan

1. Asuhan keperawatan Anak dengan Pneumonia

Data yang ditemukan pada anak yang mengalami batuk dan sesak

nafas, hal ini sesuai dengan Masfufatun (2016) yang mengatakan

Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan

paru (alveoli) dengan gejala umum pada anak-anak dan bayi yaitu napas

cepat atau sesak, batuk, Tanda gejala diakibatkan karena terinfeksinya

jaringan paru atau alveoli mengakibatkan jalan napas terganggu karena

penumpukan sputum Mariani (2014).

Berdasarkan data yang ditemukan selama studi kasus masalah

keperawatan yang muncul adalah pada sistem pernafasan. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa masalah utama yang muncul adalah terjadi

ketidaefektifan bersihan jalan nafas, dan pola napas tidak efektif.

Masalah ini disebabkan oleh terjadinya infeksi pada daerah paru

(alveoli) yang mengakibatkan gangguan pada sistem pernafasan akibat

penumpukan sputum.

Mengatasi permasalahan keperawatan tersebut, maka tindakan yang

diberikan selama studi kasus, peneliti memberikan perencanaan

keperawatan yang dirasa sangat efektif yaitu pemberian tindakan

Fisioterapi dada, dimana Fisioterapi dada merupakan suatu tindakan

yang digunakan untuk menghilangkan benda asing yang menyebabkan

jalan nafas tidak efektif Faiz (2014).

Menurut Hockenberry dan Wilson (2012) dalam Paramanindi (2014),

Fisioterapi dada pada anak dengan penyakit system pernapasan memiliki


112

tujuan utama yaitu memfasilitasi pengeluaran sekret yang menyumbat

jalan nafas, menurunkan tahanan jalan nafas, meningkatkan pertukaran

gas, dan menurunkan usaha nafas.

Perencanaan diberikan dalam waktu 3 hari, ternyata teratasi sebagian

sampai dapat teratasi karena disebabkan oleh beberapa hal. Pertama pada

ketidakefektifan bersihan jalan nafas klien dan keluarga sanggat

kooperatif, apabila ketika tindakan pemberian Fisioterapi dadatidak

dapat dilakukan karena kondisi anak menangis dan rewel peran orang tua

dilibatkan tindakan Fisioterapi dada diajarkan kepada kelurga bagaimana

cara pemberian fisioterapi dada pada anaknya.

Dari masalah keperawatan diatas dapat tercapai. Sehingga peneliti

menyimpulkan bahwa pemberian tindakan Fisioterapi dada pada klien

dengan asuhan keperawatan Pneumoniadi Ruang Alexandri RSUD Dr.

Moch. Ansari saleh Banjarmasin menunjukan penurunan pada masalah

gangguan bersihan jalan nafas.

2. Gambaran Pemberian Tindakan Fisioterapi dada

Pelaksanaan Fisioterapi dada di Ruangan Alexandri RSUD Dr. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin dapat dilaksanakan pada anak dengan

Pneumonia yang mengalami gangguan bersihan jalan nafas sesuai

dengan Satuan Operasional Prosedur (SOP).

Masalah jalan napas tidak ditangani secara cepat maka bisa

menimbulkan masalah yang lebih berat, seperti pasien akan mengalami

sesak yang hebat bahkan bias menimbulkan kematian. Hal ini

sependapat mengatasi bersihan jalan napas tidak efektif dapat dilakukan


113

perawat diantaranya adalah fisioterafi dada yaitu Clapping (Marini,

2014).

Jalan nafas merupakan kumpulan dari beberapa organ tubuh yang

terbentuk satu sama lainnya yang membantu manusia dalam proses

bernafas. Fisioterapi dada adalah suatu tindakan yang digunakan untuk

menghilangkan benda asing yang menyebabkan jalan nafas tidak efektif

(Faiz, 2014).

Fisioterapi dada pada anak dengan penyakit sistem pernapasan memiliki

tujuan utama yaitu memfasilitasi pengeluaran secret yang menyumbat

jalan nafas, menurunkan tahanan jalan nafas, meningkatkan pertukaran

gas, dan menurunkan usaha nafas Hockenberry dan Wilson (2012) dalam

Paramanindi (2014).

