Anda di halaman 1dari 117

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan

yang optimal bukan hanya menjadi tanggungjawab dari sektor pendidikan,

ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar.

Upaya pembangunan dibidang kesehatan tercermin dalam program kesehatan

melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Sehingga

pada akhirnya akan terbentuk kemandirian masyarakat dalam menangani

masalah kesehatannya (Sumartini, 2015).

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat

khususnya bagi para balita, karena kesehatan merupakan aset atau kekayaan

yang paling berharga bagi masyarakat di seluruh dunia, kesehatan juga

merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat

menentukan kualitas sumber daya manusia terutama anak yang merupakan

investasi bangsa, dan merupakan anugrah yang paling besar dari Tuhan Yang

Maha Esa. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan serta

dilindungi dari ancaman yang dapat mempengaruhi terutama pada

pertumbuhan dan perkembangan anak (Sudirman, 2013).

Anak merupakan suatu periode yang sangat sensitif dengan masalah

kesehatannya. Apabila mendapat layanan kesehatan yang tepat dan

berkualitas, nutrisi, lingkungan yang sehat, dan stimulasi yang tepat

1
KARYA TULIS ILMIAH 2017

akanberdampak pada pertumbuhan dan perkembangan optimal. Sebaliknya

anak juga jauh lebih rentan terkena penyakit dibandingkan orang dewasa.

Daya tahan tubuh masing-masing anak berbeda, Kesehatan anak merupakan

hal penting yang selalu menjadi fokus orang tua, karena anak berada dalam

tahap perkembangan dan pertumbuhan di mana dibutuhkan perhatian khusus

bagi orang tua.Salah satu penyakit yang berhubungan dengan kesehatan anak

balita adalah penyakit Diare (Siswanto, 2012).

Menurut data World Health Organization (WHO), diare merupakan penyebab

kematian nomor 2 pada balita. Sebanyak 1,7 miliar kasus diare terjadi setiap

tahun dan menyebabkan sekitar 760.000 anak meninggal dunia. Selain

menjadi masalah di negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan

masalah utama di negara maju. Di Eropa, lebih dari 160.000 anak-anak

meninggal sebelum berusia 5 tahun dan lebih dari 4% kasus kematian

disebabkan oleh diare Ekawati (2015).

UNICEF (2012) Angka tingkat kematian yang dirilis UNICEF bulan agustus

2012 lalu menunjukkan bahwa secara global sekitar 2.000 anak di bawah usia

lima tahun meninggal setiap hari akibat penyakit diare. Dari jumlah tersebut

sebagian besar atau sekitar 1.800 anak per hari meninggal karena penyakit

diare karena kurangnya air bersih, sanitasi dan kebersihan dasar Waromi

(2016).

Insiden Diare pada balita sebesar 6,7% sedangkan period prevalence

Diare pada balita sebesar 10,2%. Penyakit diare merupakan penyakit endemis

di Indonesia dan juga merupakan potensi KLB yang sering disertai dengan

kematian. Menurut hasil Riskesdas 2007, diare merupakan penyebab

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

kematian nomor satu pada pada balita (25,2%). Pada tahun 2012 angka

kesakitan diare balita 900/1000 penduduk Ekawati (2015).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Angka prevalensi kejadian

diare di indonesia berdasarkan, prevalensi diare adalah 3,5 %, dengan

prevalensi tertinggi pada provinsi papua 14,7 % dan prevalensi terendah pada

provinsi Bangka belitung3,4 % sementara prevalensi diare pada provinsi

sulawesi utara berada pada angka 6,6 % Waromi (2016).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan

penderita dengan penyakit Diare yang rawat inap di Rumah Sakit di seluruh

Kalimantan Selatan pada tahun 2014 yaitu sebanyak 5191 kasus dan pada

tahun 2015 penderita penyakit demam typhoid sebanyak 5818 kasus (Dinkes

Kalimantan Selatan, 2014-2015).

Daerah Kalimantan Selatan khususnya data yang didapatkan dari RSUD Ulin

Banjarmasin, didapatkan data 10 penyakit terbanyak sejak bulan januari 2016

sampai dengan Bulan Desember 2016 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD


Ulin Banjarmasin Bulan Januari – Desember 2016

No Nama Penyakit Jumlah %


1 Diarrhoea and gantroentritis 275 26.39
2 Dengue Fever 217 20.83
3 Dengue hemoragik fever 182 17.47
4 Pneumonia 133 12.76
5 Neprhotic Syndrom 47 4.51
6 Nutritional marasmus 39 3.74
7 Thypoid Fever 38 3.65
8 Anaemia Unspesified 38 3.65
9 Anaemia 37 3.55
10 Anaemia in Neoplatic disease 36 3.45
Sumber: Data Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin 2016

Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan data dari Rekam medik RSUD Ulin

Banjarmasin, tahun 2016 Diare menempati urutan pertama dari 10 penyakit

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

terbanyak di ruang perawatan anak RSUD Ulin Banjarmasin dengan jumlah

275orang dengan persentasi 26.39%.

Berdasarkan data dariRekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin di Ruang

Tulip II A angka kejadian dari awal januari 2017 s.d Maret tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2 Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Tulip II A RSUD


Ulin Banjarmasin Bulan Januari – Mei 2017

No Nama Penyakit Jumlah %


1 Diarrhoea 62 26.96
2 Thypoi Fever 30 13.04
3 Pneumonia 26 11.30
4 Dengue Fever 24 10.43
5 Anaemia 23 10.00
6 Acute upper Respiratori infection 23 10.00
7 Chronic obstruktif pulmonary disease 12 5.22
8 Bacterial Pneumonia 11 4.78
9 Urinary tract Infection 10 4.35
10 Dengue haemoragik Fever 9 3.91
Sumber: Data Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin 2017

Dari tabel 1.2 didapatkan data bahwa jumlah klien dengan Diare di Ruang

Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin selama tahun 2017 ditemukan sebanyak

62 orang dengan persentasi 26.96%. Adapun penyakit Diare menempati

urutan pertama.

Kesimpulan dari tabel 1.1 dan 1.2, dari 10 penyakit terbanyak di ruang Tulip

II A RSUD Ulin Banjarmasin dari tahun 2016 dan bulan januari – maret 2017

dapat kita lihat klien yang menderita penyakit Diare setiap tahunnya dapat

terus meningkat.

Tingginya angka penyakit Diare merupakan penyakit multifaktorial di

Indonesia, yang terjadi secara terus menerus di seluruh daerah baik perkotaan

maupun pedesaan, penyakit diare ini dapat mengancam setiap orang tanpa

mengenal usia, jenis kelamin maupun status sosial. Diare pada anak berusia

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

dibawah 5 tahun masih merupakan masalah yang harus mendapat perhatian

oleh petugas kesehatan dan orang tua terutama di negara berkembang

termasuk Indonesia Maryunani (2010).

Fenomena tersebut yang harus ditindak lanjuti oleh pihak yang terkait dalam

hal ini rumah sakit, khususnya perawat sehingga pentingnya peran seorang

perawat professional dalam menjalankan asuhan keperawatan pada klien anak

dengan Diare dan keluarganya yang meliputi aspek promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta

memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh pada tahap pertumbuhan

dan perkembangan anak. Meskipun sebagian besar kasus diare pada anak

merupakan kasus yang akan sembuh dengan sendirinya tanpa pertolongan dan

pengobatan, akan tetapi diare yang berlangsung terus menerus dan dengan

jumlah faeses yang banyak sering kali meningkatkan angka kesakitan bahkan

kematian anak Maryunani(2010).

Praktek keluarga dalam hal pengobatan diare juga masih rendah terlihat dari

data (Indonesian Demographic Health Survey)IDHS 2007 bahwa penderita

diare yang dibawa ke sarana kesehatan, pemberian cairan selama diare,

pemberian makanan selama diare, pemberian oralit bahkan masih banyak

penderita diare yang tidak diobati yaitu bayi dibawah 6 bulan (50,1 %).

Demikian halnya masih sekitar 15%-24% balita penderita diare yang diberi

cairan lebih sedikit atau tidak diberikan dan pemberian makanan yang lebih

sedikit atau tidak diberi bahkan lebih banyak lagi (44%-48%). Data-data

tersebut di atas menunjukan perilaku keluarga tentang perawatan balita diare

masih sangat rendah di Indonesia Elsera (2015).

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

Tindakan keperawatan pada anak Diare salah satunya yaitu dengan

memberikan penyuluhan kesehatan sedangkan tindakan keperawan yang

dilakukan di rumah sakit pada anak yg mengalami Diare yaitu menurunkan

suhu tubuh dengan melakukan kompres hangat, melalui proses keperawatan

yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta

pendokumentasian yang baik dan benar dari proses tersebut.

Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh.

Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena

pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak

terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga

akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan

memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit

hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).

Berdasarkan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian Tindakan Kompres Hangat

Pada Asuhan KeperawatanDiare di Ruang Tulip II A RSUD Ulin

Banjarmasin”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimana Pelaksanaan Kompres Hangat Pada

Asuhan Keperawatan Diare di Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin?

C. Tujuan Penulisan

Dapat menggambarkan pemberian Kompres HangatPada Asuhan Kepera

watan Diare di ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin melalui pendekatan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

proses keperawatan.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan laporan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Diare di

Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil laporan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Diare ini

diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perkembangan ilmu

keperawatan, khususnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien anak dengan Diare

2. Secara Praktis

Secara praktis penulisan laporan ini diharapkan berguna bagi klien,

keluarga, perawat, rumah sakit, pendidikan, dan penulis.

a. Bagi Klien

Secara umum terpenuhinya kebutuhan dasar bagi klien dengan

Diare sehingga klien mampu mencapai kemandirian yang maksimal

bagi dirinya sendiri sehari-hari dan tercapainya pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal setelah di berikan asuhan keperawatan

yang komprehensif.

b. Bagi Keluarga

Diharapkan orangtua/keluarga mampu bekerjasama sehingga dapat

berperan serta untuk memberikan motivasi dan diharapkan

peningkatan pengetahuan serta kemampuan keluarga dalam

penanganan dan pencegahan penyakit pada klien anak dengan Diare.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

c. Bagi Perawat

Dengan penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif pada

klien anak dengan Diare diharapkan petugas kesehatan khususnya

perawat agar lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan pelayanan keperawatan berdarsakan

ilmu dan kiat keperawatan.

d. Bagi Penulis

Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengetahuan dan

keterampilan penulis serta penulis mendapat pengalaman secara

langsung dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara

komprehensif, selain itu juga diharapkan dapat memberikan tindakan

keperawatan yang tepat pada klien dengan Diare serta dapat

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien dengan Diare

e. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai masukan dalam meningkatan proses pembelajaran dan

memotivasi mahasiswa Akper Kesdam VI/Tanjungpura di masa akan

datang serta memperbaiki mutu dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan Diare secara optimal.

f. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan terutama bagi pihak yang

berkepentingan di RSUD Ulin Banjarmasin serta sebagai pembanding

antara metode teoritis yang telah didapatkan di pendidikan dengan

pelayanan yang dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin dalam upaya

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

peningkatan asuhan keperawatan pada klien anak dengan Diare,

sehingga diharapkan mutu pelayanan semakin meningkat.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan makanan menerima makanan dari luar dan

mempersiapkan bahan makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan

proses pencernaan (mengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan

bantuan zat cair yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus.

Fungsi utama sistem pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang

sudah dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan ke dalam

sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air, elektrolit, dan zat gizi.

Sebelum zat ini diserap dalam tubuh, makanan harus bergerak sepanjang

saluran pencernaan (Syaifuddin, 2013).

Sistem pencernaan terdiri dari mulut,kerongkongan, lambung

(ventrikulus), usus halus dan usus besar (Rosallia, 2015).

Gambar 2.1 Anatomi fisiologi sistem pencernaan


Sumber : Baikuni, 2016

10

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

11

Menurut Syaifuddin (2013) struktur organ saluran pencernaan adalah

sebagai berikut:

a. Mulut

Merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang letaknya

meluas dari bibir sampai istums fausium yaitu perbatasan mulut dan

faring.organ kelengkapan mulut adalah sebagai berikut :

1) Bibir

Bagian ekternal ditutupi oleh kulit, sedangkan bagian

internal di tutupi oleh jaringan epitel yang mengandung mukosa.

Bagian ini memiliki banyak pembuluh darah dan ujung-ujung

saraf sensorik.

2) Pipi

Merupakan kelengkapan mulut bagian luar yang dilapisi

oleh kulit. Bagian dalam oleh jaringan epitel yang mengandung

selaput lender (membran mukosa)

3) Gigi

Merupakan alat bantu yang berfungsi untuk menguyah dan

berbicara terdiri dari gigi sulung dan gigi permanen.

a) Gigi sulung (gigi susu)

Tubuh sejak 6-8 bulan dan lengkap umur 2,5 tahun.

b) Gigi permanen

Tumbuh pada umur 6-8 tahun, berjumlah 32 buah.

4) Lidah

Terdapat dalam Kavum Oris. Lidah terdiri atas susunan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

12

otot sering lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa lidah

berperan dalam proses mekanisme pencernaan dimulut dengan

menggerakan ke segalah arah.

Gambar 2.2 Anatomi Mulut (Oris)


Sumber : Sasrawan, 2012

5) Kelenjar Ludah (Saliva)

Kelenjar yang mengekresi larutan mucus kedalam mulut

betujuan membasahi dan melumasi partikel makanan sebelum

ditelan, kelenjar ini mengandung lipase lingua untuk mencerna

lemak dan ptyalin/amylase untuk mencerna tepung.

Fungsi Saliva :

a) Fungsi Mekanisme : mencampur saliva dengan makanan

agar menjadi lunak atau setengah cair yang disebut Bolus

agar mudah ditelan dan mendinginkan makanan.

b) Fungsi Kimia : melarukan makanan yang kering agar dapat

dirasakan, misalanya butiran gula atau garam dalam mulut

akan larut dengan Saliva.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

13

b. Faring

Adalah organ mulut yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan, panjangnya ±12 cm. Letaknya terbentang tegak lurus

antara basis kranii setinggi vertebra sarvikalis IV kebawah setinggi

tulang rawan Krikoidea. Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat dan

jaringan otot melingkar. Organ yang terpenting di dalam faring

adalah Tonsil yaitu kupulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring,

dan mematikanm mikroorganisme yang masuk melalui jalan

pencernaan dan pernafasan

Faring terdiri dari atas 3 bagian yaitu :

1) Nasofaring (Pars Nasalis)

Merupakan bagian superior yang menghungkan hidung dengan

faring, bagian sampingnya terdapat muara Apartura Tuba

Auditorius Eustakii yang menghubungkan nasofaring dengan

telinga tengah.

2) Orofaring (Pars Oralis)

Merupakan bagian yang menghubungkan rongga mulut dengan

faring. Pada bagian samping ditemukan jaringan limfoid

(Tonsila Palatina) yang tersembunyi dalam lekuk focus Fssa

Tonsilaris. Tonsa Palantina adalah jaringan limfoid berbentuk

gepeng yang dapat dilihat dengan mudah melalui mulut terbuka

pada dinding samping. Di lapisi oleh kapsul dan melekat secara

longgar pada otot konstruktor superior faring.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

14

3) Laringo faring (Pars Laringis)

Merupakan bagian interior yang menghubungkan laring dengan

faring. Bagian paling bawah berhubungan dengan laring dan

terbentang antara hyoid dengan esophagus.

Gambar 2.3 Anatomi Faring


Sumber: Sasrawan, 2012

c. Esophagus

Esophagus (Kerongkongan) merupakan saluran pencernaan setelah

mulut dan faring, panjangnya kira-kira 25 cm dengan posisi mulai

dari tengah leher sampai ujunga bawah rongga dada di belekang

trachea. Pada bagian dalam di belakang jantung menembus

diafragma sampai ke rongga dada dan ke fundus lambung melewati

persampingan sebelah kiri diafragma. Pada peralihan esophagus ke

lambung terdapat sfinger kardiak yang di bentuk oleh lapisan otot

sirkuler gelombang menelan berjalan menuruni esophagus, fungsi

utama sfingter esophagus bwah adalah mencegah isi lambung naik

lagi ke dalam esophagus, isi lambung sangat asam dana banyak men

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

15

gandung enzyme proteolitik.

Lapisan dinding esophagus dari dalam ke laur :

1) Lapisan Selaput (Mukosa)

2) Lapisan Submukosa

3) Lapisan Otot Melingkar (Muscular Sirkuler)

4) Lapisan Otot Memanjang (Muscular Longitudinal)

d. Lambung (Ventrikulus)

Sebuah kantong muscular yang letaknya antara esophagus dan

usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan

pancreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat

mengembang karena adnaya gerakan peristaltic, terutama di daerah

epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan

yang masuk, adanya gelombang peristaltic, tekanan organ lain dan

postur tubuh.

Gambar 2.4 Struktur Lambung


Sumber: Sasrawan, 2012

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

16

Struktur lambung :

1) Fundus Ventrikuli : bagian ini menonjol ke atas, terletak di

sebelah kiri jantung, biasanya berisi gas.

