PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar.
khususnya bagi para balita, karena kesehatan merupakan aset atau kekayaan
merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat
investasi bangsa, dan merupakan anugrah yang paling besar dari Tuhan Yang
Maha Esa. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan serta
1
KARYA TULIS ILMIAH 2017
anak juga jauh lebih rentan terkena penyakit dibandingkan orang dewasa.
hal penting yang selalu menjadi fokus orang tua, karena anak berada dalam
bagi orang tua.Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kesehatan anak
kematian nomor 2 pada balita. Sebanyak 1,7 miliar kasus diare terjadi setiap
UNICEF (2012) Angka tingkat kematian yang dirilis UNICEF bulan agustus
2012 lalu menunjukkan bahwa secara global sekitar 2.000 anak di bawah usia
lima tahun meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari jumlah tersebut
sebagian besar atau sekitar 1.800 anak per hari meninggal karena penyakit
diare karena kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan dasar Waromi
(2016).
Diare pada balita sebesar 10,2%. Penyakit diare merupakan penyakit endemis
di Indonesia dan juga merupakan potensi KLB yang sering disertai dengan
kematian nomor satu pada pada balita (25,2%). Pada tahun 2012 angka
prevalensi tertinggi pada provinsi papua 14,7 % dan prevalensi terendah pada
penderita dengan penyakit Diare yang rawat inap di Rumah Sakit di seluruh
Kalimantan Selatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 5191 kasus dan pada
tahun 2015 penderita penyakit demam typhoid sebanyak 5818 kasus (Dinkes
Daerah Kalimantan Selatan khususnya data yang didapatkan dari RSUD Ulin
Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data dari Rekam medik RSUD Ulin
Tulip II A angka kejadian dari awal januari 2017 s.d Maret tahun 2017 dapat
Dari tabel 1.2 didapatkan data bahwa jumlah klien dengan Diare di Ruang
urutan pertama.
Kesimpulan dari tabel 1.1 dan 1.2, dari 10 penyakit terbanyak di ruang Tulip
II A RSUD Ulin Banjarmasin dari tahun 2016 dan bulan januari – maret 2017
dapat kita lihat klien yang menderita penyakit Diare setiap tahunnya dapat
terus meningkat.
Indonesia, yang terjadi secara terus menerus di seluruh daerah baik perkotaan
maupun pedesaan, penyakit diare ini dapat mengancam setiap orang tanpa
mengenal usia, jenis kelamin maupun status sosial. Diare pada anak berusia
Fenomena tersebut yang harus ditindak lanjuti oleh pihak yang terkait dalam
hal ini rumah sakit, khususnya perawat sehingga pentingnya peran seorang
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh pada tahap pertumbuhan
dan perkembangan anak. Meskipun sebagian besar kasus diare pada anak
merupakan kasus yang akan sembuh dengan sendirinya tanpa pertolongan dan
pengobatan, akan tetapi diare yang berlangsung terus menerus dan dengan
jumlah faeses yang banyak sering kali meningkatkan angka kesakitan bahkan
Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari
penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1 %).
Demikian halnya masih sekitar 15%-24% balita penderita diare yang diberi
cairan lebih sedikit atau tidak diberikan dan pemberian makanan yang lebih
sedikit atau tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data
Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena
pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak
Banjarmasin”
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
proses keperawatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
Hasil laporan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Diare ini
2. Secara Praktis
a. Bagi Klien
yang komprehensif.
b. Bagi Keluarga
c. Bagi Perawat
d. Bagi Penulis
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus.
sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi.
Sebelum zat ini diserap dalam tubuh, makanan harus bergerak sepanjang
10
11
sebagai berikut:
a. Mulut
meluas dari bibir sampai istums fausium yaitu perbatasan mulut dan
1) Bibir
saraf sensorik.
2) Pipi
3) Gigi
b) Gigi permanen
4) Lidah
12
Fungsi Saliva :
13
b. Faring
tulang rawan Krikoidea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat dan
telinga tengah.
14
c. Esophagus
lagi ke dalam esophagus, isi lambung sangat asam dana banyak men
15
2) Lapisan Submukosa
d. Lambung (Ventrikulus)
postur tubuh.
16
Struktur lambung :
kardiakum,
sfingter pylorus
pylorus inferior.
17
bergaris miring.
Fungsi Lambung :
dalam lambung.
18
n kasein.
instetium.
19
usus halus melalui dua nsaluran (kapiler darah dan kapiler limfe)
20
yaitu asam amino netral, asam amino biasa, dan asam amino
protein.
lumen usus halus dan usus besar oleh pompa yang terletak
21
lemak.