Teknik yang digunakan dalam fisioterapi dada terdiri dari teknik

yang bersifat pasif dan aktif. Teknik yang bersifat pasif seperti

penyinaran, relaksasi,postural drainase, perkusi dan vibrasi, sedangkan

yang bersifat aktif seperti latihan/pengendahan batuk, latihan bernafas

dan korelasi sikap Febrianto (2013).

Indikasi, teknik fisioterapi dada yang digunakan pada orang dewasa

secara umum dapat diterapkan untuk bayi dan anak-anak. Dalam

memberikan fisioterapi pada anak harus diingat keadaan anatomi dan

fisiologi pada anak seperti pada bayi yang belum mempunyai

mekanisme batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan

jalan nafas secara sempurna.Sebagai tambahan dalam memberikan

fisioterapi harus didapatkan kepercayaan daripada anak-anak, karena ana


114

k-anak tersebut sering tidak koperatif Febrianto (2013).

Kontra indikasi, ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung,

status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif, sedangkan kontra

indikasi relative seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka

baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan

serta adanya kejang rangsang Febrianto (2013).

Pemberian tindakan Fisioterapi dada dilakukan pada anak dengan

Pneumonia selama 3 hari, di ruang Alexandri RSUD Dr. Moch. Ansari

Saleh Banjarmasin dimana dalam satu hari anak hanya diberikan

Fisioterapi dada sebanyak satu kali. Sebelum melakukan tindakan

tersebut, keluarga terlebih dahulu dijelaskan tujuan dan cara pelaksanaan

tindakan.

Selain itu, penulis juga mengobsevasi status pernapasan berupa

(frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, suara napas, dan adanya cuping

hidung atapun penggunaan otot asesoris pernapasan) serta frekuensi

nadi anak. Dimana fisioterapi dada bertujuan untuk memfasilitasi

penegeluaran skret yang menyumbat jalan napas, menurunkan tahanan

jalan napas, meningkatkan pertukaran gas dan menurunkan usaha napas

Hockenberry dan Wilson (2012).

Hasil dari implementasi fisioterapi dada pada anak mendukung

literatur-literatur sebelumnya seperti Essensial of pediatric Nursing dari

Hockenberry & Wilson (2012), Clinical Nursing Skills Techiques dari

Potter & Perry (2006), Ricciuti & Schub (2010), dan Cartens (2010)

yang menyatakan bahwa anak dengan penyakit pernapasan akut yang


115

mengalami masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif

disarankan diberikan fisioterapi dada.

Kemudian penulis juga berkolaborasi untuk pemberian terapi nebulisasi

sesuai program yang diberikan (1/2 ventolin dan NaCL 0,9) , dilanjutkan

dengan pemberian postural drainage dan melakukan perkusi serta vibrasi

pada lapanng dada anak. Penulis melakukan rangkaian tindakan

fisioterapi dada selama kurang lebih 20-30 menit

Penanganan klien dengan masalah bersihan jalan napas tidak efektif

dapat melalui tindakan terapi farmakologi dan non farmakologi, dalam

hal ini Inhalasi, perlu adanya kolaborasi dengan dokter. Pemberian

Inhalasi bertujuan rileksasi spasme bronkial, mengencerkan skret,

menekan proses peradangan dan melembabkan saluran pernapasan.

Pemberian inhalasi dapat dilakukan bersama dengan atau sebelum

postural drainage. Inhalasi dilakukan maksimal 5 menit atau sampai uap

aerosol habis Mardiyanti (2013).

Dalam 2.5 ml ventolin nebulize solution yang diresepkan dalam

terapi nebulisasi mengandung salbutamol 2.5 mg. Kandungan

salbutamol dalam ventolin nebules solution berfungsi untuk

merelaksasikan otot pada jalur pernapasan ke paru yang menyempit.

Salbutamol membantu untuk membuka jalan nafas (bronkodilator)

sehingga dapat mengurangi sesak yang dirasa wheezing pada anak. Hal

ini menyebabkan anak menjadi lega Drynan (2010).