2) Korpus Ventrkuli : bagian ini merupakan segitiga osteum

kardiakum,

3) Antrium Pilorus : bagian ini merupakan bagian lambung yang

berbentuk tabung dan mempunyai otot yang tebal terbentuk

sfingter pylorus

4) Kurvatura Minor : kurvatur minor ada di sebelah kanan lambung,

terbentang dari osteum kardiak sampai ke pylorus.

5) Kurvatura Mayor : bagian ini terbentang pada sisi kiri osteum

kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke

pylorus inferior.

6) Osteum Kardiakum : osteum ini merupakan tempat esophagus

bagian abdomen masuk kelambung. Pada bagian ini terdapat

orifisium pylorus yang tidak mempunyai sfingter khusus, tetapi

hanya berbentuk cicin yang membuka menutup osteum dengan

cara kontraksi dan relaksasi.

Lapisan lambung terdapat 5 bagian, yaitu :

a) Lapisan Selaput Lendir (Mukosa). Bila lambung di

kosongkan lapisan ini berlipat-lipat yang di sebut Rugae.

b) Lapisan Otot Melingkar (Muskular Aurikuralis). Lapisan ini

merupakan jaringan otot yang kuat.

c) Lapisan Otot Miring (Muskulus Obligue). Mempunyai otot

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

17

bergaris miring.

d) Lapisan Otot Memanjang (Muskulus Longitudinal). Lapisam

ini merupakan susunan lapisan oto lampung yang panjang.

e) Jaringan ikat (Peritoneum/Serosa). Jaringan ini melapisi

lambung bagian luar.

Apabila makanan ditelan, otot polos di fundus dan

korpus lambung secara refleks melemah sebelum makanan

sampai di lambung sehingga getah lambung meningkat 1.5

liter tanpa peningkatan tekanan nyata. Setelah lambung terisi

penuuh maka kontraksi mulai melemah di daerah fundus dan

korpus sehingga menekan isi lambung. Keaktifan di antrum

akan mencampur dan cermat dengan sekresi lambung,

membelah makanan menjadi partikel yang lebih kecil, dan

mencurahkan isi lambung yang sudah dalam bentuk setengah

cair (Khimus), perlahan masuk ke duodenum karena

pompaan antrum pylorus.

Fungsi Lambung :

a) Lambung berfungsi untuk membantu proses pencernaan

makanan. Pencernaan di lambung merupakan proses

pencernaan tahap kedua setelah proses pencernaan di mulut.

b) Lambung berperan mengubah protein menjadi pepton.

c) Lemak yang masuk ke dalam tubuh kita juga mulai dicerna di

dalam lambung.

d) Selain itu, lambung juga membekukan susu dan mengeluarka

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

18

n kasein.

e) Makanan yang kita konsumsi akan masuk ke lambung dan

dicairkan serta dicampurkan dengan HCl. Jika proses

pencampuran tersebut berhasil dilakukan, cairan-cairan hasil

pencampuran akan siap untuk dicerna di bagian usus.

e. Usus Halus (Intestinum Minor)

Usus Halus (Intestinum Minir) merupakan bagian dari sistem

pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir

pada sekum, panjangnya ±6 meter, dan merupakan saluran

pencernaan yang paling panjang. Bentuk dan susunannya berlipat-

lipat melingkar. Makanan dapat masuk karena adanya gerakan

memberikan permukaan yang lebih halus.

1) Struktur Usus Halus

a) Duodenum : bentuknya melengkung seperti kuku kuda,

pada lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian kanan

duodenum terdapat bagian yang membukti tempat

bermuarnya saluran empedu (Duktus Koledokus). Dinding

duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak

mengandung kelenjar Brunner untuk memproduksi getah

instetium.

b) Jejunum : panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok,

terletak sebelah kiri atas instestinum minor. Dengan

peranataraan lipat peritoneum yang berbentuk kipas

(Mesenterium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

19

vena masentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke

ruang antara peritoneum.

c) Ileum : ujung batas antara ileum dan jejenum tidak jelas,

panjangnya ±4-5 meter, ileum merupakan usus halus yang

terletak disebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum

dengan perantaraan lubang orifisum ileosekalis yang di

perkuat oleh sfingter dan kutup valvula cairan dalam kolon

agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.

Gambar 2.5 Struktur usus halus


Sumber:Sasrawan, 2012

2) Absorpsi Usus Halus

Absorpsi makanan yang sudah di cerna berlangsung dalam

usus halus melalui dua nsaluran (kapiler darah dan kapiler limfe)

di sebelah dalam permukaan vili. Sebuh vili berisikan lacteal

pembuluh darah, epithelium, dan jaringan otot yang di ikat

bersama oleh jaringan limfoid dan seluruhnya di lapisi oleh

membrane dasar epithelium.

a) Absorpsi Karbohidrat : hasil akhir berupa Glukosa,

Galaktosa. Dan Fruktosa.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

20

b) Absorpsi Protein : hasil akhir pencernaan protein berupa

asam, amino. Absorpsi asam amino secara aktif lebih cepat

dari pada absorpsi secara pasif, system transport ada tiga

yaitu asam amino netral, asam amino biasa, dan asam amino

protein.

c) Absorpsi Lemak : hasil akhir pencernaan lemak adalah

asam lemak, gliserol, dan monogliserida. Garam empedu

membantu pencernaan dan absorpsi lemak bersama lesitin

dan monogliserida mengemulsi lemak dengan partikel

berdiamter 200-500 nm. Absorpsi kolesterol terjadi di usus

halus bagian distal dan berlangsung apabila ada kelenjar

empedu, asam lemak, dan penkreas.

d) Absorpsi Air dan Elektrolit : air dalam usus halus berasal

dari zat makanan / minumanan jumlah ±2000 ml sehari dan

air liur pencernaan 7000 ml sehari. 90 % dari cairan ini di

serap sehingga yang hilang bersama feses hanya 200 ml.

e) Absorpsi Natrium dan Kalium : bergabung pada gradient

konsentrasi sejumlah kecil Na+ yang di angkut keluar

lumen usus halus dan usus besar oleh pompa yang terletak

di dinding basilateral sel. Oada ileum dan jejunum,

transport Na+ dari usus halus kedarah di tingkatkan oleh

aldosterone dan glukosa di lumen di usus untuk

meningkatkan absorpsi Na+ . keadaan ini meruapakn dasar

pengobatan kehilangan air dan Na+ pada Demam

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

21

typhoiddengan memberikan larutan yang mengandung NaCl

dan Glukosa Oral.

f) Sejumlah kecil K+ di sekresi lumen usus yang meruapakan

komponen usus, kehilangan K+ melalui membrane pada

Demam typhoid kronis dapat mengakibatkan hypokalemia.

g) Absorpsi Klorida dan Bikarbonat : pada ileum dan usus

besar ion CI di absorpsi untuk menggantikan HCO2 .

Dengan demikian isi intestinal menjadi lebih alkali.

h) Absoropsi Vitamin dan Mineral : vitamin yang larut dalam

air lebih cepat di absorpsi di bandingkan yang larut dalam

lemak.

3) Fungsi Usus halus :

bertanggung jawab untuk menyerap sebagian besar nutrisi yang

ditemukan dalam makanan Anda. Pada saat makanan dicerna

mencapai usus halus, telah secara mekanis dipecah menjadi

cairan. Saat cairan ini mengalir di permukaan dalam usus halus

(yang memiliki banyak lipatan kecil untuk meningkatkan luas

permukaan), nutrisi dalam makanan masuk bersentuhan dengan

banyak pembuluh darah kecil yang mengelilingi usus halus.

Darah yang berada di dalam pembuluh darah ini kemudian

meninggalkan usus halus, membawa pergi nutrisi, elektrolit, air,

vitamin, mineral, lemak dan obat-obatan ke seluruh tubuh.

Proses ini dapat memakan waktu tiga sampai enam jam setelah

makan selesai dari satu ujung usus halus ke yang lain, dan itu

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

22

tergantung pada susunan makanan yang melewatinya, makanan

yang mengandung banyak serat bergerak lebih cepat.

f. Usus Besar (Intestinum Mayor)

Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau

berdiamter beser dengan panjangh 1,5-1,7 meter dan penampang 5-6

cm.

Struktur Usus Besar :

1) Sekum : kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra,

pada bagian bawah terdapat apendiks vermfirms di sebut umbai

cacing, panjanbgnya ±6 cm.

2) Kolon Asendens : bagian yang memanjang dari sekum ke jossa

iliaka dekstra sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13

cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan dan di bawah hati

sebelah kiri.

3) Kolon Transversum : Panjangnya 38 cm membujur dari kolom

asendes sampai kolon desenden. Berada di bawah abdomen

sebelah kanan teapay pada lekukan di sebut fleksura linelais

(Fleksura Koli Sinstra), mempunyai mesenterium yang melekat

pada omentum mayus.

4) Kolon Desenden : panjang 25 cm, terletak di bawah abdomen

bagian kiri dari atas ke bawah, dari depan fleksura linealis

sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid dan

dinding belakang peritoneal (retroperitoneal).

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

23

5) Kolon Sigmoid : bagian ini meruapakan lanjutan kolon

desendens, terletak dalam ringga pelvis. Bagian ini

panjangannya 40 cm dalam rongga pelvis sebelah kiri,

berbentuk huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan

rectum. Kolon siqmoid ini di tunjang oleh mesenterium yang di

sebut Mesokolon Siqmoideum.

Gambar 2.7 Struktur usus besar


Sumber: Sasrawan, 2012

g. Rectum

Merupakan lanjutan dari kolon siqmoid yang menghubungkan

instetinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, di mulai dari

pertengahan sacrum sampai kanalis anus. Rectum terletak dalam

rongga pelvis di depan os sacrum dan os koksigis.

Rectum terdiri atas dua bagian yaitu :

1) Rektum Propia : bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika

terisi sisa makanan akan timbul hasrat defekasi.

2) Rektum Analis Rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat

otot polos (Muskulus Sfingter Ani Internus dan Muskulus

Sfinger Ani Eksternus). Kedua otot ini berfungsi pada waktu def

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

24

ekasi. Tunika mukosa rectum banyak mengandung pembuluh

darah, jaringanmukosa, dan jaringan otot yang membantuk

lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat vena

rektalis (Hemoreidalis Superior dan Inferior) yang sering

mengalami pelebaran atau varises yang disebut wasir

(ambeyen).

h. Anus

Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berhungangan

dengan dunia luar terletak di dasar pelvis, dindingnya di perkuat

oleah sfingter ani yang terdiri atas :

1) Sfingter Ani Internus : terletak di sebelah dalam bekerja tidak

menurut kehendak.

2) Sfingter Levator Ani : bagian tenagh bekerja tidak menurut keh-

dak.

3) Sfingter Ani Eksternus : sebelah luar bekerja meneurut

kehendak.

B. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Wolrd Health Organization (WHO, 2013) Diare adalah suatu kondisi

dimana seseorangbuang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,

bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga

kali atau lebih) dalam satu hari Waromi (2016).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau

tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran,

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

25

serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali

sehari dengan atau tanpa lendir darah (Alimul, 2012).

Diare adalah mukosa lambung dan usus halus yang menyebabkan

meningkatnya frekuensi BAB dan berkurangnya konsistensi feses.

(Nurroho 2011).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diare

merupakan gangguan pada sistem pencernaan dimana seseorangbuang air

besar dengan konsistensi lembek atau cair,serta frekuensi lebih dari 3 kali

sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir

darah akibat terinfeksinya mukosa lambung dan usus halus.

2. Klasifikasi Diare

Menurut Suratun & Lusianah (2010) diare diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan :

a. Diare non inflamasi, diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan

menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir

dan darah. Keluhan abdomen jarang atau bahkan tidak sama

sekali.

b. Diare inflamasi, diare ini disebabkan invasi bakteri dan

pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan

mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

26

tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis

terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan seca

ra mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.

2. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari.

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat

dibagi menjadi diare sekresi, diare osmotik, diare eksudatif, dan

gangguan motilitas.

a. Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya

disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan

produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi

mukosa ke usus ke dalam lumen usus menurun. Penyebabnya

adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam

empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.

b. Diare osmotik, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat

diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik

dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare.

c. Diare eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa

baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat

terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi ataub akibat radiasi.

d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang

mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi

lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin, sindroma usus iritabel atau

diabetes melitus bisa muncul diare ini.

3. Etiologi

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

27

Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (2008), ditinjau dari

sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua

golongan yaitu:

a. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti

shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus,

clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik

usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan

(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau

asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,

hawa dingin, alergi dan sebagainya.

2) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A)

yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya

bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.

b. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:

1) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT),

protein, vitamin dan mineral.

2) Kurang kalori protein.

3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (2010), penyebab diare dapat dibagi

dalam beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

28

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:

infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus

echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan

infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,

strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia

lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).

2) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan

makanan seperti otitis media akut (OMA)

tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan

sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan

anak berumur dibawah dua (2) tahun.

b. Faktor malaborsi

Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.

c. Faktor makanan

d. Faktor psikologis

4. Tanda dan Gejala Diare

Widoyono (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala

diareantara lain :

a. Gejala umum

1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare

2) Muntah, biasanya menyertai diare ada gastroenteritis akut

3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala

diare

4) Gejala dehidrasi yaitu mata cekung, ketengangan kulit

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

29

menurun,

5) Apatis bahkan gelisah.

b. Gejala Spesifik

1) Vibrio cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras

danberbau amis.

2) Disenteriform : tinja berlendir dan berdarah.

Menurut Suratun & Lusianah (2010) gambaran klinis diare :

a. Muntah/muntah dan/atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan

berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus,

hematochezia, nyeri perut atau kram perut.

c. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake lebih kecil dari outputnya.

Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun,

mata cekung, lidah kering, tulanmg pipi menonjol, turgor kulit

menurun,dan suara serak.

d. Frekuensi nafas lebih cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).

Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat

terjadi penurunan pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang

pusat pernafasan agar bekerja lebih cepat dengan meningkatkan

pernafasan dengan tujuan mengeluarkan asam karbonat, sehingga pH

darah kembali normal. Asidosis metabolic yang tidak terkompensasi

ditandai oleh basa excess negative, bikarbonat standard rendah dan

PaCO2 normal.

e. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan nekrosis

tubulus ginjal akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien beresiko

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

30

menderita gagal ginjal akut.

f. Demam

Pada umumnya demam akan timbul jika penyebab diare

mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam dapat terjadi

karena dehidrasi, demam yang timbul akibat dehidrasi pada

umumnya tidak tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi

yang cukup. Demam yang tinggi mungkin mungkin diikuti kejang

demam.

5. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

gangguan osmotic, gangguan sekresi dan gangguan motilitas usus.

Pada gangguan osmotic terjadi akibat terdapatnya makanan atau zat

yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam

rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Pada

gangguan sekresi disebabkan rangsangan tertentu (misalnya toksin)

pada dinding usus sehingga akan terjadi peningkatan sekresi, air dan

elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus. Sedangkan gangguan motilitas

usus disebabkan hiperperistaltik usus akan mengakibatkan kurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul pula diare (Suriadi, 2010).

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

31

Phatway
Etiologi

Faktror infeksi Factor Factor makanan Factor psikologi


malabsorbsi

Masuk dan Meningkat Toksin tidak hiperperistaltik


berkembang nya tekanan
dapat diserap
dalam usus osmotik

hiperperis
Toksin pada Pergeseran taltik
dinding usus air dan
elektrolit ke
rongga usus

Hipersekresi air dan


Menurunnya
meningkatnya Menurunnya kesempatan
elekrolit
isi rongga usus kesempatanusu usus menyerap
(meningkatnya isi s menyerap
rongga usus) makanan
makanan

Hipertermi
Nutrisi kurang dari
Kurang Cemas
volume cairan kebutuhan tubuh

Kerusakan Integritas
Nyeri
kulit

Gambar 2.8 Pathway Diare

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

32

6. Komplikasi

Menurut Suratun & Lusianah (2010) komplikasi diare :

a. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock

hipovolemik dan kehilangan elektrolit seperti hipokalasemia (kalium

< 3 meq/liter) dan asidosis metabolik. Pada hipokalemia, waspadai

tanda-tanda penurunan tekanan darah, anmoreksia dan mengantuk.

b. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang

berkepanjangan. Perhatikan pengeluaran urin < 30 ml/jam selama 2-

3 jam berturut-turut.

c. Sindrome guillan-barre.

d. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit

diare karena campylobakter, shigella, salmonella, atau yersinia spp.

e. Disritmia jantung berupa takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasi

ventrikel dan kontraksi ventrikel prematur akibat gangguan elektrolit

terutama oleh karena hipokalemia.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Padila (2013, h. 203) pemeriksaan diagnostik :

a. Pemeriksaan tinja

Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya serta diteliti

adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit tidak

dapat ditemukan jika diare berhubungan dengan penyakit usus halus.

Tetapi ditemukan pada penderita salmonella, E. Coli, Enterovirus

dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja

menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja yang

rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

33

tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak

menular.

b. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum, kreatinin dan berat

jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena terjadi

penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat. Elektrolit

terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.