Proses ini dapat memakan waktu tiga sampai enam jam setelah
makan selesai dari satu ujung usus halus ke yang lain, dan itu
22
cm.
sebelah kiri.
23
g. Rectum
Sfinger Ani Eksternus). Kedua otot ini berfungsi pada waktu def
24
(ambeyen).
h. Anus
menurut kehendak.
dak.
kehendak.
1. Pengertian
bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
25
serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali
(Nurroho 2011).
besar dengan konsistensi lembek atau cair,serta frekuensi lebih dari 3 kali
sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir
2. Klasifikasi Diare
berikut:
sekali.
26
terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan seca
2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari.
gangguan motilitas.
baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat
terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi ataub akibat radiasi.
3. Etiologi
27
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (2008), ditinjau dari
golongan yaitu:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
28
b. Faktor malaborsi
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis
diareantara lain :
a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare
diare
29
menurun,
b. Gejala Spesifik
danberbau amis.
berkurang.
PaCO2 normal.
30
f. Demam
demam.
5. Patofisiologi
pada dinding usus sehingga akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
31
Phatway
Etiologi
hiperperis
Toksin pada Pergeseran taltik
dinding usus air dan
elektrolit ke
rongga usus
Hipertermi
Nutrisi kurang dari
Kurang Cemas
volume cairan kebutuhan tubuh
Kerusakan Integritas
Nyeri
kulit
32
6. Komplikasi
3 jam berturut-turut.
c. Sindrome guillan-barre.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan tinja
33
tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak
menular.
b. Pemeriksaan darah
8. Penatalaksanaan
mampu minum pada diare akut. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5
sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok
makan gula perliter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk
34
b. terapi simtomatik
1. Pengertian
dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan
ukran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
2013).
35
1) Faktor Herediter
2) Faktor Lingkungan
a) Lingkungan Internal
perkembangan seks.
b) Lingkungan Esternal
36
a) Umur 1 bulan
(1) Fisik
(2) Motorik
(3) Sensoris
(4) Sosialisasi
ekitarnya.
(1) Fisik
37
(3) Sensoris
didengarnya.
(4) Sosialisasi
(1) Fisik
Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,
ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.
(2) Motorik
(3) Sensoris
38
dekatnya.
(4) Sosialisasi
(1) Fisik
(2) Motorik
mulutnya sendiri.
(3) Sosialisasi
39
(1) Fisik
(2) Sensoris
disekitarnya.
(3) Sosialisasi
(1) Fisik, berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi b-
(2) Motorik
40
kertas.
(3) Sensoris
(4) Sosialisasi
a) Umur 15 bulan
melempar benda.
b) Umur 18 bulan
41
balok.
c) Umur 24 bulan
gelas.
d) Umur 36 bulan
roda tiga.
ala.
42
kancing baju.
(a) Motorik
43
6-7 cm/tahun.
proporsi tubuhmemanjang.
sebaya.
keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
44
keperawatan (Nursalam.2011:1).
1. Pengkajian Keperawatan
pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan dan
1. Pengkajian :
mukosa mulut.
c. Kaji tinja; jumlah, warna, bau, konsistensi, dan waktu buang air
besar.
45
tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat
(Nursalam, 2011:59).
a. Aktual (actual)
c. Kemungkinan (Possible)
d. Sejahtera (Wellness)
e. Sindrom (Syndrom)
penyakit.
(etiologi).
46
3. Intervensi Keperawatan
kolaboratif.
47
meningkat
tanda nyeri)
Intervensi Rasional
1 2
1. Lakukan pegkajian nyeri secara 1. Respon nyeri sangat individual
komprehensif termasuk lokasi, sehingga penangananya pun
karakteristik, durasi, frekuensi, berbeda untuk masing-masing
kualitas dan faktor presipitasi individu
48
10. Kolaborasi dengan dokter bila ada 10. Kolaborasi yang tepat membantu
komplain tentang pemberian pasien mempercepat tindakan
analgetik tidak berhasil. Keperawatan
normal
49
pusing
Intervensi Rasional
50
menelan
Intervensi Rasional
defekasi
51
kelembaban kulit
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien untuk 1. Untuk mencegah penekanan pada
menggunakan pakaian yang
kulit
longgar
52
e. Devisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang
Intervensi Rasional
1. Pertahankan catatan input dan 1. Untuk membantu perkiraan
output yang akurat keseimbangan cairan pasien
53
Kriteria :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
Intervensi Rasional
54
2. menghilangkan kecemasan
2. Beritahu dan jelaskan tentang
orangtua klien karena
prognosa dan diagnose penyakit
ketidaktahuan tentang prosedur.
yang dialami oleh anaknya.
