TERAPI CAIRAN
Oleh :
Nadia Sabrina
Rahadian Juliansyah
Kharina Anjarsari
Fidya Febriyanti
Preceptor :
Husi, dr., SpAn
a. Plasma Darah
Volume darah normal adalah sekitar 70 ml/kg berat badan pada dewasa
dan 85-90 ml/kg berat badan pada neonatus. Selain komponen sel darah,
kompartemen intravaskular mengandung protein dan ion, dimana yang terbanyak
antara lain natrium (138-145 mmol/liter), klorida (97-105 mmol/liter), dan
bikarbonat. Kalium hanya terdapat sedikit dalam plasma (3,5-4,5 mmol/liter).
b. Cairan Interstisial
Kompartemen interstisial lebih besar dari kompartemen intravaskular.
Secara anatomis terdapat pada seluruh rongga interstisial tubuh. Jumlah total
cairan ekstraseluler (plasma darah dan interstisial) bervariasi antara 205 sampai
25% dari berat badan pada dewasa dan antara 49% sampai 50% pada neonatus.
Air dan elektrolit dapat bebas berpindah antara darah dan rongga interstisial,
dimana memiliki komposisi ionik yang serupa, sedangkan protein plasma tidak
dapat keluar bebas dari intravaskuler kecuali terjadi kerusakan kapiler, seperti
pada luka bakar dan syok septik. Bila terdapat defisit cairan dalam darah atau
penurunan cepat dari volume darah, air dan elektrolit akan keluar dari
kompartemen interstisial ke dalam darah untuk mempertahankan volume
sirkulasi.
Cairan infus intravena yang terutama mengandung ion natrium dan
klorida, seperti NaCl 0,9% atau ringer laktat, dapat bebas memasuki rongga
interstisial dan demikian hanya efektif menaikkan volume cairan intravaskuler
untuk waktu yang pendek. Larutan yang mengandung molekul yang lebih besar,
seperti plasma ekspander lebih efektif menjaga sirkulasi karena bertahan lebih
lama dalam kompartemen intravaskular.
Terapi Cairan
Resusitasi Rumatan
Pada penderita yang menjalani operasi, baik karena penyakitnya itu sendiri
atau karena adanya trauma pembedahan, terjadi perubahan-perubahan fisiologi
tubuh. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:6
1. Peningkatan rangsang simpatis, yang menimbulkan peninggian sekresi
katekolamin, dan menyebabkan takikardia, konstriksi pembuluh darah,
peninggian kadar gula darah, yang berlangsung 2-3 hari.
2. Rangsangan terhadap kelenjar hipofise:
Bagian anterior, menimbulkan sekresi ”growth hormone” yang
mengakibatkan kenaikan kadar gula darah dan sekresi ACTH yang
merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Bagian posterior, menimbulkan sekresi ADH yang mengakibatkan
retensi air (Syndrome Inaproriate of Anti Diuretic Hormeone
Secretion atau SIADH). Berlangsung 2-4 hari.
3. Peningkatan sekresi aldosteron karena:
- Stimulasi ACTH
- Berkurangnya volume ekstrasel (intravaskular)
Keadaan ini belangsung selama 2-4 hari.
4. Terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan kalori karena peningkatan
metabolisme.
2.2.1 Penatalaksanaan
2.2.1.1 Pra Bedah
Kebutuhan cairan basal (rutin, rumatan) adalah :2
4 ml/kgBB/jam untuk berat badan 10 kg pertama
2 ml/kgBB/jam tambahkan untuk berat badan 10 kg kedua
1ml/kgBB/jam tambahkan untuk sisa berat badan
Contoh pasien berat badan 23 kg, kebutuhan basal;
(4x10)+(2x10)+(1x3)= 63ml/jam
2.2.1.2 Selama Pembedahan
Pada pemberian cairan selama pembedahan, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:6
1. Kekurangan cairan pra bedah
2. Kebutuhan untuk pemeliharaan
3. Bertambahnya insensible loss karena suhu kamar bedah yang tinggi,
hiperventilasi.
4. Terjadinya translokasi cairan pada daerah operasi ke dalam ruang ketiga
dan interstisial.