Kedua hal tersebut pada akhirnya ikut berpengaruh pada peningkatan

saturasi oksigenasi pada anak setelah dilakukan rangkaian tindakan nebu


116

lasi, postural drainage dan fisioterapi dada.

Terapi non farmakologi untuk menangani masalah bersihan jalan

nafas tidak efektif yaitu dengan fisioterapi dada. Walaupun hasil

penerapan terapi ini berhasil menyelesaikan masalah, terdapat tantangan

yang dihadapi pada saat pelaksanaanya. Biasanya bayi atau anak kecil

akan menangis sebelum dilakukan tindakan. Hal ini juga ditemui penulis

saat sebelum memberikan inhalasi dan fisioterapi dada.

Pelibatan orang tua dalam pemberian terapi ini merupakan alternatif

atas pemecahan masalah terkait kecemasan yang dialami klien. Orang

tua dilibatkan untuk mendorong anak saat untuk diberikan inhalasi,

memposisikan anak saat dilakukan postural drainage. Hal ini ditandai

dengan tangisan anak yang mereda dan bahkan berhenti menagis. Sesuai

dengan konsep Family Centered Care yang menyatakan bahwa

kolaborasi antara tenaga kesehatan dan unit keluarga sangat penting

dilakukan dalam usaha peningkatan derajat kesehatan klien Bowden &

Greenberg (2012).

Selain masalah bersihan jalan nafas tidak efektif ditemui anak juga

mengalami masalah keperawatan lain berupa pola nafas tidak efektif.

Pola nafas yang terjadi pada anak disebabkan oleh penurunan daya

kembang paru akibat proses inflamasi yang terjadi pada parenkim paru.

Salah stu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan guna

menyelesaikan masalah pola nafas tidak efektif pada anak adalah

memberikan posisi semi fowler dan lateral Hockenberry & Wilson

(2012).
117

Pemberian posisi semi fowler dan lateral juga dilakuakan pada anak

penulis dengan pendekatan family centered care , ikut melibatkan orang

tua dalam berperan untuk menjaga kepatenan posisi anak. Anak

diberikan posisi semi fowler dengan meninggikan kepala ± 30º-45º

dengan dua buah bantal, sedangkan untuk posisi lateral anak diberikan

pengganjal berupa bantal atau kain pada sisi punggung untuk mencegah

perubahan posisi. Pemberian posisi pada anak dapat meningkatkan rasa

nyaman dan dapat meningkatkan ventilasi Hockenberry & Wilson

(2012) dan Rustiana & Waluyanti (2013).

Hal di atas menunjukan dalam penelitian anak selama 3 hari di

RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin setelah diberikan tindakan

fisioterapi dada pada klien dengan asuhan keperawatan Pneumonia

mengalami peningkatan oksigenasi. Peningkatan status oksigenasi anak

ditunjukan dengan adanya perubahan saturasi oksigen anak (meningkat).

Peningkatan saturasi oksigen dan status pernapasan pada anak setelah

dilakukan intervensi keperawatan berupa tindakan fisioterapi dada ini

sejalan dengan penelitian yang dilkukan oleh Mardiyanti (2013), dimana

dalam penelitiannya didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pada saturasi oksigen, frekuensi pernafasan, dan denyut nadi

setelah pemberian fisioterapi dada.

Mardiyanti (2013) dalam penelitiannya menduga bahwa peningkatan

saturasi oksigen adalah setelah tindakan fisioterapi dada dapat

disebabkan oleh adanya pengaruh medikasi dari terapi nebulisasi yang

bersifat bronkodilator.
118

C. Keterbatasan Penelitian

Studi kasus ini dilakukan tentunya tidak lepas dari keterbatasan, peneliti

menemui keterbatasan dalam pelaksanaan yang notabennya subjek penelitian

masih berumur 6 bulan dan berumur 16 bulan, efektivitas pemberian

fisioterapi dada tidak bisa dilakukan secara langsung dengan maksimal

karena kondisi klien, sehingga dalam pemberian tindakan fisioterapi dada

melibatkan orang tua klien dengan mengajarkan cara pemberian fisioterapi

dada agar lebih mudah dalam melakukan pemberian tindakan fisioterapi dada

pada anaknya.
119

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan dalam pemberian tindakan Fisioterapi dada dalam Asuhan

Keperawatan dengan Pneumonia anak selama 3 hari di RSUD Dr. Moch.