3. menghilangkan kecemasan
3. Jelaskan tindakan yang akan
orangtua klien karena
dilakukan terhadap anaknya
ketidaktahuan tentang prosedur.
sebelum tindakan dilakukan.
4. Keterlibatan orang tua dapat
4. Dorong dan ibatkan orangtua membatu dalam perawatan anak
dalam perawatan terhadap dan mengindari persepsi yang
anaknya. salah dan membantu
menghilangkan kecemasan pada
anak.
4. Implementasi
55
5. Evaluasi
a. Tujuan Evaluasi
b. Tahap Evaluasi
a) Kognitif
56
b) Afektif
c) Psikomotor
c. Komponen Evaluasi
terjadi
standar
6. Dokumentasi Keperawatan
57
143).
7. Kompres Hangat
1. Pengertian
lain adalah :
3. Macam-macam kompres
58
dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut
a. Indikasi
persendian
59
b. Kontraindikasi
meningkatkan perdarahan
jauh.
antara lain :
d. Lakukan :
60
ang lembab
lebih 5 menit
4) Ganti secara bergilir bagian handuk bawah dan atas setelah suhu
dingin
kondisi anak
NO PROSEDUR
1 Persiapan alat
Baskom mandi., Air hangat., Selimut mandi, Termometer., Waslap. Bantal
tahan air.. Sarung tangan disposable.
2 Tahap pre-interaksi
Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
Cuci tangan
3 Tahap orientasi
Berikan salam, panggil nama klien
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
4 Tahap Kerja
Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Pastikan privasi klien terjaga
Ukur suhu dan nadi anak.
Letakkan bantal tahan air dibawah tbh anak dan lepaskan pakaian.
Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yg tdk dikompres. Tutup
jendela dan pintu untuk mencegah aliran udara ke dlm ruangan.
Periksa suhu air.
Celupkan waslap dlm air dan letakkan waslap yg sdh basah dibawah masing-
masing aksila dan lipat paha selama 2-3 menit.
Dgn perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon anak.
61
Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu tbh anak. Observasi
respon klien thd terapi.
Lanjutkan mengkompres akstremitas lain, punggung dan bokong setiap 5
menit. Kaji ulang suhu dan nadi tiap 15 menit.
Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha sesuai
kebutuhan.
Keringkan ekstremitas dan bagian tbh scr menyeluruh. Selimuti anak dgn
selimut mandi.
Buang perlahan dan ganti linen tempat tidur bila basah.
Ukur suhu tubuh anak.
Catat pada catatan perawat bahwa prosedur telah dilakukan dan dihentikan,
perubahan vital sign seperti adanya menggigil.
5 Tahap terminasi
Evaluasi perasaan klien
Simpulkan hasil kegiatan
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Bereskan alat-alat
Cuci tangan
6 Dokumentasi
Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan
62
BAB III
METODE PENELITIAN
Subyek pada penelitian Studi Kasus ini adalah pasien Diare yang
yang dibuat oleh peneliti. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria inklusi dan
eksklusi
C. Fokus Studi
62
Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin
KARYA TULIS ILMIAH 2017
63
Pada Penelitian Fokus Studi Kasus ini yaitu Gambaran pemberian Kompres
UlinBanjarmasin
D. Defenisi Operasional
pemberian kompres pada daerah prontal, axila atau lipatan paha. Diare
tubuh (hipertermi).
Pada pengumpulan data Studi Kasus ini yaitu disajikan dalam bentuk narasi
Kasus ini untuk mengumpulkan datanya melalui melihat buku status pasien,
observasi dan wawancara dengan pasien atau keluarga pasien. Studi kasus ini
64
Lokasi dalam penelitian Studi Kasus ini yaitu di ruang Tulip II A RSUD
penelitian, dalam hal ini RSUD Ulin Banjarmasin. Setelah dapat persetujuan
meliputi:
yang memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
3. Confidentiality (kerahasiaan)
65
BAB IV
HASIL DAN PEMAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Hasil
Hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di RSUD Ulin
Banjarmasindi Ruang TulipNo. II A yaitu Pada Klien An. M.R dan Klien
An. A.P
2. Pengakajian
a. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2
66
67
68
Keterangan :
: Laki-laki : Penderita/Klien
: Meninggal
c. Riwayat Anak
Masa Anak Klien I Klien 2
1. Masa Prenatal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
selama masa selama masa
kehamilan, ibu klien kehamilan, ibu klien
rajin memeriksakan rajin memeriksakan
kehamilannya ke kehamilannya ke
Puskesmas sebanyak 4 Puskesmas sebanyak 5
– 5 × dan tidak ada - 6 × dan tidak ada
kelaianan-kelaianan kelaianan-kelaianan
dalam kehamilan. dalam kehamilan.