8. Penatalaksanaan

Menurut Suratun & Lusianah (2010) penatalaksanaan :

a. Penggantian cairan dan elektrolit

1) Rehidrasi oral dilakukan pada semua pasien yang masih

mampu minum pada diare akut. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5

g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium Bikarbonat, 1,5 g

kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan rehidrasi

oral dapat dibuat sendiri oleh pasien dengan menambahkan ½

sendok teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok

makan gula perliter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk

diberikan untuk mengganti kalium. Minum cairan sebanyak

mungkin atau berikan oralit.

2) Diberikan hidrasi pada kasus diare hebat. NaCl atau laktat

ringer harus diberikan dengan suplementasi kalium.

3) Monitor status hidrasi, tanda-tanda vital dan output urine.

Penggantian cairan dapat menggunakan cara :

a) Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x KgBB

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

34

b) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB

c) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x KgBB

pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi demam, feses

berdarah, leukosit pada feses.

b. terapi simtomatik

Obat diare bersifat simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas

pertimbangan yang rasional (Padila, 2013).

1) Vitamin mineral, tergantung kebutuhannya.

2) Vitamin B12, asam folat, Vit. K, vit. A

3) Preparat besi, zinc, dll (Padila 2013).

C. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan

ukran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur

tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil proses pematangan (emosi, intelektual

dantingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Adriana,

2013).

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhada

p aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan

fungsi organ atau individu.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

35

a. Tahap yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak

1) Faktor Herediter

Merupakan faktor yang tidak dapat dirubah ataupun

dimodifikasi, yang termasuk faktor genetik ini adalah jenis

kelamin dan suku bangsa/ras

2) Faktor Lingkungan

a) Lingkungan Internal

Hal yang berpengaruh diantaranya hormone dan emosi. Ada

tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak,

hormon somatotropin merupakan hormon yang

mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada

masa pertumbuhan, kekurangan hormon ini akan

menyebabkan gigantisme. Hormon tiroid akan

mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini

akan menyebabkan kretinesme dan hormon gonadotropin

yang berfungsi untuk meragsang perkembangan seks laki-

laki dan memproduksi sel spermatozoa, sedangkan

esterogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita

dan memproduksi sel telur, jika kekuranga hormone

gonadotropin ini akan menyebabkan terhambatnya

perkembangan seks.

b) Lingkungan Esternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang

mempengaruhi, diantaranya adalah kebudayaan, adat

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

36

kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua

mendidik anaknya serta status ekonomi keluarga juga

berpengaruhi (Adriana, 2013).

b. Tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik anak

1) Tumbuh kembang infant/ bayi, umur 0-12 bulan

a) Umur 1 bulan

(1) Fisik

Berat badan akan meningkat 150-200 gr/mg, tinggi

badan meningkat 1,5 cm/bulan, linkar kepala meningat

1,5 cm/b- ulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan

berlangsung sam- pai bayi umur 6 bulan.

(2) Motorik

Bayi akan mulai berusaha untuk Mengangkat

kepaladengan dibantu oleh orang tua , tubuh

ditengkurapkan, kepala menoleh kekiri ataupun

kekanan, reflek menghisap menelan, menggenggam

sudah mulai positif.

(3) Sensoris

Mata mengikuti sinar ketengah.

(4) Sosialisasi

Bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang ada dis-

ekitarnya.

b) Umur 2-3 bulan

(1) Fisik

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

37

Fontanel posterior sudah menutup.

(2) Motorik Mengangkat kepala, dada dan berusahauntuk

menahannya sendiri dengantangan, memasukkan

tangan kemulut, mulai berusaha untuk meraih

bendabenda yang menarik yang adadisekitarnya, bisa

didudukkan denganposisi punggung disokong, mulai

asikbermain-main sendiri dengan tangan danjarinya.

(3) Sensoris

Sudah bisa mengikuti arah sinar ketepi,koordinasi

keatas dan kebawah, mulaimendengarkan suara yang

didengarnya.

(4) Sosialisasi

Mulai tertawa pada seseorang, senangjika tertawa

keras, menangis sudah mulai berkurang.

c) Umur 4-5 bulan

(1) Fisik
Berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,
ngeces karena tidak adanya koordinasi menelan saliva.
(2) Motorik

Jika didudukkan sudah bisa seimbang dan punggung

sudah mulai kuat, biladitengkurapkan sudah bisa mulai

miringdan kepala sudah bisa tegak lurus,berusaha mer

aih benda sekitar.

(3) Sensoris

Sudah bisa mengenal orang orang yangsering berada di

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

38

dekatnya.

(4) Sosialisasi

Senang jika berinteraksi dengan oranglain walaupun

belum pernah dikenalnya,sudah bisa mengeluarkan

suara pertandatidak senang bila benda miliknya diambil

oleh orang lain.

d) Usia 6-7 bulan

(1) Fisik

Berat badan meningkat 90-150 gram/minggu, tinggi

badan meningkat 1,25cm/bulan, lingkar kepala

meningkat 0.5cm/bulan, besarnya kenaikan seperti

iniakan berlangsung sampai bayi berusia 12bulan, gigi

sudah mulai tubuh.

(2) Motorik

Bayi sudah bisa membalikkan badasendiri

memindahkan anggota badan dari tangan yang satu

ketangan yang lainnya, mengambil mainan dengan

tangannya,sudah mulai bisa memasukkan makanan ke

mulutnya sendiri.

(3) Sosialisasi

Sudah dapat membedakan orang yang dikenalnya

dengan yang tidak dikenalnya, sudah dapat menyebut

suara em…em…em…, bayi bias any akan cepat

menangis apabila terdapat hal-hal yang tidak disenangi

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

39

nya tetapi akan cepat tertawa lagi.

e) Umur 8-9 bulan

(1) Fisik

Sudah bisa duduk dengan sendirinya,koordinasi tangan

kemulut sangatsering,bayi mulai tngkurap sendiri

danmulai belajar untk merangkak, sudah bias

mengambil benda dengan menggunakanjari-jarinya.

(2) Sensoris

bayi tertarik dengan benda-benda kecilyang ada

disekitarnya.

(3) Sosialisasi

Bayi merasa cemas terhadap hal-hal yangbelum

dikenalnyasehingga dia akanmenangis, merangkul,

memeluk orangyang dicintainya, jika dimarahi dia

sudahbisa memberika reaksi menangis dan tidak

senang, mulai mengulang katakata “dada..dada” tetapi

belum punya arti.

f) Umur 10-12 bulan

(1) Fisik, berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi b-

agian atas dan bawah sudah tumbuh.

(2) Motorik

Sudah mulai belajar berdiri tapi tidakbertahan lama,

belajar berjalan denganbantuan, sudah bisa berdiri dan

duduksendiri, mulai belajar akan menggunakansendok

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

40

tetapi lebih senang menggunakantangan, sudah bisa

bermain ci…luk..ba…,mulai senang mencoret-coret

kertas.

(3) Sensoris

Sudah dapat membedakan bentuk.

(4) Sosialisasi

Emosi positif, cemburu, marah, lebihsenang pada

lingkungan yang sudahdiketahuinya, merasa takut pada

situasi yang asing mulai mengerti akan

perintahsederhana, sudah mengerti namanya sendiri,

sudah bisa mnyebut abi dan umi.

2) Tumbuh Kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 tahun

a) Umur 15 bulan

(1) Motorik kasar

Sudah bisa berjalan sendiri tanpabantuan orang lain

(2) Motorik halus Sudah bisa memegangi

cangkir,memasukkan jari kelubang, membukakotak,

melempar benda.

b) Umur 18 bulan

(1) Motorik kasar

Mulai berlari tetapi masih sering jatuh,menarik-narik

mainan, mulai naik tangga tetapi masih dengan bantuan

(2) Motorik halus

Sudah bisa makan denganmenggunakan sendok, bisa

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

41

membuka halaman buku, belajar menyusun balok-

balok.

c) Umur 24 bulan

(1) Motorik kasar

Berlari sudah baik, dapat naik tanggasendiri dengan

kedua kaki tiap tahap.

(2) Motorik halus

Sudah bisa membuka pintu, membukakunci,

menggunting sederhana,minum dengan menggunakan

gelas.

d) Umur 36 bulan

(1) Motorik kasar

Memakai baju dengan bantuan, mulaibisa naik sepeda

roda tiga.

(2) Motorik halus

Bisa menggambar lingkaran, mencucitangannya

sendiri, menggosok gigi.

3) Tumbuh kembang pra sekolah

(a) Usia 4 tahun

(1) Motorik kasar

Berjalan berjinjit, melompat, Meolmpat dengan satu ka

ki, menangkap bola dan melemparkannya dari atas kepa

ala.

(2) Motorik halus

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

42

Sudah bisa menggunakan guntingdengan lancar, sudah

bisa menggambarkotak, menggambar garis vertical

mapun horizontal, belajar membuka dan memasang

kancing baju.

(b) Usia 5 tahun

(1) Motorik kasar

Berjalan mundur sambil berjinjit, sudahdapat

menangkap dan melempar boladengan baik, sudah

dapat meolmpatdengan kaki secara bergantian.

(2) Motorik halus

Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf,

belajar menulis nama,belajar mengikat tali sepatu.

(3) Sosial emosional

Sering berkumpul dengan teman sebaya, sudah siap

untuk menggunakan alat bermain.

(4) Pertumbuhan fisik

Berat badan meningkat 2,5 kg/tahun, tinggi badan men-

ingkat 6,75-7,5 cm/tahun.

4) Tumbuh kembang usia sekolah

(a) Motorik

Sudah mampu bermain loncat tali,badminton, bola volley,

anak lakilaki lebih aktif dari pada anakperempuan.

(b) Sosial emosional

Pergi bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berpera

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

43

n untuk membentuk pribadi anak, disekolah anak harus

berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya, sehingga

peranan guru sangatlah besar.

(c) Pertumbuhan fisik

Berat badan meningkat 2-3 kg/tahun,tinggi badn meningkat

6-7 cm/tahun.

5) Tumbuh kembang remaja

(a) Pertumbuhan fisik

Merupakan pertumbuhan yangsangat pesat, tinggi badan

25%, berat badan 50%, semua systemtubuh berubah,

proporsi tubuhmemanjang.

(b) Sosial emosional

Kemampuan akan sosialisasimeningkat, relasi dengan

temanwanita/pria akan tetapi lebih pentingdengan teman

sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting,

peranankeluarga sudah mulai beralih padaperanan teman

sebaya.

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan dalam

praktik keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan untuk

memecahkan masalah (Problem-Solving) yang memerlukan ilmu, teknik, dan

kemampuan interpersonal yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien,

keluarga, dan masyarakat. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang

berurutan dan saling berhubungan yaitu pengkajian, diagnosis, pencernaan,

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

44

dan evaluasi (Iyer et al, 1996). Tahap-tahap tersebut terintegrasi terhadap

fungsi inteketual Problem-Solving dalam mendefinisikan suatu asuhan

keperawatan (Nursalam.2011:1).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai

sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.

Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan kebutahan individu (kilen). Oleh karena itu

pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan dan

sesuai dengan respons individu, sebagaimana yang telah di tentukan

dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing Association

(ANA) (Nursalam, 2011).

Menurut Muttaqin (2010) asuhan keperawatan fokus diare:

1. Pengkajian :

a. Kaji riwayat diare

b. Kaji status hidrasi; ubun-ubun, turgor kulit, mata, membran

mukosa mulut.

c. Kaji tinja; jumlah, warna, bau, konsistensi, dan waktu buang air

besar.

d. Kaji intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)

e. Kaji berat badan

f. Kaji tingkat aktifitas anak

g. Kaji tanda-tanda vital

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

45

2. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Keperawatan

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) menyatakan

bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon

individu (Klien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan actual atau

potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai

tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua

diagnosis keperawatan harus di dukung oleh data, dimana menurut

NANDA di artikan sebagai didifinisi karakteristik. Definisi karakteristik

tersebut dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat

diobservasi dan gejala adalah suatu yang di rasakan oleh klien

(Nursalam, 2011:59).

Ada lima tipe diagnosa keperawatan, yaitu:

a. Aktual (actual)

b. Risiko/ risiko tinggi (Risk)

c. Kemungkinan (Possible)

d. Sejahtera (Wellness)

e. Sindrom (Syndrom)

Tujuan diagnosis keperawatan untuk mengidentifikasi:

a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau

penyakit.

b. Faktor–faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah

(etiologi).

c. Kemampuan klien untuk memcegah atau menyelesaikan masalah.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

46

Menurut NANDA (2015), diagnosa keperawatan yang dapat diangkat

pada penyakit Diare adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan hiperparistaltik usus

b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

c. Ketidakseimbangangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

d. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

e. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

f. Cemas b/d perubahan status kesehatan

3. Intervensi Keperawatan

Menurut bulecheck dan McCloskey (1989, dalam Nursalam,

2011:85), intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada

klien yang di laksanakan oleh perawat. Tindakan tersebut meliputi

intervensi asuhan keperawatan independen berdasarkan diagnosa

keperawatan, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis, dan

membantu pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien

yang tidak dapat melakukannya. Definsi tersebut berhubungan dengan

semua intervensi keperawatan, diagnosa keperawatan, dan masalah

kolaboratif.

Menurut (NANDA, 2015: 114) Rencana asuhan keperawatan klien

dengan Diare adalah sebagai berikut :

a. Nyeri akut berhubungan dengan hiperparistaltik usus

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

47

24 jam diharapkan klien menunjukan tingkat kenyamanan

meningkat

Kriteria :1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,

mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan)

4. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

5. Mampumengenali nyeri (skala, itensitas,frekuensi dan

tanda nyeri)

6. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Nyeri Akut Berhubungan


Dengan Hiperparistaltik usus

Intervensi Rasional

1 2
1. Lakukan pegkajian nyeri secara 1. Respon nyeri sangat individual
komprehensif termasuk lokasi, sehingga penangananya pun
karakteristik, durasi, frekuensi, berbeda untuk masing-masing
kualitas dan faktor presipitasi individu

2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Meningkatkan kenyamanan


ketidaknyamanan

3. Gunakan teknik komunikasi 3. Komunikasi yang terapetik


terapeutik untuk mengetahui mampu meningkatkan rasa
pengalaman nyeri klien sebelumnya percaya klien terhadap perawat
sehingga dapat lebih kooperatif
dalam program manajemen nyeri

4. Kontrol faktor lingkungan yang 4. Lingkungan yang nyaman dapat


mempengaruhi nyeri seperti suhu membantu klien untuk mereduksi
ruangan, pencahayaan, kebisingan nyeri

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

48

5. Kurangi faktor presipitasi nyeri 5. Meningkatkan kenyamanan

6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri 6. Pengalihan nyeri dengan


(farmakologis/non farmakologis) relaksasi dan distraksi dapat
mengurangi nyeri yang sedang
timbul.