Ansari Saleh Banjarmasin setelah diberikan tindakan Fisioterapi dada pada

klien dengan asuhan keperawatan Pneumonia mengalami peningkatan

oksigenasi. Peningkatan status oksigenasi anak ditunjukan dengan adanya

perubahan anak tidak mengeluh sesak frekuensi nafas dalam batas normal.

B. Saran

1. Bagi Klien

Diharapkan klien mendapat asuhan keperawatan yang maksimal dan

tercapainya perkembangan pada pemberian tindakan Fisioterapi dada

yang benar dan lebih optimal. dan mematuhi program keperawatan dan

pengobatannya untuk menghindari resiko kambuh kembali.

2. Bagi Keluarga

Diharapkan orangtua/keluarga mampu mengenali masalah-masalah yang

terjadin pada anak dengan Pneumonia dan berperan dalam

meningkatkan pengetahuan serta kemampuan keluarga dalampencegahan

penyakit, penanganan, pemulihan serta pemenuhan kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan pada anakdengan Pneumonia untuk

menjaga kesehatan dalam meningkatkan derajat kesehatan anak.

3. Bagi Perawat

119
120

Dengan penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

dengan Pneumonia pada masalah pemenuhan kebutuhan bersihan jalan

napas diharapkan petugas kesehatan khususnya perawat di ruang

Alexandri RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin agar lebih

mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang komprehensif sesuai dengan ilmu dan kiat

keperawatan.

4. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam

memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan Pneumonia

khususnya, dan ruang Alexandri RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh

Banjarmasin serta untuk SDM keperawatan rumah sakit juga sebaiknya

terus mengembangkan ilmunya tentang keperawatan khususnya

keperawatan anak dengan Pneumonia pada masalah bersihan jalan

napas sehingga diharapkan mutu pelayanan semakin optimal.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam meningkatan proses pembelajaran dan motivasi

mahasiswa Akper Kesdam VI/Tanjungpura dimasa akan datang serta

memperbaiki mutu pembelajaran dalam menerapkan asuhan keperawatan

pada klien dengan Pneumonia pada masalah pemenuhan kebutuhan

bersihan jalan napassecara optimal. Maka diharapkan institusi pendidikan

hendaknya dapat menyediakan buku sumber yang terbaru sehingga

mempermudah dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah dan mengikuti

perkembanganilmu keperawatan yang terus berkembang, terutama pada


121

asuhan keperawatan pada klien dengan Pneumonia dalam masalah

gangguan pemenuhan kebutuhan bersihan jalan napas .

6. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengetahuan dan

keterampilan peneliti serta peneliti mendapat pengalaman secara

langsung dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif,

selain itu juga diharapkan dapat memberikan tindakan keperawatan yang

tepat pada klien dengan Pneumonia dalam masalah kebetuhan

pemenuhan bersihan jalan napasserta dapat meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan pada klien dengan masalah pada pemenuhan

kebutuhan bersihan jalan napas.


122

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Cartens, J. (2010). Evidence Summaries: Chest Pysioteraphi Clinical Informatios.
Joanna Briggs: Institute.

Faiz, H. N. (2014). Pengelolaan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada An. A
Dengan Bronkopneumonia Di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa, Jurnal
Keperawatan. Akper Ngundi Waluyo Ngaran.

Febrianto, A. (2013). Naskah Publikasi. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada


Pneumonia Di RSUD Pandanarang Boyolali, Fakultas Ilmu
Kesehatan:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gilileo. M (2016, September 14). Gambar Anatomi Tubuh Manusia, from
http://www.gilileogambaranatomitubuhmanusia.com/

Greenberg, C. (2012). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott


Wiliams & Wilkins.