69
70
e. Imunisasi
Catatan Pemberian Imunisasi Bayi Umur 0 Sampai Sebelum 1 tahun
71
Berat Badan Ibu klien mengatakan berat Ibu klien mengatakan berat
badannya saat lahir sekitar badannya saat lahir sekitar
3.100 kg dan berat badannya 3.500 kg dan berat
sebelum masuk rumah sakit badannya sebelum masuk
yaitu, 23 kg Berdasarkan rumah sakit yaitu, 12 kg
penimbanagan berat badan Berdasarkan penimbanagan
pada hari Senin, 05 juni 2017 berat badan pada hari
jam 11.00 WITA berat badan Kamis, 05 juni 2017 jam
klien normal 22 kg sesuai 13.00 WITA berat badan
umur klien klien normal 11 kg sesuai
umur klien
Tinggi Badan Ibu klien mengatakan tinggi Ibu klien mengatakan tinggi
badan klien pada hari sabtu, badan klien pada hari selasa,
Waktu Tumbuh Gigi Ibu klien mengatakan waktu Ibu klien mengatakan waktu
tumbuh gigi pada anaknya tumbuh gigi pada anaknya
yaitu berumur 6 bulan. yaitu berumur 6 bulan.
umu umur
72
Bicara Pertama Kali Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien
bisa berbicara pertama kali bisa berbicara pertama kali
pada umur 11 bulan pada umur 12 bulan
g. Riwayat Nutrisi
Riwayat Nutrisi Klien 1 Klien 2
73
h. Riwayat Hospitalisasi
Riwayat Hospitalisai Klien 1 Klien 2
74
Kepala dan Leher Kebersihan kepala dan Kebersihan kepala dan leher
leher tampak bersih, warna tampak bersih, warna rambut
rambut hitam, kepala tidak hitam, kepala tidak ada
ada benjolan, tidak lesi, benjolan, tidak lesi, tidak
tidak teraba massa kepala, teraba massa kepala, tidak
tidak ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, pergerakan
pergerakan leher dapat leher dapat menoleh ke kiri
menoleh ke kiri dan ke dan ke kanan, tidak ada
kanan, tidak ada pembengkakan kelenjar
pembengkakan kelenjar tyroid.
tyroid.
Mata klien tampak bersih, Mata klien tampak bersih,
Mata (Penglihatan) mata simetris antara kiri mata simetris antara kiri dan
dan kanan, sklera tidak kanan, sklera tidak ikterik,
ikterik, konjungtiva konjungtiva anemis, refleks
anemis, refleks pupil pupil normal isokor, tidak
normal isokor, tidak strabismus, fungsi
strabismus, fungsi penglihatan baik (Klien
penglihatan baik (Klien masih dapat melihat tulisan,
dapat melihat, benda dan benda dan lambaian tangan
lambaian tangan dalam dalam jarak ± 3 meter, klien
jarak ± 2 meter, klien tidak tidak menggunakan alat
menggunakan alat bantu bantu penglihatan (kaca
penglihatan (kaca mata), mata), tidak tampak
75
Mulut (Pengecapan)
Kebersihan mulut Klien Kebersihan mulut Klien
tampak bersih, bentuk tampak bersih, bentuk
normal, tidak terdapat normal, tidak terdapat
peradangan maupun lesi peradangan maupun lesi
pada mukosa mulut, pada mukosa mulut, mukosa
mukosa bibir kering dan bibir kering dan fungsi
tidak ada kelainan pada pengecapan baik (dapat
mulut membedakan rasa manis dan
asam).