7. Ajarkan teknik non farmakologis 7. Meningkatkan kenyamanan


(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri
8. Berikan analgetik untuk mengurangi 8. Pemberian analgetik yang tepat
nyeri dapat membantu klien untuk
beradaptasi dan mengatasi nyeri

9. Evaluasi tindakan pengurang 9. Tindakan evaluatif terhadap


nyeri/kontrol nyeri penanganan nyeri dapat dijadikan
rujukan untuk penanganan nyeri
yang mungkin muncul berikutnya
atau yang sedang berlangsung

10. Kolaborasi dengan dokter bila ada 10. Kolaborasi yang tepat membantu
komplain tentang pemberian pasien mempercepat tindakan
analgetik tidak berhasil. Keperawatan

11. Monitor penerimaan klien tentang 2. rujukan penanganan nyeri


manajemen nyeri

Sumber : NANDA (2015:660)

b. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 jam

diharapkan pasien menujukan temperatur dalam batas

normal

Kriteria : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal

2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

49

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada

pusing

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan Hipertermi Berhubungan


Dengan Proses inflamasi

Intervensi Rasional

1. Monitor suhu tubuh pasien setiap 4 1. Meyakinkan perbandingan data yang


jam akurat

2. Memberikan kompres hangat di 2. Membantu dengan cara konduksi


daerah dahi/ frontal, axilla, dan (pemindahan panas).
lipatan paha serta mengajarkan
kepada orang tua klien cara
mengompres hangat
3. Menganjurkan kepada orang tua 3. Panas dikeluarkan dengan cara
klien agar anaknya menggunakan radiasi.
pakaian tipis dan mudah menyerap
keringat
4. Menganjurkan kepada orang tua 4. Membantu mempercepat proses
klien agar anaknya untuk banyak pengeluaran panas melalui urine dan
minum ± 8-10 gelas/ hari bila keringat
tidak ada mual dan muntah

5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Mempengaruhi hipotalamus untuk


antipiretik, Analgesik dan mempertahankan suhu tubuh dan
antibiotik mempercepat pertumbuhan dan
mencegah terjadinya komplikasi

Sumber : NANDA (2015:615)

c. Ketidak seimbangangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 6 x

24 jam diharapkan klien akan mempertahankan

kebutuhan nutrisi yang adekuat

Kriteria : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

50

2. Berat badan ideal sesuai tinggi badan

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

5. Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari

menelan

6. Tidak terjadi penurunan berat badan

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Intervensi Rasional

1. kaji pola makan klien 1. Untuk membantu mengkaji


penyebab gangguan makan

2. Kaji adanya alergi makanan 2. Untuk mengetahui pantangan


makanan

3. Kaji makanan yang disukai oleh 3. Untuk meningkatkan nafsu


klien makan pasien

4. Kolaborasi dgn ahli gizi untuk 4. Untuk meningkatkan kebutuhan


penyediaan nutrisi terpilih sesuai nutrisi pasien
dengan kebutuhan klien
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan 5. Untuk memenuhi kebutuhan
asupannutrisinya nutrisi pasien

6. Yakinkan diet yang dikonsumsi 6. Untuk memberikan kebutuhan


mengandung cukup serat untuk nutrisi dalam meningkatkan
mencegah konstipasi asupan nutrisi pasien

7. Berikan informasi tentang kebutuhan 7. Untuk menambah pengetahuan


nutrisi dan pentingnya bagi tubuh pasien dalam meningkatkan
klien kebutuhan nutrisi

Sumber : NANDA (2015:654)

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/sering

defekasi

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

51

Tujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 6 x

24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria : 1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,

elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

2 Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan

kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan

kelembaban kulit

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Kerusakan integritas kulit


berhubungan dengan ekskresi/sering defekasi

Intervensi Rasional
1. Anjurkan pasien untuk 1. Untuk mencegah penekanan pada
menggunakan pakaian yang
kulit
longgar

2. Hindari kerutan padaa tempat 2. Mencegah terjadinya distensi


tidur
pada kulit

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Mencegah terjadinya kerusakan


bersih dan kering
kulit

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Mencegah gangguan permukaan


pasien) setiap dua jam sekali kulit

5. Monitor kulit akan adanya 5. Menilai tanda-tanda kerusakan


kemerahan kulit

6. Oleskan lotion atau 6. Untuk menghindari iritasi kulit


minyak/baby oil pada derah
yang tertekan

7 Monitor aktivitas dan mobilisasi 7. Untuk menjamin keseimbangan


pasien

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

52

asupan dan haluaran cairan

8. Memandikan pasien dengan 8 Memelihara kulit dan mencegah


sabun dan air hangat
iritasi

Sumber : NANDA (2015:587)

e. Devisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang

tidak adekuat dan penigkatan suhu tubuh

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 6 x

24 jam diharapkan tidak terjadi ketidakseimbangan

cairan dan elektrolit

Kriteria : 1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan

BB, BJ urine normal, HT normal

2. Tanda-tanda Vital dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Elestisitas turgor

kulit baik, membrane mukosa lembab,tidak ada rasa

haus yang berlebihan.

Tabel 2.5 Devisit Volume Cairan Berhubungan Dengan Intake


Yang Tidak Adekuat Dan Peningkatan Suhu Tubuh

Intervensi Rasional
1. Pertahankan catatan input dan 1. Untuk membantu perkiraan
output yang akurat keseimbangan cairan pasien

2. Monitor status hidrasi 2. Membran mukosa yang kering


(kelembaban membrane merupakan suatu tanda dehidrasi
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan
3. Monitor Vital Sign 3. Takikardia, hipotensi, dispnea atau
demam dapat mengindikasikan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

53

defisit volume cairan

4. Monitor Masukan makanan / 4. Kehilangan cairan dapat


cairan dan hitung intake harian menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit signifikan

5. Monitor status nutrisi 5. Untuk mengontrol asupan intake dan


output pasien

6. Dorong keluarga untuk 6. Peran keluarga sangat penting dalam


membatu pasien makan meningkatkan kesehatan pasien

7. Kolaborasi dengan dokter 7. Mencegah kehilangan cairan

Sumber : NANDA (2015:681)

f. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x

24 jam diharapkan cemas dapat teratasi

Kriteria :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan

gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan

tehnik untuk mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat

aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

Tabel 2.6 Intervensi Keperawatan Cemas Berhubungan


Dengan perubahan status kesehatan

Intervensi Rasional

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

54

1. Berikan ketenangan pada orang 1. Ketenangan orang tua dapat


tua membantu pearawat dalam
proses perawatan anak karena
jika orang tua panic dapat
menghambat perawat proses
perawatan anak.

2. menghilangkan kecemasan
2. Beritahu dan jelaskan tentang
orangtua klien karena
prognosa dan diagnose penyakit
ketidaktahuan tentang prosedur.
yang dialami oleh anaknya.

3. menghilangkan kecemasan
3. Jelaskan tindakan yang akan
orangtua klien karena
dilakukan terhadap anaknya
ketidaktahuan tentang prosedur.
sebelum tindakan dilakukan.
4. Keterlibatan orang tua dapat
4. Dorong dan ibatkan orangtua membatu dalam perawatan anak
dalam perawatan terhadap dan mengindari persepsi yang
anaknya. salah dan membantu
menghilangkan kecemasan pada
anak.

5. Motivasi yang diberikan berupa


5. Berikan motivasi keluarga
pengertian dan informasi dapat
dengan memberikan pengertian
memberikan pengetahuan
dan informasi
terhadap orang tua mngenai
kondidianaknya.
Sumber : NANDA ( 2015:612)

4. Implementasi

Implementasi adalah pelaksana dari rencana intervensi untuk tujuan

yang spesifik. Tahap implementasi di mulai setelah rencana intervensi di

susun di tunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai

tujuan yang di harapkan. Oleh kerena itu, rencana intervensi yang

spesifik di laksanakan memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien (Nursalam, 2011).

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

55

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melelngkapi proses kepera

watan yang menenandakan keberhasialan dari diagnosiss keperwatan,

rencana intervensi dan implementasinya, tahap evaluasi memungkinkan

perawat untuk memonitor kesiapan yang terjadi selam tahap pengkajian,

analisis, perencanaan, dan implentasi intervensi.

a. Tujuan Evaluasi

1) Mengakhiri asuhan keperawatan (jika klien mengalami kesulitan

untuk mencapai tujuan).

2) Memodifikasi rencana asuahan keperawatan (jika klien

mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan).

3) Meneruskan rencana asuhan keperwatan (jika klien memerlukan

waktu lebih lama mencapai tujuan) (Nursalam, 2011).

b. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan

mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan

dengan cara membandiingkan data yang terkumpul dengan tujuan

dan pencapaian tujuan.

1) Mengukur pencapaian tujuan kien

Perawat menggunakan keterampilan pengkajian untuk

mendapatkan data yang akan digunakan dalam evaluasi. faktor

yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien terdiri atas

beberapa komponen yaitu :

a) Kognitif

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

56

b) Afektif

c) Psikomotor

d) Perubahan fungsi tubuh

2) Penentuan keputusan pada taha pevaluasi

Ada tiga keputusan pada tahap ini yaitu:

a) Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan

b) Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan

c) Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan

c. Komponen Evaluasi

1) Menentukan kriteria ,standar praktik, dan pertanyaan evaluatif

2) Mengumpulkan data mengenai status kesehatan klien yang baru

terjadi

3) Menganalisis dan membandingkan data terhadap criteria dan

standar

4) Merangkum hasil dan membuat kesimpulan

5) Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan

6. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi adalah bagian integritas dari proses keperawatan bukan

suatu yang berada dari problem solving. Mencakup pencatatan secara

sistematis terhadap semua kejadian dalam ikatan kontrak perawat-Klien

dalam kurun waktu tertentu secara jelas, lengkap dan objektip.Disamping

pencatatan pendokumentasian dan mengkomunikasikan kepada sesama

anggota tim kesehatan untuk kepentingan pengelolaan klien serta kepada

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

57

aparat penegak hukum bila diperlukan pembuktian (Nursalam, 2011 :

143).

Tujuan utama dokumentasi adalah sebagai dokumen rahasia yang

mencatat semua pelayanan keperawatan dan mempunyai banyak manfaat

dan kegunaan (Nursalam, 2011:148).

7. Kompres Hangat

1. Pengertian

Menurut Djuwariyah (2011) dalam Safitri (2014) Kompres hangat adalah

metode penanganan demam secara fisik yang memungkinkan tubuh

kehilangan panas secara konveksi yaitu pelepasan panas melalui

penguapan dari kulit.

2. Tujuan Kompres Hangat

Menurut Sodikin (2012) pemberian kompres hangat bertujuan antara

lain adalah :

a. Memperlancar sirkulasi darah

b. Menurunkan suhu tubuh

c. Mengurangi rasa sakit

d. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien

e. Merangsang peristaltik usus

3. Macam-macam kompres

Menurut Djuwariyah (2011) dalam Safitri (2014), ada beberapa teknik

dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara

lain, Kompres hangat basah, kompres hangat kering (buli-buli), kompres

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

58

dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), bantal dan selimut

listrik, lampu penyinaran dan busur panas.

4. Manfaat Kompres Hangat

Cara sederhana yang efektif untuk menurunkan demam adalah

dengan mengompres, pemberian kompres yang disepakai saat ini adalah

pemberian kompres dengan air suam-suam (hangat kuku). Karena

kompres hangat adalah cara yang efektif untuk menurunkan demam

dibandingkan kompres yang lainnya seperti kompres dengan air es atau

alkohol, karena air es dapat menyebabkan anak menggigil sedangkan

alkohol dapat menyebabkan keracunan.

Menggunakan kompres air hangat dapat memelihara suhu

tubuhsesuai dengan fluktuasi suhu tubuh pasien, kompres hangat dapat

menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Mengompres hangat

pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui

sumsum tulang belakang Djuwariyah (2011) dalam Safitri (2014).

5. Indikasi dan Kontraindikasi Kompres Hangat

Menurut Djuwariyah (2011) dalam Safitri (2014) indikasi dan

kontraindikasi dalam pemberian kompres hangat antara lain:

a. Indikasi

1) Klien yang mengalami hipertermi(peningkatan suhu tubuh)

2) Klien dengan perut kembung

3) Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang

persendian

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

59

4) Sepasme otot, adanya abses, hematoma.

b. Kontraindikasi

1) Perdarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilitasi dan

meningkatkan perdarahan

2) Edema noninflamasi. Panas akan meningkatkan permeabilitas

kapiler dan edema.

3) Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metaboli

sme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas

dapat mempercepat metastase (tumor skunder).

4) Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau melepuh.

Panas dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih

jauh.

6. Langkah-langkah pemberian kompres hangat

Menurut Sodikin (2012) langkah-langkah pemberian Kompes Hangat

antara lain :

a. Beri kesempatan anak untuk menggunakan urinal atau pispot

sebelum kompres dilakukan

b. Ukur suhu tubuh anak dan catat

c. Buka seluruh pakaian anak

d. Lakukan :

1) Basahi kedua handuk mandi besar dengan air hangat, peras

hingga handuk lembab

2) Letakan perlak di atas tempat tidur, kemudian letakan handuk

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

60

ang lembab

3) Tidurkan anak pada handuk lembab, kemudian tutup bagian atas

badan anak dengan handuk lembab lainnya, diamkan kurang

lebih 5 menit

4) Ganti secara bergilir bagian handuk bawah dan atas setelah suhu

dingin

5) Lakukan prosedur 4a-d secara teratur 2-4 kali, dengan melihat

kondisi anak

6) Hentikan prosedur jika anak kedinginan, atau menggigil, atau

segera setelah suhu tubuh anak mendekati normal

7) Pakaikan baju yang tipis dan mudah menyerap keringat

7. Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Hangat

Tabel 2.9 Standar Operasional Prosedur Kompres Hangat

NO PROSEDUR
1 Persiapan alat
Baskom mandi., Air hangat., Selimut mandi, Termometer., Waslap. Bantal
tahan air.. Sarung tangan disposable.
2 Tahap pre-interaksi
Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
Siapkan alat-alat dan privasi ruangan
Cuci tangan
3 Tahap orientasi
Berikan salam, panggil nama klien
Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien/keluarga
4 Tahap Kerja
Berikan klien kesempatan bertanya sebelum kegiatan dilakukan
Pastikan privasi klien terjaga
Ukur suhu dan nadi anak.
Letakkan bantal tahan air dibawah tbh anak dan lepaskan pakaian.
Pertahankan selimut mandi diatas bagian tubuh yg tdk dikompres. Tutup
jendela dan pintu untuk mencegah aliran udara ke dlm ruangan.
Periksa suhu air.
Celupkan waslap dlm air dan letakkan waslap yg sdh basah dibawah masing-
masing aksila dan lipat paha selama 2-3 menit.
Dgn perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit. Periksa respon anak.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

61

Keringkan ekstremitas dan kaji ulang nadi dan suhu tbh anak. Observasi
respon klien thd terapi.
Lanjutkan mengkompres akstremitas lain, punggung dan bokong setiap 5
menit. Kaji ulang suhu dan nadi tiap 15 menit.
Ganti air dan lakukan kembali kompres pada aksila dan lipatan paha sesuai
kebutuhan.
Keringkan ekstremitas dan bagian tbh scr menyeluruh. Selimuti anak dgn
selimut mandi.
Buang perlahan dan ganti linen tempat tidur bila basah.
Ukur suhu tubuh anak.
Catat pada catatan perawat bahwa prosedur telah dilakukan dan dihentikan,
perubahan vital sign seperti adanya menggigil.
5 Tahap terminasi
Evaluasi perasaan klien
Simpulkan hasil kegiatan
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Bereskan alat-alat
Cuci tangan
6 Dokumentasi
Catat hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

62

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Studi Kasus untuk

mengeksplorasi gambaran pengaruh pemberian Kompres Hangat pada klien

Diare di Ruang Tulip II A RSUD Ulin Banjarmasin.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian Studi Kasus ini adalah pasien Diare yang

mengalami peningkatan suhu tubuh di ruang Tulip II A RSUD Ulin

Banjarmasin. Pemilihan responden berdasarkan kriteria atau pertimbangan

yang dibuat oleh peneliti. Kriteria tersebut terdiri dari kriteria inklusi dan

eksklusi

1. Kriteria inklusi yaitu responden

a. yang bersedia untuk diteliti,

b. pasien dengan Diare

c. responden yang mengalami peningkatan suhu tubuh

2. Kriteria eksklusi yaitu responden

a. tidak bersedia untuk diteliti

b. pasien demam bukan Diare

C. Fokus Studi

62
Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin
KARYA TULIS ILMIAH 2017

63

Pada Penelitian Fokus Studi Kasus ini yaitu Gambaran pemberian Kompres

Hangat pada klien Dengan Diare Di Ruang Tulip II A RSUD

UlinBanjarmasin

D. Defenisi Operasional

Kompres hangat adalah metode penanganan demam secara fisik yang

memungkinkan tubuh kehilangan panas secara konveksi yaitu pelepasan

panas melalui penguapan dari kulit. Kompres hangat dilakukan dengan

pemberian kompres pada daerah prontal, axila atau lipatan paha. Diare

merupakan penyakit saluran cerna yang ditandai dengan peningkatan suhu

tubuh (hipertermi).

E. Instumen Studi Kasus

Pada penelitian ini menggunakan Instrumen yang digunakan adalah observasi

, wawancara, studi dokumentasi dan data klien, riwayat penyakit klien,

pengkajian, pemeriksaan fisik, dan data penunjang.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data.

Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat pengumpulan data agar

dapat memperkuat hasil penelitian. pengumpulan data tersebut antara lain

dapat berupa narasi dan tekstural.

Pada pengumpulan data Studi Kasus ini yaitu disajikan dalam bentuk narasi

(Misalnya: Data Objek : Klien mengatakan badannya terasa panas).Studi

Kasus ini untuk mengumpulkan datanya melalui melihat buku status pasien,

observasi dan wawancara dengan pasien atau keluarga pasien. Studi kasus ini

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

64

hari pertama melakukan pengkajian untuk mendapatkan data-data pasien

secara menyeluruh, kemudian menentukan masalah yang terjadi pada pasien

dan melakukan implementasi keperawatan yang sesuai dengan masala

hkeperawatan yang muncul.

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Lokasi dalam penelitian Studi Kasus ini yaitu di ruang Tulip II A RSUD

Ulin Banjarmasin, penulisan penelitian dilakukan selama KTI yaitu pada

bulan Mei samapai dengan Juli tahun 2017.