5. Terjadi perdarahan
Defisit cairan karena puasa, setengahnya diberikan pada 1 jam pertama,
seperempatnya pada jam kedua, dan seperempatnya lagi pada jam ketiga.6
Pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang
peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya
pebedahan.2
6-8 ml/kgBB untuk bedah besar
4-6 ml/kgBB untuk bedah sedang
2-4 ml/kgBB untuk bedah kecil
Sementara pada bayi dan anak : 6
Operasi kecil : kebutuhan pemeliharaan ± 2 ml/kgBB/jam
Operasi sedang : kebutuhan pemeliharaan ± 4 ml/kgBB/jam
Operasi Besar : kebutuhan pemeliharaan ± 6 ml/kgBB/jam
Cairan infus dapat berupa cairan kristaloid, cairan kloid atau campuaran
keduanya, Pemberian cairan tanpa elektrolit (dekstrosa 5% atu 10%) secar
intravena akan cepat keluar sirkulasi dan mengisi ruang antarsel, sehingga yang
tertinggal di sirkulasi hanya sedikit sekali kira-kira 5%, sehingga dekstrosa tidak
punya peran dalam terapi hipovolemi. Apalagi dengan tetesan cepat, akan segera
keluar tubuh lewat urin. Kecepatan pemberian dekstrosa yang dianjurkan adalah
500-850 mg/kgBB/jam.2
Perdarahan pada pembedahan tidak selalu perlu di tramsfusi, untuk
perdarahan di bawah 20% dari volume darah total pada dewasa cukup diganti
dengan cairan infus yang komposisi elektrolitnya kira-kira sama dengan
komposisi elektrolit serum misalnya dengan ringer laktat atau rimger astat. Untuk
bayi dan anak perdarahan dia atas 10% volume darah baru diperlukan transfusi.2
Volume darah bayi anak 80 ml/kgBB
Volume darah dewasa pria 75 ml/kgBB
Volume darah dewasa wanita 65 ml/kgBB2
2.2.1.3 Pasca Bedah
Pengaruh hormonal yang masih menetap beberapa hari pasca bedah dan
mempengaruhi keseimbangan air dan elektrolit tubuh harus diperhatikan dalam
menentukan terapai cairan tersebut.6
Bila penderita sudah dapat atau boleh minum secepatnya diberikan per
oral. Apabila penderita tidak dapat atau tidak boleh per oral, maka pemberian
secara per enteral dilanjutkan. Air diberikan sesuai dengan pengeluaran yang ada
(urin + insensible loss).6
Masuknya kembali cairan dari ruang ketiga dan interstisial ke dalam cairan
ekstrasel yang berfungsi terjadi secara bertahap dalam 5-6 hari dan pada penderita
tanpa gangguan fungsi jantung dan ginjal, hal ini tidak mempengaruhi
keseimbangan air dan elektrolit. Demikian juga pengaruh SIADH.6
Pemberian natrium pada hari pertama pasca bedah dalam jumlah yang
kebih rendah dari kebutuhan pemeliharaan, beralasan karena walaupun pengaruh
hormonal menyebabkan trjadinya retensi natrium, tetapi retensi air lebih banyak
terjadi. Pasca bedah lebih sering dijumpai keadaan hiponatremi, yang akan
kembali normal dengan hanya membatasi pemberian (Intake cairan saja). Kalium
sebaiknya diberiakn pada hari kedua pasca bedah.6
Pada bayi dan anak, kebutuhan pemeliharaan ditambah karena
bertambahnya insensible loss yang dapat mencapai 3-4 ml/kgBB/jam. Kiranya
perlu diingat akan bahaya-bahayadari terapi cairan itu sendiri, antara lain
kontaminasi mikroorganisme, iritasi pembuluh darah, dan yang paling berbahaya
adalah pemberian yang berlebihan yang dapat mengancam jiwa penderita.6
2.1 Definisi
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital.3 Syok dapat didefinisikan sebagai
ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen. Gangguan yang
mendasari hal ini adalah adanya penurunan signifikan terhadap suplai darah
teroksigenasi ke seluruh jaringan tubuh yang kemudian menyebabkan perfusi
inadekuat.7 Syok adalah keadaan penurunan perfusi jaringan yang menyebabkan
hipoksia seluler. Hal ini didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang diawali oleh
hiporperfusi akut, sehingga menjadi hipoksia jaringan dan disfungsi organ vital.
Syok adalah gangguan sistematik yang mempengaruhi multipel organ sistem.
Perfusi mungkin menurun secara global atau terdistribusikan rendah seperti pada
syok septik. Selama syok, perfusi tidak dapat memenuhi permintaan metabolik
jaringan, sehingga terjadilah hipoksia seluler dan kerusakan organ. 4 Syok adalah
kondisi mengancam jiwa yang terjadi saat tubuh tidak mendapatkan aliran darah
yang adekuat. Hal ini dapat merusak banyak organ. Syok membutuhkan
penanganan segera karena kondisi tubuh dapat memburuk dengan amat cepat.8