Dada (Pernafasan) I -Dada klien tampakBersih,
I -Dada klien
bentuk simetris, irama
76
77
78
79
80
Di Rumah Sakit :
Di Rumah Sakit :
- Body Image :
81
82
83
84
Nilai-nilai MC
MCV L,77 L77
26 24
MCH
34 36
MCHC
Hitungan Jenis
Basofil 0,1 0,1
Eosinifil L.0,4 L.0,4
Neutrofil stab 0 0
Neutrofil segnen H.92.7 H.83.6
Limfosil L.40 L.40
Monosit 2.8 2.6
Kimia Klinik
Natrium 139 139
Kalium 4.1 4.1
Glukosa darah sewaktu 98 94
l. Pengobatan
Pengobatan
Klien 1 Klien 2
1. Injeksi 1. Injeksi
- Cefotoxie : 400 mg Intrvena - Cefotoxie : 200 mg Intrvena
- Antrain :125 mg Intravena - Antrain :100 mg Intravena
- Kalmetasone: 2,5 mgIntravena - Kalmetasone 2,5 mgIntraV
3. Analisa Data
Data Problem Etiologi
Klien 1
DS Defisit Pengetahuan Kurangnya Terpapar
Informasi
85
DO
- Orang tua klien tampak
bingung
- Orang tua klien sering
bertanya tentang
masalah penyakit yang
diderita pada anaknya
- Klien tampak
menghisap jari jempol
tangan
DO
- Ekspresi wajah orang
tua tampak cemas
- Orang tua klien sering
bertanya tentang
kondisi anaknya
Klien 2
86
ditempat tidur
- Klien tampak
BAB cair
- TTV
N. 120 x/menit
T.38.6ºC
R. 36 x/menit
- GCS skor 15
kesadaran
composmentis
DO:
- Tampak berbarin di
tempat tidur
- Temp. 38,6ºC
P- hiperparistaltik usus
T- hilang timbul
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak
mengemut jari tangan
87
4. Diagnosis Keperawatan
Data Problem Etiologi
Klien 1
DO
- Orang tua klien tampak
bingung
- Orang tua klien sering
bertanya tentang masalah
penyakit yang diderita
pada anaknya
- Klien tampak menghisap
jari jempol tangan
DO
- Ekspresi wajah orang tua
tampak cemas
- Orang tua klien sering
bertanya tentang kondisi
anaknya
Klien 2
88
DO:
- Temp. 38,6ºC
P- hiperparistaltik usus
T- hilang timbul
89
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak menghisap
jempol tangan
Klien 1
89
penyakit penanganan mencegah dan penanganan dan pencegahan)
3. Mampu dan terjadinya pencegahan) 1. Mengevaluasi tingkat pengetahuan
menjelaskan pencegahan komplikasi. 3. Mendiskusikan pada keluarga tentang informasi
faktor resiko 3. Diskusikan 3. Pengetahuan perubahan yang diberikan
4. Mampu perubahan tentang gaya hidup
menjelaskan gaya hidup stimulasi yang mungkin
efek penyakit yang tumbuh diperlukan
5. Mampu mungkin kembang untuk
menjelaskan diperlukan diharapkan mencegah
tanda dan untuk keluarga dapat komplikasi di
gejala mencegah memberikan masa yang
penyakit komplikasi di rangsangan akan datang
6. Mampu masa yang untuk dan atau proses
menjelaskan akan datang perkembangan pengontrolan
komplikasi dan atau anak penyakit
7. Mampu proses pe- berikutnya.dan (Memberikan
menjelaskan ngontrolan meningkatkan saran kepada
bagaimana penyakit kualitas keluarga agar
mencegah 4. Diskusikan kesehatan klien untuk
komplikasi pilihan terapi 4. Untuk tidak
atau tercapainya menghisap jari
penanganan keberhasilan jempol tangan
5. Kuatkan dalam proses dan
90
informasi keperawatan memberikan
yang 5. Meningkatkan saran agar
disediakan koping dalam mencuci
tim kese- proses tangan sebelum
hatan yang keperawatan dan sesudah
lain dengan 6. Untuk makan).
cara yang mengevaluasi 4. Mendiskusikan
tepat sejauh mana pilihan terapi
6. Tanyakan pemahaman atau
pada atau penanganan
keluarga pengetahuan 5. Menguatkan
tentang informasi yang informasi yang
informasi diterima disediakan tim
yang kesehatan yang
diberikan lain dengan
cara yang tepat
6. Menanyakan
pada keluarga
tentang
informasi yang
diberikan
91
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Ketenangan 2. Memberikan Subjektif:
berhubungan tindakan ketenangan orang tua dapat ketenangan
Orang tua klien mengatakan sangat
dengan Perubahan keperawatan pada orang membantu pada orang tua cemas terhadap kesehatan anaknya
status kesehatan diharapakan tua pearawat dalam 3. Memberitahu
Objektif :
kecemasan orang 2. Beritahu dan proses dan jelaskan 1. Ekspresi wajah orang tua tampak
tua dapat teratasi jelaskan perawatan anak tentang cemas
dengan kriteria tentang karena jika prognosa dan 2. Orang tua klien sering bertanya
tentang kondisi anaknya
hasil prognosa dan orang tua panic diagnose
diagnosa dapat penyakit yang Assesment:
NOC: Anxiety Masalah belum teratasi
penyakit menghambat dialami oleh
Control
yang dialami perawat proses anaknya. Planning
1. Tamapak oleh anaknya. perawatan anak. 4. Menjelaskan Lanjutkan Intervensi
92
orangtua ketidaktahuan terhadap
dalam tentang anaknya.