H. Etika Studi Kasus

Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak lain dangan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian, dalam hal ini RSUD Ulin Banjarmasin. Setelah dapat persetujuan

barulah dilakukan penelitian dangan menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Informed concent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi criteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anomity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

65

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan dilampirkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV
HASIL DAN PEMAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Hasil
Hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di RSUD Ulin
Banjarmasindi Ruang TulipNo. II A yaitu Pada Klien An. M.R dan Klien
An. A.P

2. Pengakajian
a. Identitas Klien
Identitas Klien Klien 1 Klien 2

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

66

Nama An. M. R An. A. P


Umur 5 Tahun 2 Tahun 3 bulan
Agama Islam Islam
Pendidikan - -
Pekerjaan - -
Status Perkawinan - -
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Jln. Kelayan A Jl. Kuin utara RT 03/01
Banjarmasin Banjarmasin
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
Tanggal Masuk RS Senin, 05 Juni-2017 Kamis, 08 Juni 2017
Tanggal Pengkajian Kamis, 08 Juni-2017 Kamis, 08 Juni 2017
No. Rekam Medis 2-8-91-xx 2-8-xx-xx
Diagnosa Medis GEA GEA

Penanggung Jawab Ny. Y Tn. M


Umur 30 Tahun 42 Tahun
Pendidikan S1 SMP
Pekerjaan PNS Swasta
Jenis Kelamin Laki-Laki Laki-Laki
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Banjarmasin Banjarmasin
Hub. Dengan Pasien Ibu Klien Ayah Klien

b. Riwayat Kesehatan Klien


Rawayat Penyakit Klien 1 Klien 2

Keluhan Utama Pada Saat Pengkajian Pada Pada saat pengkajian


Hari Kamis, 08 Juni 2017 pada hari Kamis, 08 Juni
Pukul 11.00 WITA 2017 pukul 13.00 WITA
Keluarga Klien Keluarga Klien
Mengatakan Klien lemah, Mengatakan badan klien
BAB cair,dan muntah lemah ,BAB cair dan
muntah

Riwayat Penyakit Keluaraga Klien Kelurga klien


Sekarang mengatakan 1 hari sebelum mengatakan 2 hari
masuk RS kondisi klien sebelum masuk RS
tampak lemah dan BAB kondisi klien lemah dan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

67

cair 5-6 kali akhirnya pada BAB cair 6-7 kali


hari sabtu, 03 Juni 2017 sehingga pada hari
meluarga Klien Sabtu, 03 juni 2017
membawanya ke RSUD orang tua klien
Ulin Banjarmasin untuk membawa ke RSUD Ulin
memeriksa kesehatannya Banjarmasin untuk
dan dirawat Inap Di ruang memeriksa kesehatannya
Tulip II. A dan dirawat di ruang
Tulip II.A

Riwayat Penyakit Keluarga Klien Keluarga Klien


Dahulu mengatakan Sebelumnya mengatakan Sebelumnya
klien pernah mengalami Klien belum pernah
Penyakit yang sama mengalami penyakit
dengan Penyakit yang yang sama dengan
dialaminya sekarang dan sekarang yang
dirawat inap di rumah sakit dideritanya.

Riwayat Penyakit Keluarga Klien Keluarga klien


Keluarga mengatakan di dalam mengatakan di dalam
keluarganya pernah ada keluarganya tidak pernah
mengalami Penyakit Diare mengalami Penyakit
apabila dalam keluarga ada Diare. Apabila dalam
yang sakit biasanya keluarga ada yang sakit
membeli obat ke toko obat biasanya membeli obat
atau ke puskesmas terdekat ke toko obat terdekat
dan di dalam keluarga atau puskesmas dan di
tidak ada yang menderita dalam Keluarga tidak ada
penyakit Keturunan atau yang menderita penyakit
menular lainnya Seperti keturunan Menular
Hipertensi, Hepatitis, Lainnya Seperti
Asma dan TBC Hipertensi, Hepatitis,
Asma ,TBC dan DM

Gambar 4.1 Genogram Klien An. M. R (5 Tahun)

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

68

Gambar 4.2 Genogram Klien An. A.P (2 Tahun 3 bulan)

Keterangan :
: Laki-laki : Penderita/Klien

: Perempuan ------- : Tinggal dalam serumah

: Meninggal
c. Riwayat Anak
Masa Anak Klien I Klien 2
1. Masa Prenatal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
selama masa selama masa
kehamilan, ibu klien kehamilan, ibu klien
rajin memeriksakan rajin memeriksakan
kehamilannya ke kehamilannya ke
Puskesmas sebanyak 4 Puskesmas sebanyak 5
– 5 × dan tidak ada - 6 × dan tidak ada
kelaianan-kelaianan kelaianan-kelaianan
dalam kehamilan. dalam kehamilan.

2. Masa Intranatal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

69

klien dilahirkan di klien dilahirkan di


rumah dengan bantuan rumah dengan bantuan
bidan puskesmas bidan puskesmas
dengan masa dengan masa
kehamilan 9 bulan 2 kehamilan 9 bulan 4
hari dengan persalinan hari dengan persalinan
normal, tidak ada normal, tidak ada
kesulitan dalam kesulitan dalam
persalinan dan tidak persalinan dan tidak
ada komplikasi. ada komplikasi.

3. Masa Post Natal Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


berat badan klien berat badan klien
waktu lahir sekitar waktu lahir sekitar
3.100 kg panjang 3.500 kg panjang
badan sekitar 51 cm badan sekitar 50 cm
dalam keadaan sehat dalam keadaan sehat
dank Klien lahir dank Klien lahir
langsung menangis langsung menangis

d. Pengetahuan Orang Tua


Pengetahuan orang Klien 1 Klien 2
tua
Tentang makanan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
sehat tahu tentang makanan tahu tentang makanan
sehat seperti makanan sehat seperti makanan
yang mengandung yang mengandung
empat sehat lima empat sehat lima
sempurna. Dan ibu klien sempurna. Dan ibu klien
mengatakan anaknya mengatakan anaknya
diberi makanan yang diberi makanan yang
bergizi seperti nasi, lauk bergizi dan susu formula
pauk, dan sayur

Tentang personal Ibu klien mengatakan anaknya Ib Ibu klien mengatakan


hygiene mandi 2×/hari, sikat gigi anaknya mandi 2×/hari,
sesudah dan sebelum masih diajarkan untuk
tidur,potong kuku menggosok gigi dan
1×/minggu dan suka potong kuku 1×/minggu.
menghisap jempol

Tentang penyakit Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


anak

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

70

mengetahui anaknya mengetahui anaknya


menderita penyakit terkena penyakit Diare
Diare tetapi kurang tetapiibu klien kurang
mengetahui secara mengetahui secara
keseluruhan tentang keseluruhan tentang
pengertian dari penyakit pengertian dari penyakit
tersebut. Ibu klien hanya tersebut. Ibu klien hanya
mengetahui anaknya mengetahui anaknya
lemah,panas dan sering lemah,panas dan sering
BAB cair. Orang tua BAB cair. Orang tua
klien kurang mengetahui klien kurang mengetahui
tentang penyebab pasti tentang penyebab pasti
dari penyakit tersebut dari penyakit tersebut

e. Imunisasi
Catatan Pemberian Imunisasi Bayi Umur 0 Sampai Sebelum 1 tahun

Umur/Bulan Jenis Imunisasi Klien 1 Klien 2

0-11 Bulan BCG Sudah diberikan Sudah diberikan

2-11 Bulan DPT Sudah diberikan Sudah diberikan

0-11 Bulan Polio Sudah diberikan Sudah diberikan

9-11 Bulan Campak Sudah diberikan Sudah diberikan

0-11 Bulan Hepatitis B Sudah diberikan Sudah diberikan

f. Pertumbuhan dan perkembangan anak


Pertumbuhan Fisik Klien 1 Klien 2

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

71

Berat Badan Ibu klien mengatakan berat Ibu klien mengatakan berat
badannya saat lahir sekitar badannya saat lahir sekitar
3.100 kg dan berat badannya 3.500 kg dan berat
sebelum masuk rumah sakit badannya sebelum masuk
yaitu, 23 kg Berdasarkan rumah sakit yaitu, 12 kg
penimbanagan berat badan Berdasarkan penimbanagan
pada hari Senin, 05 juni 2017 berat badan pada hari
jam 11.00 WITA berat badan Kamis, 05 juni 2017 jam
klien normal 22 kg sesuai 13.00 WITA berat badan
umur klien klien normal 11 kg sesuai
umur klien

Tinggi Badan Ibu klien mengatakan tinggi Ibu klien mengatakan tinggi

badan anaknya saat lahir badan anaknya saat lahir

sekitar 51 cm. Berdasarkan sekitar 50 cm. Berdasarkan

hasil pengukuran tinggi hasil pengukuran tinggi

badan klien pada hari sabtu, badan klien pada hari selasa,

10 Juni 2017 jam 11.05 05 Juni 2017 jam 13.05

WITA tinggi badan klien WITA tinggi badan klien

yaitu 106 cm. yaitu 87 cm.

Waktu Tumbuh Gigi Ibu klien mengatakan waktu Ibu klien mengatakan waktu
tumbuh gigi pada anaknya tumbuh gigi pada anaknya
yaitu berumur 6 bulan. yaitu berumur 6 bulan.

umu umur

Perkembangan Tiap Klien 1 Klien 2


Tahap
Berguling Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien
bisa berguling pada umur 5 bisa berguling pada umur 5
bulan bulan

Duduk Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


bisa duduk pada umur 9 bisa duduk pada umur 10
bulan bulan

Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


Merangkak bisa merangkak pada umur 10 bisa merangkak pada umur
bulan 10 bulan

Berdiri Ibu Klien mengatakan klien Ibu Klien mengatakan klien


bisa berdiri pada umur 12 bisa berdiri pada umur 11
bulan bulan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

72

Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien


Berjalan bisa berjalan pada umur 1 bisa berdiri pada umur 1
tahun 2 bulan tahun 2 bulan

Bicara Pertama Kali Ibu klien mengatakan klien Ibu klien mengatakan klien
bisa berbicara pertama kali bisa berbicara pertama kali
pada umur 11 bulan pada umur 12 bulan

Tingkat Perkembangan Klien 1 Klien 2


Menggunakan DDST (0-6)

Motorik Kasar Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan klien bisa mengatakan klien bisa
berlari dan melompat melompat walaupun tidak
walaupun tidak jauh dan jauh dan bisa berdiri
bisa berdiri dengan satu dengan satu kaki dalam
kaki dalam waktu dua waktu dua detik dan bisa
detik. berlari

Motorik Halus Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


Klien bisa menulis dan Klien bisa menulis dan
menggambar menggambar

Ibu Klien mengatakan Ibu Klien mengatakan


Bahasa klien paham apa yang klien paham apa yang
diperintahkan oleh orang diperintahkan oleh orang
tuannya atau perawat tuannya dan masih
seperti makan dan bimbingan orang tuannya.
minum

Personal sosial Ibu Klien mengatakan Klien mampu berinteraksi


klien mampu berinteraksi dengan keluarga, dan
dengan keluarga, bergaul teman sekitar rumah.
dengan teman sekitar
rumah dan teman sekolah
TK.

g. Riwayat Nutrisi
Riwayat Nutrisi Klien 1 Klien 2

Pemberian ASI Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


pertama kali diberikan ASI pertama kali diberikan ASI
saat lahir 2 jam setelah saat lahir 2 jam setelah
melahirkan, waktu dan cara melahirkan, waktu dan cara
pemberian tidak menentu, pemberian tidak menentu,
jumlah pemberian jumlah pemberian
tergantung dengan tergantung dengan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

73

kebutuhan bayi, ASI kebutuhan bayi, ASI


diberikan sampai usia saat diberikan sampai usia 1
ini (1 tahun 8 bulan). tahun 4 bulan.

Pemberian makanan - Pertama diberikan pada - Pertama diberikan pada


tambahan umur 5 bulan umur 5 bulan
- Jenis : Bubur TIM - Jenis : Bubur TIM
Pola perubahan Usia 0 - 5 bulan Usia 0 - 5 bulan
nutrisi tahapan usia
sampai nutrisi saat - ASI - ASI
Usia saat ini 6 bulan Usia 5 - 12 bulan
ini
- ASI + Bubur TIM
- ASI + BuburUsia
TIM> 1 ta
- Nasi lengkap

h. Riwayat Hospitalisasi
Riwayat Hospitalisai Klien 1 Klien 2

Pemahaman keluarga Orang tua klien Orang tua klien mengatakan


tentang sakit dan rawat mengatakan membawa membawa anaknya kerumah
inap anaknya kerumah sakit sakit karena anaknya butuh
karena anaknya butuh pertolongan segera karena
pertolongan segera karena badan anaknya lemah, BAB
badan anaknya cair naik turun, muntah dan
lemah,BAB cair, muntah tidak mengetahui penyakit
dan tidak mengetahui apa yang diderita pada
penyakit apa yang diderita anaknya hingga harus
pada anaknya hingga dirawat inap, orang tua klien
harus dirawat inap, orang berharap penyakit yang
tua klien berharap diderita pada anaknya agar
penyakit yang diderita segera cepat sembuh dan
pada anaknya agar segera dapat berkumpul bersama
cepat sembuh dan dapat dirumah
berkumpul bersama
dirumah
Pemahaman anak Pada saat pengkajian klien Pada saat pengkajian reaksi
tentang sakit dan rawat tampak lemah, tidak dapat anak tampak kurang ceria,
inap bermain seperti biasanya klien tampak lemah, tidak
di rumah karena kondisi dapat bermain seperti
kesehatannya yang sedang biasanya di rumah karena
dirawat inap di rumah kondisi kesehatannya yang
sakit dan tidak terbiasa sedang dirawat inap di
dengan lingkngan sekitar rumah sakit dan tidak
terbiasa dengan lingkungan
sekitar

i. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


Observasi Klien 1 Klien 2

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

74

Keadaan Umum Klien tampak lemah Klien tampak lemah


Suhu 37,2 ºC 38,4ºC
Nadi 84 x /Menit 120 x/Menit
Tekanan Darah - -
Respirasi 31 x/Menit 36 x/Menit
GCS E : Membuka mata secara E : Membuka mata seacara
spontan spontan
V : Berorientasi baik V : Berorientasi baik
M : Mengikuti perintah M : Mengikuti perintah
Skor GCS = 15 Skor GCS = 15
(Composmentis) (Composmentis)
Antropometri Tinggi badan 106 Cm Tinggi badan 87 Cm

Berat badan 22 Kg Berat badan 11 Kg

Kepala dan Leher Kebersihan kepala dan Kebersihan kepala dan leher
leher tampak bersih, warna tampak bersih, warna rambut
rambut hitam, kepala tidak hitam, kepala tidak ada
ada benjolan, tidak lesi, benjolan, tidak lesi, tidak
tidak teraba massa kepala, teraba massa kepala, tidak
tidak ada nyeri tekan, ada nyeri tekan, pergerakan
pergerakan leher dapat leher dapat menoleh ke kiri
menoleh ke kiri dan ke dan ke kanan, tidak ada
kanan, tidak ada pembengkakan kelenjar
pembengkakan kelenjar tyroid.
tyroid.
Mata klien tampak bersih, Mata klien tampak bersih,
Mata (Penglihatan) mata simetris antara kiri mata simetris antara kiri dan
dan kanan, sklera tidak kanan, sklera tidak ikterik,
ikterik, konjungtiva konjungtiva anemis, refleks
anemis, refleks pupil pupil normal isokor, tidak
normal isokor, tidak strabismus, fungsi
strabismus, fungsi penglihatan baik (Klien
penglihatan baik (Klien masih dapat melihat tulisan,
dapat melihat, benda dan benda dan lambaian tangan
lambaian tangan dalam dalam jarak ± 3 meter, klien
jarak ± 2 meter, klien tidak tidak menggunakan alat
menggunakan alat bantu bantu penglihatan (kaca
penglihatan (kaca mata), mata), tidak tampak

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

75

tidak tampak peradangan peradangan dan perdarahan


dan perdarahan pada mata. pada mata.

Telinga /Pendengaran Kebersihan telinga Kebersihan telinga


Klien tampak bersih, Klien tampak bersih, bentuk
bentuk simetris antara kiri simetris antara kiri dan
dan kanan, fungsi kanan, fungsi pendengaran
pendengaran baik (ketika baik (ketika dipanggil
dipanggil langsung langsung menoleh), tidak
menoleh), tidak ada cairan ada cairan yang keluar, tidak
yang keluar, tidak ada ada peradangan dan
peradangan dan perdarahan, klien tidak
perdarahan, klien tidak menggunakan alat bantu
menggunakan alat bantu pendengaran.
pendengaran.

Hidung (Penciuman) Kebersihan hidung klien Kebersihan hidung klien


tampak bersih, bentuk tampak bersih, bentuk
simetris kiri dan kanan, simetris kiri dan kanan,
tidak ada pembesaran fungsi penciuman baik
masa, tidak ada polip dan (dapat membedakan antara
tampak ada pernapasan bau minyak angin dan
cuping hidung tidak ada parfum), tidak ada
kelainan pada hidung. pembesaran masa, tidak ada
polip dan tidak ada
pernapasan cuping hidung
serta kelainan pada hidung.