Hamadi, D. A. (2015). Gamabaran Pengetahuan Orang Tua Tentang Pencegahan


Karies Dan Status Karies Murid Sd Kelurahan Mendono Kecamatan
Kintom Kabupaten Bangai, Jurnal Keperawatan. Universitas Sam
Ratulangi.

Hidayat, A.A.A. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2 . Jakarta:


Salemba Medika.

Hockenberry, M. J & Wilson, D. (2012). Wongs essential of pediatric nursing 8


Edition. Canada: Elsevier.

Joel, K. R. (2O16). Identifikasi Dan Uji Sensitifitas Bakteri Yang Diisolasi Dari
Sputum Penderita Pneumonia Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau Manado
Terhadap Antibiotik Eritomisin, Seftriakson, Sefadroksil, Jurnal
Keperawatan. FMIPA UNSRAT Manado.

Maharani, Lindya, (2011). perbandingan efektifitaspemberian kompres hangat


dan tepid water sponge terhadap penurunan suhu tubuh balita yang
mengalami demam di Puskesmas Rawat Inap Karya Wanita Rumbai
Pesisir, Skripsi, Universitas Riau.

Mandini, S. D. (2014). KTI. Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Bronkopneumonia Di Ruang Rawat
Inap Anak Lantai III Selatan RSUP Fatmawati Jakarta, FKIP Depok.

122
123

Mardiyanti. (2013). Dampak Fisioterapi Dada terhadap perubahan status


pernapasan (Spo2, WCSS, HR) anak usia kurang dari dua tahun dengan
ISPA di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Depok: Universitas Indonesia.

Mariyam, Rustiana, Y., & Waluyanti, F. T. (2013). Aplikasi teori konservasi


Levine pada anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di
ruang perawatan anak. Jurnal Keperawatan Anak. 1 (2), 104-112.

Mariani, G. (2012). Efektifitas Fisioterpi Dada ( Clapping) Untuk Mengatsi


Masalah Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Denagan Brokopneumonia Di
Ruang Anak RSUD Dr.Moh. Soewandi Surabaya, Jurnal Keperawatan.
UMSby Surabaya.

Masfufatun, J. (2016). Hubungan Faktor Kualitas Lingkungan Rumah Dengan


Kejadian Pneumonia Pada Bayi di Wilayah Puskesmas Banjarmangu 1
Kabupaten Banjarnegara, Universitas Diponegoro.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernafasan. Salemba Medika. Jakarta.

Manurung, S. 2009. Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi. CV.Trans Info


Media.Jakarta.

Nurafifah, D. (2015). Pemberdayaan Siswa Sebagai Dokter Kecil Terhadap


Pengetahuan Dan Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat Usia Sekolah Di SD
Tlogo Haji Kabupaten Bojonegoro.

Nurnajiah, M. (2013). Hubungan Status Gizi Dengan Derajat Pneumonia Pada


Balita di RS. Dr. M. Jamil Padang, Jurnal Keperawatan. FK UNDAD
Padang.

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA.Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam, R. S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba


Medika.

Pasalli, C. R. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Anak Menggunakan


Metode Forward ChainingG Berbasis Mobile. Jurnal, Universitas Manado
Indonesia.

Paramanindi, D. S (2014) Analisis Praktik Klinik keperawatan kesehatan


Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Bronchopneumonia Di Ruang Rawat
124

Inap Anak Lantai III Selatan RSUD Fatmawati Jakarta. Karya Tulis
Ilmiah Ners. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Sumartini, S. (2015). Perbedaan Faktor Prilaku Pada Keluarga Balita


Pneumonia Dan Tidak Pneumonia Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas
Munjul Kabupaten Majalengkatahun 2015.

Somantri, I. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Salemba Medika. Jakarta.

Syaifuddin. (2013). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Taylor, C. M. (2014). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan.
Jakarta:
EGC.

Worang, T. Y. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan


Kebersihan Gigi dan Mulut Anak di TK Tunas Bhakti Manado, Jurnal
Keperawatan. Universitas Sam Ratulagi Manado.

Anda mungkin juga menyukai