perawatan prosedur. 6. Memberikan
terhadap 4. Keterlibatan motivasi
anaknya. orang tua dapat keluarga
5. Berikan membatu dalam dengan
motivasi perawatan anak memberikan
keluarga dan mengindari pengertian dan
dengan persepsi yang informasi
memberikan salah dan
pengertian membantu
dan informasi menghilangkan
6. Konsultasika kecemasan pada
n dengan tim anak.
medis untuk 5. Motivasi yang
mengetahui diberikan berupa
pengertian dan
kondisi
informasi dapat
anaknya memberikan
pengetahuan
terhadap orang
tua mngenai
kondidianaknya.
6. Mengatahui
sejauh mana
93
penyakit yang
diderita anak
Klien 2
94
tugor kulit keluarga mengontrol hitung intake 2. Memonitor status hidrasi
baik,membran untuk asupan intake harian (kelembaban membrane mukosa,
e mukosa membatu dan output
5. Memonitor nadi adekuat,
lembab ,tidak pasien makan pasien
ada rasa haus 7. Kolaborasi 6. Peran keluarga status nutrisi Tekanan darah ortostatik) jika
yang dengan dokter sangat penting 6. Mendoorong diperlukan
berlebihan dalam
keluarga untuk 3. Memoonitor Vital Sign
meningkatkan
kesehatan membatu 4. Memonitor Masukan makanan /
pasien pasien makan cairan dan hitung intake harian
7. Mencegah
5. Memonitor status nutrisi
kehilangan
cairan
2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Meyakinkan 1. Memonitor Subyektif :
berhubungan tindakan tubuh pasien perbandingan suhu tubuh
keperawatan setiap 4 jam data yang Orang tua klien mengatakan panas
dengan proses selama 6 jam pasien setiap 4 badan pada anaknya masih teraba
2. Memberikan akurat
inflamasi diharapkan pasien kompres 2. Membantu jam panas
menujukan hangat di dengan cara Obyektif :
2. Memberikan
temperatur dalam daerah dahi/ konduksi
batas normal kompres hangat 1. Klien tampak lemah
frontal, (pemindahan
dengan kriteria di daerah dahi/ 2. Klien tampak demam
axilla, dan panas).
hasil 3. Suhu tubuh di atas batas normal
lipatan paha 3. Panas frontal, axilla, 38.2ºC
1. Suhu tubuh serta dikeluarkan
dan lipatan 4. Akral teraba panas
dalam rentang mengajarkan dengan cara
normal kepada orang radiasi paha serta
Assesment:
2. TTV dalam tua klien cara 4. Membantu mengajarkan Masalah teratasi sebagian
rentang mengompres mempercepat kepada orang Planning
normal hangat proses Lanjutkan Intervensi
tua klien cara
95
3. Tidak ada 3. Menganjurkan pengeluaran mengompres 1. Memonitor suhu tubuh pasien
perubahan kepada orang panas melalui hangat setiap 4 jam
warna kulit tua klien agar urine dan
3. Menganjurkan 2. Memberikan kompres hangat di
dan tidak ada anaknya keringat
pusing menggunakan 5. Mempengaruhi kepada orang daerah dahi/ frontal, axilla, dan
pakaian tipis hipotalamus tua klien agar lipatan paha serta mengajarkan
dan mudah untuk
anaknya kepada orang tua klien cara
menyerap mempertahank
keringat an suhu tubuh menggunakan mengompres hanga
4. Menganjurkan dan pakaian tipis 5 Berkolaborasi dalam pemberian
kepada orang mempercepat
dan mudah antipiretik, Analgesik dan
tua klien agar pertumbuhan
anaknya dan mencegah menyerap antibiotik
untuk banyak terjadinya keringat - Inj. Antrain 100 mg
minum ± 8- komplikasi intravena
4. Menganjurkan
10 gelas/ hari - Inj. Cefotoxie 200 mg
kepada orang intravena
bila tidak ada tua klien agar
mual dan anaknya untuk
muntah banyak minum
5. Kolaborasi ± 8-10 gelas/
dalam hari bila tidak
pemberian ada mual dan
antipiretik, muntah
Analgesik 5. Berkolaborasi
dan antibiotik dalam
pemberian
antipiretik,
Analgesik dan
antibiotik
96
- Inj. Antrain
125 mg
intravena
- Inj. Cefotoxie
400 mg
Intravena