Mulut (Pengecapan)
Kebersihan mulut Klien Kebersihan mulut Klien
tampak bersih, bentuk tampak bersih, bentuk
normal, tidak terdapat normal, tidak terdapat
peradangan maupun lesi peradangan maupun lesi
pada mukosa mulut, pada mukosa mulut, mukosa
mukosa bibir kering dan bibir kering dan fungsi
tidak ada kelainan pada pengecapan baik (dapat
mulut membedakan rasa manis dan
asam).
Dada (Pernafasan) I -Dada klien tampakBersih,
I -Dada klien
bentuk simetris, irama

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

76

tampakBersih, bentuk nafas tidak teratur, tampak


simetris, irama nafas ada penggunaan bantu
tidak teratur, tampak ada nafas, pernafasan dangkal,
penggunaan bantu nafas, respirasi 36 x/menit
pernafasan dangkal, P -Taktil premitus normal,
respirasi 31 x/menit tidak ada nyeri tekan
P -Taktil premitus normal, P- Tidak ada penumpukan
tidak ada nyeri tekan skret, suara sonor
P- Tidak ada penumpukan A-Terdengar suara paru
skret, suara sonor vasikuler
A-Terdengar suara paru
vasikuler I - Abdomen tampakbersih,
Abdomen
. bentuk simetris, tidak
I-Abdomen tampak bersih, terdapat lesi, memar
bentuk simetris, tidak A - Bising usus normal 18
terdapat lesi, memar x/menit
A-Bising usus normal 18 x P-Bunyi terdengar
/menit hipertimpani
P-Bunyi terdengar P- Tidak ada nyeri tekan,
hipertimpani kekakuan dan masa serta
P-Tidak ada nyeri tekan, pembesaran hepar
kekakuan dan masa serta - Klien mengeluh sakit
pembesaran hepar perut
- Klien mengeluh sakit P- hiperparistaltik usus
perut Q-sakit terasa perih
P- hiperparistaltik usus R-pada daerah perut
Q-sakit terasa perih S-skala nyeri 4 sedang
R-pada daerah perut (0-10)
S-skala nyeri 4 sedang T-hilang timbul
(0-10)
T-hilang timbul Kulit klien tampak bersih,
Kulit tidak ada luka, turgor kulit
Kulit klien tampak bersih, baik dapat kembali < 2 detik,
tidak ada luka, turgor kulit tidak terdapat sianosis,
baik dapat kembali < 2 integritas kulit normal, kulit
detik, tidak terdapat lembab dan tidak ada
sianosis, integritas kulit peradangan dan perdarahan
normal, kulit lembab dan akral terapa panas

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

77

tidak ada peradangan dan Ekstremitas atas dan bawah


perdarahan tampak bersih, tidak ada
Ekstremitas atas dan fraktur, tidak ada luka,tidak
bawah Ekstremitas atas dan ada kontraktur, rentang
bawah tampak bersih, pergerakan bebas pada
tidak ada fraktur, tidak ada ekstremitas bawah dan atas ,
luka, tidak ada kontraktur, umur klien 2 tahun 3 bulan
rentang pergerakan bebas anak tampak mengemut jari
pada ekstremitas bawah tangan
dan atas , umur klien 5
tahun, anak tampak Keluarga klien mengatakan
mengemut jari tangan tidak ada masalah pada
Genetalia daerah genetalia (klien
Ibu klien mengatakan tidak terpasang pempres).
ada masalah pada daerah
genetalia.

j. Perubahan Pola Kesehatan

Pola Kesehatan Klien 1 Klien 2

Pola manajemen Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


kesehatan klien masih berumur 2 klien masih berumur 2
tahun 3 bulan bulan pola tahun 3 bulan bulan pola
makan klien nasi, sayur makan klien nasi, sayur
dan lauk pauk dan lauk pauk

Pola Nutrisi Dirumah : Dirumah :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


ketika dirumah klien ketika dirumah klien
makan 3 x/hari, dengan makan 3 x/hari, dengan
nasi ditambah lauk pauk nasi ditambah lauk pauk
dan sayur, serta makan dan sayur, serta makan
tambahan lainnya seperti tambahan lainnya seperti
kue, tidak ada keluhan kue, tidak ada keluhan
dalam pola makan klien. dalam pola makan klien.
Klien minum air putih Klien minum air putih
sebanyak 2-3 gelas sedang sebanyak 2-3 gelas sedang
dan minum susu formula dan minum susu formula.

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

78

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


selama perawatan dirumah selama perawatan dirumah
sakit nafsu makan klien sakit nafsu makan klien
kurang baik hanya kurang baik, hanya
menghabiskan 2-3 sendok menghabiskan 2-3 sendok
makan saja, kebutuhan makan asaja, kebutuhan
makan klien yaitu makan klien yaitu
pemberian susu formula pemberian susu formula
dan nasi bubur. dan nasi bubur.

Pola Eliminasi Di rumah : Di rumah :

Ibu klien mengatakan saat Ibu klien mengatakan saat


di rumah klien BAB 3-4 di rumah klien BAB 2-3
x/hari dengan konsistensi x/hari dengan konsistensi
lembek berwarna kuning lembek berwar na kuning
kecoklatan dan berbau kecoklatan dan berbau
khas, tidak terdapat lendir, khas, tidak terdapat lendir,
klien BAK kurang lebih 4- klien BAK kurang lebih 4-
5 x /hari 5 x/hari berbau khas dan
tidak ada keluhan saat
BAB dan BAK. Klien
menggunakan pempres

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Ibu klien mengtakan saat Ibu klien mengtakan saat


dirawat dirawat di rumah dirawat dirawat di rumah
sakit Klien untuk BAB sakit Klien untuk BAB
lebih 5 kali, encer, lebih 5 kali, encer,
berlendir dan untuk BAK berlendir dan untuk BAK
Klien kurang lebih 3-4 Klien kurang lebih 5-6
x/hari x/hari klien menggunakan
pempres

Pola istirahat-tidur Di rumah : Di rumah :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


waktu tidur klien untuk waktu tidur klien untuk

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

79

siang hari tidak menentu, siang hari tidak menentu,


klien tidur sekitar 2-3 jam, klien tidur sekitar 2-3 jam,
kualitas tidur nyenyak kualitas tidur nyenyak
tidak ada keluhan pada tidak ada keluhan pada
saat tidur dan untuk saat tidur dan untuk
malam hari klien tidur malam hari klien tidur
tidak menentu, klien tidur tidak menentu, klien tidur
sekitar 9-10 jam, kualitas sekitar 9-10 jam, kualitas
tidur kurang nyeyak dan tidur kurang nyeyak dan
tidak ada keluhan saat tidak ada keluhan saat
tidur tidur
Di rumah Sakit : Di rumah Sakit :

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


waktu tidur klien untuk waktu tidur klien untuk
siang hari tidak menentu, siang hari tidak menentu,
klien tidur sekitar 4-5 jam, klien tidur sekitar 3-4 jam,
kualitas tidur nyenyak kualitas tidur nyenyak
tidak ada keluhan pada tidak ada keluhan pada
saat tidur dan untuk saat tidur dan untuk
malam hari klien tidur malam hari klien tidur
tidak menentu, klien tidur tidak menentu, klien tidur
sekitar 7-8 jam, kualitas sekitar 9-10 jam, kualitas
tidur nyeyak dan tidak ada tidur nyeyak dan tidak ada
keluhan saat tidur keluhan saat tidur

Pola aktivitas dan latihan Di rumah : Di rumah :


Ibu klien mengatakan
aktivitas klien yaitu Ibu klien mengatakan

bermain bersama keluarga aktivitas klien yaitu

terkadang dengan tema- bermain bersama keluarga

teman sekitar rumah, terkadang dengan tema-

namun kebutuhan teman sekitar rumah,

aktivitas klien masih namun kebutuhan

dalam bantuan orang tua/ aktivitas klien masih


dalam bantuan orang tua/

Di rumah sakit : Di rumah sakit :

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

80

Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan


selama dirawat di RS, selama dirawat di RS,
aktivitas Klien hanya aktivitas Klien hanya
berbaring di tempat tidur, berbaring di tempat tidur,
semua kebutuhan semua kebutuhan
perawatan diri Klien perawatan diri Klien
dibantu oleh kelurganya, dibantu oleh kelurganya,
klien masih lemah untuk klien masih lemah untuk
bergerakdan beraktivitas bergerakdan beraktivitas

Pola persepsi kognitif Keluarga klien Keluarga klien


mengatakan sangat cemas mengatakan sangat cemas
klien merupakan seorang klien merupakan seorang
anak yang masih berumur anak yang masih berumur
5 tahun, klien mash belum 2 tahun 3 bulan, klien
mengetahui bahwa dia mash belum mengetahui
menderita penyakit Diare bahwa dia menderita
dan orang tua klien yakin penyakit Diare dan orang
bahwa penyakit yang tua klien yakin bahwa
dialaminya pada anaknya penyakit yang dialaminya
akan sembuh pada anaknya akan
sembuh

Pola persepsi Konsep Diri Konsep Diri


terhadapdiri
Di Rumah : Di Rumah :

Keluarga klien mengataka Keluarga klien mengataka


n klien masih berumur 5 n klien masih berumur 2
tahun di rumah klien tahun 3 bulan di rumah
berperilaku sebagai sorang klien berperilaku sebagai
anak yang masih dalam sorang anak yang masih
pengasuhan orang tuanya dalam pengasuhan orang
tuanya

Di Rumah Sakit :
Di Rumah Sakit :
- Body Image :

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

81

- Body Image : Klien masih berumur 2


Klien masih berumur 5 tahun 3 bulan dan masih
tahun bulan dan masih dalam perawatan
dalam perawatan -Identitas Diri
-Identitas Diri Klien seorang anak
Klien seorang anak berumur 2 tahun 3 bulan
berumur 5 tahun
-Peran diri
-Peran diri Klien masih berumur 2
Klien masih berumur 5 tahun 3 bulan dan masih
tahun dan masih dalam dalam perawatan
perawatan -Harga diri
Klien masih berumur 2
-Harga diri tahun 3 bulan dan Klien
Klien masih berumur 5 tampak sedih dan
tahun dan Klien tampak menangis
sedih dan banyak diam
-Aktualisasi diri
-Aktualisasi diri Klien masih berumur 2
Klien masih berumur 5 tahun 3 bulan dan dalam
tahun dan dalam perawata perawata
n klien dapat berinteraksi n klien dapat berinteraksi
dengan keluarga dengan keluarga

Pola Hubungan-Peran Klien merupakan seorang Klien merupakan seorang


anak berumur 5 tahun anak berumur 2 tahun 3
orang yang paling dekat bulan orang yang paling
dengan Klien adalah kedua dekat dengan Klien adalah
orang tuannya kedua orang tuannya

Pola Seksual Klien merupakan seorang Klien merupakan seorang


anak laki-laki yang masih anak laki-laki yang masih
berumur 5 tahun berumur 2 tahun 3 bulan

Pola Stress-Koping Keluarga klien mengataka Keluarga klien mengataka


n klien sering rewel dan n klien sering rewel dan
menangis ketika masih menangis ketika masih
dalam perawatannya dalam perawatannya

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

82

dengan kondisi penyakit dengan kondisi penyakit


yang dideritanya saat ini yang dideritanya saat ini

Pola Kepercayaan dan


Klien beragama islam sesuai Klien beragama islam
keyakinan dengan agama yang dianut sesuai dengan agama yang
oleh orang tuanya. Klien dianut oleh orang tuanya.
masih berumur 5 tahun. Klien masih berumur 2
Keluarga klien tahun 3 bulan. Keluarga
mengatakan hanya bisa klien mengatakan hanya
berdo’a kepada Tuhan bisa berdo’a kepada Tuhan
Yang Maha Esa semoga Yang Maha Esa semoga
anaknya diberikan anaknya diberikan
kesehatan, cepat sembuh kesehatan, cepat sembuh
dari penyakit yang dari penyakit yang
dideritanya saat ini dan dideritanya saat ini dan
dapat pulang berkumpul dapat pulang berkumpul
bersama dirumah bersama dirumah

Data Psiko-sosial- Klien 1 Klien 2


Spiritul

1. Riwayat Psikologis Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan supaya mengatakan supaya
anaknya cepat sembuh dan anaknya cepat sembuh dan
bisa bermain serta bisa bermain serta
berkumpul lagi bersama berkumpul lagi bersama
keluarga keluarga

2. Data Sosial Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan klien mengatakan klien
merupakan anak pertama merupakan anak ketiga
dari pasangan Tn R dengan dari tiga bersaudara
Ny. Y yang hubungannya pasangan dari Tn M
baik dengan anggota dengan Ny. S yang
keluarga lainnya hubungannya baik dengan
anggota keluarga lainnya

3. Data Spiritual Orang tua klien Orang tua klien


mengatakan beragama mengatakan beragama

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

83

islam, orang tua klien islam, orang tua klien


selalu berdoa agar anaknya selalu berdoa agar
cepat sembuh sehingga anaknya cepat sembuh
dapat berkumpul dan sehingga dapat berkumpul
bermaian kembali dan bermaian kembali

k. Hasil pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Hasil

Hematologi Klien 1 Klien 2

Hemoglobin 12,9 12,4

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

84

Hematokrin 38,1 36.6


Jumlah Leukosit 7.42 7.45
Jumlah Trombosit 544 H.553
Eritrosit 52 50

Nilai-nilai MC
MCV L,77 L77
26 24
MCH
34 36
MCHC

Hitungan Jenis
Basofil 0,1 0,1
Eosinifil L.0,4 L.0,4
Neutrofil stab 0 0
Neutrofil segnen H.92.7 H.83.6
Limfosil L.40 L.40
Monosit 2.8 2.6

Kimia Klinik
Natrium 139 139
Kalium 4.1 4.1
Glukosa darah sewaktu 98 94

l. Pengobatan
Pengobatan

Klien 1 Klien 2

1. Injeksi 1. Injeksi
- Cefotoxie : 400 mg Intrvena - Cefotoxie : 200 mg Intrvena
- Antrain :125 mg Intravena - Antrain :100 mg Intravena
- Kalmetasone: 2,5 mgIntravena - Kalmetasone 2,5 mgIntraV

3. Analisa Data
Data Problem Etiologi

Klien 1
DS Defisit Pengetahuan Kurangnya Terpapar
Informasi

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

85

Orang tua klien mengataka


n tidak mengetahui peyakit
yang diderita anaknya
sekarang, orang tua klien
hanya mengetahui anaknya
sakit BAB cair lebih dari 4-
5 kali

DO
- Orang tua klien tampak
bingung
- Orang tua klien sering
bertanya tentang
masalah penyakit yang
diderita pada anaknya
- Klien tampak
menghisap jari jempol
tangan

DS Perubahan Status Kesehatan Ansietas

Orang tua klien


mengatakan sangat cemas
terhadap kesehatan anaknya

DO
- Ekspresi wajah orang
tua tampak cemas
- Orang tua klien sering
bertanya tentang
kondisi anaknya
Klien 2

DS: Orang tua klien Kehilangan Cairan aktif Resiko Defisit


mengatakan anaknya BAB Volume Cairan
6-7 kali serta BAB cair

DO: - Klien tampak lemah


- Tampak berbaring

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

86

ditempat tidur
- Klien tampak
BAB cair
- TTV
N. 120 x/menit
T.38.6ºC
R. 36 x/menit
- GCS skor 15
kesadaran
composmentis

DS: Proses inflamasi Hipertermi

- Orang tua klie klien


mengatakan bandan
anaknya panas

DO:

- klien tampak lemah

- Tampak berbarin di
tempat tidur

- Akral teraba panas

- Temp. 38,6ºC

DS: Hiperparistaltik usus Nyeri akut

Orang tua klien


mengatakan anaknya
mengeluh sakit ada daerah
perut

P- hiperparistaltik usus

Q- nyeri terasa perih

R- pada daerah perut

S- skala nyeri 4 sedang

T- hilang timbul

DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak
mengemut jari tangan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

87

4. Diagnosis Keperawatan
Data Problem Etiologi

Klien 1

DS Defisit Pengetahuan Kurangnya Terpapar


Informasi
Orang tua klien mengataka
n tidak mengetahui peyakit
yang diderita anaknya
sekarang, orang tua klien
hanya mengetahui anaknya
sakit BAB cair lebih dari 4-5
kali

DO
- Orang tua klien tampak
bingung
- Orang tua klien sering
bertanya tentang masalah
penyakit yang diderita
pada anaknya
- Klien tampak menghisap
jari jempol tangan

DS Perubahan Status Ansietas


Kesehatan
Orang tua klien mengatakan
sangat cemas terhadap
kesehatan anaknya

DO
- Ekspresi wajah orang tua
tampak cemas
- Orang tua klien sering
bertanya tentang kondisi
anaknya

Klien 2

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

88

DS: Orang tua klien Resiko Defisit Kehilangan Cairan aktif


mengatakan anaknya BAB 6- volume cairan
7 kali serta BAB cair

DO: - Klien tampak lemah


- Tampak berbaring
ditempat tidur
- Klien tampak BAB
cair
- TTV
N. 120 x/menit
T.38.6ºC
R. 36 x/menit
- GCS skor 15
kesadaran
composmentis

DS: Hipertermi Proses inflamasi

- Orang tua klie klien


mengatakan bandan
anaknya panas

DO:

- klien tampak lemah

- Tampak berbarin di tempat


tidur

- Akral teraba panar

- Temp. 38,6ºC

DS: Nyeri akut Hiperparistaltik usus

Oramh tua klien mengatakan


anaknya mengeluh sakit ada
daerah perut

P- hiperparistaltik usus

Q- nyeri terasa perih

R- pada daerah perut

S- skala nyeri 4 sedang

T- hilang timbul

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


KARYA TULIS ILMIAH 2017

89

DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak menghisap
jempol tangan

Akper Kesdam VI/Tanjungpura Banjarmasin


5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Rencana Keperawatan Implementasi


No Kriteria Hasil Evaluasi
keperawatan Intervensi Rasional Jam Implementasi

Klien 1

1 Defisit Pengetahuan Setelah diberikan 1. Kaji tingkat 1. Membantu 1. Mengkaji Subjektif :


berhubungan dengan penjelasan selama pengetahuan mengetahui tingkat
Kurang terpaparnya Orang tuaklien mengatakan sedikit
Infomasi 2 x pertemuan klien orang seberapa jauh pengetahuan sudah mengetahui peyakit yang
orang tua tua tentang pengetahuan klien orang tua diderita anaknya sekarang.

memahami dan proses tentang tentang proses Objektif


mengetahui penyakit penyakit, penyakit 1. Orang tua klien dapat mejelaskan
tentang penyakit terutama sehingga terutama pengertian tentang penyakit Diare,
penyebab dan tanda gejala
anaknya dengan tentang Diare penyuluhan tentang Diare
kriteria hasil: 2. Berikan menjadi 2. Memberikan Assesment:
Masalah teratasi sebagian
pendidikan terarah dan pendidikan
NOC: Knowlage
kesehatan mudah kesehatan Planning
Disease Proces
tentang 2. Informasi yang Lanjutkan Intervensi
tentang
1. Mengkaji tingkat pengetahuan
1. Mengetahui penyakit benar dapat penyakit Diare
klien orang tua tentang proses
jenis / nama Diare membantu (pengertian,
penyakit terutama tentang Diare
penyakitnya (pengertian, klien penyebab,
2. Mampu
2. Memberikan pendidikan kesehatan
penyebab, mengetahui tanda gejala,
tentang penyakit Diare (pengertian,
menjelaskan tanda gejala, kondisinya dan penanganan
penyebab, tanda gejala,
proses

89
penyakit penanganan mencegah dan penanganan dan pencegahan)
3. Mampu dan terjadinya pencegahan) 1. Mengevaluasi tingkat pengetahuan
menjelaskan pencegahan komplikasi. 3. Mendiskusikan pada keluarga tentang informasi
faktor resiko 3. Diskusikan 3. Pengetahuan perubahan yang diberikan
4. Mampu perubahan tentang gaya hidup
menjelaskan gaya hidup stimulasi yang mungkin
efek penyakit yang tumbuh diperlukan
5. Mampu mungkin kembang untuk
menjelaskan diperlukan diharapkan mencegah
tanda dan untuk keluarga dapat komplikasi di
gejala mencegah memberikan masa yang
penyakit komplikasi di rangsangan akan datang
6. Mampu masa yang untuk dan atau proses
menjelaskan akan datang perkembangan pengontrolan
komplikasi dan atau anak penyakit
7. Mampu proses pe- berikutnya.dan (Memberikan
menjelaskan ngontrolan meningkatkan saran kepada
bagaimana penyakit kualitas keluarga agar
mencegah 4. Diskusikan kesehatan klien untuk
komplikasi pilihan terapi 4. Untuk tidak
atau tercapainya menghisap jari
penanganan keberhasilan jempol tangan
5. Kuatkan dalam proses dan

90
informasi keperawatan memberikan
yang 5. Meningkatkan saran agar
disediakan koping dalam mencuci
tim kese- proses tangan sebelum
hatan yang keperawatan dan sesudah
lain dengan 6. Untuk makan).
cara yang mengevaluasi 4. Mendiskusikan
tepat sejauh mana pilihan terapi
6. Tanyakan pemahaman atau
pada atau penanganan
keluarga pengetahuan 5. Menguatkan
tentang informasi yang informasi yang
informasi diterima disediakan tim
yang kesehatan yang
diberikan lain dengan
cara yang tepat
6. Menanyakan
pada keluarga
tentang
informasi yang
diberikan

91
2 Ansietas Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Ketenangan 2. Memberikan Subjektif:
berhubungan tindakan ketenangan orang tua dapat ketenangan
Orang tua klien mengatakan sangat
dengan Perubahan keperawatan pada orang membantu pada orang tua cemas terhadap kesehatan anaknya
status kesehatan diharapakan tua pearawat dalam 3. Memberitahu
Objektif :
kecemasan orang 2. Beritahu dan proses dan jelaskan 1. Ekspresi wajah orang tua tampak
tua dapat teratasi jelaskan perawatan anak tentang cemas
dengan kriteria tentang karena jika prognosa dan 2. Orang tua klien sering bertanya
tentang kondisi anaknya
hasil prognosa dan orang tua panic diagnose
diagnosa dapat penyakit yang Assesment:
NOC: Anxiety Masalah belum teratasi
penyakit menghambat dialami oleh
Control
yang dialami perawat proses anaknya. Planning
1. Tamapak oleh anaknya. perawatan anak. 4. Menjelaskan Lanjutkan Intervensi

tenang 3. Jelaskan 2. menghilangkan tindakan yang 4. Mendorong dan libatkan orangtua


2. Tidak gelisah tindakan kecemasan akan dilakukan dalam perawatan terhadap
3. Kecemasan yang akan orangtua klien terhadap anaknya.
pada orang tua dilakukan karena anaknya
berkurang terhadap ketidaktahuan sebelum
dapat anaknya tentang tindakan
berkurang dan sebelum prosedur. dilakukan
hilang tindakan 3. menghilangkan 5. Mendorong dan
dilakukan. kecemasan libatkan
4. Dorong dan orangtua klien orangtua dalam
ibatkan karena perawatan

92
orangtua ketidaktahuan terhadap
dalam tentang anaknya.
perawatan prosedur. 6. Memberikan
terhadap 4. Keterlibatan motivasi
anaknya. orang tua dapat keluarga
5. Berikan membatu dalam dengan
motivasi perawatan anak memberikan
keluarga dan mengindari pengertian dan
dengan persepsi yang informasi
memberikan salah dan
pengertian membantu
dan informasi menghilangkan
6. Konsultasika kecemasan pada
n dengan tim anak.
medis untuk 5. Motivasi yang
mengetahui diberikan berupa
pengertian dan
kondisi
informasi dapat
anaknya memberikan
pengetahuan
terhadap orang
tua mngenai
kondidianaknya.
6. Mengatahui
sejauh mana

93
penyakit yang
diderita anak

Klien 2

1 Resiko Defisit Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk 1. Mempertahank Subyektif :


volume cairan b/d tindakan catatan input membantu an catatan input
kehilangan cairan keperawatan dan output perkiraan Orang tua klien mengatakan anaknya
aktif dalam waktu 6 x dan output masih BAB cair 5-6 kali
yang akurat keseimbangan
24 jam 2. Monitor status cairan klien yang akurat
diharapkan tidak hidrasi Obyektif :
2. Membran 2. Memonitor
terjadi (kelembaban 1. Klien tampak lemah
ketidakseimbanga mukosa yang status hidrasi
membrane 2. Klien tampak berbaring ditempat
n cairan dan kering (kelembaban
mukosa, nadi
elektrolit dengan merupakan tidur
adekuat, membran
kriteria hasil suatu tanda
tekanan darah 3. Membran mukosa kering
dehidrasi mukosa, nadi
1. Mempertahan ortostatik) 4. Vital Sign
3. Takikardia, adekuat,
kan urin jika
hipotensi, TD-
output sesuai diperlukan Tekanan darah
dispnea atau N 110 x/m
dengan usia 3. Monitor Vital
demam dapat ortostatik) jika R 34 x/m
dan BB,BJ Sign T 38,4ºC
mengindikasika diperlukan
urin 4. Monitor GCS Skor 15 kesadaran
n defisit
normal,HT Masukan 3. Memoonitor Composmentis
volume cairan
normal makanan / Vital Sign Assesment:
4. Kehilangan
2. TTV dalam cairan dan Masalah belum teratasi
cairan dapat 4. Monitor
batas normal hitung intake
menyebabkan Masukan Planning
3. Tidak ada harian
ketidakseimba Lanjutkan intervensi
tanda-tanda 5. Monitor status makanan /
ngan elektrolit 1. Mempertahankan catatan input
dehidrasi, nutrisi
signifikan cairan dan
elestisitas 6. Dorong dan output yang akurat
5. Untuk

94
tugor kulit keluarga mengontrol hitung intake 2. Memonitor status hidrasi
baik,membran untuk asupan intake harian (kelembaban membrane mukosa,
e mukosa membatu dan output
5. Memonitor nadi adekuat,
lembab ,tidak pasien makan pasien
ada rasa haus 7. Kolaborasi 6. Peran keluarga status nutrisi Tekanan darah ortostatik) jika
yang dengan dokter sangat penting 6. Mendoorong diperlukan
berlebihan dalam
keluarga untuk 3. Memoonitor Vital Sign
meningkatkan
kesehatan membatu 4. Memonitor Masukan makanan /
pasien pasien makan cairan dan hitung intake harian
7. Mencegah
5. Memonitor status nutrisi
kehilangan
cairan
2 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu 1. Meyakinkan 1. Memonitor Subyektif :
berhubungan tindakan tubuh pasien perbandingan suhu tubuh
keperawatan setiap 4 jam data yang Orang tua klien mengatakan panas
dengan proses selama 6 jam pasien setiap 4 badan pada anaknya masih teraba
2. Memberikan akurat
inflamasi diharapkan pasien kompres 2. Membantu jam panas
menujukan hangat di dengan cara Obyektif :
2. Memberikan
temperatur dalam daerah dahi/ konduksi
batas normal kompres hangat 1. Klien tampak lemah
frontal, (pemindahan
dengan kriteria di daerah dahi/ 2. Klien tampak demam
axilla, dan panas).
hasil 3. Suhu tubuh di atas batas normal
lipatan paha 3. Panas frontal, axilla, 38.2ºC
1. Suhu tubuh serta dikeluarkan
dan lipatan 4. Akral teraba panas
dalam rentang mengajarkan dengan cara
normal kepada orang radiasi paha serta
Assesment:
2. TTV dalam tua klien cara 4. Membantu mengajarkan Masalah teratasi sebagian
rentang mengompres mempercepat kepada orang Planning
normal hangat proses Lanjutkan Intervensi
tua klien cara

95
3. Tidak ada 3. Menganjurkan pengeluaran mengompres 1. Memonitor suhu tubuh pasien
perubahan kepada orang panas melalui hangat setiap 4 jam
warna kulit tua klien agar urine dan
3. Menganjurkan 2. Memberikan kompres hangat di
dan tidak ada anaknya keringat
pusing menggunakan 5. Mempengaruhi kepada orang daerah dahi/ frontal, axilla, dan
pakaian tipis hipotalamus tua klien agar lipatan paha serta mengajarkan
dan mudah untuk
anaknya kepada orang tua klien cara
menyerap mempertahank
keringat an suhu tubuh menggunakan mengompres hanga
4. Menganjurkan dan pakaian tipis 5 Berkolaborasi dalam pemberian
kepada orang mempercepat
dan mudah antipiretik, Analgesik dan
tua klien agar pertumbuhan
anaknya dan mencegah menyerap antibiotik
untuk banyak terjadinya keringat - Inj. Antrain 100 mg
minum ± 8- komplikasi intravena
4. Menganjurkan
10 gelas/ hari - Inj. Cefotoxie 200 mg
kepada orang intravena
bila tidak ada tua klien agar
mual dan anaknya untuk
muntah banyak minum
5. Kolaborasi ± 8-10 gelas/
dalam hari bila tidak
pemberian ada mual dan
antipiretik, muntah
Analgesik 5. Berkolaborasi
dan antibiotik dalam
pemberian
antipiretik,
Analgesik dan
antibiotik

96
- Inj. Antrain
125 mg
intravena
- Inj. Cefotoxie
400 mg
Intravena

3 Nyeri Akut 1. Lakukan 1. Respon nyeri 1. Melakukan Subjektif


berhubungan pegkajian sangat pegkajian nyeri Orang tua klien mengatakan anaknya
masih mengeluh nyeri pada daerah
dengan nyeri secara individual lokasi, perut
hiperparistaltik usus komprehensif sehingga karakteristik,
Objektif
termasuk penangananya durasi, 1. Klien tampak lemah
lokasi, pun berbeda frekuensi, 2. Klien meringis
karakteristik, untuk masing- kualitas dan 3. Klien tampak mengemut jari
tangannya
durasi, masing faktor
4. Skala nyeri 4 (sedang)
frekuensi, individu presipitasi
kualitas dan 2. Untuk 2. Menggunakan Assesment
Masalah belum teratasi
faktor meningkatkan teknik
presipitasi kenyamanan komunikasi Planning
Lanjutkan Intervensi
2. Observasi 3. Komunikasi terapeutik
reaksi yang terapetik untuk 1. Melakukan pegkajian nyeri lokasi,
nonverbal mampu mengetahui karakteristik, durasi, frekuensi,
dari meningkatkan pengalaman kualitas dan faktor presipitasi
ketidaknyam rasa percaya nyeri klien 4 Mengajarkan teknik relaksasi,
anan klien terhadap sebelumnya distraksi

97
3. Gunakan perawat 3. Mengontrol 5 Berkolaborasi dalam pemberian
teknik sehingga dapat faktor analgetik
komunikasi lebih lingkungan 6 Mengevaluasi tindakan
terapeutik kooperatif yang pengurangan nyeri/kontrol nyeri
untuk dalam program mempengaruhi
mengetahui manajemen nyeri seperti
pengalaman nyeri suhu ruangan,
nyeri klien 4. Lingkungan pencahayaan,
sebelumnya yang nyaman kebisingan
4. Kontrol dapat 4. Memberikan
faktor membantu dan
lingkungan klien untuk mengajarkan
yang mereduksi teknik relaksasi,
mempengaru nyeri distraksi
hi nyeri 5. Untuk 5. Berkolaborasi
seperti suhu meningkatkan dalam
ruangan, kenyamanan pemberian
pencahayaan, 6. Pengalihan analgetik
kebisingan nyeri dengan 6. Mengevaluasi,
5. Kurangi relaksasi dan tindakan
faktor distraksi dapat pengurang
presipitasi mengurangi nyeri/kontrol
nyeri nyeri yang nyeri

98
6. Pilih dan sedang timbul.
lakukan 7. Untuk
penanganan eningkatkan
nyeri kenyamanana
(farmakologi 8. Pemberian
s/non analgetik yang
farmakologis tepat dapat
) membantu
7. Ajarkan klien untuk
teknik non beradaptasi
farmakologis dan mengatasi
(relaksasi, nyeri
distraksi dll) 9. tindakan
untuk evaluatif
mengetasi terhadap
nyeri penanganan
8. Berikan nyeri dapat
analgetik dijadikan
untuk rujukan untuk
mengurangi penanganan
nyeri nyeri yang
9. Evaluasi mungkin
tindakan muncul

99
pengurang berikutnya
nyeri/kontrol atau yang
nyeri sedang
10. Kolaborasi berlangsung
dengan 10. Kolaborasi
dokter bila yang tepat
ada komplain dapat
tentang mempercepat
pemberian tindakan
analgetik keperawatan
tidak berhasil

100
101

6. Implementasi dan Evaluasi(SOAPI)


No Diagnosa Jam Jumat 09 Juni 2017 Jam Sabtu,10 Juni 2017
Keperawatan
Klien 1
1 Defisit pengetahuan 16.30 Subjektif :
berhubugan dengan
Orang tuaklien
kurangnya terpapar mengatakan sudah
informasi informasi mengetahui tentang
peyakit yang diderita
anaknya sekarang.