97
3. Gunakan perawat 3. Mengontrol 5 Berkolaborasi dalam pemberian
teknik sehingga dapat faktor analgetik
komunikasi lebih lingkungan 6 Mengevaluasi tindakan
terapeutik kooperatif yang pengurangan nyeri/kontrol nyeri
untuk dalam program mempengaruhi
mengetahui manajemen nyeri seperti
pengalaman nyeri suhu ruangan,
nyeri klien 4. Lingkungan pencahayaan,
sebelumnya yang nyaman kebisingan
4. Kontrol dapat 4. Memberikan
faktor membantu dan
lingkungan klien untuk mengajarkan
yang mereduksi teknik relaksasi,
mempengaru nyeri distraksi
hi nyeri 5. Untuk 5. Berkolaborasi
seperti suhu meningkatkan dalam
ruangan, kenyamanan pemberian
pencahayaan, 6. Pengalihan analgetik
kebisingan nyeri dengan 6. Mengevaluasi,
5. Kurangi relaksasi dan tindakan
faktor distraksi dapat pengurang
presipitasi mengurangi nyeri/kontrol
nyeri nyeri yang nyeri
98
6. Pilih dan sedang timbul.
lakukan 7. Untuk
penanganan eningkatkan
nyeri kenyamanana
(farmakologi 8. Pemberian
s/non analgetik yang
farmakologis tepat dapat
) membantu
7. Ajarkan klien untuk
teknik non beradaptasi
farmakologis dan mengatasi
(relaksasi, nyeri
distraksi dll) 9. tindakan
untuk evaluatif
mengetasi terhadap
nyeri penanganan
8. Berikan nyeri dapat
analgetik dijadikan
untuk rujukan untuk
mengurangi penanganan
nyeri nyeri yang
9. Evaluasi mungkin
tindakan muncul
99
pengurang berikutnya
nyeri/kontrol atau yang
nyeri sedang
10. Kolaborasi berlangsung
dengan 10. Kolaborasi
dokter bila yang tepat
ada komplain dapat
tentang mempercepat
pemberian tindakan
analgetik keperawatan
tidak berhasil
100
101
Objektif
1. Orang tua klien dapat
mejelaskan
pengertian tentang
penyakit Diare
penyebab, tanda
gejalan, pencegahan
dan penanganannya
2. Orang tua Klien dapat
menjelaskan
pentingnya mencuci
tangan
Assesment:
Masalah teratasi
Planning
Intervensi dihentikan
masih bertanya
tentang kondisi Planning
Planning
Lanjutkan Intervensi 4
Klien 2
1 Resiko Defisit Subyektif : Subyektif :
Volume Cairan
Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
mengatakan anaknya anaknya BAB cair sudah
BAB cair sudah mulai berkurang 3-4 kali
berkurang 4-5 kali
Obyektif :
Obyektif : 1. Klien tampak masih
1. Klien tampak lemah lemah
2. Klien tampak 2. Klien tampakt duduk
bebaring di tempat ditempat tidur
tidur 3. Membran mukosa
3. Membran mukosa lembab
kering 4. Vital Sign
4. Vital Sign TD-
TD- N 102 x/m
N 104 x/m R 30 x/m
R 32 x/m T 36,2ºC
T 38,0ºC GCS Skor 15
GCS Skor 15 kesadaran
kesadaran Composmentis
Composmentis
Assesment:
Assesment: Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi
sebagian
Planning
Planning Intervensi dihentikan Klien
Lanjutkan intervensi diizinkan pulang
1,2,3,,5,6,7
2 Hipertermi Subyektif : Subyektif :
Berhubungan Dengan
Proses Inflamasi Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
mengatakan panas badan panas badan pada anaknya
pada anaknya sudah sudah tidak ada
mulai berkurang
Obyektif :
Obyektif :
1. Klien tampak lemah
1. Klien tampak lemah 2. Klien tampak demam
2. Klien tampak 3. Suhu tubuh dalam batas
demam berkurang batas normal 36.2ºC
3. Suhu tubuh masih di 4. Akral teraba panas
atas batas normal hangat
38.0ºC
4. Akral teraba hangat Assesment:
Masalah teratasi
103
Assesment: Planning
Masalah teratasi Intervensi dihentikan klien
sebagian diizinkan pulang
Planning
Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5
Assesment Assesment
Masalah teratasi Masalah teratasi
sebagian
Planning
Planning Intervensi dihentikan klien
Lanjutkan Intervensi diizinkan pulang.