Objektif
1. Orang tua klien dapat
mejelaskan
pengertian tentang
penyakit Diare
penyebab, tanda
gejalan, pencegahan
dan penanganannya
2. Orang tua Klien dapat
menjelaskan
pentingnya mencuci
tangan

Assesment:
Masalah teratasi

Planning
Intervensi dihentikan

2 Ansietas 16.50 Subjektif: Subjektif:


Berhubungan Dengan
Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
Perubahan Status
mengatakan cemas cemas terhadap kesehatan
Kesehatan
terhadap kesehatan anaknya mulai berkurang
anaknya mulai berkurang
Objektif :
Objektif : 1. Ekspresi wajah orang tua
1. Ekspresi wajah tampak tenang
orang tua tampak
masih cemas Assesment:

2. Orang tua klien Masalah teratasi

masih bertanya
tentang kondisi Planning

anaknya Intervensi dihentikan klien


102

Assesment: diizinkan pulang


Masalah teratasi
sebagian

Planning
Lanjutkan Intervensi 4

Klien 2
1 Resiko Defisit Subyektif : Subyektif :
Volume Cairan
Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
mengatakan anaknya anaknya BAB cair sudah
BAB cair sudah mulai berkurang 3-4 kali
berkurang 4-5 kali
Obyektif :
Obyektif : 1. Klien tampak masih
1. Klien tampak lemah lemah
2. Klien tampak 2. Klien tampakt duduk
bebaring di tempat ditempat tidur
tidur 3. Membran mukosa
3. Membran mukosa lembab
kering 4. Vital Sign
4. Vital Sign TD-
TD- N 102 x/m
N 104 x/m R 30 x/m
R 32 x/m T 36,2ºC
T 38,0ºC GCS Skor 15
GCS Skor 15 kesadaran
kesadaran Composmentis
Composmentis
Assesment:
Assesment: Masalah teratasi sebagian
Masalah teratasi
sebagian
Planning
Planning Intervensi dihentikan Klien
Lanjutkan intervensi diizinkan pulang
1,2,3,,5,6,7
2 Hipertermi Subyektif : Subyektif :
Berhubungan Dengan
Proses Inflamasi Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
mengatakan panas badan panas badan pada anaknya
pada anaknya sudah sudah tidak ada
mulai berkurang
Obyektif :
Obyektif :
1. Klien tampak lemah
1. Klien tampak lemah 2. Klien tampak demam
2. Klien tampak 3. Suhu tubuh dalam batas
demam berkurang batas normal 36.2ºC
3. Suhu tubuh masih di 4. Akral teraba panas
atas batas normal hangat
38.0ºC
4. Akral teraba hangat Assesment:
Masalah teratasi
103

Assesment: Planning
Masalah teratasi Intervensi dihentikan klien
sebagian diizinkan pulang

Planning
Lanjutkan Intervensi
1,2,3,4,5

3 Nyeri Akut Subjektif Subjektif


berhubungan dengan Orang tua klien Orang tua klien mengatakan
Hiperparistaltik Usus mengatakan anaknya anaknya masih mengeluh
masih mengeluh nyeri nyeri pada perutnya sudah
pada perutnya sudah berkurang
berkurang
Objektif Objektif
1. Klien tampak 1. Klien tampak lemah
lemah 2. Klien meringis
2. Klien meringis berkurang
berkurang 3. Klien tampak tenang
3. Skala nyeri 2 4. Skala nyeri 0 (tidak
(ringan) ada nyeri)

Assesment Assesment
Masalah teratasi Masalah teratasi
sebagian
Planning
Planning Intervensi dihentikan klien
Lanjutkan Intervensi diizinkan pulang.
1,2,3,5,
104

8. Hasil gambaran pemberian Kompres Hangat

Gambaran Pemberian Kompres Hangat


8

0
Suhu Tubuh hari ke 1 Suhu Tubuh hari ke 2 Suhu Tubuh hari ke 3

Sebelum dilakukan kompres Sesudah dilakukan Kompres Hangat

Gambar 4.3 Hasil gambaran pemberian Kompres Hangat

Berdasarkan gambar 4.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pemberian tindakan Kompres Hangat pada klien dengan Diare di

Ruang Tulip II. A RSUD Ulin Banjarmasin dimana mengalami

penurunan suhu tubuh. Hal tersebut dilihat pada gambar hasil

pemberian Kompres Hangat dapat berkurang pada masalah penyakit

diare.
105

B. Pembahasan

1. Asuhan keperawatan Anak dengan Pneumonia

Data yang ditemukan pada anak yang mengalami demam, hal ini sesuai

dengan Suratun & Lusianah (2010). yang mengatakan diare disebabkan

invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai

dengan mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus,

gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah

pada pemeriksaan feses rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit

polimorfonuklear.

Berdasarkan data yang ditemukan selama studi kasus masalah keperawatan

yang muncul adalah peningkatan suhu tubuh. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa masalah utama yang muncul adalah Pada umumnya demam akan

timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam

dapat terjadi karena dehidrasSuratun & Lusianah (2010).

Mengatasi permasalahan keperawatan tersebut, maka tindakan yang

diberikan selama studi kasus, peneliti memberikan perencanaan

keperawatan yang dirasa sangat efektif yaitu pemberian tindakan Kompres

Hangat, dimana Kompres hangat merupakan metode untuk menurunkan

suhu tubuh. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih

efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar

dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak

vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi


106

yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh

ke kulit hingga delapan kali lipat leb

ih banyak (Ayu, 2015).

Menurut Djuwariyah (2011) dalam Safitri (2014) Kompres hangat adalah

metode penanganan demam secara fisik yang memungkinkan tubuh

kehilangan panas secara konveksi yaitu pelepasan panas melalui penguapan

dari kulit.

Perencanaan diberikan dalam waktu 3 hari, ternyata teratasi sebagian sampai

dapat teratasi karena disebabkan oleh beberapa hal. Pertama pada masalah

peningkatan suhu tubuh klien dan keluarga sanggat kooperatif, apabila

ketika tindakan pemberian kompres hangattidak dapat dilakukan karena

kondisi anak menangis dan rewel peran orang tua dilibatkan tindakan

Kompres Hangat diajarkan kepada kelurga bagaimana cara pemberian

Kompres Hangat pada anaknya.

Dari masalah keperawatan diatas dapat tercapai. Sehingga peneliti

menyimpulkan bahwa pemberian tindakan Kompres hangat pada klien

dengan asuhan keperawatan Diaredi Ruang Tulip II. A RSUD Ulin

Banjarmasin menunjukan penurunan pada masalah peningkatan suhu tubuh.

2. Gambaran Pemberian Tindakan Kompres Hangat

Pelaksanaan Kompres hangat di Ruang Tulip II. A RSUD Ulin Banjarmasin

dapat dilaksanakan pada anak dengan Diare yang mengalami peningkatan

suhu tubuh sesuai dengan Satuan Operasional Prosedur (SOP). Demam


107

merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat

peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian

besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas

(termoregulasi) di hipotalamus.Penyakit – penyakit yang ditandai dengan

adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin

berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan

nonspesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi

(Sodikin, 2012).

Demam dapat diasosiasikan dengan adanya infeksi didalam tubuh, efek

toksik dalam tubuh, juga dihubungkan dengan konsephumoral akibat

produksi cairan tubuh dan peningkatan aliran darah, yang selanjutnya akan

memengaruhi pusat pengaturan suhu Thompson (2009).

Demam juga berperan sebagai mekanisme adaptif. Pada keadaan ini, demam

bermanfaat sebagai proses imun dan mengontrol termoregulasi agar tetap

stabil. Namun demikian, demam juga dapat memberikan dampak negatif,

karena akan mengakibatkan peningkatan metabolisme, kehilangan cairan

dan elektrolit, nyeri kepala, nyeri sendi, lemah, perasaan tidak nyaman,

kurang nafsu makan, susah tidur, dan gelisah. Kerusakan jaringan juga dapat

terjadi bila suhu lebih tinggi dari 410C. Jaringan yang rentan mengalami

kerusakan adalah susunan saraf pusat (otak) dan otot, yang biasanya muncul

sebagai gejala kejang Djuwariyah (2014).


108

Pemberian tindakan Kompres hangat dilakukan pada anak dengan

Pneumonia selama 3 hari, di ruang Tulip II. A RSUD Ulin Banjarmasin

dimana dalam satu hari anak hanya diberikan Kompres hangat sebanyak

satu kali. Sebelum melakukan tindakan tersebut, keluarga terlebih dahulu

dijelaskan tujuan dan cara pelaksanaan tindakan.

Selain itu, penulis juga mengobsevasi status tanda-tanda vital (Suhu,

Nadi, dan Repirasi). Kompres hangat adalah tindakan denganmenggunakan

kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan

pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan

menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2011).

Pelibatan orang tua dalam pemberian terapi ini merupakan alternatif atas

pemecahan masalah terkait kecemasan yang dialami klien. Orang tua

dilibatkan untuk mendorong anak saat untuk diberikan inhalasi,

memposisikan anak saat dilakukan postural drainage. Hal ini ditandai

dengan tangisan anak yang mereda dan bahkan berhenti menagis. Sesuai

dengan konsep Familiy Centered Care yang menyatakan bahwa kolaborasi

antara tenaga kesehatan dan unit keluarga sangat penting dilakukan dalam

usaha peningkatan derajat kesehatan klien Bowden & Greenberg (2012).

Intervensi pemberian kompres hangat dalam menangani demam dapat

dilakukan pada beberapa area permukaan tubuh. Kompres hangat dapat

diberikan di daerah temporal/ frontal (dahi), axilla (ketiak), leher (servikal)

dan inguinal (lipatan paha) (Potter & Perry, 2008).


109

Hasil dari implementasi Kompres hangat pada anak mendukung

literatur-literatur sebelumnya seperti penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya adalah perbedaan efek teknik pemberian kompres hangat pada

daerah axilla dan dahi terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien dengan

demam. Penelitian ini dilakukan pada pasien dewasa dengan meng

gunakan Termometer digital (Nurwahyuni, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2009), di RSUP DR

Wahidin Sudirohusodo Makassar menunjukkan bahwa pemberian kompres

hangat pada daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu

tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air

hangat di daerah aksila rata-rata 0,0933°C sedangkan penurunan suhu tubuh

klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata 0,0378°C.

Hal di atas menunjukan dalam penelitian anak selama 3 hari di ruang Tulip

II. A RSUD Ulin Banjarmasin setelah diberikan tindakan Kompres hangat

pada klien dengan asuhan keperawatan Diaremengalami penurunan suhu

tubuh. Penurunan suhu tubuh anak ditunjukan dengan adanya perubahan

suhu tubuh anak dalam batas normal yaitu (36,2ºC).

C. Keterbatasan Penelitian

Studi kasus ini dilakukan tentunya tidak lepas dari keterbatasan, peneliti

menemui keterbatasan dalam pelaksanaan yang notabenenya adalah kondisi

anak yang mengeluh nyeri dan rewel pada saat pelaksanaan sehingga peran
110

orang tua dilibatkan dan mengajarkan kepada orang tua bagaimana cara

pemberian Kompres Hangat dalam menurunkan suhu tubuh kepada anaknya.


111

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan dalam pemberian tindakan Kompres hangat dalam Asuhan

Keperawatan dengan Diare anak selama 3 hari di RSUD Ulin Banjarmasin

setelah diberikan tindakan Kompres hangat pada klien dengan asuhan

keperawatan Diare mengalami peningkatan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh

sanak ditunjukan dengan adanya perubahan dimana suhu dalam batas normal.

B. Saran

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Diare dalam

masalah peningkatan suhu tubuh , tentu terdapat faktor pendukung dan faktor

penghambat, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Klien

Diharapkan klienmendapat asuhan keperawatan dalam pemenuhan

kebutuhan pada masalah peningkatan suhu tubuh secara optimal, sehingga

dapat tercapainya pertumbuhan dan perkembangan anak dan mematuhi

program keperawatan dan pengobatannya untuk menghindari resiko kambuh

kembali.

111
112

2. Bagi Keluarga

Diharapkan orangtua/keluarga mampu mengenali masalah-masalah yang

terjadin pada anak dengan Diare dan berperan dalam meningkatkan

pengetahuan serta kemampuan keluarga dalampencegahan penyakit,

penanganan, pemulihan serta pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan

perkembangan pada anakdengan Diare untuk menjaga kesehatan dalam

meningkatkan derajat kesehatan anak.

3. Bagi Perawat

Dengan penerapan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

dengan Diare dalam masalah pemenuhan kebutuhan peningkatan suhu tubuh

diharapkan petugas kesehatan khususnya perawat di ruang Alexandri RSUD

Ulin Banjarmasin agar lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif

sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan.

4. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan

asuhan keperawatan pada anak dengan Diare khususnya, dan ruang

Alexandri RSUD Ulin Banjarmasin serta untuk SDM keperawatan rumah

sakit juga sebaiknya terus mengembangkan ilmunya tentang keperawatan

khususnya keperawatan anak dengan Diare pada masalah peningkatan suhu

tubuh sehingga diharapkan mutu pelayanan semakin optimal.

5. Bagi Institusi Pendidikan


113

Sebagai masukan dalam meningkatan proses pembelajaran dan motivasi

mahasiswa Akper Kesdam VI/Tanjungpura dimasa akan datang serta

memperbaiki mutu pembelajaran dalam menerapkan asuhan keperawatan

pada klien dengan Diare pada masalah pemenuhan kebutuha

n peningkatan suhu tubuh secara optimal. Maka diharapkan institusi

pendidikan hendaknya dapat menyediakan buku sumber yang terbaru

sehingga mempermudah dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah dan mengikuti

perkembanganilmu keperawatan yang terus berkembang, terutama pada

asuhan keperawatan pada klien dengan Diare dalam masalah gangguan

pemenuhan kebutuhan peningkatan suhu tubuh .

6. Bagi Peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengetahuan dan

keterampilan peneliti serta peneliti mendapat pengalaman secara langsung

dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif, selain itu

juga diharapkan dapat memberikan tindakan keperawatan yang tepat pada

klien dengan Diare dalam masalah kebetuhan pemenuhan peningkatan suhu

tubuh serta dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada klien

dengan masalah pada pemenuhan kebutuhan peningkatan suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
114

Adriana. D. (2013). Tumbuh Kembang Dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Djuwariah, Sodikin, & Mustiah Yulistiani, (2011). Efektivitas Penurunan Suhu
Tubuh Menggunakan Kompres Air Hangat dan Kompres Plester Pada Anak
dengan Demam di Ruang Kanthil RSUD Banyumas, Skripsi,Banyumas
Ayu. I. E. (2015). Kompres Hangat Pada Daerah Axila Dan Dahi Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Pasien Demam di PKU Muhammadiyah
Kutoarjo. Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Alma Ata. Yogyakarta
Baiquni, F. (2016, Januari 01). FarizBaiquni.Juni 10, 2016, from
http://Farizbaiquni.co.id
Ekawati, (2015). Angka Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Ilmu Kebidanan.
STIKES Jend. A Yani.Yogyakarta. Vol. III No. 2
Elsera, C. (2015). Pengetahuan Ibu Tentang Penanggulangan Diare Dengan
Penatalaksanaan Diare Balita Usia 1-5 Tahun. Jurnal Keperawatan. Stikes
Muhammadiyah Klaten.
Endra. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. M Dengan Thypoid di ruang
Alexanri RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.Studi Kasus.Akper
Kesdam:Banjarmasin.
Hidayat, A. A. A. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2 . Jakarta:
Salemba Medika.
Halim, Mubin. (2007). Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam : Diagnosis dan Terapi
– Edisi 2.- Jakarta : EGC, 2007
Lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Librianty, N. (2015). Panduan mandiri melacak penyakit. Jakarta: PT Lintas Kata.
Muttaqin, A. (2010) Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. CV. Trans Invo
Medika. Jakarta.
Novianty, M. A. (2015). Studi Penggunaan Antibiotik Pada Penderita Penyakit
Demam Tifoid Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar
Periode Januari - Agustus 2015.Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA.Yogyakarta: MediAction.
114
115

Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, R. S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahmawati. (2013). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Anak Bronchopneumonia
Yang Diberikan Kompres Hangat Di Axila Dan Frontal. Fakultas
keperawatan Universitas Padjadjaran. Vol.144-151.
Rossalia, D. (2016). Big Book Sbmptn Saintek 2016. Jakarta: Cmedia Imprint Kawan
Pustaka.
Safitri, B. C (2014). Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Demam Pada
Asuhan Keperawatan An. A Dengan Thypoid Abdominalis Di Ruang Anggrek
RSUD Sukoharjo. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta
Sasrawan, H. (2012, Oktober). hedisasrawan.Juni 17, 2016, from
http://www.hedisasrawan.co.id
Siswanto.H. (2012). Pendidikan Kesehatan Unsur utama dalam pendidikan anak usia
dini. FIKES Universitas respati Indonesia. Jakarta
Sodikin, (2012). Prinsip Perawatan Demam PadaAnak, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Sudirman & Supiani. (20414). Pengaruh kegiatan pos pelayanan terpadu terhadap
kesehatan anak usia 0-4 tahun di Desa Ingin Jaya Kecamatan Rantau
Kabupaten Aceh Tamiang.
Suriadi, Yuliani, R (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak,Jakarta: PT. Percetakan
Penebar Swadaya
Sumartini, S. (2015). Jurnal. Perbedaan Faktor Prilaku Pada Keluarga Balita
Pneumonia Dan Tidak Pneumonia Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Munjul
Kabupaten Majalengkatahun 2015.
Syaifuddin. (2013). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Taylor, C. M. (2014). Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta:
EGC.
Thompson, J. (2009). Fever: A conceptanalysis. J Adv Nurs, 2
Triono, A. (2015). Hubungan antara higiene perorangan,kondisi jamban keluarga
dan informasi yang diterima dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja
116

Puskesmas nogosari boyolali. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
Wahyuni, (2009). Perbedaan Efek TeknikPemberian Kompres Hangat Pada Daerah
Axilla Dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Klien Demam di
Ruang Rawat Inap RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makasar tahun 2009,
Skipsi,Universitas Hasanudin Makasa.
Wardiyah. A. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan
Tepidsponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak YangMengalamidemam
Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Akademi Keperawatan
Malahayati Bandarlampung
Waromi, K (2016). Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Rumah
Tangga Dengan Kejadian Diare Di Desa Ranowangko Kecamatan Tombariri
Kabupaten Minahasa Tahun 2015.Jurnal Ilmiah Farmasi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat UNSRAT Manado Vol. 5 No. 4

Anda mungkin juga menyukai