1,2,3,5,
104
0
Suhu Tubuh hari ke 1 Suhu Tubuh hari ke 2 Suhu Tubuh hari ke 3
diare.
105
B. Pembahasan
Data yang ditemukan pada anak yang mengalami demam, hal ini sesuai
dengan mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,
gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah
pada pemeriksaan feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
yang muncul adalah peningkatan suhu tubuh. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa masalah utama yang muncul adalah Pada umumnya demam akan
timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam
suhu tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih
efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar
dari kulit.
dapat teratasi karena disebabkan oleh beberapa hal. Pertama pada masalah
kondisi anak menangis dan rewel peran orang tua dilibatkan tindakan
besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(Sodikin, 2012).
produksi cairan tubuh dan peningkatan aliran darah, yang selanjutnya akan
Demam juga berperan sebagai mekanisme adaptif. Pada keadaan ini, demam
dan elektrolit, nyeri kepala, nyeri sendi, lemah, perasaan tidak nyaman,
kurang nafsu makan, susah tidur, dan gelisah. Kerusakan jaringan juga dapat
terjadi bila suhu lebih tinggi dari 410C. Jaringan yang rentan mengalami
kerusakan adalah susunan saraf pusat (otak) dan otot, yang biasanya muncul
dimana dalam satu hari anak hanya diberikan Kompres hangat sebanyak
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan
pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan
Pelibatan orang tua dalam pemberian terapi ini merupakan alternatif atas
dengan tangisan anak yang mereda dan bahkan berhenti menagis. Sesuai
antara tenaga kesehatan dan unit keluarga sangat penting dilakukan dalam
daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien dengan
hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu
tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air
Hal di atas menunjukan dalam penelitian anak selama 3 hari di ruang Tulip
C. Keterbatasan Penelitian
Studi kasus ini dilakukan tentunya tidak lepas dari keterbatasan, peneliti
anak yang mengeluh nyeri dan rewel pada saat pelaksanaan sehingga peran
110
orang tua dilibatkan dan mengajarkan kepada orang tua bagaimana cara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
sanak ditunjukan dengan adanya perubahan dimana suhu dalam batas normal.
B. Saran
masalah peningkatan suhu tubuh , tentu terdapat faktor pendukung dan faktor
penghambat, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan masih jauh dari kata
1. Bagi Klien
kembali.
111
112
2. Bagi Keluarga
3. Bagi Perawat
DAFTAR PUSTAKA
114
Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Djuwariah, Sodikin, & Mustiah Yulistiani, (2011). Efektivitas Penurunan Suhu
Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat dan Kompres Plester Pada Anak
dengan Demam di Ruang Kanthil RSUD Banyumas, Skripsi,Banyumas
Ayu. I. E. (2015). Kompres Hangat Pada Daerah Axila Dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Alma Ata. Yogyakarta
Baiquni, F. (2016, Januari 01). FarizBaiquni.Juni 10, 2016, from
http://Farizbaiquni.co.id
Ekawati, (2015). Angka Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Ilmu Kebidanan.
STIKES Jend. A Yani.Yogyakarta. Vol. III No. 2
Elsera, C. (2015). Pengetahuan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Dengan
Penatalaksanaan Diare Balita Usia 1-5 Tahun. Jurnal Keperawatan. Stikes
Muhammadiyah Klaten.
Endra. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. M Dengan Thypoid di ruang
Alexanri RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.Studi Kasus.Akper
Kesdam:Banjarmasin.
Hidayat, A. A. A. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2 . Jakarta:
Salemba Medika.
Halim, Mubin. (2007). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi
– Edisi 2.- Jakarta : EGC, 2007
Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Librianty, N. (2015). Panduan mandiri melacak penyakit. Jakarta: PT Lintas Kata.
Muttaqin, A. (2010) Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. CV. Trans Invo
Medika. Jakarta.
Novianty, M. A. (2015). Studi Penggunaan Antibiotik Pada Penderita Penyakit
Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
Periode Januari - Agustus 2015.Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA.Yogyakarta: MediAction.
114
115